Peran Ki Gede Sebayu Sebagai Pendiri Kota Tegal Rev 2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KI GEDE SEBAYU: TOKOH REVOLUSI MENTAL BAGI GENERASI MUDA (Oleh: Andini Anastasia Putri - Kelas XI IPS 2 - SMA Negeri 1 Tegal) A. Latar Belakang Sejarah Tegal tidak dapat dilepaskan dari tokoh Ki Gede Sebayu. Namanya dikaitkan dengan trah Majapahit, karena sang ayah Pangeran Onje adalah keturunan Batara Katong Adipati Ponorogo yang masih memiliki kaitan dengan keturunan dinasti Majapahit. (Sugeng Priyadi dalam Rahmawati, 2011: 58) Tegal adalah wilayah yang kaya akan jejak peninggalan kesejarahan sebagai penanda bahwa Tegal sebagai kawasan tak dapat dilepaskan dari keterkaitan garis sejarah hingga membentuk kawasan sekarang ini. Penekanan pada bidang pertanian misalnya, tak dapat dilepaskan dari kondisi wilayah dan akar kesejarahan Tegal yang mengembangkan kapasitasnya selaku wilayah agraris. Secara historis dijelaskan bahwa eksistensi Tegal ini tidak dapat dilepaskan dari peran Ki Gede Sebayu. Bangsawan ini adalah saudara dari Raden Benowo yang pernah pergi ke arah barat sampai di tepi sungai Gung. Melihat kesuburan tanahnya, Ki Gede Sebayu berniat bersama-sama penduduk meningkatkan hasil pertanian dengan memperluas lahan serta membuat saluran pengairan. Kemudian daerah tersebut dinamakan Tegal. Menurut catatan perjalanan De Graaf dalam Soetjiptoni (2007: 18), Tradisi keagrarisan Tegal dimulai dari tokoh Ki Gede Sebayu juru demung trah Pajang. Bahkan kalau dirunut keagrarisan itu dimulai semenjak Mataram Kuno.Kesaksian ini diperkuat denga ditemukannya artefak kuno dan candi di Pedagangan. Bahkan Tegal kerapkali dikaitkan dengan kerajaan Pajang dan Mataram Islam yang cenderung kekuasaan dengan basis pada agraris. Banyak masyarakat di Tegal, terutama para generasi muda yang tidak mengetahui sosok Ki Gede Sebayu dan peran yang dilakukan oleh Ki Gede Sebayu sebagai pahlawan dalam sejarah pembangunan Tegal (Kompasiana, 2012: 1). Berdasarkan hasil penyebaran angket kepada 30 siswa SMA N 1 Tegal jurusan IPS, menyatakan bahwa hanya 43,3% dari 30 siswa mengetahui sosok Ki Gede Sebayu dan hanya 20% siswa yang mengetahui peran Ki Gede Sebayu dalam



pembangunan Tegal. Tetapi 80% dari 30 siswa ingin mengetahui sosok Ki Gede Sebayu serta perannya dalam sejarah pembangunan Tegal. Tabel 1. Angket Pengetahuan Siswa terhadap Sosok Ki Gede Sebayu



No



Pertanyaan



Ya



Tidak



1



Tahukah Anda sosok ki Gede Sebayu?



43,3%



56,7%



2



Tahukan Anda bahwa Ki Gede Sebayu memiliki peran penting dalam pembangunan di Tegal?



20%



80%



3



Apakah Anda ingin mengetahui sosok Ki Gede Sebayu dan perannya dalam sejarah pembangunan Tegal?



80%



20%



Oleh karena itu, melalui esai ini, penulis berupaya untuk mengangkat sosok Ki Gede Sebayu dan perannya dalam sejarah berdirinya Tegal dan upaya yang dapat dilakukan untuk mengenalkan Ki Gede Sebayu dan menjadikannya sebagai panutan untuk generasi muda. A. Perjalanan Ki Gede Sebayu ke Tegal Pada saat Kesultanan Pajang dipegang oleh Aryo Pangiri, Kesultanan Pajang porak-poranda. Raden Aryo Pangiri bertindak sewenang-wenang dan tidak bijaksana. Akibatnya dimana-mana timbul banyak kerusuhan, maling, rampok, dan pemerkosaan. Kerabat kerajaan yang mengetahui keadaan internal kerajaan dan merasakan pahitnya pergolakan politik harus menghadapi dua pilihan, yaitu tetap bertahan di Pajang atau melepaskan diri dari kerusuhan yang menyengsarakan dan paling tidak bisa menjauh dengan hidup tenang (Hamam, 2005: 99). Salah satunya adalah Ki Gede Sebayu yang termasuk kerabat keraton Pajang. Kerusuhan yang menyebabkan kesengsaraan rakyat kecil itu berlangsung satu tahun dan telah membuka hati Ki Gede Sebayu. Ki Gede Sebayu merupakan tokoh keraton yang memiliki tingkat wawasan, pola pikir, dan ilmu tinggi.



