Penyaringan Dan Titrasi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

I. PENDAHULUAN



A. Judul Percobaan a. Penyaringan b. Titrasi



B. Tujuan Praktikum a. Mengetahui cara menggunakan kertas saring untuk menyaring endapan hasil reaksi kimia dan mengamati warna, bau, dan endapan yang terbentuk dari hasil penyaringan. b. Menghitung normalitas HCl dan melatih ketrampilan melakukan titrasi.



II. METODE



A. Penyaringan 1. Alat dan Bahan Alat: a. Pro pipet b. Pipet ukur c. Gelas beker d. Kertas saring e. Corong f. Erlenmeyer Bahan: a. H2SO4 0,1 N 5 ml b. Larutan Pb asetat 0,01 N 5 ml 2. Cara Kerja Larutan Pb asetat sebanyak 5 ml dimasukkan ke dalam gelas beker. Kemudian, larutan H2SO4 sebanyak 5 ml ditambahkan ke dalam gelas beker tersebut. Amati warna, endapan, dan bau yang muncul dari hasil pencampuran. Kertas saring dilipat seperempat lingkaran. Corong dibasahi dengan aquades dan kertas saring dimasukkan ke dalam corong untuk melapisi corong bagian dalam. Corong diletakkan pada bagian atas Erlenmeyer. Cairan hasil pencampuran antara Pb asetat dan H2SO4 dituang ke corong sehingga hasilnya akan masuk ke dalam Erlenmeyer. Amati perubahan warna, endapan, dan bau yang terjadi.



B. Titrasi 1. Alat dan Bahan Alat: a. Pro pipet b. Pipet ukur c. Buret d. Erlenmeyer Bahan: a. Larutan HCl b. Larutan NaOH 0,1 N c. Indikator Phenolphtalein (PP) d. Aquades 2. Cara Kerja Buret dibilas dengan aquades. Kemudian, buret diisi dengan NaOH 0,1 N sampai skala nol. Larutan HCl sebanyak 20 ml dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan ditambahkan dengan indikator PP sebanyak 2 tetes. Kran buret dibuka, NaOH diteteskan pelan-pelan ke Erlenmeyer sambil Erlenmeyer digoyang. Titrasi dihentikan sampai warna larutan menjadi merah muda. Catat berapa ml NaOH yang dipakai dengan melihat cairan dalam buret. Normalitas larutan yang dititrasi dihitung dengan menggunakan rumus: V1 x N1 = V2 x N2.



III. HASIL DAN PEMBAHASAN



A. Penyaringan Tabel 1. Hasil Penyaringan Sebelum disaring



Sesudah disaring



Warna



Putih keruh



Bening



Bau



Asam



Sedikit asam



Endapan



Ada



Tidak ada



Penyaringan adalah metode pemisahan untuk memisahkan zat padat dari cairannya dengan menggunakan alat berpori. Dasar pemisahan metode ini adalah perbedaan ukuran partikel antara pelarut dan zat terlarutnya. Penyaring akan menahan zat padat yang mempunyai ukuran partikel lebih besar dari pori saringan dan meneruskan pelarutnya. Metode ini dimanfaatkan untuk membersihkan air dari sampah pada pengolahan air, menjernihkan preparat kimia di laboratorium, menghilangkan pirogen (pengotor) pada air suntik injeksi dan obat-obat injeksi, dan membersihkan sirup dari kotoran pada gula. (Rahayu.2008). Tujuan



dari



penyaringan



adalah



untuk



memisahkan



padatan



tersuspensi dari dalam air yang diolah. Pada penerapannya, filtrasi digunakan untuk menghilangkan sisa padatan tersuspensi yang tidak terendapkan pada proses sedimentasi. (Setiyono.2009). Ada dua jenis penyaringan yang umum digunakan, yaitu penyaringan lambat dan penyaringan cepat. Penyaringan lambat adalah penyaringan dengan memanfaatkan energi potensial air itu sendiri dan dilakukan secara terbuka dengan tekanan atmosferik. Penyaringan cepat adalah penyaringan



