Revisi Kti Bab 1 Fix [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

HALAMAN SAMPUL



PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH



ANALISIS PELAKSANAAN ASSEMBLING DALAM PENGENDALIAN KETIDAKLENGKAPAN BERKAS REKAM MEDIS DI RSIA HUSADA BUNDA MALANG



Oleh Dyah Citra Resmi NIM 195055



PROGRAM STUDI D-III REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN INSTITUT TEKNOLOGI, SAINS DAN KESEHATAN RS dr. SOEPRAOEN MALANG 2022



HALAMAN JUDUL



PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH



ANALISIS PELAKSANAAN ASSEMBLING DALAM PENGENDALIAN KETIDAKLENGKAPAN BERKAS REKAM MEDIS DI RSIA HUSADA BUNDA MALANG



diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi D-III Rekam Medis dan informasi Kesehatan dan mencapai gelar Ahli Madya Rekam Medis dan Informasi Kesehatan



Oleh Dyah Citra Resmi NIM 195055



PROGRAM STUDI D-III REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN INSTITUT TEKNOLOGI, SAINS DAN KESEHATAN RS dr. SOEPRAOEN MALANG 2022



ii



PERSETUJUAN PEMBIMBING Proposal berjudul ”Analisis Pelaksanaan Assembling Dalam Pengendalian Ketidaklengkapan Berkas Rekam Medis” telah disetujui pada: hari, tanggal



:



tempat



: Program Studi D-III Rekam Medis dan Informasi Kesehatan.



Dosen Pembimbing Utama,



Dosen Pembimbing Anggota



Dosen NIDN 0000000000



Dosen NIDN 0000000000



iii



DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL............................................................................................i HALAMAN JUDUL..............................................................................................ii PERSETUJUAN PEMBIMBING.......................................................................iii DAFTAR ISI..........................................................................................................iv DAFTAR TABEL.................................................................................................vi DAFTAR GAMBAR............................................................................................vii DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................viii BAB 1. PENDAHULUAN....................................................................................1 1.1 Latar Belakang..................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah............................................................................1 1.3 Tujuan Penelitian..............................................................................1 1.3.1 Tujuan Umum...........................................................................1 1.3.2 Tujuan Khusus...........................................................................1 1.4 Manfaat Penelitian............................................................................1 1.4.1 Manfaat Teoritis........................................................................1 1.4.2 Manfaat Praktis.........................................................................1 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................2 2.1 Penelitian Terdahulu........................................................................2 2.2 Teori...................................................................................................2 2.2.1 Sub Teori...................................................................................2 2.3 Kerangka Teori.................................................................................2 2.4 Kerangka Konseptual.......................................................................2 2.5 Hipotesis.............................................................................................2 BAB 3. METODE PENELITIAN........................................................................3 3.1 Jenis Penelitian..................................................................................3 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian.........................................................3 3.2.1 Tempat Penelitian......................................................................3 3.2.2 Waktu Penelitian.......................................................................3



iv



3.3 Penentuan Populasi dan Sampel.....................................................3 3.3.1 Populasi Penelitian....................................................................3 3.3.2 Sampel Penelitian......................................................................3 3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel.....................................................3 3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional................................3 3.4.1 Variabel Penelitian....................................................................3 3.4.2 Definisi Operasional..................................................................3 3.5 Data dan Sumber Data.....................................................................3 3.6 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data....................................3 3.6.1 Teknik Pengumpulan Data........................................................3 3.6.2 Instrumen Pengumpulan Data...................................................3 3.7 Teknik Penyajian dan Analisis Data...............................................4 3.7.1 Teknik Penyajian Data..............................................................4 3.7.2 Teknik Analisis Data.................................................................4 3.8 Validitas dan Reliabilitas Instrumen (bersifat opsional)..............4 3.9 Alur Penelitian..................................................................................5 DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................6 LAMPIRAN............................................................................................................7



v



DAFTAR TABEL Halaman



vi



DAFTAR GAMBAR Halaman



vii



DAFTAR LAMPIRAN Halaman



viii



BAB 1. PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang



menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna untuk menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, serta gawat darurat. Rumah Sakit sangat berperan penting dalam upaya memperbaiki derajat kesehatan masyarakat, oleh karena itu Rumah Sakit diharapkan mampu untuk melakukan kegiatan pencatatan medis yang baik. Pada masa pra kemerdekaan Indonesia telah menjalankan kegiatan pencatatan medis, hanya saja belum dilaksanakan dengan baik, dari segi penataan maupun pengolahan atau mengikuti sistem informasi yang ada (Depkes RI, 2006). Berdasarkan Permenkes Nomor 269 Tahun 2008 tentang Rekam Medis, setiap pelayanan kesehatan diwajibkan untuk memiliki rekam medis. Rekam medis merupakan berkas yang berisi catatan dan dokumen mengenai identitas pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan yang telah diberikan, serta tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien selama masa perawatan berlangsung. Isi dari catatan merupakan tulisan-tulisan yang dibuat oleh dokter atau dokter gigi mengenai tindakan-tindakan yang dilakukan kepada pasien dalam rangka pelayanan kesehatan. Kelengkapan berkas rekam medis merupakan hal yang sangat penting karena berpengaruh terhadap proses pelayanan yang dilakukan oleh petugas medis dan mempengaruhi kualitas dari pelayanan suatu rumah sakit tersebut. Kelengkapan dalam pengisian berkas rekam medis oleh dokter akan dapat memudahkan tenaga kesehatan lain dalam memberikan tindakan atau pengobatan pada pasien, dan dapat dijadikan sumber data pada bagian rekam medis dalam pengelolaan data dan laporan yang akan dijadikan informasi yang berguna bagi pihak manajemen rumah sakit dalam menentukan evaluasi dan pengembangan pelayanan kesehatan (Hatta, 2014). Berkas rekam medis memuat data pelayanan pasien yang meliputi identitas pasien, keluhan pasien, jenis dan jumlah pengobatan, serta jenis tindakan yang



