Proposal Kti Yunita 181040400178 Rev [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

FORMULASI SEDIAAN KRIM BODY SCRUB EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum L.)



KARYA TULIS ILMIAH



OLEH: YUNITA NIM: 181040400178



PROGRAM STUDI D.III FARMASI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA DHARMA HUSADA PAMULANG 2021



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang



Penampilan fisik bagi seorang wanita menjadi cantik, awet muda dan menarik sangat penting. Kaum wanita dengan mudahnya membuang-buang uang untuk perawatan di salon kecantikan dan pengobatan ke dokter kulit yang sangat mahal, padahal banyak sekali bahan-bahan untuk merawat diri dengan menggunakan ramuan tradisional yang sangat murah biayanya dan dapat diolah sendiri. Saat ini, banyak tanaman yang dapat dimanfaatkan, baik itu daun, buah, akar maupun biji. Semua itu dapat menjadi bahan untuk melakukan perawatan kecantikan (Fauzi & Nurmalina, 2012) , misalnya dengan daun kemangi ( Ocimum sanctum L.) Berbagai gangguan kerusakan pada kulit seperti kasar, kusam, keras, kering, pecah-pecah dan penuaan merupakan bagian dari perlindungan kulit tubuh sebagai barrier awal dari pengaruh luar (Erungan & dkk, 2009). Salah satu penyebab timbulnya penyakit penyakit degeneratif dan penuaan dini karena adanya stres oksidatif dalam tubuh karena radikal bebas. Oleh karena itu dibutuhkan Antioksidan untuk mencegahnya. Antioksidan dapat dihasilkan oleh tubuh sendiri dalam menghambat radikal bebas melalui reaksi oksidasi sel, namun cenderung



tubuh lebih bergantung pada antioksidan yang berasal dari luar (Raymond & Tjandrawinata, 2011). Salah satu tanaman yang dapat berkhasiat sebagai antioksidan yaitu daun kemangi (Ocimum sanctum) merupakan tanaman tahunan yang tumbuh liar yang dapat ditemukan di tepi jalan dan di tepi kebun. Tanaman ini tumbuh ditempat tanah terbuka maupun agak teduh dan tidak tahan terhadap kekeringan. Tumbuh kurang lebih 300 m di atas permukaan laut (Zainal & dkk, 2016). Tanaman kemangi (Ocimum sanctum L.) merupakan tanaman yang mudah didapatkan, tanaman kemangi adalah sejenis tanaman hemafrodit yang tumbuh di daerah tropis tanaman ini termasuk family lamiaceae yang banyak tumbuh di indonesia. Seiring dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat telah memanfaatkan tanaman kemangi sebagai hasil alam yang menjadi nilai ekonomi tinggi, biasanya masyarakat menjadikan daun kemangi sebagai pelengkap masakan atau sebagai lalapan (Safwan & dkk, 2016). Manfaat kemangi selain itu dapat digunakan sebagi obat, pestisida nabati, penghasil minyak atsiri, sayuran dan minuman penyegar. (Hasan, 2016) menjelaskan hasil dari penelitian fitokomia pada tanaman kemangi telah membuktikan adanya flavonoid, glikosit, asam gallic dan esternya, asam cafeic, dan minyak atsiri yang mengandung eugenol (70,5%) sebagai komponen utama. Kemangi adalah tumbuhan tahunan yang tumbuh tegak dengan cabang yang banyak. Tanaman ini berbentuk perdu yang tingginya dapat mencapai 100 cm. Bunganya tersusun



di tandan yang



tegak. Daunnya panjang,



tegak,



berbentuk taji atau bulat telur, berwarna hijau muda dan berbau harum. Ujung daun



bisa tumpul atau bisa juga tajam, panjangnya mencapai 5 cm. Permukaan bergerigi atau juga rata. Wanginya seperti cengkih dan rasanya pahit. Pada umumnya kulit merupakan anggota tubuh yang terluar dan langsung bersentuhan dengan lingkungan, oleh karena itu sebelum kulit menjadi kusam, layu, dan keriput perawatan



tubuh dapat dilakukan untuk melindungi dan



mempertahankan kesehatan kulit, dengan perawatan dari dalam dan perawatan dari luar. Perawatan dari luar salah satu diantaranya dapat dilakukan dengan menggunakan lulur tubuh (body scrub). Luluran (scrubing) adalah aktivitas menghilangkan kotoran, minyak atau sel kulit mati yang dilakukan dengan pijatan di seluruh badan dan hasilnya dapat langsung terlihat yakni kulit lebih halus, kencang, harum, dan sehat bercahaya (Fauzi & Nurmalina, 2012) Krim body scrub merupakan produk kosmetik perawatan kulit yang mengandung bahan agak kasar atau biasa disebut kosmetik pengampelas (obrasiver) (Alam, 2009). Bahan-bahan dasar krim body scrub sama dengan krim pembersih kulit pada umumnya yang mengandung lemak penyegar. Krim body scrub mengandung butiran-butiran kasar yang bersifat sebagai pengampelas (obrasiver) agar bisa mengangkat sel-sel kulit mati dari epidermis. Bahan-bahan penyusun krim yakni zat berkhasiat, minyak, air, pengemulsi, dan bahan pengemulsi. Salah satu dari beberapa jenis bahan pada komposisi sediaan krim body scrub yaitu pengemulsi (emulgator) (Tranggono & dkk, 2007) Berdasarkan Penelitian (Malik & dkk, 2020) Sediaan krim body scrub ekstrak etanol daun M. esculenta memiliki aktivitas antioksidan yang sangat baik. Sediaan krim body scrub formula 3 menunjukkan nilai IC50 38,80 µg/mL yang



dikategorikan sebagai antioksidan sangat kuat sedangkan. Sediaan formula 2 memiliki aktivitas antioksidan kuat dengan IC50 66,59 µg/mL dan sediaan krim formula 1 memiliki aktivitas antioksidan lemah dengan IC50 158,16 µg/mL. Berdasarkan penjelasan di atas tentang pentingnya peran antioksidan sediaan krim body scrub, Oleh karena itu peneliti bermaksud melakukan penelitian yang berjudul “Formulasi Sediaan Krim Body Scrub Ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum L.)”.



B. Rumusan Masalah



Apakah ekstrak daun daun kemangi (Ocimum sanctum L.) dapat dibuat dalam bentuk sediaan krim body scrub yang stabil secara fisika dan kimia?



C. Tujuan Penelitian



1. Tujuan Umum Memperoleh formulasi dan kualitas fisika dan kimia sediaan krim body scrub ekstrak daun kemanagi (ocimum sanctum L.) 2. Tujuan Khusus a. Memperoleh formulasi sediaan krim body scrub ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum L.) berdasarkan variasi konsentrasi ekstrak daun kemangi (Ocimun sanctum L.).



b. Memperoleh kualitas formulasi sediaan krim body scrub ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum L.) berdasarkan uji fisika dan kimia, yaitu uji organoleptis, uji homogenitas, uji pH, uji daya sebar, uji tipe krim, dan uji viskositas.



D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini memiliki manfaat sebagai sarana pengaplikasian ilmu yang sudah ada sehingga dapat memberikan kontribusi sesuai dengan bidang akademik.



2. Bagi STIKes Widya Dharma Husada a. Menambah Karya Tulis Ilmiah (KTI) hasil penelitian di STIKes Widya Dharma Husada b. Sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya, khususnya bagi mahasiswa/i STIKes Kharisma Persada.



3. Bagi Masyarakat a. Membantu masyarakat sebagai salah satu sumber informasi yang didukung oleh data-data dari sumber yang tepat. b. Memberikan informasi tentang manfaat daun kemangi (Ocimum sanctum L.) sebagai antioksidan yang cocok untuk kulit dan berapa banyak konsentrasi emulgator yang digunakan dalam bentuk sediaan krim body scrub agar stabil secara fisika dan kimia. c. Memberikan masukan kepada perkembangan kosmetik mengenai krim



body scrub dari ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum L.)



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



A. Tinjauan Teori 1. Daun Kemangi (Ocimum sanctum L.) a. Klasifikasi Daun Kemangi



Gambar 2.1 Tanaman Daun Kemangi Sumber: (Gunarto, 2011)



Klasifikasi Daun Kemangi (Ocimum sanctum L.) adalah sebagai berikut: Kingdom



: Plantae



Subkingdom : Spermatophyta Divisio



: Spermatophyta



Classis



: MagnoliopsidaOrdo : Lamiales



Familia



: Lamiaceae



Genus



: Ocimum



Species



: Ocimum sanctum L.



