Narasi Profil Puskesmas Benteng 2015 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



1.



LATAR BELAKANG Tugas utama negara mulai dari lingkup nasional, propinsi dan kabupaten/kota adalah menyelenggarakan pembangunan. Salah satu indikator penting untuk menilai keberhasilan dalam pembangunan adalah HDI yaitu singkatan dari Human Development Index atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Indeks ini terdiri dari : Indeks ekonomi (pendapatan riil per kapita), Indeks pendidikan (angka melek huruf dan lama sekolah) dan Indeks kesehatan (umur harapan hidup waktu lahir). Karena HDI ini sebagai Indikator berhasil tidaknya dalam penyelenggaraan pembangunan (nasional, propinsi ataupun kabupaten) maka HDI ini harus mengandung unsur-unsur intervensi. Intervensi diperlukan bila ternyata hasil yang dicapai tidak seperti yang diharapkan. Jenis intervensi berbeda sesuai masalah dihadapi. Intervensi untuk indeks



Ekonomi;



pendapatan



perkapita,



pertumbuhan



ekonomi



dan



pemerataaan melalui perluasan lapangan kerja, untuk indeks Pendidikan; melek huruf dan lama sekolah berupa wajib belajar 12 tahun, dan untuk indeks kesehatan: umur harapan hidup (UHH) waktu lahir, intervensinya perlu dijabarkan dalam program yang nyata. Perlu dibuat indikator untuk dapat mengukur pencapaian UHH, yaitu Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM). Indeks ini sebagai mana juga HDI merupakan indikator komposit yang khusus menggambarkan kemajuan pembangunan kesehatan. Sumber datanya dirumuskan dari data kesehatan berbasis komunitas yaitu: Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar), Rifaskes (Riset Fasilitas Kesehatan), Susenas (Survei Ekonomi Nasional). Survei Podes (Survei Potensi Desa). Terdapat 24 Indikator



Pembangunan Kesehatan Masyarakat dengan



bobot tertentu yang berkontribusi langsung dengan Indeks Pembangunan Manusia (HDI), yaitu : 1. Prevalensi balita gizi buruk dan kurang 2. Prevalensi balita sangat pendek dan pendek 3. Prevalensi balita sangat kurus dan kurus



Profil Kesehatan Puskesmas Benteng 2015



4. Prevalensi balita gemuk 5. Prevalensi diare 6. Prevalensi pneumonia 7. Prevalensi hipertensi 8. Prevalensi gangguan mental 9. Prevalensi asma 10. Prevalensi penyakit gigi dan mulut 11. Prevalensi Disabilitas 12. Prevalensi Cedera 13. Prevalensi Penyakit Sendi 14. Prevalensi ISPA 15. Proporsi perilaku cuci tangan 16. Proporsi merokok tiap hari 17. Akses air bersih 18. Akses sanitasi 19. Cakupan persalinan oleh nakes 20. Cakupan pemeriksaan neonatal 21. Cakupan imunisasi lengkap 22. Cakupan penimbangan balita 23. Ratio Dokter/Puskesmas 24. Ratio Bidan/desa Tujuan



penentuan



IPKM



suatu



daerah



kabupaten/kota



untuk



menentukan peringkat kabupaten/kota berdasarkan kemajuan pembangunan kesehatan dan untuk mengetahui permasalahan kesehatan di masing-masing kabupaten/kota, sehingga dapat dirumuskan pogram intervensi yang lebih tepat. IPKM ini bermanfaat sebagai bahan advokasi ke para penentu kebijakan agar terpacu menaikkan peringkat IPKM daerah dan meningkatkan sumber daya dan program kesehatan. Bagi pemerintah pusat, IPKM dipakai sebagai dasar penentuan alokasi dana bantuan kesehatan dari pusat ke daerah (provinsi maupun kabupaten/kota).



Profil Kesehatan Puskesmas Benteng 2015



Makin kecil nilai IPKM suatu daerah, makin berat masalah kesehatan di kabupaten/kota tersebut. Kabupaten/kota dengan IPKM rendah merupakan daerah prioritas untuk pembangunan kesehatan, agar dapat mengejar ketertinggalan dari daerah lain. Selain itu Jenis intervensi untuk masingmasing program bisa lebih tajam, sesuai dengan data hasil yang ada. Untuk penajaman program dapat dilihat indikator kesehatan yang dipilih (prevalensi penyakit, cakupan program, dll dari 24 indikator IPKM). Untuk mewujudkan semua upaya kesehatan yang berbasis IPKM tersebut maka dibuatlah visi dan misi sebagai pengarah. Pemerintah Kota Ambon melalui Rencana Strategi (Renstra) Pembangunan Jangka Panjang dan Menengah telah membuat visi dan misi menuju Ambon Sehat. Visi dan Misi tersebut diantaranya bertujuan untuk mewujudkan perubahan perilaku hidup masyarakat yaitu ber-Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), antara lain dengan menjaga lingkungan serta mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata. Pembangunan kesehatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan tersebut,



dalam



lima



tahun



terakhir



ini



memperlihatkan



hasil



dalam



meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Walaupun begitu, keberhasilan pembangunan



kesehatan



belum



merata.



Di



sana-sini



masih



terdapat



kekurangan yang masih harus terus dibenahi. Belum semua Standar Pelayanan Minimal Kesehatan dipenuhi sesuai yang ditargetkan. Belum meratanya distribusi tenaga kesehatan dan masih rendah kualitas tenaga kesehatan yang ada merupakan permasalahan yang masih dijumpai sampai akhir tahun 2012. Untuk itu, pembangunan kesehatan Kota Ambon selanjutnya akan lebih memperhatikan upaya peningkatan mutu pelayanan dengan meningkatkan sarana dan prasarana, sumber daya manusia dan pemberdayaan masyarakat dengan tidak mengabaikan tuntutan kebutuhan masyarakat. Melalui Kebijakan Otonomi Daerah yang turut mempengaruhi kebijakan pembangunan di bidang kesehatan, perumusan ulang terhadap Strategi dan Kebijakan Pembangunan dalam Bidang Kesehatan perlu dilakukan. Pemerintah Kota Ambon, melalui strategi dan kebijakan pembangunan saat ini, telah menyusun perencanaan pembangunan yang pelaksanaannya di seluruh sektor mengantisipasi setiap dampak yang timbul terhadap kesehatan, baik bagi individu, keluarga maupun masyarakat. Hal ini penting sebab pembangunan



Profil Kesehatan Puskesmas Benteng 2015



dalam bidang kesehatan merupakan investasi terhadap sumber daya manusia bagi kepentingan bangsa di masa depan. Sehubungan dengan itu maka pelayanan kesehatan yang disediakan, hendaknya mengutamakan pelayanan pencegahan (preventif) dan penyuluhan (promotif), tanpa mengabaikan tindakan pengobatan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) kepada masyarakat. Pelayanan kesehatan harus terus menerus dipelihara dan ditingkatkan melalui kualitas tenaga kesehatan, ketersediaan obat, maupun sarana dan prasarana penunjang lainnya, dalam rangka peningkatan, pemerataan dan terjangkaunya pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat Kota Ambon Terwujudnya Ambon Sehat diharapkan tidak hanya merupakan harapan Dinas Kesehatan Kota Ambon beserta seluruh jajarannya, tetapi juga merupakan harapan dan dambaan seluruh warga Kota Ambon.



2.



