Pengolahan Lateks Pekat [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENGOLAHAN LATEKS PEKAT (Concentrated Latex) Karet adalah merupakan bagian daripada getah karet yag biasa disebut dengan lateks. Karet merupakan salah satu komoditas ekspor di Indonesia yang paling utama setelah posisi kelapa sawit. Lateks yang merupakan bagian dari getah karet merupakan cairan getah yang diperoleh dari bidang sadap pohon karet. Cairan getah yang diperoleh tersebut belum mengalami penggumpalan saat penambahan atau tanpa penambahan antikoagulan. Beberapa negara penghasil karet terbesar yaitu diantaranya Indonesia dan lainnya adalah Thailand dan Malaysia. Karet dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu karet alam dan karet sintesis. Karet akan menghasilkan getah lateks segar setelah melewati proses penyadapan. Lateks segar yang diperoleh akan digunakan sebagai salah satu bahan untuk memperoleh produk karet yang berbagai macam. Salah satu produk karet yang memerlukan lateks segar yaitu lateks pekat, dimana dalam proses pembuatannya perlu diperhatikan kestabilan cairan lateks segar agar tetap stabil karena apabila terjadi perubahan pada hal tersebut maka terjadilah prakoagulasi. Prakoagulasi adalah terjadinya pembekuan yang sangat-sangat dihindari, hal tersebut akan mengakibatkan adanya gumpalan-gumpalan pada cairan getah sadapan. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi prakoagulasi pada lateks adalah aktivitas mikroorganisme, aktivitas enzim, iklim, budidaya tanaman, jenis/klon, pengangkutan, dan kontaminasi kotoran yang berasal dari luar. Lateks pekat umumnya digunakan sebagai bahan baku dalam industri seperti untuk produk berbahan karet yang tipis seperti sarung tangan, benang karet, alat-alat medis dan produk lainnya yang bermutu tinggi. Lateks yang mengalami ketidakstabilan dikarenakan lapisan pelindung molekul karet mengalami kerusakan yang terdispersi dalam serum lateks. Ketidakstabilan tersebut mengakibatkan kurang maksimalnya mutu lateks yang diperoleh sehingga untuk mengatasinya diperlukan pengemulsi. Pengemulsi yang sering digunakan pada pabrik lateks pekat yaitu diantaranya amonium laurat (AL) yang diperoleh dari mancanegara. Bahan pengemulsi tersebut dapat meningkatkan waktu kemantapan mekanis lateks pekat berdasarkan Standart American Society for Testing and Material (ASTM D. 1076) yaitu minimum 650 detik dan International Organization for Standarization (ISO2004) minimum 540 detik. Hal yang dimaksud dari waktu kemantapan mekanis ini



yang disebut dengan Mechanical Stability Time (MST) adalah suatu parameter penting yang digunakan sebagai spesifikasi mutu ekspor lateks padat.



Lateks Pekat



Lateks alam diperoleh dari jenis pohon yang berasal dari Brazil yang mempunyai nama latin Hevea brasiliensis. Lateks ini merupakan sumber daya yang sangat penting bagi kebanyakan industri karena bahan ini dapat dimanfaatkan menjadi berbagai kebutuhan produksi di pabrik-pabrik. Bahan mentahnya disebut juga dengan susu tanaman, disebut demikian karena warnanya yang putih seperti susu. Lateks segar mempunyai nilai kadar karet kering sebesar 38 sampai 40 persen. Lateks pekat sendiri adalah lateks yang mempunyai nilai kadar karet kering sekitar 60%. Pemekatan lateks dapat dilakukan dengan berbagai metode seperti metode pendadihan, sentrifugasi, eletrodekantasi, dan evaporasi (Ochigbo, dkk., 2011).



Lateks alam yang diolah dengan cara dipekatkan melalui metode sentrifugasi atau pendadihan merupakan lateks pekat. Pengolahan lateks pekat akan memberikan perubahan pada Kadar Karet Kering (KKK) awal 28-30% menjadi 6064%. Lateks pekat dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam pembuatan bahan karet-karet tipis yang bermutu tinggi. Saat ini bahan mentah karet alam yaitu lateks pekat sangat sulit diperoleh. Hal ini dikarenakan 70% petani atau produsen perkebunan karet hanya mengolah getah karet menjadi lump atau gumpalan karet (Yasinta, dkk., 2019). Produk jadi karet akan menghasilkan kualitas yang lebih baik apabila karet mempunyai Kadar Karet Kering (KKK) yang lebih tinggi. Kadar karet kering dapat dicapai melalui pengolahan lateks pekat. Pada industri kecil dan kebanyakan petani melakukan metode pengolahan lateks pekat yang berasal dari lateks kebun dengan cara pendadihan. Pada metode pendadihan awalnya lateks kebun diawetkan dengan amonia, ditambahkan dengan bahan pendadih, kemudian dibiarkan mendadih hingga terbentuk lateks pekat yang dapat digunakan sebagai bahan pembuatan barang jadi (Nurhayati dan Andayani, 2015). Prinsip pengolahan lateks pekat didasarkan pada perbedaan berat jenis partikel karet dengan serum. Berat jenis partikel lebih kecil yaitu 0,904,