Sumber:



(Verma, 2016)



b. Morfologi Daun Kemangi



Tanaman kemangi (Ocimum sanctum L.) memiliki morfologi tajuk membulat, herba tegak atau semak, sangat harum, bercabang banyak, dengan tinggi 0,3-1,5 cm batang pokoknya tidak jelas, daun berwarna hijau keunguan, dan berambut maupun tidak, daun berhadapan tunggal, tersusun dari bawah keatas. Memiliki panjang tangkai daun 0,25-3 cm dan setiap helaian daun berbentuk elips hingga bulat telur, memanjang, ujung tumpul atau meruncing. Pangkal daun pasak hingga membulat, kedua permukaan berambut halus, bergelombang, tepi bergerigi lemah atau rata (Kusuma, 2010). Bunga tersusun pada tangkai bunga berbentuk menegak. Jenis bunga hemafrodit, berwarna putih dan berbau wangi. Bunga majemuk dan diketiak daun ujung terdapat daun pelindung berbentuk bulat telur atau elips, dengan panjang 0,51 cm. Kelopak bunga berbentuk bibir, sisi luar berambut memiliki kelenjar, berwarna hijau atau ungu, dan ikut menyusun buah, mahkota bunga berwarna putih



dengan benang sari tersisip didasar mahkota, kepala putik bercabang dua namun tidak sama (Kusuma, 2010) Memiliki buah dengan bentuk kotak berwarna coklat tua, tegak, dan tertekan, ujung berbentuk kait melingkar. Panjang kelopak buah 6-9 mm. Biji berukuran kecil berwarna coklat tua, bertipe keras, dan waktu diambil segera membengkak, tiap buah terdiri dari empat biji. Akar tunggang dan berwarna putih. Daun berbentuk lonjong, memanjang, bulat telur memanjang, ujung runcing, pangkal daun runcing tumpul sampai membulat, tulang-tulang daun menyirip, tepi bergerigi dangkal atau rata, dan bergelombang, daging daun tipis, permukaan berambut halus, panjang daun 2,5 cm sampai 7,5 cm, lebar 1cm sampai 2,5 cm, tangkai daun berpenampang bundar, panjang 1 cm sampai 2 cm, berambut halus (Kusuma, 2010)



c. Penyebaran Daun Kemangi Tanaman kemangi berasal dari Persia, Sindh, dan perbukitan Punjab di India. Kemangi ditanam secara luas sebagai tanaman hias dan tanaman ladang di sebagian besar negara seperti India, Burma, Cylone dan beberapa negara Mediterania termasuk Turki (Bilal & dkk, 2012) . Tanaman ini secara alami tumbuh di seluruh bagian Afrika, Asia dan Amerika. Ocimum bacilicum dikultivasi di Afrika Utara, Eropa dan bagian Barat Daya Asia. Habitatnya yaitu pada tanah terpelihara, tanah buncah, tanah rawan banjir, tanah berumput (Zahra & dkk., 2017). Di Indonesia, tanaman kemangi banyak ditemukan di daerah Sumatra, Jawa dan Maluku. Namun, banyak di budidayakan didaerah Jawa Barat untuk dicari



kandungan minyak atsirinya yang dapat membuat tubuh lebih segar dan meringankan rasa sakit. Minyak atsiri tersebut sering digunakan sebagai minyak pijat aroma (Soedarso, 2012). d. Kandungan Daun Kemangi Kandungan senyawa yang terdapat pada kemangi adalah senyawa fenolik, yaitu, cirsimaritin, cirsilineol, apigenin, isotymusin, tanin dan asam rosmarinat, dan jumlah yang cukup besar dari eugenol (komponen utama minyak atsiri) (Singh, 2012). Daun kemangi kaya akan mineral makro yaitu kalsium, fosfor, dan magnesium, juga mengandung betakaroten dan vitamin C. Daun kemangi juga mengandung komponen non gizi antara lain senyawa flavonoid dan eugenol, boron, anetol, arginin dan minyak atsiri. Komposisi yang terkandung didalam kemangi antara lain grotenoid 19,77 ± 0,01%, total phenolic 2,09 ± 0,10% dan total flavonoid 1.87 ± 0,02% (Bhattacharya, 2014).



Menurut (Bhattacharya, 2014) komposisi pada tanaman kemangi terdapat



pada tabel 2.1 dan 2.2. Table 2. 1 Total Vitamin C, Betakaroten dan Flavonoid pada Kemangi (Ocimum sanctum L.) SL



Plant Species



(g/100g)



No 1



Total Vitamin C Content Total betakaroten



Ocimum sanctum L.



30,00 g



Content (g/100g) 4500 µg



Total Flavonoid Content (g/100g)



1,87 ± 0,02



Table 2. 2 Total komposisi vitamin lainnya pada kemangi (Ocimum sanctum)



SL



Plant Species



No 1



Ocimum sanctum L.



Total ascorbic acid



Total riboflavin



Total thiamine



content (mg/100g)



Content (mg/100g)



Content (mg/100g)



8,21 ± 0,01



0,06 ± 0,11



0,03 ± 0,06



e. Khasiat Daun Kemangi



Manfaat kemangi sudah banyak diterapkan dalam kehidupan masyarakat sebagai pengobatan tradisional, misalnya saja daun kemangi digunakan untuk mengobati, batuk, selesma, demam, urat saraf, encok, air susu kurang lancar, sariawan, radang telinga, panu, muntah-muntah dan mual, peluruh kentut, peluruh haid, pembersih darah setelah bersalin, borok, dan untuk memperbaiki fungsi lambung. Biji kemangi di gunakan untuk pengobatan sembelit, borok, kecing nanah, penyakit mata, penenang, peluruh air kencing, pencahar, peluruh keringat,



kejang perut. Akar digunakan untuk mengobati penyakit kulit. Semua bagian tanaman digunakan sebagai pewangi, obat perangsang, disentri, dan demam. (Ihsanto, 2018)



2. Ekstrak



Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati ataupun hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian pelarut diuapkan dan massa yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Depkes RI, 2000).Pembuatan sediaan ekstrak dimaksudkan agar zat berkhasiat yang terdapat pada simplisia terdapat dalam bentuk yang mempunyai kadar tinggi dan hal ini memudahkan zat berkhasiat dapat diatur dosisnya (Anief, 1987) .Persyaratan untuk meracik bahan kandungan tumbuhan adalah tingkat kehalusan yang sesuai dari material awal. Meningkatnya tingkat kehalusan maka permukaan simplisia akan semakin besar sehingga memudahkan pengambilan bahan kandungan langsung oleh bahan pelarut. Namun tingkat penghalusan yang sangat tinggi dari simplisia tidak menguntungkan sebab bahan pengekstraksi akan sulit dipisahkan dari sisa setelah berlangsungnya ekstraksi (Voight, 1994) Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Pembuatan ekstrak memiliki beberapa tahapan yaitu: f. Pembuatan Serbuk Simplisia Simplisia dibentuk menjadi serbuk agar proses pembasahan dapat merata



dan difusi zat aktif meningkat. g. Cairan Pelarut Pelarut digunakan untuk memisahkan zat aktif. Etanol merupakan pelarut yang baik digunakan secara universal. Pelarut dipilih selektif tergantung pada zat aktif yang diharapkan. Etanol dapat melarutkan zat dari tanaman tanpa merusak bagian dari tanaman tersebut. h. Pemisahan dan Pemurnian Tahapan memisahkan zat aktif yang diharapkan sehingga mendapatkan ekstrak murni. i. Pengeringan Ekstrak Pengeringan ekstrak bertujuan untuk menghilangkan pelarut dari bahan sehingga menghasilkan massa kering rapuh. j. Rendemen Rendemen adalah perbandingan antara ekstrak yang diperoleh dengan simplisia awal (Depkes RI, 2000). Metode ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa faktor seperti sifat dari bahan mentah obat, daya penyesuaian dengan tiap macam metode ekstraksi dan kepentingan dalam memperoleh ekstrak yang sempurna atau mendekati sempurna (Ansel, 1989) Adapun beberapa metode ekstraksi menurut (Depkes RI, 2000) sebagai berikut: a. Ekstraksi Cara Dingin 1) Maserasi



Maserasi adalah proses ekstraksi simplisia dengan pelarut yang sesuai dan pengadukan pada suhu ruang (suhu kamar). Metode ini cocok untuk senyawa yang termolabil (Depkes RI, 2000) 2) Perkolasi Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur kamar. Proses perkolasi terdiri dari tahap pengembangan bahan, tahap perendaman, tahap perkolasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penampungan ekstrak) secara terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat). Ini adalah prosedur yang paling sering digunakan untuk mengekstrak bahan aktif dalam penyusunan tincture dan ekstrak cairan (Depkes RI, 2000). b. Ekstraksi Cara Panas 1) Sokletasi Sokletasi adalah ekstraksi mengunakan pelarut yang selalu baru, dengan menggunakan alat soklet sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Depkes RI, 2000). 2) Refluks Refluks adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Depkes RI, 2000). 3) Infusa Infusa adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 900 C selama 15 menit. Infusa adalah ekstraksi menggunakan pelarut air pada



temperatur penangas air dimana bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur yang digunakan 96-980 C selama waktu tertentu 15-20 menit (Depkes RI, 2000). 4) Dekok Dekok adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur. Metode ini digunakan untuk ekstraksi konstituen yang larut dalam air dan konstituen yang stabil terhadap panas dengan cara direbus dalam air selama 15 menit (Depkes RI, 2000). 5) Digesti Digesti adalah maserasi dengan pengadukan kontinyu pada temperatur lebih tinggi dari temperatur ruang (umumnya 25-30



C). Digesti adalah jenis ekstraksi



maserasi di mana suhu sedang digunakan selama proses ekstraksi (Depkes RI, 2000). Metode ekstraksi secara maserasi merupakan metode pemisahan zat aktif secara pengadukan dan penyaringan. Metode maserasi digunakan untuk membuat ekstrak tumbuhan. Cairan pelarut masuk ke dalam sel menciptakan perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam dan di luar sel. Larutan konsentrasi rendah berada di dalam sel sedangkan larutan konsentrasi tinggi terdesak keluar sel (Depkes RI, 2000).



