NOVEL SEJARAH RORO MENDUT (B.indo) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TOKOH CERITA SEJARAH



“RORO MENDUT”



Karya : Gerdi W.K. Tugas Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Disusun Oleh : Kelompok Gerdi.Wk 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.



Anisa Shinta.T Annisa Nurul.H Karyati Nahdah Elsa.P.N Putri Omega Sisca Hudriah Sri Fatimah XII Akuntansi 1



SMKN 2 PURWAKARTA Jln.Jend.A.Yani No.98 Purwakarta 41115 2018



TOKOH CERITA SEJARAH



“RORO MENDUT” Kekuasaan telah membunuh Mendut dan Pronocitro di ujung keris sakti Panglima Perang Mataram, Tumenggung Wiroguno. Sekali lagi kita melihat, absurditas cinta mati sia-sia. Sebuah tema yang terus berulang, tercampakkan dan hanya hidup dalam legenda. Menurut cerita Romo Mangun, Mendut adalah simbol kekuatan daerah pesisir (Pantai Utara) yang ditaklukan oleh kekuasaan Mataram, simbol kerajaan dan budaya pedalaman, yang agraris dan cenderung otoritarian. Para ahli sastra, sarjana dan satrawan sepakat bahwa Mendut adalah pejuang emansipasi perempuan. Dia berani menolak hasrat berahi seorang Panglima, walaupun dengan itu, dia harus menanggung resiko membayar pajak upeti seperti layaknya sebuah daerah ataupun orang-orang yang takluk oleh kekuasaan Mataram. Mendut hanyalah seorang anak nelayan dari desa Teluk Cikal yang kebetulan hidup dalam kekuasaan Adipati Pragolo II, sang keris penguasa Kadipaten Pathi. Dan sebelum jatuh ke tangan Tumenggung Wiroguno, Mendut telah pula diculik oleh prajurit Adipati Pragolo II, saat sedang asyik-asyiknya membantu pamannya di pesisir pantai. Mendut di bawa begitu saja karena parasnya yang cantik bagaikan berlian serta hidungnya mancung juga mata yang berwarna kecoklatan dan tubuhnya yang molek gemulai. Keceriaan remajanya dirampas dan dipingit dalam Puri Kadipaten Pathi. Tapi sebelum keremajaannya dinodai oleh Adipati Pragolo II, Kadipaten Pathi, keraton serta purinya telah habis dirangsek oleh Tumenggung Wiroguno, utusan Kerajaan Mataram. Sebab diduga Kadipaten Pathi akan memberontak terhadap kekuasaan besar Kerajaan Mataram, dengan mencoba memerdekaan diri dan enggan membayar upeti menghadap istana Mataram di Karta. Jadilah Mendut seperti barang pampasan perang Kerajaan Mataram. Mulanya di persembahkan pada Ingkang Sinuhun Susuhunan Hanyokro-Kusumo, Senopati Ingalogo Mataram Abdurrahman Sayyidin Panotogomo (Sultan Agung), tetapi karena Tumenggung Wiroguno berkenan pada Mendut,Sultan Agung Mataram menyerahkannya pada Tumenggung Wiroguno. Pemberontakan Mendut pada awalnya ditanggapi dengan lunak. Tapi lama kelamaan, Tumenggung merasa kesal dan jengkel. Pajak yang tadinya ditetapkan setiap bulan ditekan menjadi setiap minggu. Mendut tak kehilangan akal, kemudian menjual semua perhiasannya untuk dijadikan modal berjualan puntung rokok. Di alun-alun Mataram Istana Karta, tepatnya di tengah pasar rakyat, Mendut membuka warung puntung rokoknya. Sambil diiringi tarian erotis penuh gerakan kebebasan ala budaya pantai utara, Mendut menghisap rokok dan bekasnya dijual pada setiap pengunjung yang mau membeli. Tentu saja harganya lebih mahal dari rokok biasa, karena rokok tersebut sudah



