Pengertian AGD [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Pengertian AGD Pemeriksaan analisis gas darah merupakan pemeriksaan laboratorium yang penting sekali di dalam penatalaksanaan penderita akut maupun kronis, terutama penderita penyakit paru. Pemeriksaan analisis gas darah penting baik untuk menegakkan diagnosis, menentukan terapi, maupun untuk mengikuti perjalanan penyakit setelah mendapat terapi. Sama halnya dengan pemeriksaan EKG pada penderita jantung dan pemeriksaan gula darah penderita diabetes millitus. Dengan majunya ilmu pengetahuan, terutama setelah ditemukan alat astrup, tekanan parsial O2 dan CO2 serta pH darah dapat diukur dengan mudah. Analisa Gas Darah ( AGD ) atau sering disebut Blood Gas Analisa ( BGA ) merupakan pemeriksaan penting untuk penderita sakit kritis yang bertujuan untuk mengetahui atau mengevaluasi pertukaran Oksigen ( O2),Karbondiosida ( CO2) dan status asam-basa dalam darah arteri. Analisa gas darah (AGD) atau BGA (Blood Gas Analysis) biasanya dilakukan untuk mengkaji gangguan keseimbangan asam-basa yang disebabkan oleh gangguan pernafasan dan/atau gangguan metabolik. Komponen dasar AGD mencakup pH, PaCO2, PaO2, SO2, HCO3 dan BE (base excesses/kelebihan basa). Pemeriksaan gas darah dipakai untuk menilai : “Keseimbangan asam basa dalam tubuh, Kadar oksigenasi dalam darah, Kadar karbondioksida dalam darah”.



B.



Tujuan dan Manfaat Pemeriksaan AGD Sebuah analisis ABG mengevaluasi seberapa efektif paru-paru yang memberikan



oksigen ke darah . Tes ini juga menunjukkan seberapa baik paru-paru dan ginjal yang berinteraksi untuk menjaga pH darah normal (keseimbangan asam-basa). Peneliatian ini biasanya dilakukan untuk menilai penyakit khususnya pernapasan dan kondisi lain yang dapat mempengaruhi paru-paru, dan sebagai pengelolaan pasien untuk terapi oksigen (terapi pernapasan). Selain itu, komponen asam-basa dari uji tes dapat memberikan informasi tentang fungsi ginjal.Adapun tujuan lain dari dilakukannya pemeriksaan analisa gas darah,yaitu : 1. Menilai fungsi respirasi (ventilasi) 2. Menilai kapasitas oksigenasi. 3. Menilai keseimbangan asam-basa 4. Mengetahui keadaan O2 dan metabolisme sel. 5. Efisiensi pertukaran O2 dan CO2. 6. Untuk mengetahui kadar CO2 dalam tubuh.



7.



Memperoleh darah arterial untuk analisa gas darah atau test diagnostik yang lain. Adapun manfaat pada pemeriksaan analisa gas darah yaitu untuk menegakkan diagnosis, menentukan terapi, maupun untuk mengikuti perjalanan penyakit setelah mendapat terapi,serta mengkaji gangguan keseimbangan asam-basa yang disebabkan oleh gangguan pernafasan dan/atau gangguan metabolic dalam tubuh.



1. Analisis gas darah digunakan untuk diagnosa dan pengelolaan : 



Penyakit pernafasan







Pemberian oksigen







Kadar oksigenasi dalam darah







Kadar CO2







Keseimbangan asam-basa







Ventilasi



2. Pemilihan bagian analisa gas darah : a.



Kriteria tergantung pada :



 Ada tidaknya sirkulasi koleteral.  Seberapa besar arteri.  Jenis jaringan yang mengelilingnya. b. Bagian-bagian yang tidak boleh dipilih : o Adanya peradangan. o Adanya iritasi. o Adanya edema. o Dekat dengan luka. o Percabangan arteri dengan fistula AGD tidak perlu dilakukan apabila: 1.



Hasil tidak akan memberikan pengaruh pada tindakan medis selanjutnya.



2. Mengikuti prosedurpemeriksaan yang ada, bukan karena adanya indikasi. 3. Masih terdapat cara lain yang lebih mudah untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. 4. Komplikasi yang timbul >>daripada hasil AGD yang diharapkan C. Pengambilan Sample dan Analisa Pemeriksaan AGD Sampel darah untuk pemeriksaan Analisa Gas Darah dapat dilakukan pada arteri radialis, arteri tibialis posterior, arteri dorsalis pedis, dan lain-lain. Arteri femoralis atau brakialis sebaiknya tidak digunakan jika masih ada alternatif lain, karena tidak mempunyai



sirkulasi kolateral yang cukup untuk mengatasi bila terjadi spasme atau trombosis. Sedangkan arteri temporalis atau axillaris sebaiknya tidak digunakan karena adanya risiko emboli. Korelasi nilai sampel darah arteri dan kapiler bervariasi, baik untuk pH dan PCO2, tapi jelek untuk PaO2.



Beberapa faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan analisa gas darah: 



Gelembung udara







Tekanan



Oksigen udara adalah 158 mmHg. Jika terdapat udara dalam sampel darah maka ia cenderung menyamakan tekanan sehingga bila tekanan oksigen sampel darah kurang dari 158 mmHg, maka hasilnya akan meningkat. f



Dalam kegiatan pengumpulan sampel darah dikenal istilah phlebotomy yang berarti proses



mengeluarkan darah. Dalam praktek laboratorium klinik, ada 3 macam cara memperoleh darah, yaitu : melalui tusukan vena (venipuncture), tusukan kulit (skinpuncture) dan tusukan arteri atau nadi. Venipuncture adalah cara yang paling umum dilakukan, oleh karena itu istilah phlebotomy sering dikaitkan dengan venipuncture. Pengumpulan Sampel Darah Dalam kegiatan pengumpulan sampel darah dikenal istilah phlebotomy yang berarti proses mengeluarkan darah. Dalam praktek laboratorium klinik, ada 3 macam cara memperoleh darah, yaitu : melalui tusukan vena (venipuncture), tusukan kulit (skinpuncture) dan tusukan arteri atau nadi. Venipuncture adalah cara yang paling umum dilakukan, oleh karena itu istilah phlebotomy sering dikaitkan dengan venipuncture.



