Panduan Keamanan Pembedahan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Panduan Direktur RS. Medicare Sorek Nomor : 4.1/SK-SKP/RSMS-Dir/IV/2018 Tanggal : 01 April 2018



BAB I DEFENISI KEAMANAN PEMBEDAHAN (SAFETY SURGERY)



A. Latar Belakang Pembedahan merupakan sesuatu toindakan medis yang penting dalam pelayanan kesehatan. Tindakan pembedahan merupakan salah satu tindakan medis yang bertujuan untuk menyelamatkan nyawa, mencegah kecacatan dan komplikasi. Namun demikian, pembedahan yang dilakukan juga dapat menimbulkan kopmplikasi yang dapat membahayakan nyawa (WHO,2009). Data wordHealth Organization (WHO) menunjukan selama lebih dari satu abad perawatan bedah telah menjadi komponen penting dari perawatan kesehatan di seluruh dunia, satu untuk setiap 25 orang hidup (Haynes, et a 2009). Penelitian di 56 negara anggota WHO tahun 2004 diperkirakan 234,2 juta prosedur pembedahan dilakukan setiap tahun berfotensi komplikasi dan kematian (Weiser, et al 2008). Berbagai penelitian menunjukkan komplikasi yang terjadi setelah pembedahan. Data WHP menunjukan komplikasi utama pembedahan adalah kecacatan dan trawat inap yang berkepanjangan 3-16% pasien bedah terjadi di negara-negara berkembang. Secara global angka kematian kasar berbagai operasi sebesar 0,2-10%. Diperkirakan sehingga 50% dari komplikasi dan kematian dapat dicegah di negara berkembang jika standar dasar tertentu perawatan diikuti (WHO,2009). B. Defininsi Kesalahan yang terjadi di kamar bedah yaitu salah lokasi operasi, salah prosedur operasi, salah pasien operasi, akibat dari komunikasi yang tidak efektif atau tidak ladekuat antara anggota tim badah. Kurang melibatkan pasien dalam penandaan area operasi (site marketing), dan tidak ada prosedur untuk memverifikasi lokasi operasi, asesmen tidak adekuat, telah catatan medis juga tidak adekuat. Untuk alasan ini, WHO telah melakukan inisiatif untuk upaya kesalamtan bedah. Dunia aliansi untuk keselamatan



pasien



mulai bekerja



pada januari



2007 dan WHO



mengidentifikasi 3 fase operasi yaitu sebelum induksi anetesi (“sign in”), sebelum



1



sayatan kulit (“time out”), dan sebelum pasien meninggalkan ruang operasi (“sign out”)(cavoukian 2009). Surgical Safety Checklist adalah sebuah daftar periksa untuk memberikan pembedahan yang aman dan berkualitas pada pasien. Surgical safety checklist merupakan alat komunikasi untuk keselamatan pasien yang digunakan oleh tim profesional di ruang operasi. Tim profesional terdiri dari perawat, dokter bedah, anetesi dan lainnya. Tim bedah harus konsisten melakukan setiap item yang dilakukan dalam pembedahan mulai dari the briefing phase, the time out phase, the debriefing phase sehingga dapat menimbulkan setiap resiko yang ridak digunakan (safet& Compliance, 2012). Wrong Site, Wrong procedure, Wrong Person Surgery Beberapa hal yang berpotensi untuk menimbulkan kekeliruan untuk wrong surgery. 1. Lebih dari satu dokter bedah terlibat 2. Dilakukan lebih dari satu prosedur 3. Pasien mimiliki beberapa karakteristik khusus, seperti deformitas fisik atau obesitas masif 4. Ada beberapa pasien yang memiliki nama yang sama atau prosedur yang sama atau di waktu yang bersamaan Tiga komponen peting protokol, yaitu:  Proses vertifikasi  Menandai lokasi yang akan dilakukan operasi  Time out Beberapa prosedur yang tidak memerlukan penandaan : 1. Kasus organ tunggal (misalnya operasi jantung, operasi caesar) 2. Kasus itenversi seperti kateter jantung 3. Kasus yang melibatkan gigi 4. Prosedur yang melibatkan bayi prematur di mana penandaan akan menyebabkan tato permanen. Dalam kasus-kasus dimana tidak dilakukan penandaan, alasan harus dapat dijelaskan dan dipertanggungjawabkan. Sedapat mungkin penandaan harus melibatkan pasien untuk menghindarkan kekeliruan. Meskipun jarang, pasien boleh menolak penanda setelah dijelaskan maksud dan tujuannya. Penandaan harus dibuat menggunakan surgical marking pen yang tidak hilang bila dicuci saat preparasi lapangan operasi. Untuk pasien dengan warna kulit gelap, boleh



