5 0 336 KB
MAKALAH PATENT DUCTUS ARTERIOSUS
Disusun oleh :
Ayuningtyas puspita sari 272018002 Nadya Khairunnisa 2720180067 Riska melia 2720180090
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH 2020
[Penulis] Halaman 1 dari 16
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.................................................................................. i DAFTAR ISI................................................................................................ ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah............................................................................... 1 C. Tujuan Penulisan................................................................................. 1 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian........................................................................................... 2 B. Anatomi.............................................................................................. 2 C. Etiologi............................................................................................... 3 D. Patofisiologi........................................................................................ 4 E. Manifestasi Klinis............................................................................... 5 F. Pemeriksaan Diagnostik..................................................................... 6 G. Penatalaksanaan.................................................................................. 7 BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian.......................................................................................... 9 B. Pemeriksaan Fisik............................................................................. 10 C. Analisa Data..................................................................................... 10 D. Diagnosa........................................................................................... 12 E. Intervensi.......................................................................................... 12 F. Implementasi.................................................................................... 14 G. Evaluasi............................................................................................ 14 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan....................................................................................... 15 B. Saran................................................................................................. 15 DAFTAR PUSTAKA [Penulis] Halaman 2 dari 16
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah duktus arteriosus yang tetap terbuka. Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI pada janin yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens. Pada bayi normal duktus tersebut menutup secara fungsional 10 – 15 jam setelah lahir dan secara anatomis menjadi ligamentum arteriosum pada usia 2 – 3 minggu. Bila tidak menutup disebut Duktus Arteriosus Persisten Patent Duktus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus arteriosus setelah lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara langsung dari aorta (tekanan lebih tinggi) ke dalam arteri pulmoner (tekanan lebih rendah). Duktus arteriosus adalah suatu pembuluh darah yang menghubungkan aorta(pembuluh arteri besar yang mengangkut darah ke seluruh tubuh) dengan arteri pulmonalis (arteri yang membawa darah ke paru-paru), yang merupakan bagian dari peredaran darah yang normal pada janin. Duktus arteriosus memungkinkan darah untuk tidak melewati paru-paru. Pada janin, fungsi ini penting karena janin tidak menghirup udara sehingga darah janin tidak perlu beredar melewati paru-paru agar mengandung banyak oksigen. Janin menerima oksigen dan zat makanan dari plasenta (ari-ari). Tetapi pada saat lahir, ketika bayi mulai bernafas, duktus arteriosus akan menutup karena darah harus mengalir ke paru-paru agar mengandung banyak oksigen. Pada 95% bayi baru lahir, penutupan duktus terjadi dalam waktu 48-72 jam. 1.2 Rumusan Masalah 1. Definisi PDA 2. Etiologi PDA 3. Patofisiologi PDA 4. Manifestasi Klinis 5. Pemeriksaan Penunjang 6. Penatalaksanaan PDA
BAB II
[Penulis] Halaman 3 dari 16
Pembahasan 2.1 Definisi Patent Ductus Arteriosus Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI pada janin yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens. Pada bayi normal duktus tersebut menutup secara fungsional 10 – 15 jam setelah lahir dan secara anatomis menjadi ligamentum arteriosum pada usia 2 – 3 minggu. Bila tidak menutup disebut Duktus Arteriosus Persisten (Persistent Ductus Arteriosus : PDA). (Buku ajar kardiologi FKUI, 2001 ; 227) Patent Duktus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus arteriosus (arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu pertama kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah dari aorta tang bertekanan tinggi ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah. (Suriadi, Rita Yuliani, 2001; 235) Patent Duktus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus arteriosus setelah lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara langsung dari aorta (tekanan lebih tinggi) ke dalam arteri pulmoner (tekanan lebih rendah). (Betz & Sowden, 2002 ; 375) Patent Duktus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus arteriosus (arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu pertama kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah dari aorta tang bertekanan tinggi ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah. (Suriadi, Rita Yuliani, 2001; 235)
2.2 Etiologi Patent Ductus Arteriotus
Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan. • Faktor Prenatal a. Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella. b. Ibu alkoholisme. c. Umur ibu lebih dari 40 tahun. d. Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin. e. Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu. f. Bayi yang lahir prematur (kurang dari 37 minggu)
[Penulis] Halaman 4 dari 16
• Faktor Genetik a. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan. b. Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan. c. Kelainan kromosom seperti Sindrom Down. d. Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.
