Proposal Puzzle Kelompok 3 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PROPOSAL TERAPI BERMAIN PUZZLE



Oleh : Kelompok III



PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER 2020



PERSETUJUAN Proposal Terapi Bermain “ Puzzle “ pada pasien usia 25 – 36 bulan RSUD dr. Haryoto Lumajang Telah dibuat pada tanggal



:



Pada pasien di ruang



: Bougenville



Lumajang, Pembimbing Ruangan,



(............................................................) NIP.NIK. Kepala Ruangan,



(............................................................) NIP.NIK.



Febuari 2020



KATA PENGANTAR Assalamua’alaikum wr. wb.             Sudah selayaknya ucapan syukur atas  kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat, petunjuk dan pertolongan-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya, walaupun dalam bentuk yang sederhana. Dan salam dan taslim senantiasa terkirimkan atas junjungan Nabiullah Muhammad SAW yang telah mengantarkan kita dari alam kegelapan ke alam terang benderang dengan curahan ilmu pengetahuan.            Proposal ini berjudul “TERAPI BERMAIN PUZZLE”. Dibuat sebagai salah satu tugas profesi ners stase “Keperawatan Anak” yang bertujuan untuk mempelajari masalah terapi bermain. Ucapan terima kasih kami haturkan kepada dosen pembimbing dan pembimbing klinik. Kami sangat menyadari proposal ini masih jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat diharapkan demi kesempurnaan proposal ini di waktu mendatang. Wassalamualikum wr. wb Lumajang ,



Febuari 2020



BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas bermain ini tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak. Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan. Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar dapat melanjutkan



fase



pertumbuhan



dan



perkembangan



secara



optimal,



mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009). Puzzle game merupakan permainan yang tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga dapat melatih kemampuan otak. Berdasarkan penelitian seorang ahli saraf bernamaIan Robertson, puzzel dapat meningkatkan kemampuan mental. Selain itu, permainan ini juga dapat mencegah penyakit Alzheimer dan hilang ingatan(Baras, 2010) Berdasarkan pengamatan kami dirumah sakit M. Djamil Padang diruangan anak kronis dan akut



didapatkan jumlah anak usia toddler (3-5 tahun)



sebanyak 15 orang anak. Anak-anak pada dapat memainkan sesuatu dengan tangannya yaitu dengan bongkar pasang yang bisa melatih kecerdasan otak anak dan berpikir secara logis untuk menyelesaikan gambar yang bisa menjadi sesuatu yang menarik seperi binatang atau orang



Bermain ini menggunakan objek yang dapat melatih kemampuan keterampilan anak yang diharapkan mampu untuk berkreatif dan terampil dalam sebagai hal. Sifat permainan ini adalah sifat aktif dimana anak selalu ingin mencoba kemampuan dalam keterampilan tertentu seperti bermain dalam puzzel gambar, disni anak selalu dipacu untuk selalu terampil dalam meletakkan gambar yang telahdi bongkar. 1.2   TUJUAN a. Tujuan Umum Anak



diharapkan



dapat



melanjutkan



tumbuh



kembangnya,



mengembangkan aktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman bermain dan beradaptasi efektif terhadap stress karena penyakit dan dirawat. b. Tujuan Khusus Setelah mengikuti permainan selama 30 menit anak akan mampu: 1. Mengembangkan kreativitas dan daya pikirnya 2.



Mengekspresikan perasaannya selam menjalani perawat.



  



3. Mengekspresikan rasa senangnya terhadap permainan 4. Beradaptasi dengan lingkungan 5. Mempererat hubungan antara perawat dan anak



BAB 2 TINJAUAN TEORI A.



Pengertian Bermain Puzzel Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau



mempraktikkan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berpilaku dewasa. (aziz alimul, 2009) Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi anak (Anggani Sudono, 2000). Menurut Patmonodewo (Misbach, Muzamil, 2010) kata puzzle berasal dari bahasa Inggris yang berarti teka-teki atau bongkar pasang, media puzzle merupakan media sederhana yang dimainkan dengan bongkar pasang. Berdasarkan pengertian tentang media puzzle, maka dapat disimpulkan bahwa media puzzle merupakan alat permainan edukatif yang dapat merangsang kemampuan matematika anak, yang dimainkan dengan cara membongkar pasang kepingan puzzle berdasarkan pasangannya. B.



