Praktikum Kebugaran [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL



KEBUGARAN



Oleh : Sub Kelompok Faal B5 1. Marsha Zahrani 2. Jofa Frizky Kandar 3. M. Masrus Rizal 4. Nabila Sayyidah Fairus Zen 5. Adinda Juwita Syakila 6. Muhammad Ircham Gustriwan 7. Fayka Putri Poempida 8. Fatih Nugraha Abdillah 9. Addia Salsabila 10. Dedy Firmansyah 11. Faizah Sugiarto 12. Felix Nugraha Putra 13. Syifani Alisandra Fahrial 14. Rafida Anshori 15. Luwes Sekar Ayu Wardhani 16. Chitra Devi Paramitha 17. Galuh Ratih Ayu Paramitha 18. Shahnaz Azzahra 19. Farah Ayu Noviannisa 20. Muhammad Farraas Razaan 21. Muhammad Fadhil Kamaruddin 22. Idznika Nurannisa Wibowo FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 2019



011811133211 011811133212 011811133213 011811133215 011811133216 011811133217 011811133218 011811133219 011811133220 011811133221 011811133222 011811133223 011811133224 011811133225 011811133226 011811133227 011811133228 011811133229 011811133230 011811133231 011811133232 011811133271



BAB I PENDAHULUAN



1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini manusia semakin sibuk dengan pekerjaannya masingmasing untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Dalam pola kehidupan yang semakin modern, serba cepat, sistematik dan mekanis yang menuntut masyarakat untuk selalu siap dan berada dalam kondisi tubuh yang bugar. Kondisi kebugaran seseorang merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat kesehatannya. Dengan kondisi yang bugar, kita dapat melakukan aktivitas dengan baik dan dapat terhindar dari berbagai penyakit. Giri Wiarto (2013) menjelaskan bahwa kebugaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk menunaikan tugasnya sehari-hari dengan gampang, tanpa merasa lelah yang berlebihan, serta masih mempunyai sisa atau cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggangya dan untuk keperluan-keperluan mendadak. Kebugaran yang dibutuhkan setiap orang berbeda ditentukan dari beratnya aktivitas yang dilakukan. Semakin berat aktivitas yang dilakukan seseorang, semakin tinggi tingkat kebugaran yang dibutuhkan, dan ketika seseorang mampu melakukan aktivitas tanpa merasakan kelelalahan, saat itulah seseorang tersebut dapat dikatakan bugar. Tingkat kebugaran dapat dilakukan dengan berbagai macam test kebugaran diantaranya tes naik turun tangga dengan metode Harvart dan tes ergocycle metode Astrand. Harvard Step Up Tes adalah pengukuran yang paling tua untuk mengetahui kemampuan aerobik yang dibuat oleh Brouha pada tahun 1943. Ada beberapa istilah seperti kemampuan jantung-paru, daya tahan jantungparu, aerobic power, cardiovascular endurance, cardiorespiration endurance, dan kebugaran aerobik yang mempunyai arti yang kira-kira sama. Penelitian ini dilakukan di Universitas Harvard, USA. Inti dari pelaksanaan tes ini adalah dengan cara naik turun bangku selama 5 (lima) menit. Tes kebugaran ergocycle dilakukan dengan menggunakan sepeda yang diberi beban menganut metode astrand. Parameter pada tes ini adalah frekuensi denyut nadi dan besar beban, yang selanjutnya digunakan untuk menentukan besar VO2max (maximal oxygen comsumption). Satuan absolut



VO2max adalah volume oksigen permenit (L/min) dan satuan relatif VO2max adalah berkaitan dengan berat badan (BB) yaitu volume oksigen per kg BB per menit (ml/kg/min). Tujuan dari kedua pemeriksaan tes kebugran tersebut adalah mencari indeks kebugaran badan serta nilai VO2max. VO2Max adalah volume oksigen maksimum yang digunakan permenit. VO2Max merupakan daya tangkap aerobic maksimal yang memperlihatkan jumlah hasil oksigen maksimum yang dikonsumsi dalam per satuan waktu oleh seseorang selama latihan yang semakin lama makin berat (Giri, 2013).