3. Antioksidan Secara kimia, antioksidan adalah senyawa pemberi elektron (electron donor). Secara biologis, antioksidan merupakan senyawa penangkal dampak



negatif oksidan yang bekerja dengan cara mendonorkan satu elektron kepada senyawa yang bersifat oksidan sehingga aktivitas senyawa oksidan tersebut dapat dihambat serta mampu menyeimbangkan elektron di dalam tubuh sehingga radikal bebas tidak dapat menyerang sel tubuh normal (Josephy, 1997) di dalam (Winarto & Subakti, 2003). k. Sumber-Sumber Antioksidan Sumber-sumber antioksidan terbagi menjadi dua bagian yaitu antioksidan sintetik dan antioksidan alami (Winarsih, 2007) 1) Antioksidan Sintetik Antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesis reaksi kimia. Contohnya asam askorbat, Butil Hidroksi Anisol (BHA), Butil Hidroksi Toluen (BHT), propil galat, Tetra Butil Hidroksi Quinon (TBHQ) dan tokoferol. Antioksidan sintetik harus memenuhi beberapa syarat, yaitu tidak berbahaya bagi kesehatan, tidak menimbulkan warna yang tidak diinginkan, efektif pada konsentrasi rendah, larut dalam lemak/minyak, mudah didapat dan ekonomis. 2) Antioksidan Alami Hasil ekstraksi bahan alami menghasilkan senyawa antioksidan alami. Contoh senyawa antioksidan alami yaitu senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa golongan flavonoid, turunan asam sinamat, kumarin, tokoferol dan asam-asam organik polifungsional. Golongan flavonoid yang memiliki aktivitas antioksidan meliputi flavon, flavonol, isoflavon, katekin dan khalkon. l. Mekanisme Antioksidan



Berdasarkan mekanisme kerja, antioksidan dibagi menjadi dua, yaitu: 1) Sebagai Pemberi Atom Hidrogen Antioksidan primer merupakan fungsi utama karena dapat memberi atom hidrogen ke radikal bebas dengan cepat atau mengubah radikal bebas ke bentuk yang stabil (Winarsih, 2007). 2) Memperlambat Laju Autooksidasi Penambahan antioksidan primer dengan konsentrasi rendah dapat menghambat atau mencegah reaksi autooksidasi dengan cara menghalangi reaksi oksidasi pada tahap inisiasi maupun propagasi radikal bebas, sehingga lebih stabil dan tidak mempunyai energi untuk bereaksi membentuk radikal-radikal baru (Winarsih, 2007).



4. Kulit m. Pengertian Kulit Kulit adalah lapisan atau jaringan yang menutupi seluruh tubuh dan melindungi tubuh dari gangguan dan rangsangan luar tubuh. Pada permukaan kulit terdapat kelenjar keringat dan kelenjar mukosa. Kulit disebut juga integumen atau kutis yang tumbuh dari jaringan epitel, dimana jaringan epitel dapat menumbuhkan lapisan dermis (kulit dalam). Kulit mempunyai susunan serabut saraf halus untuk merasakan sentuhan atau sebagai alat peraba dan merupakan indikator untuk melihat perubahan-perubahan pada kulit (Syaifuddin, 2009). pH pada kulit normal yaitu berkisar 4,5-6,5 (Afifah, 2017)



n. Struktur Kulit Berdasarkan fungsinya, kulit terbagi menjadi tiga lapisan yaitu: lapisan kulit ari (epidermis), lapisan kulit jangat (dermis) dan lapisan subkutan (hipodermis). Gambar 2.2 Struktur Kulit Manusia



Sumber: (Martini, 2001)



Keterangan: 1. Stratum korneum



9. Jaringan adipose



17. Saraf sensorik



2. Stratum lusidum



10. Akar rambut



18. Kelenjar sebasea



3. Stratum granulosum



11. Saraf paccini



19. Ujung saraf bebas



4. Stratum spinosum



12. Vena



20. Papila dermal



5. Stratum basale



13. Arteri



21. Tangkai rambut



6. Lapisan papilari



14. Akar rambut



22. Saraf meissner



7. Lapisan reticular



15. Folikel rambut



23. Pori-pori



8. Kelenjar keringat



16. Otot arektor pili



1) Lapisan Epidermis Lapisan paling luar, dimana sel-sel tanduk (keratinosit) dan sel melanosit



merupakan unsur utama. Lapisan epidermis terus tumbuh karena lapisan sel induk pada lapisan bawah bermitosis terus-menerus, sedangkan lapisan paling luar epidermis akan mengelupas dan lepas. Epidemis terdapat sel-sel terutama seratserat kolagen dan sedikit serat elastis (Tranggono & dkk, 2007) .Lapisan epidermis terdiri dari lapisan tanduk (stratum corneum), lapisan jernih (stratum lucidum), lapisan berbutir- butir (stratum granulosum), lapisan malpighi (stratum spinosum), lapisan basal (stratum germinativum atau membran basalis) (Ismawati, 2017). 2) Lapisan Dermis Dermis atau kulit jangat berfungsi sebagai tempat ujung saraf perasa, tempat keberadaan kelenjar keringat, kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh darah dan kelenjar getah bening serta otot penggerak rambut. Dalam lapisan epidermis terdapat banyak kumpulan kolagen dan elastin (Syaifuddin, 2009) . Kolagen ini merupakan jaringan penunjang yang berperan dalam pembentukan jaringanjaringan kulit serta dapat mencegah kekeringan dan menjaga kelenturan kulit (Ismawati, 2017). 3) Lapisan Hipodermis Lapisan hipodermis mengandung jaringan lemak, pembuluh darah, limfe dan terdapat saraf-saraf yang sejajar dengan permukaan kulit. Lapisan hipodermis berfungsi sebagai bantalan atau penyangga benturan bagi organ-organ tubuh bagian dalam, membentuk kontur tubuh dan sebagai cadangan makanan (Ismawati, 2017). o. Fungsi Kulit 1) Sebagai filter tubuh, kulit memiliki kemampuan untuk memilih bahan- bahan penting yang diperlukan oleh tubuh seperti mencegah bakteri atau kuman penyakit



dan zat kimia yang masuk ke dalam tubuh. 2) Sebagai pelindung, kulit melindungi tubuh dari bahaya lingkungan, seperti panas sinar matahari, benturan fisik atau trauma, dingin, hujan dan angin dengan membentuk pelindung atau mantel asam kulit secara alamiah. 3) Sebagai pengatur suhu tubuh (termoregulasi), kulit menjaga agar suhu tubuh tetap optimal dengan cara melepaskan keringat ketika tubuh terasa panas, lalu keringat akan menguap dan tubuh akan terasa dingin kembali. Sebaliknya, bila tubuh merasa kedinginan maka pembuluh darah dalam kulit akan menyempit (vasokontrinsik) sehingga panas tubuh akan tetap bertahan. 4) Menjaga kelembaban tubuh, kulit dapat mencegah keluarnya cairan dari dalam tubuh. Lapisan kulit bersifat kenyal (padat dan kencang), terutama pada bagian lapisan tanduknya sehingga air tidak mudah keluar dari dalam tubuh. 5) Sebagai ekskresi, kulit dapat mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna atau sisa metabolisme seperti urea, asam urat, ammonia dan sedikit lemak dari dalam tubuh melalui kelenjar-kelenjar pada kulit (Tortora & Anagnostakos, 1990).



2. Krim Body Scrub a. Definisi Krim Body Scrub Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV tahun 1995, krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Sedangkan menurut Formularium Nasional, krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi kental mengandung



air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair di formulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika (DEPKES RI, 1995) Body Scrub adalah perawatan tubuh dengan menggunakan lulur. Produk lulur berupa krim yang mengandung butiran-butiran kasar di dalamnya. Bahan alami yang dapat digunakan sebagai bahan lulur antara lain bengkoang, beras giling kasar, belimbing, jeruk nipis, pepaya, bunga- bungaan, daun-daunan, biji coklat, kopi, dan kedelai (Anastasia, 2009). Scrub berfungsi mengangkat sel kulit mati di permukaan kulit tubuh yang kasar dan kusam, selain itu juga berfungsi membantu mempercepat pergantian selsel kulit tubuh yang baru, bersih dan sehat. Scrub/peeling atau lulur adalah perawatan yang dilakukan oleh terapis dengan cara menggerakan telapak tangan memutar sambil mengusap permukaan kulit yang sudah diberi produk lulur. Perawatan ini dapat dilanjutkan dengan perawatan body masker. Perawatan ini diakhiri dengan bath terapy dan pengolesan lotion, body cream atau body butter untuk memaksimalkan hasil perawatan (Anastasia, 2009). b. Persyaratan Krim



Sebagai obat luar, krim harus memenuhi beberapa persyaratan berikut, yaitu (Widodo, 2013): 1) Stabil Stabil selama masih dipakai untuk mengobati. Oleh karena itu, krim harus bebas dari inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar. 2) Lunak Semua zat harus dalam keadaan halus dan seluruh produk yang dihasilkan menjadi lunak serta homogen. 3) Mudah Dipakai Umumnya, krim tipe emulsi adalah yang paling mudah dipakai dan dihilangkan dari kulit. 4) Terdistribusi Secara Merata Obat harus terdispersi merata melalui dasar krim padat atau cair pada penggunaan. c. Penggolongan Krim Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air sehingga dapat dicuci dengan air serta lebih ditujukan untuk pemakaian kosmetik dan estetika. Krim digolongkan menjadi dua tipe, yakni: 1) Tipe a/m, yakni air terdispersi dalam minyak. Contoh: cold cream. Cold cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk memberi rasa dingin dan nyaman pada kulit. 2) Tipe m/a, yakni minyak terdispersi dalam air. Contoh: vanishing cream. Vanishing cream adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk membersihkan,



melembabkan dan sebagai alas bedak (Widodo, 2003). d. Komponen Krim Bahan-bahan penyusun krim, antara lain: 1) Zat Berkhasiat Suatu zat atau bahan yang memberikan efek terapi.



