Penerapan Afiksasi Dalam Cerpen "Perempuan Patah Hati Yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi" Karya Eka Kurniawan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENERAPAN AFIKSASI DALAM CERPEN “PEREMPUAN PATAH HATI YANG KEMBALI MENEMUKAN CINTA MELALUI MIMPI” KARYA EKA KURNIAWAN



Oleh Maulidia Aulia NIM 17201244033



PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2018



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Cerpen sebagai karya fiksi berbentuk prosa yang diciptakan oleh pengarang baik dari pengalaman hidup maupun imajinasi belaka. Untuk membaca cerpen dapat diselesaikan sekali baca. Tidak jauh berbeda dengan karya sastra yang lain, di dalam cerpen juga terdapat sarana-sarana sastra antara lain tema, alur, latar/setting, tokoh dan lainnya. Setiap cerpen memiliki satu tema atau pokok permasalahan yang diulas secara sederhana dan dituliskan ke dalam paragraf-paragraf yang saling berkaitan. Berdasarkan paragraf-paragraf itulah terbentuk suatu wacana. Selain wacana di dalam cerpen juga terdapat tataran bahasa yang meliputi fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Tataran bahasa tersebut memiliki hubungan hierarki yaitu saling berkesinambungan. Bahasa



sebagai



sistem



lambang bunyi



yang bersifat



arbitrer



yaitu



sesuai kesepakatan dari pemakainya memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia, yaitu digunakan sebagai alat komunikasi untuk mengungkapkan suatu maksud tertentu baik secara perorangan maupun kelompok. Selain menggunakan bahasa menusia juga berkomunikasi dengan menggunakan isyarat sebagai alat komunikasi. Tetapi yang paling utama adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Bahasa tulis diperoleh dengan menuliskan lambang-lambang bunyi yang berupa kata. Berdasarkan kata-kata inilah berbentuk suatu ungkapan seperti yang ingin disampaikan oleh penutur. Dalam linguistik, pembentukan kata dikaji dalam bidang morfologi. Morfologi sendiri merupakan ilmu bahasa yang mempelajari mengenai morfem dan kata. Untuk membentuk kata yang nantinya digunakan dalam pembentukan kalimat tertentu yang sesuai dengan keinginan penutur diperlukan suatu proses. Proses yang terjadi adalah proses morfologi yang meliputi afiksasi, reduplikasi, penggabungan dan pemajemukan. Berdasarkan lima proses morfologi yang terjadi, salah satu proses terpenting dalam pembentukan kata adalah afiksasi.



Proses morfologis (pembentukan kata) dalam bahasa Indonesia dapat dilakukan dengan tiga cara, yakni proses pembubuhan afiks (afiksasi), proses pengulangan (reduplikasi), dan proses pemajemukan (komposisi) (Ramlan, 1987: 52). Dari ketiga proses tersebut, penelitian ini memfokuskan pada proses pembubuhan afiks atau afiksasi. Afiksasi ialah pengimbuhan pada suatu satuan, baik berupa bentuk tunggal maupun kompleks dengan tujuan untuk membentuk suatu kata. Secara umum, afiks dalam bahasa Indonesia terbagi menjadi enam jenis afiks, yaitu (1) prefiks (awalan), (2) sufiks (akhiran), (3) infiks (sisipan), (4) konfiks, (5) simulfiks, dan (6) kombinasi afiks.



B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah “Apa saja jenis – jenis afiksasi yang terdapat di dalam cerpen Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi karya Eka Kurniawan?”



C. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar pembaca dan penulis dapat mengidentifikasi, memaparkan, dan mengelompokkan ragam afiksasi dalam cerpen Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi karya Eka Kurniawan.



D. Manfaat Dengan adanya penulisan dari makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam bidang morfologi khususnya afiksasi kepada masyarakat. Selain itu, diharapkan dengan adanya makalah ini dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan keilmuan dalam bidang bahasa.