1.2 MASALAH Berdasarkan uraian di atas, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut, “bagaimana cara mengukur tingkat kebugaran seseorang?”, “apa saja parameter yang digunakan dalam pengukuran tersebut?”, serta “bagaimana cara menginterpretasi hasil pengukuran tersebut?.”



1.3 TUJUAN Adapun tujuan dari dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengetahui parameter, metoda (cara) pengukuran, dan interpretasi atau makna dari hasil pengukuran dari parameter dalam pemeriksaan kebugaran kardiovaskular-respirasi sehingga pada akhirnya dapat menentukan tingkat kebugaran



seseorang.



BAB II METODE KERJA



2.1 SARANA DAN ALAT 2.1.1 Harvard Step Up Test 1. Bangku Harvard 2. Metronom 3. Stopwatch 4. Penggaris panjang (cm/inci) 2.1.2 Ergocycle Astrand 1. Ergometer sepeda Monark 2. Polar heart rate 3. Metronom 4. Stopwatch 5. Peralatan Penunjang: 6. Timbangan badan dan pengukur tinggi 7. Tensimeter air raksa kaki tinggi 8. Stetoskop



2.2 TATA KERJA 2.2.1 Harvard Step Up Test 1.



Pilih mahasiswa relawan pria dan wanita dalam keadaan sehat yang akan ditentukan Indeks Kebugaran Badannya (IKB).



2.



Mintalah



mahasiswa



relawan



untuk



menandatangani



surat



pernyataan bahwa saat ini dalam keadan sehat (tidak sakit) dan tidak mempunyai riwayat penyakit terkait kontra indikasi pemeriksaan. 3.



Diukur frekuensi denyut nadi istirahat dan tekanan darah sistol dan diastole, harus dalam batas normal.



4.



Mahasiswa relawan berdiri menghadapa bangku : - Tinggi bangku untuk laki-laki



: 19 inci (48,24 cm)



- Tinggi badan untuk perempuan : 17 inci (43,16 cm) 5. Pasang alat monitor denyut jantung (polar heart rate) pada mahasiswa relawan.



6. Pasang metronome dengan frekuensi 120 kali ketukan per menit. 7. Suruh mahasiwa relawan naik turun bangku dengan mengikuti irama metronome. Setiap langkah kaki harus sama dengan irama detak metronom dan selalu dimulai dengan kaki yang sama. Catatan : Lakukan tindakan tersebut 2 – 3 kali sebelum percobaan sesungguhnya dimulai. Pada saat percobaan dimulai, pemeriksa memberika aba-aba “ya”, pada saat itu mahasiswa coba menekan tombol stopwatch (menjalankan stopwatch) sebagai tanda waktu dimulainya tes. 8. Bila mahasiswa relawan sudah tidak sanggup melakukan tes naik turun bangku sesuai prosedur atau durasi naik turun bangku sudah mencapai 5 menit, pemeriksa memberikan aba-aba "stop", dan segera menekan tombol stopwatch (menghentikan stopwatch) mahasiswa relawan berhenti naik turun bangku. Segera baca durasi (lama) naik turun bangku dari mahasiswa relawan tersebut. 9. Kemudian dengans egera tekan tombol stopwatch (mengembalikan jarum stopwatch ke posisi nol) bersamaan dengan menyuruh mahasiswa relawan untuk segera duduk 5.



Kemudian tekan tombol stopwatch sekali lagi dengan segera (menjalankan stopwatch) sebagai titik



awal waktu untuk



menghitung frekuensi denyut nadi setelah naik turun bangku (pada saat pemulihan) 6.



