Praktikum Indera Rasa Kulit [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I DASAR TEORI Indera Rasa Kulit Kulit merupakan indera peraba yang mempunyai reseptor khusus untuk sentuhan, panas, dingin, sakit, dan tekanan. Kulit terdiri dari lapisan luar yang disebut epidermis dan lapisan dalam yang disebut dermis. Epidermis terdiri dari empat



lapis sel. Dari bagian dalam ke bagian luar, pertama adlah stratum



germinativum. Kedua,



staratum granulosum yang berisi sedikit keratin yang



menyebabkan kulit sedikit keras dan kering. Sel-sel lapisan granulosum umumnya menghasilkan melanin. Lapisan ketiga merupakan stratum lusidum yang merupakan lapisan transparan. Lapisan keempat yaitu



stratum korneum atau



lapisan tanduk.



Kalsifikasi reseptor antara lain:  Berdasarkan tingkat kepekaan terhadap modalitas tertentu, antara lain : 1. Termoreseeptor ( peka terhadap perubahan suhu ) 2. Mekanoeseptor ( peka terhadap sentuhan dan tekanan ) 3. Kemoreseptor ( peka terhadap perubahan kimiawi ) 4. Osmoreseptor ( peka terhadap perubahan tekanan osmotik )  Berdasarkan sumber rangsangan reseptor terbagi atas : 1. Ekteroreseptor, terletak di permukaan tubuh dan berespons terhadap rangsangan eksterna. 2. Propioreseptor, berespons terhadap perubahan posisi dan pergerakan. 3. Interoreseptor, terletak pada alat dalam dan pembuluh darah.



Reseptor-reseptor yang terletak di alat indera peraba antara lain: a. Ujung Saraf Bebas; serat saraf sensorik aferen berakhir sebagai ujung akhir saraf bebas pada banyak jaringan tubuh dan merupakan reseptor sensorik utama dalam kulit. Beberapa saraf berhubungan dengan jaringan epitel khusus. Pada epidermis berhubungan dengan folikel rambut dan mukosa oral, akhir saraf membentuk badan akhir yang disebut dengan diskus merkel.



1



Diskus merkel merespon rangsangan getaran dan juga reseptor terhadap dingin. b. Korpuskel Peraba ( Meissiner ); korpuskel peraba terletak oada papila dermis, khususnya pada ujung jari, bibir, puting, dan genetalia. Korpuskel peraba ini peka terhadap sentuhan dan memungkinkan diskriminasi atau pembedaan dua titik. c. Korpuskel Berlamel ( Vater Paccini ); korpuskel berlamel ditemukan di jaringan subkutan pada telapak tangan, telapak kaki, jari, puting, periosteum, mesenterium, tendo, ligamen, dan genetalia eksterna. Korpuske berlamel ini berfungsi untuk menerima rangsangan tekanan dalam. d. Korpuskel Gelembung ( Krause ); korpuskel gelembung ditemukan di daerah mukokutis ( bibir dam genetalia eksterna ), pada dermis, dan berhubungan dengan rambut. Korpuskel ini berfungsi sebagai mekanoreseptor yang peka terhadap dingin. e. Korpuskulus Ruffini; korpuskulus ini ditemukan pada jaringan ikat termasuk dermis dan kapsula sendi. Korpuskulus ini terangsang oleh kontraksi otot dan untuk menerima rangsang panas. f. Spindel Neuromuskular.



Diskriminasi Titik Diskriminasi titik adalah kemampuan membedakan rangsangan kulit oleh suatu ujung benda dari dua ujung disebut diskriminasi dua titik. Berbagai daerah tubuh bervariasi dalam kemempuan membedakan dua titik pada tingkat derajat pemisahan pemisahan bervariasi. Normalnya dua titik terpisah 2-4 mm dapat dibedakan pada ujung jari tangan, 30-40 mm dapat dibedakan pada dorsum pedis.sensasi taktil dibawa ke korda spinalis oleh satu dari tiga jenis neuron sensorik yaitu, serat tipe A beta yabg besar, serat tipe A delta yang kecil, dan serat tipe C yang paling kecil.



