Parasitologi Kelmpk 6 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENGANTAR PARASITOLOGIY DAN EPIDEMOLOGI PENYAKIT PARASITE PADA KEHAMILAN, BAYI DAN ANAK



KELOMPOK 6 RINI ASTUTI (A1A219013) JALIZA AURELIA (A1A219012) MILKA LOGO (A1A219028)



FAKULTAS KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR TAHUN AJARAN 2020/2021



i



KATA PENGANTAR Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. kami menyadari bahwa penyususan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan karena berbagai keterbatasan kemampuan dan fasilitas yang dimiliki oleh kami Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas pengantar parasitologiy dan epidemologi penyakit parasite pada kehamilan, bayi dan anak. Kami menyadari masih banyak kekurangan baik isi maupun penulisan tata bahasa dalam makalah ini. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca guna kesempurnaan makalah ini. Agar makalah ini dapat berguna bagi semua orang. Akhir kata kami mengucapkan banyak terima kasih.



ii



DAFTAR ISI



Contents KATA PENGANTAR.................................................................................................................................ii DAFTAR ISI............................................................................................................................................iii BAB I.....................................................................................................................................................iv PENDAHULUAN.....................................................................................................................................iv A.



Latar Belakang...........................................................................................................................iv



B.



Rumusan Masalah.....................................................................................................................iv



C.



Tujuan.......................................................................................................................................iv



BAB I......................................................................................................................................................1 PEMBAHASAN.......................................................................................................................................1 A.



Sejarah Ilmu Parasitologi...........................................................................................................1



B.



Pengertian parasitologi..............................................................................................................2



C.



Pengelompokan parasit.............................................................................................................4



D.



Pertumbuhan dan perkembangan parasite...............................................................................7



E.



Sistem Imun Terhadap Parasit..................................................................................................7



F.



Tata Nama Dalam Parasitologi...................................................................................................9



G.



Tata Nama Penyakit Parasit.....................................................................................................11



H.



Epidemologi penyakit parasite pada kehmilan, bayi dan anak................................................11



BAB III..................................................................................................................................................23 PENUTUP.............................................................................................................................................23 A.



KESIMPULAN............................................................................................................................23



B.



SARAN......................................................................................................................................24



DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................25



iii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Parasitologi adalah ilmu yang berisi kajian tantang organisme (jasad hidup), yang hidup di permukaan atau di dalam tubuh organisme lain dapat bersifat sementara waktu atau selama hidupnya, dengan cara mengambil sebagian atau seluruh fasilitas hidupnya dari organisme lain tersebut, hingga organisme lain tersebut dirugikan. Organisme atau makhluk hidup yang menumpang disebut dengan parasit. Organisme atau makhluk hidup yang ditumpangi biasanya lebih besar daripada parasit disebut Host atau Hospes, yang memberi makanan dan perlindungan fisik kepada parasit. Menyadari akibat yang dapat ditimbulkan oleh gangguan parasit terhadap kesejahteraan manusia, maka perlu dilakukan usaha pencegahan dan pengendalian penyakitnya. Sehubungan dengan hal tersebut maka sangat diperlukan suatu pengetahuan tentang kehidupan organisme parasit yang bersangkutan selengkapnya. B. Rumusan Masalah 1. Apakah yang dimaksud dengan Sejarah parasitology dan parasit? 2. Apakah yang dimaksud dengan Pengolompokan parasitologi? 3. Apakah yang dimaksud dengan pertumbuhan dan perkembangan parasit? 4. Apakah yang dimaksud dengan respon imun terhadap parasit? 5. Apakah yang dimaksud dengan Tata nama dalam parasitology? 6. Apakah yang dimaksud dengan epidemologi? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui Sejarah parasitologi 2. Untuk mengetahui Pengertian parasit 3.



mengetahui Penolompokan parasitologi



4.



mengetahui pertumbuhan dan perkembangan parasit



iv



BAB I PEMBAHASAN A. Sejarah Ilmu Parasitologi Teori heterologous menyatakan bahwa organisme parasit semula berasal dari organisme bebas atau organisme yang hidupnya mandiri, tetapi karena sesuatu hal maka berubah menjadi organisme parasit. Teori yang lain, yaitu teori homologous, menyatakan bahwa organisme parasit yang sekarang ini (ada), berasal dari organisme yang sejak awal mulanya memang merupakan organisme parasit. Cacing dan serangga telah dikenal oleh nenek moyang kita sejak mereka hidup secara nomaden. Begitu pula cacing parasit telah lama dikenal sebagai penyebab penyakit di dalam saluran pencernaan. Oleh sebab itu, cacing sebagai penyebab penyakit telah dikenal oleh nenek moyang kita jauh sebelum mereka mengenal bakteri dan protozoa. Hewan-hewan parasit telah dikenal dan dibicarakan semenjak zaman Hippocrates (460-377 sebelum masehi) dan Aristoteles (384-322 sebelum masehi) di Yunani, tetapi ilmu parasit baru berkembang setelah manusia menyadari pentingnya ilmu tersebut di dalam pengetahuan eksakta biologi. Diduga orang pertama yang berjasa mengembangkan ilmu parasit adalah Redi (16261698), seorang ahli ilmu alam berkebangsaan Italia. Ia menemukan larva di dalam daging membusuk yang kemudian menjadi lalat. Pada tahun 1752 Swammerdam dari Jerman membuktikan bahwa kutu berasal dari telur. Oleh karena masih kuatnya pengaruh ajaran gereja dan dogma-dogma lain dalam kehidupan masyarakat pada waktu itu, kedua penemu tersebut tidak berani mengemukakan pendapatnya. Dengan ditemukannya mikroskop oleh LEEUWENHOEK (1632-1723) dari Belanda, berbagai jenis hewan parasit bersel satu pun (Protozoa) mulai teridentifikasi sehingga teori abiogenesis mulai ditinggalkan. Pada tahun 1831 Mehlis mengamati proses menetasnya larva dari telur cacing daun (Trematoda). Semenjak itu daur hidup berbagai parasit dapat dipelajari. Kuchen Meister pada tahun 1852 membuktikan bahwa Cysticercus cellulosae merupakan stadium peralihan (intermedier) dari cacing pita pada manusia. Dikemukakan pula bahwa Cysticercus cellulosae dapat ditemukan dalam daging babi, sedangkan proses penularan oleh cacing pita pada manusia disebabkan penderita mengonsumsi daging babi yang mengandung cacing stadium peralihan tersebut. Namun demikian, pembuktian 1