Hitunglah frekuensi denyut nadi selama masa pemulihan pada: -



Menit ke 1 s/d menit ke 1,5 setelah naik turun bangku (30" pertama)



-



Menit ke 2 s/d menit ke 2,5 setelah naik turun bangku (30" kedua)



-



Menit ke 3 s/d menit ke 3,5 setelah naik turun bangku (30" ketiga)



7. Hitunglah Indeks Kebugaran Badan (IKB) dengan rumus berikut: Cara Lambat : Lama tes dalam detik x 100



IKB = 2 (∑ Ketiga Nilai Frekunsi nadi) Penilaian Hasil Cara Lambat: Dibawah 55



= kurang



55-64



= sedang



65-79



= cukup



80-90



= baik



Diatas 90



= baik sekali



Cara Cepat : Lama tes dalam detik x 100



IKB = 5.5 x frekuensi nadi 30′ pertama Penilaian Hasil Cara Cepat: Dibawah 50



= kurang



50-80



= sedang



Diatas 80



= baik



2.2.2 Ergocycle Astrand 1. Pilih mahasiswa relawan pria dan wanita dalam keadaan sehat yang akan diukur VO2max. 2. Mintalah



mahasiswa



relawan



untuk



menandatangani



surat



pernyataan bahwa saat ini dalam keadan sehat (tidak sakit) dan tidak mempunyai riwayat penyakit terkait kontra indikasi pemeriksaan. 3. Catat Berat Badan (BB), Tinggi Badan (TB), umur, makan/ minum manis terakhir, dan ukurlah tekanan darah mahasiswa tersebut. 4. Catat juga tekanan atmosfer, kelembaban udara, dan suhu ruangan. 5. Pasanglah chest band atau Polar heart rate (HR) meter dan catat HR istirahat mahasiswa relawan. 6. Aturlah tempat duduk sepeda senyaman mungkin untuk bersepeda. 7. Lakukan pemanasan ± 5 menit dengan meminta mahasiswa relawan mengayuh sepeda dengan kecepatan konstan 50 rpm dan bebean dinaikkan secara bertahap hingga mencapai 300 kpm (1kp). 8. Mulailah pengukuran ergocycle pada beban 600 kpm (2kp) untuk pria dan 450 (1,5 kp), kecepatan konstan 50 rpm, selama 6 menit.



9. Catat heart rate (HR) setiap menitnya. 10. Jika selisih HR pada menit ke-5 dan ke-6 lebih dari 5 bpm, lanjutkan mengayuh selama beberapa menit. Atau jika HR masih dibawah 140 bpm, tambah 300 kp (1 kp) lagi dan mengayuh lagi selama 6 menit dengan kecepatan konstan 50 rpm. 11. Penghentian Tes Tes harus dihentikan bila secara obyektif a. Timbulnya gejala yang membahayakan, antara lain: pucat, kulit dingin, banyak keringat, sianosis, tekanan darah, dan frekuensi denyut jantung menurun cepat b. Denyut jantung maksimal telah dicapai atau bahkan dilampaui Tes juga dihentikan bila penderita : a. Merasa sakit dada yang sangat, sesak nafas, sangat lelah dan tidak mampu mempertahankan sikap duduk lagi b. Persendian atau otot-otot dirasakan sangat nyeri seperti halnya claudicatio.



BAB III HASIL PEMERIKSAAN



3.1



Harvard Step Up Test



Keterangan



Mahasiswa Relawan 1



Mahasiswa Relawan 2



Fatih Nugraha



Marsha Zahrani



Umur (th)



18



18



L/P



L



P



Mahasiswa



Mahasiswi



65 kg



51 kg



166 cm



163 cm



3 jam yang lalu



7 jam yang lalu



3



3



92



76



120/80



120/70



Lama test (detik)



112



99



1’ – 1,5’



64



67



2’ – 2,5’



60



57



3’ – 3,5’



58



50



Nama



Pekerjaan Berat Badan (BB) – (kg) Tinggi Badan (TB) – (cm) Makan/



minum



manis terakhir Habitation category (see below) Heart Rate (HR) istiirahat (x/menit) Tekanan (TD)