TUJUAN 2.1. Tujuan Umum Tujuan pembuatan Profil Kesehatan Puskesmas Benteng adalah untuk menyediakan data dan informasi akurat tentang kesehatan di wilayah kerja puskesmas, dalam rangka meningkatkan kemampuan manajemen dan sistem informasi kesehatan yang semakin baik. 2.2.



Tujuan Khusus Menjadikan Profil Kesehatan Puskesmas Benteng sebagai bahan untuk mengukur



Standar



Pelayanan



Minimal



Bidang



Kesehatan



di



desa/kelurahan, melihat Indikator IPKM serta penyusunan rencana pembangunan di bidang Kesehatan di Desa/kelurahan, kecamatan Nusaniwe kota Ambon.



Profil Kesehatan Puskesmas Benteng 2015



BAB II GAMBARAN UMUM PUSKESMAS BENTENG 1.



LETAK DAN BATAS WILAYAH Secara geografisnya, letak dan batas Kelurahan Benteng dan Wainitu Ambon berada antara 30 - 40 LS dan 1280 - 1290 BT,dengan luas wilayah 1.17 km2.



2.



LUAS DAN JARAK Puskesmas Benteng terbagi atas dua (2) kelurahan, luas wilayah puskesmas benteng seluruhnya 1,17 Km2 yang terdiri dari : 1. Kelurahan Benteng 0.87 km2, 2. Kelurahan wainitu 0.3 km2, Jarak tempuh dari Pusat Kota Ambon ke Puskesmas dan kelurahan adalah sebagai berikut: 1. Puskesmas : 10 Km 2. Kelurahan Benteng: 7 Km 3. Kelurahan Wainitu : 3 Km



3.



IKLIM Puskesmas Benteng yang berada di dalam Kota Ambon dipengaruhi oleh dua macam iklim yaitu iklim laut tropis dan iklim musim. Kedua musim ini diselingi oleh musim pancaroba yang merupakan transisi dari kedua musim tersebut. Musim barat umumnya berlangsung dari bulan Desember sampai dengan bulan Maret sedangkan pada bulan April adalah musim transisi ke musim timur. Musim timur berlangsung dari bulan Mei sampai dengan bulan



Profil Kesehatan Puskesmas Benteng 2015



Oktober, disusul oleh masa pancaroba pada bulan November yang merupakan transisi ke musim Barat. Namun oleh pengaruh pemanasan global akhir-akhir ini maka sering terjadi pergeseran waktu terjadinya musim atau iklim di atas, sehingga kota Ambon sudah hampir tidak mengalami dua musim dengan waktu yang sama. 4.



KEPENDUDUKAN Jumlah penduduk Puskesmas Benteng Kota Ambon tahun 2016 yang didapat dari hasil pendataan oleh Desa/kelurahan, sebanyak 29.577 jiwa, terdiri dari laki-laki sebanyak 14.821 jiwa atau 50,11 % dan perempuan sebanyak 14.756



jiwa atau 49,89 %, dengan rincian penduduk per Desa/kelurahan



sebagai berikut : 1) Kelurahan Benteng 18.371 jiwa ( 62,11 %) 2) Kelurahan Wainitu 11.206 jiwa( 37,89 %) Tabel 1. Kepadatan Penduduk Per Km2 Puskesmas Benteng Tahun 2016 Desa/kelura han Kel. Benteng



Luas Wilayah Km2



Jumlah Penduduk



Jumlah Rumah T



Rata2 Jiwa / RT



Kepadatan Penduduk



0,87



18.371



1844



10



21.116



Kel. Wainitu



0,30



11.206



1026



11



37.353



Pusk. Benteng



1.17



29.577



2870



10



25.279



Grafik 1. Jumlah Penduduk Puskesmas Benteng Tahun 2016



Profil Kesehatan Puskesmas Benteng 2015



5.



PENDIDIKAN Pendidikan merupakan bagian yang vital dalam kehidupan suatu masyarakat, untuk itu pemerintah berusaha dengan sungguh-sungguh memperhatikan sektor ini, terlihat dari sarana-prasarana pendidikan sebagai berikut : Jumlah SD sebanyak 10 sekolah, dengan jumlah murid 1812 orang dan guru 161 orang. Jumlah SLTP 3 sekolah, dengan jumlah murid 1410 orang dan guru 131 orang. Jumlah SMU 1 sekolah dan SMK 2 sekolah degan jumlah murid total sebanyak 1479 orang dan jumlah guru sebanyak 189 orang. Jumlah Perguruan Tinggi dan Universitas yang ada di wilayah kerja Puskesmas Benteng berjumlah 1 yaitu Universitas Kristen Indonesia Maluku (UKIM).



6.



EKONOMI Kondisi perekonomian Kota Ambon dapat terlihat dari indikator Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) yang setiap tahun mengalami kenaikan yang signifikan yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:



Profil Kesehatan Puskesmas Benteng 2015



7. KEADAAN LINGKUNGAN Lingkungan merupakan salah satu



faktor yang sangat mempengaruhi



derajat kesehatan masyarakat selain faktor perilaku dan pelayanan kesehatan. Untuk menggambarkan keadaan lingkungan akan disajikan indikator-indikator penentu antara lain : persentase rumah sehat, persentase keluarga memiliki akses air bersih, persentase rumah sehat menurut kecamatan, persentase keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar menurut kecamatan: KK memiliki jamban, tempat sampah dan pengolahan air limbah, tempat umum dan pengolahan makanan, persentase rumah yang diperiksa jentik . a.



Rumah Sehat Menurut data hasil kegiatan dari sub-bidang Kesehatan Lingkungan Puskesmas Benteng, di tahun 2016 jumlah rumah di wilayah kerja Puskesmas Benteng sebanyak 3.712 rumah. Jumlah rumah sehat dari pendataan pada tahun 2015 sebanyak 3.585 rumah (96,58%). Jumlah rumah yang belum memenuhi syarat sebanyak 121 rumah. Seluruh rumah yang belum memenuhi syarat di kedua kelurahan dilakukan pembinaan (100%). Dari seluruh rumah yang dibina, sebanyak 36 rumah menjadi rumah sehat. Untuk ke depannya diperlukan kerjasama antara petugas kesehatan dengan masyarakat agar tercapai kondisi rumah yang memenuhi syarat kesehatan sehingga derajat kesehatan masyarakat pun dapat semakin ditingkatkan. (tabel 58).



Profil Kesehatan Puskesmas Benteng 2015



Grafik 2. Tren Rumah Sehat di Kelurahan Benteng Thn 20 15-2016



b.



Akses Air Bersih Untuk akses air bersih terdiri dari beberapa sumber : 1) Air bersih dari Perpipaan, 2) SPT, 3) SGL, 4) PMA; dan Penampungan Air Hujan (PAH), yang semua termasuk dalam sarana air bersih yang terlindung. Untuk sarana air bersih tidak terlindung seperti sungai/kali tidak digunakan masyarakat kota Ambon sebagai sumber kebutuhannya. Data pada sub bidang kesehatan lingkungan menunjukan bahwa akses air bersih bagi masyarakat di Kelurahan Benteng dan Wainitu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, dimana tahun 2016, penduduk dengan akses air minum berkualitas mencapai 29.577 jiwa (100%). Lihat tabel 59.



c.



Sarana Sanitasi Dasar Sebanyak 21.970 (74,3%) penduduk di wilayah kerja Puskesmas Benteng memiliki akses sanitasi layak. Terjadi penurunan dibandingkan dengan tahun 2015 di mana sebanyak 28.207 (95,4%) memiliki akses sanitasi layak. Diharapkan angka ini semakin meningkat di tahun berikutnya. Lihat table 61.



d.