sedangkan berat jenis serum lebih besar yaitu 1,024. Oleh sebab perbedaan berat jenis tersebut, pada pengolahan lateks pekat serum dengan berat jenis yang lebih besar akan berada di lapisan paling bawah dan partikel karet berada di atas atau di permukaan. Dua jenis lateks pekat yaitu lateks dadih (creamed latex) dan lateks pusingan (centrifuged latex) (Tim Penulis PS, 2008). Lateks pekat sejatinya merupakan lateks kebun yang melalui proses pemekatan dari kadar karet kering 28-30 persen menjadi 60-64%. Bahan baku lateks pekat adalah lateks kebun maka jika lateks kebun bermutu baik, lateks pekatnya juga otomatis akan memiliki mutu yang baik. Dua metode paling sering dipakai untuk menghasilkan lateks pekat dari lateks segar adalah metode sentrifugal dan metode pendadihan. Kualitas lateks pekat yang dihasilkan dari metode sentrifugal lebih baik dibandingkan lateks pekat yang dihasilkan dari metode pendadihan. Meski demikian, biaya peralatan menggunakan metode sentrifugal juga lebih mahal dibandingkan menggunakan metode pendadihan (Vachlepi, 2017). Lateks pekat yang diproduksi di Indonesia menggunakan metode sentrifugasi dan pendadihan. Metode setrifugasi ini menggunakan mesin dengan kecepatan 9000-15000 rotasi per menit. Kecepatan yang tinggi inilah yang akan menghasilkan gaya sentrifugal yang besar yang berfungsi untuk memisahkan sebagjan air agar didapatkan lateks pekat dengan kadar karet kering 55-60%. Keuntungan dari penggunaan metode ini adalah waktu yang dibutuhkan relatif singkat. Kelemahan dari penggunaan metode ini adalah membutuhkan biaya yang lebih besar bila dibandingkan dengan metode pendadihan. Metode pendadihan sendiri lebih banyak digunakan oleh petani karena biayanya yang cenderung lebih murah namum kekurangannya adalah waktu yang dibutuhkan cukup lama yaitu sekitar 2-3 minggu untuk memisahkan fase air dan hidrokarbon karet (Prastanto, dkk., 2014). Bahan baku industri karet terdiri dari banyak jenis. Dibandingkan dengan Ribbed Smoked Sheet (RSS), crepe atau karet remah, lateks pekat merupakan bahan yang paling fleksibel. Lateks pekat dibalik kelebihannya tersebut juga memiliki kelemahan atau kerugian. Lateks pekat memiliki kadar air yang cukup tinggi dan bervolume besar. Hal ini tentunya akan menyulitkan produsen dalam



proses pengangkutan dan pendistribusian, sehingga biaya transportasi meningkat (Setyamidjaja, 2012) Diagram Alir Proses Pengolahan Lateks Pekat Lateks kebun Onvangen tank