Darah istrahat



(mmHg)



Nilai dan Kategori IKB = Lama tes dalam detik x 100 IKB = Lama tes dalam detik x 100 IKB cara cepat



5,5 (frekuensi nadi 30”



5,5



pertama)



pertama)



= 112 x 100 = 31,82 5,5 (64)



(frekuensi



= 99 x 100 = 26,87 5,5 (99)



nadi



30”



Nilai dan Kategori IKB = Lama tes dalam detik x 100 IKB = Lama tes dalam detik x 100 IKB cara lambat



2(∑ ketiga nilai frekuensi



2(∑ ketiga nilai frekuensi



nadi)



nadi)



= 112 x 100 = 30,77



= 99 x 100 = 28,44



2 (182)



2 (174)



1 atm



1 atm



Suhu ruangan



Nyaman



Nyaman



Kelembaban



Nyaman



Nyaman



Patm



Kategori Habituasi (pilihlah yang paling mendekati kondisi subjek): 1. Sangat tidak terlatih 2. Latihan fisik sporadis = beberapa kali perbulan 3. Latihan fisik reguler intensitas ringan = 1-2 kali perminggu 4. Latihan fisik lebih intensif = 1 kali atau beberapa kali perminggu 5. Latihan fisik intensitas berat beberapa kali peminggu untuk kompetisi



3.2 Ergocycle a. Mahasiswa Relawan I Hasil Nama



: Masrur



Usia



:19 tahun



Berat badan



: 67 kg



Tinggi badan



: 168 cm



Makan/minum (manis) terakhir



: 2 jam yang lalu



Frekuensi nadi (pretest)



: 78 bpm



Tanggal tes



: 26 Februari 2019



Kategori Habituasi (pilihlah yang paling mendekati kondisi subjek): 1.



Sangat tidak terlatih



2.



Latihan fisik sporadis = beberapa kali perbulan



3.



Latihan fisik reguler intensitas ringan = 1-2 kali perminggu



4.



Latihan fisik lebih intensif = 1 kali atau beberapa kali perminggu



5.



Latihan fisik intensitas berat beberapa kali peminggu untuk kompetisi



Beban Latihan = 600 kpm Pulse rate : 1’ = 135 bpm 2’ = 140 bpm 3’ = 150 bpm 4’ = 154 bpm 5’ = 162 bpm 6’ = 166 bpm VO2max = 2,0 L/menit Faktor koreksi usia = 1, 07 → Koreksi VO2max = 2.14 L/menit VO2max per kg BW = 31,94 mL/ kgBB/ min Classification VO2max = Rendah



P atm



= 1 atm



Suhu ruangan = Nyaman Kelembaban



= Nyaman



b. Mahasiswa Relawan II Hasil Nama



: Syifani



Usia



:18 tahun



Berat badan



: 85 kg



Tinggi badan



: 166 cm



Makan/minum (manis) terakhir



: 5 jam yang lalu



Frekuensi nadi (pretest)



: 90 bpm



Tanggal tes



: 26 Februari 2019



Kategori Habituasi (pilihlah yang paling mendekati kondisi subjek): 1.



Sangat tidak terlatih



2.



Latihan fisik sporadis = beberapa kali perbulan



3.



Latihan fisik reguler intensitas ringan = 1-2 kali perminggu



4.



Latihan fisik lebih intensif = 1 kali atau beberapa kali perminggu



5.