Tempat Umum dan Tempat Pengelolaan Makanan Untuk menjamin laik sehat tidaknya tempat umum dan tempat pengelolaan makanan maka selalu dilakukan pemeriksaan rutin pada Tempat – tempat Umum (TTU) dan Tempat Pengelolaan Makanan (TPM). TTU di Kelurahan Benteng tahun 2016 berjumlah 17 dan di Kelurahan Wainitu sebanyak 2. Semuanya memenuhi syarat sanitasi.



Profil Kesehatan Puskesmas Benteng 2015



BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN



A.



INDEKS



PEMBANGUNAN



MANUSIA



(IPM) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua negara di seluruh dunia. Namun seiring dengan implementasi dan proses intervensi dari IPM tersebut maka telah disepakati dan dibuat indikator baru yang dikenal dengan nama Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat atau IPKM. IPKM dapat digunakan untuk menentukan peringkat suatu kabupaten/kota dalam pembangunan kesehatan, selain itu dipakai sebagai bahan advokasi ke



Profil Kesehatan Puskesmas Benteng 2015



pemerintah daerah, agar terpacu menaikkan peringkat kesehatannya, dan juga sebagai acuan pemerintah daerah untuk membuat program intervensi yang lebih tepat. Pemerintah pusat peringkat IPKM suatu daerah dipakai perumusan Daerah Bermasalah Kesehatan Berat/Khusus (DBKBK) sekaligus sebagai dasar penentuan alokasi dana bantuan kesehatan ke daerah tersebut. Penentuan peringkat IPKM tahun 2010 ini didapat berdasarkan hasil Riskesdas 2007 - 2008 dari 440 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Hasil IPKM dengan nilai terendah atau tingkat kesehatannya paling buruk didapati pada daerah Pegunungan Bintang, Papua (0,247059) dan tertinggi pada kota Magelang, Jateng (0,708959), sementara kota Ambon berada pada peringkat 43 (0,632536) dari 440 kabupaten/kota yang dinilai. Untuk kabupaten kota di Maluku yang paling tinggi adalah kota Ambon peringkat 43, kabupaten Maluku Tengah 199, Kabupaten Maluku Tenggara 233, sedangkan posisi bawah ada Kabupaten Buru 415, Seram Bagian Timur 433, dan Kepulauan Aru 394 sehingga ketiga kabupaten ini dimasukan ke dalam kategori Daerah Bermasalah Kesehatan Berat/Khusus (DBKBK). Walaupun kota Ambon berada pada peringkat yang ‘lebih baik’ bukan berarti tidak ada masalah kesehatan, masih cukup banyak masalah kesehatan di kota Ambon, yang membutuhkan penanganan terpadu dari semua sektor terkait, karena tanpa kerjasama yang baik tidak mungkin masalah kesehatan dapat teratasi. Untuk itu, dalam penanganannya butuh perhatian pemerintah daerah maupun pemerintah pusat, khusus untuk bantuan alokasi dana maupun sarana dan prasarana penunjang, termasuk Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Selain IPKM yang menjadi sorotan pemerintah sekarang ini, hal penting lain yang tidak dapat dilepas : upaya pencapaia MDGs 2015. Kesepakatan negara-negara dunia yang tertuang dalam 8 (delapan ) indikator MDGs 2015 yang diantaranya terdapat 5 (lima) indikator



yang berhubungan dengan



kesehatan yaitu upaya penurunan angka kemiskinan melalui penurunan angka balita gizi buruk, upaya mengurangi tingkat kematian anak, upaya meningkatkan kesehatan ibu; sekaligus menurunkan tingkat kematian ibu hamil dan upaya pencegahan terhadap HIV/AIDs, malaria dan penyakit menular lainnya, serta lingkungan hidup.



Lima (5) indikator MDGs 2015 ini dan IPKM merupakan



perhatian utama bidang kesehatan.



Profil Kesehatan Puskesmas Benteng 2015



1.



ANGKA KEMATIAN BAYI Infant Mortality Rate atau Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan indikator yang sering digunakan untuk menentukan derajat kesehatan suatu masyarakat. Dengan AKB dapat diketahui berapa jumlah bayi yang meninggal sejak dilahirkan sampai dengan bayi berumur 1 tahun di antara 1.000 kelahiran hidup. AKB menggambarkan besaran masalah kesehatan di tengah-tengah masyarakat. Besaran AKB dipengaruhi oleh pelayanan kesehatan dan sarana prasarana pendukung serta tingkat pendapatan/ekonomi suatu masyarakat. Pendapatan mempengaruhi kuantitas dan kualitas asupan gizi yang pada gilirannya mempengaruhi daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit dan kematian. . AKB di wilayah kerja Puskesmas Benteng pada tahun 2015 berjumlah 2 orang. Sedangkan pada tahun 2016 terdapat 4 angka kematian bayi. Terjadi peningkatan AKB dibandingkan dengan tahun lalu, untuk itu diperlukan edukasi ibu selama masa kehamilan agar angka kematian bayi dapat dikurangi. Selain itu, diharapkan agar masyarakat lebih memaksimalkan fungsi sarana



kesehatan di kota Ambon disertai



perbaikan kualitas dan kuantitas SDM kesehatan. Lihat table 5



2.



ANGKA KEMATIAN BALITA (AKABA) Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah kematian anak umur 0-5 tahun per 1000 Kelahiran Hidup. AKABA menggambarkan masalah kesehatan anak serta faktor – faktor yang mempengaruhi kesehatan balita seperti gizi, sanitasi, penyakit, pelayanan kesehatan, infeksi dan kecelakaan. Terdapat 1 kematian balita pada tahun 2016. Sedangkan pada tahun 2015 tidak terdapat kematian balita. Diperlukan peranan petugas kesehatan yang aktif memberikan pelayanan di luar gedung dan peningkatan pemahaman masyarakat terhadap kesehatan. Lihat table 5.



3.



ANGKA KEMATIAN IBU (AKI)



Profil Kesehatan Puskesmas Benteng 2015



Selain AKB, maka Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan indikator penting untuk menilai keberhasilan pembangunan kesehatan suatu daerah. Angka Kematian Ibu juga menjadi sangat penting dan menjadi sorotan hampir di semua belahan dunia, sesuai komitmen bersama bangsa-bangsa di dunia melalui MDGs, dimana salah satu indikator penting adalah upaya menurunkan 2/3 AKI pada tahun 2015. AKI mengacu pada jumlah kematian ibu yang terjadi selama masa kehamilan, persalinan dan masa nifas atau 42 hari sesudah melahirkan. Secara Nasional, AKI berangsur menurun sejak tahun 1992 sampai 2007 yaitu dari angka 425 – 228 per 100.000 kelahiran hidup. Tidak terdapat kematian ibu di Kelurahan Benteng dan Wainitu pada tahun 2016.



Grafik 3. Tren AKI, AKB, AKABA di Puskesmas Benteng Thn 2014 – 2015



B.



ANGKA KESAKITAN (MORBIDITAS) Angka Kesakitan adalah banyaknya penduduk yang sakit dan mendapat pelayanan kesehatan pada fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di kota Ambon: puskesmas, klinik, balai pengobatan maupun rumah sakit. Angka kesakitan merupakan data yang menunjukan jumlah masyarakat yang sakit, yang perlu mendapat pelayanan yang konfrehensif, supaya apabila sudah sembuh dan sehat tidak jatuh sakit lagi, dengan demikian maka visi Indonesia sehat



itu



bisa



terwujud.