Kuchen Meister disangkal oleh Von Siebold yang berpendapat bahwa Cysticercus merupakan cacing pita yang mengalami degenerasi hidrophis. Degenerasi hidrophis biasanya terdapat pada inang abnormal. Dengan demikian, pembuktian secara eksak yang dikemukakan oleh Kuchen Meister adalah hal yang benar. Lebih lanjut Pasteur (1822-1895) dari Perancis bekerja sama dengan Koch (1843-1910) dari Jerman menemukan adanya penyakit-penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri, kemudian keduanya juga menyusun dasar teori kekebalan (imunologi). Dalam perkembangan lebih lanjut ilmu parasit atau parasitologi tidak terlepas dari ilmu-ilmu eksak yang lain, di antaranya imunologi, biokimia, dan fisiologi. Sebagai contoh, mengenai hubungan antara parasit dengan inang. B. Pengertian parasitologi Kata parasitologi berasal dari kata parasitos yang berarti jasad yang mengambil makanan, dan logos yang berarti ilmu. Berdasarkan istilah, parasitologi adalah ilmu yang mempelajari organisme yang hidup untuk sementara ataupun tetap di dalam atau pada permukaan organisme lain untuk mengambil makanan sebagian atau seluruhnya dari organisme tersebut Parasit yaitu organisme yang hidup menumpang, untuk sementara atau terus menerus, pada permukaan atau didalam organism lain, bertujuan untuk memperoleh perlindungan, mengambil makanan sebagian atau seluruhnya guna kelangsungan hidupnya. Parasit ada yang bersifat patogen dan apatogen. Parasit patogen ada yang dapat menimbulkan kelainan dan kemaian, tetapai ada juga yang tidak menampakkan gejala-gejala sakit pada organism yang ditumpanginya, maka tanpa disadari, organisme tersebut menjadi sumber penular penyakit dilingkungannya. Beberapa istilah penting yang perlu diketahui, antara lain: 1. Simbiose, merupakan bentuk hidup bersama dua jenis organisme yang bersifat permanen dan tidak bisa dipisahkan. Ada beberapa jenis simbiose, yaitu : a.



Simbiose mutualisme, yaitu simbiose yang saling menguntungkan bagi kedua jenis organisme tersebut.



b.



Komensalisme, yaitu simbiose dimana satu pihak mendapat keuntungan sedangkan yang lain tidak dirugikan.



c. Simbiose parasitisme, yaitu simbiose dimana satu jenis mendapatkan makanan dan keuntungan, sedangkan yang lain dirugikan bahkan dibunuh. 2



d. Simbiose obligat, yaitu bentuk simbiose dimana parasitnya tidak dapat hidup tanpa hospes. e.



Simbiose fakultatif, yaitu simbiose dimana parasitnya dapat hidup walaupun tanpa hospes.



f. Simbiose monoksen, yaitu simbiose dimana parasitnya hanya dapat hidup pada satu spesies hospes. g. Simbiose poliksen, yaitu simbiose yang menghinggapi lebih dari satu spesies. h. Simbiose parasit permanen, yaitu bnetuk simbiose dimana parasitnya selama hidupnya tetap pada hospesnya. i. Simbiose parasit temporer, yaitu bentuk simbiose dimana parasit pada hospesnya hanya sewaktu-waktu. 2. Hospes, yaitu organisme yang merupakan tempat atau organisme yang dihinggapi parasit. Dikenal ada beberapa jenis hospes,yaitu : a.



Hospes defenitif, yaitu hospes dimana terdapat parasit dalam stadium dewasa di dalam tubuh hospes terjadi perkembangbiakan secara seksual.



b. Hospes paratenik, yaitu hospes dimana parasit hanya terdapat dalam stadium larva dan tidak dapat berkembang menjadi stadium dewasa dan tidak terjadi perkembang biakan parasit secara seksual dan parasit ini dapat ditularkan kepada hospes defenitif karena parasit dalam stadium ini merupakan stadium infektif. c.



Hospes intermediate (perantara), yaitu hospes dimana parasit di dalamnya menjadi bentuk infektif yang siap ditularkan kepada hospes/manusia yang lain.



d.



Hospes reservoir, yaitu hewan yang mengandung parasit yang sama dengan parasit manusia dan dapat menjadi sumber infeksi bagi manusia.



e.



Hospes obligat, yaitu hospes tunggal yang merupakan satu-satuny spesies yang dapatmenjadi tuan rumah dari parasite dewasa.



f.



Hospes alternatif, yaitu hospes utama yang mengandung parasit namun ada spesies lain yang dapat sebagai hospes yang mengandung parasit dewasa.



g.



Hospes insidental, yaitu bila suatu spesies secara kebetulan dapat mengandung parasit dewasa, padahal hospes yang sesungguhnya adalah spesies lain.



3. Vektor, yaitu hewan yang di dalam tubuhnya terjadi perkembangbiakan dari parasit, dan parasit itu dapat ditularkan kepada manusia atau hewan lainnya. Biasanya yang berperan sebagai vektor adalah serangga. 3



4.



Zoonosis, yaitu parasit hewan yang dapat ditularkan kepada manusia.



C. Pengelompokan parasit a) Berdasarkan sifat parasit. 1.



Parasit fakultatif. Parasit fakultatif adalah organisme yang sebenarnya organisme hidup bebas, tetapi karena kondisi tertentu mengharuskan organisme tersebut hidup sebagai parasit sehingga sifat hidup keparasitannya itu tidak mutlak. Sebagai contoh lalat-lalat seperti Sarcophaga, Chrysomyia, Caelophora dan lainlainnya yang termasuk keluarga Calliphorinae.



2. Parasit obligat. Parasit obligat adalah semua organisme yang untuk kelangsungan hidup dan eksistensinya mutlak memerlukan hospes. Semua organisme yang patogen merupakan parasit obligat. 3.



Parasit insidentil atau parasit sporadis. Parasit insidentil adalah suatu parasit yang karena sesuatu sebab berada pada hospes yang tidak sewajarnya. Contoh parasit insidentil: Dipylidium caninum. Parasit ini adalah cacing pita pada anjing yang dikenal dengan cacing pita biji ketimun, tetapi karena kebetulan atau karena suatu “kecelakaan” terdapat pada manusia.



4.



Parasit eratika. Parasit eratika adalah parasit yang terdapat pada hospes yang wajar tetapi lokasinya pada daerah yang tidak sewajarnya. Contoh parasit eratika: Ascaris lurnbricoides. Parasit ini termasuk cacing nematoda yang normalnya berlokasi di dalam duodenum manusia dan babi.



5.



Parasit spuriosa. Istilah ini sebenarnya tidak tepat untuk menyatakan parasit salah duga. Hal ini terjadi pada saat diagnosa pasca mati, misalny karena sebelum mati anjing makan tinja sapi yang mengandung telur cacing Moniezia expansa, maka pada pemeriksaan pasca mati bisa saja anjing didiagnosa terinfestasi cacing Moniezia expansa.



b) Berdasarkan waktu atau derajat keparasitannya 1. Parasit temporer atau parasit non periodik. Parasit temporer adalah organisme yang sebagian waktu hidupnya harus hidup sebagai parasit sedang sisa hidupnya sebagai organisme hidup bebas. Contoh-contoh dari parasit temporer: Nyamuk Anopheles. Anopheles betina sebagian kecil waktu hidupnya hidup sebagai parasit



4



penghisap darah hanya pada malam hari yang panas, sedang setelah itu Anopheles betina tersebut hidup bebas. 2.



Parasit stasioner. Parasit stasioner adalah parasit yang selama satu stadium perkembangannya atau selama hidupnya selalu kontak dengan hospesnya.



c) Berdasarkan jumlah hospesnya 1.



Parasit holoksenosa atau parasit monoksenosa. Parasit holoksenosa adalah parasit yang dalam siklus hidupnya hanya membutuhkan satu organisme lain sebagai hospes. Contoh-contoh parasit holoksenosa Eimeria tenella. Parasit termasuk protozoa yang dalam siklus hidupnya hanya membutuhkan satu hospes yaitu ayam.



