Penanggulangan Leptospirosis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Penanggulangan leptospirosis 1. Pengendalian Tikus di pemukiman dan di habitat sawah/kebun Teknik pengendalian tikus ada 3 kegiatan utama yaitu perbaikan sanitasi lingkungan, non kimiawi dan kimiawi. Perbaikan sanitasi lingkungan dapat dilakukan dengan menggunakan wadah dari bahan anti tikus untuk menyimpan makanan, bak sampah ditutup dengan rapat, dan mengurangi cabang pohon yang berhubungan dengan rumah. Pengendalian tikus dengan bahan non kimiawi dapat berupa perangkap tikus, pentungan, senapan api, dsb. Penggunaan bahan kimiawi (rodentisida) agar dilakukan secara bijaksana dengan pemilihan produkproduk yang aman bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Rodentisida tidak secara otomatis langsung digunakan namun perlu memperhatikan faktor lingkungan sosial manusia. Dalam melakukan pengendalian tikus dianjurkan menggunakan alat pelindung diri berupa baju pelindung, sarung tangan yang kedap air masker dan topi. Pengendalian tikus menggunakan LTBS (linier trap barrier system), di habitat luar rumah (sawah), atau menangkap tikus yang berada di kebun. 2. Penyediaan Rapid Diagnostic Test (RDT) Apabila terdapat pasien yang melakukan pemeriksaan kesehatan dan gejalanya mengarah pada leptospirosis maka dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan menggunakan rapid diagnostic test (RDT). Apabila hasil RDT positif maka tatalaksana kasus leptospirosis ringan dapat dilakukan di Puskesmas, sedangkan tatalaksana leptospirosis berat harus dilakukan rujukan ke Rumah Sakit. gejala leptospirosis berat yaitu kasus suspek dan kasus probable yang disertai gejala klinis ikterus, manifestasi pendarahan, anuria atau oliguria, sesak nafas atau aritmia jantung maka leptospirosis berat harus dirawat untuk menangani komplikasi gagal ginjal, ARDS, dan pendarahan paru. 3. Penyelidikan Epidemiologi Penyelidikan epidemiologi leptopspirosis adalah kegiatan pencarian penderita Leptospirosis dan pemeriksaan vektor/reservoar di tempat tinggal penderita dan rumah/bangunan sekitar, termasuk tempat-tempat umum dalam radius sekurang-kurangnya 200 meter. Penyelidikan epidemiologis dilakukan oleh tim PE puskesmas, kabupaten/kota atau dengan tim PE provinsi atau pusat sesuai dengan kebutuhan. Penyelidikan epidemiologi dilakukan terhadap semua kasus yang menunjukkan probabel Leptospirosis dan kasus Leptospirosis positif minimal dengan RDT



4. Membuat Kebijakan Seperti SK Bupati Tahun 2011 tersebut, telah disusun strategi penanggulangan leptospirosis meliputi pengendalian tikus (racun tikus dan gropyokan), pengendalian bakteri Leptospira sp. hidup bebas di genangan air (pemberian lysol), pengelolaan lingkungan (manajemen sampah, siaga banjir dan penghilangan genangan air), pengobatan penderita



leptospirosis



(antibiotik)



dan



pencegahan



penularan



leptospirosis



(penyuluhan/Komunikasi, Informasi dan edukasi, PHBS, deteksi cepat dan perawatan.)



Sumber: Fauziah, T.H. and Handayani, O.W.K., 2019. Program Pengendalian Leptospirosis di Kota Semarang. HIGEIA (Journal of Public Health Research and Development), 3(4), pp.612624. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. 2017. Petunjuk Teknis Pengendalian Leptospirosis. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 146 Hal. Nugro, A. et al. 2013, Studi Pencegahan Penularan Leptospirosis di Derah Persawahan di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jurnal Vektora, .Vol. 5, no. 1.