Pastoral - "Desain Pastoral Bagi Anak Sekolah Minggu" [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH



MK : Pastoral “Desain Pastoral Bagi Anak Sekolah Minggu”



DISUSUN OLEH Pierre Roringpandey (1701196) PAK D - SEM. VI



Dose Pengampuh: Mercy W. K. Waney, S.TEOL., M.PAK.



INSTITUT AGAMA KRISTEN NEGERI (IAKN) MANADO 2020



KATA PENGANTAR



Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus karena atas kasih dan tuntunan-Nya sehingga kami kelompok dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini adalah tugas yang diberikan oleh dosen pengampuh mata kuliah Pastoral. Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami sebagai penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang akan dibuat di masa yang akan datang. Sekiranya apa yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata – kata yang kurang berkenan. Terima kasih Tuhan Yesus memberkati.



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR………………………………………………………………… DAFTAR ISI…………………………………………………………………………… BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………… A. Latar Belakang…………………………………………………………………… B. Rumusan Masalah………………………………………………………………… C. Tujuan Penulisan…………………………………………………………………. BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………… BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………. A. Kesimpulan……………………………………………………………………… DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pastoral adalah sebuah cabang ilmu teologis yang berfokus pada perspektif penggembalaan pada semua kegiatan dan fungsi Gereja dan Pendeta, kemudian menarik kesimpulan teologis dari pengamatan yang dilakukan Seperti yang kita ketahui bahwa dewasa ini kebutuhan akan pedampingan pastoral dan konseling semakin terasa. Krisis ekonomi, sosial, politik, yang berakibat pada krisis bidang-bidang lain, termasuk kesehatan, pendidikan, maupun moral, menjadikan krisis total Negara Indonesia menjadi pemicu kebutuhan masyarakat akan pedampingan pastoral dan konseling. Agar pastoral bagi anak-anak sekolah minggu berhasil dengan baik, maka guru-guru sekolah minggu harus mengguiakan metode yang efektif. Desain pastoral bagi anak-anak sekolah minggu yang akan dikemukakan dalam makalah ini ada empat bentuk, yaitu pengajaran, perkunjungan, dan disiplin. B. Rumusan Masalah a. Apa Pengertian Pastoral ? b. Bagaimanakah Sejarah Pastoral ? c. Dasar Alkitabiah Pastoral d. Bagaimana desain Pastoral bagi anak sekolah minggu ? C. Tujuan Penulisan a. Memahami apa pengertian Pastoral. b. Memahami bagaimanakah Sejarah Pastoral. c. Mengetahui dasar Alkitabiah Pastoral. d. Memahami desain Pastoral bagi anak sekolah minggu.



BAB II



PEMBAHASAN A. Pengertian Pastoral I.



Etimologi Istilah Pastoral berasal dari kata “pastor” dalam Bahasa Latin atau dalam Bahasa Yunani disebut “poimen”, yang artinya “gembala”. Seperti yang kita ketahui dalam kehidupan kita sebagai seorang warga Gereja merupakan tugas “pendeta” yang harus menjadi gembala bagi jemaat atau “domba”-nya. Istilah ini dihubungkan dengan Tuhan Yesus Kristus yang adalah “Pastor Sejati” atau “Gembala Yang Baik” (Yoh. 10). Kita belajar dari teladan Tuhan Yesus yang melayani tanpa pamrih, Ia bersedia memberikan pertolongan terhadap para pengikut-Nya, bahkan rela mengorbankan nyawa-Nya. 1



II.



Menurut Para Ahli Berikut ini beberapa pengertian Pastoral Konseling menurut para ahli: 1. Menurut Paul D. Meier, Frank B. Minirth, Frank B. Wichern, “Christian Counseling may be broadly defined as a relationship in which one individual, by virtue of both spiritual and psychological insights, seek to help another individual recognize, understand, and solve his or her own problems in accordance with the world of God.” Yang artinya, Konseling Kristen dapat secara luas didefinisikan sebagai hubungan di mana satu individu, berdasarkan wawasan spiritual dan psikologis, berupaya membantu individu lain mengenali, memahami, dan memecahkan masalahnya sendiri sesuai dengan dunia Allah. 2. Menurut Rodney J. Hunter, “Pastoral Counseling a special type of pastoral care offered in response to individuals, couples, or families who are experiencing and able to articulate the pain in their lives and willing to seek pastoral help in order to deal with it.” Yang artinya, Pastoral Konseling adalah jenis perawatan Pastoral khusus yang ditawarkan dalam menanggapi individu, pasangan, atau keluarga yang mengalami dan mampu mengartikulasikan rasa sakit dalam kehidupan mereka dan bersedia mencari bantuan pastoral untuk mengatasinya.2



B. Sejarah Pastoral



1



Aart Van Beek, Pendampingan Pastoral. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999), h. 10. Widodo Gunawan, “Pastoral Konseling: Deskripsi Umum dalam Teori dan Praktik”, Jurnal ABDIEL, vol. 2, no. 1, April 2018, h. 94. 2



I.



