Projek Makalah Struktur Dan Sifat [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Projek Makalah Struktur dan Sifat-Sifat Zat Deskripsi Senyawa Ionik PbO dan PbO2



Dosen Pengampu: Nani Farida, S.Si, M.Si, Ph.D Dr. rer. nat. Ubed Sonai Fahruddin Arrozi S.Pd, M.Si



Oleh: Group 4 Offering I 2021 1. Aisyah Jihan Kamalia



(210332626420)



2. Ameliana Surya Kartika



(210332626479)



3. Citra Eka Fitriyani



(210332626519)



JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MALANG 2022



KATA PENGANTAR Puji sukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikanprojek makalah yang berjudul “Deskripsi Senyawa Ionik PbO dan PbO3” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas proyek dari Ibu Nani Farida, S.Si, M.Si, Ph.D dan Bapak Dr. rer. nat. Ubed Sonai Fahruddin Arrozi S.Pd, M.Si pada matakuliah Struktur dan Sifat-Sifat Zat. Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan mengenai deskripsi senyawa ionik khususnya pada senyawa PbO dan PbO 3 bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nani Farida, S.Si, M.Si, Ph.D dan Bapak Dr. rer. nat. Ubed Sonai Fahruddin Arrozi S.Pd, M.Si selaku dosen pengampu matakuliah Struktur dan Sifat-Sifat Zat yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan serta wawasan sesuai dengan matakuliah yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Saya menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik serta saran yang membangun kami nantikan guna kesempurnaan makalah ini.



Malang, 14 April 2022



Penulis



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali senyawa kimia yang ditemukan di sekitar kita, salah satu senyawa dalam ilmu kimia adalah senyawa ionik. Senyawa ionik merupakan senyawa yang terdiri dari kation dan anion dimana antara mereka terjadi gaya elektrostatik. Senyawa ionik tersusun atas atom logam dan non logam. Senyawa ionik dapat berada dalam fase gas, fase cair, dan fase padat. Senyawa ionik dalam fase gas terdiri dari pasanganpasangan ion. Senyawa ionik dalam fase cair terdiri dari ion-ion positif dan ion-ion negatif yang tersusun secara acak. Senyawa ionik dalam fase padat terdiri dari ion-ion positif dan ion-ion negatif yang tersusun secara teratur, berulang, dan bergantian. Untuk dapat memahami lebih dalam mengenai senyawa ionik, maka dilakukan analisis terhadap beberapa contoh senyawa ionik yang telah ditentukan yaitu senyawa PbO dan senyawa PbO2. PbO merupakan rumus molekul dari senyawa anorganik dengan nama timbal (II) oksida atau disebut juga timbal monoksida. Sedangkan PbO 2 adalah timbal (IV) oksida atau juga disebut timbal dioksida. Senyawa timbal dioksida adalah oksidator yang kuat yang digunakan dalam proses pembuatan korek api, pewarna dan bahan kimia lainnya. Senyawa tersebut juga berperan penting dalam elektrokimia. Dan senyawa timbal monoksida sebagian besar diaplikasikan untuk industri berbasis timbal, kaca dan juga keramik. Dalam makalah ini kedua senyawa ionik tersebut akan dideskripsikan mengenai sifatsifatnya mulai dari sifat atom unsur pembentuk dari senyawa PbO dan PbO 2, kemudian struktur dan sifat senyawanya meliputi titik leleh dan titik didih, deskripsi kristal, serta energi pembentukan senyawa dan reaksi atau pelarutan senyawa PbO dan PbO2 di dalam air. 1.2 Rumusan Masalah Dalam makalah ini terdapat rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana sifat atomik unsur penyusun senyawa PbO dan PbO2? 2. Bagaimana energi yang menyertai pembentukan senyawa PbO dan PbO 2 pada fasa gas dari unsur-unsurnya pada fasa gas? 3. Bagaimana energi kisi kristal senyawa PbO dan PbO 2 dengan persamaan kapustinskii?



