Pedoman WSD [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SOE NOMOR : 154 TAHUN 2019 TENTANG : PEDOMAN PEMASANGAN WSD



BAB I PENDAHULUAN Bernapas merupakan aktivitas yang penting bagi manusia. Tubuh memerlukan suplai oksigen yang cukup untuk proses metabolisme. Jika terjadi gangguan pada saluran pernapasan misalnya saluran pernapasan terisi oleh zat lain seperti cairan, maka pertukaran gas akan terganggu. Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan untuk membantu mengembalikan fungsi normal saluran pernapasan, salah satunya adalah dengan pemasangan WSD (Water Seal Drainage). Kebutuhan pemasangan WSD (Water Seal Drainage) misalnya, pada trauma (luka tusuk di dada), biasanya disebabkan oleh benda tajam, bila tidak mengenai jantung, biasanya dapat menembus rongga paru-paru. Mekanisme penyebabnya bisa satu tusukan kuat ataupun satu gerakan mendadak yang hebat. Akibatnya, selain terjadi peradarahan dari rongga paru-paru, udara juga akan masuk ke dalam rongga paru-paru. Oleh karena itu, paru-paru pada sisi yang luka akan mengempis. Penderita nampak kesakitan ketika bernapas dan mendadak merasa sesak dan gerakan iga disisi yang luka menjadi berkurang. WSD adalah merupakan suatu tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara, cairan baik darah atau pus dari rongga pleura ataupun rongga thorax (mediastinum) dengan menggunakan selang penghubung dari rongga ke botol WSD.



1



BAB II ISI 2.1 Pengertian Tindakan WSD (Water Seal Drainage) atau yang disebut juga dengan “Chest-Tube” (pipa dada) adalah suatu usaha untuk memasukkan kateter ke dalam rongga pleura dengan maksud untuk mengeluarkan cairan yang terdapat di dalam rongga pleura, seperti misalnya pus pada empiema atau untuk mengeluarkan udara yang terdapat di dalam rongga pleura, misalnya pneumotoraks. Bedanya dengan tindakan pungsi atau torakosintesis adalah kateter dipasang pada dinding toraks dalam waktu yang lama dan di hubungkan dengan suatu botol penampung. Dengan perkataan lain pemasangan WSD adalah pemasangan kateter pada rongga toraks untuk mengeluarkan cairan atau udara dari cavum pleura. Pada prinsipnya cairan dengan viskositas yang tinggi, seperti darah atau eksudat yang mengental dan nanah, tidak mungkin dapat dikeluarkan dengan tindakan tindakan pungsi. Pengeluaran cairan dengan viskositas yang tinggi ini dari cavum pleura hanya dapat dilakukan dengan pemasangan WSD. Demikian pula pada keadaan ventil pneumotoraks, dimana untuk mencegah terjadinta sesak nafas berat yang disebabkan oleh karena meningginya tekanan intratoraks, maka diperlukan pemasangan WSD. Ada pula pendapat yang mengatakan bahwa terdapatnya pneumotoraks yang besar merupakan indikasi perlunya pemasangan WSD. Hal ini ats pertimbangan bahwa paru akan tetap menguncup dalam waktu yang cukup lama. WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara, cairan (darah,pus) dari rongga pleura, rongga thorax; dan mediastinum dengan menggunakan pipa penghubung. 2.2 Anatomi Fisiologi 1.  Anatomi Dada Dada terdiri atas tiga komponen yaitu mediastinum, rongga pleura kanan, dan rongga pleura kiri. Tiap rongga pleura dilapisi oleh membrane tipis dan licin yang disebut pleura parietal. Membrane yang sama meliputi paru-paru disebut pleura visceral. Lapisan yang tipis berupa cairan dengan volume total sampai 5ml bertindak sebagai pelumas antara pleura parietal dan viscelar, memungkinkan cairan itu bergerak dengan halus setiap kali bernapas. Karena dua lapisan pleura saling bersentuhan, area pleura menjadi area ‘potensial’. Bila area antara membrane ini menjadi area ‘aktual’, paru-paru akan kolaps. 2. Tekanan Pleura Dalam rongga dada, paru-paru disokong oleh tekanan pleura negative. Tekanan negative ini dibuat oleh dua kekuatan yang berlawanan. Pertama, kecenderungan dinding dada untuk mengembang ke depan dan ke belakang. Kedua adalah kecenderungan jaringan alveolar elastic untuk berkontraksi. Analoginya adalah terdapat dua lapisan mikroskopik yang saling mengikat tetesan air yang diletakkan di antaranya. Seseorang tak dapat menarik bagian lapisan karena adanya tekanan permukaan cairan. Bandingkan kedua paru-paru dengan dengan kedua lapisan itu. Satu lapisan adalah lapisan visceral, lainnya pleura parietal. Tetesan air adalah cairan pleura. Sesuai dengan analoginya, upaya kekuatan yang berlawanan untuk menarik pleura pada arah yang berbeda. Tekanan negative yang terjadi mengikat paru-paru dengan kencang pada dinding



