Paradigma Qurani Untuk Kehidupan Modern [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PARADIGMA QURANI UNTUK KEHIDUPAN MODERN Kelompok 6 Jurursan Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Trunojoyo Madura



Disusun oleh: Fathur Rahman Irvasnyah (190421100041) Andika Hasta Prama Yudha (190421100041)



BAB I PENDAHULUAN Perhatian dan keprihatian umat muslim dalam penerapan al-Quran dalam zaman modern saat ini. Petama, Pemikiran manusia tentang Al-Quran dizaman modern dan globalisai yang mulai luntur dan disalah artikan. Pola pemahaman erat kaitanya degan cara dan strategi dakwah. Keprihatinan dan fokus pertama ini mencakup misi umat muslim setelah modernisasi. Kedua, tentang pemahaman dan landasan Al-Quran pada era modernisasi seperti saat ini. Konsepsi dalam Al-Quran seharusnya dapat diterapkan dalam segala bidang kehidupan manusia hingga akhir zaman. Al-Quran adalah sumber hukum, ajaran, kisah, dan pedoman hidup utama umat manusia. Era modernisasi mengantarkan manusia pada kehidupan yang serba mudah dan canggih. Al-Quran sebagai pedoman utama hidup manusia tidak hanya berhasil diterapkan pada zaman dahulu ketika masa Rasulullah dan generasi setelahnya, tetapi hingga akhir zaman Al-Quran tetap eksis dan sangat sejalan serta lurus untuk diterapkan hingga akhir zaman. Kehidupan yang modern belum tentu meningkatkan kebaikan dalam sejarah umat manusia jika tidak dilandaskan pada hukum yang lurus dan benar. Seperti contohnya perkembangan ilmu pengetaahuan mengantarkan kita pada penemuan energi nuklir yang luar biasa besar dalam bentuk yang kecil. Penemuan tersebut sangat berguna bagi kehidupan manuisa tetapi disisilain manfaatnya disalahgunakan oleh pihak yang tidak berpegang pada dasar yang benar dan tidak bertanggung jawab yaitu terciptanya bom nuklir yag dapat membahayakan kehidupan manusia. Seharusnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknlogi didasari paradigma yang lurus yaitu paradiqma Qurani sebagai pedoman agar hasilnya membawa kebahagiaan, Ketentraman, kesejahteraan dan keselamatan umat manusia.



BAB II ISI DAN PEMBAHASAN 2.1 Konsep dan Karakteristik Paradigma Qurani untuk Kehidupan Modern Secara etimologis kata paradigma dari bahasa Yunani yang asal katanya adalah para dan digma. Para mengandung arti “di samping”, “di sebelah”, dan “keadaan lingkungan‟. Digma berarti “sudut pandang‟, “teladan‟, “arketif; dan “ideal‟. Dapat dikatakan bahwa paradigma adalah cara pandang, cara berpikir, cara berpikir tentang suatu realitas. Adapun secara terminologis paradigma adalah cara berpikir berdasarkan pandangan yang menyeluruh dan konseptual terhadap suatu realitas atau suatu permasalahan dengan menggunakan teori-teori ilmiah yang sudah baku, eksperimen, dan metode keilmuan yang bisa dipercaya. Dengan demikian, paradigma Qurani adalah cara pandang dan cara berpikir tentang suatu realitas atau suatu permasalahan berdasarkan Al-Quran. Berikutnya, Mengapa Al-Quran dijadikan paradigma? Semua orang menyatakan bahwa ada suatu keyakinan dalam hati orangorang beriman, Al-Quran mengandung gagasan yang sempurna mengenai kehidupan; Al-Quran mengandung suatu gagasan murni yang bersifat metahistoris. Menurut Kuntowijoyo (2008), Al-Quran sesungguhnya menyediakan kemungkinan yang sangat besar untuk dijadikan cara berpikir. Pengembangan eksperimeneksperimen ilmu pengetahuan berdasarkan paradigma Al-Quran jelas akan memperkaya khazanah ilmu pengetahuan umat manusia. Kegiatan itu mungkin bahkan tentu saja akan menjadi rambahan baru bagi munculnya ilmu-ilmu pengetahuan alternatif. Premis-premis normatif Al-Quran dapat dirumuskan menjadi teori-teori yang empiris dan rasional. Struktur transendental Al-Quran adalah sebuah ide normatif filosofis yang dapat dirumuskan menjadi paradigma teoretis. Paradigma Qurani akan memberikan kerangka bagi pertumbuhan ilmu pengetahuan empiris dan ilmu pengetahuan rasional yang orisinal.