Tangki sedimentasi



Mesin separator Centrifuge



Tangki campur



Kelder tank serum



Tangki timbang



Bak pengeringan



Tangki penyimpanan



Bak penggumpalan



Bak serum sekunder



Bak pengendalian



Tahapan Diagram Alir Proses Pengolahan Lateks Pekat 1. Lateks Kebun Onvagen Tank Lateks kebun sebelum di ambil harus dijaga kebersihannya dengan cara menggunakan peralatan yang bersih. Lateks diterima ke dalam bak penerimaan melalui saringan mesh 80 lalu ditimbang jumlahnya dan diaduk hingga merata. Lalu diambil sedikit lateksnya untuk menentukan kadar karet kering (KKK) berkisar 5560%. Lateks akan segera menggumpal dalam beberapa jam jika tidak segera dilakukan pengawetan. Cara pengawetan ini dapat dilakukan untuk menghindari penggumpalan pada lateks secara alami. Lateks terlebih dahulu dipekatkan sebelum digunakan dalam pembuatan barang menjadi karet. Metode sentrifugasi (pemusingan) dipilih untuk memisahkan antara dua fraksi, yaitu fase berat (lateks skim) dan fase ringan (lateks pekat). Lateks yang akan diolah menjadi barang karet terlebih dahulu digumpalkan. Bahan koagulan bokar yang digunakan untuk menggumpalkan lateks adalah asam semut dan asap cair (deorub) yang berfungsi sebagai pemantap dan membentuk koagulum (Marlina P, dkk., 2020). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Andriani W dan S. Puspitasari (2018) bahan penstabil yang diuji terdiri atas senyawa basa kuat NaOH dan surfaktan anionik Sodium Lauril Sulfat (SLS), sedangkan koagulan diambil dari jenis garam anorganik CaCl dan asam organik yaitu asam format. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan penstabil jenis SLS dan koagulan jenis asam format merupakan bahan aditif terbaik yang dapat digunakan dalam reaksi hidrogenasi lateks karet dengan senyawa diimida. Karet alam terhidrogenasi yang dibuat dengan penambahan kedua bahan aditif tersebut memiliki nilai derajat hidrogenasi tertinggi (34 – 35%), yang diikuti dengan kadar abu yang rendah (0,05 – 0,06%).



Selain itu Soda atau Natrium karbonat juga dapat dijadikan sebagai koagulan karena memiliki harga yang lebih murah dibandingkan dengan zat antikoagulan yang lain, karena itu soda banyak digunakan di pabrik pabrik pengolahan sederhana. Pemakaian soda aman untuk karet yang akan diolah menjadi crepe. dosis soda yang digunakan adalah 5- 10 ml larutan soda tanpa Air kristal 10% setiap liter lateks. Amoniak bersifat senyawa antikoagulan dan juga sebagai desinfektan 0,7% NH3 biasa digunakan untuk pengawetan lateks pusingan. Tiap liter lateks membutuhkan 5-10 ml larutan amoniak 2-2,5%. 2. Tangki Sedimentasi Lateks yang sudah diaduk hingga merata dimasukkan ke dalam tangki sedimentasi yang bertujuan untuk mengendapkan bagian lateks lalu ditambahkan 23 gram amoniak per liter lateks. 3. Mesin Separator Centrifuge Lateks dimasukkan ke dalam mesin pusingan (centrifuge) yang sebelumnya harus dibersihkan dahulu karena pada mesin ini mudah sekali kotor karena pada saat terjadinya putaran selama beberapa jam mesin menjadi kotor disebabkan oleh bagian kuning yang terdapat di lateks, magnesium fosfat, kotoran dan lainnya. Setelah itu mesin di hidupkan dengan kecepatan pusingan 9000-15000 rpm. Langkah selanjutnya proses pembuatan lateks pekat dibagi menjadi 2 bagian yaitu lateks pekat dan lateks serum. A. Lateks Pekat a. Tangki Campur Lateks yang sudah melewati mesin pusingan maka lateks akan mengalir menuju tangki pencampur lalu ditambahin beberapa larutan yaitu 10-20% NH4Laurat dengan dosis 0,05%. Tujuannya di tambahkah larutan ini agar menghasilkan lateks yang baik. b. Tangki Timbang Lateks kemudian ditimbang dengan menggunakan bak penimbang yang di dapat setelah melewati beberapa tahap gunanya untuk mengetahui seberapa banyaknya lateks pekat yang di dapat. c. Tangki Penyimpanan Lateks pekat yang telah jadi belum siap untuk di pasarkan karena lateks pekat harus disimpan dahulu selama 2 minggu atau lebih agar bahan tambahan lateks pekat tersebut dapat memantapkan hasil lateks yang di dapatkan dengan baik.