2



Mekanoreseptor - Stimulus Taktil Perasaan taktil dapat dibedakan menjadi dua yaitu: 1. Perasaan taktil yang halus; kepekaan terhadap taktil yang halus dapat diketahui dengan menentukan jarak terdekat antara dua titik di kulit yang sekaligus distimulasi dan masih dapat dibedakan sebagai dua titik. Implus taktil ini dihantarkan melaluio fasciculus gracilis cunnaetus. 2. Perasaan taktil kasar; implus taktil ini dihantarkan melalui tractus spinothalamicus anterior. Sensasi taktil yang terdiri dari raba, tekanan dan getaran sering digolongkan sebagai sensasi terpisah, mereka semua semua dideteksi oleh jenis reseptor yang sama.



Mekanisme Sensoris Mekanisme sensoris yang dapat dirasakan dapat dibagi dalam dua golongan menurut pilogenesisnya, jalur saraf spinalnya dan daerah korteks serebri tempat mekanisme ini diintegrasikan. Golongan pertama, paleo-sensibilitas, yang meliputi rasa – rasa primitif atau rasa – rasa vital seperti rasa raba, tekan sakit, dingin dan panas. Saraf aferen dari rasa-rasa ini bersinaps dengan interneuron – interneuron yang bersinaps lagi dengan motor neuron – motor neuron dari medula spinalis dan sentrum atasan (Thalamus dan Korteks Serebri) melalui traktus Spino-Talamikus. Golongan kedua, neo-sensibilitas, yang meliputi rasa-rasa yang sangat di deferensiasikan, seperti pengenalan letak rasa tekan, diskriminasi rasa tekan, diskriminasi kekuatan rangsang , diskriminasi kekasaran, diskriminasi ukuran dan bentuk. Saraf aferen dari rasa-rasa ini menghantarkan impuls-impuls yang terutama dialirkan melalui traktus dorso-spinalis ke arah sensoris di dalam korteks serebri, setelah di integrasikan seperlunya pada pusat-pusat dibawahnya. Reseptor dingin dan reseptor hangat terletak tepat di bawah kulit, yakni pada titik-titik yang berbeda dan terpisah-pisah, dengan diameter perangsangan kira-kira 1 mm. Pada sebagian besar daerah tubuh jumlah reseptor dingin kira-kira tiga sampai sepuluh kalireseptor panas dan pada berbagai daerah tubuh



3



jumlah reseptor bervariasi, 3 -5 titik dingin pada jari-jari, dan kurang dari satu titik dingin per sentimeter persegi pada daerah permukaa ada yang luas. Sedangkan jumlah titik hangatnya lebih sedikit. Alat indera untuk nyeriadalah ujung saraf telanjang yang terdapat di hampir semua jaringan tubuh. Rangsangan raba, tekan, dan getaran dideteksi oleh jenis reseptor yang sama. Satu-satunya perbedaan dari ketiga jenis sensasi ini adalah sensasi raba umumnya disebabkan oleh perangsangan reseptor taktil di dalam kulit, sensasi tekanan biasanya disebabkan oleh perubahan bentuk jaringan yang lebih dalam, dan sensasi getara n disebabkan oleh isyaratsensoris yang berulang dengan cepat, tetapi menggunakan beberapa jenis reseptor yang sama seperti yang digunakan untuk raba dan tekanan, terutama jenis reseptor yang cepat beradaptasi. Reseptor taktil terdapat di beberapa ujung saraf bebas yang dapat ditemukan di dalam kulit dan di dalam banyak jaringan lain serta dapat mendeteksi raba dan tekanan. Reseptor raba dengan kepekaan khusus adalah korpuskuslus Meissner, suatu ujung saraf berkapsul yang merangsang serabut saraf sensoris besar bermielin. Reseptor ini terutama banyak didalam ujung jari, bibir, dan daerah kulit lain, tempat kemampuan seseorang untuk membedakan sifat-sifat ruang dari sensasi raba sangat berkembang. Reseptor-reseptor initerutama bertanggung jawab bagi kemampuan untuk mengenali dengan tepat letak tubuh bagian mana yang disentuh dan untuk mengenali tekstur benda yang diraba. Golongan paleo-sensibilities dengan golongan sistem anterolateral. Sedangkan untuk golongan neo-sensibilities, guyton menyebut dengan golongan sistemkolumna dorsalis-lemnikus medialis. Sistem anterolateral atau paleo-sensibilities mempunyaikemampuan khusus yang tidak dimiliki oleh sistem dorsalis, yaitu kemampuan unutk menjalarkan modalitas sensasi yang sangat luas.