2) Fase Minyak Fase minyak, yaitu bahan obat yang larut dalam minyak, bersifat asam. Contoh: Asam Stearat, Adepslanae, Paraffin Liquidum, Paraffin Solidum, Minyak Lemak, Cera, Cetaceum, Vaselin, Setil Alkohol, Stearil Alkohol, dan sebagainya. 3) Fase Air Fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air, bersifat basa. Contoh: Natrium Tetraborat (borax, Na biboras), Trietanolamin/ TEA, NaOH, KOH, Na2CO3, Gliserin, Polietilenglikol/ PEG, Propilenglikol, Surfaktan (Na lauril sulfat, Na setostearil alkohol, polisorbatum/Tween, Span dan sebagainya). 4) Pengemulsi (Emulgator) 5) Bahan Pengemulsi Bahan pengemulsi yang digunakan dalam sediaan krim disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang akan dibuat/dikehendaki. Contoh: Emulgide, Lemak Bulu Domba, Setaseum, Setil Alkohol, Stearil Alkohol, Trietanolamin Stearat, Polisorbat, PEG. 6) Bahan Tambahan, meliputi: a) Zat Pengawet



Untuk meningkatkan stabilitas sediaan. Contoh: Metil Paraben (nipagin) 0,02-0,3%, Propil Paraben (nipasol) 0,01-0,6%. b) Pendapar Untuk mempertahankan pH sediaan. c) Pelembab d) Antioksidan Untuk mencegah ketengikan akibat oksidasi oleh cahaya pada minyak tak jenuh (Sumardjo dan Damin, 2006) e. Metode Pembuatan Krim Secara umum, pembuatan atau peracikan sediaan krim meliputi proses peleburan dan emulsifikasi. Biasanya, komponen yang tidak tercampur dengan air, seperti minyak dan lilin, dicairkan bersama-sama di dalam penangas air pada suhu 70-75ºC. Sementara itu, semua larutan berair yang tahan panas dan komponen yang larut dalam air dipanaskan pada suhu yang sama pada komponen lemak. Kemudian, larutan berair secara perlahan-lahan ditambahkan kedalam campuran lemak yang cair dan diaduk secara konstan, sementara temperatur dipertahankan selama 5- 10 menit untuk mencegah kristalisasi dari lilin atau lemak. Selanjutnya campuran perlahan-lahan didinginkan dengan pengandukan yang terus menerus sampai mengental, bila larutan berair tidak sama temperaturnya dengan leburan lemak, beberapa lilin akan menjadi padat, sehingga terjadi pemisahan antara fase lemak dan fase cair (Widodo, 2003).



5. Emulgator Emulgator adalah bahan aktif permukaan (surfaktan) yang mengurangi tegangan antarmuka antara minyak dan air dan mengelilingi tetesan-tetesan terdispersi yang membentuk film dari bulatan terdispersi serta mencegah koalesensi dan pemisahan fase terdispersi. Suatu krim dapat terbentuk dan stabil jika menggunakan emulgator yang tepat. Pemilihan basis didasarkan pada tujuan penggunaannya dan jenis bahan yang akan digunakan (Lachman, 1994) .Emulgator atau zat pengemulsi merupakan zat yang berguna untuk mengemulsikan atau mencampurkan zat-zat yang tidak bercampur. Emulgator membantu menstabilkan sediaan yang terdiri dari dua zat yang tidak bercampur sehingga pemilihan zat pengemulsi harus disesuaikan dengan tipe dan sifat krim yang dikehendaki (Padmadisastra & dkk, 2007). Bahan yang digunakan sebagai emulgator adalah bahan aktif permukaan atau surfaktan. Surfaktan terdiri dari beberapa jenis, tetapi seluruhnya memiliki kemiripan dalam struktur molekularnya, yaitu memiliki bagian yang berafinitas tinggi terhadap minyak (lipofilik atau hidrofobik) dan bagian yang berafinitas tinggi terhadap air (hidrofilik atau lipofobik). Secara umum, surfaktan dikelompokkan berdasarkan disosiasi ioniknya di dalam air (Mitsui, 1997) . Klasifikasi surfaktan berdasarkan muatannya dibagi menjadi empat golongan yaitu: f. Surfaktan Anionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu anion. Contoh: garam alkana sulfonat, garam olefin sulfonat, garam sulfonat asam lemak rantai panjang. g. Surfaktan Kationik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu kation.



Contoh: garam alkil trimethil ammonium, garam dialkil- dimethil ammonium dan garam alkil dimethil benzil ammonium. h. Surfaktan Non ionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya tidak bermuatan. Contoh: ester gliserin asam lemak, ester sorbitan asam lemak, ester sukrosa asam lemak, polietilena alkil amina, glukamina, alkil poliglukosida, mono alkanol amina, dialkanol amina dan alkil amina oksida. i. Surfaktan Amfoter yaitu surfaktan yang bagian alkilnya mempunyai muatan positif dan negatif. Contohnya adalah surfaktan yang mengandung asam amino, betain, fosfobetain (Herawan, 1998) (Walwel & dkk., 2001).



6. Bahan Tambahan Formula



j. Beras Putih Menurut (Tjitrosoepomo, 2004), klasifikasi tanaman padi adalah sebagai berikut: Regnu



: Plantae



Divisio



: Spermatophyta



Sub Divisio



: Angiospermae



Classis



: Monocotyledoneae



Ordo



: Poales



Familia



: Graminae



Genus



:



Oryza



Species



:



Oryza sativa L.



Beras putih kaya akan protein, karbohidrat, lemak, zat pigmen warna, mineral, serta vitamin B6, B12 dan B1 (Damardjati & dkk, 1981) .Hal ini menandakan bahwa kandungan zat orizonal yang terdapat di dalam beras bisa untuk merawat kulit, beberapa produk kosmetik yang mengandung bahan dari beras seperti krim perawat kulit, sampo, dan sabun mandi (BioBusiness, 2006). Secara spesifik kandungan beras yang bermanfaat untuk kulit yaitu kandungan tocols (tokoferol dan tokotrienol), gamma- oryzanol dan ceramide. Tokoferol dan tokotrienol yaitu vitamin E murni alami, vitamin E telah dikenal luas sebagai zat yang bermanfaat sebagai anti-oksidan yang baik untuk kesehatan. Gamma-oryzonal adalah senyawa yang bermanfaat juga sebagai zat antioksidan, melindungi kulit dari Ultra Violet (UV), dan dipercaya juga sebagai bahan anti penuaan (anti aging) (Kayahara & Tsukahara, 2000). Para ahli medis mengatakan bahwa beras bubuk dapat diterapkan untuk menyembuhkan beberapa bentuk penyakit kulit. Beras bubuk kaya akan protein, susu juga mengandung vitamin A, vitamin B, dan Alpha Hidroxy Acids (AHA) yang baik untuk kesehatan kulit. Di benua India, air beras diresepkan oleh praktisi ayurvedic sebagai sediaan salep untuk menyembuhkan permukaan kulit yang meradang. Beras bubuk juga dapat memperkecil pori, memutihkan kulit, regenerasi kulit, mengatasi jerawat,



mengencangkan kulit, anti penuaan dini, menghilangkan flek hitam dan menghaluskan kulit (Kumar, et al., 2012).



k. Asam Stearat/Acidum Stearicum (Depkes RI, 1979) (Rowe, et al., 2009) Asam Stearat/Acidum Stearicum merupakan hablur, kristal putih atau kuning pucat, mirip lemak lilin dengan kelarutan Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 20 bagian etanol (95%) P, dalam dua bagian kloroform P dan dalam tiga bagian eter P. Mudah larut dalam benzene, karbon tetraklorida, larut dalam heksan, dan propilen Glikol, mempunyai titik lebur 69-70o C, Asam Stearat/Acidum Stearicum mempunyai stabilitas Zat stabil, harus disimpan di tempat tertutup maka dari itu peyimpanannya



dalam wadah tertutup baik. Asam Stearat/Acidum Stearicum



berkhasiat sebagai Zat tambahan, emulsifying agent dengan konsentrasi Untuk melembutkan kulit 1-20% yang Inkompatibel dengan hampir semua logam hidroksida dan pengoksidasi.



l. Span 60/Sorbitum Monostearat (Depkes RI, 1979) (Rowe, et al., 2009) Span 60/Sorbitum Monostearat meerupakan pandatan malam, bewarna kuning pucat, degan minyak yang lemah, mempunyai struktur kimia C24H46O6 degan berat molekul 431 dan titik lebur 50-60o C, Praktis tidak larut dalam Alkohol, larut dalam Parafin cair



mempunyai konsentrasi 1-10% disimpan dalam wadah tertutup baik. Span 60/Sorbitum Monostearat mempunyai khasiat Emulgator, dispersing agent;



emulsifying agent; nonionic surfactant; solubilizing agent; suspending agent; wetting agent.



m. Tween 60/Polisorbat 60 (Depkes RI, 1979) (Rowe, et al., 2009) Tween 60/Polisorbat 60 atau Polyoxyethylene 20 sorbitan Monostearate dengan struktur kimia C64H126O26 merupakan emulgator berupa Cairan seperti minyak atau semi gel, kuning hingga jingga, berbau khas lemah, Larut dalam air, dalam etil asetat dan dalam toluene; tidak larut dalam minyak mineral dan dalam minyak nabati memiliki konsetrasi 1-10% dengan penyimpanan dalam wadah tertutup rapat.



n. Setil Alkohol (Depkes RI, 1979) (Rowe, et al., 2009) Setil Alkohol mempunyai nama lain Alcoholum cetylicum dengan rumus molekul CH3(CH2)14CH2OH merupakan Serpihan putih licin, granul, atau kubus, putih; bau khas lemah; rasa lemah, mempunyai khasiat sebagai Emolien, emulsifying agent memiliki kelarutan Tidak larut dalam air; larut dalam etanol dan dalam eter, kelarutan bertambah dengan naiknya suhu dengan konsentrasi 2-5% dan titik lebur 45-52o C. Setil Alkohol Stabil dengan adanya asam, alkali, cahaya, dan udara; itu tidak menjadi tengik, maka dari itu peyimpanan Setil alkohol dalam wadah tertutup rapat, sejuk dan kering.



o. Propilen Glikol (Depkes RI, 1979) (Rowe, et al., 2009) Propilen Glikol merupakan Cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas, praktis tidak berbau, menyerap air pada udara lembab, berkhasiat sebagai pelembab dengan kelarutan dapat bercampur dengan air, dengan aseton, dan dengan kloroform, larut dalam eter, dan dalam beberapa minyak esensial; tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak lemak, memiliki konsentrasi Kosolvent untuk topikal (5-80%), humektan (0,5-20%), dan peningkat penetrasi (1-10%). Propilen glikol Inkompatibel dengan pengoksidasi seperti potassium permanganat. Propilen glikol mempunyai stabilitas Higroskopis dan harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, lndungi dari cahaya, di tempat dingin dan kering. pada suhu yang tinggi akan teroksidasi menjadi propionaldehid asam laktat, asam piruvat & asam asetat. stabil jika dicampur dengan etanol,gliserin, atau air. Penyimpanan Propile glikol Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, sejuk dan kering.



p. Paraffin Cair (Depkes RI, 1979) (Rowe, et al., 2009) Paraffin Cair atau dengan nama resmi Paraffinum Liquidum merupakan Cairan kental transparan, tidak berfluoresensi, tidak berwarna, hampir tidak berbau, hampir tidak berasa. Tidak larut dalam air dan dalam etanol 95% P, larut dalam kloroform P, dan dalam eter P. Memiliki konsetrasi 1-32% memiliki khasiat sebagai emolien. Paraffin cair di simpan dalam wadah tetutup baik, telindung dari cahaya.



q. Adeps Lanae (DEPKES RI, 1995) Adeps Lanae merupakan Massa seperti lemak, lengket, warna kuning, bau khas.



