Reka Ayu Adella - Sejarah Kimia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama : Reka Ayu Adella NIM : 190796 Pendidikan Kimia 2019A UTS Filsafat Sains dan Sejarah Kimia (B. De Spinoza) Baruch de Arnozza (24 November 1632 – 21 Februari 1677) (Bahasa Ibrani: ‫שפינוזה‬ ‫)ברוך‬ adalah filsuf keturunan Yahudi-Portugis berbahasa Spanyol yang lahir dan besar di Belanda. Pikiran Spinoza berakar dalam tradisi Yudaisme. Pemikiran Spinoza yang terkenal adalah ajaran mengenai Substansi tunggal alam. Hal ini ia katakan karena baginya Tuhan dan alam semesta adalah satu dan Tuhan juga mempunyai bentuk yaitu seluruh alam. Oleh karena pemikirannya ini, Spinoza pun disebut sebagai penganut panteisme-monistik. 1. Riwayat hidup dari masing-masing filsuf/ilmuwan Kehidupan Awal Spinoza Baruch Spinoza, awalnya bernama Benedictus (dalam bahasa Latin) atau Bento de Spinoza (dalam bahasa Portugis), lahir pada 24 November 1632 di Amsterdam. Keluarga Bennedict de Spinoza merupakan keturunan Portugis. Orangtuanya adalah orang Yahudi yang bermigrasi ke Spanyol dan kemudian ke Portugal. Orang tua Bennedict berlayar ke Amsterdam karena dipaksa untuk berpindah keyakinan menjadi Kristen. Di kota ini, ayah Baruch berkembang sebagai pedagang penting dan kemudian sebagai direktur terkenal di Amsterdam sinagoga kota. Sedangkan ibu Baruch Spinoza meninggal ketika dia baru berusia enam tahun. Di negara ini keluarga Bennedict de Spinoza juga bertemu dengan komunitas Yahudi yang merapikan diri dari negaranya karena kasus penganiayaan. Komunitas Yahudi yang ada di Amsterdam ini mengembangkan lembaga sosial dalam bidang pendidikan. Bennedict de Spinoza juga merasakan mengenyam pendidikan dibawah komunitas ini yang diajar langsung oleh Musa Maimonides. Spinoza banyak mempelajari tentang ilmu filsafat Yahudi dan bahasa Ibrani. Perjalanan Karir Baruch De Spinoza Sebelum tiba di Amsterdam, Spinoza telah berlatih di institut dengan pendekatan Katolik Roma. Di periode yang sama dibentuk dalam filsafat Ibrani dan Yahudi. Spinoza yang dikenal sebagai filsuf ternyata mengawali karirnya menjadi pedagang buah. Pada usia 19 Spinoza bekerja sebagai pedagang kecil, sambil terus belajar di sekolah dengan pendekatan Yahudi ortodoks. Dari kios buahnya inilah Bennedict de Spinoza bertemu dengan beberapa pengusaha lain. Pengusaha yang ditemui ini memiliki latar belakang yang berbeda. Karirnya sebagai pedagang membuat Bennedict de Spinoza mempunyai banyak pemikiran mengenai filsafat. Spinoza berfokus pada historis mengenai penyebaran manusia di seluruh penjuru dunia. Bennedict de Spinoza bahkan pernah mengalami pengucilan karena karya filsafatnya yang



ditentang agar tidak diberikan kepada komunitas Yahudi di Amsterdam. Spinoza tertarik pada filsafat Cartesian, dalam matematika dan dalam filsafat Hobbes yang membuatnya semakin menjauh dari Yudaisme. Sedikit demi sedikit ia menjadi sangat kritis terhadap akurasi dan interpretasi Alkitab, terutama mengenai gagasan keabadian jiwa, gagasan transendensi dan hukum yang didiktekan oleh Allah, serta hubungannya dengan komunitas Yahudi. Yang terakhir membuatnya diekskomunikasi. Spinoza mulai mengubah namanya dari bahasa Ibrani ke bahasa Latin, mungkin karena kemungkinan pembalasan dan penyensoran. Faktanya, menolak tampil sebagai guru di Universitas Heidelberg karena mereka memintanya untuk tidak