2.2 Pentingnya Paradigma Qurani Untuk Kehidupan Modern Umat islam sangat mengagungkan al-Quran. Al-Quran merupakan sumber utama dan petunjuk hidup bagi umat manusia. Al-Quran berisi tetang segala aspek dalam kehidupan manusia dan memberikan petunjuk kehidupan yang sempurna. Umat islam wajib untuk mentaati dan melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah SWT dalam Al-Quran untuk mencapai kemuliaan dan kesejahteraan dalam hidup. Menurut Yusuf al-Qardhawi, tujuan diturunkannya Al-Quran terbagi menjadi tujuh, yaitu adalah sebagai berikut: 1. Meluruskan akidah manusia 2. Meneguhkan kemuliaan manusia an hak-hak asasi manusia 3. Mengarahkan manusia untuk beribadah secaa baik dan benar kepada Allah 4. Mengajak manusia untuk menyucikan rohani 5. membangun rumah tangga yang sakinah dan menempati posisi terhormat bagi perempuan 6. Membangun umat menjadi saksi atas kmanusiaan 7. Megajak manusia agar saling menolong 2.3 Mencermati Sumber Historis, Filosofis, Psikologis, Sosiologi, dan Pedagogis tentang paradigma Qurani untuk Kehidupan Modern Sejarah peradaban islam pernah mengalami masa keemasan islam. Masa Keeamsan tersebut terjadi kemajuan yang luar biasa dalam sejarah islam dalam berbagai aspek kehidupan sperti ideologi, politik, sosial budaya, ekonomi, teknologi dan ilmu pengetahuan, pertahanan dan keamanan. Masa tersebut memudahkan umat muslim untuk memperluas dakwah dan semakin mudah diterima di belahan dunia lainnya karena pada masa itu islam merupakan pusat peradaban dan mempunyai kekuatan yang besar dala ekonomi dan politik. Sejarah keemasan tersebut tidak lepas dari Al-Quran. Paradigma qurani menuntun umat muslim pada mas tersebut untuk menjadi sumber pembelajaran dan



dasar ilmu dan petunjuk di segala aspek kehidupan dan masalah yang dihadapi. Penerapan paradigma Al-Quran pada masa itu juga mengikuti Nabi Muhammad sebagai teladan dalam menerapkan Al-Quran dengan sempurna. “Akhlak Rasulullah adalah Al-Quran” menuut jawaban Aisyah r.a. ketika ditanya oleh para sahabat tentang akhlak rasulullah. Para sahabat menjadikan Rasulullah sebagai panutan, figur, dan pemimpin. Setiap perbuatan yang Rasulullah kerjakan, maka mereka pun melaksanakannya dan setiap larangan yang Rasululullah tinggalkan, maka mereka pun meninggalkannya. Para sahabat merupakan generasi terbaik dalam kacamata Islam sebab mereka hidup langsung di bawah bimbingan Rasulullah saw. Generasi berikutnya, yaitu tabiin mengikuti Al-Quran sebagau sumber ajaan dan petunjuk dan Rasulullah sebagai teladan mereka. Sikap mereka menjadikan generasi tersebut sebagai generasi terbaik dan istimewa. Kemajuan pada zaman tersebut juga menjadikan ilmu dan pengetahuan sebagai hal yang penting untuk dikuasai setelah menjadikan Al-Quran sebagai paradigma kehidupan, sebagai salah satu faktor penting penyebab kemajuan pada zaman keemasan islam. Para khalifah masa dinasti Umayyah dan Abbasiyah sangat mengutamakan dan mendorong masyarakatnya untuk menguasai ilmu dan perkembangan teknologi. Salaha satya adalah dengan memerintahkan ahli ilmu istana utuk menerjemahkan karya-karya asing kedalam bahasa arab agara masyarakat lebih mudah untuk memperlajarinya. Karya-karya kuno juga dikaji dalam berbagai bidag seperti kedokteran dan astroomi. Abad berikutnya sekitar abad keseuluh muncul dua orang penerjamah yang memeilki peran penting dan produktif yaitu yahya Ibn ‘Adi(974) dan Ali Isa Ibnu Ishaq Ibn Zera (1008). Penerjemah ini kemudian banyak berperan dalam memperbaiki terjemah dan menulisan komentar terhadap karya-karya filsuf dunia seperti Aristoteles. Sikap Pemimpin yang mendukung kemajuan Iptek inilah yang menyebabkan masyarakat mudah untuk belajar dan menambah semangt keilmuan untuk terus bergerak maju.