2



digunakan warna selain hitam atau biru gelap (biru tua) agar penandaan jelas terlihat, misalnya warna merah. Pada kasus-kasus seperti operasi spinal, dapat dilakukqan proses dua tahap spesifik intraoperatif menggunakan radiographic marking. Jika terdapat bebrapa prosedur dalam satu operasi, maka time-out harus dilakukan sebelum setiap prosedur. Apabila terjadi diskrepansi, prosedur tidak boleh dimulai sbelum tercapai kata sepakat oleh semua anggota tim (dalam timeout) atau sebelum semua pertanyaan atau masalah terjawab. Time-out ini harus terdokumentasi, minimal berbentuk suatu pernyataan bahwa time-out telah dilakukan dan tercapai kata sepakat.



3



BAB II RUANG LINGKUP Langkah yang dilakukan tim bedah terhadap pasien yang akan dilakukan operasi untuk meningkatkan keselamatan pasien selama prosedur pembedahan, mencegah terjadinya kesalahan lokasi operasi, prosedur operasi serta menguranggi komplikasi kematian akibat pembedahan sesuai dengan sasaran dalam safety surgery (WHO 2008), yaitu: 1. Tim bedah akan melakukan operasi pada pasien dan lokasi tubuh yang benar. 2. Tim bedah akan menggunakan metode yang sudah di kenal untuk mencegah bahaya dari pengarah anatesia, pada saat melindungi pasien dari rasa nyeri. 3. Tim bedah mengetahui dan secara efektif memepersiapkan bantuan hidup dari adanya bahaya kehilangan atau gangguan pernafasan. 4. Tim bedah mengetahui dan secara efektif mempersiapkan adanya resiko kehilangan darah. 5. Tim bedah menghindari adanya reaksi alergi obat dan mengetahui adanya resiko alergi obat pada pasien. 6. Tim bedah secara kosisten menggunakan metode yang sudah dikenal untuk menimalkan adanya resiko infeksi pada lokasi operasi. 7. Tim bedah mencegah terjadinya tertinggalnya sisa kasa dan instrument pada luka pembedahan. 8. Tim bedah akan mengidentifikasi secara aman dan akurat, specimen (contoh bahan) pembedahan. 9. Tim bedah akan berkomunikasi secara efektif dan bertukar informasi tentang hal-hal yang penting mengenai pasien untuk melaksanakan pembedahan yang aman. 10. Rumah sakit dan system kesehatan masyarakat akan menetapkan pengawasan yang rutindari kapasitas, jumlah dan hasil pembedahan. Surgery safety ceklist WHO merupakan penjabaran dari sepuluh hal penting tersebut yang diterjemahkan dalam bentuk formulir yang diisi dengan melakukan ceklist. Ceklist tersebut sudah baku dari WHO yang merupakan alat komunikasi yang praktis dan sederhana dal;am memastikan keselamatan pasien pada tahap preoperative, intraoperatif dan pasca operatif, dilakukan tepat waktu dan menunjukan manfaat yang lebih baik bagi keselamatan pasien (WHO 2008).



4



Surgery safety checklist dikamar bedah digunakan melalui 3 tahap, masingmasing sesuai dengan alur waktu yaitu sebelum induksi anatesi (Sign in), sebelum insisi kulit (time out) dan sebelum mengeluarkan pasien dari ruang operasi (Sign out) (WHO 2008) diawali dengan briefing dan diakhiri dengan debriefing menurut (Nhs,uk 2010). Implementasi surgery safety checklist memerlukan seorang kordinator untuk bertanggung jawab untuk memeriksa cheklist. Koordinator biasanya seorang perawat atau dokter atau profesional kesehatan lainnya yang terlihat dalam operasi. Pada setiap fase, koordinator chekhlist harus diizinkan untuk mengkonfirmasi bahwa tim telah menyelesaikan tugasnya sebelum melakukan kegiatan lebih lanjut. Koordinator memastikan setiap tahapan tidak ada yang terlewati, bila ada yang terlewati, bila ada yang terlewati, maka akan meminta operasi berhenti sejenak dan melaksanakan tahapan yang terlewati. a. Sign in Langkah pertama yang dilakukan segera setelah pasien tiba di ruang serah terima sebelum dilakukan induksi anetesi. Tindakan yang dilakukan adalah memastikan identitas, lokasi/area operasi, prosedsur operasi, serta persetujuan operasi. Pasien atau keluarga memintak secara lisan untuk menyebutkan nama lengkap, tanggal lahir dan dan tindakan akan dilakukan. Penandaan lokasi operasi harus oleh ahli bedah yang akan melakukan operasi. Pemeriksaan keamanan anetesi oleh ahli anestesi dan harus memastikan kondisi pernafasan, resiko peredarahan, antisipikasi adanya komplikasi, dan riwayat alergi pasien. Memastikan peralatan anetesi berfungsi dengan baik, ketersediaan alat dan obat-obatan. b. Time out Merupakan langkah kedua yang dilakukan pada saat pasien sudah berada di ruang operasi, sesudah induksi anetesi dilakukan dan sebelum ahli bedah melakukan syatan kulit. Untuk kasus pada satu pasien terdapat beberapa tindakan dengan beberapa ahli bedah time out dilakukan setiap kali pergantian operator. Tujuan dilakukan time out adalah untuk mencegah terjadinya kesalahan pasien, lokasi dan prosedur pembedahan dan meningkatkan kerja sama terhadap anggota tim bedah, komunikasi antara tim bedah dan meningkatkan keselamatan pasien selama pembedahan. Seluruh tim bedah memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama dan peran masing-masing. Menegaskan lokasi dan prosedur pembedahan dan mengantipikasi risiko. Ahli



5



bedah menjelaskan kemungkinan kesulitan yang akan di hadapi ahli anestesi menjelaskan hal khusus yang perlu di perhatikan. Tim perawatan menjelaskam ketersediaan dan keseterilan alat memastikan profilaksis antibiotik sudah diberikan. Memastikan apakah hasil radiologi yang ada dan di perlukan sudah di tampilkan dan sudah divertifikasikan oleh 2 orang c.



Sign Out Merupakan tahap akhir yang dilakukan saat penutupan luka operasi atau segera mungkin setelah penutupan luka sebelum pasien dikluarkan dari kamar oprasi. Koordinator memastikan prosedur sesuai rencana, kesesuaian jumlah alat, kasa, jarum, dan memastikan pemberian etiket dengan benar pada bahanbahan yang akan dilakukan pemeriksaan patologi.



6



BAB III TATA LAKSANA A. Penandaan Lokasi Oprasi (Surgical Site Marking) Site marking adalah tindakan pemberian tanda identifikasi khasus pada area yang memiliki dua sisi untuk penandaan sisi kanan atau kiri pada pasien yang akan dilakukan tindakan operasi dengan prosedur yang tepat dan benar. Surgical site marking yang tepat dan benar akan: 1. Meminimalkan resiko insiden salah tempat oprasi. 2. Meminimalkan resiko insiden prosedur yang salah yang dilakukan . 3. Menginformasikan dan membimbing ahli bedah untuk melaksanakan oprasi dengan tepat dan benar sesuai rencana. Prosedur site marking harus dilakukan oleh dokter operator dengan langkah-langkah sebagai berikut:  Dokter operator / dokter pengganti memberikan penjelasan secara lisan atau tertulis tentang prosedur tindakan kedokteran yang akan dilakukan dan memberikan kesempatan yang cukup untuk tanya jawab sebelum pasien memberikan persetujuan tindakan.  Penjelasan yang akan diberikan seditak-tidaknya meliputi diagnosis dan tatacara tindakan medis, tujuan tindakan medis yang dilakukan, alternatif tindakan lain dan resikonya, resiko dan komplikasi yang akan terjadi, kemungkinan perluasan tindakan, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.  Perluasan operasi yang tidak diduga dan belumdiinformasikan hanya dapat dilakukan pada keadaan gawat darurat.  Persetujuan tindakan secara tertulis diberikan oleh pasien sendiri bila dia kompoten (dewasa, sadar dan sehat mental), atau oleh keluarga terdekat atau walinya bila pasien tidak kompeten.  Persetujuan tidak diperlukan apabila pasien tidak kompeten dan tidak ada keluarga yang mendapingi sedangkan tindakan medik sangat diperlukan oleh karena pasien dalam keadaan gawat darurat.  Urutan prioritas pemberian persetujuan yang umum adalah pasien sendiri, suami atau istrinya, anaknya yang sudah dewasa, orang tuanya, dan saudara kandungnya. Sedangkan keluarga lain, teman,