Sejarah Umum Pastoral Konseling pastoral lahir pada Abad XX. Pada hakikatnya konseling pastoral merupakan integrasi antara sub-disiplin ilmu teologi terapan (applied theology) :cura animarum atau biasa disebut juga sebagai pastoral care dengan sub-disiplin psikologi terapan (applied psychology): konseling psikologi (counseling psychology). Masing-masing cabang ilmu dipancangkan bagai jangkar abadi di dua dasar sungai yang letaknya berdekatan : teologi dan psikologi. Di sisi lain, konseling pastoral mewarisi tradisi saling mengasihi, memperhatikan, mempedulikan, mendampingi, mengubah, dan menumbuhkan yang berkembang sejak Komunitas Kristiani Perdana. Tradisi Komunitas Kristiani Perdana tersebut dipertahankan dari generasi ke generasi sampai akhir Abad XIX. Dalam sejarah Komunitas Kristiani tersebut dikenal sebagai cure animarum (penyembuhan jiwa). Pada akhir Abad XIX, khususnya di Amerika Serikat, cura anumarum dikenal sebagai pastoral care atau pendampingan pastoral. Integrasi yang lahir pada awal Abad XX tersebut terus bertumbuh dan berkembang pada tahun 1920-an, 1930-an, 1940-an. Pertembuhan dan perkembangannya mencapai titik puncak ketika gerakan konseling pastoral mendirikan sebuah asosiasi profesi: American Association of Pastoral Counselors (AAPC) pada tahun 1963. Setelah itu gerakan konseling pastoral menyebar ke seluruh dunia dan masuk di Indonesia pada awal 1980-an. Di Indonesia, gerakan ini mencapai puncaknya ketika para konselor pastoral di Indonesia mendirikan Asosiasi Konselor Pastoral Indonesia (AKPI) atau Indonesia Association of Pastoral Counselors (IAPC) pada tanggal 30 Juni 2012. Peresmian berdirinya AKPI dilakukan di Kantor Graha Konseling Salatiga, di Kota Salatiga, Jawa Tengah. 3



II.



Periodisasi Sejarah Konseling Pastoral Yesus adalah pendiri komunitas Kristiani. Dalam perspektif sejarah, saya memakai pribadi dan karya Yesus sebagai titik awal sejarah dan perkembangan pendampingan dan konseling pastoral. Kemudian, saya membagi sejarah pendampingan dan konseling pastoral ke dalam tiga periode. Pertama, periode pra-modern. Periode ini dimulai sejak Yesus sampai sampai akhir abad-19. Kedua, periode modern. Ini terjadi dalam abad ke-20, ketika terjadinya perkembangan pendampingan dan konseling modern. Akhirnya, ketiga periode post-modern. Periode post modern ini



3



Totok Wiryasaputra, Pengantar Konseling Pastoral, (Yogyakarta: Diandra pustaka Indonesia, 2014) h. 1-2



dimulai sejak awal abad 21 yang sedang kita jalani sekarang. Konseling pastoral lahir pada permulaan Abad XX bersamaan dengan lahirnya profesi terapan lain, seperti konseling psikologi, bimbingan dan konseling, psikologi klinis, psikoterapi, konsultasi psikologi, pekerjaan sosial klinis, pekerjaan sosial media, dan sebagainya.4 C. Dasar Alkitabiah Pastoral Tentu saja setiap orang percaya, merasa terpanggil untuk menolong sesama dan itu adalah hal yang benar adanya. Orang percaya harus hidup sepenuhnya bersandar kepada kebenaran Allah. Berikut ini dasar-dasar Alkitabiah yang menjadi dasar pelayanan pastoral konseling. I.