2.3 Patofisiologi Patent Ductus Arteriosus
Duktus arteriosus adalah pembuluh darah yang menghubungkan aliran darah pulmonal ke aliran darah sistemik dalam masa kehamilan (fetus). Hubungan ini (shunt) ini diperlukan oleh karena sistem respirasi fetus yang belum bekerja di dalam masa kehamilan tersebut. Aliran darah balik fetus akan bercampur dengan aliran darah bersih dari ibu (melalui vena umbilikalis) kemudian masuk ke dalam atrium kanan dan kemudian dipompa oleh ventrikel kanan kembali ke aliran sistemik melalui duktus arteriosus. Normalnya duktus arteriosus berasal dari arteri pulmonalis utama (atau arteri pulmonalis kiri) dan berakhir pada bagian superior dari aorta desendens, ± 2-10 mm distal dari percabangan arteri subklavia kiri. Dinding duktus arteriosus terutama terdiri dari lapisan otot polos (tunika media) yang tersusun spiral. Diantara sel-sel otot polos terdapat serat-serat elastin yang membentuk lapisan yang berfragmen, berbeda dengan aorta yang memiliki lapisan elastin yang tebal dan tersusun rapat (unfragmented). Sel-sel otot polos pada duktus arteriosus sensitif terhadap mediator vasodilator prostaglandin dan vasokonstriktor (pO2). Setelah persalinan terjadi perubahan sirkulasi dan fisiologis yang dimulai segera setelah eliminasi plasenta dari neonatus. Adanya perubahan tekanan, sirkulasi dan meningkatnya pO2 akan menyebabkan penutupan spontan duktus arteriosus dalam waktu 2 minggu. Duktus arteriosus yang persisten (PDA) akan mengakibatkan pirai (shunt) L-R yang kemudian dapat menyebabkan hipertensi pulmonal dan sianosis. Besarnya pirai (shunt) ditentukan oleh diameter, panjang PDA serta tahanan vaskuler paru (PVR)
[Penulis] Halaman 5 dari 16
(Jantung normal & jantung patent ductus arteriosus)
Gambar A menunjukkan bagian jantung normal dan aliran darah normal. Gambar B menunjukkan hati dengan patent ductus arteriosus. Cacat menghubungkan aorta dengan arteri paru-paru. Hal ini memungkinkan darah yang kaya oksigen dari aorta untuk bercampur dengan darah miskin oksigen di arteri paru-paru.
2.4 Manifestasi Klinis
Jika duktus tetap terbuka, darah yang seharusnya mengalir ke seluruh tubuh akan kembali ke paru-paru sehingga memenuhi pembuluh paru-paru. Jumlah darah tambahan yang sampai ke paru-paru tergantung kepada ukuran PDA. Jika PDA sangat kecil, maka darah yang melewati PDA hanya sedikit. Pada keadaan ini, anak tidak memiliki gejala sama sekali dan tampak baik-baik saja. PDA yang kecil dapat diketahui jika pada pemeriksaan dengan stetoskop terdengar murmur(suatu bunyi jantung ekstra yang terderngar jika darah menyembur melalui lubang yang sempit). Semakin kecil lubangnya, maka semakin sedikit darah yang mengalir dan semakin halus bunyi murmur yang terdengar. Jika PDA memiliki lubang yang besar, maka darah dalam jumlah yang besar akan membanjiri paru-paru. Anak tampak sakit, dengan gejala berupa: a. Tidak mau menyusu b. Berat badannya tidak bertambah c. Berkeringat d. Kesulitan dalam bernafas e. Denyut jantung yang cepat.
[Penulis] Halaman 6 dari 16
Timbulnya gejala tersebut menunjukkan telah terjadinya gagal jantung kongestif, yang seringkali terjadi pada bayi prematur. Anak dengan PDA yang kecil tidak memiliki resiko menderita gagal jantung kongestif, tetapi tetap memiliki resiko terjadinya endokarditis. Endokarditis adalah infeksi pada jantung, katup jantung maupun pembuluh darah jantung. Infeksi ini bisa berakibat fatal dan dapat menyebabkan kematian, stroke serta kelainan fungsi jantung. Manifestasi klinis PDA pada bayi prematur sering disamarkan oleh masalahmasalah lain yang berhubungan dengan prematur (misalnya sindrom gawat nafas). Tanda-tanda kelebihan beban ventrikel tidak terlihat selama 4 – 6 jam sesudah lahir. Bayi dengan PDA kecil mungkin asimptomatik, bayi dengan PDA lebih besar dapat menunjukkan tanda-tanda gagal jantung kongestif (CHF) a. Kadang-kadang terdapat tanda-tanda gagal jantung b. Machinery mur-mur persisten (sistolik, kemudian menetap, paling nyata terdengar di tepi sternum kiri atas) c. Tekanan nadi besar (water hammer pulses) / Nadi menonjol dan meloncat-loncat, Tekanan nadi yang lebar (lebih dari 25 mm Hg) d. Takhikardia (denyut apeks lebih dari 170), ujung jari hiperemik e. Resiko endokarditis dan obstruksi pembuluh darah pulmonal. f. Infeksi saluran nafas berulang, mudah lelah g. Apnea h. Tachypnea i. Nasal flaring j. Retraksi dada k. Hipoksemia 2.5 Pemeriksaan Penunjang Patent Ductus Arteriosus 1. Analisis Gas Darah Arteri
a. Biasanya menunjukkan kejenuhan yang normal karena paru overcirculation b. Ductus arteriosus besar dapat menyebabkan hypercarbia dan hypoxemia dari CHF dan ruang udara penyakit (atelektasis atau intraalveolar cairan / pulmonary edema) c. Dalam kejadian hipertensi arteri pulmonal persisten (terus-menerus sirkulasi janin); kanan-ke-kiri intracardiac shunting darah, aliran darah paru berkurang dengan dihasilkannya hypoxemia, sianosis, dan mungkin acidemia hadir. 2. Foto Thorax
Atrium dan ventrikael kiri membesar secara signifikan (kardiomegali), gambaran vaskuler paru meningkat.
[Penulis] Halaman 7 dari 16
3. Pemeriksaan dengan doppler berwarna Untuk mengevaluasi aliran darah dan arahnya. 4. EKG Sesuai tingkat keparahan, pada PDA kecil tidak ada abnormalitas, hipertrofi ventrikel kiri pada PDA yang lebih besar. 5. Kateterisasi Jantung Untuk mengevaluasi lebih jauh hasil ECHO atau Doppler yang meragukan bila ada defek tambahan lain. 6. Magnetic Resonance Imaging (MRI) Perkembangan lebih lanjut dari penyakit ini tergantung pada volume dan tekanan hubungan. a. Volume (tekanan atau perlawanan) b. Volume suara tinggi menghasilkan peningkatan tekanan arteri paru-paru pada akhirnya menghasilkan perubahan endotel dan otot dalam dinding pembuluh darah. c. Perubahan ini mungkin akhirnya menyebabkan penyakit paru obstruktif vaskular (PVOD), suatu kondisi perlawanan terhadap aliran darah paru yang mungkin tidak dapat diubah dan akan menghalangi perbaikan definitif.
2.5 Penatalaksanaan Terdapat beberapa jenis terapi untuk menangani kasus – kasus PDA, yaitu terapi medikamentosa, terapi bedah, dan penutupan secara transkateter. Terapi medikamentosa diberikan terutama pada duktus ukuran kecil, dengan tujuan terjadinya kontriksi otot duktus sehingga duktus menutup. Salah satu jenis obat yang sering diberikan adalah indometasin, yang merupakan inhibitor sintesis prostaglandin yang terbukti efektif mempercepat penutupan duktus arteriosus. Tingkat efektifitasnya terbatas pada bayi kurang bulan dan menurun seiiring menigkatnya usia paska kelahiran. Efeknya terbatas pada 3–4 minggu kehidupan. Obat yang kedua adalah ibuprofen, yaitu inhibitor non selektif dari COX yang berefek pada penutupan duktus arteriosus. Studi klinik membuktikan bahwa ibuprofen memiliki efek yang sama dengan indometasin pada pengobatan duktus arteriosus pada bayi kurang bulan.25 Terapi melalui tindakan pembedahan dilakukan berdasarkan atas beberapa indikasi.