Tujuan Bermain Puzzel Tujuan brmain pada anak yaitu memberikan kesenangan maupun



mengembangkan imajinsi anak. Sebagai suatu aktifitas yang memberikan stimulus dalam kemampuan keterampilan, kognitif, dan afektif sehingga anak akan selau mengenal dunia, maupun mengembangkan kematangan fisik, emosional, dan mental sehingga akan membuat anak tumbuh menjadi anak yang kreatif, cerdas dan penuh inovatif. C.      Fungsi Bermain Puzzel Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensorismotorik, perkembangan intelektual, perkembangan social, perkembangan kreativitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi.



1.      Perkembangan Sensoris – Motorik Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik merupakan komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting untuk perkembangan fungsi otot. Misalnya, alat permainan yang digunakan untuk bayi yang mengembangkan kemampuan sensoris-motorik dan alat permainan untuk anak usia toddler dan prasekolah yang banyak membantu perkembangan aktivitas motorik baik kasar maupun halus. 2.      Perkembangan Intelektual Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan objek. Pada saat bermain pula anak akan melatih diri untuk memecahkan masalah. Pada saat anak bermain mobil-mobilan, kemudian bannya terlepas dan anak dapat memperbaikinya maka ia telah belajar memecahkan masalahnya melalui eksplorasi alat mainannya dan untuk mencapai kemampuan ini, anak menggunakan daya pikir dan imajinasinya semaksimal mungkin. Semakin sering anak melakukan eksplorasi seperti ini akan semakin terlatih kemampuan intelektualnya. 3.      Perkembangan Social Perkembangan social ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan menerima.



Bermain



dengan



orang



lain



akan



membantu



anak



untuk



mengembangkan hubungan social dan belajar memecahkan masalah dari hubungan tersebut. Pada saat melakukan aktivitas bermain, anak belajar berinteraksi dengan teman, memahami bahasa lawan bicara, dan belajar tentang nilai social yang ada pada kelompoknya. Hal ini terjadi terutama pada anak usia sekolah dan remaja. Meskipun demikian, anak usia toddler dan prasekolah adalah tahapan awal bagi anak untuk meluaskan aktivitas sosialnya dilingkungan keluarga. 4.      Perkembangan Kreativitas Berkreasi



adalah



kemampuan



untuk



menciptakan



sesuatu



dan



mewujudkannya kedalam bentuk objek dan/atau kegiatan yang dilakukannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar dan mencoba untuk merealisasikan



ide-idenya. Misalnya, dengan membongkar dan memasang satu alat permainan akan merangsang kreativitasnya untuk semakin berkembang. 5.      Perkembangan Kesadaran Diri Melalui bermain, anak mengembangkan kemampuannya dalam mengatur mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal kemampuannya dan membandingkannya dengan orang lain dan menguji kemampuannya dengan mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap orang lain. Misalnya, jika anak mengambil mainan temannya sehingga temannya menangis, anak akan belajar mengembangkan diri bahwa perilakunya menyakiti teman. Dalam hal ini penting peran orang tua untuk menanamkan nilai moral dan etika, terutama dalam kaitannya dengan kemampuan untuk memahami dampak positif dan negatif dari perilakunya terhadap orang lain 6.      Perkembangan Moral Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama dari orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan mendapatkan kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima di lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan-aturan kelompok yang ada dalam lingkungannya. Melalui kegiatan bermain anak juga akan belajar nilai moral dan etika, belajar membedakan mana yang benar dan mana yang salah, serta belajar bertanggung-jawab atas segala tindakan yang telah dilakukannya. Misalnya, merebut mainan teman merupakan perbuatan yang tidak baik dan membereskan alat permainan sesudah bermain adalah membelajarkan anak untuk bertanggung-jawab terhadap tindakan serta barang yang dimilikinya. Sesuai dengan kemampuan kognitifnya, bagi anak usia toddler dan prasekolah, permainan adalah media yang efektif untuk mengembangkan nilai moral dibandingkan dengan memberikan nasihat. Oleh karena itu, penting peran orang tua untuk mengawasi anak saat anak melakukan aktivitas bermain dan mengajarkan nilai moral, seperti baik/buruk atau benar/salah. D.      Katagori Bermain Bermain harus seimbang, artinya harus ada keseimbangan antara bermain aktif dan  yang pasif yang biasanya disebut hiburan. Dalam bermain aktif



kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri, sedangkan bermain pasif kesenangan didapatkan dari orang lain. 1.



Bermain aktif



a)



 



Bermain mengamati /menyelidiki (Exploratory play)



Perhatikan pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat permainan tersebut. Anak memperhatikan alat permainan, mengocok-ngocok apakah ada bunyi mencuim, meraba, menekan, dan kadang-kadang berusaha membongkar. b)



 



Bermain konstruksi (construction play)



Pada anak umur 3 tahun, misalnya dengan menyusun balok-balok menjadi rumahrumahan. Dll. c)



Bermain drama (dramatik play)



Misalnya main sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan saudarasaudaranya atau dengan teman-temanny d) Bermain bola, tali, dan sebagainya 2. Bermain pasif Dalam hal ini anak berperan pasif, antara lain dengan melihat dan mendengar. Bermain pasif ini adalah ideal, apabila anak sudah lelah bermain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya. Contohnya: a)    Melihat gambar- gambar dibuku- buku/ majalah b)   Mendengarkan cerita atau musik c)   Menonton televisi d)   Dan lain-lain E.       Hal-hal yang Harus Diperhatikan 1    Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak. 2  Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak. 3 Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat pada keterampilan yang lebih majemuk. 4 Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin  bermain. Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit.



F.       Bentuk-bentuk Permainan Menurut Usia 1. Usia 0 – 12 bulan Tujuannya adalah : a)



Melatih reflek-reflek (untuk anak bermur 1 bulan), misalnya mengisap,



b)



Melatih kerjasama mata dan tangan.



c)



Melatih kerjasama mata dan telinga.



d)



Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan.



e)



Melatih mengenal sumber asal suara.



f)



Melatih kepekaan perabaan.



g)



Melatih keterampilan dengan gerakan yang berulang-ulang.



Alat permainan yang dianjurkan : a)



Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau dipegang.



b)



Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka.



c)



Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang.



d)



Alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara.



e)



Alat permainan berupa selimut dan boneka.



2.



Usia 13 – 24 bulan



Tujuannya adalah : a)



Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara.



b)



Memperkenalkan sumber suara.



c)



Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik.



d)



Melatih imajinasinya. 



e)



Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam bentuk kegiatan yang menarik



Alat permainan yang dianjurkan: a.



Genderang, bola dengan giring-giring didalamnya.



b.



Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik.



c.



Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga(misal: cangkir yang tidak mudah pecah, sendok botol plastik, ember, waskom, air), balok-balok besar, kardus-kardus besar, buku bergambar, kertas untuk dicoret-coret, krayon/pensil berwarna.



3.



Usia 25 – 36  bulan



Tujuannya adalah ; a)



Menyalurkan emosi atau perasaan anak.



b)



Mengembangkan keterampilan berbahasa.



c)



Melatih motorik halus dan kasar.



d)



Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung, mengenal dan membedakan warna).



e)



Melatih kerjasama mata dan tangan.  



f)



Melatih daya imajinansi.



g)



Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda.



Alat permainan yang dianjurkan : a)



Alat-alat untuk menggambar.



b)



Lilin yang dapat dibentuk



c)



Pasel (puzzel) sederhana.



d)



Manik-manik ukuran besar.



e)



Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang berbeda.



f)



Bola.



4.



Usia 32 – 72 bulan



Tujuannya adalah  : a)



Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan.



b)



Mengembangkan kemampuan berbahasa.



c)



Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah, mengurangi.



d)



Merangsang daya imajinansi dsengan berbagai cara bermain pura-pura (sandiwara).



e)



Membedakan benda dengan permukaan.



f)



Menumbuhkan sportivitas.



g)



Mengembangkan kepercayaan diri.



h)



Mengembangkan kreativitas.



i)



Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari, dll).



j)



Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan kasar.



k)



 



Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang diluar



rumahnya. l)



Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, misal : pengertian mengenai terapung dan tenggelam.



m) Memperkenalkan



suasana kompetisi dan gotong royong.



Alat permainan yang dianjurkan : a)



Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-anak, alat gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air, dll.



b)



Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain diluar rumah.



G.      Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain 1.



Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi / keterbatasan



2.



Status kesehatan, anak sakit perkembangan psikomotor kognitif terganggu



3.



Jenis kelamin



4.



Lingkungan lokasi, negara, kultur



5.



Alat permainan senang dapat menggunakan



6.



Intelegensia dan status sosial ekonomi



H.      Tahap Perkembangan Bermain 1.



Tahap eksplorasi Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain



2.



Tahap permainan Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap permainan



3.



Tahap bermain sungguhan Anak sudah ikut dalam permainan



4.



Tahap melamun Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.



I.  Prinsip Bermain Di Rumah Sakit 1.    Tidak banyak energi, singkat dan sederhana 2.    Tidak mengganggu jadwal kegiatan keperawatan dan medis 3.    Tidak ada kontra indikasi dengan kondisi penyakit pasien 4.    Permainan harus sesuai dengan tahap tumbuh kembang pasien



5.     Jenis permainan disesuaikan dengan kesenangan anak 6.     Permainan melibatkan orang tua untuk melancarkan proses kegiatan J.  Hambatan Yang Mungkin Muncul 1.



Usia antar pasien tidak dalam satu kelompok usia



2.



Pasien tidak kooperatif atau tidak antusias terhadap permainan



3.



Adanya jadwal kegiatan pemeriksaan terhadap pasien pada waktu yang bersamaan.



K. Antisipasi hambatan 1.



Mencari pasien dengan kelompok usia yang sama



2.



Libatkan orang tua dalam proses terapi bermain



3.



Jika anak tidak kooperatif, ajak anak bermain secara perlahan-lahan



4.



Perawat lebih aktif dalam memfokuskan pasien terhadap permainan



5.



Kolaborasi jadwal kegiatan pemeriksaan pasien dengan tenaga kesehatan lainnya.



L.     Cara Bermain Puzzel 1.



Sediakan kertas puzzel bergambar



2.



Bongkar kertas pazzel tersebut



3.



Pasang kembali kertas pazzel sesuai pasangannya masing



4.



Di anjurkan lebih baik pada bagian ujung kertas terlebih dahulu



5.



Setelah itu bagian samping dengan sesuai pasangannya



6.



Kerjakan sampai selesai sesuai dengan gambar seperti semula sebelm kertas puzzel di bongkar



BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Bermain merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak, karena bagi anak bermain sama saja bekerja bagi orang dewasa. Bermain pada anak mempunyai fungsi yaitu untuk perkembangan sensorik, motorik, intelektual, sosial, kreatifitas, kesadaran diri, moral sekaligus terapi anak saat sakit. Tujuan bermain adalah melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal, mengekspresikan dan mengalihkan keinginan fantasi. Dan idenya mengembangkan kreatifitas dan kemampuan memecahkan masalah dan membantu anak untuk dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan dirawat di Rumah Sakit. B. Saran 1. Terapi bermain dapat menjadi obat bagi anak-anak yang sakit. Jadi sebaiknya di RS juga disediakan fasilitas bermain yang menunjang dan memberikan efek terapi bagi anak-anak yang di rawat di rumah sakit. 2. Mensosialisasikan terapi bermain pada orang tua sehingga orang tua dapat menerapkan terapi di rumah dan di rumah sakit.



DAFTAR PUSTAKA Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC Supartini, Yupi. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC. Erlita, dr. (2006). Pengaruh Permainan pada Perkembangan Anak. Terdapat pada : http://info. balitacerdas.com. Diakses pada tanggal 17 Desember 2020.



Lampiran SATUAN ACARA KEGIATAN TERAPI BERMAIN MEWARNAI GAMBAR Judul



: Terapi bermain “PUZZLE”



Tanggal pelaksanaan :



Febuari 2020



Waktu



:



WIB



Tempat



: Di Ruang bougenville RS.Haryoto Lumajang



A. SASARAN 1.   Anak usia toddler (25-36 bulan) 2.   Anak yang dirawat di ruang Bougenville 3. Tidak mempunyai keterbatasan (fisik atau akibat terapi lain) yang dapat menghalangi proses terapi bermain 4.   Kooperatif dan mampu mengikuti proses kegiatan sampai selesai 5.   Anak yang dapat memegang crayon 6.   Anak yang mau berpartisipasi dalam terapi bermain mewarnai gambar B. MEDIA 1. Puzzle 2. Hadiah



C. SETTING TEMPAT



D. STRATEGI PELAKSANAAN No. 1.



Waktu 5 menit



Kegiatan Pembukaan : 1. Membuka



Peserta kegiatan



dengan§  Menjawab salam



mengucapkan salam.



§  Mendengarkan



2. Memperkenalkan diri



§  Memperhatikan



3. Menjelaskan tujuan dari terapi§  Memperhatikan bermain 2.



20 menit



4. Kontrak waktu anak dan orang tua Pelaksanaan : 1. Leader menjelaskan cara



§  Memperhatikan



bermain 2. Menanyakan pada anak, anak §  Bertanya mau bermain atau tidak 3. Membagikan permainan 4. Leader, co leader, dan fasilitator memotivasi anak 5. Observer 6. Mengobservasi anak 7. Menanyakan perasaan anak



§  Antusias



saat



menerima peralatan §  Memulai



untuk



mewarnai gambar §  Menjawab



pertanyaan §  Mendengarkan §  Memperhatikan 3.



10 menit



Evaluasi : 1. Memotivasi



anak



dalam§  Menerima



bermain puzzle



permainan



2. Mengumumkan nama anak yang dapat menyusun puzzle§  Gembira dengan tepat 3. Membagikan reward kepada§   4.



5 menit



seluruh peserta Terminasi:



Gembira



1.   Memberikan motivasi dan pujian§  Memperhatikan kepada seluruh anak yang telah§  Gembira mengikuti program terapi bermain§  Mendengarkan 2.   Mengucapkan



terima



kasih



kepada anak dan orang tua



§  Menjawab salam



3.   Mengucapkan salam penutup E. KRITERIA EVALUASI 1. Evalusi Struktur a) Anak hadir di ruangan minimal 6 orang. b) Penyelenggaraan terapi bermain dilakukan di ruang Bougenville. c) Pengorganisasian penyelenggaraan terapi dilakukan sebelumnya 2. Evaluasi Proses a) Anak antusias dalam melakukan terapi puzzle b) Anak mengikuti terapi bermain dari awal sampai akhir c) Tidak  terdapat anak yang rewel atau malas untuk menyusun puzzle 3. Kriteria Hasil a) Anak terlihat senang dan gembira b) Kecemasan anak berkurang c) Anak mampu menyusun puzzle dengan benar



F. PENGORGANISASIAN                                                     1. Pembimbing Pendidikan         : 2. Pembimbing Ruangan             :  3. Leader



: Uswatun Hasanah Purwanti Nurfita Sari



4. Co Leader



: Kharisma Cahya M Lie Liana



G. TUGAS MASING-MASING 1. Leader             : Memimpin jalannya program terapi 2. Co Leader      : Mendampingi dan mengarahkan saat anak terapi Mencatat dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan 3. Anak               : Mengikuti jalannya terapi bermain H. PERKIRAAN HAMBATAN: 1.



Jadwal terapi bermain yang kurang sesuai (lebih lambat dari yang di jadwalkan)



2.



Anak rewel atau ingin keluar dari terapi bermain



I. ANTISIPASI HAMBATAN/MASALAH 1.



Jadwal terapi bermain disesuaikan (tidak pada waktu terapi)



2.



Melakukan kerjasama dengan orang tua untuk mendampingi anak selama program terapi.