Tingkat



kesakitan



penduduk



suatu



negara



mencerminkan situasi derajat kesehatan masyarakat di dalamnya. Dari data 10 penyakit terbanyak di Puskesmas Benteng sepanjang tahun 2016, penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) masih menempati urutan teratas atau sebesar 18.36% diikuti dengan penyakit rongga mulut, sama seperti tahun-



Profil Kesehatan Puskesmas Benteng 2015



tahun



sebelumnya.



mempengaruhi



Bagi



kelompok



produktivitas



dan



usia



produktif,



kesakitan



sangat



pendapatan keluarga, untuk perlu upaya



bersama pemerintah dan masyarakat untuk lebih meningkatkan upaya preventif dan promotif. Tabel 2. Penyakit Utama di Puskesmas Benteng Tahun 2016 No.



Nama Penyakit



Jumlah



1



Infeksi Akut Lain pada Saluran Pernafasan Bag.atas



5.722



18.36



2



Penyakit Rongga Mulut



3.337



10.71



3



Hipertensi



610



1.96



4



Penyakit pada Sistem Otot dan Jaringan Pengikat



527



1.69



5



Gastritis



421



1.35



6



Penyakit kulit Alergi



237



0.76



7



Tonsilitis



193



0.62



8



Diare



177



0,57



9



DM



74



0,24



Penyakit kulit infeksi



71



0,23



10



%



Total angka kesakitan : 31.156 orang



1.



PENYAKIT MENULAR Penyakit menular adalah jenis penyakit yang telah ada sejak jaman dulu yang seharusnya sudah dapat dieliminasi atau eradikasi seperti pada banyak negara di Eropa dan Amerika. Dibanyak negara Asia termasuk Indonesia, masalah penyakit infeksi masih merupakan penyakit yang dominan dalam menyumbangkan



angka kesakitan dan kematian yang



cukup tinggi. Perkembangan dalam beberapa tahun terakhir ini merebak jenis penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus maupun bakteri yang hampir tidak dapat dibendung. Hal ini membuat jajaran kesehatan harus berupaya untuk kerja



lebih keras, dalam menangani masalah-penyakit



infeksi tersebut, yang juga harus bargaining dengan sektor terkait, swasta maupun partisipasi masyarakat untuk mengatasi ataupun menekan angka terularnya penyakit. Seiring dengan itu, muncul juga permasalahan kesehatan lain yaitu meningkatnya angka kesakitan peyakit tidak menular atau penyakit degeneratif seperti kanker, stroke, DM, darah tinggi dan penyakit jantung, termasuk gangguan gizi, yang sangat popular di



Profil Kesehatan Puskesmas Benteng 2015



masyarakat, akibat pola hidup konsumtif dan gaya hidup yang tidak berolah raga. a.



Penyakit Malaria Penyakit malaria merupakan bagian dari penyakit infeksi yang cukup banyak diderita oleh masyarakat. Sampai saat ini kota Ambon masih termasuk wilayah yang masuk dalam kategori endemis malaria. Untuk itu penyakit Malaria terus menerus menjadi perhatian institusi kesehatan di kota Ambon dan dibantu oleh LSM asing Global Fund. Ini terlihat dari upaya-upaya yang dilakukan semakin gencar untuk menuntaskan permasalahan penyakit malaria ini. Seiring juga dengan komitmen global yang tertuang di dalam MDGs 2015 yaitu gerakan untuk menyelesaikan masalah malaria di tahun 2016, malaria menjadi suatu perhatian khusus dari jajaran dinas kesehatan kota ambon, bersama pemerintah daerah dalam penanganan maupun pencegahannya. Jumlah Kasus malaria di Puskesmas Benteng sepanjang tahun 2016 sebanyak 73 kasus positif, dengan Angka kesakitan (API) 5,7 per 1000 penduduk. Sedangkan pada tahun 2015 terdapat 65 kasus positif , dengan angka kesakitan (API) 2,19 per 1000 penduduk. Berarti terjadi peningkatan jumlah kasus positif tetapi angka kesakitan menurun disebabkan jumlah penduduk yang bertambah. Untuk itu telah dilakukan pembagian kelambu sebagai salah satu cara pencegahan malaria yang terutama diberikan kepada bayi, balita dan ibu hamil. Grafik 4. Tren Kasus Malaria di Puskesmas Benteng Thn 2015 - 2016



Profil Kesehatan Puskesmas Benteng 2015



b.



Penyakit TB Paru Penyakit TB paru merupakan salah satu penyakit infeksi yang terbesar di antara penyakit infeksi lainya. Ada berbagai penyakit infeksi TB yang bukan hanya pada paru tetapi juga TB usus, TB kulit, TB otak dan TB kelenjar serta TB tulang. Penyakit TB paru merupakan penyakit infeksi menular yang perkembangannya pada dekade terakhir semakin mengkawatirkan, sehingga penyakit TB paru ini dimasukkan sebagai kelompok “reemerging disease” atau penyakit yang dulunya pernah hilang atau telah berhasil ditekan tapi sekarang muncul lagi. Untuk itu pula di dalam kesepakatan MDGs 2015, masalah TB Paru dimasukkan



sebagai salah satu indikator, yang



perlu penanganan serius di seluruh dunia, disamping malaria dan HIV-AIDS. Salah satu upaya penanggulangan penyakit TB paru secara nasional adalah melalui program Directly Observed Treatment Shortcourse Chemotherapy (DOTS) yaitu upaya pengobatan penyakit TB dengan bantuan semua pihak terkait termasuk keluarga. Program DOTS ini juga telah dilakukan oleh jajaran kesehatan di kota Ambon. Keadaan penyakit TB Paru di Puskesmas Benteng selama tahun 2015 jumlah kasus BTA Positif ditemukan sebanyak 22 kasus. Sedangkan pada tahun 2016 terdapat 19 kasus TB Paru BTA positif. Terjadi penurunan penemuan kasus BTA positif sehingga dibutuhkan peningkatan sistem suverlains yang dilakukan oleh jajaran dinas kesehatan, dan juga bersama-sama dengan sektor lain, swasta maupun pihak asing dengan gencar membangun jejaring kerja untuk semakin banyak bisa ditemukan kasus, maka diharapkan angka kesembuhan semakin tinggi bagi penderita TB Paru yang ditemukan dan diobati. (Lihat tabel 7-9)



c. Penyakit HIV-AIDs Perkembangan HIV-AIDs semakin hari semakin mengkuatirkan oleh karena jumlah dan peningkatan kasus pada orang muda / kalangan usia produktif terlihat jelas. Berbagai upaya telah dilakukan untuk membendung laju insiden penyakit ini, namun kelihatannya masih merupakan masalah tersendiri, oleh karena penyakit infeksi ini sangat



dipengaruhi



oleh



keterpaparan seseorang



Profil Kesehatan Puskesmas Benteng 2015



pola



hidup



masyarakat.



terhadap penyakit ini



sudah



Tingkat sangat



mengkuatirkan.



Masyarakat



sudah



mengetahui



tentang



penularannya, tetapi seiring dengan gaya hidup yang tidak sehat, membuat mereka sendiri tidak bisa terhindar dari ancaman penyakit ini. Terdapat 8 kasus HIV yang tercatat di data Puskesmas Benteng sepanjang tahun 2016. (Lihat table 11) d.