2.



Parasit heteroksenosa. Parasit heteroksenosa adalah parasit yang dalam siklus hidupnya membutuhkan lebih dan satu organisme lain sebagai hospesnya. Contohcontoh parasit heteroksenosa: Babesia motasi. Babesia motasi adalah protozoa yang berparasit dalam sel darah domba. Dalam siklus hidupnya, protozoa tersebut membutuhkan caplak dan domba sebagai hospesnya.



d). Berdasarkan lokasi atau predileksinya 1.



Ektoparasit atau ektozoa. Ektoparasit adalah parasit-parasit yang hidup berparasitnya pada permukaan tubuh hospes atau di dalarn liang-liang pada kulit yang masih mempunyai hubungan bebas dengan dunia luar. Termasuk golongan ini adalah parasit temporer atau non periodik atau dikenal parasit datang pergi. Disebut parasit datang pergi karena parasit mengunjungi hospesnya hanya pada waktu tertentu saja. Contohcontoh ektoparasit Nyamuk dan lalat. Kutu, pinjal dan caplak.



2.



Endoparasit atau entoparasit atau entozoon. Endoparasit adalah parasit- parasit yang berlokasi didalam jaringan tubuh hospesnya kecuali yang hidup dipermukaan tubuh dan di dalam liang-liang kulit. Contoh-contoh endoparasit: Di dalam saluran pencernaan. Parasit dan berbagai spesies cacing nernatoda, trematoda dan cestoda banyak tinggai di dalam lumen atau di dalam mukosa dinding saluran pencernaan.



e). Berdasarkan pengaruhnya terhadap hospes. 1.



Parasit patogen. Parasit-parasit seperti Plasmodium falciparum, Theileria parva, Trypanosoma evans, Babesia bigemina dan Leishmania donovani dapat digolongkan parasit yang berefek patogen terhadap hospesnya. 5



2.



Parasit kurang patogen. Parasit Fasciola hepatica kurang patogen pada domba sedang Fasciola giganlica kurang patogen bagi sapi. Haemonchus contortus dan cacing kait Bunostomum termasuk dapat digolongkan parasit kurang patogen.



3. Parasit yang tidak patogen. Termasuk parasit tidak patogen adalah Ascaris Jumbricoides pada babi dan manusia. f). Berdasarkan klasifikasi hewan 1. Uniseluler parasit .Kebanyakan hewan-hewan bersel satu sebagian besar hidupnya sebagai



parasit



seperti



misalnya,



hewan-hewan



yang



termasuk



filum



Sarcomastigophora, Apicomplexa, Microspora, Myxospora dan Ciliophora. 2. Multiseluler parasit .Hewan-hewan multiseluler yang hidupnya sebagai parasit kebanyakan



pada



hewan-hewan



invertebrata



seperti



yang



termasuk



filum



Nemathelininthes, Plathyhelminthes, Crustacea Arthropoda. Klasifikasi parasit a. Protozologi Protozoologi adalah ilmu yang berisi kajian tentang hewan bersel satu yang hidup sebagai parasit pada manusia. Sedangkan protozoa adalah hewan bersel satu yang dapat hidup secara mandiri atau berkelompok. Tiap protozoa merupakan satu sel yang merupakan kesatuan yang lengkap, baik dalam susunan maupun fungsinya. Protozoa dibagi dalam 4 kelas, yaitu: Sporozoa, Rhizopoda, Flagelata/Mastighopora, dan Ciliata. Contoh protozoa sebagai parasit yaitu Plasmodium merupakan genus protozoa parasit. Penyakit yang disebabkan oleh genus ini dikenal sebagai malaria. b. Helmintologi Helmintologi adalah ilmu yang berisi kajian tentang parasit yang hidup pada manusia yang berupa cacing. Nematoda merupakan jumlah spesies yang terbesar di antara cacing yang hidup sebagai parasit pada manusia. Hampir setiap orang sudah mengenal cacing. Di dalam perut manusia terutama pada anak kecil sering terdapat cacing perut, sedangkan di dalam tanah sering dijumpai cacing tanah. Helmintes dan dibagi menjadi 3 kelas super, yaitu: Nemathelmintes, antara lain Nematoda, dan Plathelmintes (Tremathoda dan Cestoda), serta Annelida (cacing gelang contoh parasit. Cacing Pita Babi (Taenia Solium) Cacing pita ini hidup pada saluran pencernaan babi dan bisa menular ke manusia. 6



c. Artropoda hewan dengan kaki beruas-ruas, berukuku dan bersegmen. Istilah Arthropoda berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu arthro yang berarti ruas dan odos yang berarti kaki. Arthropoda merupakan hewan tripoblastik selomata dan bilateral simetris. Contoh parasit dari golongan serangga yaitu Kutu rambut merupakan parasit yang muncul di kepala manusia. D. Pertumbuhan dan perkembangan parasite Siklus hidup (daur hidup) parasit adalah serangkaian fase (stadium) dari parasit untuk kelangsungan hidupnya. Mengenai siklus hidup parasit sangatlah penting, karena pengendalian penyakit parasit tanpa dilandasi dengan pengetahuan siklus hidup parasit adalah sia – sia Siklus hidup parasit secara umum dapat dibedakan menjadi: 1.



Hidup secara langsung, untuk melangsungan hidup parasit memerkulan hanya satu hospes (hospes definitif) dan parasit ini biasanya memiliki fase bebas. Contoh cacing Ascaris suum yang menginfeksi babi, cacing dewasa bertelur dan keluar bersama tinja dan mencemari lingkungan, telur mengalami perkembangan dimana di dalam telur terbentuk larva stadium 1 dan 2 yang bersifat infektif dan akhirnya tertelan lagi oleh babi dan berkembang menjadi dewasa. Disini hanya memerluka satu hospes babi dan perkembangan telur terjadi diluar tubuh babi (fase bebas).



2.



Hidup secara Tidak Langsung, untuk kelangsungan hidup parasit membutuhkan satu hospes definitive dan satu atau lebih hospes intermedier. Contoh cacing hati Fasciola gigantica yang menginfeksi sapi, cacing dewasa yang berpredileksi didalam kantung empedu bertelur dan keluar bersama tinja dan mencemari lingkungan, dari dalam telur akan keluar mirasidium yang harus membutuhkan hospes intermedier siput Lymnaea sp untuk berkembang menjadi sporokista, redia dan serkaria, serkaria akan keluar dari tubuh siput dan menempel pada rumput menjadi Metaserkaria infektif dan akhirnya harus tertelan oleh sapi.