Pengambilan Darah Vena Pada pengambilan darah vena (venipuncture), contoh darah umumnya diambil dari vena median cubital, pada anterior lengan (sisi dalam lipatan siku). Vena ini terletak dekat dengan permukaan kulit, cukup besar, dan tidak ada pasokan saraf besar. Apabila tidak memungkinkan,



vena chepalica atau



vena basilica bisa



menjadi



pilihan



berikutnya.



Venipuncture pada vena basilica harus dilakukan dengan hati-hati karena letaknya berdekatan dengan arteri brachialis dan syaraf median. Jika vena cephalica dan basilica ternyata tidak bisa digunakan, maka pengambilan darah dapat dilakukan di vena di daerah pergelangan tangan. Lakukan pengambilan dengan dengan sangat hati-hati dan menggunakan jarum yang ukurannya lebih kecil. Lokasi yang tidak diperbolehkan diambil darah adalah : 



Lengan pada sisi mastectomy







Daerah edema







Hematoma







Daerah dimana darah sedang ditransfusikan







Daerah bekas luka







Daerah dengan cannula, fistula atau cangkokan vascular







Daerah intra-vena lines Pengambilan darah di daerah ini dapat menyebabkan darah menjadi lebih encer dan dapat meningkatkan atau menurunkan kadar zat tertentu.



Ada dua cara dalam pengambilan darah vena, yaitu cara manual dan cara vakum. Cara manual dilakukan dengan menggunakan alat suntik (syring), sedangkan cara vakum dengan menggunakan tabung vakum (vacutainer). Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam pengambilan darah vena adalah :  Pemasangan turniket (tali pembendung) 



Pemasangan dalam waktu lama dan terlalu keras dapat menyebabkan hemokonsentrasi (peningkatan nilai hematokrit/PCV dan elemen sel), peningkatan kadar substrat (protein total, AST, besi, kolesterol, lipid total)







Melepas turniket sesudah jarum dilepas dapat menyebabkan hematoma







Jarum dilepaskan sebelum tabung vakum terisi penuh sehingga mengakibatkan masukknya udara ke dalam tabung dan merusak sel darah merah.



 Penusukan







Penusukan yang tidak sekali kena menyebabkan masuknya cairan jaringan sehingga dapat mengaktifkan pembekuan. Di samping itu, penusukan yang berkali-kali juga berpotensi menyebabkan hematoma.







Tutukan jarum yang tidak tepat benar masuk ke dalam vena menyebabkan darah bocor dengan akibat hematoma







Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol menyebabkan hemolisis sampel akibat kontaminasi oleh alcohol, rasa terbakar dan rasa nyeri yang berlebihan pada pasien ketika dilakukan penusukan. Pengambilan Darah Kapiler Pengambilan darah kapiler atau dikenal dengan istilah skinpuncture yang berarti proses pengambilan sampel darah dengan tusukan kulit. Tempat yang digunakan untuk pengambilan darah kapiler adalah :



 Ujung jari tangan (fingerstick) atau anak daun telinga.  Untuk anak kecil dan bayi diambil di tumit (heelstick) pada 1/3 bagian tepi telapak kaki atau ibu jari kaki.  Lokasi pengambilan tidak boleh menunjukkan adanya gangguan peredaran, seperti vasokonstriksi (pucat), vasodilatasi (oleh radang, trauma, dsb), kongesti atau sianosis setempat. Pengambilan darah kapiler dilakukan untuk tes-tes yang memerlukan sampel dengan volume kecil, misalnya untuk pemeriksaan kadar glukosa, kadar Hb, hematokrit (mikrohematokrit) atau analisa gas darah (capillary method).



Pengambilan Darah Arteri Pengambilan darah arteri umumnya menggunakan arteri radialis di daerah pergelangan tangan. Jika tidak memungkinkan dapat dipilih arteri brachialis di daerah lengan atau arteri femoralis di lipat paha. Pengambilan darah harus dilakukan dengan hati-hati dan oleh tenaga terlatih.Sampel darah arteri umumnya digunakan untuk pemeriksaan analisa gas darah. Arteri radialis Yaitu arteri yang berada di pergelangan tangan pada posisi ibu jari.



a.



Terdapat sirkulasi kolateral (suplai darah dari beberapa arteri).



b. Bila terjadi kerusakan RA pada saat pengambilan, ulnar arteri akan mensuplai darah ke tangan. Padahal ulnar arteri tidak boleh digunakan untuk ABG. c.



Bila tidak ditemukan sirkulasi korateral, RA tidak boleh digunakan.



d. Hematoma pada RA jarang terjadi karena adanya tekanan diatas ligamen dan tulang pada pergelangan. e.



Kesulitan :







Ukuran arteri kecil







Sulit diperoleh kondisi pasien dengan curah jantung yang rendah.



Arteri branchialis Yaitu arteri yang berada pada medial anterior bagian antecubital fossa, terselipdiantara otot bisep.



a.



Ukuran arteri besar sehingga mudah untuk dipalpasi dan ditusuk.



b. Sirkulasi koleteral cukup, tidak sebanyak RA.



c.



Kesulitan :







Letak arteri lebih dalam







Letaknya dekat dengan basilic vena dan syaraf median







Hematom mungkin terjadi



Arteri femoralis Yaitu arteri yang paling besar untuk ABG. Berada pada permukaan paha bagian dalam, disebelah lateral tulang pubis.



a.



Dapat dilakukan ABG sekalipun pasien dengan curah jantung yang rendah.



b. FA hanya digunakan dalam kondisi gawat darurat atau sulit mendapat arteri lain. c.



Kesulitan :







Sirkulasi koleteral sedikit sehingga mudah terjadi infeksi pada tempat pengambilan







Sulit untuk aseptis







Pada orang tua, gangguan dinding arteri sebelah dalam







Letaknya dekat dengan vena paha.



5. Bagian arteri lainnya a.



Pada bayi : arteri kulit kepala, arteri tali pusat



b. Pada orang dewasa : arteri dorsal pedis



Ukuran-ukuran dalam analisa gas darah: 



PH normal 7,35-7,45







Pa CO2 normal 35-45 mmHg







Pa O2 normal 80-100 mmHg







Total CO2 dalam plasma normal 24-31 mEq/l







HCO3 normal 21-30 mEq/l







Base Ekses normal -2,4 s.d +2,3







Saturasi O2 lebih dari 90%. “Pemeriksaan analisa gas darah dikenal juga dengan nama pemeriksaan “ASTRUP”, yaitu suatu pemeriksaan gas darah yang dilakukan melalui darah arteri. Lokasi pengambilan darah yaitu: Arteri radialis, A. brachialis, A. Femoralis”.



Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil analisa gas darah meliputi : a. Suhu, pada suhu 370 c selama 10 menit PH akan berubah, 0,10 ; PaCO21 mmhg dan PO2 0,7 mmhg, sedangkan pada suhu 40 dalam 10 menit PH berubah 0,01 ; PaCO2 0,01 mmhg dan PaO2,07 mmhg. Sebaiknya darah dimasukkan kedalam es untuk menghindari / mengurangi metabolisme dan mencegah konsumsi oksigen dan karbondioksida yang dapat mempengaruhi nilai b. Darah yang diambil, darah arteri merupakan contoh baku untuk pemeriksaaan analisa gas darah. c. Pemakaian heparin, jangan lebih dari 0,05 cc untuk 1 cc darah (cukup membilas spuit dengan heparin). d. Gelembung udara dalam spuit, yang akan mempengaruhi CO2 dan O2. Komponen yang diperiksa dalam analisa gas darah meliputi :  PH (normal : 7,35 – 7,45) PH akan menggambarkan konsentrasi ion H+ dalam tubuh. Ada peningkatan atau penuruna ion H+ akan mempengaruhi stabilitas dari PH cairan tubuh. Bila ion H+ meningkat PH akan rendah dan bila ion H+ menurun PH akan meningkat.  PaCO2 (normal : 35 – 45 mmhg) PaCO2 adalah tekanan partial yang ditimbulkan oleh CO2 yang terlarut. PaCO2 ini merupakan parameter untuk mengetahui fungsi respirasi dan menentukan cukup tidaknya ventilasi alveolar. Bila PaCO2 rendah menunjukkan adanya hyperventilasi karena rangsangan pernafasan dan bila PaCO2 tinggi (hypoventilasi) menunjukkan adanya kegagalan ventilasi alveolis. Pada PaCO2 rendah konsentrasi ion H+ akan rendah dan PH meningkat, sedangkan bila terjadi peningkatan PaCO2 konsentrasi ion H+ akan mengingat dan PH menjadi rendah  PaO2 (normal : 80 – 100 mmhg) PaO2 adalah tekanan yang ditimbulkan oleh oksigen yang terlarut dalam darah. PaO2 akan memberikan petunjuk cukup tidaknya oksigenisasi darah arteri



 Base Ekses (E . E) (normal ± 2 / 2,5 mEQ / 1) Menggambarkan secara langsung kelebihan basa kuat / kekurangan asam tetap atau kekurangan basa / kelebihan asam.Bila nilai positif menunjukkan kelebihan basa dan bila nilai negatif menunjukkan kelebihan asam  TCO2 (normal : 24 -31 mmhg) Total CO2 yang terdapat dalam plasma, yang meliputi asam karbonat, bikarbonat dan senyawa karbamino. TCO2 dapat digunakan sebagai petunjuk klinik gangguan keseimbangan asam untuk memperkirakan kelebihan atau kekurangan basa karena perbandingan bikarbonat dan asm bikarbonat 20 : 1  Sat. O2 (normal : 96 -100 %) Derajat kejenuhan Hb dengan oksigen. Sat O2 sangat membantu untuk menghitung kandungan oksigen dalam darah Faktor yang mempengaruhi pemeriksaan AGD :  Gelembung udara Tekanan oksigen udara adalah 158 mmHg. Jika terdapat udara dalam sampel darah maka ia cenderung menyamakan tekanan sehingga bila tekanan oksigen sampel darah kurang dari 158 mmHg, maka hasilnya akan meningkat.  Antikoagulan Antikoagulan dapat mendilusi konsentrasi gas darah dalam tabung. Pemberian heparin yang berlebihan akan menurunkan tekanan CO2, sedangkan pH tidak terpengaruh karena efek penurunan CO2 terhadap pH dihambat oleh keasaman heparin.  Metabolisme Sampel darah masih merupakan jaringan yang hidup. Sebagai jaringan hidup, ia membutuhkan oksigen dan menghasilkan CO2. Oleh karena itu, sebaiknya sampel diperiksa dalam 20 menit setelah pengambilan. Jika sampel tidak langsung diperiksa, dapat disimpan dalam kamar pendingin beberapa jam.  Suhu Ada hubungan langsung antara suhu dan tekanan yang menyebabkan tingginya PO2 dan PCO2. Nilai pH akan mengikuti perubahan PCO2.  Nilai



Nilai pH darah yang abnormal disebut asidosis atau alkalosis sedangkan nilai PCO2 yang abnormal terjadi pada keadaan hipo atau hiperventilasi. Hubungan antara tekanan dan saturasi oksigen merupakan faktor yang penting pada nilai oksigenasi darah



D. Pengukuran Karbondioksida Darah Analisa gas darah dilakukan pada darah dari arteri. Ini meruapakan pengukuran tekanan parsial oksigen dan karbon dioksida dalam darah, serta kandungan oksigen, saturasi oksigen, konten bikarbonat, dan pH darah.Oksigen di paru-paru dilakukan pada jaringan melalui aliran darah, tetapi hanya sejumlah kecil oksigen ini benar-benar dapat larut dalam darah arteri. Berapa banyak melarutkan tergantung pada tekanan parsial oksigen (tekanan bahwa gas diberikannya pada dinding arteri). Oleh karena itu, pengujian tekanan parsial oksigen sebenarnya adalah mengukur berapa banyak oksigen yang memberikan paru-paru ke dalam darah. Karbon dioksida dilepaskan ke dalam darah sebagai produk sampingan dari metabolisme sel. Tekanan parsial karbon dioksida menunjukkan seberapa baik paru-paru menghilangkan karbon dioksida. Sisa oksigen yang tidak terlarut dalam darah tergabung dengan hemoglobin, suatu senyawa protein-besi yang ditemukan dalam sel-sel darah merah. Pengukuran dalam kandungan oksigen dalam analisis ABG menunjukkan berapa banyak oksigen dikombinasikan dengan hemoglobin. Karbon dioksida lebih mudah larut dalam darah dibanding oksigen , terutama membentuk jumlah bikarbonat dan lebih kecil dari asam karbonat. Ketika hadir dalam jumlah normal, rasio asam karbonat untuk bikarbonat menciptakan keseimbangan asam-basa dalam darah, membantu menjaga pH pada tingkat di mana fungsi sel tubuh yang paling efisien. Paruparu dan ginjal baik berpartisipasi dalam mempertahankan keseimbangan asam-karbonat bikarbonat. Paru-paru mengontrol tingkat asam karbonat dan bikarbonat di atur oleh ginjal.