Pneumonia Pneumonia sampai saat ini masih merupakan penyakit menular infeksi yang menyebabkan kematian balita. Rendahnya kualitas lingkungan pemukiman, serta pengetahuan masyarakat tentang kesehatan yang kurang, menyebabkan penyakit ini masih menjadi ancaman yang berbahaya bagi balita. Tingginya insiden penyakit ini tidak terlepas dari faktor penularan yang mudah terjadi dan faktor sosio-ekonomi masyarakat. Pada tahun 2015 terdapat 20 kasus pneumonia. Sedangkan pada tahun 2016 tidak terdapat kasus pneumonia. Terjadi penurunan jumlah kasus pneumonia di wilayah kerja Puskesmas Benteng. (Lihat tabel 10)



Grafik 5. Kasus Pneumonia di Puskesmas Benteng Thn 2015-2016



e.



Penyakit Kusta Kusta merupakan salah satu penyakit infeksi yang telah ada sejak zaman sebelum masehi. Penyakit ini cukup menakutkan dan menjadi perhatian pemerintah di seluruh dunia. Dengan adanya perkembangan



ilmu



pengetahuan



dan



kemajuan



teknologi



pengobatan maka sebagian besar negara di dunia telah berhasil mengeliminasi penyakit ini. Indonesia telah mencapai eliminasi penyakit kusta sejak bulan Juni tahun 2000, namun sampai dengan



Profil Kesehatan Puskesmas Benteng 2015



tahun 2007 terlihat peningkatan jumlah kasus hampir di semua daerah di Indonesia. Untuk itu, WHO sengaja memasukkan penyakit kusta sebagai bagian dari kelompok “reemerging disease” bersama-sama penyakit TB paru, supaya dapat menjadi perhatian serius setiap negara. Upaya pelayanan terhadap penderita penyakit Kusta antara lain adalah melakukan penemuan penderita melalui berbagai survei anak sekolah, survei kontak pada minimal 20 orang di sekitar rumah penderita kusta dan pemeriksaan intensif penderita yang datang ke pelayanan kesehatan. Jumlah kasus penyakit kusta yang tercatat di Puskesmas pada tahun 2015 adalah 13 kasus, yang terdiri dari kusta tipe PB ( kusta kering) 0 kasus dan MB ( kusta basah) 13 kasus. Sedangkan pada tahun 2016 terdapat 14 kasus kusta tipe MB. ( lihat tabel 14-17)



f. Penyakit Potensial KLB/Wabah i. Demam Berdarah Dengue Penyakit ini dapat ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus bila ada masyarakat di suatu wilayah menderita sakit atau sebagai carier/pembawa virus. Pada tahun 2015 ditemukan 3 kasus demam berdarah dari Kelurahan Benteng, dengan 1 kasus meninggal. Sedangkan pada tahun 2016 terdapat 4 kasus demam berdarah. Peningkatan kasus demam berdarah ini memerlukan perhatian lebih dari petugas kesehatan untuk mencegah semakin bertambahnya jumlah kasus di kemudian hari. Diperlukan edukasi kepada masyarakat tentang kebersihan lingkungan. (Lihat tabel 21) ii.



Diare Diare masih merupakan penyakit masyarakat yang sulit dieliminasi. Penyebab diare dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang tidak higienis serta Pola hidup. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) belum secara maksimal dimengerti oleh semua masyarakat, dan tidak dilaksanakan dengan benar oleh masyarakat. Pada tahun 2015 terdapat 176 kasus diare di Puskesmas Benteng. Sedangkan pada tahun 2016 terdapat 159 kasus diare yang ditangani di Puskesmas Benteng. Terdapat penurunan angka kejadian diare yang menunjukkan peningkatan kesadaran



Profil Kesehatan Puskesmas Benteng 2015



masyarakat untuk ber-PHBS, tersedianya sarana-prasarana lingkungan yang memadai (lampiran tabel 13). Grafik 6. Kasus Diare di Puskesmas Benteng Tahun 2014- 2015



iii.



Chikungunya Penyakit ini sering dikelirukan dengan malaria ataupun demam lainnya, sehingga jumlah sesungguhnya dari kasus ini tidak diketahui dengan pasti, dan juga disebabkan pada pencatatan dan pelaporan puskesmas, penyakit ini belum masuk dalam diagnosis yang ada dalam format LB1; yang menggunakan kode jenis penyakit berdasar ICD-9. Sehingga penyakit ini walaupun ada, tetapi tidak termasuk dan dilaporkan oleh fasilitas kesehatan yang ada.



g. Filariasis Bersama-sama dengan penyakit TB paru dan Kusta, penyakit Filariasis ini masuk ke dalam kelompok penyakit yang diperhatikan serius oleh pemerintah Kota Ambon maupun dunia; “reemerging disease”. Kasus Filariasis tahun 2009 sempat mengejutkan Kota Ambon dan sejak itu langsung ditanagani serius oleh pemerintah dan didukung oleh partisipasi masyarakat sehingga sampai dengan tahun 2012 tidak terdapat kasus baru, dengan jalan gerakan pengobatan masal pencegahan filariasis selama 5 tahun terhitung 2009 – 2013. Di tahun 2016 tidak terdapat kasus baru filariasis yang ditemukan di Kelurahan Benteng dan Wainitu. (Lihat tabel 23) 2.



PENYAKIT TIDAK MENULAR Insiden penyakit tidak menular semakin hari semakin meningkat. Jumlahnya semakin tinggi melebihi insiden penyakit infeksi/menular. Peningkatan ini disebabkan beberapa hal, diantaranya perubahan pola hidup dan konsumsi masyarakat. Pola hidup sendetarian yang serba



Profil Kesehatan Puskesmas Benteng 2015



instan, kurang bergerak, dan mengkonsumsi makanan berlemak dan tinggi kalori menjadi faktor predisposisi yang kuat. Penyakit tidak menular bisa berupa penyakit jantung dan pembuluh darah, penyakit DM, stroke dan kanker atau tumor. Juga termasuk penyakit-penyakit alergi yang kasusnya akhir-akhir semakin meningkat. Selama 3 tahun terakhir ini terjadi kecenderungan peningkatan kasus penyakit tidak menular terutama penyakit tekanan darah tinggi dan penyakit kulit alergi. Begitupun dengan kasus penyakit DM dan tumor/kanker.



3. STATUS GIZI MASYARAKAT Status Gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan utilisasinya. Penyebab masalah gizi dapat berupa penyebab langsung yaitu makanan anak dan penyakit infeksi yang mungkin diderita anak. Anak yang mendapat makanan yang baik tetapi karena sering sakit diare atau demam



dapat



menderita kurang gizi. Demikian pada anak yang makannya tidak cukup baik maka daya tahan tubuh akan melemah dan mudah terserang penyakit. Kenyataannya, baik makanan maupun penyakit secara bersama-sama merupakan penyebab kurang gizi. Selain itu, penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan keluarga, pola pengasuhan anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Ketahanan pangan adalah kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarga dalam jumlah yang cukup dan baik mutunya. Pola pengasuhan adalah kemampuan keluarga untuk menyediakan waktunya, perhatian dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal baik fisik, mental, dan sosial. Pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan adalah tersedianya air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh seluruh keluarga. Faktor-faktor tersebut sangat terkait dengan tingkat pendidikan, pengetahuan, dan ketrampilan keluarga. Makin tinggi pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan terdapat kemungkinan makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, makin baik pola pengasuhan anak dan keluarga makin banyak memanfaatkan pelayanan yang ada. Ketahanan pangan keluarga juga terkait



Profil Kesehatan Puskesmas Benteng 2015



dengan ketersediaan pangan, harga pangan, dan daya beli keluarga, serta pengetahuan tentang gizi dan kesehatan. Penanganan masalah gizi di kota Ambon sampai saat ini tetap diupayakan oleh pemerintah daerah, provinsi dan pusat melalui programprogram intervensi dan peningkatan kualitas keluarga. Pada tahun 2016 tidak ditemukan kasus balita gizi buruk.