mengubah slogan agama saat ini. “The highest activity a human being can attain is learning for understanding, because to understand is to be free.” -Baruch Spinoz Periode Etika Bennedict de Spinoza Salah satu tema yang menjadi fokus karya Spinoza adalah etika. Karya berjudul “Etika” milik Bennedict de Spinoza diselesaikan pada tahun 1675 dan sempat ditunda penerbitannya karena terdapat beberapa hal yang kontroversi. Karya ini diterbitkan 2 tahun kemudian setelah mengalami perbaikan dan dijadikan bukti geometris. Spinoza mempercayai bahwa karya yang berisi ide-ide geometris ini lebih mudah untuk diterima daripada hasil publikasi sebelumnya.Faktanya, Etika ditunjukkan sesuai dengan tatanan geometrik, adalah nama dari karyanya yang paling representatif. Dalam hal ini, Spinoza mendiskusikan konsepsi filosofis tradisional tentang Tuhan dan manusia , tentang alam semesta dan keyakinan moral yang mendasari agama dan teologi. Di antara hal-hal lain, filsuf ingin menunjukkan bahwa Tuhan benar-benar ada, serta alam dan diri kita sendiri. Spinoza menambahkan beragam catatan dari hasil pengamatan pada tengah-tengah bab I karya periode Etika ini dengan tujuan agar pembaca lebih mudah memahami isinya. Bennedict de Spinoza juga menambahkan esai naratif yang filosofis mengenai berbagai macam polemik. Berbagai macam polemik tersebut menjadi pokok bahasan dalam karya etika ini. Pewaris pemikiran Cartesian, yang menyarankan kemungkinan menemukan penjelasan rasional dan aljabar tentang keberadaan Tuhan, tetapi juga setia pada formasi Yahudi, stoik dan skolastiknya, Baruch mempertahankan keberadaan satu substansi tak terbatas. Perbedaan dengan pemikiran Descartes adalah bahwa, untuk Spinoza, zat ini unik (Descartes berbicara tentang dua), dan dapat setara dengan alam dan pada saat yang sama kepada Tuhan. Dari sana membahas hubungan antara alam dan yang ilahi . Dan karena Tuhan tidak disebabkan oleh apapun, artinya tidak ada yang mendahuluinya, maka dia ada. Atau dengan kata lain Tuhan, sebagai substansi yang unik dan ilahi adalah yang dikandung di tempat. Ini adalah salah satu argumen ontologis tentang keberadaannya yang paling representatif dalam berbagai karya rasionalisme modern. Tidak hanya itu, tetapi Spinoza menyatakan bahwa, akibatnya, pikiran manusia dapat mengetahui dengan baik melalui pikiran, atau melalui perluasannya. Ini mengambil sebagai model untuk Descartes, tetapi pada saat yang sama itu membuat perbedaan, karena yang terakhir mengatakan bahwa pengetahuan hanya diberikan melalui pemikiran, dan perpanjangan itu (alam) membuat alasan yang salah. Spinoza berpendapat bahwa ada tiga jenis pengetahuan manusia yaitu, yang berasal dari perbudakan nafsu, yang lain terkait



dengan alasan dan hati nurani dari sebab-sebab (yang nilainya adalah kendali dari nafsu), dan yang ketiga adalah intuisi yang tidak tertarik yang berasimilasi ke sudut pandang Allah. Yang terakhir adalah satu-satunya yang mampu memberikan satu-satunya kebahagiaan manusia yang mungkin. Hasil karya Spinoza yang berjudul Etika ini berasal dari 3 sumber yang menjadi kepercayaan kaum Yahudi dan dijadikan pedoman hidupnya. Sumber yang digunakan Bennedict de Spinoza antara lain adalah dialog tentang cinta, argumen dari filsuf Spanyol, dan akses internet gerbang tuhan. Ketiga sumber ini menghasilkan karya besar yang dipublikasikan secara luas.



“The more clearly you understand yourself and your emotions, the more you become a lover of what is.” – Spinoza Perjanjian teologi politik The Tractatus, sebuah karya yang menghasilkan Spinoza pengakuan penting, menggabungkan kritik biblika, filsafat politik dan filsafat agama dengan perkembangan metafisika. Sesuatu yang direpresentasikan dengan cara yang penting adalah jarak dan kritik Spinoza tentang Alkitab. Untuk Spinoza, topik yang disajikan dalam buku ini penuh dengan ketidak konsistenan yang dapat dijelaskan melalui studi ilmiah tentang bahasa, sejarah, dan keyakinan di masa lalu. Karena alasan inilah diyakini bahwa ini adalah salah satu karya yang juga mendapatkan ekskomunikasi Spinoza. Dengan demikian, Spinoza berusaha untuk mengungkapkan kebenaran tentang kitab suci dan agama, dan dengan cara ini menyabotase atau mempertanyakan kekuatan politik yang dilakukan di negara-negara modern oleh otoritas agama. Ia juga membela, paling tidak sebagai politik ideal, kebijakan yang toleran, sekuler dan demokratis. Antara lain, Spinoza menolak istilah dan konsepsi tentang moralitas, karena ia menganggap bahwa itu hanya cita-cita. Lain dari karya-karyanya yang paling representatif adalah Risalah singkat tentang Tuhan, manusia dan kebahagiaan dan Dari reformasi pemahaman.



Akhir Hidup Spinoza Baruch Spinoza menghabiskan tahun-tahun terakhirnya di Den Haag, dimana dia meninggal karena tuberkulosis pada 21 Februari 1677, pada usia 44 dan tanpa menyelesaikan salah satu karya terakhirnya, yang disebut risalah politik. Etika merupakan karya terbesar Bennedict de Spinoza sepanjang perjalanan karirnya. Karya ini membuat Spinoza banyak dikunjungi oleh tokoh terkemuka yang memberinya bantuan. Bennedict de Spinoza merupakan tokoh filsuf besar yang mempunyai pengaruh pada sejarah intelektual dunia barat. Hal ini dikarenakan pemikiran filosofis Spinoza yang independen dan lepas dari aliran agama tertentu. Bennedict de Spinoza juga seorang filsuf yang sangat menentang adanya paham suernaturalisme. Spinoza bahkan dikecam sebagai seorang ateis karena pemikiran filsufnya yang universal dan tidak terikat dengan kepercayaan agama apapun. Bahkan Spinoza dikenal sebagai filsuf pertama yang membuat ateisme menjadi sistem filosofis untuk pertama kali. Bennedict de Spinoza dikenal sebagai orang yang mabuk tuhan. Spinoza dikenal religius dengan pemikirannya yang rasional maupun tidak. Karyanya yang melegenda membuat Bennedict de Spinoza dikagumi oleh banyak filsuf dan penyair pada masanya. Hingga kini pun tentu masih banyak yang cukup mengaguminya. 2. Bagaimana pengembangan keilmuan mereka Komunitas Yahudi yang ada di Amsterdam ini mengembangkan lembaga sosial dalam bidang pendidikan. Bennedict de Spinoza mengenyam pendidikan dibawah komunitas ini yang diajar langsung oleh Musa Maimonides. Spinoza banyak mempelajari tentang ilmu filsafat Yahudi dan bahasa Ibrani. Spinoza telah berlatih di institut dengan pendekatan Katolik Roma. Di periode yang sama dibentuk dalam filsafat Ibrani dan Yahudi. Spinoza yang dikenal sebagai filsuf ternyata mengawali karirnya menjadi pedagang buah. Dari kios buahnya inilah Bennedict de Spinoza bertemu dengan beberapa pengusaha lain yang memiliki latar belakang yang berbeda. Karirnya sebagai pedagang membuat Bennedict de Spinoza mempunyai banyak pemikiran mengenai filsafat. Spinoza berfokus pada historis mengenai penyebaran manusia di seluruh penjuru dunia. Bennedict de Spinoza bahkan pernah mengalami pengucilan karena karya filsafatnya yang ditentang agar tidak diberikan kepada komunitas Yahudi di Amsterdam. Spinoza tertarik pada filsafat Cartesian, dalam matematika dan dalam filsafat Hobbes yang membuatnya semakin menjauh dari Yudaisme. Sedikit demi sedikit ia menjadi sangat kritis terhadap akurasi dan interpretasi Alkitab, terutama mengenai gagasan keabadian jiwa, gagasan transendensi dan hukum yang didiktekan oleh Allah, serta hubungannya dengan komunitas Yahudi. Yang terakhir membuatnya diekskomunikasi. Aliran rasionalisme sudah ada sangat lama sekali, berasal dari Thales yang menerapkan rasionalisme dalam filsafatnya. Kemudian dilanjutkan oleh para filsuf setelahnya yang termasuk menentang aliran dari Thales ini yaitu Socrates, Plato, Aristoteles, dan beberapa tokoh setelah mereka. Pada zaman modern ini, tokoh pertama dalam aliran ini adalah Descartes. Dalam waktu yang bersamaan ada tokoh besar lainnya yaitu Baruch Spinoza dan Leibniz. Setelah periode ini dikembangkan secara sempurna oleh Hegel yang kemudian terkenal sebagai tokoh rasionalisme dalam sejarah. Bennedict de Spinoza adalah seorang fisuf yang mengikuti aliran rasionalisme dan ia tertarik pada Descartes. Bukan hanya di bidang filsafat, ia juga mahir dalam bidang politik, teologia dan etika. Berbeda dengan Descartes, sesuai semboyan “Deus sen Natura” (Tuhan atau alam), Spinoza adalah seorang rasionalis yang mistik. Menurutnya seluruh kenyataan merupakan kesatuan dan kesatuan sebagai satu-satunya substansi sama dengan Tuhan atau



alam. Tuhan sama dengan aturan kosmos. Kehendak Tuhan berarti samadengan kehendak alam, sehingga hukum-hukum alam sama dengan kehendakTuhan. Spinoza mencitacitakan suatu system berdasarkan rasionalisme, untuk mencapai kebahagiaan bagi manusia. Menurutnya aturan dan hukum yang terdapat pada semua hal tidak lain dari aturan dan hukum yang terdapat pada idea. Sebagai dasar segala-galanya harus diterima sesuatu yang tak terdasarkan kepada yang lain, jadi yang mutlak. Segala sesuatu termuat dalam Tuhan-alam. 3. Buku apa yang pernah dia tulis Renati Descartes Principiorum Philosophiae, 1663 (Prinsip Filsafat Descartes) Tractatus Theologico-Politicus, 1670 (Traktat Politis-Teologis) Tractatus De Intellectus Emendatione, 1677 (Traktat tentang Perbaikan Pemahaman) Ethica More Geometrico Demonstrata, 1677 (Etika yang dibuktikan secara geometris) 4. Adakah hasil pemikirannya berkontribusi terhadap bidang pendidikan dan/atau kimia? Jelaskan Substansi Tunggal Pandangan Spinoza mengenai substansi tunggal merupakan tanggapannya atas pemikiran Descartes tentang masalah substansi dan hubungan antara jiwa dan tubuh. Dalam filsafat Descartes, terdapat sebuah permasalahan yaitu bagaimana Allah, jiwa, dan dunia material dapat dipikirkan sebagai satu kesatuan utuh? Dalam bukunya Ethica, ordine geometrico demonstrata (Etika yang dibuktikan dengan cara geometris), Spinoza mencoba menjawab permasalahan ini. Ia memulai menjawab permasalahan dari filsafat Descartes dengan memberikan sebuah pengertian mengenai substansi. Substansi dipahami sebagai sesuatu yang ada dalam dirinya sendiri dan dipikirkan oleh dirinya sendiri, artinya sesuatu yang konsepnya tidak membutuhkan konsep lain untuk membentuknya. Menurut Spinoza, sifat substansi adalah abadi, tidak terbatas, mutlak, dan tunggal-utuh. Bagi Spinoza, hanya ada satu yang dapat memenuhi definisi ini yaitu Allah. Menurut Spinoza, sifat substansi adalah abadi, tidak terbatas, mutlak, dan tunggal-utuh. Bagi Spinoza, hanya ada satu yang dapat memenuhi definisi ini yaitu Allah. Hanya Allah yang memiliki sifat yang tak terbatas, abadi, mutlak, tunggal, dan utuh. Selain itu, Spinoza juga mengajarkan apabila Allah adalah satu-satunya substansi, maka segala yang ada harus dikatakan berasal daripada Allah. Hal ini berarti semua gejala pluralitas dalam alam baik yang bersifat jasmaniah (manusia, flora dan fauna, bahkan bintang) maupun yang bersifat rohaniah (perasaan, pemikiran, atau kehendak) bukanlah hal yang berdiri sendiri melainkan tergantung sepenuhnya dan mutlak pada Allah. Untuk menyebut gejala ini, Spinoza menggunakan sebuah istilah yaitu modi. Modi merupakan bentuk atau cara tertentu dari keluasan dan pemikiran. Dengan demikian, semua gejala dan realitas yang kita lihat dalam alam hanyalah modi saja dari Allah sebagai substansi tunggal. Dengan kata lain, alam dan segala isinya adalah identik dengan Allah secara prinsipil. Kata kunci ajaran Spinoza adalah Deus sive natur (Allah atau alam). Yang berbeda dari ajaran ini hanyalah istilah dan sudut pandangnya saja. Sebagai Allah, alam adalah natura naturans (alam yang melahirkan).



Natura naturans dipandang sebagai asal usul, sebagai sumber pemancaran, sebagai daya pencipta yang asali. Sebagai dirinya sendiri, alam adalah natura naturata (alam yang dilahirkan) yaitu sebuah nama untuk alam dan Allah yang sama tetapi dipandang menurut perkembangannya yaitu alam yang kelihatan. Dengan ini Spinoza membantah ajaran Descartes bahwa realitas seluruhnya terdiri dari tiga substansi (Allah, jiwa, materi). Bagi Spinoza hanya ada satu substansi saja, yakni Allah/alam.



Sumber ; Burhanuddin, Salam. (2003) .Pengantar Filsafat. Jakarta: PT Bumi Aksara F. Budi Hardiman. (2007). Filsafat Modern dari Machiavelli sampai Nietzsche. Jakarta: Gramedia Faridah Mar’ah (2013). Filsafat Aliran Rasionalisme. [Online]. Tersedia : https://www.academia.edu/37350187/Filsafat_Aliran_Rasionalisme G. H. R. Parkinson. (2000). Spinoza Ethics. United States: Oxford University Press Kattsoff, Louis O. (2004). Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya Louis L. Snyder. (1962). Abad Pemikiran. Jakarta: Bhratara Nadler, S. (2016). Baruch Spinoza. Stanford Encyclopedia of Philosophy. [Online]. Tersedia : https//plato.stanford.edu/entries/spinoza/#TheoPoliTrea Nurul Hidayat (2020). Biografi Benedict de Spinoza, Filsuf dari Abad ke-17. [Online]. Tersedia : https://www.pewartanusantara.com/biografi-benedict-de-spinoza-filsuf-dari-abadke-17/ [01 Agustus 2021] P. A. van der Weij. (1991). Filsuf-filsuf Besar tentang Manusia. Jakarta: Gramedia Popkin, R. (2018). Benedict de Spinoza. Encyclopaedia Britannica. [Online]. Tersedia : https//www.britannica.com/biography/Benedict-de-Spinoza#ref281280 Simon Petrus L. Tjahjadi. (2007). Tuhan Para Filsuf dan Ilmuwan. Yogyakarta: Kanisius Yes Therapy Help (2021). Baruch Spinoza: Biografi Filsuf dan Pemikir Sephardic. [Online]. Tersedia : https://id.yestherapyhelps.com/baruch-spinoza-biography-of-this-sephardicphilosopher-and-thinker-15332