Sebelum disimpan lateks pekat harus di aduk agar tidak terjadi pengendapan dengan kecepatan 30-60 rpm selama 15-30 menit. B. Lateks Serum a. Kelder Tank Serum Sebelum dilakukannya proses pengisapan, serum lateks diletakkan terlebih dahulu di kelder tank atau dapat dikenal dengan nama basement, serum lateks disimpan terlebih dahulu lalu dilakukan proses selanjutnya. b. Bak Pengisapan Di dalam bak ini lateks dihisap dan dibawa nanti ke bak penggumpalan, di bak pengisapan lateks dipindahkan dari tank serum ke bak pengisapan agar mempermudah jalannya ke bak penggumpalan. c. Bak penggumpalan Selama di bak penggumpalan, lateks akan menggumpal karena pada titik isoelektris muatan listrik akan mencapai nol sehingga protein di karet tidak stabil dan menggumpal serta lapisan stern akan hilang sehingga antar butir karet terjadi kontak mengakibatkan terjadinya penggumpalan. d. Bak serum sekunder Serum lateks sekunder dimana akan di letakkan sementara untuk menyortir bagian primer dan sekunder lateks, dan juga memilih lateks yang terbaik. e. Bak pengendalian limbah Pada bak ini, limbah lateks akan dikendalikan agar apabila limbah dibuang nanti maka limbahnya tidak akan mencemari daerah sekitar pabrik. Maka di bak ini akan dilakukan proses pengendalian limbah lateks. Metode Pengolahan Lateks Pekat Pemekatan lateks alam dilakukan dengan menggunakan empat cara yaitu: sentrifugasi, pendadihan, elektrodekantasi dan penguapan. Diantara keempat cara tersebut sentrifugasi dan pendadihan merupakan cara yang telah dikembangkan secara komersial sejak lama. 1. METODE SENTRIFUGASI • Lateks pekat sentrifugasi diproduksi menggunakan mesin sentrifugasi yang diputar pada 9000-15000 rpm. Putaran yang tinggi akan menghasilkan gaya sentrifugal yang besar untuk memisahkan sebagian air untuk kemudian diperoleh lateks pekat dengan kadar karet kering berkisar 55-60%.







Metode sentrifugasi banyak digunakan oleh pabrik lateks pekat karena dapat memekatkan lateks dengan waktu relatif singkat dan mutu lateksnya lebih baik bila dibandingkan dengan pendadihan.







Sedangkan kelemahan metode sentrifugasi adalah membutuhkan biaya investasi yang lebih besar bila dibandingkan dengan pendadihan.



2. METODE PENDADIHAN







Pemekatan lateks secara pendadihan memerlukan ba-han pendadih seperti alginat, methyl cellulose dan carbo-xymethylcellulose yang berfungsi menjebak partikel karet membentuk jaringan aglomerasi, memperbesar diameter partikel karet dan menurunkan berat jenis partikel, menyebabkan terjadi pemisahan fase air dan fase hidrokarbon lateks.







Produksi lateks pekat dengan metode pendadihan kebanyakan dilakukan oleh petani atau IKM.







Metode pendadihan tidak memerlukan biaya investasi besar, karena hanya memerlukan bahan pendadih dan peralatan sederhana seperti tangki tempat pendadihan, pengaduk dan penampung hasil. Namun demikian metode pendadihan.







Memerlukan waktu yang lama 2-3 minggu untuk memisahkan fase air – hidrokarbon karet. Lateks pekat yang berasal dari proses pendadihan murni, mutunya cenderung kurang baik karena banyak mengandung campuran bahan pendadih. Selain itu barang jadi lateks tipis dari bahan baku lateks dadih seperti sarung tangan, balon dan kondom kualitasnya masih kurang baik.



3. METODE ELEKTRODEKANTASI • Pemekatan lateks dilakukan dengan cara memasukkan 2 logam elektroda yaitu positif dan negatif kedalam lateks kebun yang ditempatkan ke dalam tabung. Lateks kebun akan terpisah menjadi 2 bagian yaitu kutub positif yang terdapat lateks pekat sedangkan kutub negatif adalah serumnya. Untuk mempermudah pemisahan, didalam tabung dipasang suatu alat untuk mengalirkan lateks pekat ataupun serumnya, sehingga tidak bercampur.



4. METODE PENGUAPAN (EVAPORASI)







Prinsip penguapan ini yaitu untuk mengurangi kandungan air suatu bahan denngan cara pemanasan. Penguapan pada pembuatan lateks pekat ini bertujuan untuk mengurangi kandungan air pada lateks segar sehingga didapatkan lateks pekat. Pemanasan lateks segar dilakukan pada suhu 4050°C sehingga didapatkan lateks pekat dengan kadar karet keringnya 7075%, tetpi masih terdapat bahan yang bukan karet.