9



10



akan diberikan. Berkas rekam medis rawat inap terdiri dari formulir lembar ringkasan masuk dan keluar, lembar anamnesa dan pemeriksaan fisik, lembar perjalanan penyakit, lembar grafik, lembar catatan harian tindakan keperawatan, lembar hasil pemeriksaan, lembar rekaman asuhan keperawatan, lembar resume medis, lembar resume keperawatan pasien pulang atau meninggal, lembar laporan operasi, lembar laporan anestesi, surat persetujuan rawat inap, dan surat persetujuan tindakan, dimana dokumen rekam medis harus diisi secara lengkap setiap lembar formulirnya (Elisabet Y.A, 2016). Di Indonesia pencatatan berkas rekam medis dari waktu ke waktu mengalami perubahan, mulai dari media rekam medis yang mengalami perubahan karena pengaruh teknologi seperti dari media kertas sekarang sudah mulai bergeser ke media elektronik, dimana rekam medis bisa diakses dari berbagai tempat dan berbagai negara. Rekam medis yang lengkap menandakan bahwa pasien tersebut mendapatkan pelayanan yang cukup baik, hal tersebut berkaitan dengan bagian assembling. Pelaksanaan pencatatan berkas rekam medis digunakan untuk mencatat dan merekam terjadinya peristiwa maupun transaksi suatu kegiatan atau pelayanan. Berkas rekam medis diatur kembali sesuai dengan urutan riwayat penyakit pasien dan diteliti kelengkapan isi dan dokumen rekam medis, apabila belum lengkap maka dikembalikan ke bagian yang bersangkutan. Berkas rekam medis yang tidak lengkap harus dilengkapi 2x24 jam setelah waktu penyerahan. Bila terlambat dikembalikan dapat berdampak pada bagian filing dalam menyediakan dokumen rekam medis apabila pasien akan berkunjung kembali untuk berobat. Menurut Henry Yuliastuti (2020) di RSU Muslimat Ponorogo ditemukan berkas rekam medis yang belum lengkap masuk ke bagian assembling sebanyak 35% dokumen rekam medis yang belum lengkap yang masuk ke bagian assembling dengan rata-rata 26 berkas yang diterima dari bangsal perhari. Permasalahan tersebut disebabkan karena tenaga medis yang mengisi berkas rekam medis kurang teliti dalam pengisiannya, serta petugas assembling kurang teliti dalam pengecekan ketidaklengkapan berkas rekam medis.



11



Berdasarkan hasil observasi yang sudah dilakukan sebelumnya, RSIA Husada Bunda merupakan Rumah Sakit swasta khusus Ibu dan Anak tipe C yang terletak di Kota Malang. Rumah Sakit ini memiliki kenaikan kunjungan pasien setiap tahunnya sehingga dokumen rekam medis juga semakin lama semakin banyak. Kunjungan pasien yang semakin tinggi memerlukan rekam medis yang benyak dan tentunya catatan kelengkapan rekam medis perlu dijaga. Dengan banyaknya pasien, Rumah Sakit Ibu dan Anak Husada Bunda dalam melaksanakan pengendalian ketidaklengkapan berkas rekam medis petugas di bagian assembling masih belum sepenuhnya melaksanakan pengendalian sesuai dengan prosedur yang telah dibuat oleh Rumah Sakit. Dalam hal ini, petugas assembling mempunyai keunikan tersendiri dalam melaksanakan pengendalian ketidaklengkapan berkas rekam medis yaitu dengan menempelkan post-it pada lembar yang tidak lengkap dan menuliskan pada kartu kendali/buku besar. Berdasarkan permasalahan tersebut, pelaksanaan assembling dalam pengendalian ketidaklengkapan berkas rekam medis di Rumah Sakit Ibu dan Anak, difokuskan agar pelaksanaan assembling bisa berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan guna menunjang pelayanan kesehatan secara optimal. 1.2



Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka diperoleh rumusan masalah



bagaimana



analisis



pelaksanaan



assembling



dalam



pengendalian



ketidaklengkapan berkas rekam medis di Rumah Sakit Ibu dan Anak Husada Bunda Malang? 1.3



Tujuan Penelitian



1.1.1 Tujuan Umum Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pelaksanaan assembling dalam pengendalian ketidaklengkapan berkas rekam medis di Rumah sakit Ibu dan Anak Husada Bunda Malang. 1.1.2 Tujuan Khusus a. Mengkaji alur berkas rekam medis di Rumah Sakit Ibu dan Anak Husada Bunda Malang.



12



b. Mengkaji form rekam medis dalam pengendalian ketidaklengkapan berkas rekam medis di Rumah Sakit Ibu dan Anak Husada Bunda Malang. c. Mengkaji prosedur pelaksanaan assembling dalam pengendalian ketidaklengkapan berkas rekam medis di Rumah Sakit Ibu dan Anak Husada Bunda Malang. d. Mengkaji pelaksanaan pengendalian ketidaklengkapan berkas rekam medis di Rumah Sakit Ibu dan Anak Husada Bunda Malang. 1.4



Manfaat Penelitian



1.1.3 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh tenaga kesehatan sebagai referensi mengenai analisis pelaksanaan assembling dalam pengendalian ketidaklengkapan berkas rekam medis di Rumah Sakit Ibu dan Anak Husada Bunda Malang. 1.1.4 Manfaat Praktis a. Bagi Rumah Sakit Sebagai bahan masukan untuk lebih meningkatkan pelaksanaan assembling dalam pengendalian ketidaklengkapan berkas rekam medis. b. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan evaluasi dan referensi dalam mengembangkan ilmu rekam medis dan sebagai dasar pembanding antara teori yang diberikan dan kenyataaan yang dilakukan di lapangan. c. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penelitian penerapan ilmu tentang rekam medis khususnya mengenai pelaksanaan assembling dalam pengendalian ketidaklengkapan berkas rekam medis.