tersentuh dan dihisap oleh Mendut, yang menurut anggapan rakyat banyak, Mendut adalah seorang Putri Selir Mataram dari Tumenggung Wiroguno. Di pasar itulah, Mendut mengenal Pronocitro pada pandangan pertama. Cinta mulai bersemi di dada masing-masing dua insan yang sedang jatuh cinta. Pronocitro pun kemudian tahu tentang cerita Mendut sebagai Puteri Boyongan dari Kadepaten Pathi. Sedangkan Pronocitro sendiri adalah seorang pengembala yang lari dari keinginan ibunya Nyai Singa Barong, seorang saudagar armada dagang di Pekalongan, yang menginginkan putranya meneruskan bisnisnya. Terdamparlah Pronocitro di Mataram dan menemukan Mendut sebagai jodohnya. Dengan ketampanan parasnya seperti arjuna dan keperkasaan tubuhnya, Pronocitro akhirnya dapat masuk ke dalam Puri Wirogunan sebagai pemelihara kuda. Awalnya Wiroguno tidak mencurigai keberadaannya. Sebagai kekasih gelap Den Roro Mendut, tapi akhirnya hubungan mereka berdua tercium juga oleh Wiroguno. Suatu malam Pronocitro dan Mendut merencanakan untuk kabur, karena sebelumnya mereka sudah tahu bahwa, Wiroguno akan menangkap basah mereka saat berduaan. Dengan bantuan dayang-dayang Puri Wirogunan, yang setuju dengan hubungan Mendut-Pronocitro, akhirnya mereka berhasil mencuri start, sebelum Wiroguno dan pasukannya datang menyergap. Wiroguno kalang-kabut dan bersama pasukannya mencoba mengejar dan menangkap mereka hidup-hidup. Setelah pencarian siang dan malam, akhirnya Mendut dan Pronocitro dapat terkejar dan tersudut di Muara sungai Oya-Opak, andai saja mereka dapat lebih cepat menjauh dari daerah tersebut pasti Wiroguno tidak akan menemukannya. Mereka sudah terkepung dan sulit berkutik lagi. Namun Pronocitro dengan gagah berani tampil ke depan menghadapi seorang Panglima Mataram. Dia tahu kalau kekuatannya tidak sebanding dengan Tumenggung Wiroguno, tapi cinta telah menuntunnya untuk berani disaat-saat yang begitu mendesak. Perkelahian tak dapat dihindari dan kemenangan sudah dipastikan akan berpihak pada Wiroguno. Disodorkanlah keris sakti Wiroguno ke hadapan tubuh Pronocitro, namun secepat kilat Mendut telah berdiri tepat di hadapan Pronocitro, akibatnya Keris Wiroguno tertancap menusuk jantung Mendut dan tembus ke dada Pronocitro. Mereka rubuh bersimbah darah. Tubuh mereka hanyut dihemapas ke muara sungai menuju samudera, tempat asal merekadulu. Cinta telah menyatukan mereka dalam satu nafas, kehidupan dan kematian. Sedangkan kekuasaan memang selalu menyiratkan kekuataan senjata dan darah, lalu melupakan nilainilai kemanusiaan tentang cinta dan kasih sayang.



STRUKTUR NOVEL SEJARAH a. Orientasi Menurut cerita Romo Mangun, Mendut adalah simbol kekuatan daerah pesisir (Pantai Utara) yang ditaklukan oleh kekuasaan Mataram, simbol kerajaan dan budaya pedalaman, yang agraris dan cenderung otoritarian. Para ahli sastra, sarjana dan satrawan sepakat bahwa Mendut adalah pejuang emansipasi perempuan. Dia berani menolak hasrat berahi seorang Panglima, walaupun dengan itu, dia harus menanggung resiko membayar pajak upeti seperti layaknya sebuah daerah ataupun orang-orang yang takluk oleh kekuasaan Mataram. Mendut adalah seorang anak nelayan dari desa Teluk Cikal yang kebetulan hidup dalam kekuasaan Adipati Pragolo II, sang keris penguasa Kadipaten Pathi dan sebelum jatuh ke tangan Tumenggung Wiroguno, Mendut telah pula di culik oleh Prajurit Adipati Pragolo II, disaat sedang asyik-asyiknya membantu pamannya di Pesisir Pantai. Mendut dibawa begitu saja karena kecantikkannya. Keceriaan remajanya dirampas dan dipingit dalam Puri Padipaten Pathi. Tapi sebelum keremajaannya di nodai oleh Adipati Pragolo II, Kadipaten Pathi, Keraton serta Purinya telah habis dirangsek oleh Tumenggu Wiroguno, utusan Kerajaan mataram. Sebab diduga Kadipaten Pathi akan memberontak terhadap kekuasaan besar kerajaan Mataram, dengan mencoba memerdekakan diri dan enggan bayar upeti menghadap Istana Mataram di Karta.