2



dada, mencegah paru-paru kolaps. Selama inspirasi, tekanan intrapleural menjadi lebih negative. Pada ekspirasi, tekanan menjadi kurang negative. 3.  Efek Pernapasan pada Tekanan Intrapleura Ketika kita bernapas, proses ini berpengaruh pada organ yang berada di dalamnya sehingga akan merubah tekanan intrapleural. Efek pernapasan pada tekanan intrapleural:  Fase istirahat : -5 cm H2O  Inspirasi : -6 sampai dengan 12 cmH2O  Ekspirasi : -4 sampai dengan 8 cmH2O Semua gas bergerak dari area yang tekanannya lebih tinggi ke tekanan lebih rendah. Selama inspirasi, rongga dada membesar karena kontraksi diafragma. Hal ini meningkatkan area paru-paru dan menyebabkan tekanan intrapleural turun sampai ke bawah tekanan atmosfer. Udara mengalir dari tekanan relative tinggi di atmosfir ke area tekanan rendah di paru-paru. Selama ekspirasi, proses ini kebalikannya. Recoil difragma akan menurunkan area dalam rongga dada dan menekan paru-paru. Tekanan intrapleural kini lebih tinggi dari tekanan atmosfer, menyebabkan udara bergerak ke luar paru-paru. Setelah otot pernapasan rileks, tekanan antara udara luar dan paru-paru sama. Karena tekanan sama, maka tidak ada udara bergerak. 2.3 Etiologi Membuang udara, cairan atau darah dari area pleura. Mengembalikan tekanan negatif pada area pleura. Mengembangkan kembali paru yang kolaps/ kolaps sebagian. Mencegah reflux drainase kembali ke dalam dada. 2.4 Manifestasi Klinis/ Tanda Dan Gejala 1. Dispnea, Takipnea 2. Kesulitan pernafasan 3. Gelisah, cemas 4. Takikardi 5. Ekspansi dada tak simetris 2.5 Patofisiologi Pada orang normal cairan dironga pleura sebanyak 1-20 ml. Jumlah cairan di rongga pleura tetap karena adanya keseimbangan antara produksi (oleh pleura parietalis) dan absorbsi (oleh pleura visceralis). Keseimbangan ini terjadi karena adanya tekanan hidrostatis pleura parietalis sebesar 9cm H2O dan tekanan asmotik koloid pleura visceralis 10cm H2O. Akuumulasi cairan pleura dapat terjadi apabila: 1. Tekanan osmotic koloid menurun MISAL: HIPOALBUMIN 2. Bertambahnya: a. Permeabilitas kapiler (Radang, Neoplasma) b. Tekanan Hidrostatik (Gagal Jantung) c. Tekanan negative intra pleura (Atelektasis)



3



Analisa cairan pleura :   Transudat   Silothoraks   Empiema   Empiema Anaerob   Malignan Messothelioma



: : : : :



Jernih kuning Putih sperti susu Kental dan Keruh Bau busuk Sangat kental dan berdarah