E. Sistem Imun Terhadap Parasit Perjalanan suatu penyakit parasit selain ditentukan oleh sifat parasitnya, ternyata juga dipengaruhi oleh faktor –



faktor kekebalan hospes.Sehingga disuatu



daerah endemik akan dilihat perbedaan kerentanan ataupun perbedaan resistensi terhadap infeksi parasit antar individu – individu yang tinggal didaerah tersebut . Secara garis besar faktor kekebalan dapat dibagi menjadi dua bagian: 7



 Kekebalan bawaan / Innate Immunity Adalah ketahanan hewan normal terhadap infeksi oleh parasit, baik terhadap infeksi alam maupun terhadap infeksi buatan. Kekebalan bawaan mungkin disebabkan oleh spesifisitas inang, sifat karakteristik fisik inang, sifat biokimia yang khas, dan kebiasaan inang. Sebagaimana yang telah dibahas sebelumnya, kebanyakan jenis-jenis parasit itu berparasit pada inang jenis tertentu atau disebut spesifisitas inang. Endoparasit ayam, umumnya tidak pernah ditemukan pada reptilia, amfibi, atau mammalia. Sebaliknya, Tripanosoma evansi tidak pernah ditemukan secara alam dalam tubuh ayam. Diduga temperatur tubuh, aspek-aspek sistem pencernaan, dan aspek-aspek faal lainnya merupakan faktor penentu. Hewan biasanya mempunyai sifat karakteristik fisik yang termasuk dalam fenomena kekebalan bawaan. Hewan itu mempunyai kemapuan menjilat dan kemudian menelan ektoparasit yang menyerang bagian tubuhnya. Anjing, kucing, harimau, unggas, dan sebagainya, di waktu istirahat menggunakan waktunya juga untuk menghalau atau membebaskan dirinya dari ektoparasit dengan menjilat kulitnya, mencari kutu dengan paruh, atau mengibas-ngibaskan ekornya. Lapisan lendir yang tebal sangat mudah regenerasi pada dinding usus, melindungi dinding usus terhadap masuknya parasit ke dalam dinding usus dan rongga perut.  Kekebalan didapat / Natural Acqiured Immunity Kekebalan didapat dapat dibedakan menjadi 2 macam berdasarkan cara memperolehnya yaitu kekebalan didapat secara pasif dan kekebalan didapat secara aktif. a. Kekebalan didapat secara pasif, dapat ditunjukkan melalui kolostrum. Kolostrum yaitu air susu yang di sekresi oleh kelenjar air susu selama beberapa hari sebelum dan setelah melahirkan, selain mengandung laktalbumin yang tinggi dan komponen air susu yang lain, juga mengandung globulin yang mengandung benda pelawan yang dapat diserap oleh usus anak yang dilahirkan. Benda pelawan itu biasanya tidak spesifik. Air susu biasa yang berasal dari hampir semua hewan menyusui walaupun dalam tingkat yang berbeda, dapat memberi perlindungan yang terbatas terhadap 8



parasitparasit gastrointestinal, terutama terhadap Haemonchus sp. dan cacing kait (Bunostomum sp. Dan Ancylostomum sp.). Putih telur juga mengandung benda pelawan yang juga tidak spesifik. Serum kebal yang diperoleh dari hewan yang kebal dapat dipergunakan untuk mengebalkan hewan normal terhadap parasit-parasit tertentu, misalnya Piroplasma sp., Trypanosoma gambiense, Toxoplasma gondii dan Ascaris suum. b. Kekebalan didapat secara aktif akan timbul setelah adanya rangsangan oleh suatu antigen. Antigen di sini adalah semua substansi (parasit atau produk parasit) yang bersifat immunogenis. Reaksi kekebalan terhadap substansi immunogenis itu berupa keluarnya substansi spesifik (antibody yang dibuat oleh limfosit. Susunan molekul substansi itu tergantung pada konfigurasi antigen dan bersifat komplementer. Antigen dalam parasitologi itu merupakan benda asing bagi inang. Setelah adanya rangsangan oleh suatu antigen, dalam limfosit



terbentuk



“genetic



triggers”



yang



menyebabkan



terjadinya



pembelahan limfosit secara berulang-ulang. Tergantung sifat antigen, maka limfosit itu membelah menjadi sel-T atau Sel-B. Pada permukaan sel-T terdapat sisi-sisi reseptor yang akan berikatan dengan antigen tertentu. Cara berkaitnya permukaan sel- T dengan antigen tidak khas, namun reseptor pada sel-T itu telah pula khusus terhadap antigen tertentu. Sel-B akan mengeluarkan getah protein yang disebut antibodi, yaitu globulin, sehingga antibodi umumnya dikenal sebagai immunoglobulin. Antibodi akan berikatan dengan antigen melalui cara yang khas pada tempat-tempat tertentu yang disebut determinan antigen . F. Tata Nama Dalam Parasitologi Pemberian nama terhadap parasit itu mulai terasa pentingnya sejak manusia menyadari akan akibat gangguan parasit terhadap kesejahteraan manusia dan hewan. Nama-nama parasit itu tentu saja pada awalnya tidak tertulis dalam buku, tetapi ada dalam benak manusia. Dalam memberi nama jenis parasit yang baru dan menempatkannya dalam suatu susunan serial hewan, perlu dicari dan ditunjukkan kemungkinan adanya hubungan filogenetis tersebut.



9



Penyusunan serial hewan menurut system filogenetis tersebut berdasar pada pengertian bahwa tren evolusi mulai dari organisme yang susunannya relatif sederhana kepada organisme yang susunannya lebih kompleks. Karena adanya aksi mekanisme evolusi tersebut maka terjadilah penyimpangan penyimpangan dan dari sini dapat disusun dalam urutan yang teratur ke dalam: Spesies



Filum



Genus



Klasis



Familia



Ordo



Ordo atau Familia Klasis



Genus



Filum



Spesies



Pada umumnya organisme-organisme yang mempunyai kesamaan dalam jumlah besar digolongkan ke dalam jenis, dan yang mempunyai kesamaan ciri tertentu dalam jumlah terkecil, digolongkan ke dalam Filum. Morfologi, baik eksternal maupun internal, dan fisiologi atau proses yang terjadi dalam tubuh parasit merupakan sifat-sifat dasar dalam taksonomi sistem filogenetis. Seperti telah disebutkan, bahwa penggunaan nama ilmiah sangat dibutuhkan dalam komunikasi ilmiah. Nama ilmiah atau nama internasional tiap hewan parasit, terdiri dari 2 bagian, yaitu sebagai berikut. a. Nama genus (jamaknya genera). Nama genus selalu kata benda, dan mungkin diambil dari kata Latin atau Greek. b. Nama species (jamaknya species atau jenis). Nama species adalah kata sifat deskriptif, walaupun dapat juga nama benda. Berikut ini beberapa contoh nama-nama spesies parasit.



 Filaria conjunctiva



10



"Filaria" berasal dari kata "filum" dari bahasa latin, yang berarti benang. "Conjunctiva" berasal dari bahasa latin, yang berarti membran yang berbatasan dengan kelopak mata dan menutup bagian depan bola mata. Jadi, menunjukkan bahwa Filaria conjunctiva adalah: cacing yang berbentuk benang dan berlokasi pada conjunctiva.