4



BAB II HASIL PENGAMATAN



2.3.1



Paleo-sensibilitas



2.3.1.1 Rasa Panas dan Dingin A. Jari Tangan Lokasi Uraian Rasa Ka ( es ) Sakit, mati rasa, kaku Ki (air hangat) Terasa hangat pada jari Kanan-Kiri Kanan : Semakin hangat Kiri : Pada awalnya hangat, lama kelamaan terasa biasa B. Punggung Tangan Lokasi Stimulus Punggung tangan Punggung tangan Alkohol



Uraian Rasa Sejuk ( tidak panas tidak dingin ) Dingin sekali pada semua punggung tangan



2.3.1.2 Reaksi-Reaksi di Kulit No



1. 2. 3. 4.



Perlakuan



Nyeri Tekan Suhu dingin Suhu panas



Telapak Tangan 9 9 9 9



Jumlah Reseptor Rasa-Rasa Kulit Lengan Kuduk Bawah 9 9 9 9 9 9 9 9



Pipi 9 9 9 9



5



Telapak Tangan



Lengan Bawah



Kuduk



Pipi



Keterangan : Nyeri



:



Merah



Suhu dingin



:



Hijau



Tekan



:



Biru



Suhu panas



:



Coklat



2.3.2 Percobaan Neo-sensibilitas 2.3.2.1 Neosensibilitas Lokalisasi Rasa Tekan Taruh Titik Tekan dan Tunjuk Lokasi I II III Ujung Jari Telapak Tangan Lengan Bawah Lengan Atas Pipi Kuduk



1 2 1 2



5 1 2 4



4 5 3 2 6



Rerata Tepat sasaran 1,75 4 1,3 1,75 4



6



2.3.2.2 Neosensibilitas Diskriminasi Rasa Tekan A. Rangsangan Stimultan



No.



Dari kecil ke besar Jarak dua titik (mm) Rerata I II III 6 6 6 6 4 6 6 3,3 6 6 6 6 4 2 4 3,3 8 8 8 8 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 2 2



Perlakuan



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.



Telapak Tangan Lengan Bawah Lengan Atas Pipi Kuduk Bibir Lidah Depan Telinga



Dari besar ke kecil Jarak dua titik (mm) Rerata I II III 4 4 4 4 8 8 6 7,3 8 8 8 8 2 2 2 2 6 4 6 5,3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2



B. Rangsangan Berurutan



No.



Perlakuan



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.



Telapak Tangan Lengan Bawah Lengan Atas Pipi Kuduk Bibir Lidah Depan Telinga



Dari kecil ke besar Jarak dua titik (mm) Rerata I II III 6 8 8 7,3 6 6 6 6 8 8 8 8 6 4 4 4,6 8 10 10 9,3 4 2 2 2,6 4 4 4 4 4 2 4 3,3



Dari besar ke kecil Jarak dua titik (mm) Rerata I II III 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 4 4 4 4 6 10 8 8 2 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4



2.3.2.3 Diskriminasi kekuatan rangsangan atau hukum Weber-fechner Ulangan ( gr ) No.



Beban awal (g)



Rerata I



II



III



1



Beban awal 5 g



10



10



20



13,3



2



Beban awal 10 g



25



25



25



25



3



Beban awal 50 g



25



25



45



31,6



4



Beban awal 100 g



95



50



100



81,6



7



5



Beban awal 200 g



100



50



30



60



Hubungan antara beban awal terhadap beban yang dirasakan.



300 250 200 150 100 50 0 beban awal beban awal beban awal beban awal beban awal 5g 10 g 50 g 100 g 200 g



Pertanyaan  Sesuaikah hukum ini dengan hasil percobaan? Sesuai, karena menurut hukum tersebut didapatkan bahwa sebuah rangsang yang didapatkan akan lebih rendah daripada stimulus yang diberikan sehingga beban akan terasa lebih ringan dari beban asalnya. 2.3.4 Percobaan Kemampuan Diskriminasi 2.3.4.1 Kemampuan Diskriminasi Kekasaran



No. 1 2 3 4



kekasaran Jari Tangan Telapak Tangan Lengan Bawah kertas Ulangan Ulangan Ulangan gosok I II III I II III I II III 0 1 ++ ++ + + ++ + + ++ + + ++ ++ ++ + + ++ 2 + + ++ + + + + + ++ + + 4 ++ + + ++ ++ ++ + + ++ ++ ++ + + +



Kuduk Ulangan I II III ++ + + ++ ++ ++ ++ + + + ++ + + ++



8



Keterangan: ++ = semua jawaban orang coba benar + = sebagian besar jawaban orang coba benar -