BAB IV UPAYA PELAYANAN KESEHATAN Untuk mencapai VISI dan MISI Pembangunan Kesehatan kota Ambon, yaitu “Peningkatan kinerja, mutu serta manajemen pelayanan kesehatan yang mantap dan pemberdayaan kesehatan masyarakat” maka telah dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan masyarakat oleh segenap jajaran dinas kesehatan dan didukung oleh masyarakat serta pemerintah daerah kota Ambon melalui kegiatankegiatan sebagai berikut :



A.



PELAYANAN KESEHATAN DASAR Pelayanan Kesehatan Dasar merupakan jenis pelayanan utama yang dibutuhkan untuk mencegah dan menangani sedini mungkin kejadian penyakit atau permasalahan kesehatan di tengah-tengah masyarakat. Jenis pelayanan yaitu upaya pelayanan ini terdiri dari 6 program pelayanan pokok/ pelayanan wajib dan pelayanan di puskesmas, begitupun sebagian besar rumah sakit dan klinik yang ada. 1.



Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak Ibu dan anak mendapat tempat prioritas sebagai sasaran pelayanan kesehatan, dikarenakan faktor ibu sebagai salah satu determinan penilaian keberhasilan pembangun kesehatan melalui Angka Kematian Ibu (AKI) dan juga Ibu mempunyai peran besar dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. a.



ANC Ibu Hamil



Profil Kesehatan Puskesmas Benteng 2015



Pelayanan antenatal ibu hamil merupakan pintu masuk untuk mendapatkan kehamilan dan kelahiran berkualitas dari seorang ibu hamil. Melalui pelayanan antenatal ibu hamil di fasilitas kesehatan ataupun di rumah, ibu hamil diharapkan terhindar dari permasalahan kehamilan dan persalinan sampai masa nifas. Pelayanan anatenal ibu hamil dapat dilakukan oleh semua tenaga kesehatan terlatih dan dukun terlatih. Indikator penilaian keberhasilan pelayanan antenatal ibu hamil dilihat dari cakupan pelayanan kepada ibu hamil (K1 dan K4). Ibu hamil yang melakukan kunjungan kesehatan untuk keempat kalinya (K4) yang tercatat di Puskesmas Benteng pada tahun 2015 jumlah K4 sebanyak 591 orang atau sekitar 90%. Sedangkan pada tahun 2016 terdapat 583 (84,5%). Terjadi penurunan angka K4 disebabkan kurangnya kerjasama yang baik antara bidan Puskesmas dengan petugas daerah binaan dan kurangnya sweeping yang dilakukan sepanjang tahun 2016. (Lihat tabel 29)



Grafik 7. Tren.Yan. Ibu Hamil, Bersalin, Nifas Puskesmas Benteng Thn 2015-2016



b.



Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan Persalinan oleh tenaga kesehatan yang



berkompeten



disyaratkan sebagai salah satu upaya untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI). Besarnya kasus kematian dan komplikasi pada ibu hamil sering diakibatkan oleh pertolong persalinan yang tidak adekuat dan kompeten.



Profil Kesehatan Puskesmas Benteng 2015



Pada tahun 2016 sebanyak 557 persalinan (84,7%) yang ditolong tenaga kesehatan. Sedangkan pada tahun 2015 angka persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Benteng adalah sebanyak 567 persalinan (100%). Terjadi penurunan angka persalinan yang ditolong tenaga kesehatan. (Lihat tabel 29). c.



Kunjungan Neonatus Neonatus adalah bayi baru lahir sampai umur 7 hari. Neonatus merupakan sasaran



pelayanan utama pada bayi, dikarenakan



neonatus sangat rentan terhadap kejadian penyakit. Sesuai dengan fakta di lapangan didapati 2/3 kematian pada bayi terjadi pada masa neonatus ini. Untuk melihat pelayanan terhadap neonatus, indikator yang dipakai adalah KN3. Nilai KN3 di Puskesmas Benteng pada tahun 2016 sebanyak 550 kunjungan (87,7%). Sedangkan pada tahun 2015 nilai KN3 di Puskesmas Benteng sebanyak 545 kunjungan (101,9%). Terjadi penurunan jumlah kunjungan neonatus. (Lihat tabel 38)



Grafik 8. Tren Cakupan KN3 di Puskesmas Benteng Tahun 20 152016



2.



Pelayanan Keluarga Berencana Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu upaya preventif yang efektif untuk meningkatkan kualitas seorang ibu atau keluarga. Dengan ber-KB, keluarga (ibu) akan dapat dengan baik mengatur kehamilannya dan mencegah terjadi masalah-masalah kehamilan dan persalinan.



Profil Kesehatan Puskesmas Benteng 2015



Pelayanan



KB



sangat



penting



untuk



mendukung



tingkat



kesejahteraan suatu keluarga. Melalui pelayanan KB diharapkan keluarga yang terbentuk menjadi keluarga madani; sehat, sejahtera dan berguna bagi orang lain. Untuk mecapai hal ini, maka semua pasangan usia subur harus mengerti perencanaan memasuki pernikahan sampai rencana mendapatkan jumlah anak sesuai tingkat kemampuan keluarga. Dari pendataan selama tahun 2015, jumlah peserta KB aktif sebanyak 3.748 orang. Jenis alat kontrasepsi yang paling banyak digunakan adalah suntik. Dari pendataan selama tahun 2016 , jumlah PUS yang menggunakan KB secara aktif sebanyak 3.710 (69.68%). Jenis alat kontrasepsi yang paling banyak digunakan adalah KB suntik dan pil, masing-masing sebesar 30,7% dan 20,6%. Grafik 9. Tren Cakupan Pely. KB di Puskesmas Benteng Tahun 20 152016



3.



Pelayanan Imunisasi Imunisasi merupakan salah satu upaya preventif untuk mendapatkan tingkat kesehatan masyarakat yang baik. Melalui imunisasi anak balita, remaja dan ibu hamil diberikan proteksi untuk mencegah penyakit-penyakit infeksi tertentu, yang bila terjadi akan sangat mengganggu dan menyebabkan penurunan kualitas hidup seseorang. Pencapaian imunisasi bayi yang baik, mencerminkan tingkat kekebalan yang dapat dicapai bayi untuk mencegah terjadinya penyakitpenyakit tertentu yang dapat megganggu pertumbuhan dan perkembangan anak, dan dapat menyebabkan kematian bayi-balita. Sesuai Standar



Profil Kesehatan Puskesmas Benteng 2015



pelayanan Minimal (SPM) kesehatan, suatu desa/kelurahan disebut desa UCI



atau Universal Child Immunization bila lebih 80% bayi di desa



tersebut mendapat imunsiasi lengkap. Pada tahun 2015 Kelurahan Benteng berhasil mencapai UCI, begitu juga di tahun 2016. Hasil ini merupakan tantangan untuk bisa bekerja semaksimal mungkin agar bisa mencapai target secara nasional yaitu 100% ditahun berikutnya untuk Kelurahan Wainitu.



B.



PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN Pelayanan kesehatan rujukan dibuat untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang membutuhkan pelayanan lanjutan setelah mendapat pelayanan dasar di puskesmas dan fasilitas kesehatan dasar lainnya. Jumlah Pasien yang dirujuk tahun 2016 sebanyak 1.637 pasien. 1.