 Fasciola hepatica "Fasciola" berarti sabuk, berasal dari bahasa latin. "Hepatica" berasal dari kata "hepaticos" dari bahasa Greek yang berarti hati. Jadi, Fasciola hepatica berarti cacing yang berbentuk seperti sabuk dan terdapat di dalam hati. G. Tata Nama Penyakit Parasit Penyakit parasitis adalah penyakit yang timbul sebagai akibat adanya serangan hewan parasit (zooparasit). Pemberian namanya disesuaikan dengan nama dari genus parasit yang bersangkutan, ditambah akhiran asis. Sebagai contoh:  "Ascariasis" untuk nama penyakit yang disebabkan oleh cacing Ascaris sp., misalnya oleh Ascaris lumbricoides 



"Enterobiasis" untuk nama penyakit yang disebabkan oleh cacing Enterobius sp., misalnya oleh Enterobius vermicularis







"Taeniasis" untuk nama penyakit yang disebabkan oleh cacing Taenia sp., misalnya oleh Taenia saginata



H. Epidemologi penyakit parasite pada kehmilan, bayi dan anak Definisi epidemologi Epidemologi Yaitu “ilmu tentang frekuensi, distribusi (penyebaran) dan factor – factor penentu (determinan) masalah kesehatan dalam masyarakat yang bertujuan untuk penanggulangan masalah kesehatan. Epidemologi suatu penyakit paarasit diketahui meengenai endemic, yaitu penyakit normal yang terdapat pada suatu daerah geografik tertentu. Endemic ini sering terjadi pada penyakit parasite biasanya penyakit parasite bersifat endemic pada suatu daerah dalam waktu yang lama. Penyebaran parasit tergantung beberapa faktor, diantranya adanya sumber infeksi (penderita ataupun hospes reservoir), keadaan lingkungan (iklim, curah hujan, 11



suhu, kelembapan, sinar matahari sanitasi dll, tersedianya vektor (bagi parasit yang membutuhkan vektor), keadaan penduduk (padat/jarang, kebiasaan, pendidikan, sosial ekonomi dan sebagainya). Distribusi geografik ini dapat bersifat kosmopolis (tersebar seluruh dunia), regional, atau lokal. Proses terjadinya penyakit infeksi Proses terjadinya penyakit disebabkan adanya interaksi antara: 1. “agen” atau factor penyebab penyakit “agen” sebagai factor penyebab penyakit dapat berubah unsur hidup dan mati yang terdapat dalam jumlah yang berlebihan atau kekurangan. Agen berupa unsur kehidupan terdiri dari: -



Virus



- parasite



-



Bakteri



- protoza



-



Jamur



- metazoan



Agen berupa unsur maati: -



Fisika : sinar radioaktif;



-



Kimia : karbon monoksida, obat-obatan, pestisida, Hg, cadium, arsen



-



Fisik : benturan atau tekanan



Unsur pokok kehidupan: -



Air



-



Udara



Keadaan fisiologi: kehamilan dan persalinan Kebiasaan hidup: merokok, alcohol, narkotika, dll Perubahan hormonal: diabetes mellitus, hipertiorid, dll Kelainan: down syndrome. 2. sebagai :pejamu” atau host pejemu ialah keadaan manusia yang sedemikian rupa sehingga menjadi faktor risiko untuk terjadinya penyakit. Factor ini disebut factor intrinsic. Factor pejamu yang merupkan factor resiko untuk timbulnya penyakit adalah: -



genetic



- jenis kelamin



-



umur



- keadaan fisiologi



-



kekebalan - penyakit 12



-



sifat-sifat maanusia



3. Factor lingkungan yang mendukung. Lingkungan merupakan factor ketiga sebagai penunjang terjadinya penyakit. Factor ini disbut “factor ekstrinssik”. Factor lingkungan dapat berupa -



Lingkungan fisik



-



Lingkungan biologis



-



Lingkungan social ekenomi



Selain factor-faktor diatass, sifat-sifat mikroganisme sebagai agen ppenyebab penyakit juga merupakan factor penting proses timbulnya penyakit infeksi Sifat-sifat mikrooganisme tersebut antara lain: -



Patogenitas



-



Virulensi



-



Tropisme



-



Serangan terhadap pejamu



-



Kecepatan berkembang biak



-



Kemampuan menembus jaringan



-



Kemampuan memproduksi toksin



-



Kemampuan menimbulkan kekebalan



Toxoplasma gondii penyakit yang biasa menyerang kehamilan, bayi dan anak Toxoplasma gondii yaitu suatu parasit intraselluler yang banyak terinfeksi pada manusia dan hewan peliharaan. Penyakit toxoplasmosis biasanya ditularkan dari kucing atau anjing tetapi penyakit ini juga dapat menyerang hewan lain seperti babi, sapi, domba, dan hewan peliharaan lainnya. Walaupun sering terjadi pada hewanhewan yang disebutkan di atas penyakit toxoplasmosis ini paling sering dijumpai pada kucing dan anjing. Untuk tertular penyakit toxoplasmosis tidak hanya terjadi pada orang yang memelihara kucing atau anjing tetapi juga bisa terjadi pada orang lainnya yang suka memakan makanan dari daging setengah matang atau sayuran lalapan yang terkontaminasi dengan agent penyebab penyakit toxoplasmosis. Pada manusia penyakit toxoplasmosis ini sering terinfeksi melalui saluran pencernaan, biasanya melalui perantaraan makanan atau minuman yang terkontaminasi dengan agent penyebab penyakit toxoplasmosis ini, misalnya karena minum susu sapi segar atau 13



makan daging yang belum sempurna matangnya dari hewan yang terinfeksi dengan penyakit toxoplasmosis. Penyakit ini juga sering terjadi pada sejenis ras kucing yang berbulu lebat dan warnanya indah yang biasanya disebut dengan mink, pada kucing ras mink penyakit toxoplasmosis sering terjadi karena makanan yang diberikan biasanya berasal dari daging segar (mentah) dan sisa-sisa daging dari rumah potong hewan. Toxoplasma gondii merupakan protozoa obligat intraseluler, terdapat dalam tiga bentuk yaitu takizoit (bentuk proliferatif), kista (berisi bradizoit) dan ookista (berisi sporozoit). Bentuk takizoit menyerupai bulan sabit dengan ujung yang runcing dan ujung lain agak membulat. Ukuran panjang 4-8 mikron, lebar 2-4 mikron dan mempunyai selaput sel, satu inti yang terletak di tengah bulan sabit dan beberapa organel lain seperti mitokondria dan badan golgi 1.



Penyebaran Penyebaran parasit ini sangatlah cepat. Penyebaran parasit toxoplasma gondii sangat luas yaitu dari daerah Alaska sampai dengan Australia. Distribusi yang sangat luas ini mungkin menjadi suatu bagian dalam mekanisme penularan. Kejadian toksoplasmosis ini pernah dilaporkan pada 35.940 wanita hamil di Norwegia antara tahun 1992-1994. Di Indonesia pernah dilaporkan oleh Gandahusada pada tahun 1995, bahwa angka prevelensi dari toksoplasmosis pada manusia berkisar antara 263%, kucing 35-73%, anjing 75%, babi 11-36%, kambing 11-61%, sedangkan sapi/kerbau kurang dari 10%. Parasit ini juga menyebabkan terjadinya keguguran spontan. Setelah diteliti ternyata sebagian besar positif terjangkit toxoplasma. Penyebaran Toxoplasma gondii sangat luas, hampir di seluruh dunia, termasuk Indonesia baik pada manusia maupun pada hewan. Sekitar 30% dari penduduk Amerika Serikat positif terhadap pemeriksaan serologis, yang menunjukkan pernah terinfeksi pada suatu saat dalam masa hidupnya. Kontak yang sering terjadi dengan hewan terkontaminasi atau dagingnya, dapat dihubungkan dengan adanya prevalensi yang lebih tinggi di antara dokter hewan, mahasiswa kedokteran hewan, pekerja di rumah potong hewan dan orang yang menangani daging mentah seperti juru masak. Konsumsi daging mentah atau daging yang kurang masak merupakan sumber infeksi pada manusia. Tercemarnya alat-alat untuk masak dan tangan oleh bentuk infektif parasit ini pada waktu pengolahan makanan merupakan sumber lain untuk penyebaran T. gondii. Di Indonesia, prevalensi zat anti T. gondii pada hewan adalah 14



sebagai berikut: kucing 35-73%, babi 11-36%, kambing 11-61%, anjing 75% dan pada ternak lain kurang dari 10%. 2.