dengan menggunakan tekanan yang melebihi tekanan atmosferik, biasanya menggunakan pompa. (Setiyono.2009). Dalam melakukan proses penyaringan, kita membutuhkan kertas saring, pengaduk, dan corong. Kertas saring berfungsi untuk menahan partikel padat yang mempunyai ukuran lebih besar dari pori saringan. Kertas saring diletakkan pada corong bagian dalam. Corong (Funnel) digunakan untuk memindahkan cairan dari wadah satu ke wadah yang lain terutama pada wadah yang berdiameter kecil. Corong juga dapat membantu penyaringan dengan menaruh kertas saring pada mulut corong. (David.2013). Sementara, pengaduk digunakan untuk mengaduk larutan dalam kertas saring yang diletakkan pada mulut corong. Dengan demikian, cairan lebih cepat masuk ke dalam Erlenmeyer/gelas beker dan padatan tertinggal di kertas saring. Pada percobaan ini, Pb asetat direaksikan dengan asam sulfat dengan reaksi kimia sebagai berikut: Pb(CH3COO)2 + H2SO4



Pb(SO4) + 2 CH3COOH



Berdasarkan reaksi di atas, Pb(CH3COO)2 menghasilkan ion Pb2+ dan CH3COO-, yang kemudian bereaksi dengan ion yang terbentuk dari H2SO4 yaitu H+ dan SO42- dengan persamaan reaksi sebagai berikut: Pb2+ + 2 CH3COO-



Pb(CH3COO)2 H2SO4



2 H+ + SO42-



Dalam reaksi Pb(CH3COO)2 dan H2SO4,



Pb2+ bereaksi dengan SO42-



sehingga menghasilkan endapan Pb(SO4). Sementara, 2 CH3COO- akan bereaksi dengan 2 H+ menghasilkan 2 CH3COOH. Pada hasil penyaringan Pb asetat dengan asam sulfat terjadi perubahan warna, bau, dan endapan. Sebelum dilakukan penyaringan, warna larutan putih keruh, bau asam lebih menyengat, dan terbentuk endapan berwarna putih. Sesudah dilakukan penyaringan dengan kertas saring, warna larutan dalam Erlenmeyer menjadi bening, bau asam berkurang dan tidak ada



endapan. Endapan tertahan pada pori-pori kertas saring berupa butiran-butiran berwarna putih. Berdasarkan arti penyaringan yang berarti memisahkan padatan dari cairan, maka percobaan di atas berhasil karena mampu memisahkan partikelpartikel padat dalam larutan sehingga larutan menjadi bening setelah penyaringan.



B. Titrasi Tabel 2. Hasil Titrasi Ulangan



V Titran 17,5 ml



Warna sebelum titrasi Bening



Warna sesudah titrasi Merah muda



Normalitas HCl 0,09 N



1 2



17,4 ml



Bening



Merah muda



0,09 N



Titrasi adalah tata cara untuk melakukan reaksi kimia antara dua larutan, dengan penambahan yang bisa diatur dari suatu larutan (dari buret) ke larutan lainnya. (Petrucci.1989). Dalam titrasi, larutan yang sudah diketahui konsentrasinya, yang disebut larutan standar, ditambahkan secara perlahan-lahan ke larutan lainnya yang belum diketahui konsentrasinya, sampai reaksi kimia antara dua larutan tersebut selesai. Jika kita mengetahui volume larutan standar, volume larutan yang belum mempunyai konsentrasi, dan konsentrasi larutan standar, kita dapat menghitung konsentrasi larutan yang belum mempunyai konsentrasi. (Chang.1998). Ada beberapa jenis titrasi (Zackiyah.2012) sebagai berikut: 1. Titrasi Asam basa Titrasi asam-basa adalah reaksi penetralan. Jika larutan bakunya asam disebut asidimetri. Jika larutan bakunya basa disebut alkalimetri.