4. Bagaimana aspek energetic pembentuk senyawa PbO dan PbO2? 5. Bagaimana sifat atau perilaku reaksi senyawa sengan air? 6. Bagaimana reaksi pelarutan senyawa PbO dan PbO2 dalam air? 7. Bagaimana energi yang menyertai senyawa ketika larut dalam air atau bereaksi dengan air? 1.3 Tujuan Dalam makalah ini terdapat tujuan sebagai berikut: 1. Mengetahui sifat atomik unsur penyusun senyawa PbO dan PbO2? 2. Mengetahui energi yang menyertai pembentukan senyawa PbO dan PbO2 pada fasa gas dari unsur-unsurnya pada fasa gas? 3. Mengetahui energi kisi kristal senyawa PbO dan PbO2 dengan persamaan kapustinskii? 4. Mengetahui aspek energetic pembentuk senyawa PbO dan PbO2? 5. Mengetahui sifat atau perilaku reaksi senyawa dengan air? 6. Mengetahui reaksi pelarutan senyawa PbO dan PbO2 dalam air? 7. Mengetahui energi yang menyertai senyawa ketika larut dalam air atau bereaksi dengan air?



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Sifat Atom Unsur Pembentuk 2.1.1 Sifat Atomik Unsur Penyusun Senyawa PbO dan PbO2 Pada senyawa Pb terdapat konfigurasi elektron [Xe] 4f14 5d10 6s2 6p2 dengan nomor atom 82. Senyawa Pb merupakan senyawa dengan golongan 14 atau karbon dan terletak pada blok-p, serta berada pada periode 6. Pb termasuk kedalam kategori unsur logam pasca-transisi denga Ar sebesar 207,2 sma. Sedangkan senyawa O merupakan senyawa dengan nomor atom 8 sehingga terletak pada golongan VIA. Dan massa atom sebesar 15,999 u. Senyawa O memiliki konfigurasi elektron [He] 2s2 2p4. PbO merupakan unsur yang bersifat logam, memiliki tingkat kerapatan tinggi dengan titik lebur 873° K dan titik didih 1808° K. Sedangkan PbO2 merupakan unsur yang bersifat logam, memiliki tingkat kerapatan tinggi dengan titik lebur 773° K dan titik didih sebesar 1477° K. Kedua logam ini memiliki sifat khusus diantaranya berwarna abu kebiruan; lunah sehingga mudah ditempa; tahan asam, karat, srta bereaksi dengan basa kuat; termasuk konduktor yang buruk; memiliki massa atom relative 207,2, bervalensi 2 dan 4, serta tahan radiasi. PbO pada keadaan STP berfasa padat, dan memiliki struktur kristal berbentuk tetragonal sebagai berikut



Gambar 1.1 Struktur kristal PbO berbentuk tetragonal



PbO2 pada keadaan STP berfasa padat, dan memiliki struktur kristal berbentuk trigonal primitif sebagai berikut



Gambar 1.2 Struktur kristal PbO2 berbentuk trigonal primitif PbO merupakan senyawa logam yang berwarna agak kekuningan seperti gambar berikut ini



Gambar 1.3 Senyawa PbO berwarna agak kekuningan Sedangkan PbO2 merupakan senyawa logam yang berwarna kehitaman seperti gambar berikut ini



Gambar 1.4 Senyawa PbO2 berwarna kehitaman



Sifat keelekronegatifan PbO dan PbO2 adalah 3,5 - 2,1 = 1,4 karena perbedaan keelektronegatifannya lebih dari 0,5 maka bersifat polar. Energi ionisasi dari PbO yakni Pb2+ + O2- dengan kation Pb2+ dan anion O2-. Sedangkan energi ionisasi PbO2 adalah Pb4+ + 2O2- dengan kation Pb4+ dan anion 2O2-. Dalam senyawa PbO dan juga terjadi afinitas elektron. Pada senyawa PbO terjadi afinitas elektron dari atom Pb2+ yang mendonorkan satu elektron kepada O2-. Sedangkan pada senyawa PbO2 terjadi afinitas elektron dari atom Pb4+ kepada elektron 2O2-. 2.1.2 Energi yang menyertai pembentukan senyawa Diagram perubahan energi dalam reaksi secara keseluruhan untuk pembentukan senyawa PbO2 dapat dibuat berdasarkan Hukum Hess yang berbunyi “kalor reaksi tidak bergantung pada lintasannya atau jalan reaksi, tetapi ditentukan oleh keadaan awal dan akhir reaksi”. Diagram perubahan energi dapat dilihat pada diagram berikut



Gambar 1.5 Diagram perubahan energi Sangat banyak reaksi-reaksi yang bisa terjadi secara bertahap. Contohnya seperti pembentukan senyawa PbO2. Pembentukan senyawa ini dapat berlangsung satu tahap, namun dapat pula berlangsung melalui dua tahap, yakni melalui pembentukan senyawa PbO terlebih dahulu baru kemudian membentuk senyawa PbO2. Ternyata hasil dari penjumlahan dari kedua ∆ H dari kedua tahap ini sama dengan ∆ H pembentukan PbO2 secara langsung. Hukum Hess dapat dinyatakan dalam bentuk diagram diklus dan juga diagram tingkat energi.