E.



Persiapan Alat dan Pasien



A. Persiapan Alat



Persiapan Alat Pengambilan Darah Vena



1. Pengambilan Darah Vena dengan Syring  Syring



 Kapas Alkohol 70%  Torniquet  Plester  Tabung



2. Pengambilan Darah Vena Dengan Tabung Vakum o Jarum o Kapas alkohol 70% o Tali pembendung (turniket) o Plester o Tabung vakum.



Persiapan Alat Pengambilan Darah Kapiler  Lanset  Kapas Alkohol 70%  Povidone iodium 10%  Tabung



Persiapan Alat Pengambilan Darah Arteri 



Torniquet







Kapas Alkohol 70%







Spuit







Tabung







Handscoon



B.



Persiapan Pasien :



 Memberikan penjelasan pada klien (bila mungkin) dan keluarga mengenai tujuan pengambilan darah dan prosedur yang akan dilakukan.  Jelaskan bahwa dalam prosedur pengambilan akan menimbulkan rasa sakit  Jelaskan komplikasi yang mungkin timbul  Jelaskan tentang allen’s test  Mengatur posisi pasien



F.



Prosedur Kerja



1)



Prosedur Pengambilan Darah Vena



Pengambilan Darah Vena dengan Syring Pengambilan darah vena secara manual dengan alat suntik (syring) merupakan cara yang masih lazim dilakukan di berbagai laboratorium klinik dan tempat-tempat pelayanan kesehatan. Alat suntik ini adalah sebuah pompa piston sederhana yang terdiri dari sebuah sebuah tabung silinder, pendorong, dan jarum. Berbagai ukuran jarum yang sering dipergunakan mulai dari ukuran terbesar sampai dengan terkecil adalah : 21G, 22G, 23G, 24G dan 25G. Pengambilan darah dengan suntikan ini baik dilakukan pada pasien usia lanjut dan pasien dengan vena yang tidak dapat diandalkan (rapuh atau kecil). Prosedur : Persiapkan alat-alat yang diperlukan : Untuk pemilihan syring, pilihlah ukuran/volume sesuai dengan jumlah sampel yang akan diambil, pilih ukuran jarum yang sesuai, dan pastikan jarum terpasang dengan erat. Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah; usahakan pasien senyaman mungkin. Identifikasi pasien dengan benar sesuai dengan data di lembar permintaan. Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat. Catat bila pasien minum obat tertentu, tidak puasa dsb. Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak melakukan aktifitas. Minta pasien mengepalkan tangan. Pasang tali pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di atas lipat siku. Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan perabaan (palpasi) untuk memastikan posisi vena; vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis dan memiliki dinding tebal. Jika vena tidak teraba, lakukan pengurutan dari arah pergelangan ke siku, atau kompres hangat selama 5 menit daerah lengan. Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas alcohol 70% dan biarkan kering. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi. Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas. Jika jarum telah masuk ke dalam vena, akan terlihat darah masuk ke dalam semprit (dinamakan flash). Usahakan sekali tusuk kena. Setelah volume darah dianggap cukup, lepas turniket dan minta pasien membuka kepalan tangannya. Volume darah yang diambil kira-kira 3 kali jumlah serum atau plasma yang diperlukan untuk pemeriksaan.



Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik jarum. Tekan kapas beberapa sat lalu plester selama kira-kira 15 menit. Jangan menarik jarum sebelum turniket dibuka.



Pengambilan Darah Vena Dengan Tabung Vakum Tabung vakum pertama kali dipasarkan oleh perusahaan AS BD (Becton-Dickinson) di bawah nama dagang Vacutainer. Jenis tabung ini berupa tabung reaksi yang hampa udara, terbuat dari kaca atau plastik. Ketika tabung dilekatkan pada jarum, darah akan mengalir masuk ke dalam tabung dan berhenti mengalir ketika sejumlah volume tertentu telah tercapai.



Jarum yang digunakan terdiri dari dua buah jarum yang dihubungkan oleh sambungan berulir. Jarum pada sisi anterior digunakan untuk menusuk vena dan jarum pada sisi posterior ditancapkan pada tabung. Jarum posterior diselubungi oleh bahan dari karet sehingga dapat mencegah darah dari pasien mengalir keluar. Sambungan berulir berfungsi untuk melekatkan jarum pada sebuah holder dan memudahkan pada saat mendorong tabung menancap pada jarum posterior. Keuntungan menggunakan metode pengambilan ini adalah, tak perlu membagi-bagi sampel darah ke dalam beberapa tabung. Cukup sekali penusukan, dapat digunakan untuk beberapa tabung secara bergantian sesuai dengan jenis tes yang diperlukan. Untuk keperluan tes biakan kuman, cara ini juga lebih bagus karena darah pasien langsung dapat mengalir masuk ke dalam tabung yang berisi media biakan kuman. Jadi, kemungkinan kontaminasi selama pemindahan sampel pada pengambilan dengan cara manual dapat dihindari. Kekurangannya sulitnya pengambilan pada orang tua, anak kecil, bayi, atau jika vena tidak bisa diandalkan (kecil, rapuh), atau jika pasien gemuk. Untuk mengatasi hal ini mungkin bisa digunakan jarum bersayap (winged needle). Jarum bersayap atau sering juga dinamakan jarum “kupu-kupu” hampir sama dengan jarum vakutainer seperti yang disebutkan di atas. Perbedaannya adalah, antara jarum anterior dan posterior terdapat dua buah sayap plastik pada pangkal jarum anterior dan selang yang menghubungkan jarum anterior dan posterior. Jika penusukan tepat mengenai vena, darah akan kelihatan masuk pada selang (flash).