Metode terbaik yang dilakukan untuk mendapatkan lateks pekat adalah metode sentrifugasi, karena tingkat kemurnian dari lateks pekat yang dihasilkan, tidak terdapat campuran endapan dan kotoran. Kekurangannya yaitu memerlukan biaya yang sangat mahal akibat alat yang digunakan. Berdasarkan segi industri, metode yang baik yaitu metode pendadihan karena biaya yang diperlukan murah, tetapi kemurnian lateks yang dihasilkan masih rendah. Karakteristik Lateks Pekat Lateks pekat yang dijual dipasaran terbuat dari proses pendadihan dan melalui proses pemusingan. Standar mutu lateks pekat pusingan maupun lateks dadih dapat dilihat pada tabel berikut: Lateks Lateks No Jenis Uji Pusingan Dadih 1 Jumlah padatan minimum 61,5% 64% 2



Kadar karet kering minimum



60%



62%



3



Perbedaan padatan dan KKK maksimum



2,0%



2,0%



4



Kadar amoniak (berdasar jumlah air yang terdapat dalam lateks pekat) minimum



1,6%



1,6%



5



Viskositas maksimum pada suhu 25oC



50 centipoise



50 centipoise



6



Endapan dari berat basah maksimum



0,10%



0,10%



7



Kadar koagulum dari jumlah padatan maksimum



0,08%



0,08%



8



Bilangan KOH maksimum



0,80%



0,80%



9



Kemampuan mekanis minimum



475 detik



475 detik



10



Persentase kadar tembaga dari jumlah padatan maksimum



0,001%



0,001%



11



Persentase kadar mangan dari jumlah padatan maksimum



0,001%



0,001%



12



Warna



Tidak biru dan kelabu



Tidak biru dan kelabu



13



Bau setelah dinetralkan dengan borat



Tidak boleh berbau busuk



Tidak boleh berbau busuk



Sumber: Thio Goan Loo, 1980. (Tim Penulis PS., 1999) Tabel 1. standar mutu lateks pekat pusingan dan lateks dadih Standar Mutu Lateks Pekat berdasarkan SNI 06-3139-1992 adalah sebagai berikut: No Jenis uji Metode Metode Sentrifugasi Sentrifugasi Amonia Tinggi Amonia Rendah 1 Kadar jumlah padatan min, % 61,5 61,5 2 Kadar karet kering min, % 60,0 60,0 3 4



5 6 7 8 9



Selisih kadar jumlah padatan dengan kadar karet kering maks, % Total alkalinitas dihitung sebagai amonia (NH3) sebagai % lateks Bilangan KOH, maks Waktu Kematapan Mekanik min, detik Bilangan asam lemak, maks



2,0



2,0



Min 0,60



Max 0,29



0,80 650



0,80 650



0,2 g KOH/ 0,2 g KOH/ 100 g TS 100g TS Tidak berwarna biru atau abu-abu Tidak berbau busuk



Warna secara inspeksi visual Aroma setelah dinetralisasi dengan asam borat Tabel 2. Standar Mutu Lateks Pekat berdasarkan SNI 06-3139-1992



Karakteristik lateks pekat memiliki tujuan untuk mengetahui kondisi lateks pekat karena sebagai bahan alam yang pada dasarnya mampu mengalami perubahan-perubahan tidak menentu (tidak konsisten) bergantung pada musim, cuaca, penyadapan dan lain sebagainya. Menurut Sayuradi (2016), bahwa terdapat beberapa karakteristik yang dimiliki oleh lateks pekat, antara lain, sebagai berikut:



1. Nilai Mutu Lateks memiliki nilai mutu yang bergantung terhadap kadar amoniak yang dikandung pada lateks. Kandungan amoniak pada lateks akan membuat lateks pekat menjadi cepat membusuk. Pembusukan lateks dapat ditandai dengan tingginya bilangan ALE. Bilangan ALE merupakan kandungan karbohidrat pada lateks yang berubah. Dalam pasar penjualan, lateks yang memiliki bilangan AlE rendah memiliki rasio lebih besar disukai oleh konsumen. Tingginya bilangan ALE dapat dikurangi dengan menambahkan pengawet sekunder yaitu Tetram etiliuram disulfida Zinkoksida (TZ) sebanyak 10% (Sayuradi, 2016).



2. Waktu Kemantapan Mekanis Waktu kemantapan mekanis merupakan waktu yang dibutuhkan untuk memulai menunjukkan koagulasi bila dipusingkan dengan kecepatan 14000 rpm. Nilai waktu ini akan mengambarkan kemudahan bagi lateks pekat untuk memgalami penggumpalan selama proses penyimpanan. Pada umumnya, lateks komersial memiliki kemantapan mekanik yang lebih tinggi walaupun hanya diperam selama tujuh hari.