Habitat toxoplasma gondii Habitat Toksoplasma gondii hidup didalam:  Sel endotil 



Leukosit mononukler







Cairan tubuh







Sel jaringan hospes/tuan rumah Toxoplasma gondii adalah parasit intraseluler pada monocyte dan sel-sel



endothelial pada berbagai organ tubuh. Toxoplasma ini biasanya berbentuk bulat atau oval, jarang ditemukan dalam darah perifer, tetapi sering ditemukan dalam jumlah besar pada organ-organ tubuh seperti pada jaringan hati, limpa, sumsum tulang, otak, ginjal, urat daging, jantung dan urat daging licin lainnya. Perkembangbiakan toxoplasma terjadi dengan membelah diri menjadi 2, 4 dan seterusnya. Belum ada bukti yang jelas mengenai perkembangbiakan dengan jalan schizogoni. Pada preparat ulas dan sentuh dapat dilihat di bawah mikroskop bentuk yang oval agak panjang dengan kedua ujung lancip, hampir menyerupai bentuk merozoit dari coccidium. Jika ditemukan di antara sel-sel jaringan tubuh berbentuk bulat dengan ukuran 4 sampai 7 mikron. Inti selnya terletak di bagian ujung yang berbentuk bulat. Pada preparat segar, sporozoa ini bergerak, namun para peneliti belum ada yang berhasil memperlihatkan flagellanya. Toxoplasma baik dalam sel monocyte, dalam sel-sel sistem reticulo endotelial, sel alat tubuh viceral maupun dalam sel-sel syaraf membelah dengan cara membelah diri menjadi 2, 4 dan seterusnya. Setelah sel yang ditempatinya penuh lalu pecah parasit-parasit akan menyebar melalui peredaran darah dan hinggap di sel-sel baru dan demikian seterusnya. Toxoplasma gondii mudah mati karena suhu panas, kekeringan dan pembekuan. Toxoplasma gondii juga cepat mati karena pembekuan darah induk 15



semangnya dan bila induk semangnya mati, jasad ini pun akan ikut mati. Toxoplasma membentuk pseudocyte dalam jaringan tubuh atau jaringan-jaringan tubuh hewan yang diserangnya secara kronis. Bentuk pseudocyte ini lebih tahan dan dapat bertindak sebagai penyebar toxoplasmosis. 3.



DAUR HIDUP TOXOPLASMA GONDII Siklus hidup T. gondii memiliki dua fase. Bagian seksual dari siklus hidup hanya terjadi pada kucing, baik domestik maupun liar (keluarga Felidae), yang membuat kucing menjadi tuan rumah utama parasit. Tahap kedua, bagian aseksual dari siklus hidup, dapat terjadi di lain hewan berdarah panas, termasuk kucing, tikus, manusia, dan burung. Host dimana reproduksi aseksual terjadi disebut hospes perantara. Hewan Pengerat adalah hospes perantara yang khas. Dalam kedua jenis host, parasit Toxoplasma menyerang sel dan membentuk ruang yang disebut vakuola. Di dalam vakuola khusus yang disebut vakuola parasitophorous, bentuk parasit bradyzoites, perlahan mereplikasi parasit. Vakuola yang berisi kista bentuk reproduksi bradyzoites terutama dalam jaringan otot dan otak. Karena parasit berada di dalam sel, mereka aman dari sistem kekebalan inang yang tidak menanggapi kista. Kucing dan hewan sejenisnya merupakan hospes definitif dari T. gondii. Di dalam usus kecil kucing sporozoit menembus sel epitel dan tumbuh menjadi trofozoit. Inti trofozoit membelah menjadi banyak sehingga terbentuk skizon. Skizon matang pecah dan menghasilkan banyak merozoit (skizogoni). Daur aseksual ini dilanjutkan dengan daur seksual. Merozoit masuk ke dalam sel epitel danmembentuk makrogametosit dan mikrogametosit yang menjadi makrogamet dan mikrogamet (gametogoni). Setelah terjadi pembuahan terbentuk ookista, yang akan dikeluarkan bersama kotoran kucing. Di luar tubuh kucing, ookista tersebut akan berkembang membentuk dua sporokista yang masingmasing berisi empat sporozoit (sporogoni). Bila ookista tertelan oleh mamalia seperti domba, babi, sapi dan tikus serta ayam atau burung, maka di dalam tubuh hospes perantara akan terjadi daur aseksual yang menghasilkan takizoit. Takizoit akan membelah, kecepatan membelah takizoit ini berkurang secara berangsur kemudian terbentuk kista yang mengandung bradizoit. Bradizoit dalam kista biasanya ditemukan pada infeksi menahun (infeksi laten). 16



Resistensi Toxoplasma untuk antibiotik bervariasi, tetapi kista sangat sulit untuk diberantas sepenuhnya. Di dalam vakuola, T. Gondii itu sendiri (dengan endodyogeni) sampai pada sel yang terinfeksi parasit dan mengisi dengan semburan, melepaskan takizoit, bentuk, dan motil secara reproduksi aseksual parasit. Berbeda dengan bradyzoites, maka takizoit bebas biasanya efisien dibersihkan oleh sistem kekebalan inang, meskipun beberapa dari mereka berhasil menginfeksi sel dan bradyzoites dengan cara mempertahankan infeksi pada jaringan kista yang tertelan oleh kucing (misalnya, dengan memberi makan pada tikus yang terinfeksi). Kista bertahan hidup melalui perut kucing dan parasit menginfeksi epitel dari usus kecil di mana mereka mengalami reproduksi seksual dan pembentukan ookista. Ookista berasal dari feses. Hewan dan manusia yang menelan ookista (misalnya, dengan makan sayuran yang tidak dicuci) atau terinfeksi jaringan kista dalam daging yang dimasak secara tidak benar. Parasit memasuki makrofag pada lapisan usus dan didistribusikan melalui aliran darah ke seluruh tubuh. Serupa dengan mekanisme yang digunakan di banyak virus, toksoplasma mampu mendisregulasi siklus sel inang dengan mengadakan pembelahan sel sebelum mitosis (perbatasan G2 / M). Disregulasi siklus sel inang disebabkan oleh sekresi peka panas sel yang terinfeksi sehingga mengeluarkan faktor yang menghambat siklus sel tetangga. Alasan untuk disregulasi Toxoplasma tidak diketahui, tetapi penelitian telah menunjukkan bahwa infeksi adalah khusus untuk host sel-sel dalam struktur sel S-fase dan host yang berinteraksi dengan Toxoplasma sehingga tidak dapat diakses selama tahap-tahap lain dari siklus sel. Infeksi tahap akut toksoplasma dapat tanpa gejala, tetapi sering memberikan gejala seperti flu pada tahap akut awal, dan dapat menjadi flu yang fatal (kasus sangat jarang terjadi) lalu tahap akut mereda dalam beberapa hari ke bulan, yang mengarah ke tahap laten. Infeksi laten biasanya tanpa gejala, namun dalam kasus pasien immunocompromised



(seperti



mereka



yang



terinfeksi



HIV



atau



penerima



transplantasi pada terapi imunosupresif), toksoplasmosis dapat berkembang. Manifestasi yang paling menonjol dari toksoplasmosis pada pasien immunocompromised adalah ensefalitis toksoplasma, yang dapat mematikan. Jika infeksi T. gondii terjadi untuk pertama kali selama kehamilan, misalkan pada kotoran 17



kucing yang terinfeksi T. gondii, parasit dapat melewati plasenta, mungkin menyebabkan hidrosefalus atau mikrosefali, kalsifikasi intrakranial, korioretinitis dan kemungkinan bisa terjadi aborsi spontan (keguguran) atau kematian intrauterin. 4.