= semua jawaban orang coba salah



2.3.4.2 Kemampuan Diskriminasi Bentuk



No. Bentuk 1 Bola 2 Balok



Jari Tangan Ulangan I II III ++ ++ ++ ++ + ++ ++ ++



Telapak Tangan Ulangan I II III ++ ++ ++ ++ + + ++ + + ++



3



Kubus



+



++



++



++



+



+



++



++



4



Limas



-



-



-



-



-



-



-



-



Lengan Bawah Ulangan I II III + + + + ++ ++ + + ++



Kuduk Ulangan I II III - + - + -



-



++ ++ -



++



++



+



-



+



+



-



-



-



-



-



-



-



Keterangan: ++ = semua jawaban orang coba benar + = sebagian besar jawaban orang coba benar -



= semua jawaban orang coba salah



9



BAB III PEMBAHASAN



3.1 Paleosensibilitas 3.1.1 Rasa Panas dan Dingin Percobaan rasa panas dan dingin dilakukan oleh satu orang coba. Pada percobaan ini dilakukan dengan menggunakan air es yang bersuhu 5°C , air hangat dengan suhu 40°C, dan air dengan suhu kamar 30°C. kemudian percobaan pertama dilakukan pada jari telunjuk. Langkah pertama pada percobaan ini yaitu dengan memasukkan jari telunjuk tangan kanan ke dalam air es. Pada saat itu orang coba mengakui bahwa jari telunjuk yang dicelupkan ke dalam air es terasa dingin sekali dan kaku. Kemudian langkah kedua dengan memasukkan jari telunjuk tangan kiri ke dalam air hangat. Pada kondisi tersebut jari telunjuk orang coba yang dicelupkan kedalam air hangat terasa hangat. Setelah itu telunjuk tangan kanan dan kiri secara bersamaan dimasukkan pada air yang bersuhu kamar 30°C. Pada jari telunjuk tangan kanan yang pertamanya dingin menjadi lebih hangat sedangkan pada jari telunjuk tangan kiri yang awalnya terasa hangat menjadi biasa. Selanjutya percobaan yang kedua dilakukan pada punggung tangan. Pada percobaan ini diberikan pada punggung tangan orang coba. Langkah awal adalah menempatkan punggung tangan orang coba didepan mulutnya



10



dengan jarak kurang lebih 10 cm. Kemudian orang coba meniup kulit punggung tangan secara perlahan-lahan dalam kondisi kering, terasa hembusan nafas seperti biasa tidak panas, tidak dingin tetapi terasa sejuk. Kemudian langkah selanjutnya denan stimulus alkohol dengan cara dibasahi pada punggung tangan. Setelah itu orang coba meniup punggung tangan yang dibasahi oleh alkohol. Pada tahap ini punggung tangan orang coba terasa sangat dingin. Hasil percobaan rasa panas-dingin yang kedua ini dengan perlakuan yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda pula. Pada tahap yang kedua saat punggung tangan dibasahi dengan alkohol menyebabkan tiupan nafas terasa dingin. Hal itu terjadi karena ketika alkohol pada punggung tangan ditiup oleh napas maka akan diterima oleh reseptor rasa dingin pada kulit sebagai stimulus atau rangsangan yang kemudian disampaikan ke otak sehingga timbul rasa dingin. Sedangkan pada punggung tangan yang tidak dibasahi dengan alkohol tidak akan terasa dingin karena tidak ada stimulus atau rangsangan.



3.1.2 Reaksi-reaksi di kulit Percobaan reaksi-reaksi di kulit dilakukan untuk mengetahui titik-titik rasa ( reseptor ) yang ada pada berbagai kulit di tubuh. Dalam percobaan ini dilakukan percobaan pada daerah telapak tangan, lengan bawah, kuduk dan pipi. Pada masing-masing daerah tersebut ditandai sebuah persegi dengan ukuran 3 x 3 cm. Untuk menentukan titik-titik panas pada daerah coba digunakan kerucut kuningan yang telah direndam dengan air panas yang bersuhu 500C. Setelah itu meminta orang coba untuk mengatakan apakah terdapat titik rasa panas pada kotak 3x3 cm. Sedangkan untuk menentukan titik-titik dingin dengan menggunakan kerucut kuningan yang telah direndam dalam air es. Sedangkan untuk menentukan titik nyeri digunakan jarum. Sedangkan untuk menentukan titik-titik tekan menggunakan pangkal jarum . Pada semua daerah coba dirasakan panas, dingin, nyeri dan tekan tetapi tingkat sensibilitas yang paling tinggi yang dirasakan orang coba



11



adalah pada daerah pipi. Maka percobaan kali ini sesuai dengan teori yang ada.