Tidak larut dalam, air dapat bercampur dengan air lebih kurang dua kali beratnya, agak sukar larut dalam etanol dingin, lebih larut dalam etanol panas, mudah larut dalam eter dan kloroform. Berkhasiat sebagai Emulsifying agent, basis salep memiliki konsetrasi 5%. Adeps Lanae memiliki stabilitas dapat mengalami auto oksidasi selama penyimpanan untuk mencegah ditambahkan antioksidan. Adaps Lanae di simpan Di tempat yang tertutup, terlindung dari cahaya, sejuk dan kering.



r. Nipagin/Methylis Paraben (Rowe, et al., 2009) Nipagin/Methylis Paraben merupakan Hablur atau serbuk tidak berwarna, atau kristal putih, tidak berbau atau berbau khas lemah, dan mempunyai rasa sedikit panas, berkhasiat sebagai antifungi dan memiliki konsentrasi 0,02-0,3% untuk topikal . Nipagin/Methylis Paraben mempunyai Rumus molekul C8H8O3 dnegan beat molekul 152,15. Kelarutan Nipagin/Methylis Paraben Mudah larut dalam etanol, eter; praktis tidak larut dalam minyak; larut dalam 400 bagian air. Nipagin/Methylis Paraben tidak dapat becampur dengan Surfaktan non-ionik seperti polisorbat 80, bentonit, magnesium trisilikat, talk, tragakan, dan sodium alginat.



s. Nipasol/Propyl Paraben (Rowe, et al., 2009) Nipasol/Propyl Paraben merupakan Kristal putih, tidak berbau dan tidak berasa. Degan kelarutan Sukar larut dalam etanol ( 95 % ), mudah larut dalam air dan etanol 30 % dan tidak dapat becampur degan surfaktan non ionik, bekhasiat sebagai pegawet memiliki pH Stabil pada pH 3-6. Nipasol/Propyl Paraben memiliki



konsentrasi 0,01-0,6% untuk topikal dan di simpan dalam wadah tertutup baik, ditempat sejuk dan kering



t. Aquadest/Dihidrogen Oksida (DEPKES RI, 1995) Aquadest/Dihidrogen Oksida atau disebut juga Aqua, air merupakan sediaan Jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa, dengan kelarutan dapat dicampur degan kebanyakan pelarut polar dan bekhasiat sebagai pelarut, Media distribusi. Aquadest memiliki stabilitas Stabil pada semua keadaan fisik. Aquadest/Dihidrgen Oksida



memiliki Inkompatibilitas dapat bereaksi dengan zat yang mudah



terhidrolisis pada suhu lingkungan maupun kenaikan suhu, bereaksi cepat dengan logam alkali, dan oksidanya bereaksi dengan garam anhidrat. Penyimpanan Aquadest dalam wadah tertutup rapat.



7. Evaluasi Fisika dan Kimia Sediaan Krim



u. Uji Organoleptis



Mendeskripsikan sediaan krim secara fisik seperti warna, bau dan tekstur dari sediaan krim yang sudah bercampur dengan basis (Voight, 1994). v. Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah bahan aktif obat dengan basis krim dan bahan tambahan lain yang digunakan telah tercampur secara homogen. Krim dinyatakan homogen apabila pada pengamatan krim mempunyai



tekstur yang tampak rata dan tidak menggumpal (Khopkar, 1990). w. Uji pH Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu sediaan. pH meter dikalibrasi dengan larutan dapar standar netral (pH 7,0) dan larutan dapar pH asam (pH 4,0) sampai menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian, elektroda dicuci dengan air suling dan dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dalam 100 ml air suling. Selanjutnya, elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. pH meter dibiarkan sampai menunjukkan harga pH yang konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan (Lubis & Reveny, 2012). Krim sebaiknya memiliki pH yang sesuai dengan pH kulit normal yaitu 4,5-6,5 (Afifah, 2017). x. Uji Daya Sebar Uji daya sebar berfungsi untuk melihat penyebaran pada krim karena berhubungan dengan viskositas dan kenyamanan saat digunakan. Konsistensi krim diklasifikasikan berdasarkan diameter penyebarannya, yaitu (Afifah, 2017): 1) Krim semi kaku : diameter ≤ 50 mm



2) Krim semi cair : diameter 50 mm < diameter 70 mm



3) Krim cair



: diameter > 70 mm



y. Uji Tipe Krim



Sejumlah sediaan krim diletakan pada kaca objek, kemudian tambahkan 1 tetes metil biru, diaduk dengan batang pengaduk. Bila metil biru tersebar merata berarti tipe krim yang dihasilkan adalah minyak dalam air (M/A). Bila timbul bintik bintik biru krim yang dihasilkan tipe Air dalam minyak (A/M) (Depkes RI, 1985). z. Uji Viskositas Pemeriksaan viskositas untuk memastikan tingkat kekentalan yang sesuai untuk penggunaan topikal. Viskositas diukur menggunakan Viskosimeter Brook Field LV. Sediaan sebanyak 25 gram dimasukkan kedalam gelas viskometer, kemudian dipasang spindel nomer 2 dan rotor dijalankan. Viskositas sediaan krim yang sesuai dengan persyaratan adalah 2.000-50.000 cps (Remington, 1995) (SNI, 1996)



B. Penelitian Terkait Penelitian Risna Pratiwi. pada tahun 2018 yang berjudul “Formulasi sediaan Krim Body



Scrub dari



Ekstrak



DAUN



PANDAN



WANGI



(Pandanus



amaryllifolius Roxb.). Variasi Konsentrasi Emulgator Span-Tween 60” bertujuan untuk mendapatkan formulasi krim body scrub yang stabil secara fisik, ekstrak DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb.) diformulasikan menjadi sediaan krim body scrub dengan menggunakan variasi konsentrasi emulgator span-tween 60. Krim body scrub selanjutnya diuji kestabilan fisiknya meliputi pengamatan uji organoleptis, uji homogenitas, uji pH, uji daya sebar, dan uji tipe krim. Hasil penelitiannya menunjukkan Berdasarkan uji organoleptis, uji homogenitas, uji pH, uji daya sebar dan uji tipe krim formula yang paling stabil



adalah formula II karena paling sesuai dengan parameter standar evaluasi fisika dan kimia sediaan krim. Formula krim body scrub ekstrak daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) dengan variasi konsentrasi emulgator span-tween 60 1%, 2% dan 3% yang paling stabil berdasarkan hasil evaluasi fisika dan kimia sediaan krim adalah formula II dengan konsentrasi span-tween 60 sebanyak 2%



C. Kerangka Teori Ekstrak



Antioksidan



Ekstrak adalah Sediaan kering, kental



Senyawa penangkal dampak negative



atau cair yang diperoleh dengan



Daun Kemangi



oksidan yang bekekrja degan cara



mengekstraksi senyawa aktif dari



(Ocimum sanctum L.)



medonorkan satu electron kepada



simplisia nabati



ataupun hewani



seyawa yang bersifat oksidan (



menggunakan pelarut yang sesuai



(Josephy, 1997) (Winarto & Subakti,



(Depkes RI, 2000).



2003)



Lulur (Krim Body Scrub) Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (Depkes RI, 1995). Body Scrub adalah perawatan tubuh dengan menggunakan lulur (Anastasia, 2009).



Kompone Krim body scrub 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Zat berkhasiat Minyak Air Pegemulsi (emulgator) Bahan pengemulsi (Sumardjo dan Damin, 2006) Pengamplas (Alam, 2009)



Emulgator Emulgator membantu menstabilkan sediaan yang terdiri dari dua zat yang tidak bercampur (Padmadisastra & dkk, 2007)



Evaluasi Fisika dan Kimia Sediaan Krim Body Scrub 1. 2. 3. 4. 5.



Organoleptis Homogenitas pH Daya Sebar Tipe Krim dan uji Viskositas



Variasi Konsetrasi Variasi adalah bentuk atau jumlah yang berbeda. Konsentrasi adalah persentase kandungan bahan di dalam satu larutan (KBBI, 2018).



Gambar 2.3 Bagan Kerangka Teori Sumber: Depkes RI (2000); Josephy (1997); Winarto (2003); Depkes RI (1995); Anastasia (2009); Sumardjo dan Damin (2006); Alam (2009); Padmadisastra (2007); KBBI (2018).