3. Bilangan Asam Lemak Eteris Bilangan asam lemak eteris adalah salah satu uji khusus yang dilakukan untuk menggambarkan tingkat pengawetan pada lateks pekat. Bilangan ALE maksimum yang terkandung pada lateks pekat adalah 0,2 berdasarkan mutu lateks ASTM D. 1076-1997. Bilangan ALE juga mempu mengindikasikan bahwa jenis lateks pekat yang telah diuji dapat digunakan sebagai bahan baku jadi lateks.



4. pH pH perekat pada lateks pekat pada umumnya bekisar sekitar 9-11.Menurut Palupi, dkk (2008) bahwa tingginya pH perekat pada lateks pekat dipengaruhi oleh keberadaan ammonia dalam perekat yang berfungsi sebagai pengawet pada lateks pekat.pH pada lateks pekat tergolong basa dan tidak mampu menimbulkan korosif pada mesin pelaburan ataupun pengempaan kayu lapis.



KESIMPULAN 1. Lateks pekat adalah jenis karet yang berbentuk cairan pekat, tidak berbentuk lembaran atau padatan lainnya. Biasanya lateks pekat banyak digunakan untuk pembuatan bahan karet tipis dan bermutu tinggi 2. Lateks pekat merupakan lateks yang mempunyai nilai kadar karet kering sekitar 60%. Pada pengolahan lateks pekat akan memberikan perubahan pada Kadar Karet Kering (KKK), dengan nilai awal 28-30% menjadi 6064%. 3. Pemekatan lateks alam dilakukan dengan menggunakan empat cara atau metode yaitu metode sentrifugasi, metode pendadihan, metode penguapan, dan metode elektrodekantasi. 4. Prinsip pengolahan lateks pekat didasarkan pada perbedaan berat jenis partikel karet dengan serum. Berat jenis partikel lebih kecil yaitu 0,904, sedangkan berat jenis serum lebih besar yaitu 1,024. 5. Standar Mutu Lateks Pekat berdasarkan SNI 06-3139-1992 adalah kadar karet kering dengan nilai minimum 60%, selisih kadar karet kering dengan kadar jumlah padatan maksimal 2%, bilangan KOH maksimal 0,80, bilangan asam lemak 0,2 g KOH/100 g TS, memiliki warna tidak biru atau abu-abuan dan memiliki aroma yang tidak berbau busuk ketika sudah dinetralisasi dengan asam borat.



DAFTAR PUSTAKA Nurhayati, C. dan O. Andayani. 2015. Pengolahan lateks pekat proses dadih menggunakan garam alginat hasil ekstraksi rumput laut untuk produk busa. Jurnal Dinamika Penelitian Industri. 26(1): 49-58. Ochigbo, S. S., R. A. Lafia-Araga, dan M. A. T. Suleiman. 2011. Comparison of two creaming methods for preparation of natural rubber latex concentrates from field latex. African Journal of Agricultural Research. 6(12): 2916-2919. Palupi, N. P., Sailah, I., Syamsu, Y., Pandji, C. 2008. Karakteristik perekat siklo karet alam (adhesive characetization of natural rubber cyclo). Universitas Mulawarman, Institut Teknologi Bogor, dan Departemen Teknologi Industri Pertanian. Jurnal Teknologi Pertanian. Vol. 4 (1). Hal. 19-24. ISSN: 1858-2419. Prastanto, H., A. F. Falaah, dan D. R. Maspanger. 2014. Pemekatan lateks kebun secara cepat dengan proses sentrifugasi putaran rendah. Jurnal Penelitian Karet. 32(2): 181-188. Sayurandi. 2016. Karakteristik lateks beberapa klon karetirr seri 200 dipengujian plot promosi (latex characteristics of some rubber clones firr 200 series in plot promotion trial). Balai Penelitian Sungei Putih. Setyamidjaja, D. 2012. Karet Cetakan ke-13. Kanisius, Yogyakarta. Thio Goan Loo, 1980. Tuntunan Praktis Mengelola Karet Alam. PT. Kinta. Jakarta Verhaar, G., 1973. Processing of Natural Rubber. Bull. FAO Series No. 20 FAO, Rome. Tim Penulis PS. 2008. Panduan Lengkap Karet. Penebar Swadaya, Jakarta. Vachlepi, A. 2017. Teknologi Bokar Bersih dan Lateks Pekat. Komite Akreditasi Nasional, Jakarta Pusat. Yasinta, R. Edison, dan Maryanti. 2019. Teknologi pembuatan lateks dadih melalui proses penggetaran. Jurnal Agro Industri Perkebunan. 7(1): 5158.