2.6 Tempat Pemasangan WSD a. Bagian apex paru (apical) - anterolateral interkosta ke 1-2 - fungsi : untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura b. Bagian basal -



postero lateral interkosta ke 8-9



-



fungsi : untuk mengeluarkan cairan (darah, pus) dari rongga pleura



Indikasi Pemasangan Wsd : • Hemotoraks, efusi pleura • Pneumotoraks ( > 25 % ) • Profilaksis pada pasien trauma dada yang akan dirujuk • Flail chest yang membutuhkan pemasangan ventilator Cara Pemasangan Wsd 1. Tentukan tempat pemasangan, biasanya pada sela iga ke IV dan V, di linea aksillaris anterior dan media. 2. Lakukan analgesia / anestesia pada tempat yang telah ditentukan. 3. Buat insisi kulit dan sub kutis searah dengan pinggir iga, perdalam sampai muskulus interkostalis. 4. Masukkan Kelly klemp melalui pleura parietalis kemudian dilebarkan. Masukkan jari melalui lubang tersebut untuk memastikan sudah sampai rongga pleura / menyentuh paru. 5. Masukkan selang ( chest tube ) melalui lubang yang telah dibuat dengan menggunakan Kelly forceps 6. Selang ( Chest tube ) yang telah terpasang, difiksasi dengan jahitan ke dinding dada 7. Selang ( chest tube ) disambung ke WSD yang telah disiapkan. 8. Foto X- rays dada untuk menilai posisi selang yang telah dimasukkan. Ada Beberapa Macam WSD : a. Sistem satu botol Merupakan sistem drainase dada yang paling sederhana. Terdiri dari botol steril rapat udara yang berisi 100 ml air steril atau saline. Bagian penutup botol memiliki dua lubang. Selang udara yang pendek merupakan lubang udara, yang memungkinkan udara dari ruang pleura keluar dan untuk mencegah tekanan yang terbentuk pada rongga pleura. Satu lubang dengan ujung selang yang panjang masuk ke air sekitar 2 cm, sehingga ia bertindak sebagai water seal. Ujung selang tersebut dihubungkan ke tubing drainase dada pasien.



4



Botol bertindak sebagai ruang pengumpul dan ruang water seal. Undulasi pada sistem mengikuti irama pernafasan, meningkat saat inspirasi dan turun saat ekspirasi. Keuntungan  sistem satu botol : • Penyusunan sederhana • Mudah untuk pasien untuk yang dapat jalan Kerugian sistem satu botol : • Saat drainase dada mengisi botol, lebih banyak kekuatan diperlukan untuk memungkinkan udara dan cairan pleura untuk keluar dari rongga dada masuk kebotol. • Campuran darah drainase dan udara menimbulkan campuran busa dalam botol yang membatasi garis pengukuran drainase. • Untuk terjadinya aliran, tekanan pleura harus lebih tinggi dari tekanan botol. b. Sistem dua botol Pada sistem dua botol, botol pertama sebagai wadah penampung dan yang kedua bertindak sebagai water seal. Botol pertama bersambungan dengan selang drainase. Botol ini mulanya kosong dan hampa udara. Selang udara yang pendek pada botol pertama bersambungan dengan selang yang panjang pada botol kedua, yang menimbulkan water seal pada botol kedua. Cairan dari ruang pleura mengalir masuk kedalam botol pertama dan udara dari ruang pleura ke water seal pada botol kedua. Keuntungan sistem dua botol : • Mempertahankan water seal pada tingkat konstan. • Memungkinkan observasi dan pengukuran drainase yang lebih baik Kerugian sistem dua botol : • Untuk terjadinya aliran, tekanan pleura harus lebih tinggi dari tekanan botol. c. Sistem dua botol dengan suction Sistem dua botol dapat disambungkan ke suction. Botol pertama selain menampung drainase juga bertindak sebagai water seal seperti sistem satu botol. Botol kedua merupakan botol pengontrol suction. Lubang untuk atmosfir ditempatkan pada botol kedua. Sistem ini memliki keuntungan  dari suction tetapi memiliki kerugian peningkatan tekanan dari tingkat water seal ketika drainase meningkat. d. Sistem tiga botol Pada sistem tiga botol, botol pertama menampung drainase dari ruang pleura, botol kedua bertindak sebagai water seal dan botol ke tiga merupakan botol pengontrol suction. Pada sistem ini yang penting kedalaman selang dibawah air pada botol ketiga dan bukan jumlah penghisap di dinding  yang menentukan jumlah penghisapan  yang diberikan pada selang dada. Jumlah penghisap di dinding yang diberikan pada botol ke tiga harrus cukup untuk menciptakan putaran lembut gelembung udara dalam botol. Gelembung kasar menyebabkan kehilangan air, mengubah tekanan penghisap dan meningkatkan tingkat kebisingan dalam ruangan.