[Penulis] Halaman 8 dari 16
Pada penderita dengan PDA kecil, dilakukan tindakan bedah adalah untuk mencegah endarteritis atau komplikasi lambat lain. Pada penderita dengan PDA sedang sampai besar, penutupan diselesaikan untuk menangani gagal jantung kongestif atau mencegah terjadinya penyakit vaskuler pulmonal. Bila diagnosis PDA ditegakkan, penangan bedah jangan terlalu ditunda sesudah terapi medik gagal jantung kongestif telah dilakukan dengan cukup. Karena angka kematian kasus dengan penanganan bedah sangat kecil kurang dari 1% dan risiko tanpa pembedahan lebih besar, pengikatan dan pemotongan duktus terindikasi pada penderita yang tidak bergejala. Hipertensi pulmonal bukan merupakan kontraindikasi untuk operasi pada setiap umur jika dapat dilakukan pada kateterisasi jantung bahwa aliran pirau masih dominan dari kiri ke kanan dan bahwa tidak ada penyakit vaskuler pulmonal yang berat.26 Penutupan PDA secara transkateter merupakan standar bagi penanganan bagi banyak kasus dan penutupan PDA diindikasian terhadap semua pasien dengan tanda volume ventrikel kiri yang terlalu penuh. Pada kasus PDA pirau kiri ke kanan dengan hipertensi pulmonal berat, penutupan dapat dilakukan dengan kondisi khusus. Coil dan ADO merupakan alat penutupan PDA secara transkateter yang paling banyak digunakan di seluruh dunia.
Obat yang digunakan untuk PDA Ada Ibuprofen dan Indometasin yaitu untuk mengurangi rasa sakit, demam dan peradangan. Dengan masing-masing keefektifan obat ini mereka memiliki beberapa perbandingannya. Perbandingan Indometasin dan Ibuprofen (Bart van Overmeire) Ibuprofen bukanlah obat baru yang telah digunakan selama lebih dari 40 tahun. Paten pertama pada ibuprofen diajukan oleh Sir Stewart Adams pada tahun 1962 untuk menghilangkan rasa sakit, demam, dan peradangan. Baru belakangan ini aplikasi ita telah diperluas untuk mencakup penggunaan pada bayi prematur yang paling rentan dan terkecil. Ibuprofen telah dipelajari sebagai pengobatan alternatif untuk patent ductus arteriosus (PDA) karena kekhawatiran tentang efek samping pengobatan konvensional PDA dengan indometasin tetap ada. Properti Ibuprofen Ibuprofen dalam agen antiinflamasi nonsteroid dengan struktur asam a-arilpropionat, yang memberikan efek farmakologisnya dalam konfigurasi sudut dengan menghambat konversi searah siklik-oksigenase hampir 6o dari bentuk ke formue telah dilaporkan Pada orang dewasa Pada bayi prematur yang menerima tiga dosis dari profilaksis Lv. ibuprofen, serum hairlife (C) 23.3. -31.3) jam untuk Sand (7-11) jam untuk enansiomer Tal Indomethacin dan ibuprofen, kami menemukan inhibitor cydnoxygenane (COX) yang mengurangi aktivitas COX1 dan Cox. Ibuprofen tidak larut dalam air dan karena itu telah melekat untuk lisin atau ke buffer tris-hidroksimetil-aminometana (THAM) untuk mendapatkan formulasi yang cocok untuk infus intravena. Baru-baru ini telah ditunjukkan bahwa pemberian oral mungkin juga efektif untuk menginduksi duktal domein bayi prematur. [Penulis] Halaman 9 dari 16
Terapi dan Profilaksis Patent Ductus Arteriosus Publikasi tentang ibuprofen untuk mengobati PDA telah muncul sejak tahun 1996. Bukti terbaru dari penelitian. Termasuk begitu pasien menunjukkan bahwa profen sama efektifnya dengan indometasin untuk menginduksi PDA pada bayi pprematu. Kejadian produksi urin oliguria ml / kg) secara signifikan lebih rendah pada kelompok ibuprofen dibandingkan pada kelompok Indometasin. Ligasi bedah mortalitas duktus, durasi dukungan latory, perdarahan intraventrikel, dan enterokolitis nekrotikans tidak berbeda antara kedua obat. Profilaksis dengan ibuprofen untuk mengurangi perkembangan PDA. Hipertensi paru akut dapat diamati segera setelah infus larutan ibuprofen-THAM pada bayi 19 Meskipun tidak ada penjelasan yang tepat untuk observasi ini, belum dilaporkan dalam uji coba menggunakan formulasi ibuprofen-lyaine. Efek merugikan ini mungkin tidak hanya terjadi pada ibuprofen, peningkatan kebutuhan e en telah diamati setelah pemberian profilaksis Indometasin o. Profil lasix dengan ibuprofen tampaknya tidak mengurangi terjadinya
perdarahan
intraventrikular
(berbeda
dengan
pengurangan
perdarahan
intraventrikular yang diucapkan dan signifikan secara statistik setelah instruksi administrasi indometasin awal.
