Pt. Bukit Asam [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SEJARAH PTBA PT Bukit Asam Tbk memiliki sejarah yang sangat panjang di industri batu bara nasional. Operasional perusahaan ini ditandai dengan beroperasinya tambang Air Laya di Tanjung Enim tahun 1919 oleh pemerintah kolonial Belanda. Kala itu, penambangan masih menggunakan metode penambangan terbuka. Pada periode tahun 1923 hingga 1940, Tambang Air Laya mulai menggunakan metode penambangan bawah tanah. Dan pada periode tersebut mulai dilakukan produksi untuk kepentingan komersial, tepatnya sejak tahun 1938. Seiring dengan berakhirnya kekuasaan kolonial Belanda di tanah air, para karyawan Indonesia kemudian berjuang menuntut perubahan status tambang menjadi pertambangan nasional. Pada 1950, Pemerintah Republik Indonesia kemudian mengesahkan pembentukan Perusahaan Negara Tambang Arang Bukit Asam (PN TABA). Pada tanggal 1 Maret 1981, PN TABA kemudian berubah status menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT Bukit Asam (Persero), yang selanjutnya disebut PTBA atau Perseroan. Dalam rangka meningkatkan pengembangan industri batu bara di Indonesia, pada 1990 Pemerintah menetapkan penggabungan Perum Tambang Batubara dengan Perseroan. Sesuai dengan program pengembangan ketahanan energi nasional, pada 1993 Pemerintah menugaskan Perseroan untuk mengembangkan usaha briket batu bara. Pada 23 Desember 2002, Perseroan mencatatkan diri sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia dengan kode perdagangan “PTBA”. Pada tanggal 29 November 2017, menjadi catatan sejarah bagi PTBA saat menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa. Agenda utama dalam RUPSLB PTBA mencakup tiga hal, yakni persetujuan perubahan Anggaran Dasar Perseroan terkait perubahan status Perseroan dari Persero menjadi Non-Persero sehubungan dengan PP 47/2107 tentang Penambahan Penyertaan modal Negara Republik Indonesia kedalam Modal Saham PT Inalum (Persero), Persetujuan Pemecahan Nominal Saham (stock split), dan Perubahan susunan Pengurus Perseroan.Dengan beralihnya saham pemerintah RI ke Inalum, ketiga perusahaan tersebut resmi menjadi anggota Holding BUMN Industri Pertambangan, dengan Inalum sebagai induknya (Holding). Tanggal 14 Desember 2017, PTBA melaksanakan pemecahan nilai nominal saham. Langkah untuk stock split diambil perseroan untuk meningkatkan likuiditas perdagangan saham di Bursa Efek serta memperluas distribusi kepemilikan saham dengan menjangkau berbagai lapisan investor, sekaligus untuk mendukung program “Yuk Nabung Saham”. Komitmen yang kuat dari Bukit Asam dalam meningkatkan kinerja perusahaan merupakan faktor fundamental dari aksi korporasi tersebut.



VISI DAN MISI Perusahaan energy kelas dunia yang peduli lingkungan. Mengelola Sumber energy dengan mengembangkan kompetensi korporasi dan keunggulan insani untuk memberikan nilai tambah maksimal bagi stakeholder dan lingkungan



TATA NILAI



Visioner Mampu melihat jauh kedepan dan membuat proyeksi jangka panjang dalam pengembangan bisnis. Integritas Mengedepankan perilaku percaya, terbuka, positif, jujur, berkomitmen, dan bertanggung jawab. Inovatif Selalu bekerja dengan kesungguhan untuk memperoleh terobosan baru untuk menghasilkan produk dan layanan terbaik dari sebelumnya. Profesional Melaksanakan semua tugas sesuai kompetensi dengan kreativitas, penuh keberanian, komitmen penuh, dalam kerjasama untuk keahlian yang terus menerus meningkat. Sadar Biaya dan Lingkungan Memiliki kesadaran tinggi dalam setiap pengelolaan aktivitas dengan menjalankan usaha atas asas manfaat yang maksimal dan kepedulian lingkungan.



