Proposal Karya Tulis Ilmiah Nengsih Konsul Revisi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN ANAK USIA TODLER DENGAN PENERAPAN FEEDING RULES PADA KASUS DENGUE HAEMORAGIC FEVER DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RSUD PASAR REBO JAKARTA TIMUR



NENGSIH SEKARWANGI 19041



AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN TAHUN 2022



BAB I PENDAHULUAN



1.1



Latar Belakang Penyakit Dengue Haemorhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue yang tergolong Arthropod-Borne Virus,genus Flavivirus dan famili Flaviviriade. DHF ditularkan melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, terutama Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit DHF dapat muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh kelompok umur, penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat (Kemenkes RI, 2017).



World Health Organization (WHO) tahun 2019 menyebutkan bahwa sebelum tahun 1970, hanya 9 negara yang mengalami epidemi dengue parah. Penyakit ini sekarangtahun 2021 endemic lebih dari 100 negara di wilayah Afrika, Amerika, Mediterania Timur, Asia Tenggara dan Pasifik. Wilayah Amerika, Asia Tenggara dan Pasifik Barat adalah yang paling parah terkena dampaknya.Di wilayahAmerika melaporkan lebih dari 2.38 juta kasus pada tahun 2016, dimana Brazil menyumbang kurang lebih dari 1,5 juta kasus, sekitar 3 kali lebih dari 375.000 kasus dengan demam berdarah.



Pada tahun 2017 terjadi pengurangan yang signifikat dilaporkan dalam jumlah kasus demam berdarah di Amerika dari 2.177.171 kasus menjadi 585.263. Ini mewakili pengurangan 73%. Panama, peru dan Arubah adalah satu-satunya negara yang mencatat peningkatan kasus selama 2017. Demikian pula penurunan 53% dalam kasus demam berdarah juga tercatat selama 2017. Diperkirakan 500.000 orang dengan demam parah memerlukan rawat inap setiap tahunnya, sebagian besar di antaranya adalah anak-anak. Sekitar 25% dari mereka tidak dapat diselamatkan atau meninggal dunia.



Data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2020 kasus Dengue DHF yang terjadi di Indonesia sebanyak 40,0% pada tahun 2020. Provinsi dengan IR DHF tertinggi yaitu Bali (273,1), Nusa Tenggara Timur (107,7), dan DI Yogyakarta (93,2). Sedangkan provinsi dengan IR terendah yaitu Aceh (0,0), Maluku (4,2), Papua (5,0). Selain angka kesakitan, besaran masalah DHF juga dapat diketahui dari angka kematian CFR yang diperoleh dari proporsi kematian terhadap seluruh kasus yang dilaporkan. Secara nasional, CFR DHF di indonesia sebanyak 0,7%. Suatu provinsi dikatakan memiliki CFR tinggi jika telah melebihi 1%. Pada tahun 2020 terdapat sebelas provinsi dengan CFR diatas 1%. Tingginya CFR memerlukan langkah peningkatan kualitas pelayanan kesehatan. Upaya edukasi kepada masyarakat juga diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat agar segera memeriksakan diri ke sarana kesehatan jika ada anggota keluarganya yang



memiliki gejala DHF. Hal ini menjadi penting sebagai pertolongan untuk mencegah keparahan dan komplikasi yang berujung pada fatalitas.



Profil Kesehatan Indonesia pada tahun 2019 menyebutkan bahwa jumlah penderita DHF di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2019 sebanyak 8,716, dengan incidence rate 83,0 per 100.0000 penduduk, dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebanyak 3.007 kasus (IR 28,7). Hal ini terjadi dikarenakan kualitas lingkungan dan hidup masyarakat di wilayah DKI Jakarta agak menurun, kesadaran masyarakat untuk melakukan program pembasmian sarang nyamuk dengan 3M plus serta monitoring dan evaluasi program DHF di Wilayah DKI jakarta. Pada tahun 2019, kematianakibat DJF ini hanya 2 orang yang dilaporkan, yaitu dari Wilayah jakarta Timur. Untuk kota jakarta pusat angka kasus yang dilaporkan jumlahnya 491 orang, Jakarta Utara berjumlah 922 orang, Jakarta Barat berjumlah 2,305 orang, untuk Kota Jakarta Selatan berjumlahkan 1,975 orang, di Jakarta Timur berjumlah 3,014 orang dan yang terakhir dengan angka kasus terendah di Kepulauan Seribu dengan jumlah 9 orang.