Ki Gede Sebayu lebih suka berfikir ke depan dan kemudian memilih memisahkan diri dari Pajang dan menyelamatkan rakyat kecil dari keserakahan yang telah dibangun oleh Arya Pangiri. (De Graaf dalam Hamam, 2005: 99) Rencana kepergiannya terdengar oleh sebagian masyarakat dan mereka ingin mengikuti jejak Ki Gede Sebayu. Menurut Mangun (1992:5), Perjalanan Ki Gede Sebayu dan pengikutnya diteruskan memasuki Hutan Gunung Kendeng yang terkenal ganas. Di hutan itu masih banyak dihuni binatang buas dan pohonpohon besar. Beberapa kesulitan dan rintangan menghadang rombongan Ki Gede Sebayu. Semua halangan dipandang sebagai hal yang biasa bagi sebuah perjuangan. Kesulitan yang dilalui akan dibalas oleh kemudahan-kemudahan di kemudian hari dan bukanlah hal yang sia-sia. Dalam hal tersebut menandakan bahwa Ki Gede Sebayu merupakan sosok yang pemberani, tidak mudah putus asa dan menerima segala sesuatu yang dilalui dengan ikhlas. Setelah melewati berbagai halangan, sampailah perjalanan rombongan Ki Gede Sebayu di Desa Taji. Saat Ki Gede Sebayu dan pengikutnya sedang beristirahat, datanglah seorang yang bernama Ki Gede Karanglo yang ternyata masih bersaudara dengan Ki Gede Sebayu. Setelah bercakap-cakap, Ki Gede Sebayu berpamitan dan meminta doa restu untuk melanjutkan perjalanan. Setelah itu Ki Gede Sebayu melanjutkan perjalanan ke arah barat, menuju daerah Purbalingga dengan tujuan ziarah ke makam orang tuanya yaitu Pangeran Onje yang dulu merupakan adipati Purbalingga. Ki Gede Sebayu tidak singgah di Purbalingga dan meneruskan perjalannya (Hamam, 2005: 111) Dalam hal tersebut, menunjukan bahwa Ki Gede Sebayu bukan seseorang yang menggantungkan hidupnya atas nama orang tuanya dan lebih suka berkarya dan percaya pada diri sendiri. Padahal jika dia singgah di Purbalingga, kemungkinan akan diterima di oleh penguasa Purbalingga pada saat itu. Pada akhirnya mereka bisa sampai di desa Pelawangan dengan selamat. Dari Desa Pelawangan, mereka menyisir pantai utara ke arah barat hingga di tepi Kali Gung. Ki Gede Sebayu disambut oleh masyarakat sekitar kemudian diantarkan ke rumah Ki Gede Wonokusumo yang merupakan sesepuh di daerah



tersebut untuk menetap sementara. Ki Gede Wonokusuma dengan ramah menerima kedatangan mereka. (Hamam, 2005: 113) B. Strategi Awal Ki Gede Sebayu dalam Membangun Tegal Ki



Gede



Sebayu



menceritakan



kedatangannya



pada



Ki



Gede



Wonokusuma. Kedatangan Ki Gede Sebayu dengan maksud “Mbabat Alas” membangun masyarakat Tegal disambut gembira. Ki Gede Sebayu dengan sangat bijak mengatur sedemikian rupa penempatan para pengikutnya sesuai keterampilan dan keahliannya. Mereka yang memiliki ketrampilan kerajinan dan pertukangan, ditempatkan di daerah pusat perdagangan dan perniagaan. Misalnya pertukangan kayu, pertukangan batu, pertukangan pandai besi, jait-menjait, pertukangan pembuat alat-alat dapur dan pertukangan emas. Adapun orang-orang yang memiliki bidang ahli pertanian, mereka ditempatkan di daerah pertanian dataran rendah maupun dataran tinggi. Sedangkan yang memiliki ahli keemasan dan ahli menenun (menganti benang) memilih menetap dimana sekarang bernama Dukuh Menganti (Dukuh Karangmangu) Desa Kalisoka Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal (Mangun, 1992: 7). Ki Gede Sebayu sangat luas pandangan dan wawasannya serta kreatif sehingga dapat merancang pola strategi pembagian keahlian tersebut. Ki Gede Sebayu selalu menanamkan jiwa wiraswasta yang mengarah kepada kepercayaan pada diri sendiri dan tidak selalu bergantung kepada orang lain. Ki Gede Sebayu merupakan sosok religius yang mengutamakan nilai-nilai agama. Menurut Soetjiptoni (2007: 22), Disamping melaksanakan pembangunan fisik, Ki Gede Sebayu juga mengutamakan pembangunan rohani. Diantaranya dengan membangun masjid dan mendirikan pondok pesantren di Dukuh Pesantren sebagai tempat kegiatan agama masyarakat sekitar). C. Ki Gede Sebayu Pelopor Pembangunan Bidang Pertanian di Tegal Bermacam-macam usaha Ki Gede Sebayu telah lakukan dalam usaha meningkatkan penghidupan rakyat di Tegal telah dilakukan, namun Ki Gede Sebayu masih merasa belum puas. Ki Gede Sebayu merupakan sosok yang tanggap terhadap perkembangan zaman. Maka, ntuk menuju bertani yang baik,



maka Ki Gede Sebayu mengajak masyarakat untuk membangun irigasi, saluran air dan pengaturannya. Sehingga para petani yang bercocok tanam tidak hanya bergantung pada curah hujan,tetapi mengembangkan pertanian kering menjadi pertanian basah (persawahan irigasi). Ki Gede Sebayu disertai pengikutnya pergi mencar sumber air. Ketika perjalanan mereka sampai di lereng Gunung Salapi, Ki Gede Sebayu memutuskan di tempat ini paling cocok membuat bendungan. Rencana pembangunan bendungan air terdengar sampai ke pelosok wilayah Tegal. Berbondong-bondong masyarakat datang ke padepokan Karangmangu. Kepada Ki Gede Sebayu mereka menyatakan siap membantu. Ki Gede Sebayu, keluarganya dan beberapa pengikutnya sementara waktu pindah ke Desa Timbang Reja, Kecamatan Lebaksiu. Tidak lama rakyat dari pelosok Tegal berdatangan menyusul Ki Gede Sebayu ke Desa Timbang Reja. Mereka membawa bermacam-macam peralatan seperti: cangkul, sekop, garpu, linggis dan lain-lain. (Achmad Mangun, 1992) Pada



pertengahan



bulan



Dul’kaidah



(Bulan Apit)



pembangunan



bendungan dimulai.Dengan semangat mulai hari itu rakyat bekerja beramai-ramai. Batu-batu besar digulingkan dari atas ke pematang, didongkel, diangkat dan ditata sedemikian rupa. Dalam hal tersebut dapat disimpulkan bahwa Ki Gede Sebayu mengajarkan kepada rakyatnya untuk selalu gotong-royong demi kepentingan bersama. Pekerjaan berjalan dari hari ke hari dari minggu ke minggu, namun setelah pekerjaan berjalan kurang lebih satu setengah bulan tampak semangatnya mulai kurang. Di samping karena kecapaian, rupanya dikarenakan rasa takut akibat banyak yang mengalami kecelakaan. Keadaan tersebut sangat diperhatikan Ki Gede Sebayu. Oleh karena itu, Ki Gede Sebayu memustuskan untuk mengistirahatkan masyarakat terlebih dahulu dalam pembangunan bendungan tersebut dan ia memutuskan untuk bertapa di tempat yang sekarang bernama Desa Sesepan dan Desa Weringin Jenggot, Kecamatan Balapulang. Setelah beberapa waktu lamanya Ki Gede Sebayu bertapa,akhirnya memperoleh petunjuk dari Tuhan dalam menangani pekerjaan membendung kali. Akhirnya, setelah melewati berbagai macam rintangan, pembangunan Bendungan Kali Gung atau Bendungan Danawarih selesai. Pada malam Jum’at



Pahing Ki Gede Sebayu mengadakan tasyakuran atas selesainya bendungan Kali Gung dan sekaligus berpamitan kepada masyarakat Timbang Reja untuk kembali ke Padepokan di Karangmangu bersama keluarganya. Ki Gede Sebayu kemudian berpesan kepada masyarakat di sekitar bendungan antara lain: 1) Di daerah ini sejalan perubahan jaman dinamakan Desa Danawarih yang berarti memberi air; 2) Setelah Ki Gede Sebayu meninggal, dia berpesan supaya dimakamkan tidak jauh dari bendungan bersama kuburan rakyat yang meninggal pada saat membangun bendungan; 3) Diharapkan masyarakat tiap Rabu dan akhir Bulan Sapar mengadakan tasyakuran hari jadi Bendungan Kali Gung di lokasi yang dinamakan Wangan Jimat. Semenjak ada Bendungan Kali Gung, maka Tegal banyak dibuka lahan persawahan baru yang tidak lagi mengandalkan musim hujan untuk mulai tanam karena air dari Bendungan Kali Gung selalu tersedia.Semenjak itu pula terkenalah jasa-jasa Ki Gede Sebayu sebagai pelopor cikal bakal pembangunan disegala bidang khususnya di bidang pertanian di Tegal. D. Ki