Latihan fisik intensitas berat beberapa kali peminggu untuk kompetisi



Beban Latihan = 450 kpm Pulse rate : 1’ = 97 bpm 2’ = 144 bpm 3’ = 150 bpm 4’ = 153 bpm 5’ = 158 bpm 6’ = 163 bpm VO2max = 1,8 L/menit Faktor koreksi usia = 1, 07 → Koreksi VO2max = 1,926 L/menit VO2max per kg BW = 22,66 mL/ kgBB/ min Classification VO2max = Rendah



P atm



= 1 atm



Suhu ruangan = Nyaman Kelembaban



= Nyaman



BAB IV PEMBAHASAN



4.1. Diskusi Hasil 4.1.1. Harvard Step Up Test Tes Harvard merupakan tes ketahanan terhadap kardiovaskuler. Tes Harvard adalah salah satu jenis tes stress jantung untuk mendeteksi atau mendiagnosa penyakit kardiovaskuler. Tes ini juga baik digunakan dalam penilaian kebugaran, dan kemampuan untuk pulih dari kerja berat. Semakin cepat jantung berdaptasi (kembali normal), semakin baik kebugaran tubuh. Tes ini menghitung kemampuan untuk berolahraga secara terus-menerus dalam jangka waktu yang lama tanpa lelah. Praktikum kebugaran dengan metode Harvard Step Up Test dilakukan dengan cara melangkah naik turun sebuah balok atau bangku dengan ketinggian yang telah ditentukan. Untuk laki-laki setinggi 48,24 cm dan untuk perempuan setinggi 43,16 cm dengan jumlah langkah yaitu 30 langkah permenit dalam 5 menit atau sampai subjek kelelahan. Kelelahan adalah ketika saat subjek tidak mampu lagi mempertahankan langkahnya. Kemudian, subjek didudukkan dan dihitung dalam 1 sampai 1.5, 2 sampai 2.5, dan 3 sampai 3.5 menit Indeks Kebugaran Badan tergantung seberapa lama orang tersebut mampu naik turun bangku secara terus menerus dan pada akhirnya frekuensi denyut nadi dapat segera pulih dengan cepat setelah orang coba melakukan aktivitas tersebut. Semakin lama orang coba bertahan naik turun bangku dan semakin cepat frekuensi denyut nadinya pulih ke frekuensi normal, maka semakin baik kebugarannya yang ditunjukkan dengan semakin besarnya nilai dari IKBnya. Sebelum melakukan aktivitas, didapatkan hasil pemeriksaan tekanan darah normal 120/80 mmHg dan denyut nadi 92 kali/menit pada orang coba I dan tekanan darah normal 120/70 mmHg dan denyut nadi 76 kali/menit pada orang II. Hal ini berarti kedua orang coba dapat mengikuti test harvard karena dalam keadaan sehat yang merupakan prasyarat tes ini dilakukan. Kemudian, orang coba I mampu melakukan Harvard Step Up Test selama 146 detik dari 5 menit yang seharusnya dilakukan, sedangkan orang coba II selama 99 detik. Pada orang coba I, denyut nadi setelah melakukan tes ini didapat pada F1 = 64 kali/30 detik, F2 = 60 kali/30 detik dan F3 = 58 kali/30 detik. Sementara pada orang coba