2.2 Struktur dan Sifat Senyawa 2.2.1 Nama Senyawa Senyawa PbO tersusun atas ion Pb2+ dan ion O2-. Kation Pb2+ memiliki muatan berjumlah +2 maka kation diberi nama Timbal(II) da untuk anion O2yang merupakan atom oksigen diberikan nama oksida. Sehingga senyawa PbO memiliki nama sistematik Timbal(II) oksida, nama tersebut juga merupakan nama dagang dari senyawa PbO yaitu Timbal(II) oksida atau juga dikenal dengan timbal monoksida. Sedangkan senyawa PbO2 tersusun atas ion Pb4+ sebagai kation dengan jumlah muatannya adalah +4 sehingga kationnya memiliki nama Timbal(IV) dan ion O2- seagai anion diberi nama oksida. Maka nama sistematik sekaligus nama dagang dari senyawa PbO2 adalah Timbal(IV) oksida atau Timbal dioksida. 2.2.2 Sifat Fisika Senyawa PbO memiliki berat molekul 223,2 g/mol dan kepadatan 9,53 g/cm3 serta memiliki titik leleh 888°C (1630°F) dan titik didih 1477°C (2691°F). Timbal(II) oksida dapat menghadirkan dua penampilan berbeda yang pertama yaitu sebagai bubuk kuning kering dengan struktur ortorombik (masicotite) dan sebagai kristal tetragonal kemerahan (litharge). Kedua bentuk ini diilustrasikan pada gambar berikut



Gambar 2.1 Bubuk kering berwarna kemerahan senyawa PbO Sumber :https://educalingo.com/



Gambar 2.2 Senyawa PbO sebagai bubuk kuning kering Sumber : https://onyxmet.com/ Sedangkan untuk senyawa PbO2, ditemukan di alam sebagai plattnerit mineral coklat kehitaman dan memiliki berat molekul 239,2 g/mol dan kepadatan 9,38 g/cm3 serta memiliki titik leleh 290°C dan titik didihnya tidak terdefinisi. Senyawa memiliki penampilan berupa serbuk kristal dengan warna coklat kehitaman digambarkan seperti berikut



Gambar 2.3 Senyawa PbO2 berupa serbuk kristal berwarna coklat kehitaman Sumber :https://www.sciencephoto.com/media/1004518/view 2.2.3 Deskripsi Kristal Senyawa Timbal(II) oksida ada dalam dua modifikasi, yaitu litharge dan massicot. Litharge, atau alfa timbal monoksida (α -PbO) adalah kuning kemerahan yang memiliki struktur kristal tetragonal, dan merupakan bentuk stabil pada suhu di bawah 488°C (910°F). Massicot, atau beta timbal monoksida ( β -PbO) adalah padatan kuning dan memiliki struktur kristal ortorombik yang merupakan bentuk stabil di atas 488°C.



Gambar 2.4 Struktur kristal (α -PbO) dan ( β -PbO) Sumber :http://www.rsc.org/materials Timbal dioksida murni adalah bubuk kristal coklat tua tidak berbau yang hampir tidak larut dalam air. Ini memiliki dua polimorf utama, alfa dan beta, yang terjadi secara alami sebagai mineral langka scrutinyite dan plattnerite, masingmasing. Bentuk alfa memiliki simetri ortorombik, grup ruang Pbcn (No. 60), simbol Pearson oP12, konstanta kisi a = 0,497 nm, b = 0,596 nm, c = 0,544 nm, Z = 4



(empat unit per unit sel). Simetri bentuk beta adalah tetragonal, grup ruang P42/mnm,(No. 136), simbol Pearson tP6 konstanta kisi a = 0,491 nm, c = 0,3385 nm, Z = 2. Struktur kristal bentuk alfa dan beta ditunjukkan seperti berikut