3.2 Neosensibilitas 3.2.1 Lokalisasi Rasa Tekan Pada percobaan neosensibilitas lokasi rasa tekan dilakukan dengan menekan ujung pensil yang kuat pada ujung jari, telapak tangan, lengan bawah, lengan atas, pipi dan kuduk. Lalu diinstruksikan kepada orang coba untuk menunjukan dengan tepat letak bagian tubuh yang dirangsang. Percobaan ini dilakukan sebanyak tiga kali. Berdasarkan percobaan yang telah kita lakukan bagian yang paling peka terhadap rasa tekan adalah bagian ujung jari karena pada percobaan tersebut ketiga-tiganya orang coba menunjuk dengan tepat. Sedangkan bagian tubuh yang paling tidak peka terhadap rasa tekan yaitu pada kuduk. Hal ini ditunjukan dengan hasil rata-rata pada daerah kuduk yang paling kecil yaitu sebesar 4 mm.



3.2.2 Diskriminasi Rasa Tekan 3.2.2.1 Diskriminasi Dua Titik Stimultan Dalam percobaan ini kami lakukan dengan cara menekan pada ujung jari dengan sebuah jangka. Perbesar setiap kali 2 mm sampai dirasakan dua titik sampai dapat dibedakan dua titik oleh orang coba. Pada percobaan ini dapat kita ketahui bahwa daerah yang paling peka dalam membedakan dua titik ujung jangka yaitu pada depan telinga. Hal ini dibuktikan dengan hasil rerata yang paling kecil yaitu 2 mm.



3.2.2.2 Diskriminasi Rasa Tekan Dua Titik Berurutan Dalam percobaan ini perlakuan sama seperti diskriminasi tekan dua titik, namun bukan secara simultan melainkan secara berurutan. Pada percobaan kali ini orang coba diinstruksikan



12



untuk menyebutkan saat terasanya kedua ujung jangka. Pada percobaan ini didapatkan hasil pengamatan, daerah yang paling peka dalam membedakan dua titik ujung jangka yaitu pada bibir. Terbukti dengan rerata yang kecil yaitu 2 mm artinya dengan jarak antara kedua ujung jangka yang kecil bisa dirasakan sebagai dua titik oleh orang coba.



3.2.3 Diskriminasi Kekuatan Rangsangan- Hukum Weber-Fechner Dalam percobaan kekuatan rangsangan – Hukum WeberFechner, orang coba ditutup matanya kemudian pada telapak tangannya diletakan beban awal. Kemudian sedikit demi sedikit ditambah bebannya sampai terasa pertambahan beban tersebut. Pertambahan beban yang terasa berkisar 12-32 gram. Hasil percobaan tersebut sesuai dengan hukum Weber – Fencher. Hal ini dibuktikan pada hasil pengamatan, yaitu respon indra rangsang yang didapatkan lebih rendah daripada stimulus yang diberikan. Sehingga, beban akan terasa lebih ringan dari berat asalnya. 3.2.4



Kemampuan Diskriminasi 3.2.4.1 Kemampuan Diskriminasi Kekasaran Dalam percobaan ini kami lakukan pengujian terhadap kemampuan orang coba dalam menebak kekasaran kertas gosok. Pada percobaan ini menggunakan tiga kertas gosok yang diantaranya kertas gosok pertama dengan kekasaran yang paling rendah atau halus, kertas gosok kedua dengan kekasaran sedang, dan kertas gosok yang ketiga tingkat kekasaran paling tinggi. Percobaan ini dilakukan pada beberapa bagian tubuh yaitu jari tangan, telapak tangan, lengan bawah dan kuduk. Dari hasil percobaan bagian yang paling peka dalam menebak kekasaran kertas gosok adalah pada bagian jari tangan. Hal itu dibuktikan



13



pada tabel orang coba selalu menebak dengan benar baik pada ulangan I, II dan III. sedangkan pada telapak tangan, lengan bawah dan kuduk masih terjadi kesalahan dalam penebakan terutama dalam menebak kekasaran kertas gosok no.2 dengan kekasaran yang sedang.