2. Titrasi Redoks Titrasi antara analit dan titran yang melibatkan reaksi reduksi dan oksidasi. Syarat titrasi redoks adalah dalam keadaan tertentu hanya satu reaksi yang terjadi, titik ekuivalennya reaksi harus berkesudahan, dan harus ada indikator untuk menunjukkan titik akhir titrasi. 3. Titrasi Bebas air Titrasi yang menggunakan pelarut organik sebagai pengganti air. Banyak digunakan dalam sediaan farmasi. Titik akhir titrasi bebas air dapat ditentukan dengan metode potensiometri atau dengan penambahan indikator. Jenis titrasi pada percobaan ini adalah titrasi asam-basa. Larutan NaOH sebagai larutan baku yang bersifat basa sehingga disebut juga titrasi alkalimetri. Titrasi asam-basa masih dibagi menjadi titrasi asam kuat-basa kuat, titrasi asam lemah-basa kuat, titrasi basa lemah-asam kuat, titrasi asam kuat-garam dari asam lemah, titrasi basa kuat-garam dari basa lemah. (Zackiyah.2012). Ada beberapa unsur penting yang perlu dijelaskan dalam titrasi asambasa, yaitu: 1. Titran Titran disebut juga larutan standar. Titran adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya. (Zumdahl.1997). 2. Indikator Indikator adalah sebuah zat yang ditambahkan pada permulaan titrasi yang kemudian akan mengubah warna pada saat menjelang titik ekuivalen. (Zumdahl.1997). Salah satu indikator yang sering digunakan adalah Phenolptalein, yang kurang berwarna pada larutan asam dan netral tetapi berubah menjadi pink kemerah-merahan dalam larutan basa ketika titik ekuivalen tercapai. (Chang. 1998).



3. Titik akhir titrasi Titik di mana indikator



berubah



warna



dengan



sesungguhnya.



(Zumdahl.1997). Titik akhir titrasi terjadi ketika ion OH- mengubah warna indikator secara tetap pada warna sebenarnya dalam larutan basa. (Silberberg.2006). 4. Titik ekuivalen Titik di mana larutan asam telah bereaksi secara sempurna atau telah dinetralkan oleh larutan basa. Titik ekuivalen biasanya ditandai dengan perubahan warna yang mencolok pada larutan asam. (Chang.1998). Pada percobaan titrasi ini, kita menggunakan alat seperti buret, pipet ukur, dan pro pipet. Buret biasanya digunakan untuk melakukan titrasi. Dalam proses titrasi, buret berfungsi untuk meneteskan suatu larutan yang telah diketahui konsentrasinya dengan ukuran volume tertentu ke larutan yang belum diketahui konsentrasinya. (Zumdahl.1997). Sementara, pipet ukur berfungsi untuk mengambil larutan dengan ukuran tertentu dan pro pipet untuk memudahkan pengambilan larutan dengan menaikkan dan menurunkan larutan yang diinginkan. Reaksi kimia yang terjadi pada percobaan ini, yaitu: HCl + NaOH



NaCl + H2O



Berdasarkan reaksi di atas, HCl akan menghasilkan ion H+ dan Cl-, yang kemudian bereaksi dengan ion-ion yang terbentuk dari NaOH, yaitu Na+ dan OH- dengan bentuk reaksi seperti berikut: HCl NaOH



H+ + ClNa+ + OH-



Dalam reaksi ini terjadi perubahan warna sebelum titrasi dan sesudah titrasi. Warna sebelum titrasi adalah bening sedangkan warna sesudah titrasi menjadi merah muda. Normalitas HCl adalah 0,09 N. Normalitas HCl dapat diketahui dengan menggunakan rumus: V1 x N1 = V2 x N2.



Ada tiga syarat agar titrasi dapat berhasil,yaitu: 1. Reaksi yang tepat antara titran dan larutan yang ingin dicari konsentrasinya harus diketahui. 2. Titik stoikiometri atau ekuivalen harus dilihat secara cermat dan teliti. 3. Volume titran yang dibutuhkan untuk mencapai titik stoikiometri harus diketahui secara akurat. (Zumdahl.1997). Berdasarkan tiga syarat di atas, maka percobaan titrasi sesuai karena dapat melihat titik stoikiometri secara cermat dan mengetahui volume titran secara akurat sehingga dapat menghitung konsentrasi larutan yang dicari. Selain itu, terjadi perubahan warna setelah titrasi yang menunjukkan bahwa reaksi terjadi secara tepat.



IV. KESIMPULAN



A. Penyaringan Berdasarkan hasil percobaan penyaringan dapat disimpulkan bahwa: 1. Penyaringan adalah metode pemisahan untuk memisahkan zat padat dari cairannya dengan menggunakan alat berpori. 2. Penyaring akan menahan zat padat yang mempunyai ukuran partikel lebih besar dari pori saringan dan meneruskan pelarutnya. 3. Filtrasi digunakan untuk menghilangkan sisa padatan tersuspensi yang tidak terendapkan pada proses sedimentasi. 4. Kertas saring berfungsi untuk menahan partikel padat yang mempunyai ukuran lebih besar dari pori saringan. 5. Reaksi kimia yang terjadi antara larutan Pb asetat dan asam sulfat adalah Pb(CH3COO)2 + H2SO4



Pb(SO4) + 2 CH3COOH



6. Sebelum penyaringan, larutan Pb asetat dan asam sulfat memiliki warna yang keruh, berbau asam menyengat, dan terjadi endapan berupa butiran-butiran berwarna putih. 7. Setelah penyaringan, larutan Pb asetat dan asam sulfat memiliki warna yang bening, bau asam tidak menyengat, dan tidak terjadi endapan pada larutan. Hal ini dikarenakan endapan telah disaring oleh kertas saring.



B. Titrasi Berdasarkan hasil percobaan Titrasi, dapat disimpulkan bahwa: 1. Dalam titrasi, larutan yang sudah diketahui konsentrasinya, yang disebut larutan standar, ditambahkan secara perlahan-lahan ke larutan lainnya yang belum diketahui konsentrasinya, sampai reaksi kimia antara dua larutan tersebut selesai. 2. Reaksi kimia yang terjadi adalah HCl + NaOH



NaCl + H2O



3. Volume titran rata-rata yang diperoleh adalah 17,45 ml. 4. Normalitas HCl yang diperoleh adalah 0,09 N. 5. Warna sebelum titrasi adalah bening, sedangkan warna setelah titrasi adalah merah muda.



DAFTAR PUSTAKA Chang, R.1998.Chemistry.6th Ed.McGraw-Hill.Inc.USA. David.2013.Kultur Jaringan Skala 1.000 Kultur. www.kulturjaringan.com. 21 September 2014. Petrucci,



Ralph



H.



dan



Suminar.1989.Kimia



Dasar;Prinsip



dan



Terapan



Modern;Edisi Keempat-Jilid1.Erlangga,Bogor. Setiyono.2009.Disain Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan ReUse Air di Lingkungan Perhotelan. Jurnal Air Indonesia 5(2): 162-172. Silberberg, Martin S.2006.Chemistry;The Molecular Nature Of Matter and Change;Fourth Edition.The McGraw-Hill Companies Inc. New York. Zackiyah.2012.Titrasi_Redoks.http://file.upi.edu/browse.php?dir=Direktori/FPMIPA/ JUR._PEND._KIMIA/195912291991012-ZACKIYAH/Titrasi_redoks.pdf. 21 September 2014. _______.2012.Titrasi_asambasa.http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._ KIMIA/195912291991012-ZACKIYAH/Titrasi_asam-basa.pdf. 22 September 2014. _______.2012.Titrasi_Bebas_air.http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND. _KIMIA/195912291991012-ZACKIYAH/Titrasi_bebas_air.pdf. 22 September 2014. Zumdahl.1997.Chemistry;Fourth Edition.Houghton Mifflin Company.USA.