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN Kasus : Ny. A berumur 30thn telah melahirkan seorang bayi dan lahir dengan prematur kurang [Penulis] Halaman 10 dari 16
dari 9 bulan yaitu 25 minggu, dikarenakan ny. A mengalami stress saat mengandung dan menyebabkan ketuban pecah lebih awal. Dan kondisi bayi saat setelah dilakukan pemeriksaan menyeluruh dengan EKG, ekokardiografi, dan rontgen dada. ternyata bayi mengalami cacat jantung karena masalah pada perkembangan jantungnya saat di janin. Dengan diagnosa dokter yaitu Ductus arteriosus patent (DAP). Kondisi bayi mengalami nafas cepat/ pendek, denyut jantung cepat, napas tersegal-segal, menangis terus menerus.
DS : - ny. A merasakan sakit pada perutnya/ karna kontraksi melahirkan - ny. A air ketuban pecah saat dirumah - ny. A mengatakan khawatir pada janinnya - ny. A mengatakan nyeri pada panggul - ny. A mengatakan sebelumnya sering merasa mual dan muntah
DO : - air ketuban ny. A pecah - bayi lahir saat 25 minggu - hasil EKG, ekokardiografi dan rontgen dada (gk ada tapi) wkwk - nafas bayi tampak cepat - denyut jantung bayi cepat - nafas bayi tampak tersegal-segal - bayi tampak menangis terus menerus
DIAGNOSA
TUJUAN
penurunan curah
Setelah intervensi
jantung bd perubahan
3x24 jam diharapkan
kontraktilitas dd
curah jantung ps.
cardiac index
Meningkat
menurun
Dengan KH :
INTERVENSJ Observasi -idenifikasi tanda dan gejala primer
RASIONAL -untuk mengetahui tanda gelaja primer pasien
penurinan curah
-untuk mengetahui
jantung
gejala sekunder pasien
Kekuatan
-identifikasi tanda dan
nadi perifer
gejala sekunder
-untuk mengetahui
meningkat.
penurunan curah
jika terjadi penurunan
(5)
pada tekanan darah [Penulis] Halaman 11 dari 16
Ejection fraction (EF) meningkat(5)
Dispnea
pasien
-monitor tekanan
-agar pasien tidak
darah
kekurangan intake
menurun(5)
-monitor intake dan
Edema
output cairan
menurun(5)
jantung
Pucat/sianosi s menurun (5)
-monitor berat badan setiap hari -monitor situasi oksigen -monitor EKG 12 sadapan -monitof aritmia -monitor fungsi alat pacu jantung
cairan -agar mengetahui berat badan pasien -agar tidak terjadi kesalahan saat pemberian oksigen -agar jantung pasien tetap terkontrol -agar mengetahui jika denyun jantung tdk normal -agar alat nya ttap
Terapeutik
bekerja semestinya
-berikan terapi
terapeutik
relaksasi untuk mengurangi stress -beri dukungan emosional dan spiritual -berikan oksigen untuk mempertahankan status oksigen >94%
-agar pasien tidak stress dan tertekan -agar pasien semangat untuk sembuh -agar oksigen didalam tubuh px tetap stabil edukas -agar pasien tetap
EDUKASI
bergerak
-anjurkan aktivitas
-agar berat badan
fisik secara toleransi
pasien tetap
-anjurkan keuarga pasien mengukur berat badan harian Kolanorasj -kolaborasj pemberian
[Penulis] Halaman 12 dari 16
terpantau
antiaritmia
kolaborasi
-rujuk ke program
-untuk pemberian
rehabilitasi jantung
artiatitmia berkolaboasi dengan dokter -agar pasien lebih mengetahui detail tentang penyakitnya
gangguan pertukaran
Setelah dilakukan
gas bd
intervensi 3x24 jam
ketidakseimbangan
diharapkan gangguan
vertilasi-perkusi dd
pertukaran gas
pola napas abnormal
meningkat
Tingkat meningkat (5)
-monitor kecepatan
-agar mengetahui
aliran oksigen
sejauh mana aliran
terapi oksigen
kesadaran