Prosedur :  Persiapkan alat-alat yang diperlukan.  Pasang jarum pada holder, pastikan terpasang erat.  Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah; usahakan pasien senyaman mungkin.



 Identifikasi pasien dengan benar sesuai dengan data di lembar permintaan.  Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat. Catat bila pasien minum obat tertentu, tidak puasa dsb.  Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak melakukan aktifitas.  Minta pasien mengepalkan tangan.  Pasang tali pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di atas lipat siku.  Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan perabaan (palpasi) untuk memastikan posisi vena; vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis dan memiliki dinding tebal. Jika vena tidak teraba, lakukan pengurutan dari arah pergelangan ke siku, atau kompres hangat selama 5 menit daerah lengan.  Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas alcohol 70% dan biarkan kering. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.  Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas. Masukkan tabung ke dalam holder dan dorong sehingga jarum bagian posterior tertancap pada tabung, maka darah akan mengalir masuk ke dalam tabung. Tunggu sampai darah berhenti mengalir. Jika memerlukan beberapa tabung, setelah tabung pertama terisi, cabut dan ganti dengan tabung kedua, begitu seterusnya.  Lepas turniket dan minta pasien membuka kepalan tangannya. Volume darah yang diambil kirakira 3 kali jumlah serum atau plasma yang diperlukan untuk pemeriksaan.  Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik jarum. Tekan kapas beberapa sat lalu plester selama kira-kira 15 menit. Jangan menarik jarum sebelum turniket dibuka.



Menampung Darah Dalam Tabung Beberapa jenis tabung sampel darah yang digunakan dalam praktek laboratorium klinik adalah sebagai berikut :  Tabung tutup merah : Tabung ini tanpa penambahan zat additive, darah akan menjadi beku dan serum dipisahkan dengsan pemusingan. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah, imunologi, serologi dan bank darah (crossmatching test)  Tabung tutup kuning : Tabung ini berisi gel separator (serum separator tube/SST) yang fungsinya memisahkan serum dan sel darah. Setelah pemusingan, serum akan berada di bagian atas gel dan sel darah berada di bawah gel. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah, imunologi dan serologi



 Tabung tutup hijau terang : Tabung ini berisi gel separator (plasma separator tube/PST) dengan antikoagulan lithium heparin. Setelah pemusingan, plasma akan berada di bagian atas gel dan sel darah berada di bawah gel. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah.  Tabung tutup ungu atau lavender : Tabung ini berisi EDTA. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan darah lengkap dan bank darah (crossmatch)  Tabung tutup biru : Tabung ini berisi natrium sitrat. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan koagulasi (mis. PPT, APTT)  Tabung tutup hijau : Tabung ini berisi natrium atau lithium heparin, umumnya digunakan untuk pemeriksaan fragilitas osmotik eritrosit, kimia darah.  Tabung tutup biru gelap : Tabung ini berisi EDTA yang bebas logam, umumnya digunakan untuk pemeriksaan trace element (zink, copper, mercury) dan toksikologi.  Tabung tutup abu-abu terang : Tabung ini berisi natrium fluoride dan kalium oksalat, digunakan untuk pemeriksaan glukosa.  Tabung tutup hitam : berisi bufer sodium sitrat, digunakan untuk pemeriksaan LED (ESR).  Tabung tutup pink : berisi potassium EDTA, digunakan untuk pemeriksaan imunohematologi.  Tabung tutup putih : potassium EDTA, digunakan untuk pemeriksaan molekuler/PCR dan bDNA.  Tabung tutup kuning dengan warna hitam di bagian atas ; berisi media biakan, digunakan untuk pemeriksaan mikrobiologi - aerob, anaerob dan jamur



Beberapa hal penting dalam menampung sampel darah adalah : Darah dari syring atau suntikan harus dimasukkan ke dalam tabung dengan cara melepas jarum lalu mengalirkan darah perlahan-lahan melalui dinding tabung. Memasukkan darah dengan cara disemprotkan, apalagi tanpa melepas jarum, berpotensi menyebabkan hemolisis. Memasukkan darah ke dalam tabung vakum dengan cara menusukkan jarum pada tutup tabung, biarkan darah mengalir sampai berhenti sendiri ketika volume telah terpenuhi. Homogenisasi sampel jika menggunakan antikoagulan dengan cara memutar-mutar tabung 4-5 kali atau membolak-balikkan tabung 5-10 kali dengan lembut. Mengocok sampel berpotensi menyebabkan hemolisis. Urutan memasukkan sampel darah ke dalam tabung vakum adalah : pertama - botol biakan (culture) darah atau tabung tutup kuning-hitam kedua - tes koagulasi (tabung tutup biru), ketiga - tabung non additive (tutup merah), keempat - tabung tutup merah atau kuning dengan gel separator atau clot activator, tabung tutup ungu/lavendet (EDTA), tabung tutup hijau (heparin), tabung tutup abu-abu (NaF dan Na oksalat)



2)



Prosedur Pengambilan Darah Kapiler



o Siapkan peralatan sampling : lancet steril, kapas alcohol 70%. o Pilih lokasi pengambilan lalu desinfeksi dengan kapas alkohol 70%, biarkan kering. o Peganglah bagian tersebut supaya tidak bergerak dan tekan sedikit supaya rasa nyeri berkurang. o Lakukan tindakan aseptik dengan povidone iodium 10%, biarkan sampai mengering, lalu ulangi dengan alkohol 70%. o Sterilkan lanset dalam alkohol 95%. o Tusuk dengan lancet steril. Tusukan harus dalam sehingga darah tidak harus diperas-peras keluar. Jangan menusukkan lancet jika ujung jari masih basah oleh alkohol. Hal ini bukan saja karena darah akan diencerkan oleh alkohol, tetapi darah juga melebar di atas kulit sehingga susah ditampung dalam wadah. o Setelah darah keluar, buang tetes darah pertama dengan memakai kapas kering, tetes berikutnya boleh dipakai untuk pemeriksaan. o Pengambilan darah diusahakan tidak terlalu lama dan jangan diperas-peras untuk mencegah terbentuknya jendalan.



3)



Prosedur Pengambialn Darah Arteri







Siapkan peralatan sampling di tempat/ruangan dimana akan dilakukan sampling.







Pilih bagian arteri radialis.







Pasang tali pembendung (tourniquet) jika diperlukan.