Pelayanan Kesehatan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan BPJS Kesehatan merupakan Badan Usaha milik Negara yang ditugaskan khusus oleh pemerintah untuk menyelenggarakan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia. BPJS Kesehatan bersama BPJS Ketenagakerjaan merupakan program pemerintah dalam kesatuan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diresmikan pada tanggal 31 Desember 2013. BPJS Kesehatan mulai beroperasi sejak tanggal 1 Januari 2014. BPJS Kesehatan sebelumnya bernama Askes yang dikelola oleh PT Askes Indonesia (Persero), namun sesuai UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS, PT. Askes Indonesia berubah menjadi BPJS Kesehatan sejak tanggal 1 Januari 2014. Keanggotaan BPJS Kesehatan meliputi pemegang kartu Askes dan Jamkesmas. Sedangkan pada tahun 2015, jumlah kunjungan rawat jalan mengalami peningkatan sebanyak 6.657 pasien. Pada tahun 2016



2.



Penanganan Penyalahgunaan NAPZA Penyalahgunaan NAPZA atau narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainya, semakin hari semakin menunjukan peningkatan di masyarakat. Penyalahgunaan NAPZA tidak mengenal strata baik dari segi ekonomi, usia, pendidikan, desa dan kota. Penyalahgunaan NAPZA menimbulkan dampak buruk yang sangat luas dan mendalam terhadap para pelaku,



Profil Kesehatan Puskesmas Benteng 2015



keluarga, masyarakat dan bangsa. Secara fisik menimbulkan gangguan kesehatan fisik, termasuk gangguan fungsi jantung, otak, hati, ginjal, paruparu serta organ reproduksi. C.



PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT Status gizi merupakan salah satu indikator kesehatan yang berpengaruh terhadap derajat kesehatan. Masalah gizi yang umum ditemui adalah



Kurang



Energi Protein (KEP), Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY), Anemi Gizi, dan Kurang Vitamin A yang pada umumnya menyerang kelompok usia rawan seperti ibu hamil, ibu menyusui, bayi, balita, anak usia sekolah, wanita usia subur (WUS) dan golongan ekonomi rendah. 1.



Balita Dengan Gizi Buruk Balita yang tumbuh dalam keadaan gizi yang tidak memadai atau gizi buruk akan mengalami permasalahan kompleks tidak saja semasa mengalami keadaan tersebut tetapi juga ketika usia dewasa. Sesuai peneltian para ahli gizi, balita yang tumbuh dengan BB yang kurang dan sangat kurang cenderung akan mengalami penyakit-penyakit degeneraitf lebih cepat dari pada seharusnya. Dapat berupa hipertensi, DM, stroke, penyakit jantung, kanker dan sebagainya. Berdasarkan hasil kegiatan bulanan penimbangan balita pada tahun 2016, balita gizi buruk tidak ditemukan. Sedangkan pada tahun 2015 juga tidak ditemukan kasus gizi buruk. Penanganan masalah gizi di kota Ambon sampai saat ini tetap diupayakan oleh pemerintah daerah, provinsi dan pusat melalui program-program intervensi dan peningkatan kualitas keluarga. (lampiran tabel 27, 44, 45)



Grafik 10. Tren Cak. Kasus Gizi Puskesmas Benteng Tahun 20 14-2015



2.



Kapsul Vitamin A



Profil Kesehatan Puskesmas Benteng 2015



Perbaikan gizi masyarakat sangat diperlukan untuk mendukung keberhasilan pembangunan secara keseluruhan, karena dengan gizi yang baik maka masyarakat bisa beraktivitas dan sehat sehingga akan menambah income perkapita. Vitamin A merupakan salah satu vitamin yang sangat dibutuhkan oleh balita yang sedang tumbuh.Balita yang kekurangan vitamin A akan menyebabkan gangguan kekebalan tubuh sehingga gampang terserang bermacam-macam penyakit seperti campak, diare atau penyakit infeksi lain dan yang paling sering adalah gangguan penglihatan sampai dapat menyebabkan kebutaan. Pemberian vitamin tidak saja difokuskan ke balita tetapi juga diberikan kepada ibu nifas atau selesai melahirkan. Vitamin A yang diberikan ada 2 jenis yaitu kapsul biru untuk bayi berumur 6 bulan 12 bulan dan kapsul merah kepada balita dan ibu nifas sebanyak 2 kali. Cakupan pemberian Vitamin A pada balita di Puskesmas Benteng tahun 2015 sebesar 1.972 (52.71%) yang terdiri dari 502 bayi (80.06%) dan balita 1.470 (47.21%). Sedangkan tahun 2016 sebesar 2.528 (67,58%). Terjadi kenaikan pemberian vitamin A dari tahun 2015 ke tahun 2016 (tabel 44).



Grafik 11. Tren Cakupan Vit A Balita Puskesmas Benteng T hn 20152016



3.



Pemberian Tablet Fe Program pemerintah untuk memberikan tablet Fe (Fe sulfat 320 mg dan asam folat 0,5 mg) bagi semua ibu hamil sebanyak satu tablet per hari selama 90 hari, oleh karena telah diperkirakan jumlah tersebut mencukupi kebutuhan tambahan zat besi selama kehamilan yaitu 1000 mg di samping yang berasal dari makanan yang dimakan ibu hamil sehari-hari.



Profil Kesehatan Puskesmas Benteng 2015



Pemberian tablet Fe sangat diperlukan oleh ibu hamil untuk mencegah komplikasi kebidanan seperti perdarahan selama kehamilan dan persalinan, abortus, bayi lahir dengan berat rendah, cacat saat lahir, dan kelainan lain yang dapat menyebabkan kematian pada ibu maupun bayinya. Tabel Fe di berikan pada ibu Hamil paling kurang sebanyak 90 tablet selama masa kehamilan 9 bulan. Cakupan pemberian Fe ibu hamil di Kelurahan Benteng pada tahun 2016 sebanyak 644 orang ibu hamil (93,33%). Sedangkan pada tahun 2015 cakupan pemberian Fe ibu hamil mencapai 650 orang (98,93%) Terjadi penurunan cakupan pemberian tablet Fe dibandingkan dengan tahun sebelumnya (tabel 32). Grafik 12. Tren Cak. Fe Bumil Puskesmas Benteng Tahun 20 152016



BAB V SUMBER DAYA KESEHATAN



Profil Kesehatan Puskesmas Benteng 2015



Kuantitas dan kualitas sumber daya manusia kesehatan tetap menjadi sorotan selain pelayanan yang ada, oleh karena tanpa didukung oleh SDM yang cukup dan berkualitas maka pelayanan yang diberikan tidak akan berdampak maksimal untuk memperbaiki derajat kesehatan suatu daerah. Secara singkat mengenai situasi sumber daya kesehatan dirincikan menurut sarana, tenaga dan



pembiayaan



kesehatan.



A.



SARANA KESEHATAN Sarana kesehatan yang dapat disajikan pada saat ini meliputi puskesmas dan jaringannya, serta sarana upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) dan lain-lain.



1.



UPTD Puskesmas dan Jaringannya Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dari Dinas Kesehatan Kota Ambon yang melaksanakan tugas operasional pembangunan kesehatan. Pembangunan puskesmas di tiap kecamatan memiliki peran yang sangat penting dalam memulihkan kesehatan masyarakat. Puskesmas Benteng adalah Puskesmas non perawatan, Puskesmas pembantu 1 buah dan Poskesdes 2 buah dan didukung dengan sarana Kendaraan Roda Dua 3 unit, untuk melayani penduduk 29.577 jiwa.