b. Pengungkapan Peristiwa Jadilah Mendut seperti barang pampasan perang kerajaan Mataram. Mulainya dipersembahkan pada Ingkang Sinuhun Susuhunan Hanyokro-Kusumo, Senopati Ingalogo Mataram Abdurahman Syyaidin Panotogmo (Sultan Agung), tapi karena Tumunggung Wirogono berkenaan pada Mendut, Sultan Agung Mataram menyerahkannya pada Tumenggung Wirogono. Pemberontakan Mendut pada awalnya ditanggapi dengan lunak. Tapi lama kelamaan, Tumenggung merasa kesal dan jengkel. Pajak yang tadinya ditetapkan setiap bulan ditekan menjadi setiap minggu. Mendut tak kehilangan akal, kemudian menjual semua perhiasannya untuk dijadikan modal berjualan puntung rokok. c. Menuju Konflik (Rising Action) Di alun-alun Mataram Istana Karta, tepatnya di tengah pasar rakyat, Mendut membuka warung puntung rokoknya. Sambil diiringi tarian erotis penuh gerakan kebebasan ala budaya pantai utara, Mendut menghisap rokok dan bekasnya dijual pada setiap pengunjung yang mau membeli. Tentu saja harganya lebih mahal dari rokok biasa, karena rokok tersebut sudah tersentuh dan dihisap oleh Mendut, yang menurut anggapan rakyat banyak, Mendut adalah seorang Putri Selir Mataram dari TumenggungWiroguno. Di pasar itulah, Mendut mengenal Pronocitro pada pandangan pertama.



Cinta mulai bersemi di dada masing-masing dua insan yang sedang jatuh cinta. Pronocitro pun kemudian tahu tentang cerita Mendut sebagai Puteri Boyongon dari Kadepaten Pathi. Sedangkan Pronocitro sendiri adalah seorang pengembala yang lari dari keinginan ibunya Nyai Singa Barong, seorang saudagar armada dagang di Pekalongan, yang menginginkan putranya meneruskan bisnisnya. Terdamparlah Pronocitro di Mataram dan menemukan Mendut sebagai jodohnya. d. Puncak Konflik (Turning Point,Komplikasi) Dengan ketampanan dan keperkasaan tubuhnya, pronociptroakhirnya masuk ke dalam Puri Wirogunan sebagai pemelihara kuda. Awalnya Wirogunan tidak mencurigai keberadaannya, sebagai kekasih gelap Den Roro Mendut, tapi akhirnya hubungan mereka berdua tercium juga oleh wiroguno. Suatu malam Pronocitro dan Mendut merencanakan untuk kabur, karena sebelumnya mereka sudah tahu bahwa, Wiroguno akan menangkap basah mereka saat berduaan. Dengan bantuan dayang-dayang Puri Wirogunan, yang setuju dengan hubungan Mendut dan Pronocitro, akhirnya mereka berhasil kabur sebelum Wiroguno dan pasukannya datang menyergap. e. Penyelesaian Wiroguno kalang-kabut dan bersama pasukannya mencoba mengejar dan menangkap mereka hidup-hidup. Setelah pencarian siang dan malam, akhirnya Mendut dan Pronocitro dapat terkejar dan tersudut di Muara sungai Oya-Opak. Mereka sudah terkepung dan sulit berkutik lagi. Namun Pronocitro dengan gagah berani tampil ke depan menghadapi seorang Panglima Mataram. Dia tahu kalau kekuatannya tidak sebanding dengan Tumenggung Wiroguno, tapi cinta telah menuntunnya untuk berani disaat-saat yang begitu mendesak. Perkelahian tak dapat dihindari dan kemenangan sudah dipastikan akan berpihak pada Wiroguno. Disodorkanlah keris sakti Wiroguno ke hadapan tubuh Pronocitro, namun secepat kilat Mendut telah berdiri tepat di hadapan Pronocitro. Keris Wiroguno tertancap menusuk jantung Mendut dan tembus ke dada Pronocitro. Mereka rubuh bersimbah darah. Tubuh mereka hanyut dihemapas ke muara sungai menuju samudera, tempat asal mereka dulu. f. Koda Cinta telah menyatukan mereka dalam satu nafas, kehidupan dan kematian. Sedangkan kekuasaan memang selalu menyiratkan kekuataan senjata dan darah, lalu melupakan nilai-nilai kemanusiaan tentang cinta dan kasih sayang.