Gambar 2.5 Struktur kristal senyawa PbO2 Sumber :https://www.researchgate.net/



2.2.4 Prediksi Kristal Kristal senyawa ionik terdiri atas katin-kation dan anion-anion yang tersusun secara teratur, berulang, dan bergantian. Dalam senyawa ionik sempurna kation dan anion dianggap saling bersinggungan. Ion-ion tersebut memiliki ukuran tertentu yang dinyatakan dengan harga jari-jari ionnya. Berdasarkan rasio atau perandingan harga jari-jari kation dan jari-jari anion maka struktur dari suatu senyawa ionik dapat diperkirakan. Jari-jari ion Pb2+ = 112 pm, jari-jari ion O2- = 124 pm. Rasio radius r(Pb2+)/r(O2-) = 112 pm/124 pm = 0,90. Diperoleh bilangan koordinasi ion Pb 2+ adalah 4, ion Pb2+ akan dikelilingi oleh 4 ion O²- dengan geometri tetrahedral. Bilangan koordinasi ion O2- adalah 4, ion O²- akan dikelilingi oleh 4 ion Pb 2+ dengan geometri tetrahedral pula. PbO₂ kemungkinan mengadopsi struktur zink blende. Jari-jari ion Pb4+ = 108 pm, jari-jari ion O2-= 124 pm. Rasio radius r(Pb4+)/r(O2-) = 108 pm/124 pm = 0,87. Diperoleh bilangan koordinasi ion Pb 4+ adalah 8, ion Pb4+ akan dikelilingi oleh 8 ion O²- dengan geometri kubus. Bilangan koordinasi ion O2-adalah 4, ion O²- akan dikelilingi oleh 4 ion Pb 4+ dengan geometri tetrahedral pula. PbO₂ kemungkinan mengadopsi struktur fluorit. Fakta eksperimen menunjukkan bahwa PbO2, memang mengadopsi struktur fluorit. 2.3 Energi Pembentukan Senyawa PbO dan PbO2 2.3.1 Energi Kisi Kristal Senyawa PbO dan PbO2 dengan Persamaan Kapustinskii Energi kisi (lattice energy, U) dari suatu kristal dapat didefinisikan sebagai energi potensial bersih dari susunan muatan yang membentuk struktur. Struktur suatu kristal dapat terbentuk karena adanya gaya tarik dan tolakan elektrostatik pada strukturnya, dan perhitungan jumlah bersih dari kedua jenis gaya elektrostatik tersebut dapat dikatakan sebagai energi kisi. Energi kisi juga dapat memiliki nilai yang ekuivalen dengan dengan energi (ΔH) yang dibutukan untuk mensublimasi suatu kristal dan mengkonversiya menjadi bentuk ion-ion gasnya. Contohnya adalah sebagai berikut.



NaCl(s) Na+(g) + Cl-(g)ΔH = U Persamaan Kapustinskii ditemukan oleh Anatoli Fedorovich Kapustinskii. Kapustinskii melihat bawa perbedaan jari-jari ion monovalent M+ dan divalent M2+ sebagian besar mengkompensasi untuk perbedaan antara struktur monovalent dan divalent. Dengan demikian dia sampai pada formula energi kisi menggunakan konstanta Madelung rata-rata, dikoreksi ke jari-jari monovalen. Dalam rumus Kapustinskii, energi kisi (kJ/mol) dapat ditentukan oleh Persamaan Kapustinskii berikut ini. U =1200.5V ∨Z +¿ Z



0.345 −¿∨ ¿ (1− )¿ ro ro



¿



¿



Dimana U adalah energy kisi (kJ/mol) yang ditentukan oleh Persamaan Kapustinskii, V adalah jumlah ion (misal NaCl, V = 2), ro adalah jarak kesetimbangan antara kation dan anion (ra + rc). nilaiZ+ dan Z-adalah nilai muatan positif dan muatan negatif dari ion-ion dalam senyawa tersebut Untuk menentukan energy kisi dari senyawa PbO dan PbO2, kita harus mengetahui nilai ro dari masing-masing senyawa. Karena PbO dan PbO 2 mempunyai muatan yang berbeda (Pb2+ untuk PbO dan Pb4+ untuk PbO2), maka nilai energy kisinya juga pasti berbeda. Berdasarkan data yang diperoleh dari Mu et al. (2006), jari-jari ionik Goldschmidt untuk ion Pb2+ adalah 1,32 Å, untuk ion Pb4+ adalah 0,84 Å, dan untuk ion O2- adalah 1,35 Å. Berdasarkan data tersebut, dapat dihitung nilai energi kisi menggunakan Persamaan Kapustinskii. 