BAB II PEMBAHASAN



Afiksasi adalah proses yang mengubah leksem menjadi kompleks. Dalam proses ini, leksem (1) berubah bentuknya, (2) menjadi kategori tertentu, sehingga berstatus kata (3) sedikit banyak berubah maknanya (Kridalaksana, 2007: 28). Jenis-jenis afiksasi yaitu prefiks, infiks, sufiks, simulfiks, konfiks, superfiks, dan kombinasi afiks. Berdasarkan pengamatan pada cerpen Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi karya Eka Kurniawan ditemukan beberapa data yang mengandung afiks. Penggunaan afiks yang dominan dalam cerpen ini adalah prefiks, sufiks, konfiks, dan kombinasi afiks. Total keseluruhan penerapan afiks dalam cerpen ini yaitu 305 afiksasi, yang akan dijelaskan sebagai berikut : 1. Prefiks Prefiks adalah yaitu afiks yang diletakkan di muka dasar. Jumlah prefiks yang muncul dalam cerpen ini yaitu 192 kata. Penggunaan prefiks di dalam cerpen ini didominasi prefiks {meN-}, {ber-}, {se-}, dan {ter-}. Prefiks lainnya seperti {ke-}, {di-}, dan {pe} pun muncul namun dengan frekuensi yang sedikit. a) Penerapan Prefiks {meN-} Prefiks {meN-} memunyai enam bentuk variasi alomorf. Dalam cerpen ini ditemukan lima macam bentuk alomorf dari prefiks {meN-}, yaitu {me-}, {mem}, {men-}, {meny-}, dan {meng-} sedangkan alomorf {menge-} tidak ditemukan. Berikut ini contoh penggunaan prefiks {meN-}. Itu tak hanya membuatnya patah hati, tetapi juga membuat keluarganya merasa malu. Dari segi bentuk, pada contoh kalimat di atas terdapat prefiks {me-} dan {mem}. Contoh kalimatnya adalah membawa yang terbentuk dari mem + buat menjadi membuat. Dari segi makna yaitu, melakukan sesuatu sehingga membuat keluarganya malu. Contoh kalimat selanjutnya adalah me+rasa dan menjadi merasa. Dari segi makna, kalimat ini mempunyai arti mengalami rasa dalam hati yang membuat keluarganya malu.



“....hingga nama itu menyelinap ke dalam mimpinya” 29 Kalimat di atas memiliki prefiks {meny-}. Dari segi bentuk, kata menyelinap terbentuk dari meny + selinap, kata selinap meluluh jika bertemu prefiks {meny-} dan menjadi menyelinap. Kata menyelinap dalam cerpen ini memiliki makna melantas/masuk ke dalam mimpi Maya. b) Penerapan Prefiks {ber-} Berdasarkan proses morfofonemik, prefiks {ber-} memunyai tiga alomorf, yakni {ber-}, {be-}, dan {bel-}. Dalam penelitian ini, ditemukan dua macam bentuk alomorf prefiks {ber-}, yaitu {ber-} dan {be-}. Cinta mereka tumbuh dan terus berkembang. Dari segi bentuk, terdapat kata berkembang yang terdiri dari prefiks ber + kembang. Dari segi makna, berkembang dalam cerpen tersebut memiliki makna cinta merea yang menjadi bertambah besar dan sempurna. c) Penerapan Prefiks {se-} Ketika diimbuhkan pada suatu bentuk dasar, prefiks {se-} tidak mengalami perubahan bentuk. Berikut ini contoh penggunaan prefiks {se-}. Kekasihnya pergi meninggalkannya untuk seorang perempuan yang sangat ia kenal. Kata seorang tidak mengalami perubahan bentuk dan memiliki mana satu orang dan merujuk pada dia. d) Penerapan Prefiks {ter-} Berdasarkan proses morfofonemik, prefiks {ter-} memunyai tiga bentuk alomorf, yakni {ter-}, {te-}, dan {tel-}. Dalam penelitian ini, ditemukan dua macam bentuk alomorf prefiks {ter-}, yaitu {ter-} dan {te-}. Berikut ini contoh penggunaan prefiks {ter-}. Mereka juga harus memastikannya untuk tidak terlambat meminum obat. Dari segi bentuk, kata terlambat terbentuk dari ter- + lambat. Selanjutnya, dari segi makna, kata terlambat menyatakan makna melewati waktu yang ditentukan.