PENYEBAB PENYAKIT Manusia dapat terinfeksi oleh T. gondii dengan berbagai cara yaitu makan daging mentah atau kurang masak yang mengandung kista T. gondii, ternakan atau tertelan bentuk ookista dari kotoran kucing, misalnya bersama buah-buahan dan sayur-sayuran yang terkontaminasi. Juga mungkin terinfeksi melalui transplantasi organ tubuh dari donor penderita toksoplasmosis laten kepada resipien yang belum pernah terinfeksi T. gondii. Kecelakaan laboratorium dapat terjadi melalui jarum suntik dan alat laboratoriurn lain yang terkontaminasi oleh T. Gondii serta infeksi kongenital yang terjadi intra uterin melalui plasenta. Setelah terjadi infeksi T. gondii ke dalam tubuh akan terjadi proses yang terdiri dari tiga tahap yaitu parasitemia, dimana parasit menyerang organ dan jaringan serta memperbanyak diri dan menghancurkan sel-sel inang. Perbanyakan diri ini paling nyata terjadi pada jaringan retikuloendotelial dan otak, di mana parasit mempunyai afinitas paling besar. Pembentukan antibodi merupakan tahap kedua setelah terjadinya infeksi. Tahap ketiga rnerupakan rase kronik, terbentuk kista-kista yang menyebar di jaringan otot dan syaraf, yang sifatnya menetap tanpa menimbulkan peradangan lokal.



5.



PENCEGAHAN Kucing merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya toksoplasmosis, karena kucing mengeluarkan berjuta-juta ookista dalam tinjanya, yang dapat bertahan sampai satu tahun di dalam tanah yang teduh dan lembab. Untuk mencegah hal ini, maka terjadinya infeksi pada kucing dapat dicegah, yaitu dengan memberi makanan yang matang sehingga kucing tidak berburu tikus atau burung. Bila kucing diberikan monensin 200 mg/kg melalui makanannya, maka kucing tersebut tidak akan mengeluarkan ookista bersama tinjanya, tetapi ini hanya dapat digunakan untuk kucing peliharaan. Untuk mencegah terjadinya infeksi dengan ookista yang berada di dalam tanah, dapat diusahakan mematikan ookista dengan bahan kimia 18



seperti formalin, amonia dan iodin dalam bentuk larutan serta air panas 70oC yang disiramkan pada tinja kucing Anak balita yang bermain di tanah atau ibu-ibu yang gemar berkebun, juga petani sebaiknya mencuci tangan yang bersih dengan sabun sebelum makan. Sayur mayur yang dimakan sebagai lalapan harus dicuci bersih, karena ada kemungkinan ookista melekat pada sayuran. Makanan yang matang harus ditutup rapat supaya tidak dihinggapi lalat atau kecoa yang dapat memindahkan ookista dari tinja kucing ke makanan tersebut. Kista jaringan dalam hospes perantara (kambing, sapi, babi dan ayam) sebagai sumber infeksi dapat dimusnahkan dengan memasaknya sampai 66°C atau mengasap dan sampai matang sebelum dimakan. Bagi ibu yang memasak, jangan mencicipi hidangan daging yang belum matang. Setelah memegang daging mentah (tukang jagal, penjual daging, tukang masak) sebaiknya cuci tangan dengan sabun sampai bersih. Yang paling penting dicegah adalah terjadinya toksoplasmosis kongenital karena anak yang lahir dapat menyebabkan cacat dengan retardasi mental dan gangguan motoric 6.



SPESIFIKASI TOXOPLASMA GONDII Toxoplasma gondii adalah parasit protozoa dalam genus Toxoplasma dengan sifat alami dan perjalanan akut atau menahun. Toxoplasma gondii juga merupakan parasit pada manusia, kucing, anjing, ayam, babi, marmot, kambing, ternak dan merpati, dan pada manusia menimbulkan penyakit toxoplasmosis. Toksoplasmosis, suatu penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii, merupakan penyakit parasit pada manusia dan juga pada hewan yang menghasilkan daging bagi konsumsi manusia. Infeksi yang disebabkan oleh T. gondii tersebar di seluruh dunia. Pada hewan berdarah panas dan mamalia lainnya termasuk manusia sebagai hospes perantara, sedangkan kucing dan berbagai jenis Felidae lainnya sebagai hospes definitif. Infeksi Toxoplasma tersebar luas dan sebagian besar berlangsung asimtomatis, meskipun penyakit ini belum digolongkan sebagai penyakit parasiter yang diutamakan pemberantasannya oleh pemerintah, tetapi beberapa penelitian telah dilakukan di beberapa tempat untuk mengetahui derajat distribusi dan prevalensinya.



19



Indonesia sebagai negara tropik merupakan tempat yang sesuai untuk perkembangan parasit tersebut. Keadaan ini ditunjang oleh beberapa faktor seperti sanitasi lingkungan dan banyak sumber penularan terutama kucing dan sebangsanya (Felidae). Manusia dapat terkena infeksi parasit ini dengan cara didapat (Aquired toxoplasmosis)



maupun



diperoleh



semenjak



dalam



kandungan



(Congenital



toxoplasmosis). Diperkirakan sepertiga penduduk dunia mengalami infeksi penyakit ini. Sebagai parasit, T. gondii ditemukan dalam segala macam sel jaringan tubuh kecuali sel darah merah. Tetapi pada umumnya parasit ini ditemukan dalam sel retikulo endotelial dan sistem syaraf pusat. Toxoplasmosis juga sering terjadi melalui jalur atau rute makanan yaitu bentuk jaringan dari parasit (kista mikroskopis terdiri dari bradyzoites) dapat ditularkan kepada manusia oleh makanan. Manusia menjadi terinfeksi karena: 



Makanan setengah matang, atau daging yang terkontaminasi (terutama daging babi, domba, dan daging rusa).



 Menelan makanan setengah matang, memegang daging yang terkontaminasi dan tidak mencuci tangan dengan bersih (Toxoplasma tidak dapat diserap melalui kulit utuh). 