UNSUR KEBAHASAAN



1. Gagasan Pokok Mendut adalah simbol kekuatan daerah pesisir (Pantai Utara) yang ditaklukan oleh kekuasaan Mataram, Mendut adalah pejuang emansipasi perempuan. Dia berani menolak hasrat berahi seorang Panglima, walaupun dengan itu, dia harus menanggung resiko membayar pajak upeti seperti layaknya sebuah daerah ataupun orang-orang yang takluk oleh kekuasaan Mataram. Mendut seperti barang pampasan perang kerajaan Mataram. Mulainya dipersembahkan pada Ingkang Sinuhun Susuhunan Hanyokro-Kusumo, Senopati Ingalogo Mataram Abdurahman Syyaidin Panotogmo (Sultan Agung), tapi karena Tumunggung Wirogono berkenaan pada Mendut, Sultan Agung Mataram menyerahkannya pada Tumenggung Wirogono. Pronocitro sendiri adalah seorang pengembala yang lari dari keinginan ibunya Nyai Singa Barong, seorang saudagar armada dagang di Pekalongan, yang menginginkan putranya meneruskan bisnisnya. Terdamparlah Pronocitro di Mataram dan menemukan Mendut sebagai jodohnya. Suatu malam Pronocitro dan Mendut merencanakan untuk kabur, karena sebelumnya mereka sudah tahu bahwa, Wiroguno akan menangkap basah mereka saat berduaan. Dengan bantuan dayang-dayang Puri Wirogunan, yang setuju dengan hubungan Mendut dan Pronocitro, akhirnya mereka berhasil kabur sebelum Wiroguno dan pasukannya datang menyergap Wiroguno kalang-kabut dan bersama pasukannya mencoba mengejar dan menangkap mereka hidup-hidup. Akhirnya Mendut dan Pronocitro dapat terkejar dan tersudut di Muara sungai Oya-Opak. Mereka sudah terkepung dan sulit berkutik lagi. Namun Pronocitro dengan gagah berani tampil ke depan menghadapi seorang Panglima Mataram. Dia tahu kalau kekuatannya tidak sebanding dengan Tumenggung Wiroguno, tapi cinta telah menuntunnya untuk berani disaat-saat yang begitu mendesak. Perkelahian tak dapat dihindari dan kemenangan sudah dipastikan akan berpihak pada Wiroguno. Disodorkanlah keris sakti Wiroguno ke hadapan tubuh Pronocitro, namun secepat kilat Mendut telah berdiri tepat di hadapan Pronocitro. Keris Wiroguno tertancap menusuk jantung Mendut dan tembus ke dada Pronocitro. Mereka rubuh bersimbah darah. Tubuh mereka hanyut dihemapas ke muara sungai menuju samudera, tempat asal mereka dulu.



2. Paragraf a. Deskriptif - Sebelum jatuh ke tangan Tumenggung Wiroguno, Mendut telah pula diculik oleh prajurit Adipati Pragolo II, saat sedang asyik-asyiknya membantu pamannya di pesisir pantai. Mendut di bawa begitu saja karena parasnya yang cantik bagaikan berlian serta hidungnya mancung juga mata yang berwarna kecoklatan dan tubuhnya yang molek gemulai. Keceriaan remajanya dirampas dan dipingit dalam Puri Kadipaten Pathi. - Dengan ketampanan parasnya seperti arjuna dan keperkasaan tubuhnya, Pronocitro akhirnya dapat masuk ke dalam Puri Wirogunan sebagai pemelihara kuda. Awalnya Wiroguno tidak mencurigai keberadaannya sebagai kekasih gelap Den Roro Mendut, tapi akhirnya hubungan mereka berdua tercium juga oleh Wiroguno. b. Naratif - Mendut mengenal Pronocitro pada pandangan pertama. Cinta mulai bersemi di dada masing-masing dua insan yang sedang jatuh cinta. Pronocitro pun kemudian tahu tentang cerita Mendut sebagai Puteri Boyongan dari Kadepaten Pathi. Sedangkan Pronocitro sendiri adalah seorang pengembala yang lari dari keinginan ibunya Nyai Singa Barong, seorang saudagar armada dagang di Pekalongan, yang menginginkan putranya meneruskan bisnisnya. Terdamparlah Pronocitro di Mataram dan menemukan Mendut sebagai jodohnya. - Wiroguno kalang-kabut dan bersama pasukannya mencoba mengejar dan menangkap mereka hidup-hidup. Setelah pencarian siang dan malam, akhirnya Mendut dan Pronocitro dapat terkejar dan tersudut di Muara sungai Oya-Opak. Mereka sudah terkepung dan sulit berkutik lagi. Namun Pronocitro dengan gagah berani tampil ke depan menghadapi seorang Panglima Mataram. Dia tahu kalau kekuatannya tidak sebanding dengan Tumenggung Wiroguno, tetapi cinta telah menuntunnya untuk berani disaat-saat yang begitu mendesak. Alur : Maju 3. Kalimat/Paragraf a. Faktual - Mendut adalah simbol kekuatan daerah pesisir (Pantai Utara) yang ditaklukan oleh kekuasaan Mataram. - Pronocitro adalah seorang pengembala yang lari dari keinginan ibunya Nyai Singa Barong, seorang saudagar armada dagang di Pekalongan, yang menginginkan putranya meneruskan bisnisnya. b. Imajinatif - Mendut seperti barang pampasan perang Kerajaan Mataram, mulanya di persembahkan pada Ingkang Sinuhun Susuhunan Hanyokro-Kusumo, Senopati Ingalogo Mataram Abdurrahman Sayyidin Panotogomo (Sultan Agung), tapi karena Tumenggung Wiroguno berkenan pada Mendut,Sultan Agung Mataram menyerahkannya pada Tumenggung Wiroguno.



-



Mendut dan Pronocitro dapat terkejar dan tersudut di Muara sungai Oya-Opak, andai saja mereka dapat lebih cepat menjauh dari daerah tersebut pasti Wiroguno tidak akan menemukannya.



4. Konjungsi a. Mendut adalah simbol kekuatan daerah pesisir (Pantai Utara) yang ditaklukan oleh kekuasaan Mataram, simbol kerajaan dan budaya pedalaman, yang agraris dan cenderung otoritarian. b. Sebelum keremajaannya dinodai oleh Adipati Pragolo II, Kadipaten Pathi, keraton serta purinya telah habis dirangsek oleh Tumenggung Wiroguno, utusan Kerajaan Mataram. c. Kadipaten Pathi akan memberontak terhadap kekuasaan besar Kerajaan Mataram, dengan mencoba memerdekaan diri dan enggan membayar upeti menghadap istana Mataram di Karta. d. Roro Mendut mulanya di persembahkan pada Ingkang Sinuhun Susuhunan Hanyokro-Kusumo, Senopati Ingalogo Mataram Abdurrahman Sayyidin Panotogomo (Sultan Agung), tetapi karena Tumenggung Wiroguno berkenan pada Mendut,Sultan Agung Mataram menyerahkannya pada Tumenggung Wiroguno. e. Pronocitro pun kemudian tahu tentang cerita Mendut sebagai Puteri Boyongan dari Kadepaten Pathi, sedangkan Pronocitro sendiri adalah seorang pengembala yang lari dari keinginan ibunya Nyai Singa Barong. 5. Kalimat a. Majemuk - Mulanya di persembahkan pada Ingkang Sinuhun Susuhunan HanyokroKusumo, Senopati Ingalogo Mataram Abdurrahman Sayyidin Panotogomo (Sultan Agung), tetapi karena Tumenggung Wiroguno berkenan pada Mendut,Sultan Agung Mataram menyerahkannya pada Tumenggung Wiroguno. - Disodorkanlah keris sakti Wiroguno ke hadapan tubuh Pronocitro, namun secepat kilat Mendut telah berdiri tepat di hadapan Pronocitro, akibatnya Keris Wiroguno tertancap menusuk jantung Mendut dan tembus ke dada Pronocitro. b. Tunggal - Mendut membuka warung puntung rokok di alun-alun Istana Karta. - Pronocitro terdampar di Mataram.