7



kenalan lain dapat memberikan persetujuan dalam hal-hal orangorang yang disebut sebelumnya tidak ada.  Penandaan area operasi diberikan pada organ yang memiliki 2 isi kanan dan kiri, multipel struktur (jari tangan ,jari kaki), multipel level (operasi tulang belakang, cervical, thoracal, lumbal).



 Penandaan area operasi dengan memberikan tanda :



 Pada daerah yang akan dioperasi dengan menggunakan tinta permanen oleh dokter



operator



 Khusus untuk gigi penanda area dengan menggunakan tanda : o : Cavity, x : Missing, I : Impaksi, £ : Gigi goyang, BR : Bridge. B : Belum sembuh,  : Sisa Akar, CR : Crown.  Mintaklah pasien menandatangani form persetujuan tindakan operasi, dilanjutkan dengan penandatanganan oleh dokter dan perawat sebagai saksi. B. Pelaksanaan Prosedur Time Out SIGH IN : 1. Pelaksanaan SIGH IN dilakukan sebelum tindakan induksi, dipimpin oleh dr,anastesi. Dilakukan di ruang persiapan Minimal dihindari oleh dokter anstesi dan perawat 2. Siapkan checklist safety surgery dan dilengkapi sebelum induksi dimulai : a. Pastikan



pasien



sudah



dikonfirmasi



identitas



dengan



mencocokannya pada gelang : menanyakan nama pasien, tanggal lahir dan mencocokan No RM pada RM pasien b. Pastikan pasien sudah dikonfirmasi area operasi, prosedur yang akan dilakukan dan adanya persetujuan operasi c. Pastikan apakah site operasi sudah ditandai



8



d. Tanyakan kesiapan mesin dan obat anetesi e. Tanyakan apakah pulse oximeter berfungsi dan pasien dengan nilai normal f. Tanyakan pada pasien apakah memiliki alergi g. Pastikan adakah kemungkinan resiko kesulitan jalan nafas atau aspirasi, bila ya pastikan alat/alat bantu tersedia h. Pastikan adakah kemungkinan kehilangan darah >500 ml (pada anak : 7 ml/kg BB), bila ya pastikan kesiapan akses IV/ central line dan kesiapan darah atau komponen cairan yang dibutuhkan. i. Pasien dikirim ke kamar operasi. 3. Pelaksanaan TIME OUT dilakukan sebelum Insisi area operasi, dipimpin oleh dr operator. Dilakukan di kamar operasi. Minimal dihadiri oleh dokter bedah, penata anetesi dan perawat. TIME OUT : 1. Lanjutkan melengkapi cheklist safety surgerysebelum dilakukan insisi pada pasien. 2. Sampaikan pada semua tim untuk memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama dan perannya a. Konfirmasi pada semua tim nama pasien, prosedur dan area dimana insisi akan dilakukan b. Pastikan apakah antiobiotik profilaxis sudah diberikan dalam 60 menit terakhir c. Antisipasi adanya kejadian kritis : -



Dokter bedah menyampaikan :  Step tindakan kritis qatau tahapan tindakan tidak bisa ytang mungkin dilakukan  Waktu penyelesaian tindakan  Kemungkinan kekurangan darah pada pasien



-



Penata anastesi menyampaikan :  Kemungkinan ada perhatian khusus pada saat operasi