KAJIAN TEKNIS PRODUKTIFITAS ALAT MUAT DAN ALAT ANGKUT BATUBARA PADA PENAMBANGAN BATUBARA DI PT. BUKIT ASAM. SITE MTBU TANJUNG ENIM SUMATERA SELATAN Oleh: Fernanda Yuliandy UPN Veteran Yogyakarta No. Hp: , ABSTRAK. Kegiatan penambangan batubara oleh PT. Bukit Asam (PT. BA) yang berlokasi di Kecamatan Merapi, Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan, menggunakan sistem tambang terbuka yang menggunakan metode konvensional. Setelah kegiatan pengupasan tanah penutup (overburden) maka kegiatan penambangan dilanjutkan dengan penggalian, pemuatan, dan pengangkutan. Produksi, faktor hambatan, waktu kerja ABSTRACK PT. Bukit Asam (PT BA) perusahaan tambang batu bara yang terletak di Kecamatan Merapi, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan, menggunakan sistem penambangan terbuka dengan menggunakan metode konvensional. Setelah aktivitas pengupasan penutup (overburden), aktivitas penambangan dilanjutkan dengan penggalian, pemuatan, dan transportasi. Ada kombinasi alat yang sesuai dengan alat angkut yang harus ditingkatkan produksi. Itu kombinasi 1 unit 750SE PC-6 dengan target produksi 9 unit Hino FM260JD 250.000 ton / bulan, perhitungan dicapai dengan 235.181,3 ton / bulan untuk peralatan bongkar muat dan 231.877,8 ton / bulan untuk sarana transportasi. Hal ini disebabkan oleh faktor resistensi yang tinggi yang menyebabkan rendahnya efisiensi tenaga kerja sehingga produksi yang dihasilkan dengan cara pembebanan dan alat transportasi belum dapat mencapai target produksi. Untuk meningkatkan produksi dan pembongkaran peralatan dan transportasi dilakukan dengan pencegahan dan pengurangan hambatan yang terjadi terutama untuk mengurangi hambatan akan meningkatkan waktu kerja yang efektif, efisiensi kerja yang diperoleh dari peningkatan alat efisiensi kerja sesuai aslinya 71% hingga 77% dan efisiensi pengangkutan asli meningkat 67% menjadi 73%. Produksi alat dan pembongkaran meningkat dari 235.181,3 ton / bulan menjadi 255.055,8 ton / bulan. Sedangkan produksi alat transportasi meningkat dari 231.877,8 ton / bulan menjadi 252,643 ton / bulan. 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Batubara merupakan bahan galian yang ekonomis dan salah satu bahan baku energi nasional yang mempunyai peran besar dalam pembangunan nasional. Informasi mengenai jumlah dan kualitas sumber daya dan dan cadangan batubara menjadi hal yang sangat mendasar di dalam merencanakan strategi kebijaksanaan dalam penggunaan batubara sebagai sumber energi nasional. Batubara juga merupakan sumber energi alternatif pengganti minyak bumi. Saat ini.untuk meningkatakan dan mengembangkan pertambangan batubara di Indonesia, pemerintah melibatkan badan-badan usaha milik Negara maupun swasta yang bergerak di bidang penambangan batubara untuk bersama-sama memanfaatkan batubara sebaik-baiknya, yakni dari tahap exploitasi, pengolahan, dan pemanfaatannya. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan batubara, baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun ekspor, dan meluasnya manfaat penggunaannya, maka PT.Bukit Asam (PERSERO)Tbk. Unit Penambangan Tanjung Enim, Sumatera Selatan akan terus meningkatkan kemampuan produksinya. Konsumen dalam negeri yang menggunakan produk batubara dari PT.BA diantaranya PLTU Suralaya, PLTU Tarahan, PLTU BukitAsam dan PT.Semen Baturaja, maka dari itu PT.BA secara optimal agar bias memenuhi permintaan konsumennya terutama sekali untuk PLTU Suralaya dan PLTU



BukitAsam yang menggunakan produk batubara dari PT.BA dengan cara mengoptimalkan kapasitas produksi batubara di PT.BA dari jumlah cadangan tertambang dan kebutuhan konsumen, maka dari itu dipandang perlu untuk mempersiapkan kegiatan penambangan dan fasilitas penunjang penambangan lainnya. Pertambangan (mining) merupakan semua jenis kegiatan, teknologi, dan bisnis yang dimulai dari prospeksi, eksplorasi, evaluasi, penambangan, pengolahan, pengangkutan sampai dengan pemasaran. Tahap penambangan itu sendiri terdiri atas tiga kegiatan besar yaitu : pembongkaran/penggalian (Digging, Breaking, Losseling), pemuatan (Loading) dan pengangkutan (Hauling, Transporting) dan penimbunan(dumping, Filling), tanah, batuan dan bahan galian dengan menggunakan alat-alat mekanis (alat-alat besar) atau yang sering disebut pemindahan tanah mekanis. Pekerjaan-pekerjaan tersebut salah satunya dilakukan di Tambang Muara Tiga Besar Utara terutama pada kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup (Stripping Of Over Burden) dan penggalian batubara. Material yang dimuat dan diangkut oleh alat-alat mekanis tersebut dalam setiap pekerjaan menggali berton-ton material yang dimuat dan diangkut, sehingga dengan kondisi seperti itu banyak faktor-faktor yang berpengaruh sehingga kemampuan alat menjadi berkurang, ditambah lagi dengan penggunaan alat yang setiap hari beraktifitas untuk kelangsungan produksi penambangan. Teknologi yang terus berkembang dan jenis- jenis alat yang dioperasikan dengan teknologi yang canggih pula serta membutuhkan perawatan,pemeriksaan, dan pemeliharaan sehingga alat tersebut masih dapat terus produktif dan efektif dalam bekerja sehingga produksi penambangan tetap terkendali dengan baik. Produksi itu sendiri dimaksudkan adalah hasil suatu kerja atau usaha dalam suatu periode waktu, dan produktifitas itu sendiri dimaksudkan yaitu kecepatan atau efisiensi dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Berdasarkan keterangan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian tentang produktifitas alat muat (Backhoe) dan alat angkut (Dump Truck) ditambang Muara Tiga Besar Utara (MTBU) PT.Bukit Asam (Persero) Tbk Unit Penambangan Tanjung Enim, Kab.Muara Enim Sumatera Selatan. 1.2 Perumusan Masalah Perumusan masalah dalam laporan ini terdiri atas tiga bagian yaitu: identifikasi masalah, batasan masalah, tujuan masalah dan manfaat penelitian itu sendiri. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan produksi serta kombinasi alat muat dan alat angkut yang digunakan. Dengan mempelajari semua hambatan serta faktor yang dapat berpengaruh terhadap produksi serta kombinasi alat muat dan alat angkut yang digunakan untuk mencapai target produksi dan mengurangi waktu hambatan yang pengaruhnya terhadap produksi penambangan batubara di lokasi Tambang Muara Tiga Besar Utara (MTBU). 2. Dasar Teori 2.1. Metode Penggalian Batubara Sistem Jenjang (Benching System) Penggalian batubara dengan cara ini yaitu pada saat penggalian batubara dilakukan sekaligus dengan membuat jenjang, cara pengupasan ini cocok untuk diterapkan pada lapisan batubara yang tebal, bahan galian atau lapisan batubara yang juga tebal (Projosumarto, 1989). Hal ini dikarenakan untuk mencegah terjadinya kelongsoran dari lapisan tanah penutup atau lapisan batubara yang belum digali. Selain itu juga untuk mengantisipasi penggunaan alat gali muat yaitu terkait dengan jangkauan maksimal gali dari alat gali muat tersebut.



2.2 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Peralatan produksi alat muat dan alat angkut dapat dilihat dari kemampuan alat tersebut dalam penggunaannya di lapangan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi produksi alat muat dan alat angkut adalah : Waktu Edar (cycle time) Waktu edar adalah jumlah waktu yang diperlukan oleh alat mekanis baik alat muat maupun alat angkut untuk melakukan satu siklus kegiatan produksi dari awal sampai akhir dan siap untuk memulai lagi (Prodjosumarto, 1995). a. Waktu Edar Alat Muat Dapat dinyatakan dalam persamaan : CTm = Tm 1 + Tm 2 + Tm 3 + Tm 4 CTm= Total waktu edar alat muat (menit) Tm 1 = Waktu untuk mengisi muatan (menit) Tm 2 = Waktu ayunan bermuatan (menit) Tm 3 = Waktu untuk menumpahkan muatan (menit) Tm 4 = Waktu ayunan kosong (menit) b. Waktu Edar Alat Angkut Dapat dinyatakan dalam persamaan : Cta = Ta 1 + Ta 2 + Ta 3 + Ta 4 + Ta 5 + Ta Cta = Total waktu edar alat angkut (menit) Ta 1 = Waktu mengatur posisi untuk diisi muatan (menit) Ta 2 = Waktu diisi muatan (menit) Ta 3 = Waktu mengangkut muatan (menit) Ta 4 = Waktu mengatur posisi untuk menumpahkan muatan (menit) Ta 5 = Waktu menumpahan muatan (menit) Ta 6 = Waktu kembali kosong (menit) Waktu edar yang diperoleh setiap unit alat mekanis berbeda, hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu : a. Kekompakan Material Material yang kompak akan lebih sukar untuk digali atau dikupas oleh alat mekanis. Hal ini akan berpengaruh pada lamanya waktu edar alat mekanis, sehingga dapat menurunkan produksi alat mekanis. b. Pola Pemuatan Untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan sasaran produksi maka pola pemuatan juga merupakan faktor yang mempengaruhi waktu edar alat. Pola pemuatan berdasarkan level penggalian antara alat muat dan alat angkut dapat dibedakan menjadi dua yaitu : Top loading Backhoe melakukan penggalian dengan menempatkan dirinya diatas jenjang (Indonesianto, 2005). Cara ini hanya dipakai pada alat muat excavator backhoe. Selain itu keuntungan yang diperoleh yaitu operator lebih leluasa untuk melihat bak dan menempatkan material. 2.3 Keserasian Kerja Alat (Match Factor) Secara teoritis produksi alat muat haruslah sama dengan produksi alat angkut, sehingga perbandingan antara alat angkut dan alat muat mempunyai nilai 1. untuk menghitung match factor (MF) dapat dirumuskan sebagai berikut : MF = Na x n x CTm Nm x CTa MF = Match Factor Na = Jumlah alat angkut, unit CTm = Waktu edar pemuatan, menit Nm = Jumlah alat muat, unit CTa = Waktu edar alat angkut, menit n pengisian = Jumlah pengisian 2.4 Geometri dan Kondisi Jalan Angkut Adapun faktor-faktor yang merupakan geometri penting yang akan mempengaruhi keadaan jalan angkut adalah sebagai berikut : a. Lebar Jalan Angkut Lebar pada jalan lurus Penentuan lebar jalan angkut minimum untuk jalan lurus didasarkan pada rule of thumb yang dikemukakan oleh AASHTO (American Associationof State Highway and Transportation Officials) Manual Rural Highway Design. Dengan persamaan sebagai berikut : L = ( n Wt) ( n 1)(0,5 Wt) ; meter Keterangan: L = Lebar minimum jalan angkut lurus, meter n = Jumlah jalur Wt = Lebar alat angkut total, meter Lebar pada jalan tikungan Lebar jalan angkut pada tikungan selalu lebih besar daripada lebar pada jalan lurus Untuk jalur ganda, lebar minimum pada tikungan dihitung berdasarkan pada : 1. Lebar jejak ban 2. Lebar juntai atau tonjolan (overhang) alat angkut bagian depan dan belakang roda saat membelok 3. Jarak antara alat angkut yang bersimpangan 4. Jarak (spasi) alat angkut terhadap tepi jalan. Perhitungan terhadap lebar jalan angkut pada tikungan atau belokan dapat menggunakan persamaan : W= n (U + Fa + Fb + Z) +C C = Z = ½ (U + Fa + Fb) W : Lebar jalan angkut minimum pada tikungan,



meter. Ad : Lebar juntai depan, meter. (Jarak as roda depan truk dengan bagian depan truk). Ab : Lebar juntai belakang, meter. (Jarak as roda belakang truk dengan bagian belakang truk). Fa : Selisih lebar jejak ban depan dan belakang saat tikungan dilihat dari depan, meter. (dikoreksi dengan sudut penyimpangan (α) x Ad). Fb : Selisih lebar jejak ban depan dan belakang saat tikungan dilihat dari belakang, meter. (dikoreksi dengan sudut penyimpangan (α) x Ab). U : Lebar antara jejak roda alat angkut, meter. C : Jarak antara dua alat angkut yang (m). Z : Jarak alat angkut dengan tepi jalan (m). 2.5 Perkiraan Produksi Peralatan Produksi Alat Secara umum perhitungan untuk memperkirakan produksi alat mekanis dapat dirumuskan sebagai berikut : P = C jumlah trip jam P = Produksi alat (BCM) C = Kapasitas alat (m 3 ) E F Sf Trip per jam 60 ) = ( Ct Ct = Cycle time (menit) E = Effisiensi kerja (%) F = Faktor pengisian (%) Sf = Swell factor Pada dasarnya hampir semua produksi alat mekanis dapat dihitung dengan persamaan diatas, walaupun terdapat sedikit modifikasi karena sifat pemakaian alat yang spesifik. 1. Produksi Alat Muat Perhitungan untuk produksi alat muat adalah : 60 Qtm = x Cam x F x E x Sf Ctm Qtm = Kemampuan CTm produksi alat muat (BCM ) CTm = Waktu edar alat muat sekali pemuatan (menit) Cam = Kapasitas baku mangkuk alat muat (m 3 ) F = Faktor pengisian (%) E = Effisiensi kerja (%) Sf = Swell factor 2. Produksi Alat Angkut Proses operasi alat angkut meliputi loading, hauling, dumping, returning dan spotting. Perhitungan produksi untuk truk adalah : 60 Qta = Na x x Ca x E x Sf Cta Qta = Kemampuan CTm produksi alat angkut (BCM) Na = Jumlah alat angkut (unit) Cta = Waktu edar alat angkut (menit) Ca = Kapasitas bak alat angkut (m 3 ) = n x Cam x F n = Jumlah pengisian bucket alat muat untuk penuhi bak alat angkut Cam = Kapasitas mangkuk alat muat (m 3 ) F = Faktor pengisian (%) E = Effisiensi kerja (%) Sf = Swell factor 2.6 Pengolahan Data Pengolahan data untuk memperoleh nilai rata-rata dari data yang diperoleh dilapangan menggunakan metode statistik distribusi frekuensi secara interval kelas, persamaan persamaan yang digunakan adalah : K 1 3,3 Log n. W interval kelas = X = K W interval kelas n Xi X Xmax Xmin K (fi.xi ) fi = Jumlah interval kelas = Lebar interval kelas = Jumlah data = Nilai tengah interval kelas = Data pengamatan. 3. Hasil Penelitian dan Pembahasan 3.1. Pola Pemuatan Kegiatan Penggalian batubara di PT. Bukit Asam dilakukan secara mekanis dengan menggunakan kombinasi 1 unit excavator Komatsu PC 750SE-6 dan 9 unit truk Hino FM 260 JD, untuk untuk material yang agak keras dilakukan pembongkaran dengan menggunakan bulldozer yang dilengkapi dengan alat garu (ripper). Excavator Komatsu PC 750SE-6 merupakan alat mekanis yang digunakan untuk kegiatan gali muat batubara sedangkan truk Hino FM 260 JD merupakan alat mekanis yang digunakan untuk kegiatan pengangkutan batubara. Pola pemuatan yang digunakan di lapangan adalah dengan menggunakan top loading yaitu excavator melakukan pemuatan dengan menempatkan dirinya di atas jenjang atau truk berada di bawah alat muat Pola pemuatan berdasarkan jumlah penempatan truk adalah single back up, yaitu truk memposisikan diri untuk dimuati pada satu tempat, sedangkan truk berikutnya menunggu truk pertama dimuati sampai penuh, setelah truk pertama berangkat truk kedua.



3.2 Jadwal Kerja dan Waktu Kerja Efektif Jadwal Kerja Dalam pengaturan kegiatan kerja PT. Bukit Asam, telah menetapkan jadwal waktu kerja berdasarkan satu hari kerja. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Hari Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Jadwal Kerja Waktu Kerja Jumlah Shift Shift Waktu Kerja ( Siang Malam Jam ) Total 153 jam. Jumlah waktu yang tersedia rata-rata perhari, yaitu : 153jam / minggu = 7 hari / minggu = 21,86 jam/hari = 1.311,43 menit/hari Besarnya hambatanhambatan baik yang dapat ditekan maupun tidak dapat ditekan pada alat muat diproleh dengan mengambil rata rata waktu hambatan Hambatan Kerja Alat Muat (Menit) Hambatan Kerja Alat Angkut (Menit). 3.3 Waktu Kerja Effektif Effisiensi kerja adalah perbandingan antara waktu yang dipakai untuk bekerja dengan waktu total yang tersedia. Effisiensi kerja dapat digunakan untuk menilai baik tidaknya pelaksanaan suatu pekerjaan. Effisiensi kerja untuk alat muat yaitu 71,41 % (Lampiran B) sedangkan untuk alat angkut 67,44 % (Lampiran B) 3.4 Produksi Alat Muat Dan Alat Angkut Produksi Alat muat dan alat angkut adalah besarnya produksi yang dapat dicapai dalam kenyataan kerja alat muat dan alat angkut berdasarkan kondisi yang dapat dicapai. Berdasarkan perhitungan, produksi excavator Komatsu PC750SE-6 secara teori mencapai ,3 Ton/bulan dan produksi alat angkutnya sebesar ,8 Ton/bulan (Lampiran L). target yang ingin dicapai adalah Ton/bulan sedangkan produksi nyata rata-rata nya adalah ,29 (lampiran S) sehingga dapat dinyatakan tidak mencapai target produksi 3.5 Keserasian Kerja Alat Match factor merupakan keserasian kerja antara alat muat dengan alat angkut. ditentukan berdasarkan data waktu edar dan jumlah peralatan mekanis yang digunakan dalam setiap rangkaian kerja tersebut. Berdasarkan perhitungan dari data lapangan, tingkat keserasian kerja alat untuk 1 unit excavator Komatsu 750SE-6 dengan 9 unit alat angkut Hino FM 260 JD adalah 1,04 dan waktu tunggu yang dimiliki oleh alat angkut sebesar 0,83 menit (Lampiran M) 3.6 Pengaruh Kondisi Lapangan Terhadap Peningkatan Produksi Dalam usaha peningkatan produksi, selain memperhatikan faktor-faktor produksi dan kemampuan alat mekanis, dalam berproduksi juga perlu memperhatikan faktor-faktor yang lain seperti kondisi jalan angkut, dan kondisi tempat kerja. Geometri Jalan Angkut. 3.7 Upaya Meningkatkan Produksi Dari upaya-upaya tersebut diharapkan waktu yang hilang dapat ditekan Dengan penekanan terhadap hambatan kerja maka waktu kerja efektif semakin meningkat sehingga produksi juga mengalami peningkatan. Perbaikan Waktu Hambatan Alat Muat PC 750SE-6 8



9 Perbaikan Waktu Hambatan Alat Angkut Hino FM 260 JD Dari hasil peningkatan jam kerja efektif alat muat dan alat angkut, maka diperoleh peningkatan efisiensi kerja. Untuk alat muat efisiensi kerja yang semula 71% menjadi 77 % (Lampiran N), sedangkan efisiensi untuk alat angkut dari yang semula 67 % menjadi 71 %. (Lampiran O). Setelah peningkatan efisiensi kerja, maka produksi alat muat juga akan meningkat dari yang semula ,3 Ton/bulan menjadi ,8 Ton/bulan (Lampiran Q). Sedangkan produksi alat angkut dari ,8 Ton/bulan meningkat menjadi Ton/bulan. (Lampiran Q) 4. Kesimpulan Terdapat kombinasi alat muat dengan alat angkut yang harus ditingkatkan produksi. Yaitu kombinasi 1 unit PC 750SE-6 dengan 9 unit Hino FM260JD. Target produksi yang ditetapkan sebesar Ton/bulan, secara perhitungan tercapai sebesar ,3 Ton/bulan untuk alat muat dan ,8 Ton/bulan untuk alat angkutnya. Hal ini dikarenakan masih tingginya factor hambatan yang menyebabkan rendahnya efisiensi kerja sehingga produksi yang dihasilkan oleh alat muat dan alat angkut belum mampu mencapai target produksi. Untuk meningkatkan produksi alat muat dan alat angkut dilakukan dengan cara melakukan pencegahan dan pengurangan terhadap hambatan-hambatan yang terjadi terutama hambatan yang dapat ditekan maka akan dapat meningkatkan waktu kerja efektif. Dari peningkatan efisiensi kerja diperoleh efisiensi kerja alat muat yang semula 71 % meningkat menjadi 77 % dan efisiensi kerja alat angkut yang semula 67 % meningkat menjadi 73 %. Maka produksi alat muat meningkat dari ,3 Ton/bulan menjadi ,8 Ton/bulan. Sedangkan produksi pada alat angkut meningkat dari ,8 Ton/bulan menjadi Ton/bulan. 5. Saran Perlu adanya pengawasan terhadap waktu kerja yang telah ditetapkan guna meminimalisasi hambatan-hambatan yang terjadi selama bekerja, sehingga waktu effektif untuk mencapai produktifitas dapat tercapai Perlu adanya perawatan secara berkala agar kerusakan alat terutama alat muat, sehingga bisa meminimalisasi turunnya produksi 9 10 6. DAFTAR PUSTAKA 1. Yanto Indonesianto, 2005, Pemindahan Tanah Mekanis,UPN Veteran Yogyakarta 2. Komatsu Inc, 2004, Komatsu Performance Hand Book, 25 th Edition, Japan. 3. Partanto Prodjo Sumarto, 1995, Pemindahan Tanah Mekanis, ITB, Bandung. 4. Partanto Prodjo Sumarto, 1989, Tambang Terbuka (Surface Mining), ITB, Bandung. 5. Walpole, Ronald E., 1995, Pengantar Statistika, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 10 https://docplayer.info/137508-Kajian-teknis-produktifitas-alat-muat-dan-alat-angkut-batubarapada-penambangan-batubara-di-pt-bukit-asam-site-mtbu-tanjung-enim-sumatera-selatan.html https://analis.co.id/ptba-bukit-asam-tanjung-enim.html



Profil PT Bukit Asam TBK Bicara soal asal mula berdirinya PTBA ini sebenarnya diawali dengan beroperasinya tambang Air Laya di Tanjung Enim pada tahun 1919 yang pertama kali dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda. Di masa itu, penambangan yang digunakan perusahaan masih menggunakan cara penambangan terbuka. Dan baru pada kurun waktu tahun 1923 sampai 1940 Bukit Asam ini melakukan pengembangan metode penambangannya dengan melakukan penambangan bawah tanah. Dan di masa itu pula produksi untuk kebutuhan komersialnya dilakukan, tepatnya di tahun 1938.



Seiring dengan berakhirnya masa pemerintahan colonial belanda dan atas perjuangan banyak karyawan Indonesia yang menuntut perusahaan pertambangan menjadi perusahaan nasional, maka pada 1950, Pemerintah Republik Indonesia akhirnya membentuk PN TABA yang merupakan kepanjangan dari Perusahaan Negara Tambang Arang Bukit Asam. Dan barulah pada 1 Maret 1981 PN TABA ini berubah nama menjadi PT. Bukit Asam setelah statusnya diubah menjadi Persero. Dan sebagai upaya pemerintah dalam melakukan pengembangan industry batu bara maka kemudian dilakukanlah merger dengan Perum Tambang Batubara. Dan di tahun 1993 perseroan juga mendapat tugas mengembangkan usaha terkait, yakni produksi briket batubara. Dan barulah pada tahun 2002, tepatnya tanggal 23 Desember, Bukit Asam mencatatkan diri sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia dengan kode perdagangan “PTBA”. Dan sebagai wujud dari program ‘Yuk Nabung Saham” dari BEI, maka pada tanggal 14 Desember 2017 PTBA akhirnya melakukan stock split. Lokasi dan Data Perusahaan Nama : Bukit Asam Tbk Alamat Kantor : Menara Kadin Indonesia 15th Floor & 9th Floor Jl. HR Rasuna Said X -5, Kav 2& 3 Jakarta 12950 Kantor Pusat: Jl. Parigi No. 1 Tanjung Enim 31716, Sumatera Selatan (Tlp. (62 -734) 451096, 452-352 (Hunting).



No. Telepon / Faks : (021) 5254014 / 021 – 5254002 Email : [email protected] Biro Administrasi Efek : PT. Datindo Entrycom Situs : www.ptba.co.id Peurbahan alamat atau letak kantor PTBA dapat sewaktu-waktu terjadi. Bila ingin mengetahui perubahannya bisa berkunjung lagi ke sini atau langsung ke situs resminya di atas. Bidang Usaha Dari sisi anak usahanya, PTBA bisa dibilang mulai menjajaki berbagai sektor bisnis, hanya saja berikut ini adalah fokus usahanya:   



Bidang Usaha Utama : Pertambangan Batubara (Coal Mining) Sektor : MINING Sub Sektor : COAL MINING



Namun, bila merujuk pada AD/ART PT Bukit Asam Tbk langsung, maka cakupan bisnis PTBA sebagai perusahaan industri tambang batubara, menakup di dalamnya: kegiatan penyelidikan umum, eksploitasi, eksplorasi, pemurnian, pengolahan, pengangkutan dan perdagangan batu bara. Selain itu PTBA juga melakukan pengoperasian pembangkit listrik tenaga uap dan pemeliharaan fasilitas dermaga batubara untuk kepentingan sendiri ataupun pihak ketiga. Dan sebagai upaya meningkatkan peran perusahaan dalam bidan batubara, Bukit Asam juga menyediakan jasa konsultan dan rekayasa dan bidang yang masih terkait dengan pertambangan batubara. Visi dan Misi Demi mewujudkan cita-cita perusahaan menjadi perusahaan tambang batu bara yang berjaya maka disusunlah visi & misi sebagai berikut: 



Perusahaan energy kelas dunia yang peduli lingkungan







Mengelola Sumber energy dengan mengembangkan kompetensi korporasi dan keunggulan insani untuk memberikan nilai tambah maksimal bagi stakeholder dan lingkungan



Visi maupun misi di atas berdasarkan publikasi langsung di situs PTBA dan umumn ya semua emiten di BEI tidak melakukan perubahan, kecuali terjadi perombakan bisnis besar di dalamnya. Struktur Organisasi Informasi di bawah bisa berubah sewaktu-waktu seiring dengan keputusan manajemen dalam rapat. Sehingga, bila Anda menemukan perbedaan dengan situs lain maka bisa jadi data kami lebih up to date atau pun belum diperbaharui. Sekretaris Korporat Suherman Direktur  



Arviyan Arifin – DIREKTUR UTAMA Arie Prabowo Ariotedjo, Joko Pramono, Suryo Eko Hadianto, Fuad Iskandar Zulkarnain Fachroeddin, Fuad Iskandar Zulkarnain Fachroeddin, Orias Petrus Moedak – DIREKTUR



Komisaris  



Agus Suhartono – KOMISARIS UTAMA Purnomo Sinar Hadi, Muhammad Said Didu, Robert Heri, Johan O. Silalahi, dan Heru Setyobudi Suprayogo – KOMISARIS



Komite Audit  



Johan O Silalahi – KETUA Muhammad Said Didu, Barlian Dwinagara, dan Ai Supardini – ANGGOTA



Khusus berita mengenaik komite audit adalah partner yang di ajak oleh Bukit Asam dalam mengaudit laporan keuangan tahunan. Sehingga, perubahannya bisa saja terjadi setiap kali rilis laporan keuangan dilakukan. Pemegang Saham



Berikut ini adalah data pengang saham dominan dan yang memiliki 5% atau lebih jumlah lembar saham PTBA: 1. PT. INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (PERSERO) sebanyak 7.490.437.495 lembar atau setara 65 % 2. Pemegang saham lainnya yang masing-masing kurang dari 5% totalnya 3.049.938.255 atau 26,5 % 3. Saham Treasury sebanyak 980.283.500 (8,5 %) 4. Muhammad Said Didu selaku Komisaris sejumlah 151.000 lembar 0,0013107 % 5. Adib Ubaidillah selaku Direksi 100.000 lembar saham atau 0,000868 % Masuknya Inalum sebagai pemegang saham adalah karena adanya program holding perusahaan tambang pemerintah dan PTBA salah satu di antarnaya. Pencatatan Saham / IPO Sejarah mencatat bahwa tanggal 3 Desember 2002 awal dimana perusahaan PTBA Go Public dan menjadi perusahaan terbuka, karena waktu itu PT Bukit Asam pertama kalinya mendapat pernyataan efektif dari Bapepam untuk melakukan penawaran umum saham perdananya (IPO). Dan pada tanggal 23 Desember 2002 Saham Perdana @ Rp3.000,- (Seri B) sejumlah 346.500.000 diperdagangkan di Bursa efek Indonesia. Dan pada tanggal yang sama pencatatan Saham Pendiri (Company Listing) (Seri B) juga diterbitkan sejumlah 1.784.999.999 lembar saham. Kemudian di tahun 2004 hingga 2005 diterbitkan juga Konversi Waran Seri I (Seri B) sebanyak 172.631.850 lembar. Anak Perusahaan Setelah berdiri selama hampir 100 tahun PTBA telah melakukan beberapa kali aksi akuisisi dan pengembangan usaha sehingga tercatat beberapa anak perusahaanya sebag ai berikut: Catatan dalam kurung diurutkan berdasarkan urutan ini: (Bidang Usaha – Total Aset – Persentase) 1. PT Bukitasam Transpacific Railway (Jasa angkutan Batubara – 54.584 – 10 %



2. PT Mitra Hasrat Bersama (Infrastruktur – 26.523 – 34,17 %) 3. PT Penajam Internasional Terminal (Jasa Kepelabuhan – 2.097 – 90 %) 4. PT Bukit Prima Bahari (Pelayaran – 704.035 – 99,99 %) 5. PT pelabuhan bukit prima (Jasa Pelabuhan – 16.257 – 99,99 %) 6. PT prima resource (Penambangan – 10.434 – 34,17 %) 7. PT BATUBARA BUKIT KENDI (Penambangan Batubara – 443 – 75 %) 8. PT Bukit Asam Banko (Penambangan dan pertambangan – 313 – 65 %) 9. PT INTERNASIONAL PRIMA COAL (Penambangan Batubara – 580.411 – 51 %) 10. PT Bukit asam Metana Ombilin (Penambangan gas metana batubara – 33 – 99,99 %) 11. PT Bukit asam metana pranap (Penambangan gas metana batubara – 51 – 99,99 %) 12. PT Satria Bahana Sarana (Pengangkutan, pembangunan, perdagangan, pertambangan, perbengkelan dan jasa – 1.093.268 – 95 %) 13. PT Bukit Asam Metana Enim (Penambangan gas metanan batubara – 72 – 99,99 %) 14. Anthrakas Pte Ltd (Perdagangan batubara – 41.125 – 99,99 %) 15. PT Internasional Prima Cemerlang (Perdagangan Batubara – 2.147 – 51 %) 16. PT BUKIT ASAM PRIMA (Perdagangan Batubara – 225.844 – 99,99 %) 17. PT Bukit Multi Investama (“BMI”) (Perdagangan umum, jasa percetakan, pembangunan, industri, pengangkutan,pertanian, perkebunan,properti, dan melakukan investasi pada perusahaan lain – 2.386.308 – 99,99 %) 18. PT Bukit Energi service Terpadu (Perdagangan, jasa, perbengkelan, pembangunan, perindustrian – 80.325 – 99,62 %) 19. PT Bukit energi investama (Perdagangan, jasa, perbengkelan, pembangunan – 136.004 – 99,88 %) 20. PT Bumi Sawindo Permai (“BSP”) (Perkebunan kelapa sawit dan hasil olahan kelapa sawit – 242.012 – 99,99 %) 21. PT Huadian BukitAsam Power (Produsen Energi Listrik – 181.345 – 45 %) 22. PT Bukit Pembangkit Innovative (Produsen Energi Listrik – 5.721.688 – 59,75 %) 23. PT Bukit Asam Medika (Rumah skit, klinik, poliklinik, poliklinik spesialis, dan balai pengobatan – 22.858 -97,5 %) Sebuah perusahaan terbuka bisa saja melepas kepemilikannya pada saham tertentu, sehingga info di atas bisa saja berubah sewaktu-waktu.