2. Sufiks Sufiks adalah afiks yang diletakkan di belakang dasar. Dalam penelitian ini hanya ditemukan dua jenis sufiks yang meliputi sufiks {an} dan {-nya}. Penerapan sufiks dalam cerpen ini berjumlah 19 kata. a) Penerapan Sufiks {-an} Pengimbuhan sufiks {-an} dilakukan dengan merangkaikannya di belakang kata yang diimbuhinya. “Aku akan liburan. Aku akan ke Pangandaran, sendiri.” Kata liburan terbentuk dari libur+an dan memiliki makna yaitu masa libur. Pada cerpen ini, kata liburan menyatakan bahwa tokoh utama yaitu Maya yang ingin pergi berlibur ke Pangandaran untuk membutikan mimpinya. b) Penerapan Sufiks {-nya} Ketika diimbuhkan pada bentuk dasar, sufiks {-nya} tidak mengalami perubahan bentuk. Awalnya ia mengabaikan mimpi tersebut. Kata awalnya terbentuk dari kata awal + nya dan memiliki makna sebagai penegasan. 3. Konfiks Konfiks adalah afiks yang terdiri dari dua unsur satu di muka bentuk dasar dan berfungsi sebagai satu morfem terbagi. Dalam penelitian ini, ditemukan penggunaan konfiks yang meliputi konfiks {ke-an}, {per-an}, {peN-an}, dan {ber-an}. Penerapan konfiks dalam cerpen ini berjumlah 30 kata. Berikut ini pembahasan mengenai penggunaan konfiks tersebut. a) Penerapan Konfiks {ke-an} Terutama ketika keesokan harinya, tamu-tamu berdatangan (mereka tak sempat mencegah hari ini). Dari segi bentuk, pada kalimat di atas kata keesokan terbentuk dari ke- + esok + -an. Kata keesokan pada contoh kalimat di atas terbentuk dari gabungan prefiks {-ke} dan sufiks {-an} yang secara bersama-sama atau serentak



diimbuhkan pada kata dasar esok. Selanjutnya dari segi makna, kata keesokan pada contoh kalimat di atas menyatakan makna hari setelahnya. b) Penerapan Konfiks {per-an} Berdasarkan proses morfofonemik, konfiks {per-an} memunyai tiga bentuk variasi alomorf. Dalam penelitian ini, hanya ditemukan alomorf {per-an}dan {pe-an} sedangkan alomorf {pel-an} tidak ditemukan. Berikut ini beberapa contoh penggunaan konfiks {per-an}. Selama ia mempersiapkan pernikahan, kekasih dan sahabatnya telah jatuh cinta satu sama lain. Dari segi bentuknya, kata pernikahan pada contoh kalimat di atas terbentuk dari per- + nikah + -an. Dari segi makna, kata pernikahan pada contoh kalimat di atas menyatakan makna yaitu proses persiapan pernikahan yang ternyata gagal. Contoh dari konfiks {pe-an} yaitu pada kalimat berikut : Mimpinya seterang pemandangan pada siang hari. Dari segi bentuknya, pemandangan terbentuk dari pe + pandang + an, prefiks {pe-} bertemu dengan pandang dan sufiks {-an} akan meluluh. Dari segi makna, pemandangan bermakna keadaan alam yang indah dipandang dan bagaimana mimpi Maya yang seindah itu akan terwujud sebentar lagi. c) Penerapan Konfiks {ber-an} Penerapan konfiks {ber-an} ditemukan dalam cerpen ini. Berikut ini dipaparkan penggunaan konfiks {ber-an} tersebut. Kota itu kecil saja, dengan dua pantai yang saling berhadapan. Dari segi bentuknya, kata yang bercetak tebal pada kalimat di atas terbentuk dari ber- + hadap + -an. Pengimbuhan konfiks {ber-an} pada kata berhamburan tersebut dilakukan dengan membubuhkan prefiks {ber-} dan sufiks {-an} secara bersamaan/serentak pada bentuk dasar hadap. Berdasarkan maknanya, kata berhadapan pada contoh kalimat di atas menyatakan makna pantai yang saling berdekatan.