Lakukan palpasi (perabaan) dengan jari tangan untuk memastikan letak arteri.







Desinfeksi kulit yang akan ditusuk dengan kapas alkohol 70%, biarkan kering. Kulit yang telah dibersihkan jangan dipegang lagi.







Tekan bagian arteri yang akan ditusuk dengan dua jari tangan lalu tusukkan jarum di samping bawah jari telunjuk dengan posisi jarum tegak atau agak miring. Jika tusukan berhasil darah terlihat memasuki spuit dan mendorong thorak ke atas.







Setelah tercapai volume darah yang dikehendaki, lepaskan/tarik jarum dan segera letakkan kapas pada tempat tusukan lalu tekan kapas kuat-kuat selama ±2 menit. Pasang plester pada bagian ini selama ±15 menit.



Langkah-langkah untuk menilai gas darah:



1. Pertama-tama perhatikan pH (jika menurun klien mengalami asidemia, dengan dua sebab asidosis metabolik atau asidosis respiratorik; jika meningkat klien mengalami alkalemia dengan dua sebab alkalosis metabolik atau alkalosis respiratorik; ingatlah bahwa kompensasi ginjal dan pernafasan jarang memulihkan pH kembali normal, sehingga jika ditemukan pH yang normal meskipun ada perubahan dalam PaCO2 dan HCO3 mungkin ada gangguan campuran). 2.



Perhatikan variable pernafasan (PaCO2 ) dan metabolik (HCO3) yang berhubungan



dengan pH untuk mencoba mengetahui apakah gangguan primer bersifat respiratorik, metabolik atau campuran (PaCO2 normal, meningkat atau menurun; HCO3 normal, meningkat atau menurun; pada gangguan asam basa sederhana, PaCO2 dan HCO3 selalu berubah dalam arah yang sama; penyimpangan dari HCO3 dan PaCO2 dalam arah yang berlawanan menunjukkan adanya gangguan asam basa campuran). 3.



Langkah berikutnya mencakup menentukan apakah kompensasi telah terjadi (hal ini



dilakukan dengan melihat nilai selain gangguan primer, jika nilai bergerak yang sama dengan nilai primer, kompensasi sedang berjalan). 4.



Buat penafsiran tahap akhir (gangguan asam basa sederhana, gangguan asam basa



campuran).



Komplikasi pada analisa gas darah a.



Rasa takut



b. Infeksi dan pembentukan trombus c.



Hematoma



d. Arteriospasm (respon refleks kontriksi dari otot arteri) Beberapa hal penting yang perlu di perhatikan dalam pengambilan darah ini meliputi : - Gunakan tehnik steril - Hindari penusukan yang sering pada tempat yang sama untuk mencegah aneurism - Jangan menusukkan jarum lebih dari 0,5 cm - Harus mengetahui anatomi untuk mencegah terjadinya penusukan pada saraf - Lakukan palpasi sebelum di lakukan penusukan - Bila perlu pengulangan pemeriksaan analisa gas darah dokter akan memasang “arteri line”



Blood Gas Analyzer (BGA)



A. PENGERTIAN Analisa gas darah merupakan salah satu alat diagnosis dan penatalaksanaan penting bagi pasien untuk mengetahui status oksigenasi dan keseimbangan asam basanya. Manfaat dari pemeriksaan analisa gas darah tersebut bergantung pada kemampuan dokter untuk menginterpretasi hasilnya secara tepat. Pemeriksaan Analisa gas darah penting untuk menilai keadaan fungsi paruparu.pemeriksaan dapat dilakukan melalui pengambilan darah astrup dari arteri radialis,brakhialis,atau formalis. Gas darah arteri memungkinkan untuk pengukuran pH (dan juga keseimbangan asam basa), oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar bikarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan atau kekurangan basa. Pemeriksaan gas darah arteri dan pH sudah secara luas digunakan sebagai pegangan dalam penatalaksanaan pasien-pasien penyakit berat yang akut dan menahun. Meskipun biasanya pemeriksaan ini menggunakan spesimen dari darah arteri,jika sampel darah arteri tida dapat diperoleh suatu sampel vena campuran dapat digunakan. Pemeriksaan gas darah juga dapat menggambarkan hasil berbagai tindakan penunjang yang dilakukan, tetapi kita tidak dapat menegakkan suatu diagnosa hanya dari penilaian analisa gas darah dan keseimbangan asam basa saja, kita harus menghubungkan dengan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan data-data laboratorium lainnya. Pada dasarnya pH atau derajat keasaman darah tergantung pada konsentrasi ion H+ dan dapat dipertahankan dalam batas normal melalui 3 faktor, yaitu: 1. Mekanisme dapar kimia 2. Mekansime pernafasan. 3. mekanisme ginjal . Terdapat 4 macam dapar kimia dalam tubuh, yaitu: 1.



Sistem dapar bikarbonat-asam karbonat



2.



Sistem dapar fosfat



3.



Sistem dapar protein



4.



Sistem dapar hemoglobin



Mekanismenya terdiri dari: 1.



Mekanisme pernafasan



2.



Mekanisme ginjal



3.



Reabsorpsi ion HCO3-



4.



Asidifikasi dari garam-garam dapar



5.