13



BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1



Penelitian Terdahulu



1.1.5 Hasil Penelitian Terdahulu Berdasarkan menunjukkan



penelitian



permasalahan



terdahulu tentang



terdapat



beberapa



pelaksanaan



yang



pengendalian



ketidaklengkapan berkas rekam medis rumah sakit, serta faktor-faktor yang terkait dengan rekam medis rumah sakit dapat dilihat dari uraian berikut ini: a. Penelitian



pertama



yang



berjudul



“Tinjauan



Pelaksanaan



Assembling dalam Pengendalian Ketidaklengkapan Berkas Rekam Medis di RSU Muslimat Ponorogo” oleh Henry Yuliastuti Tahun 2020 yang membedakan adalah tempat dan waktu penelitian serta variabel yang digunakan yaitu tentang tinjauan pelaksanaan assembling tentang pengendalian ketidaklengkapan berkas rekam medis. Hasil penelitian menunjukkan di RSU Muslimat Ponorogo diketahui bahwa pelaksanaan assembling dalam pengendalian berkas rekam medis dilakukan dengan cara memilah formulir rekam medis sesuai aturan yang berlaku, pemeriksaan ketidaklengkapan, pengembalian berkas rekam medis yang tidak lengkap ke bagian yang bersangkutan selama 2x24 jam. Saran yang peneliti usulkan adalah menambah petugas assembling dan membuat standar operasional prosedur serta mensosialisasikan agar SOP berjalan efektif. b. Penelitian kedua yang berjudul “Analisis Ketidaklengkapan Rekam Medis Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Dharma Keri Tabanan oleh Made Karma Maha Wirajaya dan Ni Made Umi Kartika Dewi Tahun 2019 yang membedakan adalah tempat dan waktu penelitian serta variabel yang digunakan yaitu tentang analisis ketidaklengkapan rekam medis pasien rawat inap. Hasil



peneltian



menunjukkan



bahwa



dari



segi



kelengkapan



identifikasi, tergolong tidak lengkap yaitu 99,14%. Dari segi



14



kelengkapan pencatatan, tergolong tidak lengkap yaitu 59.48%. Dari segi kelengkapan pelaporan, tergolong lengkap yaitu 61.64% dan kelengkapan autentifikasi, tergolong lengkap yaitu 74.14%. Secara keseluruhan mulai dari kelengkapan identifikasi, kelengkapan pencatatan, kelengkapan pelaporan dan autentifikasi, rekam medis pasien rawat inap tergolong tidak lengkap sebesar 85.78%. Rumah Sakit Dharma Kerti Tabanan perlu memperhatikan lebih teliti isi rekam medis dan berkoordinasi dengan dokter atau pun perawat untuk tetap mengisi dengan lengkap rekam medis pasien rawat inap. Selain itu juga tempat penyimpanan rekam medis perlu disediakan lebih baik agar bisa mencegah kehilangan beberapa lembar penting dalam dokumen rekam medis. c. Penelitian ketiga yang berjudul “Evaluasi Kinerja Assembling dalam Pengendalian Ketidaklengkapan Dokumen Rekam Medis di RSUD Ungaran oleh Devi Ayu Kumalasari Tahun 2015 yang membedakan adalah tempat dan waktu penelitian serta variabel yang digunakan, pada peneltian ini peneliti menggunakan variabel tentang evaluasi kinerja tentang pengendalian ketidaklengkapan dokumen rekam medis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor pendidikan yang belum mendukung kinerja, Standar Operasional Prosedur dan kebijakan pengisian rekam medis belum dilaksanakan secara maksimal oleh petugas kesehatan di RSUD Ungaran. Pelaksanaan analisis kuantitatif rekam medis diperoleh bahwa persentase pemeriksaan identitas pada kelengkapan RM1 dan RM8 adalah 100%. catatan Tinjauan pada RM1 - 100% tidak baik dan RM8 88% tidak baik. Review Ppelaporan pada RM1 dan RM8 adalah 79% ketidaklengkapan, review otentikasi pada RM1 dan RM8 adalah 100% ketidaklengkapan. Berdasarkan hasil penelitian, disarankan perlunya memberikan pemahaman yang mendalam tentang rekam medis kepada dokter dan tenaga kesehatan agar lebih bertanggung jawab dalam pengisian data rekam medis.



15



1.1.6 State Of The Art Berdasarkan isi pada penelitian terdahulu dapat disimpulkan perbedaan dari penelitian terdahulu dengan yang akan dilaksanakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 2.2



Teori



1.1.7 Rekam Medis a. Definisi Rekam Medis Menurut Permenkes Nomor 269 Tahun 2008, rekam medis merupakan berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Menurut Huffman E.K, 1999 rekam medis adalah rekaman atau catatan yang berisikan tentang apa, siapa, mengapa, bilamana dan bagaimana pelayanan yang diberikan kepada pasien selama masa perawatan yang memuat pengetahuan mengenai pasien dan pelayanan yang



diperolehnya



serta



memuat



informasi



yang



cukup



untuk



mengidentifikasi pasien, membenarkan diagnosis dan pengobatan serta merekam hasilnya. Rekam medis Rumah sakit merupakan satu-satunya catatan yang dapat memberikan informasi mendetail tentang apa yang sudah terjadi dan dilakukan selama pasien itu dirawat dirumah sakit dan suatu rekam medis yang baik memungkinkan rumah sakit untuk mengadakan rekonstruksi yang baik mengenai



pemberian



pelayanan



kepada pasien serta



memberikan gambaran untuk dinilai apakah perawatan dan pengobatan yang diberikan, dapat diterima atau tidak dalam situasi dan keadaan demikian. Pembuatan



rekam



medis



dirumah



sakit



bertujuan



untuk



mendapatkan catatan dan dokumen yang akurat dan adekuat dari pasien, mengenai kehidupan dan riwayat kesehatan, riwayat penyakit dimasa lalu dan sekarang, juga pengobatan yang telah diberikan sebagai upaya



16



meningkatkan pelayanan kesehatan. Rekam medis dibuat untuk tertib administrasi di rumah sakit yang merupakan salah satu faktor penentu alam rangka upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan (Rustiyanto, 2012). b. Tujuan Kegunaan Rekam Medis Rekam medis bertujuan untuk menunjang demi tercapainya administrasi yang tertib dalam rangka upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit, tanpa dukungan sistem pengelolaan rekam medis rumah sakit yang baik dan benar, administrasi rumah sakit tidak akan tercapai sebagaimana yang diharapkan. Tertib administrasi merupakan salah satu faktor penentu di dalam upaya pelayanan kesehatan di rumah sakit (Rustiyanto, 2009). Sedangkan kegunaan rekam medis menurut dirjen yamed, (2006) dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu: 1) Aspek Administrasi (Administration) Dalam berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi, karena isinya menyangkut tindakan berdasarkan wewenang dan tanggungjawab sebagai tenaga medis dan paramedis dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan. Pengelolaan data-data medis secara komputerisasi juga akan memudahkan semua pihak yang berwenang, dalam hal ini petugas administrasi di suatu instansi pelayanan kesehatan dapat segera mengetahui rincian biaya yang harus dikeluarkan oleh pasien selama pasien menjalani pengobatan dirumah sakit. 2) Aspek Medis (Medical) Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai medis, karena catatan tersebut dipergunakan sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/perawatan yang diberikan kepada seorang pasien dan dalam rangka mempertahankan serta meningkatkan mutu pelayanan melalui kegiatan audit medis, manajemen risiko klinis serta keamanan/keselamatan pasien dan kendali biaya.