4. Kombinasi Afiks Kombinasi dari dua afiks atau lebih yang bergabung dengan dasar. Dalam penelitian ini, ditemukan jenis-jenis kombinasi afiks yang meliputi konfiks {me-kan}, {di-kan}, {me-i}, dan {memper-kan}. Frekuensi penerapan kombinasi afiks yang ditemukan pada cerpen ini adalah sebanyak 64. Berikut ini adalah pembahasan mengenai penggunaan kombinasi afiks tersebut. a) Penerapan Kombinasi Afiks {me-kan} Kombinasi afiks {me-kan} mengalami perubahan bentuk. Dalam penelitian ini ditemukan beberapa kombinasi afiks {me-kan} dengan bentuk alomorf {mekan}, {mem-kan}, {men-kan}, {meng-kan}, dan sedangkan alomorf {meny-kan} dan {menge-kan} tidak ditemukan. Berikut ini contoh penggunaan kombinasi afiks {mem-kan} dan {men-kan} Cinta mereka tumbuh dan terus berkembang, hingga pada malam pernikahannya, mereka memutuskan pergi dan hanya meninggalkan sepucuk surat pengakuan. Dari segi bentuk, pada contoh kalimat di atas kata memutuskan terbentuk dari meN- + putus + -kan. Prefiks {meN-} pada kata memutuskan mengalami perubahan bentuk menjadi {mem-}. Dari segi makna, kata memutuskan menyatakan makna ‘mengakhiri sebuah ikatan’. Selanjutnya pada kata meninggalkan terbentuk dari kata meN + tinggal + kan. Prefiks {me-N} pada kata meninggalkan mengalami perubahan bentuk dan kata tinggal menjadi luluh ketika bertemu kombinasi afiks {men-kan}. Berikut contoh penerapan afiksasi {meng-kan} Menghentikan taksi di depan kompleks perumahan dan memintanya dibawa ke Kampung Rambutan. Dari segi bentuk, pada contoh kalimat di atas kata menghentikan terbentuk dari meng- + henti + -kan. Dari segi makna, kata menghentian menyatakan makna ‘menyetop taksi ’.



b) Penerapan Kombinasi Afiks {me-i} K Sama halnya dengan prefiks {meN-}, kombinasi afiks {me-i} juga mengalami perubahan bentuk sesuai dengan proses morfofonemiknya. Pada penelitian ini, ditemukan beberapa kombinasi afiks {me-i} dengan bentuk alomorf {meng-i}, {me-i}, {men-i}, dan {mem-i}. Berikut ini contoh penggunaean kombinasi afiks {me-i}. Tak hanya kekasih yang tampan dan mencintainya, tapi mimpi itu juga menjanjikan kehidupan yang bahagia untuk mereka berdua. Dari segi bentuk, pada contoh kalimat di atas kata mencintainya terbentuk dari meN- + cinta + -i. Dari segi makna, kata mencintainya menyatakan makna menaruh kasih sayang kepada dirinya. c) Penerapan Kombinasi Afiks {di-kan} Berikut ini dipaparkan beberapa contoh penggunaan kombinasi afiks {dikan}. Maya tak pernah menceritakan kepada Sayuri bahwa ia ditinggalkan kekasihnya tepat pada malam sebelum mereka menikah. Dari segi bentuk, pada contoh kalimat di atas kata terbentuk dari di- + tinggal + -kan. Selanjutnya, dari segi makna, kata pada contoh kalimat di atas menyatakan makna ‘dilupakan oleh kekasihnya’. d) Penerapan Kombinasi Afiks {memper-kan} Kombinasi afiks {memper-kan} adalah prefiks {meN-}, prefiks {per-}, dan sufiks {-kan} yang diimbuhkan secara bertahap pada sebuah bentuk dasar. Dalam penelitian ini, penggunaan kombinasi afiks {memper-kan} yang ditemukan hanya terdapat pada kalimat berikut ini. Sayuri tiba-tiba tertawa, memperlihatkan gigi ompongnya dan bergumam Dari segi bentuknya, kata memperlihatkan di atas terbentuk dari meN- + per+ lihat + -kan. Pada bentuk ini, prefiks {meN-} mengalami perubahan bentuk menjadi {mem}. Dari segi makna, kata memperlihatkan pada kalimat di atas menyatakan makna ‘menunjukkan’.



BAB III PENUTUP



A.



Kesimpulan Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa cerpen Perempuan Patah Hati



yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi karya Eka Kurniawan mengandung banyak afiksasi di setiap kalimat-kalimatnya. Hal ini membuat cerpen ini menjadi lebih bervariasi dalam isinya. Afiksasi dalam cerpen ini terbukti sangat bervarian mulai dari prefiks, sufiks, konfiks, dan kombinasi afiks. Afiksasi adalah proses yang mengubah leksem menjadi kompleks. Dalam proses ini, leksem (1) berubah bentuknya, (2) menjadi kategori tertentu, sehingga berstatus kata (3) sedikit banyak berubah maknanya.



DAFTAR PUSTAKA



Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta. Kridalaksana, Harimurti. 2007. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Umum. Kurniawan, Eka. 2017. Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi. Yogyakarta: PT Bentang Pustaka Ramlan, M. 2007. Morfologi (Suatu Tinjauan Deskriptif). Yogyakarta: CV Karyono