2.4 Membangun Paradigma Qurani dalam Menyelesaikan Masalah dalam Kehidupan Modern Keberhasilan pembangunan yang membawa kemajuan, kemakmuran, dan pemerataan ekonomi dan sosial adalah ciri utama kehidupan modern. Menurut Nurcholis Madjid (2008) menyatakan bahwa tolak ukur pembangunan yang berhasil adalah sebagai berikut. 1. Tingkat produksi dan pendapatan lebih tinggi 2. Kemajuan dalam pemerintahan sendiri yang demokratis, mantap,dan sekaligus tanggap terhadap kebutuhan kebutuhan dan kehendak kehendak rakyat 3. Pertumbuhan hubungan sosial yang demokratis, termasuk kebebasan yang luas, kesempatan untuk mengembangkan diri, dan penghormatan kepada kepribadian individu 4. Tidak mudah terkena komunisme dan totalitarianisme lainnya, karena alasanalasan tersebut. Konsep Islam memandang bahwa kemajuan dan kemodernan yang seimbang adalah sesuatu yang harus diraih dan diperjuangkan tanpa henti. Islam melarang untuk berhenti dalam perjuangan. pengembangan ekonomi yang berlandaskan paradigma Qurani tentu akan melahirkan konsep dan kegiatan ekonomi yang bebas bunga dan spekulasi yang dapat merugikan. Prinsip ekonomi Islam adalah tidak boleh rugi dan tidak boleh merugikan orang lain. Riba dan gharar jelas merupakan sesuatu yang dapat merugikan pihak tertentu. Paradigma Qurani dalam menyikapi segala persoalan harus tetap dilaksanakan oleh umat Islam agar tidak kehilangan jati dirinya dalam menghadapi tantangan di zaman modern. Kehidupan modern yang hakikatnyanya adalah pelaksanaan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi akan memberi manfaat dan terus berkembang untuk membawa kemajuan yang harus dilandasi dan dalam petunjuk AlQuran agar umat Islam tidak terjebak dalam kehidupan sekularis. Kehidupan sekularis hanya akan mengikis keimanan yang ada di hati umat Islam dan akan melahirkan generasi yang ambivalen. Yaitu generasi yang bercabang dua hanya



mencintai kehidupan dunia dan melupakan kehidupan yang sebenarnya yaitu akhirat. Umat Islam akan maju jika Alquran menjadi tuntunan utama dan Rasulullah sebagai suri tauladan. sebaliknya jika umat Islam menjauhkan diri dari Alquran maka umat Islam akan jauh tertinggal. Paradigma Qurani adalah proses menghadapi realitas sekaligus tujuan yang harus dicapai dalam perjalanan hidup umat Islam. Perkembangan dunia yang masuk era modern. Langkah-langkah untuk lebih maju agar tidak tertinggal oleh peradaban barat, menurut pemikiran Ismail Raji Al faruqi yaitu kunci sukses dunia islam tentu saja adalah kembali kepada Alquran. Beliau menjabarkan dengan langkah sebagai berikut. 1. Memadukan sistem pendidikan Islam,dikotomi pendidikan umum dan pendidikan agama harus dihilangkan 2. Meningkatkan fisik Islam dengan cara memukulkan identitas Islam melalui dua; tahap pertama yaitu mewajibkan bidang studi sejarah peradaban Islam dan yang kedua yaitu islamisasi ilmu pengetahuan 3. untuk mengatasi persoalan metodologi yang ditempuh langkah-langkah berupa penegasan prinsip-prinsip pengetahuan Islam sebagai berikut. A. The unity of Allah B. The unity of creation C. The unity of truth and knowledge D. The unity of life E. The unity of humanity Kemudian, Al faruqi menyebutkan bahwa langkah-langkah kerja yang harus ditempuh adalah sebagai berikut. 1. Menguasai disiplin ilmu modern 2. Menguasai warisan khazanah Islam 3. membangun relevansi yang islami bagi setiap bidang kajian atau wilayah penelitian pengetahuan modern. Mencari jalan dan upaya untuk menciptakan sintesis kreatif antara warisan Islam dan pengetahuan modern 4. Mengarahkan pemikiran Islam pada arah yang tepat yaitu sunnatullah.



2.5 Pentingnya Paradigma Qurani dalam Mengahadapi kehidupan modern. Fakta sejarah bahwa kemajuan, kedamaian, keamanan dan kesejahteraan yang telah dicapai pada masa keemasan Islam adalah wujud dari aktualisasi Al-Quran sebagai paradigma kehidupan. Kemajuan itu kembali akan diraih dan akan menjadi milik umat Islam, jika umat Islam sekarang bersikap yang sama terhadap Al-Quran sebagaimana umat pada zaman keemasan bersikap terhadap Al-Quran yakni menjadikan Al-Quran sebagai paradigma dan akhirnya menjadi hidayah dalam segala aspek sekaligus sebagai paradigma pemecahan problem kehidupannya. Paradigma Qurani telah berkontribusi dalam mewujudkan kemajuan dan kemodernan pada zaman keemasan Islam yang ditandai dengan kemajuan pesat perkembangan Iptek di dunia Islam, yang berimplikasi terhadap kemajuan di bidang lainnya; ideologi, politik, ekonomi, budaya, militer, pendidikan, perdamaian, keamanan, kesejahteraan dan lainnya.



DAFTAR PUSTAKA



Anwar, A. 2010. Al-Qura’an dan Modernitas. Jurnal Ilmiah Keislaman 2: 195-206