Nilai Energi Kisi PbO dengan Persamaan Kapustinskii U =1200.5V ∨Z +¿ Z



0.345 −¿∨ ¿ (1− )¿ ro ro



U =1200,5 ( 2 ) ∨( 2 )(−2 ) ∨



¿



¿



(



U =(3.597)(0,8707) U =3.132,22kJ /mol







)



0.345 ¿ 1− ¿ ( 1,32+1,35 ) ( 1,32+1,35 )



Nilai energy Kisi PbO2 dengan Persamaan Kapustinskii



U =1200.5V ∨Z +¿ Z



0.345 −¿∨ ¿ (1− )¿ ro ro



U =1200,5 ( 2 ) ∨( 4 )(−2 ) ∨



¿



¿



(



)



0.345 ¿ 1− ¿ ( 0.84 +1,35 ) ( 0.84+1,35 )



U =(8.770,78)(0,8424) U =7.389,08 kJ /mol



Dari hasil perhitungan dengan Persamaan Kapustinskii, didapakan bahwa energy kisi dari senyawa PbO adalah -3.132,22 kJ/mol dan energy kisi dari senyawa PbO2 adalah -7.389,08 kJ/mol. Karena nilai energy kisi dari PbO2 lebih besar, menandakan bahwa senyawa PbO2 memerlukan energy yang lebih banyak untuk mensublimasi senyawa PbO2 menjadi bentuk gas ion-ionnya. 2.3.2 Aspek Energetik Pembentukan Senyawa PbO dan PbO2 (termasuk Daur Born-Haber dan Perhitungan Energi Bebas) Energy kisi dari suatu kristal adalah ekuivalen dengan nilai kalor pembentukan (ΔH) satu mol senyawa tersebut dari fasa gas ion-ionnya. Namun karena hal ini tidak dapat ditentukan secara eksperimen, maka kalor pembentukannya (ΔHf) dapat ditentukan melalui nilai relatif masing-masing pereaksinya dalam keadaan standard. Untuk menghubungkan antara nilai energy kisi dengan nilai entalpi pembentukan, dapat ditentukan dengan membuat suatu Daur termokimia yang dinamakan Daur Born-Haber. Daur Born-Haber dapat dibuat dengan berbagai tahap yang terjadi pada suatu senyawa dan diketahui nilai entalpi pembentukannya, ΔHf. Tahapan dan reaksi yang dapat terlibat dalam Daur Born-Haber adalah tahap ionisasi, sublimasi, maupun disosiasi.



Gambar 2.6 Daur Born-Haber Senyawa PbO (1) Entalpi Pembentukan Standar :



Pb(s) + 1/2O2(g)  PbO(s)



(2) Atomisasi Padatan Pb : Pb(s) + 1/2O2(g)  Pb(g) + 1/2O2(g)



ΔHf ΔHA(Pb)



(3) Entalpi Ionisasi Pb : Pb(g) + 1/2O2(g)  Pb2+(g) + 2e-(g) + 1/2O2(g)



IE



(4) Entalpi Disosiasi O2 : 1/2O2(g) + Pb2+(g) + 2e-(g) O(g) + Pb2+(g) + 2e-(g)



1/2ΔHD(O2)



(5) Entalpi electron-gain atom O : Pb2+(g) + O(g) + 2e-(g) Pb2+(g) + O2-(g)



EA



(6) Energi Kisi Senyawa PbO : Pb2+(g) + O2-(g) PbO(s)



U0



Untuk senyawa PbO, maka penentuan nilai energi kisi nya adalah sebagai berikut. ΔHf =ΔHA(Pb)+ 1/2ΔHD(O2) + EI + EA + U0 ΔHf =312+ 1/2ΔHD(O2) + EI + 744 + U0



Gambar 2.7 Daur Born-Haber Senyawa PbO2 (1) Entalpi Pembentukan Standar :



Pb(s) + O2(g)



 PbO(s)



ΔHf



(2) Atomisasi Padatan Pb : Pb(s) + O2(g) Pb(g) + O2(g) (3) Entalpi Ionisasi Pb : Pb(g) + O2(g) Pb4+(g) + 4e-(g) + O2(g)



ΔHA(Pb) IE



(4) Entalpi Disosiasi Gas O2 : Pb4+(g) + 4e-(g) + O2(g) Pb4+(g) + 4e-(g) + 2O(g) ΔHD(O2) (5) Entalpi electron-gain atom O : Pb4+(g) + 2O(g) + 4e-(g)Pb4+(g) + 2O2-(g) (6) Energi Kisi Senyawa PbO2 : Pb4+(g) + 2O2-(g) PbO2(s)



EA U0



Untuk senyawa PbO, maka penentuan nilai energi kisi nya adalah sebagai berikut. ΔHf = ΔHA(Pb)+ ΔHD(O2) + EI + EA + U0 ΔHf = 312+ ΔHD(O2) + EI – 281,97 + U0 Meskipun melalui tahap yang sedikit mirip, terdapat perbedaan pada tahap (3) – (6) untuk penentuan Daur Born-Haber, yang menyebabkan nilai energi kisi dari PbO dan PbO2 menjadi berbeda. Untuk penentuan energi bebas Gibbs, dapat dihubungkan melalui rumus berikut. Bila nilai entalpi dan entropi diketahui, maka dapat ditentukan nilai energi bebas Gibbs nya. Karena pembentukan senyawa padat dari gas-gasnya bersifat sangat eksotermis, maka pada suhu disaat atau dekat



dengan suhu kamar, pengaruh dari entropi dapat diabaikan, dan dapat benar-benar tidak digunakan bila terjadi T = 0. ΔG0 = ΔH0 – T.ΔS0 2.4 Reaksi / Pelarutan Senyawa PbO dan PbO2 dalam Air 2.4.1 Sifat atau Perilaku Reaksi Dengan Air Nilai entalpi kisi berhubungan dengan kelarutan suatu senyawa kristal dalam air, karena proses pelarutan berhubungan dengan pemutusan kisi, tetapi tren nya lebih sulit ditentukan dibandingkan dengan reaksi dekomposisi. Salah satu aturan yang dapat dipatuhi adalah “satu senawa yang mengandung ion-ion dengan perbedaan jari-jari yang besar dapat larut dalam air”. Kebalikannya, senyawa yang sulit larut dalam air adalah senyawa yang memiliki jari-jari ion yang hampir sama. Secara umum dapat disimpulkan bahwa ukuran jari-jari ion dapat berpengaruh pada kelarutan suatu senyawa ionik dalam air. Kelarutan suatu senyawa ionik bergantung pada energi Gibbs dalam keadaan standard. Reaksi kelarutan suatu senyawa ionik dapat dituliskan sebagai berikut. MX(s) M+(aq) + X-(aq) Dalam proses ini, interaksi yang bertanggung jawab atas entalpi kisi MX digantikan oleh hidrasi (dan dengan solvasi secara umum) dari ion. Namun, keseimbangan entalpi yang tepatdan efek entropi rumit dan sulit untuk dinilai, terutama karena perubahan entropi juga bergantung pada derajat keteraturan molekul pelarut yang ditimbulkan oleh adanya zat terlarut. Nilai entalpi kisi secara proporsional berbanding terbalik dengan jarak antara pusat dua ion, sedangkan nilai entalpi hidrasi berbanding terbalik dengan penjumlahan dari masing-masing jari-jari ion. Perbandingan tersebut dapat dituliskan seperti berikut.



Berdasarkan hal tersebut, maka kelarutan dari senyawa kristal PbO maupun PbO2 akan mengalami perbedaan. Senyawa PbO memiliki perbedaan jarijari ion Goldschmidt sebesar 0,03 Å, sedangkan PbO2 memiliki perbedaan jari-jari ion Goldschmidt sebesar 0,51 Å. Karena perbedaan antara jari-jari ion dari senyawa PbO yang lebih kecil, dapat diduga bahwa kelarutan senyawa PbO lebih kecil daripada senyawa PbO2. Nilai penjumlahan (1/ra + 1/rc) antara jari-jari ion pada PbO (1,49) juga lebih kecil daripada nilai penjumlahan jari-jari ion pada senyawa PbO2 (1,93) oleh karena itu entalpi hidrasi dari senyawa PbO2 diperkirakan akan menjadi lebih besar dibandingkan entalpi hidrasi dari dari PbO. Jika jari-jari satu ion kecil, suku dalam entalpi hidrasi untuk ion tersebut akan besar. Namun, dalam ekspresi untuk entalpi kisi, satu ion kecil tidak dapat membuat penyebut dari ekspresi menjadi kecil dengan sendirinya. Jadi, satu ion kecil dapat menghasilkan entalpi hidrasi yang besar tetapi tidak selalu menghasilkan entalpi kisi yang tinggi, sehingga asimetri ukuran ion dapat mengakibatkan disolusi eksotermis. Jika kedua ion kecil, maka kedua kisientalpi dan entalpi hidrasi mungkin besar, dan pelarutan mungkin tidak terlalu eksotermik. Reaksi pelarutan untuk senyawa PbO dan PbO2 dalam air adalah sebagai berikut. 