kedua, denyut nadi setelah melakukan tes ini adalah F1 = 67 kali/30 detik, F2 = 57 kali/30 detik dan F3 = 50 kali/30 detik Setelah itu dilakukan perhitungan indeks kesanggupan kerja pada orang coba I dan didapatkan hasil pada perhitungan cara cepat yaitu 31,82 dan cara lambat 30,77. Begitu juga pada orang coba II didapatkan hasil perhitungan dengan cara cepat adalah 26,87 dan cara lambat adalah 28,45. Hal ini menunjukkan bahwa kedua orang coba termasuk dalam kategori kurang (dibawah 50). Pada orang coba masing-masing orang coba sama-sama mengalami peningkatan denyut nadi yang disebabkan karena adanya peningkatan aktivitas sehingga curah kerja jantung ikut meningkat yang bertujuan untuk menyuplai O2 dan nutrisi dari jantung ke bagian tubuh yang membutuhkan. Peningkatan curah jantung akan berpengaruh dalam peningkatan tekanan darah dimana peningkatan ini mengakibatkan tekanan darah yang berjalan disepanjang arteri semakin cepat dan akan mengakibatkan denyut nadi meningkat Perhitungan nilai IKB dilakukan dengan 2 cara, yaitu cara lambat dan cara cepat. Cara lambat menggunakan jumlah dari tiga kali pengukuran nadi setelah tes sebagai pembagi. Cara ini menggambarkan tentang kecepatan pemulihan tubuh yang merupakan indikator dari IKB. Semakin besar IKB berarti semakin cepat pemulihan tubuh yang terlihat pada semakin cepatnya pemulihan nadi ke kondisi istirahat. Sementara itu, Cara cepat hanya memakai harga nadi 30 detik pertama sebagai pembagi. Cara ini menggambarkan kenaikan denyut nadi seseorang setelah melakukan tes. Kenaikan denyut nadi ini juga menggambarkan IKB. Semakin terlatih seseorang secara aerobik, pemenuhan kebutuhan oksigen lewat cardiac output tidak dilakukan dengan meningkatkan detak jantung tetapi dengan meningkatkan volume jantung sekuncup (stroke volume). Akibatnya detak jantung dan frekuensi nadi lebih rendah pada orang yang berketahanan lebih tinggi dan IKB lebih tinggi. Faktor-faktor yang ikut berperan menentukan hasil yang rendah tersebut antara lain karena mahasiswa coba mungkin tidak berolahraga aerobik secara teratur, terutama olahraga untuk ketahanan otot jantung, sehingga otot jantung tidak terlatih dengan baik atau bisa juga karena pemanasan yang dilakukan kurang sehingga tubuh tidak siap untuk menerima aktivitas yang cukup tinggi. Atau bisa juga mungkin hasil tersebut belum tentu menunjukkan bahwa kesanggupan badan seseorang kurang atau cukup karena mungkin terdapat



beberapa faktor misalnya beban kerja yang diberikan tidak terlalu berat, frekuensi naik turun Harvard kurang maksimum, atau standar yang dipakai pada rumus ini merupakan standar dari luar negeri dimana orang barat dominan memiliki kapasitas kerja lebih dibandingkan kita orang Indonesia, misalnya karena faktor pemenuhan gizi atau perbedaan pola hidup dalam pekerjaan sehari-hari. Jadi, test ini memiliki keuntungan dan kerugiaan. Keuntungan tes ini adalah hanya membutuhkan peralatan minimal sehingga dapat dikelola sendiri. Sedangankan kelemahannya adalah karakteristik biomekanis bervariasi antara individu. Sebagai contoh, mengingat bahwa tinggi langkah standar, orang lebih tinggi berada pada keuntungan karena akan mengambil energi lebih sedikit untuk meningkatkan ke langkah



4.1.2. Tes Ergocycle Ergocycle adalah sepeda yang dirancang untuk tes kebugaran dengan memberikan pembebanan pada kayuhannya. Berat beban tersebut bersatuan kpm. Semua kondisinya dapat di atur sesuai dengan keinginan. Mulai dari kecepatan roda dalam satuan rpm, berat beban dan lain-lain. Alat ini juga dapat mengetahui heart rate pemakainya dengan cara pemakainya harus menggunakan Polar Heart Rate meter yang dipasangkan pada tubuh pemakai (bagian dada dan menyentuh kulit). Yang menjadi penentu pada tes kebugaran metode ini adalah berat beban dan frekuensi denyut nadi orang coba selama percobaan dilakukan. Tingkat kebugaran seseorang bisa diketahui dari kebutuhan oksigen maksimumnya (VO2max). VO2Max adalah kemampuan seseorang menghirup oksigen sebanyak-banyaknya untuk menghasilkan endurance saat menjalani program latihan. Dengan besarnya oksigen yang dihirup paru-paru maka semakin besar pula tingkat kebugaran saat berolahraga. Atau justru sebaliknya, apabila seseorang memiliki kapasitas VO2 Max yang rendah dengan artian ia menghasilkan oksigen tidak terlalu banyak, maka ketahanan tubuhnya tidaklah sebugar dengan orang yang memiliki kandungan vo2max lebih besar. VO2max terjadi ketika oksigen dihirup masuk ke dalam darah melalui paru-paru, kemudian dalam paru-paru oksigen tersebut kembali diserap dan diikat oleh hemoglobin (HB) untuk diedarkan kembali pada sel-sel otot yang bekerja. Dengan seringnya berlatih kemampuan aerobic secara terus menerus, maka saluran sel pembuluh darah pada tubuh akan menjadi melebar sehingga