Grafik 13. Jumlah Sarana Puskesmas Benteng Tahun 20 15-2016



Profil Kesehatan Puskesmas Benteng 2015



2. Sarana Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada termasuk yang ada di masyarakat. Upaya Kesehatan Bersumbar Daya Masyarakat (UKBM) berupa Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Posyandu Lansia, Kelompok Tanaman Obat Keluarga (toga), Pos Obat Desa (POD), dan sebagainya. Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling dikenal di masyarakat. Posyandu menyelenggarakan minimal lima program prioritas yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, imunisasi,



dan



penanggulangan



diare.



Untuk



memantau



perkembangannya, posyandu dikelompokkan kedalam empat strata yaitu posyandu pratama, posyandu madya, posyandu purnama, dan posyandu mandiri. Pada tahun 2015 ,jumlah posyandu di Puskesmas Benteng sebanyak 24 buah, yang terdiri dari 14 posyandu pratama dan 8 posyandu madya, dan 2 posyandu purnama. Sedangkan pada tahun 2016, 2 posyandu berhasil mencapai strata kemandirian madya. Hal ini berarti terjadi peningkatan strata kemandirian posyandu dari tahun sebelumnya. Presentase kedua jenis strata posyandu tersebut sangat perlu untuk menentukan tingkat kemandirian dan kualitas suatu posyandu. Untuk ke depannya masih diperlukan kerjasama lintas sector dan peran serta masyarakat (lampiran tabel 70).



Grafik 14. Tren Strata Posyandu di Pusk. Benteng Tahun 20 15-2016



Profil Kesehatan Puskesmas Benteng 2015



3.



Pos Kesehatan Desa ( Poskesdes ) Untuk mewujudkan desa siaga maka kriteria yang harus dipenuhi adalah minimal 1 bangunan poskesdes, tenaga poskesdes minimal 1 orang bidan dan 2 orang kader. Poskesdes yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Benteng sebanyak 2 unit Poskesdes. Namun sampai saat ini keberadaan poskesdes dan desa siaga belum tampil maksimal, bahkan tidak melakukan fungsi sesuai yang diharapkan, tidak semua poskesdes dan desa siaga tersebut dalam status aktif, dan rata-rata pemberdayaan yang bersumber masyarakat masih lemah,karena kurang partisipasi aktif baik itu dari masyarakat maupun stackholder yang ada ditingkat kecamatan maupun desa. Untuk itu di tahun-tahun depan masih dibutuhkan perhatian serius Pemerintah desa dan masyarakat untuk memaksimalkan kerja poskesdes ini.



4.



TENAGA KESEHATAN 1.



Sumber Daya Manusia Kesehatan di Puskesmas dan Jaringannya. Sumber daya manusia kesehatan di puskesmas dan jaringannya sejak beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan baik dari segi kuantitas maupun



kualitas. Jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas



Benteng sebanyak 21 orang (lampiran tabel 70-81).



Tabel 4. Ketenagaan Puskesmas Benteng Tahun 2015-2016



Profil Kesehatan Puskesmas Benteng 2015



JenisTenaga



2015



2016



Medis



2



2



Perawat



8



8



Bidan



3



3



Farmasi



1



1



Gizi



2



2



Teknisi Medis



1



1



Kesling



2



2



Lainnya



2



2



Total



21



21



Bila diratiokan untuk SDM kesehatan tahun 2016 di Puskesmas Benteng kota Ambon, maka didapat



rasio tenaga kesehatan terhadap



100.000 penduduk sebagai berikut :



5.



1)



Ratio Dokter umum (1 orang) = 3,38 /100.000 penduduk



2)



Ratio Dokter Gigi ( 1 orang ) = 3,38 / 100.000 Penduduk



3)



Ratio Perawat ( 8 orang ) = 27,05 / 100.000 Penduduk



4)



Kefarmasian ( 1 orang ) = 3,38 / 100.000 Penduduk



5)



Gizi ( 2 orang) = 6,76 / 100.000 Penduduk



6)



Bidan ( 3 orang ) = 10,14 / 100.000 Penduduk



7)



Kesehatan Lingkungan ( 2 orang ) = 6,76 / 100.000 Penduduk



PEMBIAYAAN KESEHATAN Realisasi Anggaran Puskesmas Benteng



kota Ambon dari tahun ke tahun



mengalami perubahan. Pada tahun 2015



sebesar Rp 1.177.118.000,-



sedangkan pada tahun 2016 sebesar 1.831.812.000 (lampiran tabel 82)



Tabel 5. Sumber dan Besar Pembiayaan di Puskesmas Benteng 2016 SUMBER BIAYA



2016



Profil Kesehatan Puskesmas Benteng 2015



Penyerapan Dana 2016



RUPIAH



%



RUPIAH



%



APBD KOTA



-



-



-



-



APBD KESEHATAN JAMKESMAS



-



-



-



-



-



-



-



-



ASKES



-



-



-



-



BOK



-



Jampersal



-



-



-



JKN



1.831.812.000



100



1.781.076.800



Total



1.831.812.000



100



1.781.076.800



97,2 97,2



KESIMPULAN



Dari hasil-hasil pelayanan kesehatan di Puskesmas Benteng kota Ambon selama tahun 2016, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :



Profil Kesehatan Puskesmas Benteng 2015



1.



Tingkat kesehatan masyarakat Puskesmas Benteng kota Ambon berdasarkan hasil survei menggunakan IPKM, membaik namun realita menggambarkan kesehatan kota Ambon terjadi penurunan, karena diakibatkan peningkatan beberapa kasus penyakit menular, maupun angka insiden penyakit – penyakit infeksi lain yang meningkat.



2.



Tingkat kematian ibu sama seperti tahun yang lalu, sedangkan tingkat kematian



bayi



mengalami



peningkatan



dibandingkan



dengan



tahun



sebelumnya. 3.



Terdapat 4 kasus DBD di wilayah kerja Puskesmas Benteng.



4.



Terdapat 8 pasien HIV/AIDS yang tercatat di Puskesmas Benteng.



5.



Ketersediaan obat di puskesmas dan jaringannya cukup untuk kebutuhan ,baik dalam hal jumlah maupun jenisnya.



6.



Indikator-indikator seperti cakupan K4, persalinan, desa UCI yang ada dalam SPM kesehatan sampai tahun 2016 belum mencapai target Nasional.



7.



Besaran dana untuk pelayanan kesehatan yang dialokasikan oleh pemerintah pusat maupun daerah semakin bertambah dari tahun ke tahun



8.



Besaran persentasi pembiayaan untuk kesehatan dari alokasi APBD kota Ambon, masih rendah dibandingkan yang seharusnya diterima.



9.



Sumber daya manusia kesehatan meningkat dari sisi kuantitas, namun secara kualitas masih jauh dari yang diharapkan, namun secara ratio belum mencukupi kebutuhan, apalagi secara kompetensi/professional



tenaga



kesehatan masih kurang. 10.



Sarana dan prasarana pendukung di dinas, puskesmas dan jaringannya perlu juga dilengkapi karena masih ada yang kurang memadai.



11.



Tingkat efisiensi dan efektifitas pelayanan kesehatan di puskesmas dan rumah sakit perlu ditingkatkan, khususnya dalam proaktif untuk masalah penanganan kasus.



12.



Perlu adanya peningkatan jejaring kerja dengan sektor terkait, maupun lintas sektor secara proaktif untuk meningkatkan partisipasi di sektor kesehatan.



Profil Kesehatan Puskesmas Benteng 2015