6 0 170 KB
Lampiran Surat Keputusan Direktur RSUD Besuki Nomor : 440/200.8/431.519.1.3/2018 Tanggal : 10 September 2018 Tentang : Pemberlakuan Kebijakan Panduan Dan Standar Prosedur Operasional Terkait Pengurangan Pasien Cidera Akibat Jatuh.
PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO DINAS KESEHATAN SITUBONDO UPT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BESUKI
PANDUAN TERKAIT PENURUNAN RESIKO PASIEN CIDERA AKIBAT JATUH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BESUKI
Jl. Olah Raga No.55 Telp./ Fax (0338) 891505, 891118 KECAMATAN BESUKI 68356 email: [email protected]
DAFTAR ISI Halaman Judul Daftar Isi BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
1.2
Tujuan
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1
Definisi
2.2
Faktor Resiko
2.3
Ruang Lingkup
2.4
Tata Laksana
2.5
Dokumentasi
BAB 3
PENUTUP
Daftar Pustaka
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar belakang Falls atau pasien jatuh merupakan insiden di RS yang sering terjadi dan dapat
mengakibatkan cedera serius dan kematian. Pasien jatuh merupakan adverse event keduaterbanyakdalaminstitusi
perawatan
pengobatan/medicationerors
kesehatan
setelah
(AHRQ).Insiden pasien jatuh tidak
kesalahan
hanya berdampak
kepada fisik pasien tetapi juga dampak keuangan yang ditanggung pasien dan rumah sakit (RS). Permasalahan pasien jatuh telah menjadi perhatian penting bagi pemerintah dalam pelayanan pasiendiRS melalui peraturan menteri kesehatan
No.1691/MENKES /
PER / VII / 2011 tentang keselamatan pasien rumah sakit, bab 4 pasal 8 bahwa : setiap RS wajib mengupayakan pemenuhan sasaran keselamatan pasien. Enam sasaran keselamatan pasien dan salah satunya adalah pengurangan risiko pasien jatuh. Dalam rangka menurunkan risiko cedera akibat jatuh, maka petugas RS perlu melakukan asesmen dan asesmen/penilaian ulang terhadap kategori risiko pasien jatuh bekerja
sama
dalam
memberikan
dan
intervesi pencegahan pasien jatuh, sesuai
prosedur.
1.2
Tujuan Pencegahan Jatuh Sebagai suatu proses untuk mencegah kejadian jatuh pada pasien, dengancara: 1.
Mengidentifikasi pasien yang memiliki risiko tinggi jatuh denganmenggunakan “Asesmen Risiko Jatuh”
2. Melakukan asesmen ulang pada semua pasien(setiap hari) 3. Melakukan asesmenyangberkesinambungan terhadap pasien yangberisiko jatuh dengan menggunakan “Asesmen Risiko Jatuh Harian” 4. Menetapkan standar pencegahan dan penanganan risiko jatuh secarakomprehensif
BAB 2 PEMBAHASAN 2.6
Definisi Jatuh adalah suatu peristiwa di mana seseorang mengalami jatuh dengan atau
tanpa disaksikan oleh orang lain, tidak disengaja/ tidak direncanakan, denganarah jatuh ke lantai, dengan atau tanpamencederai dirinya. Penyebab jatuh dapatmeliputi faktor fisiologis (pingsan) atau lingkungan (lantai yang licin). Resiko jatuh pasien yang beresiko untuk jatuh yang umumnyadisebabkan oleh faktor lingkungan dan faktor fisiologis yang dapat berakibatcidera. 2.7
Faktor Resiko Faktor resiko jatuh dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori: 1. Intrinsik: berhubungan dengan kondisi pasien, termasuk kondisipsikologis 2. Ekstrinsik:berhubungan dengan lingkungan. Selain itu, faktor resiko juga dapat dikelompokkan menjadi kategori dapat
diperkirakan (anticipated) dan tidak dapat diperkirakan (unanticipated). Faktor tersebut adalah: 1. Dapat diperkirakan : 1) Intrinsik (berhubungan dengan kondisi pasien): (1)
Riwayat jatuh sebelumnya
(2)
Inkontinensia
(3)
gangguan kognitif/psikologis
(4)
gangguan keseimbangan/mobilitas
(5)
usia > 65 tahun
(6)
osteoporosis
(7)
gangguan moskuloskeletal
2) Ekstrinsik (berhubungan dengan lingkungan) (1)
Lantai
basah/silau,
ruang
longgar/lepas (2)
Alas kaki tidak pas.
(3)
Dudukan toilet yang rendah.
(4)
Kursi atau tempat tidur beroda
(5)
Rawat inap berkepanjangan.
berantakan,
pencahayaan
kurang,
kabel
(6)
Peralatan yang tidak aman.
(7)
Peralatan rusak.
(8)
Tempat tidur ditinggalkan dalam posisi tinggi.
2. Tidak dapat diperkirakan 1) Intrinsik (berhubungan dengan kondisi pasien) (1)
Kejang
(2)
aritmia jantung
(3)
stroke atau serangan iskemik sementara (transient ischaemic attack-TIA).
(4)
Pingsan
(5)
serangan jantung (drop attack).
(6)
Penyakit kronis
2) Ekstrinsik ( berhubungan dengan lingkungan ) (1) 2.3
Reaksi individu terhadap obat-obatan
Ruang Lingkup Komponen utama dari proses pelayanan pasien rawat inap dan rawat jalan adalah
asesmen pasien untuk memperoleh informasi terkait status medis pasien. Begitu juga untuk pasien yang mempunyai resiko jatuh. Asesmen pasien denganresiko jatuh dibutuhkan dalam membuat keputusan-keputusan terkait: 1. Status kesehatan pasien 2. Kebutuhan dan permasalahan keperawatan 3. Intervensi guna memecahkan permasalahan kesehatan yang
sudah teridentifikasi
atau juga mencegah permasalahan yang bisa timbul dimasa mendatang serta 4. Tindak lanjut untuk memastikan hasil-hasil yang diharapkan pasien terpenuhi. Pengelolaan risiko pasien jatuh terutama dapat terjadi pada pasien yang dirawat diruangan:
IRNA
HCU
Dll Semua petugas yang bekerja di rumah sakit harus memahami bahwa semua
pasien yang dirawat inap memiliki risiko untuk jatuh, dan semua petugas tersebut memiliki peran untuk mencegah pasien jatuh.
2.4
Tata Laksana Dalam pentatalaksanan pengelolaan pasien dengan resiko jatuh meliputi :
Petugas penanggung jawab: Perawat Perangkat kerja; 1. Status Rekam Medis Pasien 2. Tanda risiko pasien jatuh (gelang kuning) 3. Formulir pengkajian risiko pasien jatuh 4. Formulir dokumentasi informasi risiko pasien jatuh 5. Formulir catatan kegiatan perawat tentang asesmen dan intervensi risiko jatuh Tata laksana 1. Asesmen awal / skrining Perawat akan melakukan penilaian dengan Asesmen Resiko JatuhMorse Fall Scale dalam waktu 4 jam dari pasien masuk RS dan mencatat hasil asesmen dan langsung dilakukakan tata laksana risikojatuh 2. Asesmen ulang Setiap pasien akan dilakukan asesmen ulang risiko jatuh setiap: saat transfer ke unit lain, adanya perubahan kondisi pasien, adanyakejadian jatuh pada pasien. Penilaian menggunakan Asesmen Risiko Jatuh Morse Fall Scale danRencana KeperawatanInterdisiplin akandiperbaharui/dimodifikasisesuai dengan hasil asesmen. 3. Perawat yang bertugas akan mengidentifikasi dan menerapkan “Prosedur Pencegahan Jatuh”, berdasarkan pada: 1) Kategori risiko jatuh (rendah, sedang, tinggi) 2) Kebutuhan dan keterbatasan per-pasien 3) Riwayat jatuh sebelumnya dan penggunaan alat pengaman (safety devices) 4) Asesmen Klinis Harian. Assesmen ulang resiko jatuh dilaksanakan setiap hari, saat transfer ke unit lain, adanya perubahan kondisi pasien,adanya kejadian jatuh pada pasien. 4. “Prosedur Pencegahan
Jatuh” pada pasien yang beresiko rendah,sedang, atau
tinggi harus diimplementasikan dan penggunaan peralatan yang sesuai harus optimal. Untuk mengubah kategori dari resiko tinggike rendah diperlukan skor 48 jam atau tidak menjalani pembedahan/sedasi/anestasi Anestesi Penggunakan multipel : sedatif, obat hipnosis, barbiturat, fenotiazin, antidepresan, pencahar, Penggunaan diuretik, narkose medikamentosa Penggunaan salah satu obat diatas Penggunaan medikasi lainnya / tidak ada medikasi Jumlah Skor Humpty Dumpty Keterangan : Skor asesmen risiko jatuh (skor minimum 7 dan skor maksimum 23). Skor 7 – 11 12
Risiko Rendah Tinggi
1 3 2 1
BAB 3 PENUTUP
Pada Prinsipnya dokumen yang tertulis perlu komitmen yang kuat oleh seluruh bagian Rumah Sakit untuk terlaksananya kegiatan sesuai dengan Panduan yang telah disusun. Dengan telah disusunnya buku Panduan Pencegahan resiko Pasien Jatuh ini diharapkan dapat membantu petugas terkait dalam menerapkan tindakan pencegahan resiko pasien jatuh pada seluruh pasien RSUD Besuki.
Daftar Pustaka Departemen Kesehatan RI. (2001). Pedoman Gedung ICU Rumah Sakit klas A dan B Departemen Kesehatan
RI. (2006). Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah
Sakit (Patient Safety). Jakarta: Depkes RI Departemen Kesehatan RI. (2007). Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety). Edisi 2. KKP-RS. Departemen Kesehatan RI. (2008). Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety). Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Depkes, RI. (2009). Profil Kesehatan Indonesia : Departemen Republik Indonesia. www.depkes.go.id/resources/download/.../profil-kesehatanindonesia-2013.pdf.Jakarta. di unduh 24 januari 2017