menyebabkan banyaknya oksigen yang diserap oleh otot. Semakin banyaknya oksigen yang masuk kedalam otot, maka semakin kuat dan tahan lama pula aktivitasnya. Pada percobaan ini, data yang digunakan merupakan data tunggal tanpa pengulangan. HR sebelum tes dilakukan adalah 90 bpm pada orang coba I dan 78 bpm pada orang II. Kemudian dilakukan tes dengan meminta orang coba untuk mengayuh sepeda dengan pemberian beban sebesar 600 kpm pada orang coba I dan 450 kpm pada orang coba II selama 6 menit. Orang coba diminta untuk mengayuh dengan kecepatan konstan yaitu sebesar 50 rpm. Kemudian, setiap menit HR (heart rate) orang coba dicatat. Dari analisis data diketahui bahwa VO2max pada orang coba I yang merupakan seorang laki-laki adalah 1,8 L/min dengan faktor koreksi umur 1.07 sehingga VO2 max koreksi adalah 2,14 L/min. Dengan berat badan 67 kg didapatkan VO2 max per Kg BW (absolut) adalah 31,94. Dengan melihat klasifikasi dalam table astrand, diketahui bahwa orang coba I ini kondisi VO2 max nya adalah rendah. Begitu juga pada orang coba II yang merupakan seorang perempuan. VO2 max yang dimiliki adalah 1,8 L/min dengan faktor koreksi umur 1.07. Sehingga didapatkan VO2 max koreksi adalah 1,925 L/min. Dengan berat badan 85 kg, VO2 max per Kg BW (absolut) yang dimiliki adalah 22,66. Nilai tersebut juga termasuk dalam kategori rendah. Dari kedua praktikan dapat dibandingkan bahwa laki-laki memiliki nilai VO2max yang lebih besar dibandingkan perempuan. Namun selain itu juga, nilai tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti aktivitas sehari-hari, berat badan, umur, dan lain-lain. Dari dua praktikan itu, bisa dilihat perbedaan dari berat badan dan aktivitas hidupnya. Misal, orang coba I melakukan latihan fisik beberapa kali dalam sebulan sedangkan orang coba II tidak pernah melakukan latihan fisik. Faktor koreksi usia dibuat oleh Astrand karena HR maksimum akan menurun seiring bertambahnya usia sehingga akan dapat meningkatkan akurasi pada hasilnya. Pada hasilnya juga terdapat dua nilai yaitu VO2max absolut dan relatif. Perbedaan antara keduanya terletak pada keikutsertaan berat badan. Pada umumnya, nilai VO2max mengacu pada nilai Vo2 max relatif karena ada dipengaruhi oleh nilai berat badan sesorang sehingga ada memungkinkan untuk membandingkan VO2max individu dengan ukuran yang berbeda.



4.2. Pertanyaan dan Jawaban 1. Apakah kebugaran itu? Kesegaran Jasmani adalah suatu keadaan dimana tubuh memiliki kemampuan melakukan suatu aktivitas dengan baik tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti serta masih punya cadangan tenaga untuk aktivitas mendadak. Kesegaran jasmani merupakan suatu dasar untuk dapat melakukan aktivitas hidup. 2. Faktor apa yang dapat mempengaruhi kebugaran? Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kebugaran jasmani seseorang, yaitu: 



Umur. 
 Kebugaran jasmani anak-anak meningkat sampai mencapai maksimal pada usia 25-30 tahun, kemudian akan terjadi penurunan kapasitas fungsional dari seluruh tubuh, kira-kira sebesar 0,8-1% per tahun, tetapi jika rajin berolahraga penurunan ini dapat dikurangi sampai separuhnya. 








Jenis Kelamin
 Sampai pubertas biasanya kebugaran jasmani anak laki-laki hampir sama dengan anak perempuan, tapi setelah pubertas anak laki-laki biasanya mempunyai nilai yang jauh lebih besar. 








Genetik
 Berpengaruh terhadap kapasitas jantung, paru-paru, postur tubuh, obesitas, hemoglobin/sel darah dan serat otot.







Makanan
 daya tahan yang tinggi bila mengkonsumsi tinggi kabohidrat (6070%). diet tinggi protein terutama untuk memperbesar otot dan untuk olahraga yang memerlukan kekuatan otot yang besar. 








Rokok
 Kadar CO yang terhisap akan mengurangi VO2 maks, yang berpengaruh terhadap daya tahan, selain itu menurut penelitian perkins dan sexton, nicotine yang ada, dapat memperbesar pengeluaran energy dan mengurangi nafsu makan. 




3. Sebutkan beberapa contoh metode yang bisa digunakan untuk mengukur kebugaran! Beberapa bentuk tes dan pengukuran dapat digunakan untuk mengukur dan mengetes kesegaran jasmani seseorang secara sederhana adalah sebagai berikut: a. Tes Lari 2,4 km. Tes ini merupakan bentuk tes yang paling sering dipergunakan untuk menentukan kesegaran kardiovaskuler berdasarkan waktu yang dicapai dengan lari atau dengan berjalan sejauh 2,400 meter. b. Step Test. Tes ini digunakan untuk menghitung hisapan oksigen maksimal, beban yang diberikan hanya sub juga maksimal. Tes ini dilakukan dengan cara menggunakan bangku dengan tinggi 16 ¼ inci dan tes ini berlangsung tiga menit. c. Tes jalan cepat 4800 meter. Tes ini untuk mengukur daya tahan kardiovaskuler. Tes ini dilakukan dengan menempuh jarak 4800 meter dengan jalan cepat. d. Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) merupakan tes yang disusun oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Tes ini terdiri dari 5 butir tes yang berlaku untuk beberapa kelompok umur yang dibedakan dalam masing-masing jenis kelamin. Adapun 5 butir tes tersebut meliputi : lari jarak pendek, gantung siku tekuk/gantung angkat tubuh, baring duduk (sit-up), loncat tegak (Vertical jump), dan lari jarak menengah. 4. Bagaimana aplikasi pemeriksaan kebugaran di bidang kesehatan/ kedokteran? Aplikasi pemeriksaan dalam bidang kesehatan atau kedokteran, salah satunya adalah tes kebugaran pada calon jamaah haji dan PNS/ASN yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kebugaran jantung dan paru individu berdasarkan jenis kelamin dan kelompok umur.



DAFTAR PUSTAKA



Wiarto, Giri (2013). Fisiologi dan Olahraga. Yogyakarta: Graha Ilmu. Guyton, AC. and Hall, JE (1999). Textbook of Medical Physiology. 9th Edition., W.B. Saunders Co., Philadelphia. Pusat Kesegaran Jasmani dan Rekreasi. (1992). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Ganong, WF. (1999). Review of Medical Physiology. 19th Edition., Appleton & Lange A Simon & Schuster Co., Los Altos, California. 
 Wagganer, Jason Daniel, dkk. (2003). A Workload Selection Procedure for the Astrand-Rhyming Test. Medicine & Science in Sports & Exercise. 35(5): S257. 10.1097/00005768-200305001-01431. Storer, James A. Davis, dan Vincent J. Caiozzo. 1989. Accurate Prediction of VO2 max in cycle ergometry. Journal of Medicine and Science of Sport and Exercise. 22(5):704-12




LAMPIRAN