Mandat Ilahi Dari Allah Di dalam Kejadian 3, misi pendampingan itu dilakukan oleh Allah sendiri. Ia hadri di saat Adam (manusia) berada dalam keterasingan, kesepian, ketakutan dan kecemasan serta perasaan malu karena perbuatannya. Allah hadir dalam suatu relasi khusus untuk mendampingi, menopang dan membimbingnya, sehingga ia dapat hidup secara bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya.5 Selanjutnya, Allah menyatakan diri-Nya kepada umatnya dalam berbagai cara. Dalam Kejadian 12, Allah mengambil inisiatif untuk menemui Abram dalam situasi kehidupannya. Allah sendirilah yang membimbing dan mempersiapkannya melalui panggilan itu supaya oleh Abram seluruh dunia dapat beroleh berkat (Kej. 12:3). Dengan kata lain Allah mendampingi Abram untuk mempersiapkannya menjadi sarana kasih karunia Allah bagi sesamanya. Jadi melalui pendampingan itu Abram dilengkapi untuk mengambil peran dan tanggung jawab sebagai orang percaya. Pendampingan Allah tidak hanya berhenti pada Abram dan terus berlanjut dengan pemilihan dan pembebasan umat Israel. Pembebasan ini terjadi ketika umat Allah berada dalam kesulitan, perbudakan dan penindasan. Allah hadir di tengah-tengah mereka yang sedang dalam kondisi yang memprihatinkan untuk mendampingi dan membebaskan mereka. Dengan pembebasan yang diberikan Allah itulah mereka dapat berfungsi secara utuh dan penuh sebagai umat Allah. Oleh karena Allah rela mendampingi mereka, maka mereka dapat memperoleh pembebasan itu. Dengan demikian mereka dapat mewujudkan diri dalam karya Allah yang baru, dalam relasi yang baru pula dengan Allah maupun dengan sesamanya. 6



4



Ibid. h, 12. Marthen Nainupu, “Konseling Pastoral dalam Gereja: Res Sine Qua Non”, Jurnal JTA, vol. 11, no. 20, Maret 2009, h. 79-83. 6 J.L.Ch. Abineno, Aku Percaya Kepada Allah. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 5



Pada jaman para Nabi, Allah selalu digambarkan sebagai seorang Gembala bagi umat-Nya (Yes. 40:11; Yeh. 34 dan Mzm. 23). Gambaran Allah sebagai seorang Gembala bagi umat-Nya menunjuk kepada suatu hubungan pemeliharaan yang dinamis oleh Allah. Hal ini pula merujuk kepada fungsi penggembalaan yang dikemukakan oleh Howard Clinebell, yaitu: penyembuhan, penopangan, pembimbingan, pendamaian dan pemeliharaan. Allah yang adalah seorang Gembala bagi umat-Nya, Ia selalu menghantar domba-domba-Nya di padang yang berumput hijau. Ia selalu memimpin ke air tenang yang menyegarkan jiwa, serta menuntun ke jalan yang benar dan mengaruniakan kebahagiaan yang kekal (Mzm. 23).7 Setelah kedatangan serta kebangkitan dan kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga, Roh Kudus diutus oleh Allah untuk menyertai dan mendampingi orang percaya. Roh Kudus adalah pendamping dan penghibur yang sejati yang datang dari Allah untuk mendampingi dan menghibur bahkan tinggal di dalam hati setiap orang percaya (Yoh. 14:16-17). Jay Adams mengatakan Roh Kudus adalah seorang Konselor yang sejati. Dan pendampingan oleh Roh Kudus berlangsung sampai selama-lamanya, yang terjelma di dalam kepedulian orang percaya terhadap sesamanya. II.



Tanggung jawab terhadap sesama Setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus adalah sesame saudara, tanpa peduli, apakah ada hubungan darah, keluarga, suku, umur, maupun ras. Setiap orang percaya adalah saudara di dalam Tuhan Yesus. Oleh karena itulah, orang percaya memiliki tugas dan tanggung jawab terhadap sesamanya. Dan tugas dan tanggung jawab ini diterima dari sang Gembala Yang Baik. Setiap orang percaya senantiasa memikul tanggung jawab pendampingan bagi saudaranya di dalam berbagai kesukaran hidup. Dengan demikian saudaranya dapat melihat dirinya dalam lingkungan dan kepedulian Allah yang terwujud di dalam kehidupan dan relasi melalui sesamanya orang percaya. Pendampingan merupakan tugas dan tanggung jawab setiap orang percaya terhadap sesamanya untuk menolong, membimbing, menyokong sebagaimana yang telah diperbuat oleh Tuhan Yesus. Di dalam Yohanes 13:34 ketika Tuhan Yesus akan meninggalkan dunia, Ia memberikan perintah yang baru bagi murid-murid-Nya, yaitu supaya mereka saling mengasihi satu dengan yang lain sebagaimana Tuhan Yesus mengasihi mereka. Dan harus dipahami bahwa perintah mengasi yang dimaksudkan oleh Tuhan Yesus, tidak hanya terbatas pada golongan, suku