Makan makanan yang terkontaminasi oleh pisau, peralatan, talenan, atau makanan lain yang pernah kontak dengan daging mentah yang terkontaminasi. Pada manusia, penyakit toxoplasmosis ini sering menginfeksi melalui saluran pencernaan. Biasanya melalui perantara makanan atau minuman yang terkontaminasi dengan agen penyebab penyakit toxoplasmosis ini, misalnya karena minum susu sapi segar atau makan daging yang belum matang sempurna dari hewan yang terinfeksi dengan penyakit toxoplasmosis. Penyakit ini juga sering terjadi pada sejenis ras kucing yang berbulu lebat dan warnanya indah yang biasanya disebut dengan mink. Pada kucing ras mink penyakit toxoplasmosis sering terjadi karena makanan yang diberikan biasanya berasal dari daging segar (mentah) dan sisa-sisa daging dari rumah potong hewan.



7.



GEJALA 20



Pada garis besarnya sesuai dengan cara penularan dan gejala klinisnya, toksoplasmosis dapat dikelompokkan menjadi : Toksoplasmosis akuisita (dapatan) dan Toksoplasmosis kongenital. Baik toksoplasmosis dapatan maupun kongenital sebagian besar asimtomatis atau tanpa gejala. Keduanya dapat bersifat akut dan kemudian menjadi kronik atau laten. Gejala yang nampak sering tidak spesifik dan sulit dibedakan dengan penyakit lain. Toksoplasmosis dapatan biasanya tidak diketahui karena jarang menimbulkan gejala. Tetapi bila seorang ibu yang sedang hamil mendapat infeksi primer, ada kemungkinan bahwa 50% akan melahirkan anak dengan toksoplasmosis kongenital. Gejala yang dijumpai pada orang dewasa maupun anak-anak umumnya ringan. Gejala klinis yang paling sering dijumpai pada toksoplasmosis dapatan adalah limfadenopati dan rasa lelah, disertai demam dan sakit kepala. Pada infeksi akut, limfadenopati sering dijumpai pada kelenjer getah bening daerah leher bagian belakang. Gejala tersebut di atas dapat disertai demam, mialgia, malaise. Bentuk kelainan pada kulit akibat toksoplasmosis berupa ruam makulopapuler yang mirip kelainan kulit, sedangkan pada jaringan paru dapat terjadi pneumonia interstisial.Gambaran klinis toksoplasmosis kongenital dapat bermacam-macam. Ada yang tampak normal pada waktu lahir dan gejala klinisnya baru timbul setelah beberapa minggu sampai beberapa tahun. Ada gambaran eritroblastosis, hidrops fetalis dan triad klasik yang terdiri dari hidrosefalus, korioretinitis dan perkapuran intrakranial atau tetrade sabin yang disertai kelainan psikomotorik. Toksoplasmosis kongenital dapat menunjukkan gejala yang sangat berat dan menimbulkan kematian penderitanya karena parasit telah tersebar luas di berbagai organ penting dan juga pada sistem syaraf penderita. Gejala susunan syaraf pusat sering meninggalkan gejala sisa, misalnya retardasi mental dan motorik. Kadang-kadang hanya ditemukan sikatriks pada retina yang dapat kambuh pada masa anak-anak, remaja atau dewasa. Korioretinitis karena toksoplasmosis pada remaja dan dewasa biasanya akibat infeksi kongenital. Akibat kerusakan pada berbagai organ, maka kelainan yang sering terjadi bermacammacam jenisnya. Kelainan pada bayi dan anak-anak akibat infeksi pada ibu selama kehamilan trimester pertama, dapat berupa kerusakan yang sangat berat sehingga terjadi abortus atau lahir mati, atau bayi dilahirkan dengan kelainan seperti ensefalomielitis, hidrosefalus, kalsifikasi serebral dan korioretinitis. Pada anak yang lahir prematur, gejala klinis lebih berat dari anak yang lahir cukup bulan, dapat disertai hepatosplenomegali, ikterus, limfadenopati, kelainan susunan syaraf pusat dan lesi mat



21



BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Kata parasitologi berasal dari kata parasitos yang berarti jasad yang mengambil makanan, dan logos yang berarti ilmu. Berdasarkan istilah, parasitology adalah ilmu yang mempelajari organisme yang hidup untuk sementara ataupun tetap di dalam atau pada permukaan organisme lain untuk mengambil makanan sebagian atau seluruhnya dari organisme tersebut. Klasifikasi parasit Protozologi a. Protozoologi adalah ilmu yang berisi kajian tentang hewan bersel satu yang hidup sebagai parasit pada manusia. Contoh protozoa sebagai parasit yaitu Plasmodium merupakan genus protozoa parasit. . b. Helmintologi adalah ilmu yang berisi kajian tentang parasit yang hidup pada manusia yang berupa cacing. Nematoda merupakan jumlah spesies yang terbesar di antara cacing yang hidup sebagai parasit pada manusia. Contoh Parasit Cacing Pita. c. Artropoda hewan dengan kaki beruas-ruas, berukuku dan bersegmen. Istilah Arthropoda berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu arthro yang berarti ruas dan podos yang berarti kaki.. Contoh parasit dari golongan serangga yaitu Kutu rambut merupakan parasit yang muncul di kepala manusia. Penyakit toxoplasmosis merupakan penyakit kosmopolitan dengan frekuensi tinggi di berbagai negara dan juga di Indonesia karena gejala klinisnya ringan maka sering kali luput dari pengamatan dokter. Padahal akibat yang ditimbulkan bisa memberikan beban berat bagi masyarakat seperti abortus, lahir mati maupun cacat kongenital. Diagnosis secara laboratoris cukup mudah yaitu dengan memeriksa antibodi kelas IgG dan IgM terhadap Toxoplasma gondii akan dapat diketahui status penyakit penderita. Dianjurkan untuk memeriksakan diri secara berkala pada wanita hamil trimester pertama akan kemungkinan terinfeksi dengan toxoplasmosis. Toxoplasma gondii merupakan protozoa obligat intraseluler yang dapat menyebabkan penyakit toxoplasmosis konginetal dan toksoplasmosis akuisita. Hospes



22



Definitif T. gondii adalah kucing dan binatang sejenisnya (Felidae). Hospes perantaranya adalah manusia, mamalia lainnya dan burung. B. SARAN Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar penulisan makalah selanjutnya bisa lebih baik lagi. Demikian penulis ucapkan terimakasih.



DAFTAR PUSTAKA . http://cizyzizy.blogspot.co.id/2013/12/sejarah-parasitologi.html http://www.alodokter.com/kutu-rambut http://chiciladewicitrautami.blogspot.co.id/2015/02/makalah-parasitologi.html http://harty-parasitologi.blogspot.co.id/ http://kesmas-fkm.blogspot.co.id/2012/10/parasitologi.html http://vulnus-equatum.blogspot.com/2012/11/mikrobiologi-parasitologi.html Ir. Indra Chahaya S., M.Si, 2003, Epidemiologi “Toxoplasma gondii ”.Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. http://yazhid28bashar.blogspot.com/2013/05/makalah-bakteritoxoplasma-gondii.html Dharmana, Edi, 2007, Toxoplasma gondii, Musuh Dalam Selimut: Semarang. Kakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Blader, Ira J., 2009, Communication between Toxoplasma gondii and its host: impact on parasite growth, development, immune evasion, and virulence: Okhlahoma. University of Okhlahoma Health Sciences Center. Schmidt, Ronald H., 2003, General Overview of the Causative Agents of Foodborne Illness: Florida. University of Florida. http://yazhid28bashar.blogspot.com/2013/05/makalah-bakteri-toxoplasmagondii.html (Diakses pada tanggal 11 april 2014)



23



24