17



3) Aspek Hukum (Legal) Suatu rekam medis mempunyai nilai hukum, karena isinya menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hukum atas dasar keadilan, dalam rangka usaha menegakkan hukum serta penyediaan bahan sebagai tanda bukti untuk menegakkan keadilan, rekam medis adalah milik dokter dan rumah sakit sedangkan isinya merupakan milik pasien. 4) Aspek Keuangan (Financial) Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai uang, karena isinya mengandung data/informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek keuangan. Kaitannya rekam medis dengan aspek keuangan sangat erat sekali dalam hal pengobatan, terapi serta tindakan-tindakan apa saja yang diberikan kepada seorang pasien selama menjalani perawatn di rumah sakit, oleh karena itu penggunaan sistem teknologi komputer didalam proses penyelenggaraan rekam medis sangat diharapkan sekali untuk diterapkan pada instansi pelayanan kesehatan. 5) Aspek Penelitian (Research) Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai penelitian, karena isinya menyangkut data dan informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek pendukung penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dibidang kesehatan. 6) Aspek Pendidikan (Education) Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai pendidikan, karena isinya menyangkut data atau informasi tentang perkembangan kronologis dan kegiatan pelayanan medis yang diberikan kepada pasien, informasi tersebut dapat dipergunakan sebagai bahan/referensi pengajaran dibidang profesi pendidikan kesehatan. 7) Aspek Dokumentasi (Documentation) Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai dokumentasi, karena



isinya



menyangkut



sumber



ingatan



yang



harus



didokumentasikan dan dipakai sebagai bahan pertanggungjawaban dan



18



laporan rumah sakit. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi dapat diaplikasikan penerapannya didalam penyelenggaraan dan pengelolaan rekam medis yang cukup efektif dan efisien. c. Manfaat Rekam Medis Menurut Konsil Kedokteran Indonesia (2007), manfaat rekam medis diantaranya yaitu: 1) Pengobatan pasien, rekam medis bermanfaat sebagai dasar dan petunjuk untuk merencanakan dan menganalisis penyakit serta merencanakan pengobatan, perawatan dan tindakan medis yang harus diberikan kepada pasien. 2) Peningkatan kualitas pelayanan, membuat rekam medis bagi penyelenggaraan praktik kedokteran dengan jelas dan lengkap akan meningkatkan kualitas pelayanan untuk melindungi tenaga medis dan untuk pencapaian kesehatan masyarakat yang optimal. 3) Pendidikan dan penelitian, rekam medis yang merupakan informasi perkembangan kronologis penyakit, pelayanan medis, pengobatan dan tindakan medis, bermanfaat untuk bahan informasi bagi perkembangan pengajaran dan penelitian di bidang profesi kedokteran dan kedokteran gigi. 4) Pembiayaan, berkas rekam medis dapat dijadikan petunjuk dan bahan menetapkan pembiayaan dalam pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan. Catatan tersebut dapat dipakai sebagai bukti pembiayaan kepada pasien. 5) Statistik kesehatan, rekam medis dapat digunakan sebagai bahan statistik kesehatan, khususnya untuk mempelajari perkembangan kesehatan masyarakat dan untuk menentukan jumlah penderita pada penyakit-penyakit tertentu. 6) Pembuktian masalah hukum, disiplin, dan etik, rekam medis merupakan alat bukti tertulis utama, sehingga bermanfaat dalam penyelesaian masalah hukum, disiplin dan etik.



19



1.1.8 Assembling a. Definisi Assembling Assembling adalah kegiatan merakit berkas rekam medis pasien rawat inap di fasilitas pelayanan kesehatan serta mengecek kelengkapan pengisian berkas rekam medis dan form yang harus ada pada berkas rekam medis pasien rawat inap, (Sulistyawati, 2016). b. Tugas Pokok Assembling Tugas pokok petugas assembling dalam unit rekam medis menurut Ardiana (2016) adalah sebagai berikut: 1) Mencatat segala penggunaan dokumen rekam medis kedalam buku kendali. 2) Mengendalikan penggunaan nomor rekam medis agar tidak terjadi duplikasi dalam penggunaan nomor rekam medis. 3) Mencatat penggunaan nomor rekam medis kedalam buku penggunaan rekam medis. 4) Menerima pengembalian dokumen rekam medis dan sensus harian dari unit pelayanan rekam medis. 5) Mencocokan jumlah dokumen rekam medis dengan jumlah pasien yang pulang. c. Fungsi Assembling Menurut Ardiana (2016), fungsi assembling diantaranya: 1) Merakit kembali formulir-formulir menjadi urut sesuai dengan kronologi penyakit pasien yang bersangkutan. 2) Meneliti kelengkapan berkas rekam medis. 3) Mengendalikan dokumen rekam medis yang isinya belum lengkap. 4) Menyediakan formulir catatan dan laporan baru yang diperlukan untuk pelayanan rawat inap. 5) Mendistribusikan penggunaan formulir rekam medis.



20



1.1.9 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Fungsi Kerja Assembling Menurut



George



R.



Terry



dalam



bukunya



Principle



of



Management, (2011) faktor-faktor dalam fungsi kerja assembling untuk mencapai pelayanan kesehatan yang optimal antara lain: a. Man (Manusia) Faktor terpenting dalam pelaksanaan system untuk mencapai pelayanan kesehatan yang optimal adalah Sumber Daya Manusia (SDM). Dalam penyimpanan dokumen rekam medis sumber daya manusia adalah petugas yang bertanggungjawab mengisi formulir atau berkas. Semua petugas harus mempunyai kesempatan untuk mengikuti pendidikan berkelanjutan yang berguna untuk meningkatkan ilmu pengetahuan tentang rekam medis. Pengetahuan dan pendidikan berpengaruh terhadap kelancaran kinerja petugas rekam medis. b. Material (Bahan) Suatu fasilitas yang digunakan untuk menunjang tujuan dalam pelaksanaan system pelayanan kesehatan yang ada di rumah sakit. Untuk itu dibuatlah suatu prosedur tetap yang berisikan tentang suatu ketetapan atau kebijakan rumah sakit yang memuat suatu alur prosedur. Prosedur tetap atau kebijakan rumah sakit adalah standar kebijakan yang bersumber dari buku petunjuk dan pedoman tertulis penyelenggaraan rekam medis sebagai dasar pelaksanaan pelayanan rekam medis dari departemen kesehatan dan peraturan perundangan yang berkaitan dengan rekam medis. c. Machine (Peralatan) Alat yang digunakan untuk mengerjakan suatu pekerjaan agar lebih cepat, efisien dan sebagai penunjang pelaksanaan system pelayanan kesehatan yang ada di rumah sakit yang diantaranya adalah kartu kendali, tracer. d. Methods (Metode) Metode yang tepat akan banyak membantu tugas-tugas seseorang supaya lebih cepat dan ringan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Cara penyerahan dokumen rekam medis dari rawat inap ke



21



assembling adalah setiap hari guna membantu proses pelaporan kegiatan di unit rawat inap dan alur pengembalian sesuai dengan prosedur masingmasing rumah sakit. e. Money (Uang atau Dana) Suatu hal yang paling berperan untuk mencapai pelaksanaan suatu system rumah sakit agar pelayanan rumah sakit dapat berjalan dengan cepat sesuai dengan kebutuhan seorang pasien. 1.1.10 Unsur-Unsur Pengendalian Berkas Rekam Medis Rawat Inap di Assembling Dalam mengendalikan dokumen rekam medis rawat inap di bagian assembling perlu adanya unsur-unsur yang menjamin pelaksanaan sistem pelayanan rekam medis di assembling antara lain: a. Kartu kendali, fungsi kartu kendali yaitu 1) Mengendalikan rekam medis yang belum lengkap, pencatatan data rekam medis guna pengendalian rekam medis tidak lengkap dari pengkodean penyakit, kode operasi, kode sebab kematian dan kode dokter. 2) Mengendalikan



dokumen



rekam



medis



tidak



lengkap



di



kembalikan ke unit rekam medis. 3) Melacak kehilangan dokumen, misalnya melacak keberadaan dokumen rekam medis yang sedang dilengkapi. 4) Membuat indeks penyakit, operasi, kematian, dan indeks dokter. 5) Menghitung angka Incomplete Medical Records (IMR) yaitu membuat laporan ketidaklengkapan isi dokumen. b. Digunakannya buku ekspedisi untuk serah terima dokumen rekam medis. c. Buku catatan penggunaan nomor. d. Buku catatan penggunaan formulir. e. Lembar pemantauan kelengkapan berkas rekam medis. f. Alat tulis kantor (ATK), misalnya pembolong kertas (perforator), gunting, staples, klip kertas.



22



g. Perlengkapan kantor furnitur (meja, kursi, rak kertas, rak sortir), alat komunikasi (telepon). h. Perlengkapan lain untuk menjaga kebersihan seperti tempat sampah. 1.1.11 Alur Berkas Rekam Medis Rawat Inap a. Setelah pasien pulang, dokumen rekam medis diserahkan ke assembling untuk selanjutnya dirakit kembali agar sehingga sesuai urutan dan diteliti kelengkapannya. b. Jika dokumen lengkap maka dilakukan pengkodean diagnosa dan pengentrian data oleh bagian koding. c. Jika dokumen tidak lengkap, maka dokumen dikembalikan dalam waktu 2x24 jam waktu pengembalian. d. Setelah dilakukan pengkodean dan pengentrian data maka selanjutnya dilakukan verifikasi oleh verifikator. e. Bagi pasien BPJS diagnosa yang telah dikode oleh bagian koding selanjutnya di klaimkan sesuai kode diagnosa pasien. f. Verifikasi pada dokumen klaim bertujuan untuk memastikan bahwa biaya program JKN oleh BPJS kesehatan dimanfaatkan secara tepat jumlah, tepat waktu, dan tepat sasaran. Selain itu, verifikasi data bertujuan untuk membantu fasilitas kesehatan tingkat lanjut dengan mengacu kepada standar penilaian klaim berdasarkan perjanjian kerjasama (PKS) antara provider dan BPJS kesehatan. g. Setelah dilakukan verifikasi maka dilakukan pengajuan klaim h. Dokumen yang sudah melalui proses klaim di indeks yang kemudian dilakukan analising dan dicatat dalam pelaporan serta ditata rapi di ruang filing.



23



1.1.12 Formulir Rekam Medis Rawat Inap Formulir rekam medis adalah formulir yang menginstruksikan pemakaiannya tentang apa yang harus dilakukan, data apa yang harus dikumpulkan, dimana data diperoleh, bagaimana mengumpulkannya dan apa yang dilakukan setelah itu. Sebuah formulir didesain untuk memenuhi tujuan penggunaannya. Macam-macam formulir rekam medis rawat inap yaitu: a. Formulir perincian sementara b. Formulir general consent c. Formulir resume medis rawat inap d. Formulir ringkasan masuk dan keluar e. Formulir pernyataan penanggungjawab pasien rawat inap f. Formulir informed consent g. Formulir asesmen awal medis dan rencana pelayanan h. Formulir asesmen keperawatan i. Formulir rekonsiliasi obat dan daftar obat j. Formulir catatan edukasi terintegrasi pasien/keluarga k. Formulir catatan perkembangan pasien terintegrasi (CPPT) l. Lembar tindakan keperawatan m. Lembar grafik n. Hasil laboratorium/rontgen/ECG/USG dll o. Lembar persiapan operasi p. Lembar penerimaan obat/tindakan 1.1.13 Prosedur Pengembalian Berkas Rekam Medis a. Berkas rekam medis dari unit pelayanan akan dikembalikan ke unit rekam medis bagian assembling. b. Bagian assembling mencatat pada buku register semua berkas yang masuk sesuai tanggal masuk ke bagian assembling dan tanggal pasien pulang. Pada proses ini akan diketahui berkas yang kembali tepat waktu dan yang terlambat kembali ke unit rekam medis.



24



c. Setelah itu berkas rekam medis akan dianalisis untuk mengetahui kelengkapan



pengisiannya.



Berkas



yang



tidak



lengkap



akan



dikembalikan ke tenaga kesehatan yang memberi pelayanan kepada pasien. d. Berkas rekam medis akan ditinggal dalam waktu yang telah ditentukan dan akan diambil kembali untuk di proses ke bagian assembling. 1.1.14 Ketentuan Pengisian Berkas Rekam Medis Untuk mencapai data yang optimal dan maksimal pada semua rumah sakit tentunya memiliki sebuah pengawasan yang dapat diwujudkan dengan menganalisa ketidaklengkapan pengisiannya. Setiap bukti dari pelayanan medis terhadap pasien melalui dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lain yang bertanggungjawab untuk mengisi berkas rekam medis sebagai berikut: a. Setiap tindakan atau konsultasi yang dilakukan terhadap pasien selambat-lambatnya dalam waktu 1x24 jam harus ditulis dalam lembar rekam medis. b. Semua pencatatan harus ditanda tangani oleh dokter atau tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan kewenangannya dan ditulis dalam lembar rekam medis. c. Dokter yang merawat dapat memperbaiki kesalahan penulisan dan melakukan pada saat itu juga serta dibubuhi paraf. d. Penghapusam tulisan dengan cara apapun tidak diperbolehkan. 1.1.15 Kelengkapan Pengisian Berkas Rekam Medis Menurut Permenkes Nomor 269 Tahun 2008 dokumen rekam medis dikatakan lengkap apabila isi rekam medis untuk pasien rawat inap dan perawatan satu hari sekurang-kurangnya memuat: a. Identitas pasien b. Tanggal dan waktu c. Hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit



25



d. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis e. Diagnosis f. Rencana penatalaksanaan g. Pengobatan atau tindakan Persetujuan tindakan bila diperlukan h. Catatan obeservasi klinis dan hasil pengobatan i. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan j. Pelayanan lain yang dilakukan oleh tenaga kesehatan tertentu 1.1.16 Pengendalian Ketidaklengkapan Berkas Rekam Medis Sistem pengendalian ketidaklengkapan isi rekam medis ialah suatu cara yang bertujuan untuk mengendalikan dokumen rekam medis tidak lengkap yang dikembalikan ke unit pencatat data rekam medis untuk dilengkapi isi datanya per lembar formulir, sehingga dapat diketahui dimana berkas rekam medis tersebut berada dan kapan diserahkan serta kapan dikembalikan lagi ke bagian assembling. Pengendalian berkas rekam medis dapat dilakukan dengan cara antara lain: a. Petugas assembling melakukan pengecekan isi data rekam medis pada setiap lembar formulir rekam medis yang telah diserahkan ke unit rekam medis. b. Berkas rekam medis yang isinya tidak lengkap dipisahkan dengan berkas rekam medis yang lengkap. c. Berkas rekam medis tidak lengkap diserahkan ke unit pencatat data untuk dilengkapi dengan menggunakan buku ekspedisi. d. Kegiatan



penelitian



kelengkapan



rekam



medis



dibagian



assembling, menghasilkan laporan terhadap petugas yang belum melengkapi data rekam medis dan jumlah berkas rekam medis dan jumlah berkas rekam medis yang tidak lengkap datanya. Berkas rekam medis yang tidak lengkap disebut Incomplete Medical Records (IMR) dengan rumus: ∑ DRM yang tidak lengkap ∑ seluruh DRM yang diteliti



X 100%



26



IMR = e. Batas waktu melengkapi isi rekam medis oleh tenaga kesehatan yang melayani pasien 2x24 jam selambat-lambatnya sejak berkas rekam medis diserahkan ke unit pencatat data oleh petugas ssembling. Bila batas waktu dilampaui yaitu maksimum 14 hari, maka berkas rekam medis harus diserahkan ke bagian filing untuk disimpan sendiri. Bagian filing akan mencatat berkas rekam medis yang masih belum lengkap untuk disimpan. Berkas rekam medis bandel disebut Deliquent Medical Records (DMR) dengan rumus: ∑ DRM tidak lengkap ≥ 14 hari DMR =



∑ DRM yang diteliti



X 100%



1.1.17 Analisis Kuantitatif dan Analisis Kualitatif a. Analisis Kuantitatif Menurut Depkes RI (2006), analisis kuantitatif adalah analisis yang ditujukan terhadap jumlah lembaran-lembaran rekam medis sesuai dengan lamanya perawatan, meliputi kelengkapan rekam medis, paramedis, dan penunjang sesuai prosedur yang ditetapkan untuk mencerminkan baik tidaknya mutu pelayanan disuatu rumah sakit. Menurut Hatta (2008), analisis kuantitatif adalah kegiatan yang dilaksanakan dengan mengevaluasi kelengkapan berbagai jenis formulir dan data atau informasi berkaitan dengan pencatatan rekam medis. 1) Tujuan analisis kuantitatif Untuk mengidentifikasi bagian yang tidak lengkap dan dapat dikoreksi dengan adanya suatu prosedur sehingga rekam medis menjadi lebih lengkap dan dapat digunakan untuk pelayanan pasien. Dengan demikian dapat digunakan pula untuk penelitian. 8) Komponen analisis kuantitatif a) Review Identifikasi



27



Yaitu data identitas pasien dengan cara memeriksa setiap halaman atau lembar rekam medis. identitas pasien yang harus tercatat minimal memuat nama pasien, nomor rekam medis, jenis kelamin, umur, alamat. Apabila ada halaman yang hilang harus direview ulang milik siapa lembar rekam medis tersebut. b) Review Pelaporan Yaitu beberapa laporan tertentu yang ada didokumen rekam medis dalam pelayanan kesehatan, sedangkan laporan lain disesuaikan dengan penyakit pasien selama dirawat di rumah sakit. Laporan ini harus ada dan sesuai dengan jenis pelayanan yang diberikan antara lain anamnesa, pemeriksaan fisik, laporan operasi, informed consent, konsultasi, pemeriksaan penunjang. c) Review Pencatatan Yaitu entri harus dilakukan dengan baik, sementara analisis kuantitatif tidak bisa memecahkan masalah tentang isi yang tidak terbaca atau tidak lengkap. Memeriksa per baris dan apabila ada barisan yang kosong digaris agar tidak diisi. Singkatan tidak diperbolehkan, bila salah pencatatan maka bagian yang salah digaris dan catatan tersebut masih terbaca, kemudian diberi keterangan disampingnya bahwa catatan tersebut salah. d) Review Autentifikasi Yaitu data yang memastikan bahwa penulisan data rekam medis mempunyai autentifikasi berupa tanggal pelayanan, tangan, inisial petugas, nama petugas tempat pencatatan dan akses computer berupa kode atau kunci. b. Analisis Kualitatif Analisis kualitatif adalah suatu review pengisian rekam medis yang berkaitan tentang kekonsistensian dan isinya merupakan bukti bahwa rekam medis tersebut akurat dan lengkap. pada analisa kualitatif perlu



28



pengetahuan tentang proses penyakit, peraturan dan standarisasi yang ditetapkan oleh staf medis dan institusi yang bersangkutan. Tujuan untuk membuat catatan medis lengkap sebagai rujukan dalam asuhan pasien, melindungi kepentingan hukum, memenuhisyarat-syarat peraturan, untuk datadan analisis statistik yang akurat. 1) Tujuan analisis kualitatif a) Mendukung kualitas informasi. b) Merupakan aktifitas dari risk management. c) Membantu dalam memberikan kode penyakit dan tindakan yang lebih spesifik dan sangat penting untuk penelitian medis, study administrasi dan untuk pencegahan. d) Identifikasi catatn yang tidak konsisten. e) Mengingatkan kembali tentang pencatatan yang baik dan memperlihatkan pencatatan yang kurang. 9) Komponen analisis kualitatif a) Review kelengkapan dan kekonsistensian diagnosa Review yang dikatakan lengkap apabila memuat salah satu diagnosa saat masuk (admitting diagnosis) “alasan masuk rawat”, diagnosa tambahan, differensial diagnosa, preoperative diagnosa, postoperative diagnosa dan lain-lain. e) Review kekonsistensian pencatatan diagnosa Penyesuaian atau adanya kecocokan pencatatan antara bagian dengan bagian lain dan seluruh bagian yang mencerminkan perkembangan informasi mengenai kondisi pasien. Meliputi: hasil operasi, catatan perkembangan, instruksi dokter dan catatan obat. f) Review pencatatan yang dilakukan saat perawatan dan pengobatan Yaitu hal-hal yang harus dicatat selama pasien dirawat, tindakan yang telah dilakukan pada pasien dan menyimpan seluruh hasil pemeriksaan. g) Review cara atau praktek pencatatan



29



Pencatatan yang mudah dibaca, jelas, tinta yang tahan lama, menggunakan singkatan umum dan tidak menulis hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan pengobatan pasien. h) Review hal-hal yang berpotensi menyebabkan tuntutan ganti rugi Rekam medis harus mempunyai semua catatan mengenai kejadian yang dapat menyebabkan atau berpotensi tuntutan kepada Rumah Sakit, baik oleh pasien maupun pihak ketiga. 1.1.18 Standar Operasional Prosedur (SOP) a. Standar Operasional Prosedur (SOP) Berdasarkan Permenkes Nomor 52 Tahun 2007 tentang izin praktik dan pelaksanaan praktik kedokteran, Standar Operasional Prosedur adalah suatu perangkat instruksi atau langkah-langkah yang dibakukan untuk menyelesaikan suatu proses kerja rutin tertentu, dimana SOP memberikan langkah yang benar dan terbaik berdasarkan konsensus bersama untuk melaksanakan berbagai kegiatan dan fungsi pelayanan yang dibuat oleh sarana pelayanan kesehatan berdasarkan standar profesi. b. Tujuan Standar Operasional Prosedur Agar proses kerja rutin terlaksana dengan efisien, efektifitas, konsisten/seragam dan aman dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan melalui pemenuhan standar yang berlaku. c. Manfaat Standar Operasional Prosedur Manfaat Standar Operasional Prosedur diantaranya, yaitu: 1) Akan diperoleh acuan yang jelas, memastikan staf Rumah Sakit melaksanakan tugasnya. 2) Adanya konsistensi dan pelaksanaan. 3) Adanya kemampuan menelusuri kembali. 4) Memungkinkan pengendalian pencegahan untuk perbaikan terus menerus. 5) Memenuhi persyaratan standar pelayanan Rumah Sakit/Akreditasi. 6) Memungkinkan perkembangan terhadap citra sarana kesehatan.



30



7) Menetapkan kerangka kerja untuk proses peningkatan mutu.



2.3



Kerangka Teori



2.4



Kerangka Konseptual



INPUT



PROSES



1. Alur berkas rekam medis 2. SOP



1. kelengkapan formulir pada berkas rekam medis



3. Pengendalian Ketidaklengk apan berkas rekam medis



2. kelengkapan pengisian pada berkas rekam medis 3. ketepatan waktu pengembalian



OUTPUT



Pelaksanaan Assembling dalam Pengendalian Ketidaklengkapan Berkas Rekam Medis



BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1



Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk menghasilkan gambaran tentang suatu keadaan secara jelas dan obyektif. Subjek penelitian ini adalah petugas rekam medis bagian assembling.



3.2



Tempat dan Waktu Penelitian 1.1.19 Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Ibu dan Anak husada Bunda Malang. 1.1.20 Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan juli 2021



3.3



Fokus Penelitian Fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan assembling dalam pengendalian ketidaklengkapan berkas rekam medis di



Rumah



Sakit



Ibu



dan



Anak



Husada



Bunda



Malang.



Ketidaklengkapan berkas rekam medis disebabkan oleh beberapa hal salah satunya yaitu karena petugas medis kurang teliti dalam pengisian dan pengecekan ketidaklengkapan berkas rekam medis. Hasil penelitian ini difokuskan kepada peran petugas yang terdiri dari sub fokus meliputi instruksi pengisian berkas rekam medis dan pemberitahuan ketidaklengkapan berkas rekam medis agar pelayanan tidak terhambat. 3.4



Penentuan Informan Informan dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan teknik purposive, yaitu teknik yang dilakukan untuk memilih informan yang bersedia dan mampu memberikan informasi yang berkaitan dengan topik penelitian. Informan ini dibutuhkan untuk mengetahui kondisi yang



sesuai



dengan



Analisis



31



Pelaksanaan



Assembling



dalam



32



Pengendalian Ketidaklengkapan Berkas Rekam Medis di Rumah Sakit Ibu dan Anak Husada Bunda Malang. Penelitian ini mengkaji tentang Analisis Pelaksanaan Assembling dalam Pengendalian Ketidaklengkapan Berkas Rekam Medis di Rumah Sakit Ibu dan Anak Husada Bunda malang, maka peneliti memutuskan bahwa informan pertama atau informan kunci yang paling sesuai adalah assembling, yang merupakan tugas yang mengatur tentang menerima berkas rekam medis dari bangsal ke petugas rekam medis. Dari informan kunci ini selanjutnya akan mewawancarai dan berdiskusi dengan pihak petugas rekam medis lainnya yang memiliki pengetahuan luas mengenai pengendalian ketidaklengkapan berkas rekam medis. 3.5



Sumber Data, Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 1.1.21 Sumber Data a. Data primer Data primer menurut Sugiyono (2015) adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan cara wawancara langsung dengan petugas rekam medis bagian assembling serta meneliti pelaksanaan pengendalian ketidaklengkapan berkas rekam medis di Rumah Sakit Ibu dan Anak Husada Bunda Malang. b. Data sekunder Data sekunder menurut Sugiyono (2015) adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Data sekunder penelitian ini diperoleh dari observasi berupa kartu kendali, buku ekspedisi/buku besar, SOP dan kebijakan dari Rumah Sakit Ibu dan Anak Husada Bunda Malang. 1.1.22 Teknik Pengumpulan Data Teknik



pengumpulan



data



yang



digunakan



yaitu



dengan



wawancara mendalam (indepth interview) kepada petugas rekam medis bagian



assembling



untuk



memperoleh



data



tentang



pelaksanaan



assembling dalam pengendalian ketidaklengkapan berkas rekam medis dengan pedoman wawancara mendalam dan pedoman observasi yaitu



33



melakukan pengamatan dan pencatatan serta tanya jawab secara langsung untuk memperoleh data yang akurat. 1.1.23 Instrumen Pengumpulan Data Instrumen penelitian adalah alat-alat yang diperlukan atau dipergunakan untuk mengumpulkan data (Sugiyono, 2017). Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data penelitian yaitu: a.



Pedoman Wawancara Mendalam (Indepth Interview) Instrumen pedoman wawancara mendalam terhadap petugas rekam medis bagian assembling digunakan untuk mengetahui pelaksanaan assembling dalam pengendalian ketidaklengkapan berkas rekam medis di Rumah Sakit Ibu dan Anak Husada Bunda Malang. Penelitian ini menggunakan instrumen alat tulis, alat perekam suara (voice recorder), dan buku catatan agar lebih efektif dan efisien sebagai dokumentasi.



b.



Pedoman Observasi Instrumen pedoman observasi terhadap petugas rekam medis bagian assembling digunakan untuk memperoleh data yang akurat dan mengamati keadaan agar peneliti memperoleh gambaran lebih luas tentang pelaksanaan pengendalian ketidaklengkapan berkas rekam medis di Rumah Sakit Ibu dan Anak Husada Bunda Malang.



3.6



Teknik Penyajian dan Analisis Data 1.1.24 Teknik Penyajian Data Penyajian data dalam penelitian ini adalah dengan mengecek pelaksanaan pengendalian ketidaklengkapan berkas rekam medis dan menguraikan hasil penelitian yang diperoleh menjadi bentuk yang lebih informatif dengan dituangkan kedalam bentuk kalimat. 1.1.25 Teknik Analisis Data Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif yaitu dengan memaparkan hasil penelitian yang diperoleh dan selanjutnya dapat ditarik kesimpulan tentang pelaksanaan assembling dalam pengendalian ketidaklengkapan berkas rekam medis di Rumah Sakit Ibu dan Anak Husada Bunda Malang.



34



3.7



Validitas dan Reliabilitas Data (bersifat opsional)



35



3.8



Alur Penelitian



Langkah



Hasil



Survei Pendahuluan



Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat



Penyusunan Kerangka Teori dan Kerangka Konsep



Penyusunan Desain Penelitian Deskriptif Pendekatan Kualitatif



Pengumpulan Data



Analisis dan Penyajian Data



Hasil Penelitian



Kesimpulan dan Saran



Gambar 3.1. Alur penelitian



36



DAFTAR PUSTAKA



Cahyani, S. A., Wicaksono, A. P., & Nuraini, N. (2021). ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN BERKAS REKAM MEDIS DI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA. J-REMI: Jurnal Rekam Medik dan Informasi Kesehatan, 2(2), 231-243. Departemen Kesehetan RI. (2006). Pedoman penyelenggaraan dan prosedur rekam medis rumah sakit di Indonesia revisi II. Jakarta: Depkes RI, 2006. Edna K.Huffman. 1994. Health Information Management, Edisi 10. Berwyn Illionis:Physicians’record company. George R. T. Principle Of Management .PT Bumi Aksara.Jakarta:2010. Hal 6 Hatta, G. R. (2014). Pedoman Managemen Informasi Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Kumalasari, D. A., & Saptorini, K. K. (2015). Evaluasi Kinerja Assembling Dalam Pengendalian Ketidaklengkapan Dokumen Rekam Medis Di Assembling Rsud Ungaran Tahun 2015. Universitas Dian Nuswantoro. Tugas akhir. Peraturan Menteri Kesehatan RI. (2008).Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam medis. Jakarta: 2008. Savitri, Citra Budi. 2011. Manajemen Unit Kerja Rekam Medis.Yogyakarata: Quantum Sinergis Media. Wirajaya, M. K., & Nuraini, N. (2019). Faktor Faktor yang Mempengaruhi Ketidaklengkapan Rekam Medis Pasien pada Rumah Sakit di Indonesia. Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia (JMIKI), 7(2), 165. Yuliastuti, H. (2020). TINJAUAN PELAKSANAAN ASSEMBLING DALAM PENGENDALIAN KETIDAKLENGKAPAN BERKAS REKAM MEDIS DI RSU MUSLIMAT PONOROGO. Jurnal Delima Harapan, 7(1), 39-47.



37



LAMPIRAN