3.2.4.2 Kemampuan Diskriminasi Bentuk Dalam percobaan ini dilakukan pengukuran kemampuan orang coba dalam menebak bentuk yang dilakukan pada berbagai tubuh. Pengukuran kemampuan diskriminasi bentuk dilakukan dengan menggunakan beberapa bentukan yaitu bentukan bulat, kubus, segitiga dan tak beraturan. Dalam percobaan ini dilakukan pengulangan I, II, dan III. Dari setiap pengulangan penebakan suatu bentuk tidak hany dilakukan sekali melainkan berkali-kali sehingga untuk memudahkan kelompok kami menggunakan tiga tanda yaitu (++) yang menunjukkan bahwa semua tebakan dalam satu pengulangan terhadap satu bentuk itu benar semua tanpa ada yang salah, tanda (+) menunjukkan dalam satu pengulangan masih ada tebakan orang coba pada suatu bentuk ada yang salah namun sebagian besar jawabannya terhadap bentuk itu benar, dan tanda (–) menunjukkan bahwa tebakan orang coba pada suatu bentuk dalam satu kali pengulangan tidak ada yang benar. Dari hasil percobaan yang dilakukan bahwa orang coba tidak dapat menebak benda dengan bentuk tak beraturan. Hal tersebut terjadi pada setiap anggota tubuh yang dilakukan percobaan baik jari tangan, telapak tangan, lengan bawah, maupun daerah kuduk tidak bisa menebak benda dengan bentuk tak beraturan atau semua tebakan dari orang coba salah. Namun, meskipun terjadi



14



hal tersebut masih dapat ditentukan tingkat kemampuan diskriminasi bentuk pada setiap bagian tubuh. Bagian tubuh yang paling bisa menebak dengan benar bentukan suatu benda yaitu pada jari tangan. Hal itu dibuktikan pada rata-rata pada bentukan bulat, kubus, dan segitiga mampu ditebak dengan benar tanpa ada kesalahan sama sekali oleh orang coba (++). kemudian pada telapak tangan dan lengan bawah memiliki rata-rata kemampuan diskriminasi bentuk yang sama. Namun, pada telapak tangan pada rata-rata ada yang menunjukkan tanda (+) yaitu pada bentuk segitiga. Artinya pada saat itu tebakan orang coba pada bentuk segitiga sebagian besar benar namun tebakannya masih ada yang salah. Sedangkan pada lengan bawah yang menunjukkan tanda (+) terjadi pada bentuk bulat. Selanjutnya tingkat kemampuan diskriminasi bentuk paling rendah dialami oleh kuduk. Hal itu dibuktikan pada rata-rata hasil percobaan di bagian kuduk orang coba tidak dapat menebak bentukan benda terutama bentuk bulat, kubus, dan tidak beraturan.



15



BAB IV KESIMPULAN



Dari percobaan yang telah dilakukan dapat dibuktikan bahwa tubuh memiliki tingkat kepekaan yang berbeda-beda pada tiap bagiannya. Hal ini disebabkan banyaknya titik-titik reseptor di setiap bagian kulit tidaklah sama. Hasil percobaaan kami, dapat diperlihatkan bahwa daerah yang memiliki kepekaan paling tinggi adalah pipi, diikuti dengan kuduk, lengan bawah, dan telapak tangan. Pada pemberian rangsangan dingin, lengan bawah terdapat 21 titik reseptor, dengan kata lain rangsangan dingin paling dirasakan oleh lengan bawah pada percobaan ini. Pada pemberian rangsangan panas, kuduk mempunyai titik reseptor rasa panas yang lebih banyak. Sedangkan pada pemberian rangsangan nyeri, pipi dan telapak tangan lebih terasa. Pada semua pemberian rangsangan tersebut juga dirasakan rasa tekan. Selain itu dfalam kemampuan diskriminasi baik kekasaran maupun bentuk yang paling peka yaitu pada jari tangan kemudian telapak tangan dan lengan bawah menduduki tingkat kemampuan diskriminasi kekasaran dan bentuk no. 2 setelah jari tangan. Kemudian kemampuan paling rendah dalam diskriminasi kekasaran dan bentuk yaitu pada kuduk.



16



DAFTAR PUSTAKA



Guyton.1995.Fisiologi Kedokteran.Jakarta:EGC Guyton & Hall.2007.Ed 11.Fisiologi Kedokteran.Jakarta:EGC



17