1983), h. 39-41. 7 J.L.Ch. Abineno, Penggembalaan. (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 1967), h. 14.



dan bangsa, melainkan kasih yang keluar dan menjangkau setiap umat manusia di dunia. Dari hal ini sudah jelas bahwa kasih merupakan sebuah dasar pelayanan pendampingan atau pastoral konseling bagi sesama. Allah adalah kasih, dan kasih menjadi sentral atau pusat dari tindakan pendampingan Allah terhadap manusia. Tuhan Yesus memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi seluruh umat manusia (Mrk. 10:45). Hal ini dilakukan-Nya oleh karena kasihNya, sehingga dengan demikian manusia ditarik untuk mengalami perjumpaan yang baru dengan Allah maupun dengan sesamanya. Tugas dan tanggung jawab ini selanjutnya dimandatkan kepada orang percaya untuk mencari dan menjumpai sesamanya di dalam segala pergumulan dan kesulitan hidupnya. Salah satu contoh yang berkaitan dengan pendampingan terhadap orang percaya adalah seperti yang dilakukan Paulus kepada Timotius. Paulus mendampingi dan membmbing Timotius secara terus menerus. Ia dibimbing langsung oleh Paulus dan Paulus menjadi teladan bagi dirinya. Melalui cara yang demikian, Timotius dilatih dan diperlengkapi untuk memikul tanggung jawab dikemudian hari. Pendampingan yang dberikan Paulus kepada Timotius telah membangkitkan semangat dan tanggung jawab di dalam diri Timotius, sehingga Paulus menyebut Timotius dengan sebutan “Anakku yang kekasih” (2 Tim. 1:2). D. Desain Pastoral bagi anak sekolah minggu I.



Pengajaran Memberi pengajaran firman Tuhan merupakan metode pastoral yang sangat penting bagi anak-anak sekolah ringgu. Tujuan pengajaran adalah untuk mengubah kehidupan anak-anak. Kehidupan anak-anak sewaktu kecil paling mudah dibentuk, baik ke arah yang baik maupun ke arah yang tidak baik. Oleh sebab itu, setiap guru sekolah minggu harus mampu mengajarkan kebenaran yang alkitabiah bagi anak-anak sekolah minggu. Apabila guru mampu menanamkan kebenaran firman Tuhan yang alkitabiah ketika mereka masih kecil, maka ketika besar dan dewasa mereka akan menjadi orang Kristen yang kuat. pengajaran yang disampaikan kepada anak-anak sekolah minggu haruslah pengajaran firman Tuhan yang Alkitabiah dan disampaikan dengan metode yang tepat pula sesuai dengan kebutuhan dan tingkat umur mereka. Agar lebih efektif kita perlu mengetahui dan menguasai tiga tahapan kualifikasi umur, yaitu: metode belajar anak Indria, Pratama, dan Madya. 8



8



Blattner, Doris. Bagaimana Mengajar Anak lndria, Pratama, dan Madya. Bandung: Lembaga Literatur Baptis, Cetakan Pertama, 1986.



II.



Perkunjungan Di samping pengajaran, perkunjungan ke rumah anak-anak sekolah minggu merupakan metode pastoral yang sangat penting. Guru sekolah minggu harus rajin mengunjungi anak-anak murid sekolah minggunya. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru sekolah minggu sehubungan dengan perkunjungan pastoral bagi anak-anak sekolah minggu, yaitu alasan mengadakan perkunjungan, sasaran perkunjungan, tujuan perkunjungan, dan rencarut perkunjungan. Adapun alasan mengapa melakukan perkunjungan sangat penting yaitu karena;9 1) pertama, Karena dengan perkunjungan, guru sekolah minggu dapat mengetahui kebutuhan dan keadaan yang sebenarnya dari anak sekolah minggu. Dengan demikian, guru sekolah minggu dapat menolong dan mengisi kebutuhan mereka melalui doa, pemberitaan firman Tuhan, dan sebagainya. 2) Kedua, Karena dengan perkunjungan, guru sekolah minggu dapat menjalin hubungan yang erat dengan setiap anak sekolah minggu. 3) Karena dengan perkunjungan, menyatakan kepada anak-anak sekolah minggu bahwa guru sekolah minggu mengasihi mereka dan mereka merasa diperhatikan. 4) Karena dengan perkunjungan, guru sekolah minggu dapat membimbing anak sekolah minggu secara pribadi, yang mungkin sedang menghadapi masalah-masalah khusus untuk mendapatkan pemecahannya. 5) Karena dengan perkunjungan, guru sekolah minggu dapat memberi semangat dan dorongan agar anak-anak sekolah minggu rajin menghadiri kelas sekolah minggu.