BAB III METODE PENELITIAN



A. Kerangka Konseptual



Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2005). Kerangka konsep pada penelitian ini mengenai pengaruh konsentrasi ekstrak daun kemangi yaitu 1%, 2% dan 3% terhadap hasil evaluasi fisika dan kimia sediaan krim body scrub. Dalam hal ini, konsentrasi merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan jumlah zat (gram) dalam jumlah total bobot sediaan (gram) (b/b). Berikut ini merupakan kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini yang dijelaskan dalam bentuk diagramatis: Evaluasi fisika dan kimia formulasi sediaan krim body scrub: 1. Uji organoleptis Konsentrasi ekstrak daun kemangi pada sediaan krim body sctub yaitu 1%, 2%, dan 3%.



2. Uji homogenitas 3. Uji pH 4. Uji daya sebar 5. Uji tipe krim 6. Uji Viskositas



Gambar 3.1 Bagan Kerangka Konseptual



B. Variabel Penelitian



Variabel penelitian adalah suatu atribut, sifat atau nilai seseorang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Berikut variabel dalam penelitian ini, diantaranya: 1. Konsentrasi ekstrak daun kemangi yang digunakan pada sediaan krim body scrub ekstrak daun kemangi yaitu 1%, 2%, dan 3%. 2. Evaluasi fisika dan kimia formulasi sediaan krim body scrub yaitu uji organoleptis, uji homogenitas, uji pH, uji daya sebar, uji tipe krim dan uji viskositas.



C. Definisi Operasional



Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang dapat diamati (diukur) itulah yang merupakan kunci definisi operasional. Dapat diamati tersebut berarti peneliti mungkin melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena (Nursalam, 2006). Definisi operasional setiap variabel dalam penelitian ini dijelaskan dalam Tabel 3.1 Definisi Operasional. Tabel 3.1 Definisi Operasional



Definisi Nama Variabel 1.Konsentrasi ekstrak daun kemangi



Parameter dan



Skala



Variabel



Alat Ukur



Kategori



Pengukuran



Ukuran yang



Timbangan



Parameter:



Nominal



menggambarkan



Analitik



Konsentrasi ekstrak



banyaknya zat di



daun kemangi



dalam suatu



sebanyak



campuran dibagi dengan volume-



1% yang diperoleh dari 1 gram zat dalam 100 gram total campuran-



Nama Variabel



Definisi Variabel total



campuran



tersebut.



Alat Ukur Parameter dan Kategori krim body scrub. Hal ini digunakan untuk



mengetahui



seberapa



stabil



sediaan krim body scrub yang dibuat. Kategori:



Skala Pengukuran



1. Tepat 2. Tidak Tepat Parameter: Konsentrasi ekstrak daun kemangi sebanyak 2% yang diperoleh dari 2 gram zat dalam



100 gram



total



campuran



krim body scrub. Hal ini digunakan untuk



mengetahui



seberapa



stabil



sediaan krim body scrub yang dibuat. Kategori: 1. Tepat



2. Tidak Tepat Parameter: Konsentrasi ekstrak daun kemangi



3% yang diperoleh dari 3 gram zat dalam



100 gram



total



campuran



krim body scrub. Hal ini digunakan untuk



mengetahui



seberapa



stabil



sediaan krim body scrub yang dibuat. Kategori: 1. Tepat 2. Tidak Tepat



2.Uji Organoleptis



Mendeskripsikan



Panca



Parameter:



sediaan



krim



Indera



Memiliki



secara



fisik



seperti



warna,



Nominal



konsistensi lembut, warna sediaan-



bau dan tekstur-



Nama Variabel



Definisi



Alat Ukur Parameter dan



Variabel



Kategori



dari sediaan krim yang



Pengukuran



homogen,



sudah



Skala



dan



baunya harum.



bercampur



Kategori:



dengan basis.



1. Stabil 2. Tidak Stabil



3. Uji Homogenitas



Mengetahui apakah



bahan



Kaca Objek



Parameter: Apabila



pada



aktif obat dengan



pengamatan krim



basis krim dan



mempunyai tekstur



bahan tambahan



yang tampak rata



lain



yang



digunakan telah



dan



tidak



menggumpal. Kategori:



Nominal



4. Uji pH



tercampur secara



1. Homogen



homogen.



2. Tidak Homogen



Menyatakan



pH meter



tingkat keasaman



Parameter:



Nominal



Krim sebaiknya



atau kebasaan



memiliki pH yang



yang dimiliki oleh



sesuai dengan pH



suatu sediaan.



kulit normal yaitu 4,5-6,5. Kategori: 1. Sesuai 2. Tidak Sesuai



5. Uji Daya Sebar



Melihat



Kertas



penyebaran pada Milimeter krim karena



Blok



berhubungan



Kaca Arloji



dengan viskosita dan kenyamanan saat digunakan.



Parameter: Dapat menyebar



dan dengan mudah dan merata. Kategori: 1. Krim semi kaku:



diameter ≤ 50 mm 2. Krim semi cair:



Ordinal



diameter > 50 mm diameter < 70 mm 3. Krim



cair:



diameter > 70 mm



6. Uji Tipe krim



Menentuan tipe Kaca Objek, krim yang telah



Batang



dibuat.



Pengaduk dan



Metil Biru



Parameter:



Nominal



Bila metil biru tersebar merata berarti tipe krim yang



dihasilkan



adalah minyak dalam air (M/A). Bila timbul bintik bintik biru krim-



Nama Variabel



Definisi Variabel



Alat Ukur Parameter dan Kategori yang dihasilkan tipe Air dalam minyak



Skala Pengukuran



(A/M). Kategori: 1. Tipe M/A 2. Tipe A/M



Viskometer



Viskositas sediaan



keketalan sediaan Brookfield



krim 2.000-50.000



7. Uji Viskositas



Melihat



krim pada



cps



sediaan fisik



Kategori:



Nominal



1. Stabil 2. Tidak Stabil



D. Ruang Lingkup Penelitian



1. Tempat Penelitian



a. Identifikasi tanaman daun kemangi dilakukan di ....................................... ................................................................... b. Skrining fitokimia serbuk simplisia serta pengujian kadar air, kadar Flavonoid dan kadar



abu



ekstrak



daun



kemangi



dilakukan



di



Laboratorium



........................................................................................... c. Pembuatan ekstrak daun kemangi dan formulasi krim body scrub dari ekstrak daun kemangi



dilakukan



di



Laboratorium



...................................................................................................................... 2. Waktu Penelitian



-



E. Rancangan Penelitian



1. Jenis Penelitian



Metode eksperimen merupakan metode percobaan dan observasi sistematis dalam suatu situasi khusus, dimana gejala-gejala yang diamati itu begitu disederhanakan, yaitu hanya beberapa faktor saja yang diamati, sehingga peneliti bisa mengatasi seluruh proses eksperimennya (Kartono & Kartini, 1999). Penelitian eksperimen dalam bidang pendidikan ada tiga macam yang menunjukkan tingkatan “kemurnian” eksperimen, yaitu pra-eksperimen (pre- experimental), eksperimen semu (quasi experimental) dan eksperimen murni atau sesungguhnya (true experimental) (Sugiyono, 2012). Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode pre experimental design dengan jenis one-shot case study.



Bagan dari one-shot case study sebagai berikut: X



O



Perlakuan terhadap variabel bebas



Observasi atau pengukuran variabel terikat



(Treatment of Independent Variabel)



(Observation or Measurment of Dependent Variabel)



Gambar 3.2 Bagan Rumus Pre Experimental One-Shot Case Study



Metode ini diberikan pada satu kelompok saja tanpa kelompok pembanding dengan pembuatan sediaan krim body scrub dari ekstrak daun kemangi dengan konsentrasi ekstrak daun kemangi yang berbeda yaitu 1%, 2% dan 3% dan dilakukan evaluasi fisika dan kimia yang terdiri dari uji organoleptis, uji homogenitas, uji pH, uji daya sebar , uji tipe krim dan uji viskositas.



2. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling



Populasi merupakan keseluruhan dari kumpulan elemen yang memiliki sejumlah karakteristik umum, yang terdiri dari bidang-bidang untuk diteliti. Selain itu, populasi adalah keseluruhan kelompok dari orang-orang, peristiwa atau barangbarang yang diminati oleh peneliti untuk diteliti (Malhotra, 1996). Populasi pada penelitian ini yaitu sebanyak 300 gram dari total keseluruhan bobot ketiga formula, yang masing-masing formulanya sebanyak 100 gram krim body scrub. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan sampel adalah bagian populasi yang hendak



diteliti dan mewakili karakteristik populasi (Arikunto, 2010). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling. Teknik simple random sampling adalah teknik pengambilan sampel dari anggota populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2001). Sampel yang digunakan pada penelitian ini diambil acak dari masing-masing populasi (formula I, II dan III) untuk dilakukan evaluasi fisika dan kimia sediaan krim body scrub.



3. Teknik Pengumpulan Data



Sampel dievaluasi stabilitas fisika dan kimianya. Langkah pertama yang dilakukan adalah uji organoleptis, yaitu dengan cara mengambil masing-masing 10 gram dari setiap formula untuk membandingkan bentuk, warna dan bau yang diamati secara visual. Kedua, uji homogenitas dengan cara 0,5 gram krim dioleskan pada kaca objek yang bersih dan kering sehingga membentuk suatu lapisan yang tipis, kemudian ditutup dengan kaca objek lainnya, lalu diamati homogenitas pada setiap formula krim. Ketiga uji pH, yaitu dengan menggunakan alat pH meter yang sudah dikalibrasi dengan larutan dapar standar netral (pH 7,0) dan larutan dapar pH asam (pH 4,0) sampai menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling dan dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 gram krim body scrub dan dilarutkan dalam 100 ml aquadest. Kemudian, elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut dan pH meter diamati



sampai menunjukkan harga pH yang konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan. Keempat uji daya sebar, yaitu dengan cara kaca arloji diletakkan di atas kertas milimeter blok pada kaca tersebut diletakkan 0,5 gram krim body scrub, kemudian ditutup dengan kaca arloji lainnya dan dibiarkan selama ± 5 detik untuk mendapatkan berapa besar diameter daerah yang terbentuk. Kemudian dilanjutkan dengan menambahkan beban di atas kaca arloji tersebut beban 500 gram lalu diamati diameter daerah yang terbentuk. Kelima uji tipe krim, dengan cara pada setiap formula diambil masing- masing 0,5 gram sediaan dan diletakan pada kaca objek, kemudian tambahkan satu tetes metil biru, diaduk dengan batang pengaduk. Semua teknik pengujian yang digunakan akan berpacu pada parameter sediaan krim, apakah sediaan yang dibuat sudah sesuai atau tidak, dan teakhir uji viskositas dengan cara setiap formula di ambil Sediaan sebanyak 25 gram dimasukkan kedalam gelas viskometer, kemudian dipasang spindel nomer 2 dan rotor dijalankan. Viskositas sediaan krim yang sesuai dengan persyaratan adalah 2.00050.000 cps.



4. Instrumen Penelitian



Alat-alat yang dibutuhkan dalam penelitian ini dijelaskan dalam Tabel



3.2 Alat Yang Dibutuhkan Dalam Penelitian, sebagai berikut:



Tabel 3.2 Alat Yang Dibutuhkan Dalam Penelitian No. Nama Alat 1.



Timbangan analitik



2.



Water bath



3.



Cawan penguap



4.



Batang pengaduk



5.



Termometer air raksa



6.



Mortir dan stamper



7.



Spatula



8.



Sudip



9.



Gelas bekker 100 ml



10.



Gelas ukur 10 dan 100 ml



11.



Kaca arloji



12.



Kaca objek



13.



Anak timbangan 500 gram



14.



Kertas milimeter blok



15.



pH meter



16 Ayakan nomor 40



17.



Viskosimeter Brook Field LV



Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini dijelaskan dalam Tabel 3.3 Bahan Yang Dibutuhkan Dalam Penelitian, sebagai berikut: Tabel 3.3 Bahan Yang Dibutuhkan Dalam Penelitian No.



Nama Bahan



1.



Ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum L. )



2.



Beras putih (Oryza sativa L.)



3.



Asam stearat



4.



Span-Tween 60



5.



Setil alkohol



6.



Propilenglikol



7.



Paraffin cair



8.



Adeps lanae



9.



Metil paraben



11.



Propil paraben



12. Aquadest



5. Pengolahan dan Analisis Data



a. Pengambilan Sampel



Bahan aktif yang digunakan untuk penelitian ini adalah ekstrak daun kemangi



(Ocimum



sanctum



L.)



yang



diperoleh



dari



.................................................................................................................................... ..............................................................................dan pengambilan bahan baku serta emulgator



Span-



Tween



60



sediaan



krim



body



scrub



yaitu



di



............................................................................. b. Pembuatan Ekstrak Daun kemangi (Ocimum sanctum L.)



Proses pembuatan ekstrak daun kemangi diperoleh dengan cara, 200 gram serbuk simplisia daun kemangi direndam dan dimaserasi dengan menggunakan pelarut etanol 96% sebanyak 2 liter selama 2 hari dengan pengadukan setiap 24 jam sekali pada suhu kamar (25-30o C). Proses tersebut dilakukan agar senyawasenyawa aktif dalam daun kemangi dapat tersari secara optimal. Setelah proses maserasi, campuran simplisia dan etanol tersebut disaring menggunakan dua saringan yang memiliki ukuran mesh yang berbeda dan juga menggunakan kertas saring. Selanjutnya filtrat dievaporasi, proses evaporasi ini dilakukan dengan menggunakan dua cara yaitu yang pertama menggunakan water bath dengan suhu 70-85o C dan yang kedua dengan menggunakan pemanasan api bunsen dan kaki tiga, kedua cara ini digunakan karena keterbatasan alat yang ada serta agar mempercepat proses penguapan.



c. Rancangan Formulasi



Tabel 3. 4 Rancangan Formulasi Formula b/b (%) Bahan



FI



Ekstrak daun kemangi (Ocimum)1



F II



F III



Komponen



2



3



Zat berkhasiat



10



10



Pengamplas



sanctum L.) Beras putih (Oryza sativa L.)



10



(Obrasiver) Asam stearat



5



5



5



Bahan pengemulsi/fase minyak



Span-Tween 60



2



2



2



Pengemulsi



Setil alkohol



3



3



3



Bahan pengemulsi/fase minyak



Propilenglikol



0,5



0,5



0,5



Fase air



Paraffin cair



5



5



5



Fase air



Adeps lanae



5



5



5



Bahan pengemulsi/fase minyak



Metil paraben



0,1



0,1



0,1



Pengawet



Propil paraben



0,05



0,05



0,05



Pengawet



Aquadest ad



100



100



100



Pelarut



Keterangan:



FI



= Formula krim body scrub dengan penambahan ekstrak daun kemangi sebanyak 1 gram.



F II



= Formula krim body scrub dengan penambahan ekstrak daun kemangi sebanyak 2 gram.



F III



= Formula krim body scrub dengan penambahan ekstrak daun kemangi sebanyak 3 gram.



d. Cara Kerja Pembuatan Krim Body Scrub



Pertama buatlah Fase minyak adeps lanae, asam stearat, setil alkohol, dan span 60, dilebur secara berturut-turut kemudian ditambahkan propil paraben, suhu



o dipertahankan pada 70 C., kedua Fase air dibuat dengan melarutkan metil paraben dalam aquadest yang telah dipanaskan dan ditambahkan propilenglikol, parafin o cair, kemudian ditambahkan tween 60, dipertahankan pada suhu 70 C. Ketiga Krim dibuat dengan mencampurkan fase minyak ke dalam fase air yang sudah dipindahkan di dalam mortir sambil diaduk dengan stamper selama ± 3 menit, kemudian didiamkan selama 20 detik lalu diaduk sampai homogen. Keempat Setelah terbentuk krim, dimasukkan ekstrak daun kemangi yang sebelumnya telah dilarutkan terlebih dahulu dengan aquadest. Kelima Terakhir dimasukkan serbuk beras yang sudah diayak menggunakan ayakan ukuran mesh nomor 40. Selanjutnya lakukan Evaluasi Fisika dan Kimia Sediaan Krim Body Scrub. e. Evaluasi Fisika dan Kimia Sediaan Krim Body Scrub. 1. Uji Organoleptis Sampel dari masing-masing formula diambil sebanyak ± 10 gram lalu diamati perubahan bentuk, warna dan baunya menggunakan panca indera penglihatan dan penciuman setiap satu minggu dari minggu ke-0 sampai minggu ke-4. Pengamatan dilakukan pada suhu kamar (25-30oC). 2. Uji Homogenitas Sebanyak 0,5 gram sampel dari masing-masing formula dioleskan pada kaca objek yang bersih dan kering sehingga membentuk suatu lapisan yang tipis, kemudian ditutup dengan kaca objek lainnya dan diamati homogenitas krim dari masingmasing formula. Krim dinyatakan homogen apabila pada pengamatan krim mempunyai tekstur yang tampak rata dan tidak menggumpal (Khopkar, 1990). Uji dilakukan pada minggu ke-0 sampai dengan minggu ke-4.



3.Uji pH Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter. pH meter dikalibrasi dengan larutan dapar standar netral (pH 7,0) dan larutan dapar pH asam (pH 4,0) sampai menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling dan dikeringkan dengan tissue. Sampel dari masing-masing formula dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dalam 100 ml aquadest. Kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut dan pH meter diamati sampai menunjukkan harga pH yang konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan (Lubis, 2012). Dilakukan pengujian pada minggu ke-0 sampai dengan minggu ke-4 pada masing-masing formula pada suhu kamar (25-30o C). Krim sebaiknya memiliki pH yang sesuai dengan pH kulit normal yaitu 4,5-6,5 (Afifah, 2017). 4.Uji Daya Sebar Kaca arloji diletakkan di atas kertas milimeter blok pada kaca tersebut diletakkan 0,5 gram sampel dari masing-masing formula, kemudian ditutup dengan kaca arloji lainnya dan dibiarkan selama ± 5 detik untuk mendapatkan berapa diameter daerah yang terbentuk. Kemudian dilanjutkan dengan menambahkan beban diatas kaca arloji tersebut beban 500 gram dan diamati diameter daerah yang terbentuk. Pengujian daya sebar dilakukan pada minggu ke-0 sampai dengan minggu ke-4. Konsistensi krim diklasifikasikan berdasarkan diameter penyebarannya, yaitu (Afifah, 2017): a



Krim semi kaku



:



diameter ≤ 50 mm



b



Krim semi cair



:



diameter 50 mm < diameter 70 mm



c



Krim cair



:



diameter > 70 mm



5. Uji Tipe Krim Sejumlah sediaan krim diletakan pada kaca objek, kemudian tambahkan 1 tetes metil biru, diaduk dengan batang pengaduk. Bila metil biru tersebar merata berarti tipe krim yang dihasilkan adalah minyak dalam air (M/A). Bila timbul bintik bintik biru krim yang dihasilkan tipe air dalam minyak (A/M) . (Depkes RI, 1985) 6.



Uji Viskositas



setiap formula di ambil Sediaan sebanyak 25 gram dimasukkan kedalam gelas viskometer, kemudian dipasang spindel nomer 2 dan rotor dijalankan. Viskositas sediaan krim yang sesuai dengan persyaratan adalah 2.000-50.000 cps. (Remington, 1995) (SNI, 1996)



6. Etika Penelitian Dalam penelitian ini saya sebagai peneliti tidak melibatkan manusia dan hewan untuk, maka tidak diperlukan kaji etik dari komite kesehatan.



7. Jadwal Penelitian



Tabel 3.5 Jadwal Penelitian



No. Kegiatan



Bulan Maret



Bulan April



Bulan Mei Bulan JuniBulan Juli



1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1.



Pengajuan Judul Penelitian



2.



Revisi BAB I sampai BAB III



3.



Perizinan Penggunaan Lab



4.



Persiapan Alat dan Bahan



5.



Pembuatan Sediaan Krim Body Scrub



6.



7.



Evaluasi Fisika dan Kimia Sediaan Krim Body Scrub Analisis Data



DAFTAR PUSTAKA



Afifah, N., 2017. Formulasi Krim Solid Lipid Nanoparticles Esktak Rimpang Lengkuas Laki Laki (Alpinia zerumbet (Pers) B. L. Burtt& R.M. Sm) dan Uji Inhibisi Elastase Secara In Vitro. Jakarta: Univesitas Pancasila. Alam, M., 2009. Cosmetic dermatology for skin of color. United States: The McGraw-Hill Companies Inc. Anastasia, A., 2009. Cantik, Sehat dan Sukses berbisnis spa. Jakarta: Kanisius. Anief, M., 1987. Ilmu Meracik Obat Teori Dan Praktek. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Ansel, H., 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Diterjemahkan oleh Farida Ibrahim. Edisi IV ed. Jakarta: Universitas Indonesia. Arikunto, 2010. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik. Jakarta: Rhineka Cipta. Bhattacharya, A., 2014. Evaluation Of Some Anti Oxidativ Constituet Of Three Species Of Ocimum. s.l.:s.n. Bilal & dkk, 2012. Phytochemical and Pharmacological Studies on Ocimum Basilicum Linn-A Review. International Journal Of Current Research And Review., Volume 22(4), pp. 405-409. BioBusiness, A., 2006. Potensi Pasar Dunia Untuk Bisnis Beras Inovatif Di Thailand. Terakhir melaporkan disiapkan untuk inovasi Nasional Agency Thailand. Singapura: Asia BioBusiness Pte Ltd. Damardjati & dkk, 1981. Penentuan Umur Panen Optimum Padi Sawah (Oryza Sativa L.). Bogor: Penelitian Pertanian. Depkes RI, 1979. Farmakope Indonesia. III ed. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan. Depkes RI, 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawas Obat Dan Makanan. DEPKES RI, 1995. Framakope Indonesia. Edisi IV ed. Jakarta: Direktorat Jendeal Pengawasan Obat Dan Makanan. Depkes RI, 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawas Obat Dan Makanan.



dkk, T. R., 2007. Buku Pegangan Ilmu Pegetahuan Kosmetik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Erungan & dkk, 2009. Aplikasi Karingan Dalaam Pembuatan Skin Lotion. Jurnal Pengolahan Hasil perikanan Indonesia, Volume 12(2), pp. 129-144. Fauzi & Nurmalina, 2012. Merawat Kulit Dan Wajah. Jakarta: Gramedia. Hasan, H., 2016. Pengaruh Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum basilicum L.) Terhadap Daya Tetas Telur Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) yang Diinfeksi Jamur Saprolegnia Sp.. Jurnal Ruaya, Volume Vol.4 No.1, pp. ISSN 2541-3155. Herawan, T., 1998. Biosurfaktan: Aplikasi dan Peluang Minyak Sawit sebagai Bahan Bakunya. Medan: Warta Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Ihsanto, M., 2018. PENGARUH REBUSAN DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum) TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL TOTAL TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) HIPERKOLESTEROLEMIA (Dimanfaatkan Sebagai Sumber Belajar Biologi).. Undergraduate (S1) thesis. Ismawati, R., 2017. Formulasi Sediaan Cream Ekstrak Kering Herba Pegagan (Cetella asiatica L.) Sebagai Anti penuaan Dini. Jakarta: Univesitas Pancasila. Josephy, P., 1997. Moleculer Toxicology.. New York: Oxford University. Kartono & Kartini, 1999. Patologi Sosial. Jakarta: Raja grafindo Persada. Kayahara, H. & Tsukahara, K., 2000. Rasa, Kesehatan, Dan gizi kualitas praberkecambah beras merah. Hawaii: Intenational Chemical Congrss Of Pacific Basin Societies. KBBI, n.d. Kamus Besar Bahasa Indonesia. s.l.:s.n. KBBI, n.d. Kamus Besar Bahasa Indonesia. s.l.:s.n. Khopkar, S., 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press. Kumar, K., Bhowmik, D., Duraivel, S. & Umadevi, 2012. "Traditional and Medical Uses of Banana. Journal Of Phamacognosy and Phytochemistry, 1(3). Kusuma, 2010. Efek Ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum L) Terhadap Kerusakan Hepatosit Mencit Akibat Minyak Sawit Dengan Pemanasan Berulang. Skripsi Fakultas kedokteran Universitas Sebelas marte. Lachman, L., 1994. Theory and Parctice of Industrial Pharmacy. Easton pennysylvania: Mack Publishing Company. Lubis, E. & Reveny, J., 2012. Natural Skin Moisturizer From Pomelo Juice [Citrus maxima (burn) Osbeck]. Journal Of Pharmaceutical and Pharmacology.



Malhotra, N. K., 1996. Marketing Research : An Applied Orientation. 2nd ed. New Jerse: Prentice Hall Inc. Malik, F. & dkk, 2020. FORMULATION OF CRAM BODY SCRUB FRMO ETHANOL EXTRACT OF CASSAVA LEAVES (MANIHOT ESCULETA) AS ANTIOXIDANT. Journal of Vacational Health Studies, Volume 04, pp. 21-28. Martini, F., 2001. Fundametals of Anatomy and Physiology. fifth Edition ed. New Jersey: Prentice Hall. Mitsui, T., 1997. New Cosmetic Science. Amstedam: Elsevier Science B.V. Nursalam, 2006. Konsep dan Penerapan Metodologi Peelitian Keperawatan. Jakarta: s.n. Padmadisastra & dkk, 2007. Pembuatan Basis Krim VCO ( Virgin Coconut Oil) Menggunakan Microwave Oven. Plant XXXI ed. Surabaya: IOCD Int. Symposium and Seminar of Indonesia Med. Pratiwi, R., 2018. FORMULASI SEDIAAN KRIM BODY SCRUB EKSTRAK DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb). Pamulang: StiKes Kharisma Persada. Raymond, R. & Tjandrawinata, 2011. Anti Aging. Medicinus: Scientific Journal Of Pharmaceutical Development And Medical Aplication, Volume 24(1), pp. 1-5. Remington, J., 1995. The Sciences and Practice of Pharmacy. 1 ed. Easton Pensylvania. : Marck Publishing Company. R, F. A. d. N., 2012. Merawat Kulit dan Wajah. Jakarta: Gramedia. Rowe, R., Sheskley, P. & Waller, P., 2009. Handbook Of Pharmaceutical Excipient. 6th ed. Washington DC: Pharmaceutical Press and American Pharmacist Association. Safwan & dkk, 2016. Pengaruh ekstrak Daun Kemangi (Ocimum sanctum L.) Terhadap Motilitas Dan Konsetrasi Spematoza Mencit Jantan. Jurnal ilmiah ibnu sina, Volume 1(2), pp. 173-181. Singh, 2012. Diversified potetial of Ocimum Sanctum Linn (Tulsin). In: An Exhaustive Survey. J. Nat. Prod. Plant Resour. s.l.:s.n., pp. 2 (1) : 39-48 ISSN: 2231- 3184. SNI, 1. 4., 1996. Sediaan Tabir Surya. Jakarta: Dewan Standarisasi Nasional. Soedarso, 2012. Kemangi daun sakti penjaga perut. Surabaya: Stomata. Sugiyono, 2001. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alphabeta. Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: alfabeta.



Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: alfabeta. Sumardjo dan Damin, 2006. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedoktean dan Program strata 1 Fakultas Bioeksata. Jakarta: EGC. Syaifuddin, 2009. Anatomi Tubuh Manusia. Edisi 2 ed. Jakarta: Salemba Medika. Tjitrosoepomo, G., 2004. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Yogyakarta: Gadjah Mada Univesity Press. Tortora, G. & Anagnostakos, N., 1990. The Integumentary system. Principles of Anatomy adn Physiology. Edisi V ed. New York: Harper and Row Publisher. Tranggono, R. & dkk, 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: Gramadia Pustaka Utama. Ulfa, M., Khairin, N. & Maryam, F., 2016. Formulasi dan Evaluasi Fisik Krim Body Scrub dari Ekstrak Teh Hitam (Camellia sinensis), Variasi Konsentrasi Emulgator Span-Tween 60. Verma, 2016. Chemical constituens and pharmacologycal action of Ocimum sanctum (Indian holy basil-Tulsi). In: The journal of phytopharmacology. s.l.:s.n., pp. 205-207. Voight, R., 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Ditejemahkan Oleh Dr. Soenandi Noeono. Yogyakarta: Gadjah Mada Univesity Press. Walwel & dkk., 2001. Polymers and Surfactants on the Basis of Renewable Resource. s.l.:Chemosphere. Widodo, 2003. Teknologi Proses Susu Bubuk. Yogyakarta: Lacticia Press. Widodo, H., 2013. Ilmu Meacik Obat Untuk Apoteker. Yogyakarta: D-Medika. Winarsih, H., 2007. Antioksidan Alami Dan Rdikal Bebas. Edisi V ed. Yogyakarta: Kanisius. Winarto, W. & Subakti, M., 2003. Khasiat Dan Manfaat Pegagan. Jakarta: Argo Media Pustaka. Zahra & dkk., 2017. Review Artikel: Kandungan Senyawa Kimia Dan Bioktivitas. Jurnal Farmakala, Volume 15, pp. 143-152. Zainal & dkk, 2016. Aktivitas Antifungi Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum americanum L.) Terhadap Fungi Fusarium oxysporum schlecht. Jurnal Biota, Volume Vol 2 No. 1 edisi Januari.