Pelarutan Senyawa PbO dalam air



Gambar 2.8 Reaksi Pelarutan Senyawa PbO dalam Air 



Pelarutan Senyawa PbO dalam air



Gambar 2.9 Reaksi Pelarutan Senyawa PbO2 dalam Air



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Berdasarkan deskripsi senyawa ionik PbO dan PbO 2 yang telah dituliskan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan bahwa nya. Senyawa PO dan PbO2 memiliki beberapa persamaan dalam hal unsur atom pembentuknya dan juga perbandingan dalam sifat fisikanya dan reaksi kelarutannya. Senyawa PbO dan PbO 2 keduanya sama-sama terbentuk dari dua unsur atom yaitu atom Pb dan atom O.Senyawa PbO dengan nama Timbal(II) oksida hadir dalam dua penampilan yaitu sebagai bubuk kuning kering dengan struktur ortorombik dan sebagai kristal tetragonal kemerahan. Senyawa PbO memiliki berat molekul 223,2 g/mol dan kepadatan 9,53 g/cm3 serta memiliki titik leleh 888°C dan titik didih 1477°C. Sedangkan senyawa PbO2 memiliki nama Timbal (IV) oksida dan berwarna coklat kehitaman yang memiliki berat molekul 239,2 g/mol dan kepadatan 9,38 g/cm3 serta memiliki titik leleh 290°C. Dari hasil perhitungan dengan Persamaan Kapustinskii, didapakan bahwa energy kisi dari senyawa PbO adalah -3.132,22 kJ/mol dan energy kisi dari senyawa PbO2 adalah -7.389,08 kJ/mol. Kelarutan senyawa PbO lebih kecil daripada senyawa PbO2. 3.2 Saran Setelah dilakukan analisis dengan medeskripsikan senyawa ionik PbO dan PbO 2 maka disarankan apabila dilakukan analisis selanjutnya : 1. Untuk melakukan analisis terhadap senyawa ionik yang lain 2. Untuk lebih teliti lagi dalam mencari sumber yang terpercaya, dan 3. Untuk meningkatkan kerja sama antar anggota dalam tim



DAFTAR PUSTAKA https://www.americanelements.com/lead-ii-oxide-1317-36-8 https://www.americanelements.com/lead-dioxide-1309-60-0 https://www.britannica.com/science/lead-chemical-element/Properties-of-the-element#ref290758 https://www.chemicalbook.com/ChemicalProductProperty_EN_CB4119629.htm



Anodic Materials with High Energy Efficiency for Electrochemical Oxidation of Toxic Organics in Waste Water Bratovcic, A. (2020). Synthesis, characterization, applications, and toxicity of lead oxide nanoparticles. In Lead Chemistry. London, UK: IntechOpen.



Kobertz, D. (2019). Vaporization and caloric studies on yellow lead oxide PbO. Calphad: Computer Coupling of Phase Diagrams and Thermochemistry, 65(November 2018), 155– 164. https://doi.org/10.1016/j.calphad.2019.02.012 Mu, L., Feng, C., & He, H. (2006). Topological research on lattice energies for inorganic compounds. Match, 56(1), 97–111. Prof. Effendy, Ph.D. (2020). Presfektif Baru Ikatan Ionik, Edisi 4. Malang. Indonesian Academic Publishing Prof. Effendy, Ph.D. (2017). Molekul, Struktur, dan Sifat- Sifatnya. Malang. Indonesian Academic. Publishing. Shriver, D., Weller, M., Overton, T., Rourke, J., and Armstrong, F. (2014). Inorganic Chemistry Sixth Edition. W.H. Freeman and Company. West, A.R. (2014). Solid State Chemistry and its Applications, 2nd Edition, Student Edition. Wiley Publishing. Yun-Hai, W., Qing-Yun, C., Guo, L., & Xiang-Lin, L. (2012). Anodic materials with high energy efficiency for electrochemical oxidation of toxic organics in waste water. Industrial waste, 2, 33-53.