-



Tim perawat menyampaikan :  Kesterilan alat dan bahan yang dipakai  Adakah masalah pada alat yang akan dipakai atau hal lain yang perlu diperhatikan



9



d. Pastikan apakah dibutuhkan ‘display imaging’ (hasil radiologi yang perlu dipajang) 3. Insisi dimulai 4. Pelaksanaan SIGN OUT dilakukan sebelum dilakukan tindakan penutupan luka operasi, di pimpin oleh dr operator. Dilakukan di kamar operasi. Minimal dihadiri oleh dokter anastesi dan perawat. SIGN OUT : 1. Anjutkan mengisi checkist safety surgery saat sebelumpenutupan luka operasi dengan : a. Perawatan penyampaikan :  Nama prosedur yang sudah dilakukan  Jumlah instrumen, gass, jarum dan alat sama (sebutkan jumlah angka setiap alat/bahan) sebelum dan sesudah pembedahan  Pelabelan spesimen-bahan PA (baca label spesimen dan nama pasien)  Bila ada masalah pada alat yang harus ditekankan seama periode operasi b. Dokter bedah, penata anestesi dan perawat : menyampaikan bia ada perhatian khusus Yang harus dilakukan untuk recover maupun perawatan pada pasien ini. 2. Dokter bedah, penata anastesi dan perawat menandatangani checklist safety surgery untuk pasien ini. 3. Pasien dikirim ke RR.



10



BAB IV DOKUMENTASI Untuk setiap tindakan penandaan okasi operasi dicatat pada formulir khusus untuk site marking (terlampir). Sedangkan proses keamanan pembedahan diterapkan pelaksanaan sign in, time Out, Sign out menggunakan formulir carbonized rangkap tiga, dengan memperhatikan hal-hal berikut ini. 1. Sebelum pembedahan dilakukan Sign In dengan melakukan vertifikasi :  Identitas dan gelang pasien  Informed consent  Nama operator  Nama operasi  Lokasi operasi  Penata anestesi  Dokter anak  Tanda daerah operasi  Kelengkapan anestesi  Riwayat asma/ resiko aspirasi  Risiko perdarahan > 500ml  Riwayat alergi  Rencana pemasangan implant 2. Sebelum dilakukan insisi operator melaksanakan Time Out dengan membacakan :  Kelengkapan Tim Operasi : operator, asisten , anestesi, perawat  Membacakan secara verbal : tanggal operasi, nama dan peran tim operasi, idetitas pasien, prosedur operasi, informed consent, sisi tubuh yang dioperasi  Premedikasi  Keadaan pasien yang perlu diperhatikan  Persetujuan anestesi  Sterilisasi  Masalah  Foto radiologi  Hal yang harus diperhatikan



11



3. Setelah pembedahan selesai dilakukan Sign Out yang meliputi :  Membacakan secara verbal tindakan yang telah dilakukan  Membacakan kelengkapan jumlah kasa, jarum, instrumen  Memastikan kelengkapan dokumen operasi sebelum keruangan pemulih  Penanganan jaringan, memberi identitas  Hal-hal penting untuk pemulihan pasien 4. Sign In, Time Out, Sign Out, ditandatangani oleh melaksanakannya.



12



Audit pelaksanaan Safety Surgery Kelengkapan Pengisian Format Check List keselamatan Pasien Operasi Tanggal : Komponen Idebtitas



Pasien



1



2



3



4



5



6



7



8



9



10



terisi



lengkap SIGN IN - Setiap item pernyataan telah diisi lengkap - Ada tanda tangan dan nama



terang



perawat



anestesi TIME OUT -Setiap item pernyataan telah diisi lengkap -Ada tanda tangan dan nama



terang



perawat



sirkuler SING OUT -Setiap item pernyataan telah diisi lengkap -Ada tanda tangan dan nama



terang



perawat



sirkuler -Ada tanda tangan dan nama



terang



dokter



anestesi



13



Verifikasi / validasi



Keterangan : -



Pengambilan sampel dilakukan secara random Berikan tanda contreng (  ) untuk jawaban “ ya” Berikan tanda silang ( × ) untuk jawaban “ tidak “



14