5



Keuntungan sistem tiga botol : - Memungkinkan akumulasi drainase dan keakuratan pencatatan jumlah drainase - Tingkat water seal stabil - Suction terkontrol Kerugian sistem tiga botol : - Lebih kompleks, lebih banyak kesempatan untuk terjadinya kesalahan dalam pemeliharaan dan perakitan. - Ambulasi dan transfer pasien sulit dan beresiko. e. Sistem drainase sekali pakai ( pleur evac) Sistem tiga ruang yang memiliki ruang drainase, water seal dan suction yang terpisah. Banyak fasilitas kesehatan menggunakan drainase pleur evac sebagai ganti sistem tiga botol. Keuntungan drainase pleur evac :  Bahan dari plastik sehingga tidak mudah pecah seperti botol  Bersifat disposible, bentuk tunggal, ringan dan mudah dibawabawa. Kerugian drainase pleur evac :  Harga mahal  Kehilangan water seal dan keakuratan pengukuran drainase bila unit terbalik.



• • • •  • • •



Perawatan yang perlu dilakukan : Fiksasi chest tube pada dinding dada dan fiksasi semua sambungan selang dengan baik. Awasi chest tube supaya tidak terlipat atau tertekuk Catat tanggal dan waktu pemasangan WSD dan jenis WSD yang digunakan. Cek level water seal chamber dan suction control chamber Perhatikan gelembung udara pada water seal. Monitor tanda – tanda vital dan status pernafasan. Perhatikan dan catat cairan drainase yang keluar, jumlah dan konsistensinya. Rawat luka drainase.



2.7 Komplikasi a. Komplikasi primer : perdarahan, edema paru, tension pneumothoraks, atrial aritmia b. Komplikasi sekunder : infeksi, emfiema c. Komplikasi lainnya : laserasi ( yang mencederai organ: hepar, lien), perdarahan, empisema subkutis, tube terlepas, tube tersumbat 2.8 Penatalaksanaan Prosedur ini dilakukan oleh dokter. Perawat membantu agar prosedur dapat dilaksanakan dengan baik , dan perawat memberi dukungan moril pada pasien.



6



1. Tentukan tempat pemasangan, biasanya pada sela iga ke IV dan V, di linea aksilaris anterior dan media 2. Lakukan analgesia / anestesia pada tempat yang telah ditentukan 3. Buat insisi kulit dan sub kutis searah dengan pinggir iga, perdalam sampai muskulus  interkostalis 4. Pada saat inspirasi: • Tekanan dalam paru-paru > kecil dibanding tekanan yang ada di dalam WSD • Paru- paru mengembang Note: Apabila menggunakan WSD tipe satu botol, saat inspirasi cairan biasanya akan tertarik ke atas, namun tidak sampai masuk kembali ke rongga pleura karena adanya gaya gravitasi dan perbedaan sifat cairan yang lebih berat daripada udara 5. Pada saat ekspirasi: Tekanan dalam paru- paru > besar dibanding  tekanan yang ada di dalam WSD 6. Masukkan Kelly klem melalui pleura parietalis kemudian disebarkan. Masukkan jari melalui lubang tersebut. untuk memastikan sudah sampai rongga pleura / menyentuh paru 7. Masukkan selang (chest tube) melalui lubang yang telah dibuat dengan menggunakan Kelly forceps 8. Chest tube yang telah terpasang, difiksasi dengan jahitan di dinding dada 9. Chest tube disambung ke WSD yang telah disiapkan 10. Foto X-ray dada untuk menilai posisi selang yang telah dimasukkan



7



BAB III PENUTUP WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara, cairan (darah,pus) dari rongga pleura, rongga thorax; dan mediastinum dengan menggunakan pipa penghubung untuk mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut. Dalam keadaan normal rongga pleura memiliki tekanan negatif dan hanya terisi sedikit cairan pleura / lubrican. Tujuan pemasangan WSD antara lain : 1.



Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari rongga pleura dan rongga thorak 2. Mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura 3. Mengembangkan kembali paru yang kolaps 4. Mencegah refluks drainage kembali ke dalam rongga dada 5. Mengalirkan / drainage udara atau cairan dari rongga pleura untuk mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut



SoE, 22 Januari 2019 Direktur RSUD SoE



Dr. R. A. Karolina Tahun Pembina NIP. 19750421 200502 2 011



PEDOMAN PEMASANGAN WSD



8



RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SOE KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN TAHUN 2019



9