Penyakit DHF berdasarkan fakta-fakta dan data di atas dapat disimpulkan bahwa klien dengan DHF selalu meningkat. Pada umumnya penderita DHF akan mengalami fase demam selama 2-7 hari, fase pertama 1-3 hari ini penderita akan merasakan demam yang cukup tinggi 40ºC, kemudian pada



fase ke-dua penderita kritis pada hari ke 4-5, pada fase ini penderita akan mengalami turunnya demam hingga 37ºC dan penderita akan merasa dapat melakukan aktivitas kembali (merasa sembuh kembali) pada fase ini jika tidak mendapat pengobatan yang adekuat dapat terjadi keadaan fatal, akan terjadi penurunan trombosit secara drastis akibat pemecahan pembuluh darah (pendarahan). Di fase yang ke tiga ini akan terjadi pada hari ke 6-7 ini, penderita akan merasakan demam kembali, fase ini di namakan fase pemulihan, di fase inilah trombosit akan perlahan naik kembali (Kemenkes RI, 2017).



Tanda dan gejala pasien DHF terkait system pencernaan yaitu mual, tidak nafsu makan, intake makanan tidak adekuat, penurunan berat badan dan muntah. Oleh karena itu dapat diminimalkan dengan adanya keterkaitan peran perawat dalam menanggulangi salah satu manifestasi klinis penyakit DHF, yaitu ditinjau dari segi promotif peran perawat sebagai edukator untuk mencegah terjadinya penyakit DHF. Perawat juga berperan dalam aspek kuratif, yaitu memberikan asuhan keperawatan kepada pasien yang menderita DHF apabila penyakit DHF tidak ditangani lebih lanjut akan menimbulkan komplikasi seperti gangguan pernafasan, gangguan kardiovaskuler, hingga menimbulkan kematian.



Manifestasi mual, tidak nafsu makan, intake makanan tidak adekuat, penurunan berat badan dan muntah menurut PPNI (2018) merupakan tanda mayor terjadinya masalah defisit nutrisi. Etiologi Defisit nutrisi dalam PPNI (2018) menyebutkan ketidakmampuan menelan makanan,ketidakmampuan mencerna makanan,ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien, Peningkatan kebutuhan metabolisme, Faktor ekonomi (mis. Finansial tidak mencukupi) dan yang terakhir faktor fisiologis (mis. Stres, keengganan untuk makan) Intervensi utama menurut PPNI (2018) adalah manajemen nutrisi stimulasi nafsu makan.



Hasil penelitian oleh Annif Munjidah dan Esty Puji Rahayu Tahun 2020 bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara penerapan feeding rules terhadap kesulitan makan kelompok picky eater dan small eater. Dan tidak ada pengaruh yang signifikan antara penerapan feeding rules terhadap kesulitan makan kelompok selective eater. Penerapan feeding rules pada pemberian makan anak berdampak positif, hal tersebut dapat diberikan sejak pengenalan MPASI pertama kali oleh orang tua atau pengasuh.



Sesuai penjelasan di atas, penulis tertarik untuk melakukan studi kasus dengan judul“Asuhan Keperawatan Anak Usia Todler dengan penerapan feeding rules pada kasus Dengue Haemoragic Fever dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi di RSUD Pasar Rebo Jakarta Timur.”



1.2



Rumusan Masalah Bagaimanakah gambaran asuhan keperawatan pasien anak dengan Dengue Haemoragic Fever dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi di RSUD Pasar Rebo Jakarta Timur?



1.3



Tujuan Studi Kasus



1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum studi kasus ini untuk menggambarkan asuhan keperawatan anak dengan Dengue Haemoragic Fever dalam pemenuhan nutrisi di RSUD Pasar Rebo Jakarta Timur. 1.3.2 Tujuan Khusus 1.3.2.1 Memperoleh gambaran pengkajian keperawatan pada pasien anak Dengue Haemoragic Fever dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi di RSUD Pasar Rebo Jakarta Timur. 1.3.2.2 Memperoleh gambaran diagnosa keperawatan anak pada pasien anak Dengue Haemoragic Fever dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi di RSUD Pasar Rebo Jakarta Timur. 1.3.2.3 Memperoleh gambaran intervensi keperawatan anak pada pasien Dengue Haemoragic Fever dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi di RSUD Pasar Rebo Jakarta Timur.



1.3.2.4 Memperoleh gambaran implementasi keperawatan anak pada pasien Dengue Haemoragic Fever dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi di RSUD Pasar Rebo Jakarta Timur. 1.3.2.5 Memperoleh gambaran evaluasi keperawatan anak pada pasien Dengue Haemoragic Fever dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi di RSUD Pasar Rebo Jakarta Timur.



1.4



Manfaat Studi Kasus Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:



1.4.1 Masyarakat Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat dalam menangani masalah pemenuhan kebutuhan rasa nutrisi yang dibutuhkan pada pasien anak dengan DHF. 1.4.2 Bagi Pengemban Ilmu dan Teknologi Keperawatan Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien anak dengan DHF. 1.4.3 Penulis Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset keperawatan khususnya studi kasus tentang pelaksanaan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien DHF.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Asuhan Keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi 2.1.1



Pengkajian Potter & Perry (2006) Pengkajian keperawatan dalam kebutuhan nutrisi yaitu perawat berkolaborasi dengan ahli diet dalam memimpin pengkajian nutrisi yang komperehensip. Karena makanan dan cairan adalah kebutuhan dasar biologis semua makhluk hidup, maka pengkajian nutrisi penting. Pengkajian nutrisi penting khususnya bagi klien yang berisiko masalah nutrisi yang berhubungan dengan stress, penyakit, hospitalisasi, kebiasaan gaya hidup, dan faktor lain. Pusat pengkajian nutrisi sekitar empat area pokok : a. Pengukuran fisik (tinggi dan berat) dan antropometri Pengukuran tinggi dan berat badan klien harus diperoleh ketika masuk rumah sakit atau lingkungan pelayanan kesehatan apapun. Apabila memungkinkan, klien harus di timbang pada waktu yang sama setiap hari, pada skala yang sama, dan dengan pakaian atau linen yang sama. Tinggi dan berat badan klien dapat dibandingkan jika mengalami perubahan berat badan harus di dokumentasikan.



Antropometri adalah suatu pengukuran ukuran dan susunan tubuh dan bagian khusus



tubuh.



Pengukuran



antropometri



yang



membantu



dalam



mengidentifikasi masalah nutrisi termasuk perbandingan ketinggian untuk lingkar pergelangan tangan, lingkar lengan bagian tengah atas. 1. Lingkar Pergelangan tangan digunakan untuk memperkirakan kerangka tubuh klien. Perawat menghitung ukuran kerangka dengan membagi lingkar pergelangan tangan dengan tinggi klien. Rumus :



Tinggi (cm) Lingkar pergelangan tangan (cm)



Hasil dihitung nilai r yaitu : Nilai kerangka tubuh wanita adalah >11,0 (Kecil), 0,1 hingga 11,0 (Sedang), >10,1 (Besar). Ukuran kerangka tubuh pria adalah >10,4 (Kecil), 9,6 hingga 10,4 (Sedang), >9,6 (Besar). 2. Lingkar lengan bagian tengan atas (Mid-upper Arm Circumferens, MAC) yaitu memperkirakan masa otot skelet. Lengan dominan klien direlaksasikan dan lingkarannya diukur pada titik tengan lengan. Pengukuran lengan nondominan mencegah untuk peningkatan masa otot dari aktivitas hidup sehari-hari. 3. Pengukuran lipatan kulit trisep (Triceps Skinfold, TSF) digunakan untuk memperkirakan isi lemak dalam jaringan subkutan. TSF adalah cara pengukuran paling umum. Dengan cara ibu jari dan jari tengah, lipatan



panjangan dari kulit dan lemak yang dipegang kira-kira 1 cm dari titik tengah. 4. Lingkar otot lengan bagian tengah atas (Mid-upper Arm Muscle Circumference, MAMC) yaitu perkiraan dari massa otot skelet. Yaitu dihitung hasil dari pengukuran antropometri MAC dan TSF. Rumus : MAMC = MAC – (TSF x 3,14) Nilai untuk MAC, TSF, MAMC dibandingkan dengan standar dan dihitung sebagai suatu presentase standar. a. Tes Laboratorium Tidak satu pun tes laboratorium atau biokimia adalah diagnostik untuk malnutrisi. Tes-tes dipengaruhi oleh banyak faktor seperti keseimbangan cairan, fungsi hati, fungsi ginjal, dan adanya penyakit. Tes laboratorium biasanya digunakan untuk mempelajari status nutrisi termasuk ukuran protein plasma seperti albumin, transferin, retinol yang mengikat protein, total kapasitas ikatan zat besi, dan hemoglobin. Tes-tes lain digunakan untuk menentukan status nutrisi termasuk ukuran imunitas, seperti penundaan sensitivitas kutaneus, dan ukuran metabolisme protein, seperti studi 24 jam nitrogen urea urine dan keseimbangan nitrogen. b. Riwayat Diet dan Kesehatan Perawat memperoleh riwayat khusus diet yang lebih untuk mengkaji kebutuhan nutrisi aktual atau potensial. Riwayat diet berfokus pada kebiasaan asupan makanan dan cairan klien, sebaiknya informasi tentang pilihan, alergi,



masalah dan area yang berhubungan lainnya seperti kemampuan klien untuk memperoleh makanan. Alat-alat yang digunakan untuk mengumpulkan pengkajian bahan makanan termasuk catatan makanan dalam 24 jam dan pertanyaan frekuensi makanan yang membantu untuk menyusun pola makan sepanjang waktu. Ahli nutrisi adalah salah satu sumber berharga bagi perawat dalam merencanakan dalam memperoleh riwayat diet. c. Observasi klinik Observasi klinis dapat menjadi aspek terpenting di antara pengkajian nutrisi. Perawat mengobservasi klien tanda-tanda perubahan nutrisi. Karena nutrisi yang tidak tepat mempengaruhi semua sistem tubuh, petunjuk malnutrisi dapat diobservasi selama pengkajian fisik. Perawat dapat memeriksa kembali area yang berhubungan untuk mengevaluasi status nutrisi klien. Tanda-tanda klinis status nutrisi memberikan pedoman untuk observasi selama pengkajian fisik. Tabel 2.1.1.1 Tanda Klinis Status Nutrisi Bagian Tubuh



Tanda-tanda Nutrisi Baik



Tanda-tanda Nutrisi Buruk



Penampilan Berat Badan



Sadar, responsif. Berat badan Normal.



Lesu, apatis Obesitas atau kurus (perhatian khusu untuk yang kurus)



Postur Otot



Tegak, lengan dan tungkai Bahu kendur, dada cekung, lurus. punggung bungkuk Berkembang baik, tonus Tonus otot buruk, tidak otot bagus, beberapa berkembang, nyeri, edema,



lemak dibawah kulit. Kontrol saraf



Sistem gastrointestinal



Rentang perhatian baik, Tangan dan kaki terasa tidakmudah terbakar,kesemutan,kehilangan kelelahan,reflek normal. reflek lutut dan tumit. Nafsu makan baik, eliminasi teratur, tidak ada organ massa yang teraba. Kulit halus sedikit lembab, rambut bersinar kulit kepala sehat



Anoreksia, tidak dapat mencerna, konstipasi atau diare, pembesaran hati atau limpa. Kulit kasar, bersisik, pucat, rambut kusam dan kusut.



Bibir halus, lembab tidak pecah-pecah. Membran mukosa didalam berwarna merah muda. Mata terang,jernih, tidak Mata ada lingkaran kelelahan dibawah mata. Leher Tidak ada pembesaran (kelenjar) dan kelenjar, penampilan kuku kuku keras dan merah muda. (Potter & Perry, 2006).



Bibir kering, bengkak. Membran mukosa mulut yang lembut dan bengkak.



Kulit dan rambut Bibir,membran mukosa



2.1.2



tidak mau berjalan dengan baik.



Konjungtiva pucat, penampilan buram Pembesaran tiroid, bentuk kuku seperti sendok, mudah patah.



Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis mengenai pasien akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial. Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis mengenai respon pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialami (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,



2017). Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan kebutuhan nutrisi menurut PPNI 2018) adalah : 2.1.2.1 Defisit Nutrisi berhubungan dengan Faktor Psikologis (Mis. Stres, keengganan untuk makan). A. Penyebab Defisit Nutrisi 1. Ketidakmampuan menelan makanan 2. Ketidakmampuan mencerna makanan 3. Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien 4. Peningkatan kebutuhan metabolisme 5. Faktor ekonomi (mis, finansial tidak mencukupi) 6. Faktor psikologis (mis, stres, keengganan untuk makan) B.



Tanda gejala defisit nutrisi Subjektif : 1. Cepat kenyang setelah makan 2. Kram/nyeri abdomen 3. Nafsu makan menurun Objektif : 1. Bising Usus hiperaktif 2. Otot pengunyah lemah 3. Otot menelan lemah 4. Membran mukosa cepat 5. Sariawan



6. Serum albumin turun 7. Rambut rontok berlebihan 8. Diare



2.1.3



Intervensi Keperawatan Menurut (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018), rencana keperawatan merupakan segala bentuk terapi yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai peningkatan, pencegahan dan pemulihan kesehatan klien individu, keluarga dan komunitas. Berikut adalah intervensi untuk pasien dengan hipertermia berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia,(SIKI) (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Intervensi Keperawatan Indonesia,(SIKI) (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)



2.1.3.1 Defisit Nutrisi berhubungan dengan Faktor Psikologis (Mis. Stres, keengganan untuk makan). Tujuan : Status nutrisi membaik Kriteria Hasil : 1. Nafsu makan normal 2. Frekuensi makan sering 3. Berat badan normal 4. IMT normal 5. Porsi makan habis



Intervensi : 1. Manajemen Nutrisi a. Observasi 1) Identifikasi status nutrisi 2) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan 3) Identifikasi makanan yang disukai 4) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien 5) Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik 6) Monitor asupan makanan 7) Monitor berat badan 8) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium b. Terapeutik 1) Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu 2) Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis.piramida makanan) 3) Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai 4) Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi 5) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein 6) Berikan suplemen makanan, jika perlu 7) Hentikan pemberian makan melalui selang nasogatrik jika asupan oral dapat ditoleransi c. Edukasi 1) Anjurkan posisi duduk, jika mampu



2) Ajarkan diet yang diprogramkan d. Kolaborasi 1) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan 2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu.



2.1.4



Implementasi Keperawatan Implementasi merupakan langkah keempat dari proses keperawatan yang telah direncanakan oleh perawat untuk di kerjakan dalam rangka membantu klien untuk mencegah, mengurangi, dan menghilangkan dampak atau respon yang ditimbulkan oleh masalah keperawatan dan kesehatan. Pelaksanaan atau implementasi keperawatan adalah suatu komponen dari proses keperawatan yang merupakan kategori dari perilaku keperawatan di mana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan yang dilakukan dan diselesaikan (Maryam, dkk, 2013). Klien yang sakit atau lemah seringkali memiliki nafsu makan yang buruk. Perawat dapat membantu klien untuk memahami faktor-faktor yang mengurangi nafsu makan, menggunakan pendekatan yang kreatif untuk menstimulasi nafsu makan dan mengkaji klien untuk kebutuhan agen farmakologis yang menstimulasi nafsu makan atau mengatur gejala yang mengurangi nafsu makan.



2.1.5



Evaluasi Keperawatan Evaluasi adalah membandingkan status keadaan pasien dengan tujuan atau kriteria hasil yang ditetapkan. Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan untuk dapat menentukan suatu keberhasilan asuhan keperawatan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk SOAP (subjektif, objektif, assessment, planning). Adapun evaluasi keperawatan yang diharapkan pada pasien dengan defisit nutrisi yaitu nafsu makan klien normal, BB normal, IMT normal, nutrisi terpenuhi. Evaluasi nutrisi harus berlangsung terus-menerus untuk mengevaluasi hasil intervensi perawat. Akan tetapi, terapi nutrisi tidak menghasilkan hasil dengan cepat. Tujuan pemberian nutrisi dini harus di konsentrasikan pada ketentuan perkiraan kebutuhan kilokalori dan protein. Rencana asuhan keperawatan harus menunjukkan tujuan yang masuk akal dan tercapai. Perawat harus mengevaluasi tujuan dari tindakan keperawatan dan waspada terhadap tanda dari tujuan yang telah tercapai. Waktu yang cukup harus diberikan untuk menguji pendekatan perawatan pada suatu masalah perawat bekerja sama dengan ahli gizi dan dokter untuk mengevaluasi keefektifan terapi nutrisi. Hasil mengakibatkan perubahan dalam terapi. Kapanpun, jika memungkinkan, seorang klien harus menjadi partisipan aktif dalam rencana dan evaluasi perawatan.



2.2 Kebutuhan Nutrisi dengan penerapan feeding rules pada pasien DHF 2.2.1. Pengertian DHF DHF merupakan penyakit pada anak dan dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi demam akut, perdarahan, nyeri otot dan sendi. Infeksi Dengue merupakan infeksi Arbovirus (Artopod Born Virus) akut yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegepty atau oleh Aedes Albopticus (Lestari, 2016). Menurut Mumpuni (2016) DHF adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, misalnya Aedes aegypti dan Aedes Albopticus. DHF merupakan suatu penyakit yang memiliki karakteristik terdiri dari demam, nyeri perut, muntah yang berkepenjangan, perdarahan, dan sulit bernapas yang bisa menyebabkan kematian terutama pada anak (WHO 2016). Jadi, dapat disumpulkan bahwa penyakit DHF ini adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegepty dengan tanda gejala demam, nyeri perut, muntah, tidak nafsu makan pada anak, dan perdarahan.



2.2.2 Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Nutrisi merupakan kompenen kesehatan dasar dan sangat penting bagi tubuh untuk pertumbuhan dan perkembangan yang normal, mempertahankan dan memperbaiki jaringan tubuh, metabolisme sel dan fungsi organ (Susanti Niman,



2017). Rumus IMT (Indeks Massa Tubuh) IMT =



Berat Badan (kg)



Tinggi badan (m) x Tinggi badan (m) Tabel 1. Tabel klasifikasi IMT KLASIFIKASI Kurus



IMT



Berat



27



Sumber : (Kemenkes 2013) 2.2.2.1 Kompenen Nutrisi Kompenen



Nutrisi



menurut



Susanti



(2017)



sebagai



berikut



:



Karbohidrat adalah sebagai sumber energi utama atau sumber tenaga bagi tubuh. Sumber makanan yang mengandung karbohidrat antara lain beras, jagung, gandum, kentang, dan umbi-umbian. a. Protein adalah zat yang memiliki fungsi pembangun tubuh dan sebagai pengganti sel-sel yang rusak. Sumber makanan yang mengandung protein antara lain daging, susu, ikan, keju, dan biji-bijian.



b. Lemak berfungsi sebagai sumber cadangan energi. Sumber makanan yang mengandung lemak antara lain daging, mentega, telur, susu, minyak ikan, kemiri dan kacang-kacangan. c. Vitamin berfungsi sebagai ko-enzim atau suatu zat yang memacu bekerjanya suatu enzim. Vitamin dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu vitamin yang larut dalam lemak dan vitamin yang larut dalam air. Vitamin yang larut dalam lemak terdiri dari vitamin A, D, E, dan K, sedangkan vitamin yang latut dalam air adalah vitamin C dan vitamin B. d. Mineral berfungsi untuk melancar semua proses yang terjadi dalam tubuh. Macam-macam mineral yaitu kalsium sebagai pembentukan tulang dan gigi. Sumber kalsium adalah susu, ikan, dan gandum. Zat besi berfungsi sebagai pengikat oksigen didalam darah, jika kekurangan zat besi tubuh akan mengalami anemia. Sumber makanan yang mengandung zat besi antara lain kuning telur, daging, dan gandum. Fosfor berfungsi menjaga kesehatan serta kekuatan gigi dan gusi, jika kekurangan fosfor dapat menyebabkan radang gusi dan kerusakan gigi. Sumber makanan yang mengandung fosfor terdapat dalam susu dan kuning telur. Iodin berfungsi mencegah penyakit gondok, kekurangan iodin dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan cacat mental. Makanan dan minuman yang mengandung iodin adalah ikan laut dan air putih. e. Air berfungsi memperlancar metabolisme sistem pencernaan, pengaturan suhu tubuh, dan peredaran darah.



2.2.3 Gangguan nutrisi pada pasien anak dengan DHF Virus dengue akan masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty dan kemudian akan bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus antibody, dalam sirkulasi akan mengaktivasi sistem komplement. Dalam aktivas tersebut akan terjadinya trombositopenia, meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah, dan hilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Dengan hilangnya plasma pasien akan mengalami hypovolemik hingga akan terjadi anoreksia, rasa mual, muntah serta penurunan berat badan (Suriadi, 2010). 2.2.4 Edukasi pada pasien anak dengan DHF Orang yang terinfeksi virus dengue untuk pertama kali umumnya hanya menderita demam ringan dan biasanya sembuh sendiri dalam waktu 5 hari pengobatan. Pasien dengan DHF juga harus mendapatkan diet yang tinggi kalori, tinggi protein, serta harus banyak makan yang mengandung vitamin C, karena vitamin C dapat membunuh virus yang terdapat dalam tubuh. Edukasi kepada orang tua khusunya yang mempunyai anak dengan DHF diet makanan lunak. Makanan yang boleh dikonsumsi oleh pasien anak dengan DHF yaitu karbohidrat seperti beras, bubur, nasi tim, kentang rebus, sumber protein seperti tahu dan tempe direbus, daging, ikan, ayam, sayur-sayuran, wortel, dan buahbuahan. Selain makanan, lingkungan menjadi faktor penting yang harus dijaga untuk mencegah terjadinya penularan virus dengue ini. Dengan pencegahan 3M yaitu



menutup, Menguras dan Menimbun merupakan beberapa pencegahan yang harus senantiasa dilakukan. Ini dikarenakan nyamuk Aedes Aegypti dapat mudah berkembang biak. Nyamuk Aedes Aegypti biasanya berkembang biak pada penampungan air bersih yang tidak berhubung langsung dengan tanah, misalnya : bak mandi, minuman burung, air gentong, air tendon, talang air, ban bekas, kaleng dan media sejenis lainnya (Susanti, 2017). 2.3 Konsep Tumbuh Kembang Pada Anak Pertunbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interseluler, ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat (Kemenkes RI). Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara, dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian (Kemenkes RI). 2.4 Konsep Hospitalisasi Hospitalisasi merupakan suatu proses yang memiliki alasan yang berencana atau darurat sehingga mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah. Selama proses tersebut anak dan orangtua dapat mengalami kejadian yang menurut beberapa penelitian ditunjukan dengan pengalaman traumatic dan penuh dengan stress. Perasaan yang sering muncul yaitu cemas, marah, sedih, takut, dan rasa bersalah (Wulandari & Erawati, 2016).







Reaksi anak terhadap hospitalisasi pada usia anak todler (1-3 Tahun) adalah Anak usia todler bereaksi terhadap hospitalisasi sesuai dengan sumber stresnya. Sumber stress yang utama adalah cemas akibat perpisahan. Respon perilaku anak sesuai dengan tahapannya, yaitu tahap protes, putus asa, dan pengingkaran (denial). Pada tahap protes, perilaku yang ditunjukkan adalah menangis kuat, menjerit memanggil orang tua atau menolak perhatian yang



diberikan orang lain. Pada tahap putus asa, perilaku yang ditunjukkan adalah menangis berkurang, anak tidak aktif, kurang gmenunjukkan minat untuk bermain dan makan, sedih, dan apatis. Pada tahap pengingkaran, perilaku yang ditunjukkan adalah secara samar mulai menerima perpisahan, membina hubungan secara dangkal, dan anak terlihat menyukai lingkungannya. Oleh karena adanya pembatasan terhadap pergerakannya, anak akan kehilangan kemampuannya untuk mengontrol diri dan anak menjadi tergantung pada lingkungannya. Akhirnya, anak akan kembali mundur pada kemampuan sebelumnya atau regresi. Peran perawat adalah suatu cara untuk menyatakan aktivitas perawat dalam praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberikan kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab keperawatan secara profesional sesuai dengan kode etik profesinya. Keberhasilan pelaksanaan suatu asuhan keperawatan sangat



ditentukan oleh peran perawat. Peran perawat tersebut adalahPemberi Perawatan ( Care Giver) Peran utama perawat dalam hal ini adalah memberikan pelayanan keperawatan anak. Pemberian pelayanan keperawatan anak dapat dilakukan dengan memenuhi kebutuhan dasar anak seperti kebutuhan asah, asih dan asuh ( Hidayat, 2012). Peran perawat sebagai care giver ini sangat penting dalam penyusunan intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan atau mengurangi masalah-masalah anak.



BAB III METODE STUDI KASUS Pada bab ini penulis akan membahas tentang metode penulisan yang akan diterapkan peneliti dalam studi kasus yang akan dilaksanakan. Dalam bab ini yang akan dibahas yaitu rancangan studi kasus, subjek studi kasus, fokus studi yang akan diteliti, definisi operasional, cara pengumpulan data, cara pengolahan data dan etika penulisan.



3.1 Rancangan Studi Kasus Rancangan studi kasus pada Karya Tulis Ilmiah ini menggunakan desain studi kasus deskriptif.Studi kasus deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang tujuannya untuk menyajikan gambaran lengkap yang aktual.



3.2 Subyek Studi Kasus Pada Karya Tulis Ilmiah ini subyek studi kasus pada penelitian yaitu 2 pasien anak todler usia 1-3 tahun dengan DHF dalam kebutuhan nutrisi : Feeding rules Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah anak usia 1-3 tahun yang dirawat di ruang anak dengan diagnosa medis dan mengalami kebutuhan gangguan nutrisi di RSUD Pasar Rebo Jakarta Timur. Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah



anak usia 1-3 tahun yang dirawat di ruang anak dan memiliki gangguan metabolisme tubuh di RSUD Pasar Rebo Jakarta Timur.



3.3 Fokus Studi Pemenuhan kebutuhan nutrisi : feeding rules pada pasien anak usia 1-3 tahun dengan DHF.



3.4 Definisi Operasional 3.4.1 Feeding rules adalah aturan dasar pemberian makan yang benar pada anak. 3.4.2 Pasien anak dengan DHF adalah pasien anak usia 1-3 tahun yang mengalami defisit nutrisi yang disebabkan oleh infeksi virus.



3.5 Tempat dan Waktu Studi kasus ini dilaksanakan di RSUD Pasar Rebo Jakarta Timur.



3.6 Metode Pengumpulan Data Prosedur pengumpulan data dan instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam studi kasus ini adalah : 3.6.1 Biofisiologis Pengukuran yang berorientasi pada dimensi fisiologis manusia, baik invivo maupun invitro.Metode ini sering kali digunakan oleh perawat, beberapa



contoh yang bisa digunakan adalah pengukuran tekanan darah, frekuensi nadi, suhu tubuh, frekuensi napas dan sebagainya.



3.6.2 Observasi Observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui data pengamatan dan pengindraan dimana peneliti benar-benar terlibat dalam kesehatan pasien. Peneliti melakukan observasi secara langsung melihat kondisi pasien yang mengacu pada format asuhan keperawatan.



3.6.3 Wawancara Wawancara adalah proses memperoleh keterangan yang bertujuan untuk penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai dengan tanpa menggunakan pedoman format pengkajian. Beberapa hal yang perlu diperhatikan peneliti saat mewawancarai



yaitu



intonasi



suara,



kecepatan



berbicara,



sensitifitas



pertanyaan, kontak mata, dan kepekaan non verbal.



3.6.4 Studi Dokumentasi Dokumentasi adalah salah satu metode pegumpulan data kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiriatau oleh orang lain tentang subjek. Sejumlah fakta dan data



tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Pendekatan ini dilakukan ketika menyusuri dokumen-dokumen tentang pasien dan pengambilan data seberapa banyak pasien anak yang menderita DHF di RSUD Pasar Rebo. Studi ini juga dilakukan ketika melakukan penerapan asuhan keperawatan pada pasien anak dengan DHF dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi yang dimulai dari pengkajian-evaluasi.



3.7 Penyajian Data Penyajian data yang digunakan oleh peneliti disajikan secara narasi untuk menjadi data pendukung.



3.8 Etika Studi Kasus Karya tulis ilmiah memiliki etika studi kasus yaitu berupa informed concent yang berisikan tentang persetujuan mengikuti penelitian, mengetahui maksud tujuan peneliti studi kasus dan manfaatnya. Prosedur pengambilan bahan data dengan wawancara selama kurang lebih minimal 3 hari. Cara ini mungkin menyebabkan ketidaknyamanan, tetapi tidak perlu khawatir



karena



penliti



ini



untuk



kepentingan



pengembangan



asuhan



keperawatan. Nama dan Jati diri tetap dirahasiakan. Penjelasan tentang kode etik penelitian studi kasus bahwa peneliti harus benar-benar mengkomunikasikan maksud dan tujuannya secara intens dengan sudut pandang dan situasi



subyek.Peneliti harus bisa bersikap baik kepada responden dan kode etik harus dipatuhi. Menurut Suwarjana (2013) ada 8 prinsip-prinsip etika keperawatan dalam melaksanakan studi kasus dan memberikan layanan keperawatan kepada individu 1) Autonomy/prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembelaan diri. 2) Benefience (berbuat baik) prinsip ini menuntut perawat untuk melakukan hal yang baik dengan begitu dapat mencegah kesalahan atau kejahatan. 3) Justice (keadilan) nilai ini di reflesikan dalam praktek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan. 4) Nonmaleficience (tidak merugikan) prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya atau cedera fisik dan psikologis pada pasien. 5) Veracity (kejujuran) nilai ini bukan Cuma dimiliki oleh perawat namun harus dimiliki oleh seluruh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap pasien untuk meyakinkan agar setiap pasien mengerti. Informasi yang diberikan harus akurat, konperhensif, objektif. Kebenaran merupakan dasar membina saling percaya.Pasien memiliki otonomi sehingga mereka berhak mendapatkan informasi yang mereka ingin tahu.



6) Fidelity (menepati janji) tanggung jawab besar seorang perawat adalah meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan, dan meminimalkan penderitaan. Untuk mencapai itu perawat harus memiliki komitmen menepati janji dan mencegah komitmen kepada orang lain. 7) Confidentiality (kerahasiaan) adalah informasi tentang pasien harus di jaga privasi pasien. Dokumentasi tentang keadaan kesehatan pasien hanya bisa dibaca guna keperluan pengobatan dan peningkatan kesehatan pasien. 8) Accountability (akuntabilitas) adalah standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas.