Puskesmas Malang [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN 1.1.



Latar Belakang Puskesmas adalah unit pelaksana terknis dinas kesehatan kabupaten atau kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten atau kota (UPTD). Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional dinas kesehatan kabupaten atau kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia. Puskesmas hanya bertanggung jawab untuk sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota sesuai dengan kemampuannya. Tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa, kelurahan, RW), dan masing-masing puskesmas tersebut secara opsional bertanggung jawab langsung kepada dinas kesehatan kabupaten/kota. Pada dasarnya, Puskesmas telah banyak tersebar dan mudah ditemukan di seluruh Indonesia. Untuk menjangkau wilayah kerjanya, puskesmas diperkuat dengan puskesmas pembantu, puskesmas keliling, dan untuk daerah yang jauh dari pelayanan rujukan, puskesmas dilengkapi dengan fasilitas rawat inap. Sekalipun telah banyak keberhasilan



yang



dicapai



oleh



puskesmas dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, namun dalam pelaksanaannya masih banyak terjadi masalah-masalah yang



1



dapat menghambat puskesmas berfungsi maksimal. Masalah-masalah tersebut dapat mempengaruhi pemanfaatan puskesmas yang pada ujungnya berpengaruh pada status kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. Menyadari pentingnya puskesmas dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, maka berbagai masalah atau kekurangan dalam penyelenggaraan pelayanan puskesmas perlu diperbaiki. Misalnya keterbatasan tenaga kerja maupun fasilitas yang kurang memadai merupakan contoh nyata kekurangan pelayanan mayoritas puskesmas di Indonesia. Berdasarkan latar belakang di atas, kami melakukan observasi dalam rangka pengenalan klinik dini di Puskesmas Tumpang Kabupaten Malang. Hal tersebut penting dilakukan untuk mengetahui seberapa maksimal pelayanan kesehatan yang dilakukan di Puskesmas Tumpang 1.2.



serta masalah atau kekurangan yang terdapat di Puskesmas Tumpang. Tujuan 1. Untuk mengetahui profil Puskesmas Tumpang 2. Untuk mengetahui program Puskesmas Tumpang 3. Untuk mengetahui struktur organisasi Puskesmas Tumpang 4. Untuk mengetahui program kesehatan gigi dan mulut Puskesmas Tumpang 5. Untuk mengetahui kegiatan, sarana prasarana serta SOP BP gigi Puskesmas Tumpang 6. Untuk mengetahui penyakit gigi dan mulu terbanyak, kode penyakit gigi dan mulut serta tindakan yang dilakukan BP gigi Puskesmas Tumpang 7. Untuk mengetahui penyakit umum terbanyak di Puskesmas Tumpang 8. Untuk mengetahui kegiatan unit pelayanan lain di Puskesmas Tumpang, seperti KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), Loket, BP Umum, KB (Kamar Bersalin), Laboratorium, dsb



2



9. Untuk mengetahui program-program unggulan dari Puskesmas 1.3.



Tumpang Manfaat 1. Mengetahui profil Puskesmas Tumpang 2. Mengetahui program Puskesmas Tumpang 3. Mengetahui struktur organisasi Puskesmas Tumpang 4. Mengetahui program kesehatan gigi dan mulut Puskesmas Tumpang 5. Mengetahui kegiatan, sarana prasarana serta SOP BP gigi Puskesmas Tumpang 6. Mengetahui penyakit gigi dan mulu terbanyak, kode penyakit gigi dan mulut serta tindakan yang dilakukan BP gigi Puskesmas Tumpang 7. Mengetahui penyakit umum terbanyak di Puskesmas Tumpang 8. Mengetahui kegiatan unit pelayanan lain di Puskesmas Tumpang, seperti KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), Loket, BP Umum, KB (Kamar Bersalin), Laboratorium, dsb 9. Mengetahui program-program unggulan dari Puskesmas Tumpang



BAB II LANDASAN TEORI



2.1 Pengertian Puskesmas Puskesmas adalah organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dan memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok (Depkes RI, 2000). Dengan kata lain, puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya. Menurut Kepmenkes RI No. 128/Menkes/SK/II/2004, puskesmas merupakan Unit Pelayanan Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota yang



3



bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografis, dan keadaan



infrastruktur



lainnya



merupakan



bahan



pertimbangan



dalam



menentukan wilayah kerja puskesmas. Puskesmas merupakan perangkat pemerintah daerah kabupaten atau kota, sehingga pembagian wilayah kerja puskesmas ditetapkan oleh bupati atau walikota, dengan saran teknis dari Dinas kesehatan kabupaten atau kota yang telah disetujui oleh kepala dinas kesehatan provinsi (Depkes RI, 2000). Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah tercapainya kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia sehat. Kecamatan sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui penbangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup didalam lingkungan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggitingginya (Sulastomo, 2007). Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional, yaitu : 1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya. 2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya. 3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan puskesmas. 4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan per orangan, keluarga, dan masyarakat, serta lingkungannya (Depkes RI, 2003).



4



Menurut Depkes RI (2000), pelayanan kesehatan yang diberikan di puskesmas meliputi pelayanan: promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, ditujukan kepada semua penduduk dan tidak membedakan jenis kelamin dan golongan umur. Puskesmas memiliki 2 jenis upaya kesehatan, yaitu: upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan. Keenam program kesehatan dasar (wajib) tersebut adalah: 1. Promosi kesehatan 2. Kesehatan lingkungan 3. Kesehatan ibu dan anak serta KB 4. Perbaikan gizi 5. Pencegahan dan pemberantasan penyakit 6. Pengobatan Sementara, upaya kesehatan pengembangannya adalah: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.



Upaya kesehatan sekolah (UKS) Upaya kesehatan olahraga Upaya kesehatan kerja Upaya perawatan kesehatan masyarakat Upaya kesehatan gigi dan mulut Upaya kesehatan jiwa Upaya kesehatan mata Upaya kesehatan usia lanjut Upaya pembinaan pengobatan tradisional (Depkes RI, 2000).



2.2 Manajemen Puskesmas Manajemen puskesmas dapat digambarkan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang bekerja secara sinergik, sehingga menghasilkan pengeluaran yang efisien yang efektif dengan menggunakan instrumen manajemen, di antaranya: 1. Perencanaan Langkah penting dalam penyusunan perencanaan, yaitu: a. Identifikasi kondisi masalah kesehatan masyarakat



dan



lingkungan serta fasilitas pelayanan kesehatan tentang cakupan dan mutu pelayanan. b. Identifikasi potensi sumber daya masyarakat dan provider. c. Menetapkan kegiatan-kegiatan untuk menyelesaikan masalah.



5



2. Penggerakan pelaksanaan Penyelenggaraan penggerakkan pelaksanaan puskesmas melalui instrumen lokakarya mini puskesmas yang terdiri dari: a. Lokakarya mini bulanan b. Lokakarya mini tribulan 3. Pengendalian, pengawasan, dan penilaian Untuk terselenggaraannya proses pengendalian, pengawasan, dan penilaian diperlukan instrumen yang sederhana, yaitu: a. Pemantauan wilayah setempat (PWS) b. Penilaian kinerja puskesmas sebagai pengganti stratifikasi, ruang



lingkup



meliputi



penilaian



manajemen



pencapaian hasil cakupan (output)



puskesmas,



dan mutu pelayanan



(outcome) dari kegiatan puskesmas yang telah ditetapkan di tingkat Kabupaten/Kota.



2.3 Hak dan Kewajiban Puskesmas Puskesmas dalam melaksanakan pelayanan kesehatan dasar (PKD) kepada seluruh target sasaran masyarakat di wilayah kerjanya, memiliki hak dan kewajiban dalam penyelenggaraan kesehatan. Namun, hingga saat ini belum ada UU yang secara khusus mengatur tentang hak dan kewajiban puskesmas, sebagaimana UU tentang RS. Perlu bagi pemerintah untuk membuat kebijakan yang mengatur tentang Puskesmas secara khusus. Pada KMK No. 128 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat hanya mengatur tentang tujuan dan fungsi, upaya dan azas penyelenggaraan, dan manajemen puskesmas. 2.3.1



Hak Puskesmas Hak puskesmas belum diatur secara khusus dalam perundang-undangan.



Namun, ada beberapa hal yang hampir merujuk pada hak puskesmas, yaitu puskesmas berhak untuk diperkuat oleh Puskesmas Pembantu, Puskesmas



6



Keliling, Posyandu, dan Poskesdes dalam melaksanakan tugas di wilayah kerjanya. 2.3.2



Kewajiban Puskesmas Seperti halnya hak, kewajiban puskesmas pun belum diatur secara jelas



dalam UU. Namun, dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 128 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas, diatur tentang upaya kesehatan wajib, fungsi, dan tugas, dan azas penyelenggaraan puskesmas yang konteksnya hampir mirip dengan kewajiban puskesmas, yakni: 1. Menggerakan pembangunan kesehatan berwawasan kesehatan: a. Berupaya menggerakkan lintas sektor dan dunia usaha di wilayah kerjanya



agar



menyelenggarakan



berwawasan kesehatan, b. Aktif memantau dan melaporkan



pembangunan dampak



kesehatan



yang dari



penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya, c. Mengutamakan penyakit



tanpa



pemeliharaan mengabaikan



kesehatan



dan



penyembuhan



pencegahan penyakit



dan



pemulihan kesehatan. 2. Berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga, dan masyarakat: a. Memiliki kesadaran, kemauan, dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, b. Berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk pembiayaan, c. Ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan. 3. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan mencakup: a. Pelayanan kesehatan perorangan b. Pelayanan kesehatan masyarakat 4. Melakukan koordinasi dengan sektor terkait dalam pemberian pelayanan kesehatan seperti RS, Posyandu, Polindes, dan jaringan



7



pelayanan kesehatan lain dan dalam fungsi pembinaan (Dinkes Kabupaten dan Kantor Kecamatan); 5. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya; 6. Memelihara dan



meningkatkan



mutu,



pemerataan



dan



keterjangkauian pemerataan kesehatan yang diselenggarakan; 7. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga, dan masyarakat beserta lingkungannya; 8. Meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya;



2.4 Standar Pelayanan Minimal Puskesmas Undang-undang RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah menetapkan bidang kesehatan merupakan salah satu kewenangan wajib



yang



harus



dilaksanakan



oleh



Kabupaen/Kota.



Penyelenggaraan



Kewenangan Wajib oleh Daerah adalah merupakan perwujudan otonomi yang bertanggung jawab, yang pada intinya merupakan pengakuan/pemberiaan hak dan kewenangan. Daerah dalam wujud tugas dan kewajiban yang harus dipikul oleh Daerah. Tanpa mengurangi arti serta pentingnya prakarsa Daerah dalam penyelenggaraan otonominya dan untuk menghindari terjadinya kekosongan penyelenggaraan pelayanan dasar kepada masyarakat, Daerah Kabupaten/Kota wajib melaksanakan kewenangan dalam bidang tertentu termasuk di dalamnya kewenangan bidang kesehatan. Untuk menyamakan persepsi dan pemahaman dalam pengaktualisasian kewenangan wajib bidang kesehatan di Kabupaten/Kota seiring dengan Lampiran Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No.100/756/OTDA/tanggal 8 Juli



8



2002 tentang Konsep Dasar Penentuan Kewajiban Wajib dan Standar Pelayanan Minimal, maka dalam rangka memberikan panduan untuk melaksanakan pelayanan dasar dibidang kesehatan kepada masyarakat di Daerah, telah ditetapkan Keputusan Menteri Kesehatan No.1457/Menkes/SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota. Yang dimaksud dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah suatu standar dengan



batas-batas



tertentu



untuk



mengukur



kinerja



penyelenggaraan



kewenangan wajib daerah yang berkaitan dengan pelayanan dasar kepada masyarakat yang mencakup jenis pelayanan, indikator, dan nilai (benchmark). Pelayanan dasar kepada masyarakat adalah fungsi Pemerintah dalam memberikan dan mengurus keperluan kebutuhan dasar masyarakat untuk meningkatkan taraf kesejahteraan rakyat. SPM Bidang Kesehatan pada hakekatnya merupakan bentuk-bentuk pelayanan kesehatan yang selama ini telah dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota. Namun demikian mengingat kondisi masing-masing daerah yang terkait dengan keterbatasan sumber daya yang tidak merata, maka diperlukan pentahapan pelaksanaannya dalam mencapai pelayanan minimal target



2010



oleh



masing-masing



Daerah



sesuai



dengan



kondisi



dan



perkembangan kapasitas standar teknis, mempunyai batasan tertentu. Sebagai contoh cakupan pelayanan imunisasi harus ³ 80% karena < 80% tidak mempunyai dampak epidemiologis. Puskesmas sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas



(UPTD)



Kesehatan



Kabupaten/Kota



berperan



menyelenggarakan



sebagian dari tugas teknis operasional Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia sehingga mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan SPM bidang kesehatan.



9



BAB III HASIL WAWANCARA DAN PENGAMATAN



3.1.



Profil Puskesmas 3.1.1. Visi Melindungi masyarakat Tumpang dari masalah kesehatan dengan: 1. Memacu peningkatan kemandirian masyarakat menolong dirinya sendiri. 2. Membudayakan pola hidup bersih dan sehat. 3.1.2. Misi 1. Meningkatkan upaya kesehatan dasar yang bersatu, merata dan terjangkau sesuai dengan kebutuhan masyarakat. 2. Meningkatkan peran serta dan kemandirian masyarakat untuk hidup bersih dan sehat melalui program PHBS. 3. Pemberdayaan tenaga kesehatan secara efektif dan efisien dalam rangka pelayanan kesehatan dasar yang bermutu dan professional. 4. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas Tumpang. 3.1.3. Data Umum Nomor Kode wilayah Nama Puskesmas Kecamatan Kabupaten Propinsi



: 35.07.23.01 : Tumpang : Tumpang : Malang : Jawa Timur



10



Tahun 3.1.4. Data Wilayah Luas Wilayah Wilayah dataran rendah  Desa Tumpang  Desa Malangsuko  Desa Jeru  Desa Wringinsongo  Desa Slamet  Desa Bokor  Desa Pandanajeng  Desa Pulungdowo  Desa Tulusbesar Wilayah dataran tinggi  Desa Kambingan  Desa Kidal  Desa Ngingit  Desa Benjor  Desa Duwet  Desa Duwet Krajan



: 2014 : 32.178 km : 9 desa / 60%



: 6 desa / 40%



Jumlah desa/kelurahan   



: 15 desa



Yang dapat dijangkau kendaraan roda 4 : 15 desa Yang dapat dijangkau kendaraan roda 2 : 15 desa Yang tidak dapat dijangkau kendaraan roda 4&2 : -



3.1.5. Data Kependudukan 1. Jumlah Penduduk seluruhnya Laki-laki Perempuan 2. Piramida Penduduk LAKI-LAKI 2.629 3.440 3.629 3.581 3.115 3.147 3.090 3.112 2.840 2.601 1.782 1.509 1.538



: 76.863 orang : 38.810 orang : 38.053 orang



UMUR 0–4 5–9 10 – 14 15 – 19 20 – 24 25 – 29 30 – 34 35 – 39 40 – 44 45 – 49 50 – 54 55 – 59 60 – 64



PEREMPUAN 2.618 3.407 3.641 3.473 3.065 2.881 2.988 2.969 2.665 2.499 1.799 1.888 1.569 11



1.609 799 389



65 – 69 70 – 74 75 +



3. Jumlah kepala keluarga 4. Jumlah KK Miskin 5. Piramida Penduduk terlampir 6. Jumlah bayi kurang 1 tahun 7. Jumlah anak balita (1-4) tahun 8. Jumlah anak prasekolah (3-5) tahun 9. Jumlah wanita usia subur 10. Jumlah pasangan usia subur 11. Jumlah ibu hamil 12. Jumlah ibu nifas 13. Jumlah ibu meneteki 14. Jumlah ibu bersalin 3.1.6. Pendidikan 3.1.6.1. Jumlah sekolah 1. Taman kanak-kanak yang ada 2. SD/MI yang ada 3. SLTP/MTs yang ada 4. SMU/MA/SMK yang ada 5. SDLB/SLLB 6. Akademi yang ada 7. Perguruan tinggi yang ada 8. Jumlah PONPES yang ada 3.1.6.2. Jumlah murid yang ada 1. Taman kanak-kanak 2. SD/MI 3. SLTP/MTs 4. SMU/MA 5. SDLB/SLLB 6. Akademi 7. Perguruan tinggi 8. Ponpes 3.1.7. Data Khusus



1.447 741 423 : 22.704 KK : 25.241 jiwa :: 1.221 Bayi : 4.935 Anak : 3.701 Anak : 23.881 Orang : 14.176 pasang : 1.373 Orang : 1.311 Orang : 1.311 Orang : 1.311 Orang : 33 buah : 50 buah : 13 buah : 9 buah : 1 buah : - buah : - buah : 11 buah : 2.931 murid : 7.117 murid : 2.932 murid : 1.393 murid : 64 murid : - mahasiswa : - mahasiswa : 408 santri



Derajat Kesehatan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.



Jumlah kematian ibu hamil Jumlah kematian neonatal Jumlah kematian perinatal Jumlah lahir mati Jumlah lahir hidup Jumlah kematian bayi Jumlah kematian balita Jumlah kematian semua umur



:0 :2 :2 :1 : 1376 :8 :1 :9



orang orang orang orang bayi bayi balita orang



12



3.1.8. Sumber Daya Kesehatan Puskesmas Tumpang Adalah salah satu puskesmas Rawat Inap di Kabupaten Malang yang menerima rujukan dari puskesmaspuskesmas



sekitarnya



yaitu



Pakis,Jabung,poncokusumo,wajak



dan



tajinan. Wilayah kecamatan Tumpang dengan populasi > 60% petani memerlukan perhatian seksama dan serius dari pihak-pihak terkaait dalam upaya untuk pengentasan kemiskinan. Jumlah masyarakat miskin di Kecamatan Tumpang Adalah 25.800 jiwa. Karakteristik masyarakat miskin Adalah kurangnya pendidikan,lingkungan yang buruk,derajat kesehatan rendah serta masih adanya yang kurang gizi. Program Unggulan di Puskesmas Tumpang: a. b. c. d. e. 3.1.8.1.



Mendapat sertifikasi ISO 9001-2008 pada tahun 2012 Puskesmas PONED Puskesmas perawatan dengan 40 Tempat tidur Pelayanan kesehatan Indera Pengelihatan Pelayanan IMS,VCT, dan PITC Ketenagaan Puskesmas



Jumlah tenaga yang ada di puskesmas Tumpang adalah sebanyak 82 orang, dengan perincian : 



Pegawai puskesmas Tumpang berdasarkan pendidikan : a) Dokter Umum : 3 orang b) Dokter Gigi : 1 orang c) Sarjana Kesehatan Masyarakat : 1 orang d) Bidan : 20 orang e) Perawat : 26 orang f) Perawat Gigi : 1 orang g) Sanitarian : 1 orang h) Nutrisionis : 1 orang



13



i) j) k) l) m) n) o) 



Apoteker Asisten Apoteker Analis Tenaga Administrasi Sopir Security Juru Kebersihan



: 1 orang : 1 orang : 1 orang : 17 orang : 1 orang : 4 orang : 3 orang



Pegawai puskesmas Tumpang berdasarkan status kepegawaian : 1. PNS : 38 orang 2. CPNS : 3 orang 3. PTT : 8 orang 4. Honorer Daerah / Kontrak : 22 orang 5. Sukwan/Magang : 12 orang 3.1.8.2. Sarana & Prasarana Puskesmas Puskesmas Induk 1. Pustu 2. Poskesdes



bangunan) 3. Ambulance 4. Sepeda Motor 5. Telepon (0341) 787290 (0341) 787231 (0341) 787232 7. Faximilis 8. Email 3.1.9. Sarana Kesehatan 1. Rumah Sakit Swasta 2. Rumah Bersalin 3. Puskesmas Pembantu 4. Polindes/Ponkendes 5. Poliklinik Swasta 6. Praktek Dokter Swasta 7. Praktek Bidan Swasta 3.1.10. Peran Serta Masyarakat 1. Jumlah dukun bayi 2. Jumlah kader posyandu balita 3. Jumlah kadr poskesdes 4. Julah kader tiwisada 5. Jumlah guru UKS 6. Jumlah santri husada 7. Jumlah kader posyandu lansia



: 1 buah : 2 buah : 15 buah (1 desa belum ada : 2 buah : 2 buah : 3 buah : Ruang Tata Usaha : Ruang Kamar Bersalin : UGD : 1 buah (0341) 787232 : [email protected] : 1 buah : 3 buah : 2 buah : 15 buah : 1 buah : 8 buah : 4 buah : - orang : 420 orang : 70 orang : 32 orang : 63 orang : 10 santri : 350 orang



14



8. Jumlah kelompok batra 9. Jumlah posyandu balita 10. Jumlah posyandu lansia 11. Jumlah posbindu PTM 12. Jumlah polindes 13. Jumlah poskesdes 14. Jumlah poskestren 15. Jumlah Pos UKK 16. Jumlah anggota saka bhakti husada 17. Jumlah pamong saka bhakti husada 18. Jumlah instruktur saka bhakti husada 19. Jumlah orams LSM peduli kesehatan 20. Jumlah pnati asuhan 21. Jumlah panti wreda 22. Jumlah UKBM lainnya 23. Jumlah kader kesehatan jiwa 24. Jumlah kader motivator KIA 25. Jumlah kader peduli AIDS 26. Jumlah pokja sanitasi 27. Jumlah taman posyandu



3.2.



: 3 kelompok : 84 pos : 70 pos : - pos : 13 buah : 15 pos : 2 pos : - pos : 24 orang : 6 orang : 8 orang : 1 kelompok : 1 buah : 1-buah : - buah : 1 orang : - orang : 5 orang : - kelompok : 16 pos



Program Kesehatan 3.2.1. Perbaikan Gizi 1. Jumlah balita yang ada (S) 2. Jumlah balita yang punya KMS (K) 3. Jumlah balita ditimbang (D) 4. Jumlah balita yang naik BB (N) 5. Jumlah balita yang turun/tetap BB 6. Jumlah bayi dengan ASI exklusif 7. Jumlah bayi berat badan lahir rendah



: 6151 : 5264 : 4617 : 3560 : 488 : 148 : 21



3.2.2. Penyehatan Lingkungan 1. Jumlah TPA yang ada / terdaftar 2. Jumlah TPA yang memenuhi syarat 3. Jumlah TPS yang ada / terdaftar 4. Jumlah TPS yang memenuhi syarat 5. Jumlah TTU yang ada / terdaftar 6. Jumlah TTU yang memenuhi syarat 7. Jumlah SAB 8. Jumlah SAB yang memenuhi syarat 9. Jumlah TPM yang ada / terdaftar 10. Jumlah TPM yang sehat 11. Jumlah penjamah makanan yang ada 12. Jumlah JAGA yang ada / berfungsi 13. Jumlah SPAL yang ada / berfungsi 14. Jumlah rumah yang ada 15. Jumlah rumah yang memenuhi syarat



:buah :buah :5 buah :buah : 85 buah : 55 buah : 18.715 buah : 1.008 buah : 79 buah : 73 buah : 158 buah : 16.022 buah : 15.381 buah : 18.715 buah : 2.686 buah



balita balita balita balita balita bayi bayi



15



3.2.3. Pencegahan & Pemberantasan Penyakit Menular 1. Kasus diare yang ditemukan dan di obati (semua umur) : 1961 orang 2. Jumlah kasus diare yang mendapatkan oralite : 1961 orang 3. Kasus diare yang dapat cairan ringerlaktat : 249 orang 4. Jumlah kasus diare balita : 786 orang 5. Jumlah kasus diare balita yang dapat tambahan tablet zing: 786 orang 6. Jumlah kejadian luar biasa (KLB) diare : 1 orang 7. Jumlah penderita KLB diare : 21 orang 8. Jumlah kematian KLB diare : - orang 9. Jumlah kasus pneumonia balita yang ditemukan : - anak 10. Jumlah kasus pneumonia balita yang dirujuk : - anak 11. Jumlah kasus pneumonia balita yang meninggal : - anak 12. Jumlah penderita kusta baru yang ditemukan dan diobati : - orang 13. Jumlah penderita kusta baru anak (usia lebih dari 15 tahun): - orang 14. Jumlah penderita kusta baru dengan cacat TK. II : - orang 15. Jumlah penderita kusta PB yang RFT : - orang 16. Jumlah penderita kusta MB yang RFT : - orang 17. Jumlah suspek penderita TB yang diperiksa dahak : 471 orang 18. Jumlah pasien baru BTA positif diobati : 37 orang 19. Jumlah pasien TB disceering HIV : 37 orang 20. Jumlah pasien baru BTA positif konfersi : 23 orang 21. Jumlah pasien baru BTA positif karena sembuh : - orang 22. Jumlah pasien BTA yang berobat lengkap (PL) : - orang 23. Jumlah kasus HIV/ AIDS : 21 orang 24. Jumlah kasus HIV lebih dari 5 tahun : - orang 25. Jumlah kasus HIV/ AIDS yang meninggal : 7 orang 26. Jumlah kasus IMS yang ditemukan dan diobati : 37 orang 27. Jumlah kasus DBD : 35 orang 28. Jumlah kematian kasus DBD : - orang 29. Pelaksanaan penyelidikan epideneologi (PE) kasus DBD: 20 kali 30. Pelaksanaan penanggulangan focus (PF) kasus DBD : - x 30. Jumlah desa endemis DBD : 3 desa 31. Jumlaha desa sporadis DBD : - desa 32. Jumlah desa potensial/bebas DBD : - desa 33. Jumlah tenaga pemantau jentik : 15 orang 34. Jumlah rumah yang diperiksa jentik : 5898 rumah 35. Jumlah rumah yang positif jentik : 411 rumah 36. Jumlah sediaan darah malaria yang diperiksa : 10 sediaan 37. Jumlah penderita positif malaria (ACD,PCD, lain-lain) : 2 orang 38. Jumlah penderita positif malaria yang diobati ACT : 2 orang 39. Jumlah penderita positif malaria yang diobati non ACT : orang 40. Jumlah pend. Positif malaria yang diobati dan di follow up: 1 orang 41. Jumlah penderita malaria yang meninggal : orang 42. Jumlah desa HCI malaria : desa 43. Jumlah desa MCI malaria : desa 44. Jumlah desa LCI malaria : desa 45. Jumlah kasus yang kena gigitan hewan perantara rabies: - orang 16



46. Jumlah kasus Filaria diobati 47. Kasus TN yang ditemukan



: :



-



orang orang



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.



3.2.4. Kesehatan Keluarga Jumlah bumil dengan Hb < 11 g% : - orang Jumlah bumil dengan LILA < 13,5 cm : 7 orang Jumlah peserta KB aktif semua metode : 12630 orang Jumlah peserta KB baru semua metode : 1931 orang Jumlah peserta KB yg mengalami kegagalan semua metode : - orang Jumlah peserta KB semua metode yang drop out : 781 orang Jumlah peserta KB yg mengalami efek samping semua metode : 506 orang Jumlah peserta KB yang mengalami komplikasi semua metode : - orang



1. 2. 3. 4. 5.



3.2.5. Kesehatan Indera Penglihatan & Pendengaran Jumlah penderita yang diskrining katarak Jumlah penderita yang diskrining kalainan refraksi Jumlah kasus buta katarak Jumlah kasus sulit dirujuk ke Spesialis THT (pendengaran) Jumlah komplikasi operasi kasus pendengaran yg ditemukan



: 90 orang : 97 orang : - orang : 23 orang : - orang



3.2.6. Kesehatan Olah raga 1. Jumlah pelatihan kes. Olahraga yang pernag dilakukan di masy



: 15



(kader posyandu, PKK, dll) 2. Jumlah kelompok olahraga (club kebugaran, fitness center,



:2



Usila, Ibu hamil, Penyakit tdk menular, Jamaah haji, dll) 3. Jumlah kelompok olahraga yang dibina (club kebugaran,



:2



Fitnes center, Usila, Ibu hamil, Penyakit tdk menular, Jamaah haji, dll) 4. Pembinaan kelompok olahraga berdasarkan kelompok khusus : 2 (Ibu hamil, Lansia, Penyakit tdk menular, haji, penyandang cacat, dll) 5. Jumlah siswa yang diukur kebugaran jasmani SD SMP SMA



:::-



17



3.2.7. Kesehatan Jiwa 1. Jumlah kasus NAPZA 2. Kumlah kasus keswa 3. Jumlah Bumil dengan gangguan jiwa



: - kasus : 26 kasus : - orang



3.2.8. Kesehatan Kerja 1. Jumlah pekerja formal yg mendapat pelayana kesehatan 2. Jumlah pekerja formal yg ada 3. Jumlah klinik perusahaan yang berijin & dibina 4. Jumlah klinik perusahaan yang ada 3.2.9. 1. 2. 3.



Data Morbiditas Angka kesakitan Jumlah penyakit terbesar ISPA Hypertensi Peny. Jaringan otot Gastritis Diare Diabetes Melitus Alergi Asma Typoid DC Hypotensi Scabies Dermatitis Conjungtivitis Pnumonia Kejadian Luar Biasa



No



: - orang : - orang : - buah : - buah



: 60.831 Kasus : 19. 628 (32,27 %) : 6.390 (10,50%) : 4.056 (6,67%) : 3.231 (5,31%) : 2.890 (4,75%) : 1.460 (2,40%) : 1.245 (2,05%) : 946 (1,55%) : 910 (1,50%) : 837 (1,38%) : 690 (1,13%) : 621 (1,02%) : 520 (0,85%) : 303 (0,50%) : 207 (0,34%)



Jenis Penyakit



Jumlah Kasus



Dhipteri Keracunan makanan Malaria



1 21 1



Attack Rante (%)



1. 2. 3.



3.3.



Jenis Pelayanan di Puskesmas Tumpang 3.3.1. Loket



18



Puskesmas Tumpang memiliki posisi loket yang strategis karena berada di depan pintu gerbang sehinga mudah dilihat dan di tengah-tengah poli. Paa Puskesmas Tumpang sistem penyimpanan data pasien yaitu dengan komputer dan family holder, yaitu map yang berisikan riwayat anggota keluarga yang pernah berobat di Puskesmas Lawang. Terdapat beberapa macam pembayaran yaitu menggunakan BPJS atau umum. Sarana dan prasarana yang terdapat pada loket sudah memadai mulai dari meja, kursi, kipas angin, rak buku, tape, komputer dan lain-lain.



19



3.3.2. Unit Gawat Darurat Unit Gawat Darurat merupakan salah satu unit yang terdapat di Puskesmas Tumpang yang berfungsi melakukan penanganan pertama pada pasien yang membutuhkan perawatan segera. UGD Puskesmas Tumpang melayani selama 24 jam dengan sistem pembagian shift : Shift 1



: 07.00 WIB - 14.00 WIB



Shift 2



: 14.00 WIB - 20.00 WIB



Shift 3



: 20.00 WIB - 07.00 WIB Petugas yang berada dalam UGD terdiri atas medis, paramedis, dan



non medis. Dalam 1 shift terdapat 3 paramedis yang bertugas di UGD maupun rawat inap, sedangkan menurut standart, seharusnya dalam 1 shift memerlukan 5 paramedis. Untuk fasilitas, secara keseluruhan diberikan oleh dinas kesehatan. Setiap bulan terdapat laporan kebutuhan alat-alat yang dibutuhkan oleh puskesmas, seperti alkes, obat-obatan, dsb. Untuk beberapa bulan terakhir, penyakit yang sering ditangani oleh UGD Puskesmass Tumpang adalah Demam berdarah dan Jantung. Sedangkan untuk rawat inap, paling banyak adalah penderita typhoid dan hipertensi. Untuk Rawat Inap, terdiri atas 36 bed, yang terbagi atas bangsal dan non-bangsal. Jika pasien tidak dapat ditangani di UGD, pasien akan di rujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Beberapa rumah sakit yang biasanya menjadi rujukan yaitu rumah sakit Saiful Anwar



20



dan rumah sakit swasta sesuai permintaan pasien. Untuk pasien yang dapat ditangani dapat langsung pulang ataupun dirawat di ruang inap sesuai dengan kasus yang diderita pasien tersebut. Khusus pasien BPJS rujukan harus berjenjang, misalnya dari puskesmas Tumpang ke Rumah Sakit Kabupaten seperti Rumah Sakit Kepanjen jika tidak dapat menangani dirujuk ke Rumah Sakit Panti Waluya, kemudian dirujuk ke RS Soepraoen, kemudian jika tidak dapat ditangani dirujuk ke rumah sakit umum. Terkecuali untuk penyakit jantung, baik pasien BPJS maupun non BPJS langsung dirujuk ke rumah sakit umum spesialis jantung.



Di ruang UGD sendiri selalu tersedia obat-obat khusus yang tersedia di lemari obat. Obat ini di khususkan untuk keadaan emergency agar petugas UGD tidak kesulitan untuk mengambil obat lagi ke apotek jika ada keadaan yang benar-benar darurat. Suplay obat di UGD ini diisi dari gudang farmasi kabupaten. Suplai obat dari gudang farmasi kabupaten dilakukan setiap sebulan sekali. Selain itu, terdapat “Tarif Pelayanan UGD dan Rawat Inap Puskesmas Tumpang”



yaitu tarif yang harus dibayar oleh pasien



dengan harga bervariasi sesuai keluhan pasien.



21



3.3.3. Poli Umum Salah satu balai pengobatan yang paling banyak dikunjungi di Puskesmas Tumpang adalah poli umum. Pasien yang datang harus mengikuti alur yang tersedia. Sebelum pasien masuk ke balai pengobatan umum, pasien harus melakukan registrasi di loket puskesmas dan 22



menunggu giliran untuk dipanggil sesuai dengan nomor antrian. Waktu pelayanan puskesmas dimulai dari pukul 08.00 WIB hingga selesai (hingga antrian pasien habis). Jika pasien datang ketika loket sudah tutup, pasien akan tetap dilayani oleh petugas BP umum hingga maksimal pukul 14.00 WIB. Petugas di balai pengobatan umum terdiri atas petugas medis, paramedis, dan non medis. Petugas medis dean paramedis bertugas untuk memeriksa, mendiagnosa dan memberikan resep maupun obat kepada pasien. Petugas non medis bertugas sebagai register, membuat rujukan untuk pasien yang memerlukan penanganan lebih lanjut, dan mengurus administrasi pasien. 10 penyakit umum yang terdapat pada poli umum Puskesmas Tumpang antara lain ISPA, hipertensi, diare, myalgia, gagal jantung, diabetes mellitus, dermatitis, scabies, thypus, dan rheumathoid arthritis. Sarana dan prasarana di balai pengobatan umum sudah cukup lengkap, yakni adanya bilik pengobatan yang terdiri atas tempat tidur untuk pasien



dan



meja



kursi



untuk



tenaga



medis



yang



memeriksa,



sphygnomanometer, alat pengukur tinggi badan, alat penggukur berat badan, lemari tempat obat-obatan, dan wastafel sebagai salah satu bentuk kontrol infeksi. Namun, menurut narasumber kami, masih terdapat kendala di balai pengobatan umum, yakni kurangnya petugas laboratorium. Keterbatasan jumlah petugas laboratorium menyebabkan ada pasien yang harus melakukan tes laboratorium di tempat lain, sehingga berpengaruh terhadap lamanya waktu penegakkan diagnosa di balai pengobatan umum.



23



3.3.4. Poli Gigi Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Tumpang memiliki satu dokter gigi drg. Didit. Ada pula perawat gigi yang membantu drg. Didit melakukan pelayanan kepada pasien. Kasus yang ditangani oleh puskesmas ini beragam. Alur pasien dan regulasi pasien satu dan yang lainnya cukup baik. Pelayanan dilaksanakan dengan efektif dan efisien. Dari sisi kontrol infeksi diamati bahwa dokter tidak mengganti handscoen dan masker saat melakukan pelayanan menumpat, namun pada saat melakukan pencabutan dokter mengganti handskun tersebut dengan yang baru. Puskesmas Tumpang telah memiliki Dental chair yang berjumlah 2 buah dan sudah dapat dikatakan sangat lengkap dan canggih. Bahan-bahan yang ada di puskesmas diberikan oleh dinas kesehatan. Untuk penumpatan, bahan yang sering digunakan yaitu amalgam. Biasanya dokter menanyakan dulu kepada pasien untuk bahan tumpatan yang diinginkan, tidak jarang pasien memilih jenis GIC karena estetik yang baik meskipun harga yang harus dibayarkan lebih mahal. Di puskesmas ini terdapat tensi electronic namun tidak berfungsi, sehingga



24



dokter gigi menggunakan alat tensi yang tradisional untuk melakukan tensi. Terlebih dahulu pasien ditensi, lalu dilakukan tindakan (pencabutan, pembersihan karang-karang gigi). Sebelum melakukan tindakan, dokter melakukan bius terlebih dahulu dengan menggunakan epinephrine selama 3 sampai 5 menit. 3.3.4.1.



Alat Kedokteran Gigi Yang Digunakan Oleh Dokter Gigi Di Puskesmas Tumpang



3.3.5. Kamar Obat Puskesmas Tumpang memiliki sebuah kamar obat untuk melayani pengambilan obat pada Puskesmas. Di dalamnya terdapat 3 petugas yang bertugas melayani pasien. Obat yang paling banyak dipakai adalah obat Generik tetapi terdapat juga beberapa obat Non-Generik di kamar obat di Puskesmas Tumpang.



25



3.3.6. Laboratorium Pelayanan yang dilakukan di laboratorium Puskesmas Tumpang adalah pemeriksaan laboratorium (mikroskopik) berhubungan dengan penyakit pasien untuk membantu dokter mendiagnosa.



3.3.7. KIA Puskesmas Tumpang mempunyai beberapa pelayanan kesehatan ibu dan anak yaitu KIA. Fasilitas, sarana, prasarana yang ada adalah ruang



26



rawat bersalin, ruang rawat inap ibu dan anak, infant warmer, dapur di rawat bersalin sudah sangat baik. 3.3.8. KB Program KB merupakan salah satu program pokok dari puskesmas Tumpang. Sarana dan prasarananya juga sudah baik dan memadai. 3.3.9. Kamar Bersalin Puskesmas Tumpang mempunyai beberapa pelayanan bersalin. Fasilitas, sarana, prasarana yang ada adalah ruang rawat bersalin, ruang rawat inap ibu dan anak, infant warmer, dapur di rawat bersalin sudah lengkap dan sangat baik.



27



3.3.10. Apotek Alur dan waktu pelayanan pada apotek Puskesmas Tumpang adalah pasien memberikan resep yang telah diberikan dari poli tujuan, kemudian apoteker meracik obat lalu pasien menunggu, setelah obat selesai pasien dipanggil kemudian diberikan obat sesuai resepnya. Terdapat 3 petugas yang terdapat dalam apotek, 1 apoteker yang berada pada gudang obat, 2 asisten apoteker berada pada apotek. Terdapat permasalahan dalam apotek yaitu kekurangan SDM karena harus mengurusi untuk rawat inap dan rawat jalan. Sarana dan prasarana penunjang cukup baik, jika obat yang dibutuhkan habis akan langsung diganti dengan obat yang sejenis. 3.3.11. Rawat Inap Rawat inap biasanya menangani pasien yang membutuhkan perawatan inap. Petugas yang menangani biasanya dari paramedis dan dokter. Petugas jaga juga selalu ada 24 jam yang dibagi dalam 3 shif ini untuk menangani pasien yang masuk. Jika pasien tidak dapat ditangani oleh IGD, pasien akan dirujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut. Untuk pasien yang dapat ditangani dapat langsung pulang atupun dirawat di ruang inap sesuai dengan kasus yang diderita pasien tersebut. BAB IV PEMBAHASAN 4.1.



Kasus Pertama Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan di Balai Pengobatan Gigi, didapatkan bahwa dokter menggunakan sarung tangan dan masker yang sama untuk beberapa sedangkan menurut aturan yang berlaku, 1



28



Handscoon dan 1 masker hanya boleh digunakan untuk 1 pasien dalam 1 kali penanganan. Selain itu, dokter gigi juga tidak melakukan cuci tangan setelah melakukan penanganan pada pasien. Padahal, hal tersebut dilakukan sebagai salah satu upaya dalam kontrol infeksi. Maka dari itu, kami tertarik untuk menjadikan hal ini sebagai kasus yang akan dibahas mengenai penggunaan sarung tangan dan masker oleh petugas medis sebagai upaya kontrol infeksi. Pembahasan : Universal precaution



adalah suatu cara untuk mencegah penularan



penyakit dari cairan tubuh, baik dari pasien ke petugas kesehatan dan sebaliknya, juga dari pasien ke pasien lainnya. Prinsip universal precaution di pelayanan kesehatan adalah menjaga hygiene sanitasi individu, hygiene sanitasi ruangan, serta sterilisasi peralatan. Hal ini penting, mengingat sebagian besar yang terinfeksi virus lewat darah seperti HIV tidak menunjukkan gejala fisik. Universal precaution berlaku untuk darah, sekresi ekskresi (kecuali keringat), luka pada kulit, dan selaput lendir. Penerapan standar ini penting untuk mengurangi resiko penularan mikroorganisme yang berasal dari sumber infeksi yang diketahui atau tidak diketahui (misalnya pasien, benda terkontaminasi, jarum suntik bekas pakai, dan spuit) di dalam sistem pelayanan kesehatan. 4.1.1. Cuci Tangan Mencuci tangan merupakan teknik dasar yang paling penting dalam pencegahan dan pengontrolan infeksi. Tujuan mencuci tangan adalah untuk membuang kotoran dan organisme yang menempel dari tangan untuk mengurangi jumlah mikroba total pada saat itu. Mikroorganisme pada kulit manusia dapat



29



diklasifikasikan dalam 2 kelompok, yaitu flora residen dan flora transien. Flora residen adalah mikroorganisme yang secara konsisten dapat diisolasi dari tangan manusia, tidak mudah dihilangkan dengan gesekan mekanis yang telah beradaptasi pada kehidupan tangan manusia. Flora transien dan flora transit atau kontaminasi jenisnya tergantung dari lingkungan tempat kerja. Mikroorganisme ini dengan mudah dapat dihilangkan dari permukaan dengan gesekan mekanis dan pencucian dengan sabun atau detergen. Cuci tangan harus dilakukan dengan benar sebelum melakukan tindakan : saat akan memeriksa (kontak langsung dengan pasien), saat akan memakai sarung tangan ketika akan melakukan pemasangan infus maupun injeksi. Selain itu cuci tangan juga harus dilakukan setelah melakukan tindakan : setelah memeriksa pasien, setelah memakai alat bekas pakai dan bahan lain yang beresiko terkontaminasi, setelah menyentuh selaput mukosa, darah, atau cairan tubuh lain, dan setelah membuka sarung tangan. memakai



sarung



Cuci tangan harus tetap dilakukan walaupun tangan



atau



alat



pelindung



lain



untuk



menghilangkan atau mengurangi mikroorganisme yang ada di tangan sehingga penyebaran penyakit dapat dikurangi dan lingkungan terjaga dari infeksi. Cara cuci tangan : 1. Basahi kedua telapak tangan dengan air mengalir, lalu beri 2. 3. 4. 5.



sabun ke telapak tangan, usap. Usap punggung tangan. Bersihkan sela-sela jari. Lakukan gerakan mengunci. Bersihkan ujung kuku, usapkan pada telapak tangan.



30



6. Bersihkan ibu jari dengan gerakan memutar. 7. Matikan air dengan menggunakan siku-siku pada keran, keringkan tangan secara menyeluruh dengan handuk, tangan pertama kering, bersih, lalu matikan keran menggunakan siku tangan. 4.1.2. Handscoon 4.1.2.1. Pengertian Handscoon itu adalah sarung tangan yang biasa dipakai oleh tenaga medis agar terhindar dari droplet pasien. Bertujuan untuk pencegahan infeksi yang disebabkan oleh pasien ke tenaga medis atahupun sebaliknya. Tindakan ini sangat diperlukan karena penggunaan sarung tangan adalah salah satu cara untuk mengurangi risiko transmisi patogen yang dapat ditularkan melalui darah. Dengan menggunakan sarung tangan akan melindungi pemakai sarung tangan dari risiko tersebut. Penggunaan tersebut juga perlu dilakukan untuk prosedur diagnostik atahu terpautik. Dalam metode penggunaan sarung tangan terdapat 2 cara, yaitu steril dan tidak steril. Sarung tangan steril dipakai bila prosedur steril (misal, mengganti balutan dan memasang kateter), sedangkan sarung tangan tidak steril digunakan apabila prosedur tidak steril.



4.1.2.2. Tujuan a. Untuk mencegah terjadinya infeksi silang b. Mencegah terjadinya penularan kuman



4.1.2.3. Alat dan Bahan a. Handscoon/sarung tangan steril atahu tidak steril sesuai ukuran b. Tromol tempat Handscoon



31



c. Korentang dan tempatnya d. Larutan klorin 0,5% e. Bedak/talk



4.1.2.4. Prosedur Pelaksanaan a. Ambil Handscoon yang masih dalam kemasan, buka kemasan bagian atasnya saja dan letakkan di tempat yang datar dan bersih. b. Lakukan cuci tangan dengan menggunakan 7 langkah. c. Mengidentifikasi Handscoon dengan mengeluarkan Handscoon dari kemasannya, tempatkan pada tempat yang datar dan bersih, buka kemasannya sentuh bagian kemasan hanya bagian yang luar, bagian dalam dilarang disentuh. d. Pastikan Handscoon untuk tangan kiri berada di kiri dan untuk tangan kanan berada di kanan. e. Memakai Handscoon untuk tangan yang lebih dominan terlebih dahulu, pada orang yang bukan kidal, tangan dominannya adalah f.



tangan kanan. Jepit Handscoon untuk tangan kanan dengan menggunakan tangan



kiri dan pakaikan Handscoon ke tangan kanan. g. Setelah selesai, pakai yang tangan kiri



sekarang,



untuk



memegangnya tangan kanan yang sudah memakai sarung tangan. Ada 2 cara memegang sarung tangan yang belum dipakai dengan sarung tangan yang sudah dipakai. 1. Cara pertama: Pakai tiga jari untuk menyentuh bagian dalam manset, tekan sedikit jari kelingking dengan menggunakan jempol tangan. 2. Cara kedua: Pakai empat jari dengan syarat jempol diarahkan ke luar. Cara ini dilakukan agar tangan yang sudah memakai sarung tangan medis tidak menyentuh bagian sarung tangan luar agar tetap steril. 4.1.3. Masker 4.1.3.1. Manfaat Penggunaan



32



Salah



satu



upaya



yang



efektif



untuk



mencegah



penyebaran penyakit menular, seperti influenza, tuberkulosis, dsb.



4.1.3.2. Jenis Masker untuk Tenaga Kesehatan a. Masker Biasa Masker biasa atahu yang dikenal dengan nama masker bedah (surgical mask) yang sudah umum digunakan masyarakat umum, biasanya memiliki bagian luar berwarna hijau muda dan bagian dalamnya berwarna putih serta memiliki tali/karet untuk memudahkan terpasang ke bagian belakang kepala atahu telinga. Disebut masker bedah (surgical mask) karena biasanya dipergunakan oleh tenaga kesehatan ketika melakukan tindakan operasi dan efektif sebagai penghalang cairan dari mulut dan hidung sehingga tidak menkontaminasi sekeliling. Masker ini tidak didesain untuk menyaring partikel dan mikroorganisme yang berukuran sangat kecil, termasuk virus influenza dan bakteri turbekulosis. Oleh karena itu orang yang sehat tidak disarankan untuk menggunakan masker jenis ini dan cukup hanya orang yang sakit saja. Seperti yang pernah disampaikan oleh dr. Dedi Suryatno, kepala Poliklinik DOTS RS. Hasan Sadikin Bandung, masker bedah efektif digunakan oleh pasien karena dapat menyaring percikan air liur atahu dahak yang dikeluarkankan oleh pasien. Beda halnya bila orang sehat yang memakai masker tersebut. Mikroorganisme yang berukuran sangat kecil dan melayang-layang di udara dapat terjebak di di dalam pori-pori masker tersebut. Bila mikroorganisme tersebut berakumulasi, dapat terhirup dan pada akhirnya masuk ke dalam saluran pernafasan.



33



b. Masker respirator N95 Masker jenis ini merupakan alternatif bagi orang sehat untuk berinteraksi dengan orang sakit. M