observasi
-monitor posisi alat
Dengan KH :
observasi
Dispnea
-monitor aliran
selama diterapi -agar tepat pemberian
periodik dan pastikan
terapi oksigen
fraksi diberikan cukup -monitor tanda tanda
Napas cuping
hipoventjlasi
menurun (5)
-agar pasien nyaman
oksigen secara
menurun (5) hidung
oksigen
-monitor integritas
-agar dapat dicegah -agar pasien tidak sakit karena mukosa hidung nya kering
mukosa hidung terapeutik -berihkan sekret pada mulut dan hidung -pertahankan kepatenan nafas -berikan oksigen tambahan jika perlu -gunakan perangjat oksigen yang sesuai dengan tingkat mobilisasi pasien edukasi
[Penulis] Halaman 13 dari 16
terapeutik -agar terhindar dari kotorsn menumpuk -agar oksigen kembali normal -agar pasien tetap dapat aliran oksigen yang cukup -agar sesuai dengan yang di butuhkan
-ajarkan keluarga pasien cara penggunaan oksigen dirumah edukasi
-agar saat dirumah keluarga pasien sudah mengerti -agar tidak salah
-kolanorasj pemberian
pemberian dosis
dosis oksigen
oksigen sesuai dengan kebutuhan pasin
intoleransi aktivitas
Setelah dilakukan
bd ketidakseimbangan
intervensi 3x24 jam
suplai dan keburuhan
diharapkan in
oksigen dd tekanan
toleransi aktivitas
darah berubah >20%
meningkat
dalam kondisi istirahat
Frekuensi meningkat(5)
fungsi tubuh yang mengakibatkan
ketidaknyamanan terapeutik -sediakan lingkungan
oksigen
nyaman
Sianosis menurun (5)
-agar dapat di atasi
Saturasi meningkat (5)
-identifikasi gangguan
-monitof
nadi
observasi
kelelahan
Dengan KH :
observasi
Frekuensi napas membaik (5)
-agar rasa tidak nyman itu dapat diganti dengan rasa nyaman terapeutik -agar pasien merasa nyaman -agar pasien tidak
-berikan aktivitas
terfokus pada
distraksi untuk
penyakitnya
menyenangkan Edukasi -anjurkan tirah baring
edukasi -untuk mengurangi akrifitss yang tidak perlu
[Penulis] Halaman 14 dari 16
BAB IV PENUTUP Kesimpulan : Patent Duktus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus arteriosus setelah lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara langsung dari aorta (tekanan lebih tinggi) ke dalam arteri pulmoner (tekanan lebih rendah). Duktus arteriosus adalah suatu pembuluh darah yang menghubungkan aorta(pembuluh arteri besar yang mengangkut darah ke seluruh tubuh) dengan arteri pulmonalis (arteri yang membawa darah ke paru-paru), yang merupakan bagian dari peredaran darah yang normal pada janin.
Saran : Untuk mencegah terjadinya Patent Ductus Arteriosus alangkah baiknya jika saat hamil untuk melakukan cek kandungan setiap bulannya sesuai anjuran dokter dan tidak melakukan aktivitas yang membuat stres, saat hamil juga baiknya selalu melakukan kegiatan yang diinginkan dan yang membuat bahagia. Dan menjaga pola hidup yang sehat.
[Penulis] Halaman 15 dari 16
DAFTAR PUSTAKA
1. M.Obladen, N. Koenhe. 2005. Intervention for persisting Ductus arteriosus in the petren infant. Berlin, Germany. Singer madizine verlag. 2. Arsining surasmi, Siti Handayani, Heni Nur Kusuma. 2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta. Penerbit buku Kedokteran EGC. 3. Rahmat Budi Kuswiyanto, Armijn Firman, Putria Rayani, Sri Endah Rahayuningsih. 2016. Luaran Penutupan Duktus Arteriosus Persisten Transkateter di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung. Bandung. P 4.
[Penulis] Halaman 16 dari 16