Gede



Sebayu,



Kelanjutan



dalam



Meningkatkan



Kehidupan



Masyarakat Menurut Soetjiptono (2007), keberhasilan Ki Gede Sebayu meningkatkan taraf hidup rakyat Tegal terdengar oleh Panembahan Senopati Mataram dan Ki Gede Sebayu di anugerahkan pangkat dan kedudukan. Akhirnya pada tahun 1601 Masehi Ki Gede Sebayu oleh utusan Panembahan Senopati dari Mataram diangkat menjadi Juru Demung atau penguasa lokal Tegal. Dengan jabatan sebagai Juru Demung (Temenggung) Ki Gede Sebayu tidak berhenti berusaha untuk meningkatkan pertanian dengan membendung kali Jembangan, kali Bliruk dan kali Wadas yang letaknya di Dukuh Kemanglen. Setelah merasakan keadaan rakyat dengan penghidupannya yang baik, maka Ki Gede Sebayu berniat untuk memperbaiki bangunan masjid di daerah Kalisoka. Masjid tersebut disempurnakan dengan mengganti tiang-tiangnya yang awalnya dari bambu menjadi pohon jati yang dirobohkan oleh Pangeran Purbaya yang menikahi putri dari Ki Gede Sebayumelalui sayembara. Penyempurnaan masjid diteruskan oleh Pangeran Purbaya dan sampai sekarang masih dapat



digunakan untuk beribadah dan sekarang bernama Masjid Kewalian Kalisoka yang terdapat di Desa Kalisoka. Perjuangan Ki Gede Sebayu baru berhenti ketika telah lanjut usia dan sering mengalami sakit. Sebelum Ki Gede Sebayu meninggal, dia menyampaikan pesan kepada anak istrinya agar dia dimakamkan di dekat bendungan Kali Gung di Desa Danawarih yang makamnya masih dijaga sampai sekarang dan sering dijadikan tempat wisata religi oleh masyarakat. E. Upaya untuk Mengenalkan Sosok Ki Gede Sebayu sebagai Tokoh Revolusi Mental bagi Generasi Muda Berdasarkan uraian sejarah dan peran Ki Gede Sebayu dalam pembangunan Tegal, dapat disimpulkan bahwa Ki Gede Sebayu dapat dijadikan sebagai “Tokoh Revolusi Mental bagi Generasi Muda”. Karena Ki Gede sebayu merupakan sosok yang sabar, bijak, tidak mudah putus asa dan menerima segala sesuatu yang dilalui dengan ikhlas. Ki Gede Sebayu juga merupakan sosok memiliki semangat gotong-royong, sosok yang tidak menggantungkan hidupnya atas nama orang tuanya dan lebih suka berkarya dan percaya pada diri sendiri, sosok yang sangat luas pandangan dan wawasannya serta kreatif sehingga dapat merancang pola strategi pembagian keahlian masyarakat, sosok yang selalu menanamkan jiwa wiraswasta yang mengarah kepada kepercayaan pada diri sendiri dan tidak selalu bergantung kepada orang lain, serta sosok religius yang mengutamakan nilai-nilai agama dan tidak hanya mengutamakan nikmat dunia saja. Beberapa contoh karakter pada sosok Ki Gede Sebayu tersebut dapat dijadikan panutan bagi masyarakat, khususnya untuk generasi muda. Karena, karakter-karakter tersebut yang dibutuhkan bagi generasi muda saat ini yang membutuhkan “Revolusi Mental”, suatu gagasan yang digaungkan kembali oleh Presiden Joko Widodo agar generasi muda menjadi manusia yang berintegritas, mau bekerja keras, dan punya semangat gotong royong (Kemenkominfo, 2015). Untuk mengenalkan sosok Ki Gede Sebayu kepada generasi muda sebagai “Tokoh Revolusi Mental” tentu para generasi muda harus mengerti sejarah serta perannya dalam pembangunan Tegal.