III.



Disiplin Disiplin adalah desain pastoral yang penting ketiga dalam pembinaan rohani anak sekolah minggu. Yang dimaksud dengan disiplin ialah teguran atau hukuman yang dikenakan kepada setiap anak yang bersalah.. Perlu diperhatikan bahwa disiplin yang diberikan kepada anak yang bersalah, bukan sebagai pembalasan dendam, melainkan sebagaitanda kasih. Disiplin yang keras, seperti pemberian sanksi atau hukuman tertentu, hanya dalam situasi darurat, apabila anak yang bersalah itu tidak mau bertobat, setelah berkali-kali diberikan teguran. Ada beberapa tujuan dilaksanakan disiplin bagi anak-anak:10



9



Jurnal Pembinaan Warga Jemaat. Bandung: Gereja, Kemah lnjil lndonesia, '1995. Loth, Paul L. Teknik Mengajar. Malang: Penerbit Gandum Mas, Cetakan Ketiga, 1986.



10



1) Pertama, Untuk mengembangkan rasa hormat terhadap “kekuasaan/kuasa” lain disekitarnya seperti orang tua, guru, bahkan Tuhan. 2) Kedua, Untuk membentuk kebiasaan yang baik. 3) Ketiga, Untuk mengubah kebiasaan-kebiasaan yang buruk. IV.



Kelemahan dan Kelebihan Strategi Pembelajaran Inkuiri Adapun dasar Alkitabiah yang dapat membantu dalam pembinaan kedisiplinan diantaranya:11 1) Amsal 3:11-12, "Hai anakku, janganlah engkau menolak didikan Tuhan dan janganlah engkau bosan akan peringatan-Nya. Karena Tuhan memberi ajaran kepada yang dikasihi-Nya, seperti seorang ayah memberi ajaran kepada anak yang disayangi." 2) Amsal 22:6, "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang darijalan itu. 3) Wahyu 3:19, "Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegur dan Kuhajar; sebab itu, relakanlah hatimu dan bertobatlah." 4) Dll.



11



LAI.



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari semua uraian di atas dapat disimpulkan bahwa anak-anak sekolah minggu merupakan gereja masa depan. dan guru-guru sekolah minggu merupakan perpanjangan tangan dari gembala jemaat. Dengan dernikian, mereka dapat berperan sebagai gembala bagi anak-anak. Oleh sebab itu, dalam mengembangkan jemaat tidak boleh mengabaikan pelayanan pastoral yang dilakukan oleh guru-guru terhadap anak-anak sekolah minggu. Untuk meningkatkan pastoral bagi anak sekolah minggu dibutuhkan metode. Dalam makalah inidikemukan empat metode pastoral bagianak sekolah minggu, yaitu pengajaran, perkunjungan, bimbingan, dan disiplin.



Daftar Pustaka



Van Beek, Aart, Pendampingan Pastoral. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999. Gunawan, Widodo, “Pastoral Konseling: Deskripsi Umum dalam Teori dan Praktik”, Jurnal ABDIEL, vol. 2, no. 1, April 2018. Wiryasaputra Totok, Pengantar Konseling Pastoral, Yogyakarta 2014. Nainupu, Marthen, “Konseling Pastoral dalam Gereja: Res Sine Qua Non”, Jurnal JTA, vol. 11, no. 20, Maret 2009. Abineno, J.L.Ch., Aku Percaya Kepada Allah. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1983. Abineno, J.L.Ch., Penggembalaan. Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 1967. Blattner, Doris. Bagaimana Mengajar Anak lndria, Pratama, dan Madya. Bandung: Lembaga Literatur Baptis, Cetakan Pertama, 1986. Jurnal Pembinaan Warga Jemaat. Bandung: Gereja, Kemah lnjil lndonesia, '1995’. Loth, Paul L. Teknik Mengajar. Malang: Penerbit Gandum Mas, Cetakan Ketiga, 1986. LAI. Alkitab Terjemahan Baru.