Sekresi ammonia



B. Gangguan Asam Basa sederhana Gangguan asam basa primer dan kompensasinya dapat diperlihatkan dengan memakai persamaan yang dikenal dengan persamaan Henderson-Hasselbach. Persamaan asam basa adalah sebagai berikut: Persamaan ini menekankan bahwa perbandingan asam dan basa harus 20:1 agar pH dapat dipertahankan dalam batas normal. Persamaan ini juga menekankan kemampuan ginjal untuk mengubah bikarbonat basa melalui proses metabolik, dan kemampuan paru untuk mengubah PaCO2 (tekanan parsial CO2 dalam darah arteri) melalui respirasi. Nilai normal pH adalah 7, 35- 7,45. berikut ini adalah gambaran rentang pH: Perubahan satu atau dua komponen tersebut menyebabkan gangguan asam dan basa. Penilaian keadaan asam dan basa berdasarkan hasil analisa gas darah membutuhkan pendekatan yang sistematis. Penurunan keasaman (pH) darah < 7,35 disebut asidosis, sedangkan peningkatan keasaman (pH) > 7,45 disebut alkalosis. Jika gangguan asam basa terutama disebabkan oleh komponen respirasi (pCO2) maka disebut asidosis/alkalosis respiratorik, sedangkan bila gangguannya disebabkan oleh komponen HCO3 maka disebut asidosis/alkalosis metabolik. Disebut gangguan sederhana bila gangguan tersebut hanya melibatkan satu komponen saja (respirasi atau metabolik), sedangkan bila melibatkan keduanya (respirasi dan metabolik) disebut gangguan asam basa campuran. Berikut terdapat klasifikasi gangguan asam basa primer : 1. Normal bila tekanan CO2 40 mmHg dan pH 7,4. Jumlah CO2 yang diproduksi dapat dikeluarkan melalui ventilasi. 2. Alkalosis respiratorik. Bila tekanan CO2 kurang dari 30 mmHg dan perubahan pH, seluruhnya tergantung pada penurunan tekanan CO2 di mana mekanisme kompensasi ginjal belum terlibat, dan perubahan ventilasi baru terjadi. Bikarbonat dan base excess dalam batas normal karena ginjal belum cukup waktu untuk melakukan kompensasi. Kesakitan dan kelelahan merupakan penyebab terbanyak terjadinya alkalosis respiratorik pada anak sakit kritis. 3. Asidosis respiratorik. Peningkatan tekanan CO2 lebih dari normal akibat hipoventilasi dan dikatakan akut bila peninggian tekanan CO2 disertai penurunan pH. Misalnya, pada intoksikasi obat, blokade neuromuskuler, atau gangguan SSP. Dikatakan kronis bila ventilasi yang tidak adekuat disertai dengan nilai pH dalam batas normal, seperti pada bronkopulmonari displasia, penyakit neuromuskuler, dan gangguan elektrolit berat.



4. Asidosis metabolik yang tak terkompensasi. Tekanan CO2 dalam batas normal dan pH di bawah 7,30. Merupakan keadaan kritis yang memerlukan intervensi dengan perbaikan ventilasi dan koreksi dengan bikarbonat. 5. Asidosis metabolik terkompensasi. Tekanan CO2 < 30 mmHg dan pH 7,30–7,40. Asidosis metabolik telah terkompensasi dengan perbaikan ventilasi. 6.



Alkalosis metabolik tak terkompensasi. Sistem ventilasi gagal melakukan kompensasi terhadap alkalosis metabolik ditandai dengan tekanan CO2 dalam batas normal dan pH lebih dari 7,50 misalnya pasien stenosis pilorik dengan muntah lama.



7. Alkalosis metabolik terkompensasi sebagian. Ventilasi yang tidak adekuat serta pH lebih dari 7,50. 8.



Hipoksemia yang tidak terkoreksi. Tekanan oksigen kurang dari 60 mmHg walau telah diberikan oksigen yang adekuat.



9.



Hipoksemia terkoreksi. Pemberian O2 dapat mengoreksi hipoksemia yang ada sehingga normal.



10. Hipoksemia dengan koreksi berlebihan. Jika pemberian oksigen dapat meningkatkan tekanan oksigen melebihi normal. Keadaan ini berbahaya pada bayi karena dapat menimbulkan retinopati of prematurity, peningkatan aliran darah paru, atau keracunan oksigen. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan yang lain seperti konsumsi dan distribusi oksigen.



C. Tujuan Tujuan dari analisa gas darah ada 3, yaitu : 1.



Menilai tingkat keseimbangan asam dan basa



2.



Mengetahui kondisi fungsi pernafasan dan kardiovaskuler



3.



Menilai kondisi fungsi metabolisme tubuh



D. Indikasi Indikasi dari pasien yang harus melakukan analisa gas darah yaitu : 1.



Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik.



2.



Pasien dengan edema pulmo .



3.



Pasien akut respiratori distress sindrom (ARDS).



4.



Infark miokard



5.



Pneumonia



6.



Klien syok



7.



Post pembedahan coronary arteri baypass.



8.



Resusitasi cardiac arrest



9.



Klien dengan perubahan status respiratori



10.



Anestesi yang terlalu lama.



E. Faktor yang mempengaruhi Pemeriksaan BGA Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi pemeriksaan BGA: 1. Gelembung udara Tekanan oksigen udara adalah 158 mmHg. Jika terdapat udara dalam sampel darah maka ia cenderung menyamakan tekanan sehingga bila tekanan oksigen sampel darah kurang dari 158 mmHg, maka hasilnya akan meningkat. 2. Antikoagulan Antikoagulan dapat mendilusi konsentrasi gas darah dalam tabung. Pemberian heparin yang berlebihan akan menurunkan tekanan CO2, sedangkan pH tidak terpengaruh karena efek penurunan CO2 terhadap pH dihambat oleh keasaman heparin. 3. Metabolisme Sampel darah masih merupakan jaringan yang hidup. Sebagai jaringan hidup, ia membutuhkan oksigen dan menghasilkan CO2. Oleh karena itu, sebaiknya sampel diperiksa dalam 20 menit setelah pengambilan. Jika sampel tidak langsung diperiksa, dapat disimpan dalam kamar pendingin beberapa jam. 4. Suhu Ada hubungan langsung antara suhu dan tekanan yang menyebabkan tingginya PO2 dan PCO2. Nilai pH akan mengikuti perubahan PCO2. Nilai pH darah yang abnormal disebut asidosis atau alkalosis sedangkan nilai PCO2 yang abnormal terjadi pada keadaan hipo atau hiperventilasi. Hubungan antara tekanan dan saturasi oksigen merupakan faktor yang penting pada nilai oksigenasi darah.



F. Komplikasi 1. Apabila jarum sampai menebus periosteum tulang akan menimbulkan nyeri. 2. Perdarahan. 3. Cidera syaraf. 4. Spasme arteri.



G. Cara Kerja  Pre Instumentasi



1. Persiapan Pasien a.



Jelaskan prosedur dan tujuan dari tindakan yang dilakukan



b.



Jelaskan bahwa dalam prosedur pengambilan akan menimbulkan rasa sakit



c.



Jelaskan komplikasi yang mungkin timbul.