Maka dari itu, perlu adanya upaya untuk mengenalkan sosok Ki Gede Sebayu dan perannya dalam sejarah pembangunan Tegal. Upaya yang dapat dilakukan antara lain: 1) Pemerintah Kota mengadakan lomba-lomba untuk pelajar yang mengarah ke penelitian sejarah yang ada di Tegal, sehingga para pelajar dapat mengetahui sejarah di Tegal, termasuk sejarah peran Ki Gede Sebayu di Tegal; 2) Guru sejarah mengajak siswanya untuk melalukan kunjungan ke Makam Ki Gede Sebayu yang ada di Desa Danawarih agar siswa dapat melihat secara langsung bukti peninggalan Ki Gede Sebayu dan mengetahui sejarah Ki Gede Sebayu; 3) Menyebarkan secara luas buku tentang sejarah Ki Gede Sebayu ke perpustakaan sekolah-sekolah dan tidak hanya dicetak secara terbatas agar pelajar tidak kesulitan mencari buku tersebut untuk dibaca; 4) Pembangunan suatu bangunan yang di dalamnya terdapat profil mengenai sosok dan peran Ki Gede Sebayu, disekitar Bendungan Danawarih yang kini sebagai salah satu tempat wisata. Kesimpulan Ki Gede Sebayu merupakah tokoh sejarah yang memiliki peran penting dalam pembangunan Tegal, baik dari pembangunan fisik maupun pembangunan rohani. Ki Gede Sebayu dengan sangat bijak mengatur sedemikian rupa penempatan para pengikutnya sesuai keterampilan dan keahliannya. Untuk meningkatkan kehidupan masyarakat dalam bidang pertanian, Ki Gede Sebayu membangun Bendungan Kali Gung. Dalam sejarah pembangunan Tegal, terlihat bahwa Ki Gede Sebayu merupakan sosok yang dapat dijadikan sebagai “Tokoh Revolusi Mental” bagi generasi muda. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk mengenalkan sosok Ki Gede Sebayu dan perannya dalam sejarah pembangunan Tegal. Adapun cara pengenalannya melalui: 1) Pemerintah Kota mengadakan lomba-lomba untuk pelajar yang mengarah ke penelitian sejarah yang ada di Tegal, sehingga para pelajar dapat mengetahui sejarah di Tegal, termasuk sejarah peran Ki Gede Sebayu di Tegal; 2) Guru sejarah mengajak siswanya untuk melalukan kunjungan ke Makam Ki Gede Sebayu yang ada di Desa Danawarih agar siswa dapat melihat secara langsung bukti peninggalan Ki Gede Sebayu dan mengetahui sejarah Ki



Gede Sebayu; 3) Menyebarkan secara luas buku tentang sejarah Ki Gede Sebayu ke perpustakaan sekolah-sekolah dan tidak hanya dicetak secara terbatas agar pelajar tidak kesulitan mencari buku tersebut untuk dibaca; 4) Pembangunan suatu bangunan yang di dalamnya terdapat profil mengenai sosok dan peran Ki Gede Sebayu, disekitar Bendungan Danawarih yang kini sebagai salah satu tempat wisata.



Daftar Pustaka Hamam, Ahmad. 2005. Ki Gede Sebayu Babad Negari Tegal. Tegal: Citra Bahari Animal Tegal Hamid, Hasan. 2012. Ki Gede Sebayu. http://khabdulhamidtegal.blogspot.co.id/2012/05/ki-gede-sebayu.html, diunduh pada tanggal 25 September 2016. Jakarimba, Wardoyo. 2012. Ki Gede Sebayu Pahlawan Multidimensi. http://www.kompasiana.com/jakarimba/ki-gede-sebayu-pahlawanmultidimensi_55191078813311d0739de0be, diunduh 21 September 2016 Kementrian Dalam Negeri Republik Indonesia. 2010. Profil Kota Tegal. http://www.depdagri.go.id/pages/profildaerah/kabupaten/id/33/name/jawa-tengah/detail/3376/kota-tegal, diunduh pada tanggal 20 September 2016 Mangun, Achmad. 1992. Babad Pagedongan Ki Gede Sebayu. Tegal: Pemda Kabupaten Tegal. Soetjiptoni. 2007. Ki Gede Sebayu Pendiri Pemerintahan Tegal tahun 1585-1625. Tegal: Intermedia Paramadina bekerja sama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Tegal. Tim PKP-Kemenkominfo. 2015. Revolusi Mental: Membangun Jiwa Merdeka Menuju Bangsa Besar. https://kominfo.go.id/content/detail/5932/revolusimental-membangun-jiwa-merdeka-menuju-bangsa-besar/0/artikel_gpr, diunduh 26 September 2016