2. Bahan Pemeriksaan ; darah, serum, plasma 3. Parameter : a. Blood Gas Parameters : pH, PCO2, PO2 b. Electrolyte Parameters : Sodium (Na+), Potassium (K+), Chloride (Cl–), Calcium (Ca2+) c. Hematocrit (Hct) 4. Persiapan Sampel a. Lakukan pengambilan sampel darah arteri yang letaknya dapat dilakukan pada: 1. Arteri Radialis, merupakan pilihan pertama yang paling aman dipakai untuk fungsi arteri kecuali terdapat banyak bekas tusukan atau haematoem juga apabila Allen test negatif. 2. Arteri Dorsalis Pedis, merupakan pilihan kedua. 3. Arteri Brachialis, merupakan pilihan ketiga karena lebih banyak resikonya bila terjadi obstruksi pembuluh darah. 4. Arteri Femoralis, merupakan pilihan terakhir apabila pada semua arteri diatas tidak dapat diambil. Bila terdapat obstruksi pembuluh darah akan menghambat aliran darah ke seluruh tubuh / tungkai bawah dan bila yang dapat mengakibatkan berlangsung lama dapat menyebabkan kematian jaringan. Arteri femoralis berdekatan dengan vena besar, sehingga dapat terjadi percampuran antara darah vena dan arteri. b. Penambahan antikoagulan berupa lithium heparin 240-250 unit tiap 1 cc darah. c. Alat pengambilan sampel menggunakan semprit khusus d. Dilakukan pengukuran suhu badan serta kadar hemoglobin pasien. e. Pengecekan BGA dan reagen Hal-hal yang harus diperhatikan adalah 1. Penusukan tepat pada arteri ditandai dengan darah yang keluar berwarna segar dan memancar. 2. Spesimen dimasukkan ke dalam kantong es bila tempat pemeriksaan jauh. 3. Cantumkan suhu pasien, jam pengambilan darah dan konsentrasi oksigen yang diberikan. 4. Daerah/lokasi pengambilan darah arteri harus bergantian. 5. Analisis a. Prinsip Gas sampel yang diambil melalui probe akan masuk ke setiap sampel sel secara bergiliran dimana gas sampel akan dibandingkan dengan gas standar melalui pemencaran system infra



red dimana akan menghasilkan perbedaan panjang gelombang yang akan dikonversi receiver menjadi signal analog (420). b. Bagian-bagian BGA  Barcode



 Tempat Sample



 Tampilan ID pasien.  Tampilan Menu



c. Cara Kerja 1. Nyalakan power ON. 2. Setiap pertama kali menghidupkan alat, lalu kalibrasi dengan cara tekan calibrate kemudian enter. Alat akan melakukan kalibrasi secara otomatis. 3. Apabila ada sample pemeriksaan sebelum melakukan pemeriksaan tekan status untuk mengetahui kondisi apakah pH, PCO2 dan PO2 kondisinya OK. Jika OK sample langsung dapat diperiksa. Setelah dilakukan pemeriksaan, alat ini akan mengkalibrasi secara otomatis. 4. Apabila alat sudah dalam kondisi ready for analysa berarti alat sudah siap melakukan pemeriksaan, tekan Analyzer. Selang pengisap sample akan keluar secara otomatis kemudian masukan sample bersamaan tekan lagi analyzer sampai sample terhisap secara otomatis selang akan masuk sendiri.  Wadah sampel yang dimasukkan ke selang dapat disesuaikan dengan kondisi. a. Syringe Untuk pengukuran gas darah menggunakan syringe 2 mL. The Vitalpath Analyzer akan langsung mengaspirasi dari jarum suntiknya.



b. Tabung Koleksi Heparin



Dapat



juga



menggunakan



tabung



DRI-CHEM



®



4000



atau



DRI-CHEM ® 7000 yang sudah berisi heparin. Dengan ukuran tabung 0,5 mL dan 1,5 mL.



c.



Tabung Kapilari Ketika pasien mengalami dehidrasi atau memerlukan sampel yang sedikit, atau saat melakukan pemeriksaan ulang dapat menggunakan tabung kapilari berisi 140 uL.



5. Lakukan daftar isian seperti yang terlihat dilayar monitor, sample ID , HB, suhu badan, jenis sample (0 arteri, 1 vena, 2 kapiler), F102 (volume oksigen yang dilorelasi dengan persen lihat daftar), kemudian clear 2x. 6. Alat akan menghitung secara otomatis dalam waktu yang relatif cepat hasil akan keluar melalui printer. d. Quality Control Quality control digunakan untuk menjamin kualitas instrument sehari-hari guna menjaga akurasi dan realibilitas hasil pasien melalui tes kontrol eksternal dengan mengetahui rentang nilai yang dapat diterima untuk setiap tes yang dilakukan. Hal ini memungkinkan dokter untuk menafsirkan data laboratorium dengan lebih percaya diri. Protokol ™ TrueQC Heska yang berpola setelah Pedoman ASVCP dan termasuk proses untuk melaksanakan program QC sederhana dan dapat diandalkan yang memvalidasi faktor penting yang melekat untuk pengujian di rumah sakit. Pengujian QC harian sejalan dengan praktek laboratorium standar dan memberikan kepastian dan validasi hasil laboratorium yang akurat.



Rekomendasi untuk QC untuk Analyzer VitalPath termasuk menjalankan materi QC harian pada awal setiap hari, sebelum setiap sampel pasien yang dijalankan. ini sederhana protokol memastikan kinerja optimal dari analisa, reagen, dan operator, dan memberikan keyakinan sepenuhnya pada hasil.  Post Instrumentasi



1. Hasil pemeriksaan yang tertera pada layar dilihat dan diamati. 2. Hasil pemeriksaan dicetak. 3. Hasil pemeriksaan pada data pasien dicatat pada log book



H. Kelebihan dan Kekurangan Kelebihan : 1. Kalibrasi secara otomatis setelah pemeriksaan sampel. 2. Hasilnya cepat. 3. Akurat. 4. Fleksibel karena wadah sampel bisa disesuaikan dengan kondisi. 5. Mencakup elektrolit, hematokrit, dan gas darah. 6.



Hasil pmeriksaan sudah diklasifikasikan dalam keadaan normal atau tidak sehinggan memudahkan dalam penarikan kesimpulan. Kekurangan :



1. Mahal. 2. Penggunaannya harus terus menerus. 3. Perawatan harus rutin dilakukan. Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest