Revisi Makalah Sistem Pembelajaran Pai 4e [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH SISTEM PEMBELAJARAN PAI SMP Sistem dan Model Pembelajaran Pemotivasian Pengamalan Agama: Wudhu, Sholat, Tadarus, Dzikir, dan Do’a. Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Pembelajaran PAI SMP



Dosen Pengampu : Andri Ardiansyah, M.Pd



Disusun Oleh : Ibrohim



191105010513



Novi Cahyani



191105010274



Ratu Balqis Sholiha



191105010408



PENDIDIKAN AGAMA ISLAM/FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR 2021



KATA PENGANTAR



Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat limpahan rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sistem Pembelajaran PAI SMP. Dalam makalah ini membahas tentang “Sistem dan model pembelajaran pemotivasian pengamalan agama islam: Wudhu, Shalat, Tadarus, Dzikir, dan Do’a”. Selain itu, tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai judul yang akan kami bahas. Untuk selanjutnya kami mengucapkan terimakasih kepada bapak Andri Ardiansyah, M.Pd., selaku Dosen mata kuliah Sistem Pembelajaran PAI SMP yang telah memberikan tugas dan bimbingan kepada kami dan segenap rekanrekan yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi orang lain lain, khususnya bagi penulis sendiri. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh



Bogor, 6 Juni 2021



Kelompok 10



i



ii



DAFTAR ISI BAB I..............................................................................................................1 PENDAHULUAN..........................................................................................1 A. Latar Belakang....................................................................................1 B. Rumusan Masalah...............................................................................1 C. Tujuan.................................................................................................1 BAB II............................................................................................................2 PEMBAHASAN.............................................................................................2 A. B. C. D. E.



Wudhu.................................................................................................2 Sholat..................................................................................................2 Tadarus...............................................................................................5 Dzikir..................................................................................................8 Doa....................................................................................................10



BAB III.........................................................................................................12 PENUTUP....................................................................................................12 DAFTAR PUSTAKA...................................................................................13 LAMPIRAN.................................................................................................14



iii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan pedoman pertama dan terpenting bagi umat Islam (laki-laki dan perempuan). Karakter (Akhlaque al-hasana) merupakan syarat yang harus dimiliki dan diamalkan. Pendidikan agama Islam di sekolah dapat dipahami sebagai suatu rencana pendidikan yang menanamkan nilai-nilai Islam melalui proses pembelajaran, seperti dikemas dalam bentuk mata pelajaran di dalam dan di luar kelas. Amalan ibadah terkadang membutuhkan motivasi internal dan eksternal, seperti keluarga, sahabat dan lingkungan terutama di usia muda dimana lingkungan sangat berpengaruh. Oleh karena itu, kedua orang tua juga harus memberikan suri tauladan atau panutan bagi anak untuk beribadah agar anak memiliki kebiasaan dan motivasi untuk beribadah, karena orang tua adalah figur panutan anak., Sebagai seorang guru ia juga membimbing siswa untuk beribadah dengan benar.Hal ini sudah menjadi kebiasaan tanpa paksaan, karena perilaku guru juga akan diteladani oleh siswa. B. Rumusan Masalah 1. 2. 3. 4. 5.



Metode pengamalan wudhu? Metode pengamalan dzikir? Metode pengamalan tadarus? Metode pengamalan sholat? Metode pangamalan do’a?



C. Tujuan 1. 2. 3. 4. 5.



Pendidik mengetahui metode motivas pengamalan wudhu. Pendidik mengetahui metode motivas pengamalan Dzikir. Pendidik mengetahui metode motivas pengamalan tadarus Pendidik mengetahui metode motivas pengamalan sholat. Pendidik mengetahui metode motivas pengamalan Do’a.



BAB II PEMBAHASAN A. Wudhu A. 1.Wudhu



1



B.



Menurut Mo. Menurut loghat, mandi Rifa'i berarti bersih dan



indah. Menurut syara artinya memandikan anggota yang mandi untuk menghilangkan hadas kecil. C. 1. berwudhuk harus menggunakan air suci untuk mensucikan anggota badan yang telah ditetapkan, dan Wudhu adalah syarat sahnya shalat yang dilakukan sebelum seseorang shalat. Sebagaimana firman Allah, perintah shalat wajib ini : D. ‫س ُح ْوا‬ َّ ‫ٰيٓاَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْٓوا اِ َذا قُ ْمتُ ْم اِلَى ال‬ َ ‫ق َوا ْم‬ ِ ‫ص ٰلو ِة فَا ْغ‬ ِ ِ‫سلُ ْوا ُو ُج ْو َه ُك ْم َواَ ْي ِديَ ُك ْم اِلَى ا ْل َم َراف‬ ‫س ُك ْم َواَ ْر ُجلَ ُك ْم اِلَى ا ْل َك ْعبَ ْي ۗ ِن‬ ِ ‫بِ ُر ُء ْو‬ E. Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, bila kamu hendak shalat, basuhlah muka dan tanganmu sampai siku, usaplah kepalamu dan (basuhlah) kakimu sampai mata kaki (Q.S. Al-Maidah, 6.). 2 Rukun atau fardhu adalah sesuatu yang wajib dilakukan. Jika rukun atau fardhu tidak dilakukan, maka wudhunya tidak sah F. 2. Model pengajaran langsung G.



Model pengajaran langsung adalah model pembelajaran yang



pelaksanaannya bersifat prosedural dan memiliki tahapan atau langkah-langkah tertentu. Menurut Trianto (2007:29), model pengajaran langsung adalah “salah satu metode pengajaran yang dirancang khusus untuk mendukung proses belajar siswa yang relevan. Pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik dapat diajarkan melalui proses bertahap, selangkah demi selangkah. model aktivitas langkah. . Berdasarkan cara pemecahan masalah di atas, maka hipotesis tindakan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut: 1. Melalui penerapan mode instruksi langsung (Explicit Instruction) dapat meningkatkan hasil belajar siswa tentang metode mandi yang benar. 2. Penerapan mode instruksi langsung (Explicit Instruction) dapat meningkatkan respon kelas siswa terhadap cara mandi yang benar. B. Shalat



2



H.



Pembiasaan sholat kepada siswa memerlukan perhatian guru,



dan secara jelas dan tegas mencontohkan perilaku yang boleh dan yang dilarang. Oleh karena itu, guru harus benar-benar memperhatikan tanggung jawabnya dan menanamkan pengalaman shalat pada siswa. Ibadah itu sendiri harus memperhatikan tidak hanya guru, tetapi juga orang tua dan lingkungan keluarganya. Usahakan untuk mempelajari ibadah shalat yang dilakukan di sekolah setelah jam pelajaran/istirahat, tetapi juga dilakukan di luar kelas atau di luar waktu, seperti shalat berjamaah di siang hari. Tujuan pendidikan shalat berjamaah adalah mendidik, membimbing, melatih dan mengamalkan shalat santri dalam kehidupan sehari-hari I. 1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan Ibadah Shalat J. a.Kesadaran K. kedisiplinan yang baik dihasilkan dari hasil kesadaran manusia itu sendiri yang berasal dari hati, dan kedisiplinan yang tidak berasal dari hati akan membuatnya lemah dan tidak mampu bertahan. Dalam kebiasaan shalat, yang terpenting adalah kesadaran diri saat beribadah kepada Allah. L. b.Orang tua teladan yang baik M. orang tua sangatlah penting, karena orang tua adalah suri tauladan pertama bagi anak, dan apa yang dilakukan orang tua akan dilakukan oleh anak. Untuk itu, orang tua harus mencontohkan kebiasaan mereka beribadah dan shalat lima waktu. N. c.Teladan guru. O. Guru merupakan panutan bagi siswa, oleh karena itu guru harus memberikan contoh yang baik kepada siswa. Oleh karena itu, baik berjamaah atau tidak, guru juga harus memberi teladan dan beribadah atau shalat lima waktu. P. d.Kemauan



3



Q. Kuatnya kemauan atau niat sangat menentukan perilaku seseorang, termasuk shalatnya.Jika kesadarannya istiqomah pada titik pertama, maka niat atau kehendak apapun akan muncul dan selalu mengikuti, apapun kehendak atau situasinya, tetapi karena Niat, maka niat atau kehendak itu akan muncul dan selalu mengikuti, terlepas dari kehendak atau situasinya, tetapi karena Niat masih lengkap. R. e.Pengaruh teman S.



Dalam kehidupan sehari-hari terutama pada masa remaja,



pengaruh kebiasaan hidup seorang sahabat akan berdampak besar bagi kehidupannya terutama ibadah. Jika sahabatnya cenderung salat maka ia akan mengikutinya, begitu pula sebaliknya, namun juga kembali ke poin pertama dan keempat sesuai dengan situasi masing-masing orang.. T.



Strategi guru dalam menumbuhkan kedisiplinan sholat adalah



dengan mencoba menanamkan kedisiplinan pada siswa yang perlu menggunakan strategi dan metode yang tepat dalam pengajaran agama Islam U.



Metode yang dapat Dilakukan Pendidik dalam Memotivasi



kebiasaan sholat pada peserta didik adalah : V.



1. Metode Pengajaran



W.



Saat menggunakan metode ini, peran guru lebih besar, karena



guru lebih aktif, dan siswa juga aktif mendengarkan materi yang disampaikan. Model yang dapat menjelaskan metode ceramah dalam kebiasaan sholat, seperti makna sholat, hukum sholat muslim, langkahlangkah sholat, bacaan sholat, waktu sholat, jawaban ketika muslim tidak sholat X.



2.Metode tanya jawab



4



Y.



Untuk menyajikan materi dalam bentuk pertanyaan, siswa harus



menjawab dua pertanyaan yang diajukan oleh guru, dan sebaliknya. Metode ini dapat dikatakan sebagai metode yang paling tua dan paling banyak digunakan dalam pembelajaran. Pada model ini guru dapat menanyakan beberapa materi yang telah disampaikan kepada siswa untuk mengukur pemahamannya terhadap materi shalat, atau siswa dapat bertanya tentang materi shalat yang belum dipahaminya. Z.



3.Metode latihan



AA.



Juga dikenal sebagai metode pelatihan, ini adalah metode



pengajaran



yang



mempertahankan



menanamkan



kebiasaan-kebiasaan



kebiasaan-kebiasaan



tersebut.



tertentu



Metode



ini



dan dapat



digunakan untuk memperoleh ketangkasan, ketepatan, peluang dan keterampilan siswa. Metode amalan di mimbar shalat dapat diterapkan pada amalan shalat berjamaah.Memperhatikan gerak dan bacaan shalat santri.. Amalan shalat berjamaah juga menunjuk seorang imam untuk mengukur apakah santri mengetahui tata cara shalat berjamaah. perbedaan antara berdoa kepada imam dan berdoa kepada jemaah. BB.



4.Metode demonstrasi.



CC.



Guru/pendidik memberikan contoh metode pendidikan kepada



siswa, misalnya guru selalu shalat berjamaah atau tepat waktu, dan guru mengajak siswa untuk shalat berjamaah. DD.



5.Metode pembiasaan



EE.



Ini adalah perilaku yang sering diulang.Melalui kebiasaan dan



perilaku sholat yang diulang-ulang sebagai kewajiban sendiri, sholat akan selalu berlanjut tanpa paksaan. FF.



6.Metode



demonstrasi



Siswa



mendemonstrasikan



atau



menunjukkan kepada siswa proses sholat, cara sholat, langkah sholat yang benar dan buku sholat. GG.



7.Metode Cerita Seorang pendidik menceritakan sebuah kisah



atau kisah tentang kewajiban umat Islam untuk berdoa dan bahwa jika umat Islam tidak berdoa, Allah akan membalas mereka. Metode ini memudahkan siswa untuk memahami dan mengingat. 5



HH.



C.Tadarus



a). Pengertian tadarus Membaca Al-Qur'an adalah salah satu ibadah yang sering dikumandangkan di bulan Ramadhan. Bulan suci semakin dekat dan umat Islam berlomba-lomba menyongsongnya dengan berbagai adat dan ibadah. Salah satu jenis latihan yang paling dianjurkan adalah membaca Al-Qur'an dan memahaminya, atau biasa disebut tadarus. Simak selengkapnya tentang pengertian tadarus dan kelebihannya pada penjelasan di bawah ini. b). Arti Tadarus dan Urgensinya Secara linguistik, tadarus berasal dari kata da-ra-sa yang artinya membaca berulang-ulang, disertai usaha untuk memahami, sehingga seseorang dapat dengan mudah mengingat apa yang dibacanya (Az-Zabiidi dalam Taj al-Aruus). Dalam ilmu nahwu, kata tadarus termasuk dalam wazan tafaul yang artinya kegiatan ini dilakukan oleh sedikitnya dua (atau lebih) orang. Secara istilah, tadarus berarti kegiatan membaca dan memahami Al-Quran secara bersama-sama secara berulang-ulang. Rasulullah SAW berbicara tentang pentingnya tadarus dalam hadits berikut, 1. Rasulullah SAW berkata: “Tidaklah sekelompok orang berkumpul di Bait Allah, mereka membaca AlQur’an dan mempelajarinya, kecuali mereka akan menemukan kedamaian dan simpati untuk mereka, Allah akan memanggil mereka bersamanya,” (HR. Abu Hullera RA). Orang yang selalu berdarus akan diberi ketenangan dan meninggikan namanya di sisi Allah SWT. 2. Rasulullah SAW berkata: "Jaga Al-Qur'an ya Tuhanku, jiwanya ada di tangannya. Sesungguhnya (ayat-ayat Al-Qur'an yang telah dibacakan) lebih mudah lepas dari ingatan daripada unta dari tali," (oleh Abu Musa Ashali R.A).



6



Melalui meditasi yang teratur, daya ingat dan pemahaman terhadap Al-Qur'an akan tetap terjaga. c). Keutamaan Tadarus Sebagai salah satu cara mendekatkan diri kepada Allah SWT, Al-Qur'an memiliki banyak keutamaan, yaitu: 1. Orang yang selalu berdarus akan mendapatkan syafaat. Selain puasa, Al-Qur'an merupakan salah satu pemberi syafaat (penolong) di hari akhir. Tentu saja syafaat semacam ini tidak gratis, tetapi hanya untuk orang yang sering membaca dan belajar. 2. Allah akan memberikan kedamaian dan menyebutkan nama-nama orang yang suka membaca dan memahami Al-Qur'an. 3. Mereka akan berkumpul dengan malaikat yang rajin. Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa yang pandai membaca Kitab Allah akan mendapat tempat di surga kelak, dengan malaikat-malaikat yang mulia, penuh ketaatan. Dan orang-orang yang merasa kesusahan dan menentang ketika membaca AlQur'an, maka dia mendapat dua pahala. .” (Buhari dan Muslim menceritakan) 4. Tadarus artinya amalan yang tidak pernah ditinggalkan oleh Nabi, terutama di bulan suci Ramadhan. Satu hal yang membuatnya unik adalah dia tidak bersama manusia, tetapi dengan malaikat Jibril. d). Program Tadarus Ada empat tahapan dalam membuat Al-Qur'an, yaitu: 1. Membaca dan mendengarkan ayat-ayat Quran satu sama lain bersamasama. 2. Cobalah untuk memahami kitab suci yang Anda baca, setidaknya dari terjemahan dan interpretasi. 3. Saling bertukar pendapat tentang tulisan suci yang dibaca dan penjelasannya. Inilah yang disebut proses tadabur (pengamatan dan pemikiran). 4. Jangan lupa untuk saling mengingatkan dan mengamalkan informasi dan pelajaran yang dipetik dari kitab suci tadabur.



7



Tidak hanya di masjid, tadarus juga bisa dilakukan di area yang lebih kecil seperti rumah. Apalagi di masa pandemi seperti ini, kamu harus menghindari keramaian. Semoga informasi tentang makna dan keutamaan tadarus di atas dapat menjadi cambuk bagi kita untuk mempelajari dan memahami Al Quran. Amin.



C. Dzikir a) Pengertian dzikir Definisi Dzikir berasal dari kata dzakara, yadzukuru, atau dzukr/dzikir, artinya bertindak dengan mulut (menyebut, menceritakan, berbicara) dan hati (mengingat dan menyebut). Kemudian sebagian orang beranggapan bahwa dzikir (bidlammi) hanya dapat diartikan sebagai kerja pikiran dan lisan, sedangkan dzkir (bilkasri) dapat diartikan secara khusus sebagai kerja lisan. Selain itu, konsep dzikir sendiri jauh dari makna lughawi. Kamus modern seperti al-Munawir dan al-Munjid juga menggunakan arti kata seperti adz-dzikir, yang artinya mulia, mulia Allah swt. dan masih banyak lagi. Dzikir adalah hal yang sangat lumrah dalam Islam. Banyak ayat Al-Qur'an yang berisi perintah Allah SWT. Dengan cara ini orang akan selalu mengingatnya dalam dzikir. Beberapa di antaranya adalah bagian 103 Surat An-Nisa, bagian 4 dari Al-Ma'idah, bagian 36 dari Al-Hajj dan bagian 10 dari Al-Jumu'ah. Oleh karena itu, dzikir telah menjadi kegiatan atau bentuk ibadah yang dilakukan oleh umat Islam, dan mereka juga bisa mendapatkan pahala. Oleh karena itu, akan sangat bagus jika Anda melakukan ini. Untuk lebih memahaminya. b) Bentuk Dzikir Jika kita juga mengetahui bentuk dzikir, pemahaman dzikir akan lebih lengkap jika kita mengetahui bentuk-bentuk dzikir. Ibnu Ata' adalah seorang sufi yang menulis al-Hikam (Kutipan Kebijaksanaan), yang membagi dzikir menjadi tiga bagian: dzikir jali (dzikir yang jelas dan benar), dzikir khafi (dzikir kabur) dan dzikir haqiqi (dzikir yang sebenarnya). 1. Dzikir Jali



8



Dzikir Jali adalah perbuatan mengingat Allah SWT dalam bentuk ucapan lisan, yang berarti pujian, syukur dan doa kepada Allah SWT, dan itu menunjukkan suara yang jelas untuk membimbing gerak hati. Pada awalnya, dzikir ini diucapkan secara lisan, mungkin tidak disertai dengan ingatan batin. Hal ini biasanya dilakukan oleh orang biasa (kebanyakan orang). Ini untuk mendorong hatinya agar sesuai dengan apa yang dia katakan. 2. Dzikir Khafi Adalah dzikir khusyuk yang dilengkapi dengan hafalan hati, baik disertai dzikir lisan maupun tidak Mereka yang bisa berdzikir seperti itu merasa di dalam hatinya selalu berhubungan dengan Allah SWT. Ia bisa merasakan keberadaan Allah SWT kapan saja dan dimana saja. Dalam dunia Sufi, ada pepatah yang mengatakan bahwa ketika Sufi melihat suatu objek, mereka tidak melihat objek tersebut, tetapi melihat Allah. Dengan kata lain yang menjadi objek bukanlah Allah SWT, melainkan pemandangan di dalam hatinya, jauh melampaui pandangan matanya. Ia tidak hanya melihat objek tersebut, tetapi juga menyadari bahwa ada pencipta yang menciptakan objek tersebut. 3. Dzikir Haqiqi Ini adalah dzikir, dengan meningkatkan upaya untuk mendekatkan seluruh jiwa dan raga kepada Allah dan menjalankan perintah-Nya, baik eksternal maupun internal, kapan pun dan di mana pun, dilakukan terhadap seluruh jiwa dan raga. Selain itu, tidak ada yang diingat kecuali Allah SWT. Untuk mencapai tingkat dzikir sejati, seseorang harus memulai latihan pada tingkat dzikir jali dan dzikir khafi. C). Keutamaan Dzikir Setelah kita memahami pengertian dzikir dan bentuk dzikir, maka kita juga dapat memahami apa saja manfaat dzikir. Ada beberapa manfaat dzikir, seperti: 1. Bebas dari godaan setan Setan tidak akan pernah menghentikan kesenangan menjauhkan manusia dari Allah SWT. Segala bentuk godaan akan disamakan



9



dengan manusia, membuat mereka lalai dan terlena. Oleh karena itu, bersamasama dengan dzikir, kita berdoa agar Allah bebas dari godaan terkutuk. 2. Tidak mudah menyerah dan putus asa Adanya masalah ini sebenarnya sedang menguji derajat keimanan seseorang. Bagi mereka yang tidak cukup kuat untuk menahan masalah ini, mereka cenderung menyerah. Bahkan, penolakan dilarang oleh Islam. Menggunakan dzikir akan membantu kita menemukan solusi masalah dengan lebih mudah daripada mudah menyerah. 3. Ketenangan pikiran Semua kecemasan dan kecemasan berasal dari reaksi batin terhadap kenyataan. Jika Anda memiliki hati nurani yang bersalah dan tidak dapat menanggung beban hidup, kemungkinan besar Anda akan mengalami kegelisahan, yaitu kegelisahan. Ketidaktenangan juga bisa timbul akibat perbuatan dosa. Hati ibarat cermin dan dosa adalah debu. Semakin sering berbuat dosa, semakin memupuk debu yang mengotori cermin. Karena itu, untuk meraih ketenangan jiwa dan hati kita dianjurkan untuk memperbanyak zikir 4. Mendapatkan Cinta Serta Kasih Sayang Allah SWT Allah memiliki sifat Ar-Rahman dan Ar-Rahim. Kedua ini berasal dari suku kata ar-rahmah yang berarti kasih sayang. Kasih sayang Allah terhadap hamba-Nya begitu luas. Oleh sebab itu, kasih sayang Allah harus kita raih dengan memperbanyak dzikir. E. Do’a Ini adalah kebutuhan spiritual jiwa manusia, menggambarkan ketidakberdayaan seseorang tanpa bantuan makhluk lain, terutama Tuhannya. Ada banyak manfaat bagi mereka yang melakukan ini. Misalkan itu terjadi dalam kasus George Muller. Dia membangun dan memelihara beberapa panti asuhan untuk anak yatim. Ketika dia tidak dapat menemukan makanan untuk anak yatim, dia mengumpulkan anakanak untuk berdoa. Tanpa diduga, seseorang akan segera datang. Bawakan makanan mereka. Menginspirasi siswa untuk berdoa: 1. Pembiasaan



10



Karena kebiasaan adalah kegiatan yang berulang-ulang, saya terbiasa berdoa untuk siswa, dan tanpa sadar, saya terbiasa berdoa selama kelas atau setelah kelas tanpa doa yang memaksa. Orang yang telah mengembangkan kebiasaan akan melakukannya dengan mudah dan bahagia. Tujuan refleksi dalam berdoa adalah untuk terus melatih dan membiasakan siswa, dan terus berdoa, sehingga doa benar-benar mengakar dalam dirinya dan menjadi kebiasaan. Karena melalui doa, kita mengakui bahwa manusia hidup dalam keadaan lemah dan tidak memiliki kekuatan selain Allah. 2. Metode ceramah Kembali ke metode ceramah lagi, menjelaskan manfaat shalat dalam hidup, jika ia membaca doa harian, seperti pergi keluar untuk berdoa dan menjelaskan manfaat shalat atau bangun dari tidur, manfaat baginya dijelaskan dari maknanya dan manfaat. Agar siswa memahami bahwa doa bukan hanya pengucapan bahasa Arab, tetapi juga pujian dan makna kepada Allah. 3. Metode keteladanan Karena siswa akan meniru apa yang di lakukan guru, guru sendiri menjadi panutan bagi siswa. Ini seperti mengajak siswa untuk berdoa ketika bencana atau hal-hal bahagia datang Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode eksperimental dalam psikologi melibatkan manipulasi variabel untuk menentukan apakah perubahan dalam satu variabel akan menyebabkan variabel lain juga berubah. Deskriptif kualitatif adalah metode pemeriksaan keadaan saat ini dari sekelompok orang, suatu objek, serangkaian kondisi, sistem pemikiran, atau jenis peristiwa. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan, yaitu penelitian yang dilakukan dalam skenario kehidupan nyata. 18 Sifat penelitian kualitatif adalah deskriptif, bertujuan untuk menggambarkan dan menjelaskan hal-hal yang ada, bisa tentang kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang ada, efek atau efek yang



sedang



terjadi



atau



kecenderungan



perkembangan



yang



sedang



berlangsung.19 Kaitannya dengan penelitian ini adalah subjek diintervensi atau



11



diperlakukan dalam bentuk doa, diatur dalam modul pelatihan doa, yang meliputi persiapan untuk berdoa, mendoakan orang lain tanpa diketahui orang lain, dan mendoakan orang lain dengan suara. sedang berdoa dapat mendengar dan berdoa dengan keras bagi mereka yang berdoa. Berdoalah sampai orang yang berdoa itu mendengar, Penerapan adab dalam shalat dan shalat khusyuk. Kemudian amati selama proses dan lakukan wawancara setelah proses pelatihan sholat selesai



12



BAB III PENUTUP Amalan ibadah keagamaan anak harus diajarkan sejak dini agar mereka semua terbiasa. Anak-anak juga harus memahami sejak dini bahwa hidup adalah untuk beribadah kepada Allah. Latihan-latihan tersebut tidak hanya diajarkan sekali, kemudian digunakan oleh anak berulang-ulang, anak harus mengajarkannya berulang-ulang, dan terus menerus memahami dan membiasakan diri dengan kegiatan tersebut. Harus ada beberapa faktor dalam mengamalkan ibadah, misalnya faktor keluarga mengajarkan bahwa penting bagi anak untuk memiliki sikap sejak dini, kemudian lingkungan sekitar atau faktor sosial juga mendukungnya, dan terakhir teman bermain, tetapi jika anak sudah memiliki sudut pandang yang baik, maka tidak akan terpengaruh oleh faktor negatif disekitarnya.



13



DAFTAR PUSTAKA Mardiana Mardiana, Wiwik Haryani, Basri Nurin. (2019). KORELASI ANTARA PENGAMALAN IBADAH DENGAN AKHLAK SISWA. Vol 1 nomor 1 2019. Moh. Rifa‟i, Ilmu Fiqh Islam Lengkap, (Semarang: Toha Putra, 1978), Hal. 63 https://id.m.wikipedia.org/wiki/Zikir https://m.kumparan.com/amp/berita-terkini/arti-tadarus-keutamaan-dan-tatacaranya-1vNdsP7k7Sz



14



LAMPIRAN



15



MAKALAH SISTEM PEMBELAJARAN PAI SMP MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK, KOOPERATIF, KONTEKSTUAL, DAN PEMBELAJARAN AKTIF Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Pembelajaran PAI SMP



Dosen Pengampu : Andri Ardiansyah, M.Pd Disusun Oleh : Akbar Hidayat



(191105010496)



Lily Efriana Nasution Syfa Salsabila



(191105010467) (191105010485)



PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM



16



UNIVERSITAS IBN KHALDUN 2021



17



KATA PENGANTAR Bismillahirahmanirahim, Allhamdulillahirabbil ‘alamiinn, puji serta syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat, taufik dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK, KOOPERATIF, KONTEKSTUAL, DAN PEMBELAJARAN AKTIF”. Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada Bapak dosen Andri Ardiansyah, M.Pd Selaku dosen mata kuliah Sistem Pembelajaran PAI SMP. Penyusun menyadari sekali bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu, kami berharap kepada pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun untuk penyempurnaan makalah kami kedepannya. Penyusun juga berharap semoga makalah ini dapat mudah dipahami oleh siapa pun, dan tentunya dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Makalah ini terselesaikan atas kerja sama yang baik dan bantuan dari berbagai pihak. Maka dari itu kami selaku penyusun makalah ini, mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang mendukung pembuatan makalah ini.



I



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..................................................................................................................................I DAFTAR ISI...................................................................................................................................................II BAB I PENDAHULUAM.................................................................................................................................1 A.



LATAR BELAKANG............................................................................................................................1



B.



RUMUSAN MASALAH.......................................................................................................................1



C.



TUJUAN............................................................................................................................................1



BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................................................2 A.



Model Pembelajara Tematik............................................................................................................2 1.



Pendekatan Tematik....................................................................................................................2



2.



Landasan Pembelajaran Tematik.................................................................................................2



3.



Arti Penting Pembelajaran Tematik.............................................................................................4



5.



Prinsip dan Cara Penentuan Tema...............................................................................................6



B.



Model Pembelajaran Kooperatif......................................................................................................7 1.



Pengertian Pembelajaran Kooperatif...........................................................................................7



2.



Tujuan Pembelajaran Kooperatif.................................................................................................8



3.



Unsur-Unsur Dasar Dalam Pembelajaran Kooperatif...................................................................8



4.



Kelemahan Pembelajaran Kooperatif........................................................................................10



5.



Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif...............................................................................................10



6.



Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif...............................................................................10



7.



Manfaat Pembelajaran Kooperatif.............................................................................................11



C.



Model Pembelajaran Kontekstual..................................................................................................12 1.



Pengertian pembelajaran Kontekstual.......................................................................................12



2.



Komponen dalam pembelajaran Kontekstual............................................................................12



3.



Karakteristik Pembelajaran Kontekstual....................................................................................13



4.



Langkah-langkah Pembelajaran Kontekstual.............................................................................14



5.



Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kontekstual...............................................................14



D.



Model Pembelajaran Aktif.............................................................................................................15 1.



Pengertian Model Pembelajaran Aktif.......................................................................................15



2.



Karakteristik Model Pembelajaran Aktif....................................................................................17



BAB III PENUTUP........................................................................................................................................20 II



A.



KESIMPULAN..................................................................................................................................20



B.



SARAN............................................................................................................................................20



DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................21



III



BAB I PENDAHULUAM A. LATAR BELAKANG Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat di artikan sebagai proses yang di arahkan betul pada mjuan dan proses berbuat melalui berbagai macam pengalaman. Belajar juga mempakan proses mengarnati dan memahami sesuatu. Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku‚ yaitu guru dan siswa. Bahan pembelajaran dapat berupa pengetahuan. nilai nilai‚ seni, agama, sikap dan keterampilan. Dimana semua ini adalah komponen tujuan, materi, strategi belajar mengajar, dan evaluasi. Keempal komponen diatas harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan menemukan model model pembelajaran apa yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Model model pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip dan teori sebagai pijakan dalam pengembangannya. Nah di makalah ini empal model dari sekian banyak model-model pembelejaran akan di kuliti tuntas sampai pada karakteristiknya.



B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran tematik ? 2. Apa yang dimaksud model pembelajaran kooperatif? 3. Apa yang dimaksud model pembelajaran kontekstual ? 4. Apa yang dimaksud model pembelajaran aktif?



C. TUJUAN 1. Untuk mengetahui pengertian model pembelajaran tematik 2. Untuk mengetahui pengertian model kooperatif 3. Untuk mengetahui pengertian model pemelajaran kontekstual 4. Untuk mengetahui pengertian model pembelajaran aktif



1



BAB II PEMBAHASAN A. Model Pembelajara Tematik



1. Pendekatan Tematik Pembelajaan tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan. Tema yang diangkat dalam pendekatan tematik kaya dengan kemungkinan konsep-konsep terbaik dari berbagai disiplin. Tema yang terpilih menjadi sentral kegiatan belajar siswa. Melalui tema siswa mempelajari konsep-konsep dari suatu atau beberapa bidang studi. Dengan tema diharapkan akan memberikan banyak keuntungan, di antaranya: a. Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu, b. Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama; c. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan; d. Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan matapelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa; e. Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas; f. Siswa lebih bergairah belajar karena dapat ber komunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari matapelajaran lain; g. Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkaan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan. 2. Landasan Pembelajaran Tematik Landasan Pembelajaran tematik mencakup: 2



1) Landasan filosofis Landasan filosofis dalam pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu: a. progresivisme, Aliran progresivisme memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah, dan memperhatikan pengalaman siswa. b. konstruktivisme, Aliran konstruktivisme melihat pengalaman langsung siswa sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada anak, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing siswa. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus. Keaktifan siswa yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya. c. humanisme. Aliran humanisme melihat siswa dari segi keunikan/kekhasannya, potensinya, dan motivasi yang dimilikinya. 2) Landasan psikologis Landasan psikologis dalam pembelajaran tematik terutama berkaitan dengan psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi/ materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi/materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada siswa dan bagaimana pula siswa harus mempelajarinya. 3) Landasan yuridis



3



Landasan yuridis dalam pembelajaran tematik berkaitan dengan berbagai kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar. Landasan yuridis tersebut adalah UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9). UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya (Bab V Pasal 1-b). 3. Arti Penting Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsepYang mereka pelajar dan Menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu. Oleh karena itu, guru perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Beberapa ciri khas dari pembelajaran tematik antara lain: 1. pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar; 2. kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa; 3. kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama; 4. membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa;



4



5. menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya; dan 6. mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain. Dengan pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan tema ini, akan diperoleh beberapa manfaat yaitu: 1. dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan, 2. siswa mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir, 3. pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpecahpecah. 4. dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran maka penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat. 4. Karakteristik Pembelajaran Tematik Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki karakteristik- karakteristik sebagai berikut: 1. Berpusat pada siswa, Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar. 2. Memberikan pengalaman langsung Pembelajaran tematik dapat memberikan penga- laman langsung kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak. 3. Pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.



5



4. Menyajikan konsep dari berbagai matapelajaran Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, Siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. 5. Bersifat fleksibel Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada. 6. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya. 7. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.



5. Prinsip dan Cara Penentuan Tema Dalam menetapkan tema perlu memperhatikan beberapa prinsip yaitu: 1. Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa 2. Dari yang termudah menuju yang sulit . 3. Dari yang sederhana menuju yang kompleks 4. Dari yang konkret menuju ke yang abstrak. 5. Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri siswa 6. Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan siswa. 7. termasuk minat, kebutuhan, dan kemampuannya . Dalam menentukan tema dapat dilakukan dengan dua cara yakni: 1. Mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam masing-masing mata pelajaran, dilanjutkan dengan menentukan tema yang tepat. 2. Menetapkan terlebih dahulu tema-tema pengikat keterpaduan, untuk menentukan tema tersebut, guru dapat bekerjasama dengan peserta didik sehingga sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.1



1



Helmiati ,Hj.(model pembelajaran) 2012



6



B. Model Pembelajaran Kooperatif 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Slavin dalam Isjoni (2009: 15) pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 5 orang dengan struktur kelompok heterogen. Sedangkan menurut Sunal dan Hans dalam Isjoni (2009: 15) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada siswa agar bekerja sama selama proses pembelajaran. Ada lima unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang annya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif dengan benar akan menunjukkan pendidik mengelola kelas lebih efektif. Johnson (Anita Lie,2007: 30) mengemukakan dalam model pembelajaran kooperatif ada lima unsur yaitu: saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses kelompok. Pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) adalah model pembelajaran yang menekankan pada saling ketergantungan positif antar individu siswa, adanya tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi intensif antar siswa, dan evaluasi proses kelompok (Arif Rohman, 2009: 186). Cooperative learning menurut Slavin (2005: 4-8) merujuk pada berbagai macam model pembelajaran di mana para siswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari berbagai tingkat prestasi, jenis kelamin, dan latar belakang etnik yang berbeda untuk saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi pelajaran. Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif dengan benar akan menunjukkan pendidik mengelola kelas lebih efektif. Johnson (Anita Lie, 2007: 30) mengemukakan dalam model pembelajaran kooperatif ada lima unsur yaitu: saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses kelompok.



7



Pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) adalah model pembelajaran yang menekankan pada saling ketergantungan positif antar individu siswa, adanya tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi intensif antar siswa, dan evaluasi proses kelompok (Arif Rohman, 2009: 186). Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang anggotanya bersifat heterogen, terdiri dari siswa dengan prestasi tinggi, sedang, dan rendah, perempuan dan laki-laki dengan latar belakang etnik yang berbeda untuk saling membantu dan bekerja sama mempelajari materi pelajaran agar belajar semua anggota maksimal.



2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Slavin (2005) mengemukakan tujuan yang paling penting dari model pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para siswa pengetahuan, konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan supaya bisa menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan memberikan kontribusi. Wisenbaken (Slavin, 2005) mengemukakan bahwa tujuan model pembelajaran kooperatif adalah menciptakan norma-norma yang proakademik di antara para siswa, dan norma-norma pro-akademik memiliki pengaruh yang amat penting bagi pencapaian siswa.



3. Unsur-Unsur Dasar Dalam Pembelajaran Kooperatif Lungdren dalam Isjoni (2009: 16) mengemukakan unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut. a. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “ tenggelam atau berenang bersama”; b. Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau siswa lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi; c. Para siswa harus berpendapat bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama; d. Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para anggota kelompok; e. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok;



8



f. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar; g. Setiap siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. Roger dan David (Agus Suprijono, 2009: 58) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah sebagai berikut. 1) Positive interdependence (saling ketergantungan positif) Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua pertanggungjawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok. Kedua, menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut. 2) Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan) Pertanggungjawaban ini muncul jika dilakukan pengukuran terhadap keberhasilan kelompok. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah membentuk semua anggota kelompok menjadi pribadi yang kuat. Tanggung jawab perseorangan adalah kunci untuk menjamin semua anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama. Artinya, setelah mengikuti kelompok belajar bersama, anggota kelompok harus dapat menyelesaikan tugas yang sama. 3) Face to face promotive interaction (interaksi promotif) Unsur ini penting karena dapat menghasilkan saling ketergantungan positif. Ciri–ciri efisien, saling memberikan informasi dan sarana yang diperlukan, memproses informasi bersama secara lebih efektif dan efisien, saling mengingatkan, saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan argumentasi serta meningkatkan kemampuan wawasan terhadap masalah yang dihadapi, saling percaya, dan saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama. 4) Interpersonal skill (komunikasi antaranggota) Untuk mengkoordinasikan kegiatan siswa dalam pencapaian tujuan siswa harus adalah saling mengenal dan mempercayai, mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius, saling menerima dan saling mendukung, serta mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif. 5) Group processing (pemrosesan kelompok) Pemrosesan mengandung arti menilai. Melalui pemrosesan kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok. Siapa di antara anggota kelompok yang sangat membantu dan siapa yang tidak 9



membantu. Tujuan pemrosesan kelompok adalah meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan kontribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok. Ada dua tingkat pemrosesan yaitu kelompok kecil dan kelas secara keseluruhan. 4. Kelemahan



Pembelajaran Kooperatif Kelemahan pembelajaran kooperatif bersumber pada dua faktor, yaitu faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern). Faktor dari dalam yaitu sebagai berikut. a. Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, di samping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu; b. Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan c. Fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai; d. Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, dan e. Saat diskusi kelas, terkadang didominasi oleh seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.



5. Ciri-ciri



Pembelajaran Kooperatif Isjoni (2009: 27) memaparkan beberapa ciriciri pembelajaran kooperatif yaitu sebagai berikut. a. Setiap anggota memiliki peran; b. Terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa; c. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga temanteman sekelompoknya; d. Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok, dan e. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.



6. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Agus Suprijono (2009) memaparkan sintak model pembelajaran kooperatif terdiri dari enam fase sebagai berikut. a) Fase pertama Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa. Guru mengklasifikasi maksud pembelajaran kooperatif. Hal ini



10



penting untuk dilakukan karena siswa harus memahami dengan jelas prosedur dan aturan dalam pembelajaran. b) Fase kedua Guru menyampaikan informasi, sebab informasi ini merupakan isi akademik. c) Fase ketiga Guru harus menjelaskan bahwa siswa harus saling bekerja sama di dalam kelompok. Penyelesaian tugas kelompok harus merupakan tujuan kelompok. Tiap anggota kelompok memiliki akuntabilitas individual untuk mendukung tercapainya tujuan kelompok. Pada fase ketiga ini terpenting jangan sampai ada free-rider atau anggota yang hanya menggantungkan tugas kelompok kepada individu lainnya. d) Fase keempat Guru perlu mendampingi tim-tim belajar, mengingatkan tentang tugas-tugas yang dikerjakan siswa dan waktu yang dialokasikan. Pada fase ini bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, pengarahan, atau meminta beberapa siswa mengulangi hal yang sudah ditunjukkan. e) Fase kelima Guru melakukan evaluasi dengan menggunakan strategi evaluasi yang konsisten dengan tujuan pembelajaran. f) Fase keenam Guru mempersiapkan struktur reward yang akan diberikan kepada siswa. Variasi struktur reward dapat dicapai tanpa tergantung pada apa yang dilakukan orang lain. Struktur reward kompetitif adalah jika siswa diakui usaha individualnya berdasarkan perbandingan dengan orang lain. Struktur reward kooperatif diberikan kepada tim meskipun anggota tim-timnya saling bersaing. 4. Manfaat Pembelajaran Kooperatif Sadker (Miftahul, 2011: 66) menjabarkan beberapa manfaat pembelajaran kooperatif. Selain itu, meningkatkan keterampilan kognitif dan afektif siswa, pembelajaran kooperatif juga memberikan manfaat-manfaat besar lain seperti berikut ini. a. Siswa yang diajari dengan dan dalam struktur-struktur kooperatif akan memperoleh hasil pembelajaran yang lebih tinggi;



11



b. Siswa yang berpartisipasi dalam pembelajaran kooperatif akan memiliki sikap harga-diri yang lebih tinggi dan motivasi yang lebih besar untuk belajar; c. Dengan pembelajaran kooperatif, siswa menjadi lebih peduli pada temantemannya, dan di antara mereka akan terbangun rasa ketergantungan yang positif (interdependensi positif) untuk proses belajar mereka nanti; d. Pembelajaran kooperatif meningkatkan rasa penerimaan siswa terhadap teman-temannya yang berasal dari latar belakang ras dan etnik yang berbeda-beda.2



C. Model Pembelajaran Kontekstual



1. Pengertian pembelajaran Kontekstual Pembelajaran kontekstul adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan, dan penilaian sebenarnya. Johnson, mengartikan pembelajaran kontekstual adalah suatu proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari, yaitu dengan konteks lingkungan pribadinya, sosialnya, dan budayanya.3 5. Komponen dalam pembelajaran Kontekstual Terdapat tujuh komponen dalam model pembelajaran Kontekstual: 1. Kontruktivisme a. Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal. b. Pembelajaran harus dikemas menjadi proses ”mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan. 2. Inquiry 2



https://eprints.uny.ac.id/7734/3/bab%202%20-%2008108241038.pdf



3



Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 295



12



3.



4.



5.



6.



7.



a. Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman b. Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis Questioning (bertanya) a. Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa. b. Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry Learning Community (masyarakat belajar) a. Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar. b. Bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri. c. Tukar pengalaman d. Berbagi ide Modelling (pemodelan) a. Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar. b. Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya Reflection (repleksi) a. Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari b. Mencatat apa yang telah dipelajari c. Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok. Authentic Assessment (penilaian yang sebenarnya) a. Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa b. Penilaian produk (kinerja) c. Tugas-tugas yang relevan dan kontekstual



6. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual Menurut Muslich, Karakteristik pembelajaran Kontekstual ialah sebagai berikut : a. Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu pembelajaran yang diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konteks kehidupan nyata atau pembelajaran yang dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah. b. Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna. c. Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. d. Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mengoreksi antarteman. e. Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa kebersamaan, bekerja sama, dan saling memahami antara satu dengan yang lain secara mendalam.



13



f. Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan mementingkan kerja sama. g. Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan4 Jadi pada model pembelajaran kontekstual ini, meliputi: adanya umpan balik, penggunaan berbagai alat bantu, belajar kelompok, model demokrasi, peningkatan pemahaman siswa, evaluasi berdasarkan penilaian autentik, pembelajaran diformat berdasarkan tempat dan waktu yang tersedia, dan informasi yang diberikan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. 7. Langkah-langkah Pembelajaran Kontekstual Langkah-langkah dalam pembelajaran Kontekstual ialah sebagai berikut : a. Kembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan bertanya b. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik c. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya d. Ciptakan masyarakat belajar e. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran f. Lakukan refleksi di akhir pertemuan g. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara Langkah-langkah dalam penerapan pendekatan kontekstual, diawali dengan pengonstruksian pengetahuan yang dimiliki siswa dengan materi yang akan dipelajari, dan dikaitkan dengan konteks dunia nyata. Mengembangkan pengetahuan awal siswa dengan bertanya, adanya model sebagai alat bantu penyampaian materi, dilanjutkan dengan proses inkuiri melalui kegiatan diskusi antara siswa dengan guru, maupun semua siswa. Hasil dari proses ini dipresentasikan melalui diskusi kelas dan diakhiri dengan refleksi berdasarkan pembelajaran yang telah dilakukan. 8. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kontekstual a. Kelebihan pembelajaran Kontekstual adalah : 1. Menempatkan siswa sebagai subjek belajar, artinya siswa berperan aktif dalam proses belajar.



4



Masnur Muslich, Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual,(Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal. 42



14



2. Dalam pembelajaran kontekstual siswa belajar dalam kelompok, Kerjasama, diskusi, saling menerima dan memberi. 3. Berkaitan secara riil dengan dunia nyata 4. Kemampuan berdasarkan pengalaman 5. Dalam pembelajaran kontekstual perilaku dibangun atas kesadaran sendiri 6. Pengetahuan siswa selalu berkembang sesuai dengan pengalaman yang dialaminya 7. Pembelajaran kontekstual dapat diukur, misalnya dengan cara evaluasi, penampilan, observasi, dan lain-lain b. Kelemahan Pembelajaran Kontekstual a. Jika guru tidak mampu mengaitkan materi dengan kehidupan nyata siswa, maka pembelajaran akan terasa monoton b. Jika guru membimbing dan memberikan perhatian yang ekstra, siswa sulit untuk melakukan inkuiri dan membangun pengetahuannya sendiri.5 D. Model Pembelajaran Aktif 1. Pengertian Model Pembelajaran Aktif Active learning adalah sebuah usaha dalam kegiatan pembelajaran yang mencoba membangun keaktifan peserta didik selama proses pembelajaran dimana menekankan keterlibatan seluruh indra. Kegiatan pembelajran dilakukan dengan banyak memberi tugas, memperlajari gagasan dan memecahkan masalah yang diberikan untuk memaksimalkan otak untuk menerapkan apa saja yang dipelajarinya. Untuk itu selama proses pembelajaran berlangsung peserta didik mengikuti pembelajaran dengan menyenangkan, penuh semangat. Jadi pembelajaran belajar aktif adalah sebuah proses pembelajaran yang menekankan pada keaktifan siswa selama proses pembelajaran yang tidak hanya di tekankan pada proses cerama dan mencatat. Konsep active learning atau cara belajar aktif dapat diartikan sebagai aturan pembelajaran yang mengarah pada pengoptimalisasian pelibatan intelektual dan emosional siswa dalam proses pembelajaran, diarahkan untuk membelajarkan siswa bagaimana belajar memperoleh dan memproses belajarnya tentang pengetahuan keterampilan, sikap dan nilai. 5



https://www.bing.com/search? q=https://journal.iainsamarinda.ac.id/index.php/...&form=IPRV10



15



Dari uraian diatas, dapat dijelaskan bahwa pembelajaran Active Learning pada dasarnya merupakan suatu model pembelajaran yang menekankan pada keaktifan dan partisipasi peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu, pada model pembelajaran ini peran pendidik atau guru tidak begitu dominan untuk menguasai proses pembelajaran, justru hanya berperan sebagai (fasilitator) untuk memberi kemudahan bagi peserta didik dengan merangsang keaktifannya dalam segi fisik, mental, social, emosional, dan sebagainya. Tugas pendidik bukan hanya untuk menyampaikan materi saja selama proses pembelajaran, namun juga mampu menciptakan kondisi sebagaimana mestinya agar selama proses pembelajaran peserta didik dapat terkondisikan dengan baik untuk mendapatkan materi yang dipelajarinya sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan sebelumnya. Model pembelajaran aktif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan aktivitas belajar siswa melalui diskusi kelompok, diskusi kelas, eksperimen dan demonstrasi dalam menemukan konsep baru. Hal ini mengakibatkan aktivitas siswa lebih dominan selama proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan kesimpulan dari Yerigan (dalam Hartono, 2010) dalam penelitiannya yang berjudul Getting Active In The Classroom. Ia menyimpulkan bahwa pembelajaran aktif dapat meningkatkan interaksi antar siswa dan taraf bepikir tingkat tinggi siswa. Kegiatan belajar aktif diartikan sebagai instruktur kegiatan yang melibatkan siswa dalam melakukan sesuatu dan berpikir tentang apa yang mereka kerjakan. Siswa dilibatkan dalam proses pengumpulan informasi dan mengkonstruksinya, sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan. Proses belajar dengan model pembelajaran aktif adalah sebuah proses di mana siswa mengambil tanggung jawab diri dan diberikan kesempatan untuk membuat keputusan tentang berbagai kegiatan belajar yang dilakukan. Siswa dipersiapkan untuk menghadapi masalah nyata di lingkungan mereka dan mampu memecahkan masalah sesuai solusi yang didapatkan dari pengalaman belajar (Kuwadekar & Neville, 2011). Siswa diajak mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan proses sains melalui model pembelajaran aktif. Model pembelajaran ini secara efektif dapat membantu siswa untuk membentuk kebiasaan cara berpikir yang bermanfaat dalam memahami suatu konsep. Siswa diberikan kesempatan untuk melakukan kegiatan analisis permasalahan secara mandiri. Model pembelajaran aktif mengarahkan setiap materi pelajaran yang baru 16



harus dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada sebelumnya. Materi pelajaran yang baru disediakan secara aktif dengan pengetahuan yang sudah ada. Guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna agar murid dapat belajar secara aktif, sehingga peserta didik mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar (Kuwadekar & Neville, 2011). Menurut Komaruddin (dalam Hartono, 2010), dengan active learning model, maka siswa akan lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan dalam metode ini kelas akan dibuat sedemikian rupa, sehingga setiap siswa dituntut untuk mampu memahami materi yang diperoleh untuk kemudian ditransfer ke siswa yang lain. Guru hanya sebagai sutradara yang merancang proses pembelajaran dan memastikan bahwa terjadi interaksi timbal balik antar siswa, sehingga proses penerimaan atau pemahaman materi pelajaran adalah benar-benar hasil interaksi aktif antar siswa itu sendiri. Pembelajaran aktif memberikan kesempatan pada siswa untuk berpatisipasi aktif dalam pembelajaran. Guru hanya berperan sebagai fasilitator yang memastikan bahwa proses pembelajaran sesuai dengan rencana yang diharapkan. Pada bagian akhir guru melakukan tanya jawab untuk memastikan materi yang diterima benar dan tidak menyimpang dari konsep yang seharusnya (Kuwadekar & Neville, 2011). Pembelajaran aktif dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai karakteristik pribadi yang mereka miliki. Pembelajaran aktif juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa agar tetap tertuju pada proses pembelajaran (Morgado, 2010). Pembelajaran aktif melihat proses belajar adalah produk dari berpikir dan berpikir adalah produk dari sebuah proses belajar (Narli, 2011). 9. Karakteristik Model Pembelajaran Aktif a. Penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian informasi oleh pengajar melainkan pada pengembangan ketrampilan pemikiran analitis dan kritis terhadap topik atau permasalahan yang dibahas. b. Siswa tidak hanya mendengarkan materi secara pasif tetapi mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi pembelajaran; c. Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenaan dengan materi pembelajaran; d. Siswa lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis, menganalisa dan melakukan evaluasi;



17



e. Umpan-balik yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran. Secara umum suatu proses pembelajaran aktif memungkinkan diperolehnya beberapa hal, yaitu: 1. Interaksi yang timbul selama proses pembelajaran akan menimbulkan positive interdependence di mana konsolidasi pengetahuan yang dipelajari hanya dapat diperoleh secara bersama-sama melalui eksplorasi aktif dalam belajar. 2. Setiap individu harus terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan pengajar harus dapat mendapatkan penilaian untuk setiap siswa, sehingga terdapat individual accountability. 3. Proses pembelajaran aktif agar dapat berjalan dengan efektif diperlukan tingkat kerjasama yang tinggi, sehingga akan memupuk social skills (Eison, 2011). Dengan demikian kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan sehingga penguasaan materi juga meningkat. Suatu studi yang dilakukan Thomas (dalam Samadhi, 2010) menunjukkan bahwa setelah 10 menit, siswa cenderung akan kehilangan konsentrasinya untuk mendengar materi pembelajaran yang diberikan oleh pengajar secara pasif. Hal ini tentu saja akan makin membuat pembelajaran tidak efektif jika pembelajaran terus dilanjutkan tanpa upaya-upaya untuk memperbaikinya. Hal tersebut dapat dihindari dengan menggunakan cara-cara pembelajaran aktif. Pemindahan peran pada siswa untuk nisa menjadi aktif belajar dapat mengurangi kebosanan bahkan bisa menimbulkan minat belajar yang besar pada siswa. Hal ini akan membuat proses pembelajaran mencapai learning outcomes yang diinginkan (Diez, 2010). Adapun beberapa ciri-ciri yang harus tampak dalam proses belajar aktif, yaitu: 1. Situasi tetap terkendali meskipun selama proses pembelajaran berlangsung peserta didik ditantang untuk melakukan kegiatan pembelajaran secara bebas. Bebas menentukan materi yang akan dipelajari dengan mempertimbangkan kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dimana ditentukan secara bersama-sama. 2. Pendidik lebih banyak memberi rangsangan berfikir pada peserta didik untuk memecahkan masalah yang telah diberikan, dengan begitu pendidik tidak begitu mendominasi selama kegiatan pembelajaran namun siswa sendiri yang selalu aktif mencari, sehingga pembelajaran akan lebih mudah diserap.



18



3. Kegaiatan pembelajaran berlangsung secara bervariasi, disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik siswa. Karna pembelajaran yang bervariasi tidak akan membuat peserta didik merasa bosan, terlebih melibatkannya secara langsung. 4. Keberanian peserta didik untuk mengajukan pendapatpendapatnya melalui pertanyaan atau pernyataan yang sengaja dirangsang oleh pendidik untuk melatih kepercayaan diri peserta didik. Selama kegiatan pembelajaran didalam kelas tentunya menggunakan berbagai macam pendekatan, metode, strategi apalagi seorang pendidik dituntut untuk selalu berinovasi yang peka akan perubahan-perubahan social budaya pada suatu daerahnya masing-masing. Seorang pendidik wajib paham tentang hal tersebut karna sebaik apapun proses pembelajaran dan sebagus apapun pendekatan, strategi, metode yang digunakan namun tidak sesuai dengan perkembangan zaman maka berdampak akan berkurangnya subtansi pemahaman peserta didik tentang materi apapun yang akan disampaikan nantinya. Adapun sepuluh metode untuk membangun partisipasi peserta didik selama proses pembelajaran: (a) Diskusi terbuka, (b) kartukartu respon, (c) polling, (d) diskusi kelompok kecil, (e) partner belajar, (f) whips, (g) panel, (h) next speech, (i) fishbowl, (j) game (ice breaking). Sedangkan sepuluh strategi yang bisa digunakan untuk membentuk kelompok-kelompok: (a) mengelompokan kartu, (b) teka-teki, (c) menemukan teman-teman atau keluarga fiksi yang terkenal, (d) tanda pengenal nama, (e) hari kelahiran, (f) kartu permainan, (g) menulis nomor, (h) selera permen, (i) pilihlah halhal yang serupa, (j) materi peserta.



19



BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Model pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang dilakukan dengan mengaitkan sesuatu pokok bahasan dengan pokok bahasan berikutnya, mengaitkan dengan satu konsep dengan konsep lain. dan dapat juga mengaitkan pekerjaan hari ini dengan hari yang lain atau hari berikutnya dalam suatu bidang studi. Utamanya adanya satu usaha secara sadar untuk menghubungkan bidang kajian dalam satu disiplin ilmu. Pembelajaran kooperatif hakikatnya adalah sebuah filosofi. la bukan sekedar metode atau teknik pembelajaran. Pembelajaran kooperatif diinspirasi oleh seni hidup dalam kelompok. Pembelajaran kooperatif berupaya menerapkan filosofi itu dalam pengaturan kelas dan sekolah serta di masyarakat pada umumnya sebagai cara hidup bersama dan care memperlakukan orang lain. Pembelajaran kontekstual adalah sebuah Sistem yang meransang otak untuk menyusun pola pola yang mewujudkan makna, sekaligus menerapkan dengan dunia nyata. Strategi pembelajaran kontekstual haruslah dirancang untuk memasang lima bentuk dasar dari pembelajaran: menghubungkan, mencoba, membangun pengetahuan, mengaplikasi , bekerjasama. dan transfer ilmu. Konsep pembelajaran aktif bukanlah tujuan dari kegiatan pembelajaran, tetapi mempakan salah satu strategi yang digunakan untuk menguptimalkan proses pembelajaran. Aktif dalam strategi ini adalah memosisikan guru sebagai orang yang menciptakan suasana belajar yang kondusif atau sebagai fasilitator dalam belajar, sementara siswa sebagai peserta belajar yang harus aktif. E. SARAN Kami sebagai penyusun menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini. Maka dari itu kami berharap kepada pembaca semua untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk memperbaiki kekurangan dan kesalahan yang ada dalam makalah ini. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca



20



DAFTAR PUSTAKA Helmiati ,Hj.(model pembelajaran) 2012



http://mediafunia.blogspot.com/2016/07/model-pembelajaran-aktif-activelearning.html#:~:text=Model%20pembelajaran%20aktif%20(active %20earning,lebih%20dominan%20selama%20proses%20pembelajaran. https://www.bing.com/search? q=https://journal.iainsamarinda.ac.id/index.php/...&form=IPRV10 http://eprints.umsida.ac.id/1533/1/belajar%20aktif%20dan%20model%20pem. %20aza.pdf https://eprints.uny.ac.id/7734/3/bab%202%20-%2008108241038.pdf



MAKALAH SISTEM PEMBELAJARAN PAI di SMP SISTEM DAN MODEL PEMBELAJARAN PEMOTIVASIAN PEMBELAJARAN PAI di SMP Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah system pembelajaran PAI di SMP



Dosen Pengampu : Andri Ardiansyah, M.Pd 21



Disusun oleh Kelompok 6 : Annisa Rahmawati



(191105010473)



Elywarni



(191105010497)



Nurkholis Majid (171104090140) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS IBN KHALDUN 2021



22



KATA PENGANTAR Puji Syukur kita panjatkan kepada Allah Swt. karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami kelompok 6 bisa menyelesaikan makalah kami mengenai “Sistem Dan Model Pembelajaran Pemotivasian Pembelajaran PAI di SMP”. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Kami berharap semoga makalah terkait mata kuliah “Sistem Pembelajaran PAI di SMP” ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.



Bogor, April 2021



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.......................................................................................................i DAFTAR ISI......................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1 A. Latar Belakang.........................................................................................................1 B. Rumusan Masalah....................................................................................................1 C. Tujuan......................................................................................................................1 BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................2 A. Pengertian Motivasi Belajar....................................................................................2 B. Macam-macam Motivasi Belajar.............................................................................3 C. Fungsi Motivasi Belajar...........................................................................................3 D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar..............................................5 E. Strategi guru dalam meningkatkan motivasi belajar dalam pembelajaran PAI.......6 F. Implikasi Motivasi Dalam Pembelajaran PAI.........................................................8 BAB III PENUTUP.....................................................................................................11 A. Kesimpulan..............................................................................................................11 B. Saran........................................................................................................................11 DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................12



ii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Motivasi merupakan perubahan energi seseorang ditandai dengan adanya dorongan yang berasal dari diri seseorang untuk mencapai tujuan. Dorongan dan reaksi-reaksi usaha yang disebabkan karena adanya kebutuhan untuk berprestasi dalam hidup. Sebab itu menjadikan dorongan terhada individu untuk mencapai hasil belajar yang tinggi. Hasil belajar merupakan cerminan kemampuan penguasaan seseorang atas mata pelajaran yang diajarkan. Hasil belajar yang baik ini merupakan lambang keberhasilan seseorang dalam belajarnya. Dalam pembelajaran, faktor motivasi memiliki peran penting. Motivasi merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan hasil belajar peserta didik, dalam hal ini menjadikan peserta didik untuk belajar dengan inisiatif dan kreatif. Dalam pembelajarn di kelas proses pembelajaran tidak bisa dihindari oleh guru terhadap peserta didik. Keberadaan pendidik merupakan salah satu faktor penentu kebrhasilan pembelajaran. Karena itu guru memiliki tugas



untuk



mendorong,



membimbing



serta



merupakan



penentu



keberhasilan terhadap anak didikmya. Untuk itu guru memiliki peran penting dalam memotivasi peserta didik untuk belajar. B. Rumusan Masalah 1. Apa penegrtian motivasi belajar? 2. Apa fungsi motivasi belajar dalam pembelajaran PAI di SMP? 3. Faktor apa saja yang dapat mempebgaruhi motivasi belajar? 4. Bagaimana peran guru dalam meningkatkan motivasi belajar? C. Tujuan 1. Agar dapat mengetahui apa itu motivasi belajar. 2. Agar dapat mengetahui fungsi motivasi dalam pembelajaran PAI di SMP.



1



3. Agar dapat mengetahui faktor apa saja yang dapat mempengaruhi motivasi belajar. 4. Agar dapat mengetahui peran guru dalam motivasi belajar.



2



PEMBAHASAN A. Pengertian Motivasi Belajar Kata motivasi berasal dari kata motif diartikan sebagai kekuatan yang menyebabkan setiap orang bertindak sesuatu. Motif ini terlihat dari tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya satu tingkah laku tertentu. Jadi, motivasi tidak dapat dinilai secara langsung dan tidak mungkin tidak ada dorongan dan faktor sama sekali. Menurut Oemar Hamalik motivasi merupakan suatu perubahan energi dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya efektif dan reaksi untuk mencaai tujuan tertentu. Dan menurut Koeswara mengatakan bahwa dalam disiplin ilmu psikologi, motivasi merupakan konsep yang digunakan untuk menerangkan kekuatan-kekuatan yang ada dan bekerja pada individu yang menjadi penggerak dan pengarah tingkah laku individu tersebut. Soekamto berpendapat bahwa motivasi merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya pada peoses belajar. Winkel menjelaskan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri peserta didik yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan. Motivasi belajar memiliki peranan penting dalam memberikan semangat belajar, sehingga siswa yang bermotivasi kuat memiliki energi banyak untuk melakukan kegiatan belajar.6 Dalam hal ini system pemotivasian dalam pembelajaran PAI di SMP yang berarti memberikan motivasi dalam pembelajaran PAI pada siswa SMP yang dimana tujuannya untuk menumbuhkan dan menambah semangat peserta didik dalam pembelajaran PAI. B. Macam-macam Motivasi belajar7



6



Maryam Muhammad, “Pengaruh Motivasi Dalam Pembelajaran”, Jurnal Lantanida Vol. 4 No. 2, 2016, hlm. 93 7 Muhammad Rido,, “Teori Motivasi McClelland Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran PAI”. Jurnal Studi Kesilaman dan Ilmu Pendidikan Vol. 8 No. 1, Mei 2020., hlm 4



3



Apabila dilihat dari sumber kemunculannya, motivasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. 1. Motivasi instrinsik merupakan dorongan belajar yang berasal dari diri sendiri tanpa ada paksaan atau kemauan dari siapapun, serta merupakan motivasi yang paling utama dalam hal belajar mengajar. Misalnya, seorang peserta didik atau mahasiswa yang mempunyai rasa ingin tahu tentang bahasa arab dan inggris karena melihat dunia luar negeri yang begitu luas pengetahuan dan wawasannya sehingga dia belajar kedua bahasa tersebut baik melalu mata pelajaran yang disediakan oleh lembaga ataupun les privat bahkan searching jalur internet 2. Motivasi ekstrinsik ialah dorongan belajar yang berasal selain dari diri sendiri, entah itu dari lingkunga atau dari orang-orang sekitar, misalnya seseorang yang mengikuti perlombaan karena ingin menjadi juara satu. Jadi keinginan untuk menjadi juara satu merupakan faktor yang berasal dari luar diri individu. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya terdiri dari8 : a. Motif bawaan Yang dimaksud motif bawaan adalah motif dibawa sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. Sebagai contoh misalnya : dorongan untuk makan, dorongan untuk minum, dorongan seksual. Motif-motif ini seringkali disebut motif-motif yang disyaratkan secara biologis. b. Motif yang dipelajari Dengan kata lain, motivasi dibangkitkan oleh belajar. Misalnya: ingin belajar suatu ilmu, ingin mengajarkan sesuatu di masyarakat. Motif ini sering disebut sebagai motif yang tersirat secara sosial. Beberapa ahli membagi jenis motivasi menjadi dua jenis, yaitu motivasi jasmani dan motivasi rohani. Ini termasuk motivasi fisik seperti refleks, naluri, dan keinginan. Meskipun ini termasuk motivasi spiritual adalah kemauan. C. Fungsi motivasi belajar



8



Motivasi Belajar Pada Pembelajaran PAI, Sripsi STAIN Kudus. http://eprints.stainkudus.ac.id diakses pada Rabu 14 April 2021 pukul 22.23



4



Dalam suatu pembelajaran baik dalam berbagai mata pelajaran di jenjang Sekolah Menengah Pertama dan sederajat, pasti semua siswanya membutuhkan motivasi dari lingkungannya termasuk rumah dan sekolah. Sebagai calon guru kita patut membakar semangat belajar para anak didik kita nanti tanpa pandang bulu. Karena siswa sangat merasa dihargai hasil belajarnya walaupun hanya pemberian motivasi dari guru dan orangtua. Dalam kegiatan belajar diperlukan motivasi yang mendukung belajar siswa. Belajar yang dilandasi oleh motivasi yang kuat akan memberikan hasil belajar yang lebih baik.Sebagaimana diketahui belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, ketrampilan dan sikap. Belajar pula mampu membawa perubahan dalam perilaku9 Dari segi pembelajaran, proses motivasi dianggap penting ditinjau dari fungsi, nilai atau manfaatnya. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi belajar dapat mendorong tingkah laku, mempengaruhi dan mengubah tingkah laku siswa. Adapun fungsi-fungsi motivasi dalam pembelajaran ialah:  Sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Dimana peserta didik sangat membutuhkan dorongan ini untuk meningkatkan presentase harapan menuju kesuksesan.  Menentukan arah perbuatan, yaitu penentuan tujuan hidup kita dalam berbagai bidang.  Memilih suatu tindakan, yaitu menentukan tindakan apa saja harus dilakukan dengan hati-hati untuk mencapai tujuan serta menghindari tindakan yang tidak bermanfaat10 Jelas dari beberapa sudut pandang di atas bahwa motivasi memegang peranan yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran, karena motivasi pada dasarnya bukan hanya sebagai penggerak proses dan arah tujuan, tetapi juga memberikan semangat yang kuat untuk sukses. 9



Maryam Muhammad, 2016, PENGARUH MOTIVASI DALAM PEMBELAJARAN, Lantanida Journal, Vol. 4 No. 2, hal 92 10 STAIN Kudus, “Motivasi Belajar Dalam Pembelajaran PAI”, http://eprint.stainkudus.ac.id, halaman 20



5



Di bidang pendidikan khususnya bagi para guru yang selalu berhubungan dengan siswanya. Oleh karena itu anak membutuhkan motivasi, karena dengan pembentukan kepribadian anak, maka motivasi juga dianggap sangat penting dalam pembelajaran A. Faktor-faktor yang memengaruhi motivasi belajar Berdasarkan pemaparan sebelumnya tentang fungsi motivasi dalam pembelajaran, kita dapat mengetahui bahwa berhasil atau tidaknya suatu proses belajar peserta didik tergantung dari dukungan sekitar. Seperti yang kita ketahui di beberapa peristiwa, kebanyakan dari anak bangsa mengalami kekurangan dalam hal pendidikan, khususnya tentang Pendidikan Agama Islam disebabkan oleh beberapa hal seperti perekonomian dan lingkungan sekitar. Maka dari itu, kita sebagai calon pendidik sebaiknya dapat memahami apa yang dibutuhkan oleh peserta didik serta. mengusahakan semaksimal mungkin untuk mencari solusi untuk memecahkan masalah seperti ini. Mengenai hal ini, ada 2 faktor yang menjadikan seseorang termotivasi untuk belajar, yaitu: 



Motivasi belajar yang datang dari faktor internal. Motivasi ini terbentuk karena kesadaran diri atas pemahaman betapa pentingnya belajar untuk mengembangkan dirinya dan bekal untuk menjalani kehidupan







Motivasi belajar yang berasal dari faktor eksternal, yaitu dapat berupa rangsangan dari orang lain, atau lingkungan sekitarnya yang dapat memengaruhi psikologis orang yang bersangkutan.11 Oleh karena itu, guru di sekolah diharapkan dapat ikutserta



dalam pengembangan potensi diri siswa sebagai pendidik siswa, terutama dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Salah satunya dengan pemanfaatan bimbingan belajar untuk membentuk motivasi belajar siswa dengan memberikan layanan bimbingan dan konsultasi di sekolah. Jika 11



Irmalia Susi Anggraini, “MOTIVASI BELAJAR DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH: SEBUAH KAJIAN PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN MAHASISWA”, file:///C:/Users/sg/AppData/Local/Temp/39-75-1-SM-1.pdf, diakses tanggal 14 April 2021, halaman 102



6



siswa memiliki semangat belajar yang tinggi, hendaknya dapat memotivasi siswa dengan memberikan bimbingan dan memunculkan keinginan yang dapat dicapai siswa. Selain itu, kita juga patut mengadakan penyuluhan kepada orangtua/wali siswa dalam hal perkembangan anak agar motivasi belajar dapat berkembang secara baik, seimbang serta saling bekerjasama. Karena walau bagaimanapun, keluarga terutama orangtua sangat berperan penting dalam pendidikan anak. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran: ‫ك لَظُ ْل ٌم َع ِظي ٌم‬ َ ْ‫ي اَل تُ ْش ِر ْك بِاهَّلل ِ ۖ إِ َّن ال ِّشر‬ َّ َ‫َوإِ ْذ قَا َل لُ ْق َمانُ اِل ْبنِ ِه َوهُ َو يَ ِعظُهُ يَا بُن‬ Artinya:



“Dan



(ingatlah)



ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika ia memberi pelajaran kepadanya, ‘Wahai anakku! Janganlah engkau memperskutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang



besar.”



(Q.S.Luqman:13)



Sabda Rasulullah: - “Tidak ada pemberian orangtua kepada anaknya yang lebih baik daripada budi (pendidikan) yang baik” (HR. Turmudzi). - “Muliakanlah anak-anak kalian dan didiklah akhlak mereka, karena sesungguhnya anak-anak kalian itu merupakan hadiah bagi kalian”(HR. Ibnu Majah). Adapun faktor-faktor yang mampu menurunkan motivasi belajar siswa ialah: 



Adanya kesulitan dalam memahami pembelajaran yang telah dijelaaskan oleh guru







Sikap seorang guru yang terlalu lurus dalam mengajar sehingga tidak ada variasi dalam metode pembelajaran







Keadaan ekonomi yang tidak memungkinkan untuk meneruskan perjalanan jenjang pendidikan.



B. Strategi



guru



dalam



meningkatkan



pembelajaran PAI



7



motivasi



belajar



dalam



Strategi pembelajaran ialah cara-cara yang akan dipilih dan digunakan



oleh



seorang



pengajar



untuk



menyampaikan



materi



pembelajaran yang akan memudahkan peserta didik untuk menerima dan memahami materi pembelajaran, yang kemudian tujuan pembelajaran dapat tercapai dalam akhir kegiatan belajar. Strategi pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang digunakan oleh guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu.12 Dalam suatu pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, kita perlu menciptakan target hasil belajar siswa serta strategi yang tepat agar mampu memenuhi kebutuhan para penerus bangsa. Karena seperti yang sudah kita ketahui bahwa motivasi sangat penting dalam kegiatan belajar siswa dan mempengaruhi kesungguhan kegiatan belajar, akan tetapi motivasi dipengaruhi oleh tujuan yang ingin dicapai oleh pembelajaran. Semakin tinggi tujuan pembelajaran maka semakin besar motivasi belajarnya, semakin besar pula motivasi belajarnya, dan semakin kuat pula aktivitas belajarnya. Guru Agama berposisi sangatpenting karena menjadi sumber tenaga yang membimbing anak didiknya menuju peningkatan dalam segi keagamaannya, dengan demikian pengetahuan yang mereka peroleh dikehidupan yang akan datang tidak disalah gunakan. Seorang guru memiliki tugas dan tanggung jawab yang cukup berat apalagi sebagai guru pendidikan agamanya untuk mencerdaskan anak didiknya, maka sebagai guru harus melengkapi dirinya dengan berbagai ketrampilan yang diharapkan dapat membantu dalam menjalankan tugasnya dalam interaksi edukatif.13



12



Ahmad AlBastomi, “STRATEGI GURU PAI DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMP ISLAM AL AZHAAR TULUNGAGUNG”, S1 Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, IAIN Tulungagung, 2016, hlm 21 13



Alif Achadah, 2019, “STRATEGI GURU DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS VIII DI SMP NAHDHOTUL ULAMA’ SUNAN GIRI KEPANJEN MALANG”, Jurnal Darussalam; Jurnal Pendidikan, Komunikasi dan Pemikiran Hukum Islam Vol. X, No 2, halaman 371



8



Dengan adanya strategi, siswa menjadi termotivasi, dengan memberikan strategi motivasi berupa: a. Metode media dengan menggunakan video visual b. Dengan memberikan pujian c. Memberikan nilai dalam segala tugas d. Pemberitahuan tentang pentingnya Pendidikan Agama Islam e. Memberikan dorongan dalam segala kegiatan. 14 Tanggung jawab guru tidak hanya terletak pada keberhasilan dalam hal kemampuan kognitif siswa, tetapi juga pada keagamaan, akhlak, norma, serta moral Islami. Dilihat dari survei lapangan, pelayanan para guru khususnya guru Pendidikan Agama Islam, mereka memiliki tanggung jawab moral yang begitu berat dan besar. Karena karakter baik dan buruk berada di tangan seorang guru. C. Implikasi Motivasi Dalam Pembelajaran PAI Ada 8 prinsip-prinsip yang harus diperhatokan oleh guru yaitu : perhatian, dalam pembelajaran guru sebaiknya tidak melupakan mengenai perhatian. Sebelum memulai pelajaran guru sabiknya menari perhatian peserta didik agar konsentrasi dan beremangat pada materi yang diberikan. Motivasi, Apabila perhatian siswa sudah terkonsentrasi kemudian guru memotivasi siswa. Meskipun speserta didik sudah termotivasi pada kegiatan awal saat pemberian perhatian, tetapi guru wajib membangkitkan motiasi selama proses pembelajaran agar peserta didik dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Keaktifan siswa, Pembelajaran bermanfaat jika peserta didik aktif saat pembelajaran berlangsung. Peserta didik tidak hanya menerima informasi yang disampaikan guru, tetapi siswa ikut aktif dalam pembelajaran. untuk itu harus menghadirkan susasana kelas yang kondusif. Keterlibatan langsung, melibatkan peserta didik saat pembelajaran merupakan hal penting yang juga harus diperhatikan, karena siswa yang terlibat dalam kegiatan belajar ini. Untuk itu agar siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran guru 14



Ibid, halaman 372



9



sebaiknya menyiapkan kegiatan yang sesuai denga tujuan pembelajaran. Pengulangan belajar, materi yang diberikan tidak dapat langsung dikuasai oleh seluruh siswa dalam waktu singkat untuk itu guru sebaiknya memberikan kegiatan atau suatu cara agar peserta didik melakukan pengulangan belajar agar materi pelajaran dapat diingat dan dipahami. Dapat disimpulkan dari penjelasan diatas bahwa motivasi sangat diperlukan dalam pembelajaran, khususnya pembelajaran PAI. Penerapan dari teori McClelland mengenai motivasi dalam pembelajaran PAI sebagai berikut: 1. Motivasi Berprestasi System penilaian dalam Lembaga Pendidikan sudah disusun sebagai tolak ukur keberhasilan peserta didik. Untuk itu akan menjadi semangat peserta didik untuk berprestasi dalam proses nelajar termasuk embelajaran PAI. Motivasi ini dapat menjadi tantangan dan hambatan yang harus dilalui



oleh peserta didik dalam mencapai



tujuannya. Hal ini sebagaimana Nabi Muhammad Saw bersabda : “Capailah dengan sungguh-sungguh apa yang berguna bagimu, mohonlah pertolongan kepada Allah dan janganlah kamu menjadi orang yang lemah”. Hadits diatas menunjukkan bahwa seseorang diperintahkan agar semangat dalam melaukukan hal yang bermanfaat. Pendidikan merupakan kegiatan untuk memberi bekal berupa ilmu kepada peserta didik, dengan ilmu ia akan mengetahui apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak seharusnya dilakukan yang menunjukkan kepada hal yang bermanfaat ataupun hal yang sia-sia. Kemudia pembelajaran PAI seharusnya memasukkan nilai intrinsic yang dapat berpengaruh kepada peserta didik agar senantiasa mengerjakan kebaikan dan tidak mudah menyerah. 2. Motivasi Kekuasaan Mengenai motivasi kekuasaan dari Teori McClelland maksudnya ialah keinginan untuk berkuasa, atau mempengaruhi individu lain, menjadi orang yang memiliki kedudukan. Tapi dalam pendidikan ini



10



harus diarahkan dengan baik apalagi dalam pembelajaran PAI, motivasi kekuasaan dalam pembelajaran PAI ini bertujuan untuk mewujudkan rasa tanggung jawab dan amanh. selain itu pembelajaran PAI ditujukan agar peserta didik minimal bisa menjadi pemimpin khususnya bagi dirinya sendiri. Dalam Q.S. al-Baqarah [2] : 30 Allah Swt berfirman : “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.’” Ayat tersebut menjelaskan bahwa manusia diberi tanggung jawab untuk menjadi khalifah dimuka bumi. Maka dari itu, semua manusia ialah pemimpin, paling tidak mereka menjadi pemimpin untuk diri sendiri. Untuk itu dalam pembelajaran PAI, menguasai diri sendiri merupakan ajaran Islam dimana bertujuan untuk menunjukkan berperilaku sesuai fitrahnya supaya mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat. 3. Motivasi Afiliasi Lembaga pendidikan memiliki peran penting untuk menciptakan dan meningkatkan jiwa hidup sosial peserta didik. Banyak aneka ragam kegiatan yang data dibuat oleh guru agar siswa dapat bekerjasama satu sama lain antara peserta didik. Contohnya saat guru memberikan tugas berkelompok, kemudian peserta didik bekerjasama saling tolong menolong agar tugas yang diberikan selesai. interaksi diantara peserta didik inilah yang mendorong mereka untuk berafiliasi. berfirman dalam Q.S Al-Hujurat ayat 13 : “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.” Ayat diatas menjelaskan bahwa manusia diciptakan untuk saling mengenal satu sama lain dan saling berinteraksi saling tolong menolong dalam kebaikan. Pembelajaran pendidikan Agama Islam disusun agar menyiapkan peserta didik menjadi pribadi yang berjiwa



11



sosial, peka terhadap lingkungan, dan membantu orang-orang yang membutuhkan pertolongan.



12



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan motivasi berasal dari kata motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif ini tidak dapat diamati secara langsung melainkan tercermin dari tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya satu tingkah laku tertentu. Motivasi tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik.Dalam pembelajaran PAI, peserta didik diajarkan ilmu pengetahuan agama yang bertujuan agar ia memiliki semangat meraih cita-cita, rasa tanggung jawab dalam mengerjakan tugas dan menumbuhkan jiwa sosial kepada lingkungan sekitarnya. Semua motivasi tersebut tidak hanya dapat dirasakan peserta didik, melainkan guru dan pihak yang terkait dalam pendidikan juga dapat merasakan manfaatnya. Oleh karena itu, motivasi dapat menjadi pendorong seseorang untuk mencapai kesuksesan yang diinginkannya. B. Saran Kami sebagai penyusun memahami banyak kesalahan dan kekurangan dari penulisan makalah kami. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk memperbaiki semua kesalahan dan kekurangan yang ada dalam makalah kami. Kami juga menyadari akan terbatasnya literasi yang kami gunakan untuk penulisan makalah ini. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk lebih mendalami mengenai teori ilmu pendidikan Islam.



13



DAFTAR PUSTAKA Achadah, A. (2018). STRATEGI GURU DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS VIII DI SMP NAHDHOTUL ULAMA’ SUNAN GIRI KEPANJEN MALANG. Jurnal Darussalam; Jurnal Pendidikan, Komunikasi dan Pemikiran Hukum Islam. AlBastomi, A. (2016). STRATEGI GURU PAI DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMP ISLAM AL AZHAAR TULUNGAGUNG. S1 Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, IAIN Tulungagung, hal 21. Anggraini, I. S. (n.d.). “MOTIVASI BELAJAR DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH: SEBUAH KAJIAN PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN MAHASISWA. hal 102. file:///C:/Users/sg/AppData/Local/Temp/39-75-1-SM-1.pdf , diakses tanggal 14 April 2021 Kudus, S. (n.d.). Motivasi Belajar Dalam Pembelajaran PAI. http://eprint.stainkudus.ac.id, halaman 20. Muhammad, M. (2016). PENGARUH MOTIVASI DALAM PEMBELAJARAN. Lantanida Journal, Vol. 4 No. 2, hal 92. Ridho, M. (2020). TEORI MOTIVASI McCLELLAND DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN PAI. Jurnal Studi Keislaman dan Ilmu Pendidikan.



14



MAKALAH SISTEM PEMBELAJARAN PAI DI SMP Strategi Pembelajaran Pembiasaan Pengamalan Agama Islam: Wudhu, Sholat, Tadarus, Dzikir, dan Do’a Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Pembelajaran PAI di SMP



Dosen Pengampu: Andri Ardiansyah, M.Pd



Disusun Oleh: 15



Kelompok 9 Hanif 191105010499 Hilda Nurfaidah



191105010464



Mutia Afifah



191105010487



PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR 2021



16



KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim. Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya yang berupa keimanan, kesehatan, serta ilmu pengetahuan yang tidak terkira oleh otak manusia, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Shalawat beserta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan kita agama Islam dengan Al-Quran dan sunnahnya sebagai pedoman seluruh umat manusia. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari bapak dosen kami pada mata kuliah Sistem Pembelajaran PAI di SMP yang berjudul “Strategi Pembelajaran Pembiasaan Pengamalan Agama Islam: Wudhu, Sholat, Tadarus, Dzikir, dan Do’a”. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi pembaca dan penulis tentang topik ini. Namun, kami pun menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata kesempurnaan baik dari segi penyusunan, bahasa, penulisannya, maupun penyampaiannya. Maka dari itu, kami membutuhkan dukungan, kritik, dan saran untuk perubahan bagi kami menjadi penulis yang lebih baik lagi. Kemudian kami juga meminta maaf atas kekurangan pada makalah ini, karena kesalahan dan kekurangan ada pada diri kami sebagai manusia sedangkan seluruh kelebihan ada pada Allah SWT Maha Sempurna. Kami pun tak lupa mengucapkan terima kasih kepada bapak Andri Ardiansyah, M.Pd selaku dosen Sistem Pembelajaran PAI di SMP yang telah memberikan kami tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Tak lupa juga kami berterima kasih kepada semua pihak yang senantiasa memberikan pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.



Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh



Bogor, 27 Mei 2021



(Kelompok 9)



DAFTAR ISI COVER..............................................................................................................................i



ii



LATAR BELAKANG.....................................................................................................ii DAFTAR ISI...................................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1 A. Latar Belakang..........................................................................................................1 B. Rumusan Masalah.....................................................................................................1 C. Manfaat Penulisan.....................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3 A. Strategi Pembelajaran Pembiasaan Pengamalan Agama Islam.................................3 1. Wudhu............................................................................................................3 2. Shalat..............................................................................................................5 3. Tadarus...........................................................................................................6 4. Doa dan Dzikir................................................................................................7 BAB III PENUTUP..........................................................................................................9 A.



Kesimpulan............................................................................................................9



B.



Saran......................................................................................................................9



DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................10



iii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Islam dapat diartikan sebagai bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam, hal ini mengandung pengertian usaha mempengaruhi jiwa anak didik melalui proses setingkat demi setingkat menuju tujuan yang ditetapkan, yaitu “menanamkan takwa dan akhlak serta menegakkan kebenaran sehingga terbentuklah manusia yang berpribadi dan berbudi luhur sesuai ajaran Islam. Materi pendidikan agama Islam yang berhubungan syariat dan praktek dari syariat itu sendiri secara otomatis menandakan adanya materi-materi yang berkaitan dengan perbuatan manusia. Oleh sebab itu, dalam penayampaian materi bahan ajar tidak hanya mengandalkan metode pembelajaran klasik yang cenderung satu arah seabgai sumber pengetahuan tanpa adanya peran aktif peserta didik, khususnya yang berhubungan dengan aplikasi dan perbuatan dari materi yang disampaikan, tanpa adanya peran aktif peserta didik maka dapat menyebabkan kekurangan maksimalan pencapaian tujuan pembelajaran. Pembiasaan adalah sesuatu yang di biasakan, yaitu dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk senantiasa mengamalkan ajaran agamanya. Dengan pendekatan ini, siswa dibiasakan mengamalkan ajaran agama, baik secara individual maupun secara kelompok kelompok dalam kehidupan sehari-hari. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana strategi pembelajaran pengamalan pembiasaan Wudhu? 2. Bagaimana strategi pembelajaran pengamalan pembiasaan Shalat? 3. Bagaimana strategi pembelajaran pengamalan pembiasaan Tadarus? 4. Bagaimana strategi pembelajaran pengamalan pembiasaan Dzikir? 5. Bagaimana strategi pembelajaran pengamalan pembiasaan Do’a?



iv



C. Manfaat Penulisan 1. Untuk mengetahui bagaimana strategi pembelajaran pengamalan pembiasaan Wudhu 2. Untuk mengetahui bagaimana strategi pembelajaran pengamalan pembiasaan Shalat 3. Untuk mengetahui bagaimana strategi pembelajaran pengamalan pembiasaan Tadarus 4. Untuk mengetahui bagaimana strategi pembelajaran pengamalan pembiasaan Dzikir 5. Untuk mengetahui bagaimana strategi pembelajaran pengamalan pembiasaan Do’a 6. Untuk memenuhi nilai tugas makalah mata kuliah Sistem Pembelajaran PAI di SMP



1



BAB II PEMBAHASAN A. Strategi Pembelajaran Pembiasaan Pengamalan Agama Islam Pembiasaan dalam pendidikan anak sangatlah penting, khususnya dalam proses pembentukan pribadi dan akhlak. Pembiasaan agama dapat memasukkan unsur-unsur positif pada pertumbuhan anak. Semakin banyak pengalaman agama yang di dapat anak melalui pembiasaan, maka semakin banyak unsur agama dalam pribadinya dan semakin mudahlah seseorang dalam memahami ajaran agama. 1. Wudhu Wudhu adalah proses kebersihan yang dilakukan oleh seseorang untuk membasuh bagian-bagian tubuh sebanyak 5 kali dalam sehari. Wudhu sendiri mengandung dua aspek kebersihan; yakni kebersihan lahir berupa pencucian bagian tubuh manusia, dan kebersihan batin yang ditimbulkan oleh pengaruh wudhu kepada manusia berupa pembersihan dari kesalahan dan dosa yang dilakukan oleh anggotaanggota tubuh.15 Di samping itu bila kita melihat wudhu dari segi kesehatan medis, ada banyak manfaat bagi orang yang yang mengerjakan wudhunya dengan baik. Sebagian besar proses pembersihan dalam wudhu mengenai kulit manusia. Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam pengamalan pembiasaan wudhu, contohnya bisa dengan metode: a. Langkah-langkah penerapan metode demonstrasi dalam pengamalan pembiasaan wudhu. Hal-hal yang perlu dilakukan adalah: 1) Memulai demonstrasi dengan menarik perhatian peserta didik. 2) Mengingat



pokok-pokok



materi



yang



dapat



di



demonstrasikan agar demonstrasi mencapai sasaran. 3) Memperhatikan keadaan peserta didik, apakah mereka mengikuti demonstasi dengan baik. 4) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk aktif memikirkan lebih lanjut tentang apa yang dilihat dan didengarnya dalam bentuk mengajukan pertanyaan.



15



Muhammad Afif, & Uswatun Khasanah. Urgensi Wudhu dan Relevansinya Bagi Kesehatan



(Kajian Ma’anil Hadits) dalam Perspektif Imam Musbikin. Jurnal Studi Hadis, 3.



2



5) Menghindari ketegangan, oleh karena itu guru hendaknya selalu menciptakan suasana yang harmonis.16



b. Langkah-langkah penerapan metode pembiasaan dalam pengamalan pembiasaan wudhu. Hal yang dilakukan adalah: 1) Mulailah pembiasaan itu sebelum terlambat, jadi pembiasaan dilakukan sebelum anak itu memiliki kebiasaan yang lain berlawanan



(kebiasaan



buruk)



sehingga



menghambat



pembiasaan (baik) yang dapat kita terapkan kepada anak didik. 2) Pembiasaan itu hendaklah terus-menerus (berulang-ulang) dijalankan secara teratur sehingga akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang otomatis 3) Pendidikan hendaklah konsekuen, bersikap tegas dan tetap teguh terhadap pendirian yang telah diambilnya. Jangan memberi kesempatan kepada anak untuk melanggar pembiasaan yang telah ditetapkan itu. 4) Pembiasaan yang mula-mulanya mekanistis itu harus makin menjadi pembiasaan yang disertai kata hati anak sendiri. 17 Metode pembiasaan ini juga merupakan sebuah bentuk latihan (drill) bagi anak terhadap apa yang telah dipelajari, seperti melatih bacaan shalat, membaca Al-Qur’an, membaca doa, melakukan adzan dan iqamah, dan lain sebagainya. Metode pembiasaan adalah suatu cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak berpikir, bersikap, bertindak sesuai dengan ajaran Islam. Metode ini dilakukan untuk melatih dan membiasakan anak dalam menjalankan praktik ibadah. Latihan dan pembiasaan ini dilakukan setiap hari Jum’at, yaitu sesudah proses pembelajaran berakhir kemudian dilanjutkan dengan praktik shalat, termasuk didalamnya adalah praktik wudhu. Pembiasaan ini dilakukan agar anak lebih paham terhadap terhadap materi wudhu dan shalat yang telah didemonstrasikan sebelumnya. Dengan latihan dan pembiasaan ini lambat laun anak akan terbiasa melakukan praktik 16



Muhammad Rijal Yusuf. Skripsi: “Penerapan Metode Demonstrasi dan Pembiasaan dalam



Praktek Wudhu dan Sholat di Sekolah Dasar Islam Terpadu Ma’arif Makassar”. (Makassar: UIN Alauddin Makassar, 2017). hlm.23 17



Ibid. hlm.24



3



wudhu dan shalat secara mandiri tanpa demonstrasikan oleh guru. 2. Shalat



selalu



harus di



Sebagaimana yang kita semua ketahui shalat adalah tiang agama dan juga hal pertama yang di hisab dalam amalan manusia. Sebagai guru pendidikan agama Islam di SMP, maka shalat harus menjadi hal yang sangat diperhatikan karena tidak sedikit siswa smp yang belum bisa melaksanakan sholat dan ad juga yang dapat melaksanakan sholat namun masih bermain main sehingga mereka tidak melaksanakan sholat dengan khusyuk. Sebagai guru SMP yang mana siswa sudah bisa memahami dan menangkap poin poin yang disampaikan kepada mereka sehingga guru dapat mengajarkan dengan metode hafalan dan praktek serta juga motivasi dan memberi pemahaman kepada siswa utuk siswa memahami dan dapat mengambil pelajaran dari sholat yang akan dilaksanakannya seerta menjadikan siswa yang tadinya bermalas malasan menjadi lebih gencar dalam beribadah dengan memberikan motivasi dan pembelajaran yang membangun. Adapun cara-cara yang diterapkan guru dalam mengajar shalat kepada siswa antara lain: 1) Hafalan bacaan, umumnya seseorang menjadi malas berhadapan dengan sesuatu yang tidak mampu Ia pahami. Sehingga apabila mereka sudah bisa dan paham dimana harus membaca bacaan yang dia hafal. Hal ini membantu siswa melawan rasa malasnya dan memberikan solusi dari permasalahan yangmenyebabkan ia malas bahkan enggan untuk shalat. 2) Praktek shalat, selain menghafal siswa jua sangat dianjurkan untuk melaksanakan praktek shalat yang mana siwa bisa digilir menjadi imam dalam shalat berjamaah dan mempraktekan sholat dengan bacaan keras di depan kelas ataupun bersama-sama. Adapun yang di lakukan oleh guru sebelum siswa melaksanakan shalat berjamaah di sekolah yaitu: 1)



Pengawasan guru yang dilakukan secara intensif Jadi pengawasan yang dilakukan guru secara intensif, antara lain: a. Mengontrol kebiasaan siswa untuk shalat berjamaah. b. Mengawasi siswa selama proses belajar mengajar berlangsung. c. Mengawasi atau mengontrol dalam pergaulan siswa dengan sesamanya.



4



2) Memberikan nasehat/bimbingan kepada siswa18



3. Tadarus Tadarus Al-Qur’an artinya membaca Al-Qur’an secara tartil dengan tajwid dan makhraj yang benar atau dengan bacaan yang fasih. Sebelum memasuki tahap tadarus bersama sebagai guru Pendidikan Agama Islam di tingkat SMP seharusnya kita mengecek dulu bacaan Al-Qur’an dari para siswa sehingga kita dapat mengetahui yang mana yang belum dapat membaca Al-Qur’an dan yang mana yang sudah dapat membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar dengan ini kita dapat mengelompokkan dan dapat mengajarkan mereka yang belum bisa membaca Al-Qur’an dengan lancar menggunakan metode yang telah umum digunakan seperti menggunakan Iqro ataupun metode lainnya yang dapat membantu siswa membaca Al-Qur’an dengan lebih mudah dan juga lebih efisien waktu. Sama halnya seperti shalat tadarus juga membutuhkan kebiasaan serta membutuhkan hafal lagu tentang huruf-huruf dalam Al-Qur’an yang berbahasa Arab sehingga siswa harus belajar lagi untuk membaca Al-Qur’an dan memahami tajwid serta mempelajari arti dan apa maksud dari ayat yang dibaca sehingga siswa tidak bosan dalam membaca al-Qur’an dan juga dapat memahami apa yang dimaksud dalam Al-Qur’an sehingga tujuan pembelajaran tadarus dapat tercapai dan juga menjadi alternative bagi guru untuk menyampaikan materi tambahan maupun memberikan kemampuan tambahan bagi siswa di luar dari kurikulum yang yang telah ditentukan oleh Kemendikbud. Di madrasah-madrasah biasanya sebelum memulai pembelajaran siswa diwajibkan membaca Al-Qur’an setiap harinya dan juga membaca artinya bersama-sama. Terkadang ada beberapa guru yang memberikan penjelasan tentang arti ayat yang berkaitan sehingga siswa dapat memahami dan lebih memiliki wawasan yang luas terkait AlQur’an sehingga mereka tidak hanya mampu membaca saja melainkan mereka juga dapat memahami maknanya. Tujuan diadakannya program ini adalah, agar peserta didik terbiasa dengan Al-Qur’an serta gemar membaca Al-Qur’an, karena belum tentu mereka dirumah membaca AlQur’an secara rutin. Selain itu, diharapkan pula mampu memperlancar bacaan Al-Qur’an dari peserta didik. Hal ini merupakan upaya guru dalam menanamkan nilai-nilai moral ke dalam jiwa peserta didik. Nilai-nilai yang tertanam dalam dirinya ini kemudian dapat termanifestasikan dalam kehidupannya semenjak siswa tersebut mulai melangkah keusia remaja dan dewasa. 18



Sri Nurmayanti. Skripsi: “Strategi Guru PAI Dalam Menanamkan Kebiasaan Shalat Berjamaah Siswa di SMP Muhammadiyah 12 Makasar” (Makassar: UIN Alaudin Makasar: 2012) hlm.51



5



Untuk menerapkan pembiasaan tersebut agar tertib, pihak sekolah dapat membuat buku kendali yang berisi catatan-catatan pelanggaran peserta didik. Dengan diadakannya kegiatan pembiasaan-pembiasaan tersebut diharapkan mampu untuk meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an siswa, karena kegiatan tersebut dilakukan secara rutin disekolah sehingga peserta didik yang tadinya malas untuk belajar membaca Al-Qur’an lama kelamaan dapat terbiasa untuk belajar dan membaca Al-Qur’an karenaseolah dipaksa untuk belajar dan membaca Al-Qur’an, begitupun diterapkan dalam kehidupan sehari-hari diluar jam sekolah.19 4. Doa dan Dzikir Banyak sekali doa-doa dan bacaan dzikir setelah sholat maupun dzikir pagi dan petang dan juga banyak sekali amalan-amalan Sunnah yang berupa dzikir. Oleh karena itu dzikir dan do’a adalah hal yang menjadi kebiasaan di kalangan umat Islam serta menjadi amalan yang paling mudah namun memiliki ganjaran yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan apabila murid-murid SMP belum mengerti dan belum mengetahui apa do’a-do’a yang harus dibaca ketika selesai salat maupun zikir-zikir nya baik setelah salat maupun dalam kehidupan sehari-hari di luar shalat. Terdapat banyak sekali dalil yang menjelaskan tentang keutamaan dzikir dan ini dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk siswa terbiasa berpikir ketika senggang dan juga menjadi suatu kebiasaan yang baik di kalangan masyarakat di masa depan apabila dzikir dan do’a setelah menjadi suatu kebiasaan. Oleh karena itu sebagai guru di tingkat SMP yang mana siswanya telah dapat memahami dan juga dapat mengerti apa yang disampaikan oleh guru-gurunya serta juga bisa mengaplikasikannya minimal dalam dirinya sendiri dan syukur sokor bila ia dapat menyampaikan kepada teman-temannya karena hal ini juga dapat menjaga dirinya serta pertemanannya agar jauh dari lingkungan yang buruk karena ia senantiasa berzikir Dengan nama Allah dan juga ia selalu memprioritaskan dirinya dengan agama. Sebagaimana kita semua ketahui pendidikan agama Islam di SMP sudah diatur oleh kementerian pendidikan dan juga dari kerjasama kementerian agama yang mengatur sedemikian rupa sehingga tercipta kurikulum pendidikan agama Islam dari setiap jenjang SD SMP hingga SMA. Pengaruh buruk dari pergaulan anak tingkat SMP cukup tinggi oleh karena itu benteng fundamental bagi mereka adalah dengan mengingat dan kembali mempelajari agama sebagaimana orang-orang terdahulu mempelajari agama sehingga menjaga dirinya dan juga 19



Hanik Suci Nur Afidah. Skripsi: “Pembiasaan Membaca Al-Qur’an Pada Siswa di SMPN 3 Pengadegan Kecamatan Pengadegan Kabupaten Purbalingga.” (Purwokerto: UIN Purwokerto, 2017). hlm. 6-7.



6



menjaga lingkungannya dari terjerumusnya kepada hal-hal yang menghancurkan dirinya. Dalam pembelajaran doa dan dzikir yang diperlukan adalah menghafal dan juga membiasakan karena dalam agama tidak boleh berkreatif maupun bertindak dengan diluar dalil oleh karena itu harus menghafal dan juga harus dibiasakan sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam agar kita mendapatkan keselamatan serta menjadi amal jariyah bagi kita sebagai guru oleh karena itu kita sebagai guru harus mengajar dengan serius dan memberikan metode-metode terbaik seperti contohnya metode scanning dalam menghafal agar memudahkan siswa dalam hafal sehingga siswa merasa senang dalam belajar dan tidak terbebani dan an-najah dikan pembelajaran secara komunikatif dan kooperatif. Setelah mereka hafal yang dapat mereka baca ketika dzikir dan do’a mereka dibiasakan dengan mempraktekkannya seperti membaca bersama ketika di masjid setelah selesai salat lalu sebelum masuk kelas dengan bacaan zikir pagi dan pulang sekolah seandainya sekolah hingga petang bacaan dzikir petang. Dan ini menjadi suatu kebiasaan bagi para siswa yang dapat menjadi kebiasaan yang sangat dirindukan ketika siswa tersebut lulus artinya tujuan dari pembelajaran dapat tercapai.20



20



Aziz, Rahmat dan Yuliati Hotifah, 2005. Hubungan Dzikir Dengan Kontrol Diri Santri Manula Di Pesantren Roudlotul ’Ulum Kediri, Jurnal Psikologi Islami, Vol 1, Nomor 2, Desember 2005. Hlm 156.



7



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dalam melakukan pembelajaran pembiasaan pengamalan agama Islam dalam hal ibadah, tentunya guru harus mengawasi dan membimbing siswa-siswanya agar sesuai dengan ajaran agama Islam. Sebenarnya dalam rangka pembiasaan serta pengamalan ibadah, seorang siswa harus terbiasa untuk melakukan ibadah agama Islam. Dengan terbiasa melakukan ibadahibadah tersebut maka seorang siswa dapat selalu membiasakan dan mengamalkannya. Siswa yang terbiasa melakukan ibadah dapat menjadi pahala jariyah bagi guru dan orangtuanya yang mengajarkannya. Terutama apabila siswa terbiasa berdo’a maka ia akan selalu mendo’akan orangorang sekitarnya sehingga do’anya terus mengalir kepada kita yang mengajarkannya. Anak menjadi sholeh dan sholehah yang selalu taat kepada Allah dan orangtuanya adalah cita-cita keluarga Muslim. B. Saran Demikian yang dapat kami paparkan mengenai Strategi pembelajaran pembiasaan pengamalan agama Islam : Wudhu, Sholat, Tadarus, Dzikir, dan Do’a yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Kami banyak berharap para pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca.



DAFTAR PUSTAKA Afidah, H.S.N. Skripsi: “Pembiasaan Membaca Al-Qur’an Pada Siswa di SMPN 3 Pengadegan Kecamatan Pengadegan Kabupaten Purbalingga.” (Purwokerto: UIN Purwokerto, 2017). Hlm 6-7.



8



Afif, M., & Khasanah, U. Urgensi Wudhu dan Relevansinya Bagi Kesehatan (Kajian Ma’anil Hadits) dalam Perspektif Imam Musbikin. Jurnal Studi Hadis, 3. Aziz, Rahmat., & Hotifah, Yuliati. (2005). Hubungan Dzikir Dengan Kontrol Diri Santri Manula Di Pesantren Roudlotul ’Ulum Kediri, Jurnal Psikologi Islami, Vol 1, Nomor 2, Desember 2005. Hlm. 156 Nurmayanti, Sri. Skripsi: Strategi Guru PAI Dalam Menanamkan Kebiasaan Shalat Berjamaah Siswa di SMP Muhammadiyah 12 Makasar. (Makassar: UIN Alauddin Makasar: 2012) hlm.51 Yusuf, M.R. 2017. Penerapan Metode Demonstrasi dan Pembiasaan dalam Praktek Wudhu dan Sholat di Sekolah Dasar Islam Terpadu Ma’arif Makassar. Skripsi. (Makassar: UIN Alauddin Makassar).



MAKALAH SISTEM PEMBELAJARAN PAI DI SMP PRAKTEK PENGAMALAN WUDHU DAN SHOLAT MELALUI SISTEM PEMBELAJARAN PENELADANAN (Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Pembelajaran PAI di SMP)



9



Dosen Pengampu: Andri Ardiansyah, M. Pd Disusun Oleh : Kelompok 11 Andrian Nur Cahya



191105011710



Ghina Habibah



191105010463



Rizki Mubarok



171104090902



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR 2021



10



KATA PENGANTAR Bismillahirramanirrahim Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh Puji Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas ridho dan karunia nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah ini dengan penuh semangat serta usaha maksimal. Semoga dengan terselesaikannya tugas ini dapat memberi banyak pelajaran baru bagi kita semua. Shalawat beserta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan kita agama Islam dengan AlQuran dan sunnahnya sebagai pedoman seluruh umat manusia. Penulis



juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Andri



Ardiansyah, M. Pd selaku Dosen mata kuliah Sistem Pembelajaran PAI di SMP yang telah memberikan tugas makalah ini kepada kami sehingga



dapat memotivasi kami untuk senantiasa belajar lebih giat dan semangat untuk banyak mempelajari ilmu lebih dalam lagi, sehingga kami dapat menemukan hal-hal baru yang belum kami ketahui. Kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran sangat membantu kami agar kami bisa membuat makalah yang lebih sempurna untuk selanjutnya. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh



Bogor, 9 Juni 2021



(Kelompok 11)



i



ii



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.........................................................................................1 DAFTAR ISI........................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1 A. Latar Belakang...........................................................................................1 B. Rumusan Masalah......................................................................................2 C. Tujuan Penulisan.......................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3 A. Praktek Pengamalan Wudhu Dan Sholat Melalui Sistem Pembelajaran Peneladanan...............................................................................................3 B. Pengertian Wudhu.....................................................................................4 C. Pengertian Sholat.......................................................................................5 1. Praktek Pengamalan Wudhu................................................................5 2. Praktek Pengamalan Sholat.................................................................6 3. Metode Yang Di Gunakan Untuk Praktek Pengamalan Wudhu Dan Shalat............................................................................................7-8 BAB III PENUTUP.............................................................................................10 1. Kesimpulan................................................................................................10 2. Saran..........................................................................................................10 DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................11



iii



BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan yaitu “Tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya”. 21 Dengan demikian pendidikan merupakan sistem untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dalam segala aspek kehidupan, pendidikan dibutuhkan untuk menyiapkan anak manusia demi menunjang perannya di masa yang akan datang.22 Bagi seorang muslim, wajib dan sangat perlu untuk mendapatkan Pendidikan Agama Islam agar dapat menjalankan kewajibannya, karena Islam merupakan syariat bagi manusia, dengan bekal syariat itu manusia beribadah, dan syariat itu membutuhkan pengalaman, pengembangan, dan pembinaan.23 Selain itu juga Pendidikan Agama Islam hendaknya ditanamkan sejak kecil, sebab pendidikan pada masa kanak-kanak merupakan dasar yang menentukan untuk pendidikan selanjutnya.24 Pendidikan Agama Islam adalah ikhtiar manusia dengan jalan bimbingan, untuk membantu anak untuk mendapatkan dan mengarahkan fitrah agama mereka, agar terbentuknya kepribadian utama sesuai dengan ajaran agama. Orang tua dan guru secara sadar memimpin dan mendidik anak diarahkan kepada perkembangan jasmani dan rohani, sehingga membentuk kepribadian yang utama yang sesuai dengan ajaran Islam.25



21



Amin Kuneifi Elfachmi, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Erlangga, 2016), hlm. 14



22



Moh Haitami Salim dan Syamsul Kurniawan, Studi Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Ar-



Ruzz Media, 2016), Hlm. 211 23



Abdurrahman Annahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, (Jakarta:



Gema Islami, 2004), Hlm. 25 24



Abdul Majid Dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2006),



Hlm. 139 25



Ibid., Hlm 138



1



B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana Cara Siswa Mempraktekan dan Pengamalan Wudhu? 2. Bagaimana Cara Siswa Mempraktekan dan Pengamalan Sholat? 3. Metode Apa Saja Yang Diberikan Kepada Siswa Sebagai Pengamalan Nya? 4. Apa Saja Media Yang Di Gunakan Dalam Proses Pembelajaran Praktik Wudhu Dan Sholat? C. Tujuan Penulisan 1. Untuk Mengetahui Bagaimana Cara Praktek dan Pengamalan Wudhu Dengan Benar 2. Untuk Mengetahui Bagaimana Cara Praktek dan Pengamalan Sholat Dengan Benar 3. Untuk Mengetahui Metode Apa Saja Yang Paling Mudah Di Gunakan Untuk Dapat Di Amalkan Dengan Mudah 4. Untuk Mengetahui Media Apa Saja Yang Sebaiknya Di Gunakan Ketika Wudhu Dan Sholat



2



BAB II PEMBAHASAN A. Praktek Pengamalan Wudhu Dan Sholat Melalui Sistem Pembelajaran Peneladanan Pengamalan berasal dari kata amal yang berarti perbuatan atau pekerjaan, Pengamalan adalah proses perbuatan atau pelaksanaan suatu kegiatan, tugas atau kewajiban. Pengamalan juga berasal dari kata amal, yang memiliki arti perbuatan baik yang mendatangkan pahala, sedangkan pengamalan itu sendiri mempunyai arti proses (perbuatan) pengamalan, melaksanakan, pelaksanaan, penerapan atau proses menunaikan kewajiban atau tugas.26 Maka pengertian pengamalan ibadah adalah perbuatan yang dilakukan seorang hamba sebagai usaha untuk menghubungkan dan mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan taat melaksanakan segala perintah dan anjurannya serta menjauhi segala larangannya. Jika kita kita renungkan hakikat ibadah, kita pun yakin bahwa perintah beribadah itu pada hakikatnya berupa peringatan, memperingatkan kita menunaikan kewajiban terhadap Allah yang telah melimpahkan karunia-Nya. Firman Allah SWT Yang artinya : "Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa". (Q.S Al-Baqarah [2] : 21). Ibadah memiliki tujuan pokok dan tujuan tambahan utama. Tujuan pokoknya adalah mendekatkan diri kepada Allah yang Maha Esa dan berkonsentrasi dengan niat kepada-Nya dalam setiap keadaan apapun. Dengan adanya tujuan itu seseorang akan mencapai derajat yang tinggi di akhirat. Sedangkan tujuan tambahan utama nya yaitu agar terciptanya kemaslahatan diri manusia dan terwujudnya usaha yang baik. Shalat umpamanya, pada dasarnya bertujuan untuk menundukkan diri kepada Allah SWT dengan ikhlas, mengingatkan diri dengan berdzikir. Sedangkan tujuan tambahannya antara lain adalah untuk menghindarkan diri dari perbuatan keji dan munkar.27 26



Khoirus Sobirin, “Pemahaman Kitab Fatkhul Mu’in, Pengamalan Thaharah Dan Shalat



Fardhu: (Sebuah Penelitian Korelasi Dalam Pendidikan Agama Islam),” Qolamuna 1 (2016) 27



Bayu Prafitri And Subekti, “Metode Pembinaan Akhlak Dalam Peningkatan



3



1. Wudhu Menurut syara’ wudhu adalah kebersihan atau tindakan-tindakan tertentu yang dimulai dengan niat. Wudhu yaitu diantara nya bersuci dengan air mengenai muka, kedua tangan, kepala dan kedua kaki. Adapun hikmah pencucian-pencucian anggota wudhu adalah karena anggota badan sering sekali terkena kotoran.28 Wudhu juga merupakan salah satu syarat yang harus dilakukan sebelum melakukan ibadah shalat. Sebagaimana dalil tentang wudhu dalam firman Allah SWT di dalam surah Al-Maidah ayat 6 yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki.” (Q.S. AlMaidah : 6) Dari dalil diatas selain menyatakan bahwa wudhu merupakan syarat sebelum melaksanakan shalat juga terdapat tahapan-tahapan yang harus dilakukan dalam melaksanakan wudhu atau rukunnya. Dalam melaksanakan wudhu harus berdasarkan rukun yang ada, adapun rukun-rukun wudhu yaitu diantara nya: a. Niat b. Membasuh muka c. Membasuh kedua tangan sampai siku d. Menyapu kepala e. Membasuh kedua kaki sampai mata kaki f. Tertib29 Pengamalan Ibadah Peserta Didik Di SMPN 4 Sekampung Lampung Timur,” Jurnal. IainPadangsidimpuan.Ac.Id . (2018). 28



Wahbah al-zuhaily, terj. Masdar Helmy, Fiqih Taharah Kajian Berbagai Madzhab, (Bandung:



Pustaka Media Utama, 2010), hlm. 128 29



Sayyid Sabiq, terj. Mahyuddin Syaf, Fiqih Sunah, (Bandung: Alma’arif, 1990), hlm. 91



4



Sebagai Seorang muslim yang diwajibkan baginya melakukan shalat tentu harus mendapatkan pembelajaran tentang wudhu sebagai syarat sah shalat. Maka selain diajarkan tata cara shalat anak diajarkan bagaimana melakukan wudhu sesuai dengan syarat dan rukunya yang telah dipaparkan diatas. Pembelajaran di sekolah tentunya perlu disesuaikan dengan standar isi dan proses pendidikan nasional yang telah ditetapkan serta diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. 2. Shalat Secara bahasa artinya Doa sedangkan secara istilah, para ahli fiqih mengartikan secara lahir dan hakiki. Secara lahiriah shalat berarti beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam, yang dengannya kita beribadah dengan Allah menurut syaratsyarat yang telah ditentukan. Adapun secara hakikinya ialah: berhadapan hati (jiwa) kepada Allah, secara yang mendatangkan takut kepada-Nya serta



menumbuhkan



di



dalam



jiwa



rasa



kebenarannya



dan



kesempurnaan kekuasaan-Nya atau melahirkan hajat dan keperluan kita kepada Allah Yang kita sembah dengan perkataan dan pekerjaan atau dengan kedua-duanya, (Hasbi Asy-Syidiq-59).30 Dalam pengertian lain shalat merupakan salah satu sarana komunikasi antara hamba dengan Tuhannya sebagai bentuk ibadah yang di dalamnya merupakan amalan yang tersusun dari beberapa perkataan dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam sesuai dengan syara’. Dari beberapa penegertian diatas bahwa shalat merupakan penyerahan diri (lahir dan bathin) kepada Allah dalam rangka ibadah dan memohon ridho-Nya. B. Praktek Pengamalan Wudhu Dan Sholat 1. Praktek Pengamalan Wudhu Seabagai seorang pendidik dalam menunjukkan keteladanan kepada siswa melaksanakan wudhu, guru PAI menunjukkannya dengan ajakan sekaligus ia melaksanakan apa yang ia katakan. Ia menunjukkan keteladan 30



Hasbi Asy-Syidiq, Pedoman Shalat, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), hlm. 59.



5



itu dengan ajakan agar siswanya berwudhu, ia pun memang melakukan wudhu itu. Berikut pernyataan guru PAI. “Saya sampaikan kepada mereka agar kita melaksanakan wudhu bersama-sama sebelum melaksanakan shalat dzuhur. Kemudian sebelum itu, saya mempraktekan wudhu nya terlebih dahulu. Dengan begitu, mereka pun akan mengikutinya. Begitu pun dengan puasa, misalnya puasa sunnah Senin-Kamis. Jadi ajakan itu sekaligus pengamalannya”. Untuk melatih keteladanan bersama dalam mengerjakan wudhu dan shalat, guru PAI melatihnya dengan memberikan ajakan serta pelaksanaan langsung di depan para siswa. Berikut pernyataan guru PAI. “Saya sampaikan pemahaman kepada mereka bahwa kita harus menunjukkan kebersamaan dalam mengerjakan wudhu dan shalat yang dimaknai sebagai nilai kebersamaan dalam kehidupan sehari-hari. 2. Praktek Pengamalan Shalat Pengamalan shalat yang dilaksanakan yaitu Shalat Dzuhur untuk shalat wajib, Shalat Jum’at bagi para peserta didik laki-laki dan Shalat Dhuha untuk Shalat sunnahnya. Pengamalan ini dilakukan dengan cara Shalat Dzuhur berjamaah ini dilakukan di mushola atau di masjid dekat madrasah sewaktu peserta didik beranjak pulang dari madrasah. Pengawasan dilakukan oleh guru kelas masing-masing dengan rincian untuk Shalat Ashar, Maghrib, Isya dan Subuh dilakukan di rumah dengan kontrol orang tua yang juga sangat diharapkan mau bekerja sama dengan pihak madrasah, untuk selalu memantau Shalat putera-puteri mereka di ketika rumah, yaitu dengan mengisi buku/raport harian yang telah disediakan oleh pihak madrasah. Pembiasaan shalat ini, bagi kelas I minimal 3 waktu, kelas II latihan 5 waktu, kelas III mulai disiplin 5 waktu, dan kelas IV sampai dengan kelas VI mandiri 5 waktu dan diusahakan berjamaah. Sedangkan untuk Shalat Jum’at berlaku bagi para peserta didik laki-laki kelas III-VI. Shalat Jum’at dilakukan di masjid lingkungan tempat tinggal peserta didik di bawah kontrol guru-guru dan orang tua, dengan mengisi laporan ibadah Salat Jum’atyang di tandatangani oleh imam Shalat jum’at.



6



Kemudian Shalat sunnah yang dibiasakan yaitu Shalat Dhuha dan Tahajud. Shalat Dhuha ini rutin dilakukan sebelum masuk kelas, dari mulai kelas III sampai kelas VI. Dalam kontrol guru kelas masing-masing. Dalam kesehariannya (diwaktu libur), Shalat Dhuha ditekankan bagi kelas IV sampai kelas VI. Dengan pengawasan orang tuanya dengan mengisi buku atau raport harian. Sebagai Guru Pendidikan Agama Islam Menerangkan bahwa, sebagai tindak lanjut dari program madrasah yaitu menerapkan pembiasaan pengamalan ibadah yaitu pengamalan Shalat, baik itu Shalat wajib dan Shalat sunnah itu sangat di tekankan sehingga diperlukan adanya kerja sama antara madrasah dengan wali murid agar tujuan dari pengamalan Shalat itu tercapai. Setiap kegiatan pengamalan di rumah pihak madrasah mengadakan buku ibadah yang nantinya diisi oleh peserta didik dan ditanda tangani oleh orang tua. Untuk Shalat Jum’at keterangan ditanda tangani oleh khatib atau imam Salat jum’at. Shalat sunnah Dhuha dilakukan di madrasah bersama-sama sebelum masuk kelas. 3. Metode Yang Di Gunakan Untuk Praktek Pengamalan Wudhu Dan Shalat 1. Wudhu a. Media Gambar Dengan Berdasarkan penelitian yang dilakukan, hasil yang diperoleh bahwa anak mampu mengenal tata cara berwudhu melalui dengan mudah memalui media gambar. Terlihat anak dapat menyusun tata cara berwudhu. Dalam penelitian tema yang diajarkan adalah agama. Saat guru menerangkan tata cara berwudhu anak tampak antusias. Setelah anak menerima informasi dariguru, dan diajak anak menyusun dan mampu antri dan memberi informasi tentang pengenalan tata cara berwudhu. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara oleh peneliti dapat disimpulkan bahwa kegiatan melalui media gambar sudah dilakukan oleh guru saat proses pembelajaran dalam kelas dan luar kelas.



7



Hasil observasi dan wawancara yang telah peneliti dapatkan, dapat disimpulkan bahwa pendidikan tidak harus menekankan pada hasil kemampuan siswa, melainkan pendidik harus terus membimbing dan memberikan motivasi dan arahan agar pengenalan tata cara berwudhu anak dapat berkembang secara optimal dan mudah di aplikasikan sesuai dengan kemampuan anak. 2. Shalat a. Metode Pembiasaan Menerapkan Pembiasaan pada pendidikan anak sangatlah penting, khususnya dalam pembentukan pribadi dan akhlak anak. Pembiasaan agama akan memasukkan unsur-unsur positif pada pertumbuhan anak. Semakin banyak pengalaman agama yang didapat anak melalui pembiasaan, maka semakin banyak unsur agama dalam kepribadiannya dan semakin mudahlah ia memahami ajaran agama nya. Jika pembiasaan sudah ditanamkan, maka anak tidak akan merasa berat lagi untuk beribadah, bahkan ibadah akan menjadi bingkai amal dan sumber kenikmatan dalam hidupnya karena bisa berkomunikasi langsung dengan Allah dan sesama manusia. Agar anak dapat melaksanakan shalat dengan benar dan rutin mereka perlu dibiasakan shalat sejak masih kecil, Dalam mendidik anak tersebut, proses yang berjalan tidak terlepas dari dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Oleh karena itu diperlukan komunikasi yang baik antara orang tua, guru dan anak. Sebab komunikasi yang baik akan membuat aktivitas menjadi menyenangkan. Terlebih lagi pada materi pendidikan agama islam, peserta didik juga dituntut untuk benar-benar memahami ilmu yang ada dalam agama islam dan kemudian mengamalkannya sebagai pedoman hidup dengan demikian komunikasi yang baik dari guru agama melalui implementasi metode pembelajaran dapat membuat



8



peserta didik lebih tertarik untuk belajar materi pelajaran agama islam. Oleh karenanya pembiasaan yang baik akan membentuk sosok manusia yang berkepribadian baik pula. Sebaliknya pembiasaan yang buruk akan membentuk sosok manusia yang berkepribadian buruk pula.



9



BAB III PENUTUP Kesimpulan Peran guru dalam pembelajaran PAI selain sebagai pengajar yang mentransfer ilmu pengetahuan, juga menjadi motivator bagi siswa untuk mengembangkan minat belajarnya, kemudian guru juga berperan sebagai panutan dengan memberikan contoh yang baik dalam proses pembelajarannya. Dalam mengikuti proses pembelajaran, siswa memiliki kesiapan yang baik dalam menerima materi, mereka tertib dan aktif mengikuti pembelajaran serta sudah memiliki pengetahuan awal tentang wudhu dan shalat sebelum dijelaskan oleh guru. Siswa bukan hanya berperan sebagai objek pembelajaran tetapi juga menjadi subjek pembelajaran, masing-masing dari mereka memiliki nalar yang baik dan mudah menerima materi. Sedangkan untuk pembelajaran praktik wudhu, siswa masih memiliki kesulitan dalam mobilitas gerak, sehingga masih kaku dalam membasuh anggota wudhu mereka sendiri. Media yang digunakan dalam pembelajaran wudhu dan sholat adalah guru PAI itu sendiri. Saran Kami sebagai penyusun makalah memahami banyak kesalahan dan kekurangan dari penulisan makalah kami. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk memperbaiki semua kesalahan dan kekurangan yang ada dalam makalah kami. Kami juga menyadari akan terbatasnya literasi yang kami gunakan untuk penulisan makalah ini. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.



1 0



DAFTAR PUSTAKA Abdul Majid Dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2006), Hlm. 138-139 Abdurrahman Annahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, (Jakarta: Gema Islami, 2004), Hlm. 25 Amin Kuneifi Elfachmi, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Erlangga, 2016), hlm. 14 Bayu Prafitri And Subekti, “Metode Pembinaan Akhlak Dalam Peningkatan Pengamalan Ibadah Peserta Didik Di SMPN 4 Sekampung Lampung Timur,” Jurnal. Iain-Padangsidimpuan.Ac.Id (2018). Bayu Prafitri And Subekti, “Metode Pembinaan Akhlak Dalam Peningkatan Pengamalan Ibadah Peserta Didik Di SMPN 4 Sekampung Lampung Timur,” Jurnal. Iain-Padangsidimpuan.Ac.Id . (2018). Hasbi Asy-Syidiq, Pedoman Shalat, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), hlm. 59. Sayyid Sabiq, terj. Mahyuddin Syaf, Fiqih Sunah, (Bandung: Alma’arif, 1990), hlm. 91 Wahbah al-zuhaily, terj. Masdar Helmy, Fiqih Taharah Kajian Berbagai Madzhab, (Bandung: Pustaka Media Utama, 2010), hlm. 128



MAKALAH SISTEM PEMBELAJARAN PAI SMP Konsep Sistem Pembelajaran Penegakan Aturan Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran PAI SMP



1 1



Dosen Pengampu : Andri Ardiansyah, M.Pd



Disusun Oleh : Siti Khofifah



191105010482



Hesti Dwiyanti



191105010250



Muh. Abdul Mawardi 191105010307



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR 2021



1 2



KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr.wb Bismillahirahmanirahim, Syukur Alhamdulillah kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang maha Esa, atas ridho dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Makalah ini dengan penuh keyakinan serta usaha maksimal. Semoga dengan terselesaikannya tugas ini dapat memberi pelajaran positif, dan hikmah bagi kita semua. Selanjutnya kami juga ucapkan terima kasih kepada bapak dosen Andri Ardiansyah M.Pd mata kuliah Sistem Pembelajaran PAI SMP yang telah memberikan tugas Makalah ini kepada kami sehingga dapat memicu motivasi kami untuk senantiasa belajar lebih giat dan menggali ilmu lebih dalam khususnya mengenai Konsep Sistem Pembelajaran Penegakan Aturan , sehingga dengan ini kami dapat menemukan hal-hal baru yang belum kami ketahui. Terima kasih juga kami sampaikan atas petunjuk yang di berikan sehingga kami dapat menyelasaikan tugas Makalah ini dengan usaha semaksimal mungkin, Terima kasih pula atas dukungan teman-teman semua yang turut membantu menyelesaikan laporan makalah ini.



Bogor,4 mei 2021



Tim Penyusun Kelompok 6



1 3



DAFTAR ISI Cover. 1 Kata Pengantar ...............................................................................................................2 Daftar Isi ..........................................................................................................................3 BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................................4 A. Latar Belakang............................................................................................................4 B. Rumusan Masalah.......................................................................................................4 C. Tujuan Penulisan......................................................................................................... 5 BAB 2 PEMBAHASAN.................................................................................................6 1. Strategi Penerapan Disiplin..........................................................................................6 2. Pelaksanaan Kedisiplinan dalam Lingkungan Sekolah................................... 8 BAB 3 PENUTUP ........................................................................................................10 A. Kesimpulan ................................................................................................................10 B. Saran .........................................................................................................................10 DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................11



1 4



BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Disiplin salah satu karakter peserta didik yang harus dipraraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga lebih diutamakan dalam pendidikan akademik dan Pendidikan karakter. Disiplin merupakan sikap rela hati untuk patuh dan taat terhadap tata tertib yang menjadi tanggung jawabnya Kedisplinan sangat berpengaruh terhadap kesuksesan manusia. Disiplin merupakan kunci utama kesuksesan seseorang. Upaya meningkatkan kedisiplinan peserta didik, harus dimulai pada diri sendiri dengan memberikan contoh disiplin yang baik kepada peserta didik. Karena yang terjadi saat ini, kedisiplinan anak usia sekolah sangat perlu pembenahan.Dengan sekolah yang tertib proses pembelajaran berjalan dengan baik.Sedangkan,sekolah yang tidak tertib akan jauh berbeda situasi pembelajarannya. Pendidikan Agama Islam (PAI) dipandang berperan penting dalam meningkatkan kedisiplinan. Dengan adanya pendidikan agama manusia,dapat sadar tentang pentingnya ilmu agama dalam berkehidupan di dunia dan dapat menjalankan kedisiplinan yang sesuai dengan norma-norma agama. Pendidikan agama dapat dimulai dari pendidikan di dalam keluarga,sekolah,dan masyarakat umum.Pendidikan dalam Islam menurut Daradjat ialah pendidikan islam lebih banyak ditujukan pada perbaikan sikap, mental yang akan terwujud dalam perbuatan karena dari segi praktis ajaran islam tidak memisahkan antara iman dan amal. Tujuan (PAI) adalah mencapai tujuan pendidikan nasional. Dengan mendapatkan pendidikan agama, dapat membantu siswa sadar akan pentingnya sikap disiplin, tanggung jawabnya, dan menciptakan generasi bangsa yang berakhlak karimah. Jadi, siswa berhak



1 5



memperoleh pendidikan agama sesuai agama yang dianutnya.Karena agama merupakan pondasi dalam berkehidupan dimasyarakat. 2. Rumusan Masalah 1. konsep penegakan aturan. 2. Kedisimpinan siswa dalam pembelajaran PAI



3. Tujuan 1. Untuk mengetahui bagaimana sistem pembelajaran dalam penegakan aturan 2. Menerapkan disiplin siswa dalam konsep pembelajaraan 3. Penegakan aturan melatih siswa untuk disiplin.



1 6



BAB II PEMBAHASAN



1. Strategi Penerapan Aturan Seperti yang kita ketahui apabila akan diterapkannya penegakan aturan di sekolah. Maka harus adanya strategi untuk menerapkan aturan yang akan dibuat. Karena Strategi merupakan seni dan ilmu mengembangkan dan menggunakan berbagai kekuatan dalam berbagai keadaan untuk mendukung pencapaian tujuan yang ditetapkan, atau rencana yang cermat untuk mencapai sasaran khusus. Sedangkan, penerapan merupakan suatu proses atau cara seseorang dalam mempraktekkan aturan yang ditetapkan. Maka dapat disimpulkan bahwa strategi penerapan aturan adalah suatu rencana tentang tata cara yang akan digunakan untuk melaksanakan peraturan atau tata tertib sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Adanya penegakan aturn diharapkan siswa dapat terbiasa dengan kedisiplinan, adapun menururt Reisman dan Pyne mengemukakan strategi umum dalam merancang disiplin siswa yaitu: a. Konsep diri; untuk menumbuhkan konsep diri siswa sehingga siswa dapat berperilaku disiplin, guru disarankan untuk bersikap empatik, menerima hangat dan terbuka. b. Keterampilan berkomunikasi; guru terampil berkomunikasi yang efektif sehingga mampu menerima perasaan dan mendorong kepatuhan siswa. c. Konsekuensi-konsekuensi logis dan alami; guru disarankan dapat menunjukan secara tepat perilaku yang salah, sehingga membantu siswa dalam mengatasinya dan memanfaatkan akibat-akibat logis dan alami dari perilaku yang salah. d. Klarifikasi nilai; guru membantu nilai dalam menjawab pertanyaannya sendiri tentang nilai-nilai dan membentuk sistem nilainya sendiri. Seperti penegakan aturan yang membuang sampah sembarangan karena siswa diterapkan nilai jika keberihan itu sebagian dari iman. e. Analisis transaksional; guru disarankan belajar sebagai orang dewasa terutama ketika berhadapan dengan siswa yang menghadapi masalah. f. Terapi realitas; sekolah harus berupaya mengurangi kegagalan dan meningkatkan keterlibatan.Guru perlu bersikap positif dan bertanggung jawab. g. Disiplin yang terintegrasi; metode ini menekankan pengendalian penuh oleh guru untuk mengembangkan dan mempertahankan peraturan. h. Tantangan bagi disiplin; guru diharapkaan cekatan, sangat terorganisir dan dalam pengendalian yang tegas. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa peserta didik akan menghadapi berbagai keterbatasan pada hari-hari pertama di



1 7



sekolah dan guru perlu membiarkan mereka untuk mengetahui siapa yangberada dalam posisi sebagai pemimpin. Dalam rangka penegakan disiplin atau penegakan aturan, baik siswa maupun guru samasama terlibat di dalamnya. Bahkan orang tua walipun harus diberi informasi mengenai penegakan disiplin yang diterapkan sekolah. Hal tersebut dilakukan agar pihak sekolah dan orang tua dapat bekerja sama dalam upaya peningkatan mutu dan produktivitas pelaksanaan tugas serta fungsi sekolah. Di samping itu mendorong upaya meningkatkan efektifitas sistem dan tata laksana peraturan dan tata tertib sekolah sehingga peserta didik dapat lebih disiplin dalam segala aktifitasnya baik di lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat. Dengan adanya strategi-strategi yang digunakan dalam menumbuhkan sikap disiplin terhadap siswa, diharapkan bisa membawa anak didik ke arah yang lebih baik. Semua ini tidak dapat dilakukan dengan sendiri, tetapi harus dilakukan secara bersama-sama dan melibatkan seluruh personil sekolah dan orang tua. Dengan demikian tujuan yag diharapkan dapat tercapai semaksimal mungkin. Disiplin memiliki arti yang cukup penting, oleh karena itu guru harus mampu menumbuhkan disiplin dalam diri siswa, terutama disiplin diri. Dalam kaitan ini, guru harus mampu melakukan hal-hal sebagai berikut: a. Membantu siswa mengembangkan pola perilaku untuk dirinya; setiap siswa memiliki latar belakang yang berbeda dan memiliki karakteristik yang berbeda pula, dalam kaitan ini guru harus mampu melayani berbagai perbedaan tersebut agar setiap siswa dapat menemukan jati diri dan mengembangkan dirinya secara optimal. b. Membantu siswa meningkatkan standar perilakunya karena siswa berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda, jelas mereka akan memiliki standard prilaku tinggi dan ada pula yang memiliki standard perilaku sangat rendah. Hal tersebut harus dapat diantisipasi oleh setiap guru dan berusaha meningkatkannya, baik dalam proses belajar mengajar maupun dalam pergaulan pada umumnya. c. Menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat; di setiap sekolah terdapat aturan-aturan umum. Baik aturan-aturan khusus maupun aturan umum, peraturan-peraturan tersebut harus dijunjung tinggi dan dilaksanakan dengan sebaikbaiknya. Agar tidak terjadi pelanggaran-pelanggaran yang mendorong perilaku negatif atau tidak disiplin. Maka Penegakan disiplin siswa dapat terjadi secara optimal apabila pihak sekolah, dan para guru melakukan perbaikan dan pembelajaran di sekolah. Guru adalah figur manusiawi sebagai sumber yang menempati posisi dan memegang peranan penting dalam pendidikan. Penerapan disiplin pada anak dapat dipupuk dengan memberikan tata tertib yang mengatur hidup yang disertai pengawasan agar terlaksananya tata tertib.



1 8



2. Pelaksanaan Kedisiplinan dalam Lingkungan Sekolah Pendidikan pada dasarnya untuk membangun pribadi manusia yang terdidik. Namun demikian pendidikan itu akan menjadi fungsional, apabila berbagai penghambat pendidikan ditiadakan. Sedangkan sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang berperan untuk memberikan layanan pendidikan kepada masyarakat. Sebagai pusat pendidikan formal merupakan perangkat masyarakat yang secara terencana diberikan tugas untuk memberikan pendidikan yang pada intinya berupa pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai serta sikap yang dibutuhkan oleh masyarakat.Kedisiplinan di sekolah merupakan sarana yang harus dipenuhi agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Dalam pelaksanaan disiplin, harus berdasarkan dari dalam diri anak didik. Karena tanpa sikap kesadaran dari diri sendiri, maka usaha apapun yang dilakukan oleh orang-orang di sekitarnya hanya akan sia-sia. Berikut ini adalah pelaksanaan kedisiplinan di lingkungan sekolah: a. Datang ke sekolah tepat waktu. b. Rajin belajar. c. Mentaati peraturan sekolah. d. Mengikuti upacara dengan tertib. e. Mengumpulkan tugas yang diberikan guru tepat waktu. f. Melakukan tugas piket sesuai jadwalnya. g. Memotong rambut jika kelihatan panjang. h. Tidak merokok di lingkungan sekolah. i. Selalu berdoa sebelum memulai pelajaran. j. Membuang sampah pada tempatnya. k. Tidak membolos sekolah dan lain-lain. Tujuan disiplin sekolah adalah agar aktivitas belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar, sehingga disiplin dianggap sebagai sarana yang harus ada di lembaga pendidikan atau sekolah.Kedisiplinan itu sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah kematangan emosi, siswa yang memiliki kematangan emosi akan lebih berdisiplin.Kedisiplin sekolah lebih bertujuan pada pembentukan sebuah lingkungan yang di dalamnya ada aturan bersama yang dihormati dan siapapun yang melanggar mesti berani mempertanggungjawabkan perbuatannya secara umum. Dalam penegakan disiplin di lingkungan sekolah tidak hanya berkaitan seputar masalah kehadiran atau tidak, terlambat atau tidak, melanggar atau tidak. Tetapi lebih mengacu pada pembentukan sebuah lingkungan yang di dalamnya terdapat aturan yang dihormati dan siapapun yang melanggar harus siap bertanggung jawab. Dalam memberikan hukumanpun harus bersifat mendidik, sehingga siswa dapat memahami bahwa kedisiplinan itu bukanlah kekerasan, melainkan tujuan lain yang lebih luas, yaitu demi stabilitas



1 9



dan



kedamaian



hidup



2 0



bersama.



BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan Strategi belajar diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan. strategi ekspositori, strategi inquiri, strategi berbasis masalah, dan strategi kontekstual. Bisa dikatakan efektif, karena dapat dilihat dari beberapa faktor yang berpengaruh dalam sistem pembelajaran yaitu faktor guru, lingkungan dan siswa. Strategi Penegakan disiplin siswa dapat terjadi secara optimal apabila pihak sekolah, dan para guru melakukan perbaikan dan pembelajaran di sekolah. Guru adalah figur manusiawi sebagai sumber yang menempati posisi dan memegang peranan penting dalam pendidikan. Penerapan disiplin pada anak dapat dipupuk dengan memberikan tata tertib yang mengatur hidup yang disertai pengawasan agar terlaksananya tata tertib. 2. Saran Makalah ini jauh dari kata sempurna banyak kekurungan yang harus kami perbaiki lagi, maka dari itu kami sebagai pemakalah memohon saran kepada pembaca agar makalah kami bisa lebih baik kedepannya.



2 1



DAFTAR PUSTAKA Lefudin. 2017. Belajar Dan Pembelajaran Dilengkapi Dengan Model Pembelajaran, Strategi Pembelajaran, Pendekatan Pembelajaran, Dan Metode Pembelajaran. Yogyakarta: Deepublish Publisher Sutarjo, Adisusilo. 2014. Pembelajaran Nilai-Karakter Konstruktivisme dan VCT sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif. Jakarta: Rajawali Pers Bungin, B. (2003). Analisis Data Penelitian Kualitatif Pemahaman Filosofis danMetodologiskeArahPenguasaanModelAplikasi(Jakarta:PTRajaGrafind oPersada), Drajat,Z. anddkk (eds.) (2006). IlmuPendidikanIslam, Drajat, Z. anddkk (eds.) (Jakarta:BumiAksara),28–28.



MAKALAH SISTEM PEMBELAJARAN PAI SMP Pembelajaran PAI Dengan Pendekatan Scientific Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran PAI SMP



Dosen Pengampu : Andri 2 2



Ardiansyah, M.Pd



Disusun Oleh : Ade fitri kurniasih



(191105010483)



Tati Darajati



(191105010469)



Valdo pradia fontana



(191105010486)



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR 2021



2 3



KATA PENGANTAR Bismillahirahmanirahim, Syukur Alhamdulillah kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang maha Esa, atas ridho dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Makalah ini dengan Segala Upaya dan Kemampuan kami sekiranya masih sangat terbatas. Semoga dengan terselesaikannya tugas ini dapat memberi pelajaran positif, dan hikmah bagi kita semua. Selanjutnya kami juga ucapkan terima kasih kepada bapak dosen Andri Ardiansyah, M.Pd mata kuliah Sistem Pembelajaran PAI SMP yang telah memberikan tugas Makalah ini kepada kami, dengan adanya tugas makalah ini InsyaAllah menumbuhkan semangat kami untuk mencari ilmu terkhususnya pada Pembelajaran PAI di SMP, sehingga dengan ini kami dapat menemukan hal-hal baru yang belum kami tahu dan kami paham. Untaian ucapan kata terimakasih yang seluas-luasnya kami sampaikan atas masukan dan saran sehingga kami dapat menyelasaikan tugas Makalah ini dengan usaha semaksimal mungkin, Terima kasih pula atas dukungan teman-teman semua yang turut membantu menyelesaikan laporan makalah ini.



Bogor, 17 maret 2021



Tim Penyusun Kelompok 1



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR....................................................................................................................................2 DAFTAR ISI................................................................................................................................................3 BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................................4



A. Latar Belakang..........................................................................................................................4 B. Rumusan Masalah....................................................................................................................4 C. Tujuan.......................................................................................................................................4 BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................................5



A. Pengertian Pendekatan Saintifik (Scientific)..............................................................................5 B. Langkah Dalam Pendekatan Scientific.......................................................................................6 C. Penerapan Pendekatan Scientific Dalam Pembelajaran PAI di SMP........................................10 D. Tujuan Pendekatan Scientific Dalam Pembelajaran PAI di SMP..............................................10 E. Kelebihan Dan Kekurangan Pendekatan Scientific...................................................................11 BAB III PENUTUP.....................................................................................................................................12



A. Kesimpulan..............................................................................................................................12 B. Saran........................................................................................................................................12 DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................................13



BAB I PENDAHUL UAN A. Latar Belakang Ada begitu banyak teori, pendekatan, dan metode dalam pembelajaran yang dikemukakan oleh para ilmuan, seperti teori behaviorisme, gestalt, mastery learning, koneksionisme, integrative learning, dan masih banyak lainya. Segala teori/pendapat, pendekatan/cara, dan metode/upaya pendekatan ini dibuat dan dirumuskan tentunya untuk membuat rangkaian pembelajaran ini menjadi berkualitas sesuai dengan arah dari suatu pembelajaran/pendidikan. Pada abad Ke 21, muncul pendekatan baru dalam suatu pembelajaran, yaitu pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik selanjutnya dikenal dengan istilah pendekatan ilmiah, upaya/proses dalam pendidikan yang awalnya ditujukan pada bidang eksakta seperti ilmu fisika,ilmu kimia, ilmu biologi, dan bidang pelajaran eksakta yang lain. Awal adanya di belahan bumi bagian barat, selanjutnya dipakai di dalam kurikulum sistem pendidikan di Indonesia yaitu pengaplikasianya pada K13 (kurikulum 2013). Penggunaan pendekatan saintifik ini termasuknya juga digunakan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam PAI. K13 (Kurikulum 2013) Sebagai cara/metode baru pada pembelajaran agama Islam, pada K13 ini cara belajarnya menitikberatkan terhadap dimensi pedagogik modern telah ada. Dan juga, pendekatan ilmiah yang dipakai pada K13 ini memunculkan sikap positif terhadap dunia pendidikan di Indonesia untuk lebih maju. Manfaat pendekatan saintifik ini, siswa mendapatkan rangsangan untuk dapat berperan aktif dan mempunyai rasa semangat pengetahuan yang besar. Seperti yang telah dipaparkan, keputusan pemerintah/lembaga yang berwenang kaitanya terhadap munculnya K 13 (kurikulum 2013) memakai pendekatan ilmiah/metode saintifik ini juga diikuti dalam pembelajaran mata pelajaran pendidikan agama Islam/PAI. Karena itu, setiap kegiatan pembelajaran dan evaluasinya, pada pelajaran PAI . Sebagai salah satu ijtihad dalam proses pembelajaran, pendekatan saintifik tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan. Apalagi sejak awal sebagai sebuah pendekatan pembelajaran bagi bidang eksakta, selanjutnya, digunakan dalam Pendidikan Agama Islam yang itu bukan merupakan bidang eksakta, tentunya terjadi adabtasi dan penyesuaian dalam penerapanya. Kemudian, Penting Rasanya guna melakukan mengkaji lebih dalam tentang pendekatan saintifik ini guna bisa dipakai untuk pembelajaran bidang Pendidikan Agama Islam (PAI). B. Rumusan Masalah 1. Apa Pengertian Pendekatan Saintifik (Scientific)? 2. Apa Saja Langkah-langkah Dalam Pendekatan Scientific? 3. Bagaimana Penerapan Pendekatan Metode Scientific dalam Pembelajaran PAI SMP? 4. Apa Tujuan Pendekatan Scientifik dalam Pembelajaran PAI di SMP? 5. Apa saja Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Scientific? C. Tujuan Penulisan Makalah



1. Untuk Mengetahui Pengertian Pendekatan Scientific. 2. Untuk Mengetahui Langkah-angkah Dalam Pendekatan Scientific.



3. Untuk Mengetahui Bagaimana Penerapan Pendekatan Metode Scientific dalam Pembelajaran PAI SMP. 4. Untuk Mengetahui Tujuan Pendekatan Scientifik dalam Pembelajaran PAI di SMP. 5. Untuk Mengetahui Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Scientific.



BAB II PEMBAHA SAN A. Pengertian Pendekatan Saintific (Scientific) Istilah saintifik (scientific) berasal dari bahasa Inggris yang diserap kedalam bahasa indonesia menjadi ilmiah, yaitu bersifat ilmu, secara ilmu pengetahuan atau berdasarkan ilmu pengetahuan. Sedangkan, scientifically dialihbahasakan menjadi “secara ilmu” atau “secara ilmiah”. Dari Uraian tersebut, saintifik mengandung arti ilmiah juga dilakukan secara ilmiah.1 Dan juga, istilah kata pendekatan dalam bahasa Inggris diistilahkan sebagai approach yaitu bentuk dasar yang memberi tempat, memberi ide, memberi kekuatan , dan sebagai landasan pemikiran/ide terhadap suatu gagasan. Terhadap arti yang telah diuraikan, maka dapat diartikan bahwa pendekatan ilmiah adalah scientific approach merupakan pendekatan atas suatu hal yang didasarkan pada beberapa teori/gagasan ilmiah tertentu. 2 Pendekatan ilmiah gagasan awal yang memunculkan ide atau mendasari perumusan metode cara ajar dengancara memakai karakteristik ilmiah. Oleh karenanya, pendekatan pembelajaran ilmiah (scientific teaching) merupakan bagian dari pendekatan pedagogis pada pelaksanaan pembelajaran dalam kelas yang melandasi penerapan metode-metode ilmiah/ilmu.3 Pendekatan/metode/cara pada aspek pendidikan mengandung arti sebagai pandangan terhadap pendidik baik guru dan dosen atau instruktur pada proses pembelajaran. Berdasarkan artian itu, selanjutnya timbul pendekatan/metode/cara pusatnya terhadap guru/pendidik (teacher centered approach), pendekatan/metode/cara pusatnya terhadap peserta didik/murid/siswa (student centered approach).4Pada kegiatan belajar, peserta didik/siswa diharapkan terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai non ilmiah. Pendekatan/cara/metode non/tidak ilmiah yang ditujukan berupa kegiatan/aktifitas terfokus didasarkan intuisi/perasaan, akal/pikiran/rasio sehat, prasangka/perkiraan, hasil karya berdasarkanprakiraan, juga dasar pikiran mendalam. Karena itu, pendekatan/metode/cara saintifik/ilmiah rangkaian untuk menempatkan, memberikan gagasan/ide, memberi pondasi kuat, dan mendahulukan&memunculkan ide orientasi bagaimana caranya penerapan pelajaran berlangsung, bagaimana caranya menumbuhkembangkan kemampuan peserta



1



Agus Akhmadi, Pendekatan Saintifik, Model Pembelajaran Masa Depan, Yogyakarta: Araska, 2015, hal 15.



2



Umiati, “Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VII-D di SMPN 04 Kota Malang”, Skripsi, UIN Malang, 2015, 15. Diakes Pada Minggu, 14 Maret 2021 Pukul 14-02. Wib. 3



Ahmad Salim, “Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Madrasah”,



Cendekia, Volume 12, Number 1 (Juni 2014), hal 37. Diakses pada Senin, 15. Maret 2021 Pukul 22.01. Wib. 4



Ibid’ hal 36



didik/siswa/murid rangka melaksanakan observasi/pengamatan maupun eksperimen/percobaan, juga cara menumbuhkembangkan Ilmu/pengetahuan dan keterampilan/kreativitas pemikiran guna mensuport kegiatan kreatifitas rangka berinovasi/menggagas ide atau berkarya/menciptakan. 5 Metode/cara/pendekatan scientific/ilmiah awal mulanya dikenalkan kedalam ilmu pendidikan/pembelajaran di Amerika(US) di akhiran abad ke-19, guna menekan terhadap metode/pendekatan laboratorium/lab ilmiah formalistik(bersifat formal) bertujuan untuk kepastian data-data ilmiah/keilmuan. Pendekatan data-data ini mempunyai sifat doing science/rasional. Metode ini memudahkan pendidik atau pengembang kurikulum untuk memperbaiki proses pembelajaran, yaitu dengan cara memecah proses ke dalam langkah-langkah atau tahapantahapan secara terperinci dan jelas yang memuat instruksi untuk siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Inipun merupakan pondasi dari perkembangan K 13 (kurikulum 2013) pada Indonesia.6 Akhmadi mengatakan bahwa metode saintifik ini pada dasarnya merujuk pada model penelitian yang dikembangkan oleh Bacon. Metode ini memiliki langkah-langkah sebagai berikut: a. b. c. d.



Mengidentifikasi masalah dari fakta yang ditemukan di lingkungan. Menghimpun fakta aktual sejalan dengan masalah yang diketahui. Memilah-milih data/fakta sejalan dengan masalah. Menyusun hipotesis/data sementara , diartikan prakiraan ilmiah/ilmu guna melihat data dan masalah yang ada dampaknya bisa menetapkan langkah-langkah/cara penyelesaian masalah secara mendalam. e. Menguji/mengadukan hipotesis/data sementara dengan mencoba menemukan data/fakta yang faktual/ relevan cara melakukan eksperimen/ percobaan lagi. f. Menguji/mengetes akuritas hipotesis/data setelah disusun/dirumuskan terdahulu supaya bisa ditetapkan tindakan/aktifitas selanjutnya untuk hipotesis/data yang di sebutkan dengan mencocokan, menyempurnakan, ataupun membiarkan hipotesis/ hasil data/ riset. Ada tiga ranah kompetensi yang hendak dicapai dari proses pendidikan, yaitu ranah sikap ilmiah (afektif), ranah keterampilan (psikomotorik), dan ranah pengetahuan (kognitif/akal rasional). Tiga- tiganya berupa kemampuan menuntut dikuasai oleh peserta didik/murid/siswa. Makanya, proses/ keberlangsungan juga tujuan pembelajaran harus realistis/ rasional juga mampu berguna pada kenyataan hidup manusia.7 B.



Langkah Dalam Pendekatan Scienific



Proses pembelajaran dalam pendekatan saintifik ini menyentuh 3 ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Muhaimin/seorang ahli mengemukakan pendapat sesuai 5 6



Agus Ahmadi, Op.Cit. Hal 20.



MF Atsnan, Penerapan Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran Matematika SMP Kelas VII Materi Bilangan”, Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika dengan tema Penguatan Peran



Matematika dan Pendidikan Matematika untuk Indonesia yang Lebih Baik, Yogyakarta 9 November 2013, FMIPA UNY. Diakses Pada Sabtu, 14 Maret 2021. Pukul 10.51 Wib. 7



Agus Akhmadi, Op.cit hal. 16-17 dan 19.



kutipan dari Maghfirah Ngabalin menegaskan bagian sikap/karakter ditujukan supaya siswa/murid menerima pengertian rangka “tahu alasan”. Selain itu ranah/bidang pengetahuan mempunyai tujuan supaya siswa/murid/peserta didik terikat dasar “tahu apa’, dan ranah/bidang/aspek kreatifitas memberi pengertian kepada siswa/peserta didik/murid kaitanya dengan “tahu gimana”. Aspek serupa juga diuraikan oleh Akhmadi pada proses/kegiatan belajar/mengajar, pendekatan/cara/ metode saintifik/ilmiah dilakukan sejalan pendekatan/cara/metode ilmiah yang menyentuh tiga ranah sebagaimana disebutkan di atas, yaitu sikap atau afektif (attitude), keterampilan atau (skill), dan pengetahuan atau kognitif (knowledge )pengetahuan. Ranah sikap ini mengarahkan agar peserta didik tahu tentang “mengapa”, ranah keterampilan mengarahkan agar peserta didik tahu tentang “bagaimana”, dan ranah pengetahuan mengarahkan agar peserta didik tahu tentang “apa”. Tiga ranah/aspek metode/cara ini mempunyai lintasan perolehan yang berbeda. Sikap/karakter didapati dari aktivitas/kegiatan menerima/mendapatkan , menjalani, menilai, menghayati/menyimak, dan mengamalkan/melakukan. Keilmuan didapatkan lewat caranya aktivitas/kegiatan mengingatinga, mendalami, melakukan, menganalisa, menilai/mengevaluasi, dan mencipta/membuat karya. Selain itu keterampilan/kreatifitas didapatkan dari jalannya aktivitas/kegiatan mengamati/memerhatikan, bertanya, mencoba-coba, menalar/berfikir, menyajikan, dan mencipta/ membuat. Karakteristik kompetensi/ kemampuan serta perbedaan/ keunikan jalan perolehan/proses juga berpengaruh terhadap karakteristik/sifat standarisasi cara jalanya. Pendekatan saintifik dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati (observing), menanya(questioning), menalar (associating), mencoba (experimenting), membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran (networking). Senada dengan hal ini, menurut Dyer sebagaimana dikutip oleh Sulastri dinyatakan bahwa keterampilan inovatif dalam pendekatan saintifik ini meliputi observasi atau mengamati, bertanya atau menanya, mencoba untuk mengumpulkan informasi, asosiasi atau menalar, dan mengkomunikasikan atau membangun jaringan.8 a. Mengamati. Kegiatan/ proses/cara mengamati/ memperhatikan lebih memfokuskan arti/makna dari proses/kegiatan belajar&mengajar jika diarahkan juga dilakukan bersama pendidik/guru yang memfasilitasi obyek/alat juga media/aplikasi faktual, agar dapat menjadikan peserta didik/murid/siswa bahagia, nyaman/tenang dan tertantang/terpacu semangatnya dalam kegiatan belajarnya yang terlaksana. Namun sudut lainnya kegiatan/aktivitas pengamatan termasuk proses/kegiatan belajar ini awamnya perlu waktu kesiapan cukup lama dan mendalam, dana tenaga relatif banyak, dan pada gilirannya jika tidak terkendali justru akan mengaburkan makna serta tujuan belajarnya. Memperhatikan bisa terlaksana berbagaimacam media/objek/alat yang yang bisa jadi pengamatan siswa/murid/ pesrta didik disesuaikan mendasar pada materi/aspek yang kemudian dipelajari juga



8



Sulastri, dkk, “Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran PAI di SMP Negeri 2 dan SMP Negeri 5 Kota Bandung Tahun 2015”, Tarbawy, Volume 2, Number 1 (2015), 69. Diakses pada Jumat, 13 Maret 2021. Pukul 21.08. Wib.



kompetensi yang diharapkan, misalnya video, gambar, grafik, bagan, ayat Al-Qur’an dan hadits, perekam, dan alat-alat tulis lainnya. Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam proses mengamati ini kaitannya dengan pembelajaran, yaitu: 1) cermat, obyektif, dan jujur serta fokus pada obyek yang diobservasi untuk kepentingan pembelajaran; 2) banyak–sedikit serta homogenitas-hiterogenitas obyek atau situasi yang diamati; 3) guru dan peserta didik perlu memahami apa yang hendak dicatat, direkam, dan seenisnya, serta bagaimana membuat catatan atas perolehan observasi.9 b. Menanya Mengutip dari yang disampaikan Kemendikbud, Akhmadi menyebutkan bahwa kegiatan bertanya ini memiliki beberapa fungsi, yaitu: 1) Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan kefokusan/perhatian peserta didik/siswa/murid terhadap tema/judul atau fokus tertentu pembelajaran; 2) Mempacu dan / memberi ide peserta didik/siswa/pelajar/murid guna berperan dalam belajar, juga menumbuhkembangkan pertanyaan-pertanyaanya dari dan guna dirinya sendiri; 3) Menemukan kesulitan-kesulitan belajar-pelajaan peserta didik/murid/siswa sekalian mengungkapkan pendapat guna menemukan solusinya; 4) Menrangkai tugas-tugas dan melimpahkan kesempatan-kesempatan kepeserta didik/murid/siswa guna dinunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahaman atas substansi pembelajaran yang diberikan; 5) Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberikan jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar; 6) Mendorong partisipasi peserta didik dalam diskusi, berargumen, mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan; 7) Membangun sikap keterbukaan guna saling memasukan dan mengeluarkan pendapat / gagasan, memumbuhkembangkan rangkaian kata, serta menumbuhkembangkan toleransi/menghargai perbedaan sosial dengan hidup berkelompok-kelompok; 8) Mengupayakan peserta didik/siswa/murid berpikir refleks dan cepat serta sigab dalam merespon persoalan yang tiba-tiba muncul; 9) Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain. c.



Mencoba-Coba Mencoba-coba adalah kegiatan/aktifitas mendalami pemahaman/pengertian dari fakta, terkonsep, juga sesuai prosedur berdasar kegiatan/aktivitas langsung menimbun data/fakta. Proses mencoba-coba bisa dilaksanakan berdasar 2cara, yaitu mencoba-coba prinsip-prinsip/panduan seperti yang diperoleh melalui diskusi, dan



9



Ahmad salim Op.Cit Hal 40.



mencoba mengaplikasikan prinsip-prinsip/cara pada sikon terkini. Proses mencoba-coba bisa dilaksana berupa ekperimen/percobaan berulang-ulang, projektifitas, atau produktifitas. Aktivitas/kegiatan/proses mencoba-coba lebih dikenal yaitu menghimpun data agar dapat didiskusikan dengan peserta didik/murid/ siswa lainnya atau kelompok/bagian lainnyapada kegiatan belajarnya dilangsungkan. Aktivitas/kegiatan bagian ini, seorang pendidik/guru wajib mengasih banyak kesempatan ke peserta didik/murid/siswanya demi menghimpun data/fakta berdasar dari pengamatan dan coba bertanya kepadanya dari peserta didiknya/muridnya .29 Agar pelaksanaan percobaan atau eksperimen ini dapat berjalan dengan lancar, guru hendaknya melakukan beberapa hal, yaitu: 1. Merumuskan tujuan eksperimen yang akan dilaksanakan siswa/peserta didik/murid. 2. Bersama-sama siswa/murid menyiapkan kelengkapan yang digunakan. 3. Wajib menghitung/menimbang tempat dan waktu. 4. Memfasilitasi kertas/lembar kerja guna arahan kegiatan/aktivitas siswa/peserta didik. 5. Menjelakan masalah/ problematika untuk bahaneksperimen/ percobaan. 6. Membagirata kertas/lembar kerja/tugas setiap siswa/ murid. 7. Siswa/murid/peserta didik melakukan percobaan dengan bimbingan/arahan guru/pendidik. 8. Menghi pun hasil/jawaban kerja/tugas siswa/murid/siswa dan membenarkannya jika ada yang salah, kemudian perlu didiskusikan/ dibicarakan secara umum/klasikal. d. Menalar Menalar secara umum berupa aktivitas berpikir logis/rasional dan penuh perhitungan berdasar fakta-fakta/data empiristis guna obsevasi/ pengamatan untuk memperoleh simpulan/hasil akhir yaitu pengetahuan/ilmu baru/ karya. 1) Guru/pendidik merangkai materi ajar berbentuk jadi berdasar tentuan kurikulum. 2) Guru/pendidik tidak banyak memakai metode lama. Tugas utama guru/pendidik yaitu memberiinstruksi singkat, padat jelas dasar dengan contohnyata baik cara sendiri maupun dengan simulasi yang sudah ada. 3) Materi ajar dirangkai secara bertahapsesuai tingkatan, sederhana/mudah hingga akhir yang kompleks/sulit.



awalnya



dari



yang



4) Proses belajar mengajar memutar pada hasil yang dapat dihitung dan diamati/ dipahami. 5) Tiap-tiap salah harus/wajib cepat-cepat dikoreksi/diperbaiki. 6) Harus diadakan pengulangan/pengujian dan latihan-latihan soal guna sikap yang ditujukan bisa jadi pembiasaan atau kelaziman. 7) Evaluasi/ ujicoba atau penilaian didasarkan dasar sikap fakta atau otentik. 8) Guru/ Pendidik mencatat semua kemajuan&perkembangan peserta didik untuk kemungkinan-kemungkinan beri sikap belajar perbaikan.10 9



10



Agus Ahmadi. Op.Cit. Hal 57. 58.



9



e. Mengkomunikasikan atau Membuat Jejaring Langkah terakhir dalam pendekatan saintifik adalah mengkomunikasikan dari apa yang telah dinalar dan diasosiasikan kepada peserta didik lainya. Akhmadi mengatakan kegiatan/proses/kegiatan belajar&mengajar upaya berkomunikasi artinya menyampaikan/menjelaskan hasil pengamatan/observasi/analisa atau simpulan akhir berdasar dariha sil analisa, dengan cara ucapan lisan, tulisan, atau media lainnya. Proses penyimpulan adalah tindakan lanjut dari proses mengolah, bisa dilaksanakan berbarengan pada suatu satuan kelompok, atau dapat juga mengerjakan mandiri sendiri sehabis mendengarkan/melihat proses kegiatan/altivitas Pengolahan informasi. Peserta didik/murid/siswa dengan bimbingan/arahan pendidik/guru dipacu supaya mampu menuangkan/mengucapkan hasil penalarannya beserta pengamatan yang sudah ia adakan secara pribadi atau berkelompok bersama peserta didik/murid/siswa lainnya. Peserta didik/murid/siswa melalui arahan guru/pendidik bisa diarahkan guna dituju mempresentasikan/menjelaskan, mendialogkan/ mengungkapkan dan menyimpulkan/beropini pada pada pelajaran sudah dipelajarinya dari mengamati hingga langkah terakhir ini yaitu mengkomunikasikan. Mengomunikasikan adalah hasil akhir dari kegiatan pembelajaran dimana siswa/murid/peserta didik mampu bersikap,ber pengetahuan, dan nerketerampilan pada bentuk lisan/ucapan, tulisan/catatan, atau karya/hasil nyata. Proses tersenut jadi sarana/alat supaya siswa/peserta didik/murid terbiasa berbicara, menulis, atau membuat karya guna tersampainya gagasan/ide, pengalaman, dan kesan dan lain sebagainya termasuk dengan melibatkan emosi dan idealismenya. Inti dari pendekatan saintifik dalam pembelajaran adalah memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk aktif mengkontruk pengetahuannya melalui langkah-langkah sistematis/terhitung seperti yang dilakasanakan oleh seorang scientist/ilmuan. Dalam Kesempatanya, tahapan ini diharapkan memacu motivasi belajar, menguatkannya pemahaman, mendalamnya pengertian terhadap ilmu pengetahuan yang dipelajarinya dan semakin positif sikap peserta didik/siswa/murid pada materi belajarnya.11 C.



Penerapan Pendekatan Metode Scientific dalam Pembelajaran PAI SMP



Pendekatan Scientifik/ilmiah sangat gampang di terapkan pada pelajaran Sains. Lumayan kalangan guru/pendidik dan orang-orang yang meneliti/ilmuan berpendapat, dalam menerapkan pendekatan scientifik dalam pembelajaran PAI, cukup sulit dan di butuhkan beberapa syarat/ ketentuan tertentu. Diantaranya adalah: 



Seorang Pendidik/ Guru PAI harus benar benar memahami apa itu pendekatan scientifik, metode/ cara penerapannya dalam proses Pembelajaran PAI pada setiap Jenjangnya.



10



11



Ahmad Salim Op.Cit. Hal. 41



11







D.



Menurut Barringer (dalam Abidin, 2014, hal. 125). Beliau mengatakan proses pembelajaran jika menggunakan metode scientifik adalah pembelajaran yang harus melatih siswa untuk berpikir secara penuh perhitungan dan mendalam.12



Tujuan Pendekatan Scientifik dalam Pembelajaran PAI di SMP Tujuan Pendekatan Scientifik dalam Pembelajaran diantarannya Adalah:  Diharapkan bisa berguna meningkatkan/ mengasah kemampuan berfikir secara kritis(mendalam) bagi siswa/murid/peserta didi.  Menciptakan/memacu kemampuan siswa/murid/peserta didik guna mengatasi masalah secara terarahdanpenuh perhitungan.  Tercapainya sikon yaitu siswa/murid/peserta didik merasa/sadar pentingnya belajar sebagai kebutuhan, Terutama Pembelajaran Agama Islam.  Dapat diperoleh hasil belajar yang maksimal.  Mampu melatih siswa untuk berani mengungkapkan pendapat/gagasannya terhadap suatu permasalahan tertentu yang berkaitan dengan Materi pembelajaran PAI di SMP.  Dapat membantu mengembangkan karakter siswa/murid/peserta didik yang sesuai dengan karakter seorang Muslim.13



E.



Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Scientifik



Kelebihan Pendekatan Scientifik diantaranya adalah:    



Membantu Siswa/peserta didik/murid dalam menajamkan kemampuan/daya berfikirnya. Pengetahuan yang di peroleh dapat dimanfaatkan lebih baik oleh siswa/murid peserta didik. Dapat mengembangkan bakat dan daya tanggap siswa/murid/peserta didil. Berkembangnya daya inisiatif siswa/murid yang juga penting untuk menumbuhkan sikap kepemimpinan dalam dirinya.



Kekurangan Pendekatan Scientifik diantaranya adalah: 



Bagi Siswa/murid yang agak lama untuk memahami pembelajaran, metode ini terkesan sulit diterapkan untuknya.



12



Sulastri, 2018. “Implementasi Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran PAI Di SMP Negeri 2 dam SMP Negeri 5 Kota Bandung”. Jurnal Atthulab, Volume: III, Nomor 2. Hal 187- 188 https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/atthulab/article/view/4213 2018. Diakses pada Senin, 15 Maret Pukul 14.33 Wib. 13



Muhamad Zidane Ansyari, Urwatul Usqo Nur Salsabilla, Muhammad Khairul Rijal. “ PROBLEMATIKA PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN PAI”. Tarbiyah wa ta’lim: Jurnal Penelitian Pendidikan & Pembelajaran vol, 5 No 3, November 2018. Hal 43. https://scholar.googleusercontent.com/scholar?



q=cache:u0NMpSjO55gJ:Sholar.google.com./+Problematika+P endekatan+Saintifif+Pada+Pembelajaran+PAI&hl=id&as-sdt=0,5 Diakses pada Jumat, 12 Maret 2021 Pukul 23.58. Wib.



 



Jika Jumlah siswa/murinya banyak, pendekatan scientifik ini dirasa kurang efisien. Jika dalam penggunaan pendekatan ini, siswa/murid dan guru/pendidik tidak siap, maka pendekatan ini tidak akan efektif dalam penerapannya.14



BAB A.



Kesimpul an



III PENUT UP



Istilah saintifik (scientific) berasal dari bahasa Inggris yang dialihbahasakan menjadi ilmiah, yaitu bersifat ilmu, secara ilmu pengetahuan atau berdasarkan ilmu pengetahuan.Dari dua pengertian di atas, maka dapat diartikan bahwa pendekatan ilmiah adalah (scientific approach) adalah pendekatan atas suatu hal yang didasarkan pada suatu teori ilmiah tertentu.Ide mengenai pendekatan ilmiah ini sejalan dengan ayat di atas, dimana peserta didik dituntut untuk memaksimalkan potensi dirinya yang telah dikaruniakan oleh Allah swt berupa pendengaran, penglihatan dan hati. B.



Saran



Ada sebuah pepatah yang mengatakan “tidak ada gading yang tak retak”. Karena itulah penulis senantiasa menyadari bahwa begitu banyak kekurangan- kekurangan dan kesalahankesalahan yang terdapat dalam makalah ini. Maka dari pada itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sekalian agar kedepannya penulis bisa berusaha menjadi lebih baik lagi.



14



https://text-id.123dok.com/document/1y9rw88ry-kelebihan-pendekatan-saintifik-kekurangan-pendekatansaintifik.html. Diakes pada Senin, 15 Maret Pukul 22.04 Wib.



DAFTAR PUSTAKA Akhmadi, Agus, Pendekatan Saintifik, Model Pembelajaran Masa Depan, Yogyakarta: Araska, 2015. Ansyari, M.Z., Salsabila. U.W.N., & Rijal, M.K.( 2018). Problematika Pendekatan Saintifik Pada Pembelajaran PAI. Tarbiyah Wa Ta’lim:Jurnal Penelitian Pendidikan dan pembelajaran. Vol 5 No 3. 41-49. Atsnan, MF., Penerapan Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran Matematika SMP Kelas VII Materi Bilangan”, Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika dengan tema Penguatan Peran Matematika dan Pendidikan Matematika untuk Indonesia yang Lebih Baik, Yogyakarta 9 November 2013, FMIPA UNY. Ngabalin, Maghfirah, “Persepsi dan Upaya Guru PAI dalam Implementasi Pendekatan Saintifik pada Kurikulum 2013 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara”, Skripsi, UIN Jakarta, 2014. Salim, Ahmad, “Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Madrasah”, Cendekia, Volume 12, Number 1 (Juni 2014): 33-48. Sulastri, dkk, “Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran PAI di SMP Negeri 2 dan SMP Negeri 5 Kota Bandung Tahun 2015”, Tarbawy, Volume 2, Number 1 (2015): 60-74. Sulastri, S. (2018). Implementasi Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran PAI Di SMP Negeri 2 Dan SMP Negeri 5 Kota Bandung. Atthulab: Islamic Religion Teaching and Learning Journal, 3(2). 187- 188. Umiati, “Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VII-D di SMPN 04 Kota Malang”, Skripsi, UIN Malang, 2015, 15 https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/atthulab/article/view/4213 2018 https://text-id.123dok.com/document/1y9rw88ry-kelebihan-pendekatansaintifik- kekurangan-pendekatan-saintifik.html



MAKALAH SISTEM PEMBELAJARAN PAI SMP Sistem dan Model Pembelajaran Peneladanan Pembelajaran PAI di SMP Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Pembelajaran PAI SMP



Dosen Pengampu:



1



Andri Ardiansyah, M.Pd



Disusun Oleh: Kelompok 4



Aliyah Hartati



(191105010480)



Lukmanul Fattah



(191105010484)



Riva Farisha



(191105010495)



PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR 2021



2



KATA PENGANTAR



Bismillahirrahmanirrahim, Allhamdulillahirabbil ‘alamiinn, puji serta syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat, taufik dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Sistem dan Model Pembelajaran Peneladanan Pembelajaran PAI di SMP”.



Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada Bapak dosen Andri Ardiansyah, M.Pd Selaku dosen mata kuliah Sistem Pembelajaran PAI SMP. Penyusun menyadari sekali bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu, kami berharap kepada pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun untuk penyempurnaan makalah kami kedepannya. Penyusun juga berharap semoga makalah ini dapat mudah dipahami oleh siapa pun, dan tentunya dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.



Makalah ini terselesaikan atas kerja sama yang baik dan bantuan dari berbagai pihak. Maka dari itu kami selaku penyusun makalah ini, mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang mendukung pembuatan makalah ini.



Bogor, 04 April 2021



(Kelompok 4)



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ...............................................................................................................i DAFTAR ISI ............................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1 A. Latar Belakang...............................................................................................................1 B. Rumusan Masalah..........................................................................................................1 C. Tujuan............................................................................................................................1 BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................2 A. Pengertian Metode Keteladanan.....................................................................................2 B. Landasan Psikologis Metode Keteladanan......................................................................4 C. Prinsip-prinsip Pelaksanaan Metode Keteladanan..........................................................5 D. Kelebihan dan Kelemahan Metode Keteladanan............................................................7 BAB III PENUTUP...................................................................................................................9 A. Kesimpulan.....................................................................................................................9 B. Saran ...............................................................................................................................9 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................11



ii



iii



BAB I PENDAHULUAN



1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sebuah proses yang melingkupi seluruh fase kehidupan mulai dari lahir sampai dengan kehidupan manusia berkahir. Pendidikan ini memliki tujuan untuk membantu pengoptimalan perkembangan dalam setiap fasenya. Salah satu jenis pendidikan yang harus diberikan kepada manusia adalah pendidikan karakter. Pendidikan karakter adalah usaha pendidik untuk membentuk karakter peserta didik31. Dengan karakter, maka keindahan dan kesempurnaan jasmani manusia menjadi lebih indah dan lebih elok. Contohnya cara berjalan yang tidak menampakan keangkuhan akan membuat indah dilihat. Secara umum, dalam pendidikan, metode yang paling dipandang sangat efektif dalam pembelajaran karakter ini adalah dengan metode keteladanan. Yakni memeberikan contoh ucapan, tindakan dan tingkah laku yang terpuji. Karena dipandang sangat efektif dalam pendidikan umumnya, tentunya metode keteladanan ini juga termasuk metode yang dipandang paling utama dalam pembelajaran karakter. 2. Rumusan Masalah a. Apa yang dimaksud dengan Metode Keteladanan? b. Apa landasan psikologis Metode Keteladanan? c. Apa saja Prinsip-prinsip pelaksanaan Metode Keteladanan? d. Apa saja kelebihan dan kekurangan metode keteladanan? 3. Tujuan a. Untuk mengetahui pengertian Metode Keteladanan. b. Untuk mengetahui landasan psikologis Metode Keteladanan. c. Untuk



mengetahui



Prinsip-prinsip



pelaksanaan



Metode



Keteladanan. d. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan Metode Keteladanan.



Azizah Munawaroh. (2019). Keteladanan Sebagai Metode Pendidikan Karakter. Jurnal Pendidikan Islam. Vol. 7, No. 2, hlm. 122.



31



1



BAB II PEMBAHASAN



3. Pengertian Metode Keteladanan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan guna mencapai tujuan yang telah ditentukan.32 Dengan demikian metode merupakan sebuah jalan yang akan ditempuh guna pencapaian tujuan yang telah di tentukan baik ia dalam lingkungan perusahaan, perdagangan serta pendidikan. Sedangkan keteladanan dasar katanya "teladan" yaitu: (perbuatan atau barang dsb.) Yang patut ditiru dan dicontoh". Kesimpulannya keteladanan ialah hal-hal yang dapat ditiru atau dicontoh.33 Dalam bahasa Arab "keteladan" dissbut dengan kata "uswah" dan "qudwah" yang artinya: pengobatan dan perbaikan (al-Razy, 1980: 7). Menurut As-Sa'dy: pengertian kata "uswah" dan "al-iswah" sebagaimana sesuai dengan Term al-Qur'an berarti suatu keadaan ketika seorang manusia mengikuti manusia lain. Baik dari segi kebaikan maupun keburukan. Maka dari itu kata "uswah" harus digandengkan dengan kata "Hasanah". Yaitu contoh atau teladan yang baik; yaitu suatu jalan yang mengantarkan kepada jalan yang lurus dan diridhai Allah yaitu: (ihdinassiroothal Mustaqiim) jalan yang lurus (as-Sa'dy, 1993: 138). Landasan teori keteladanan:



ِ ‫اهلل اُسوةٌ حسنَةٌ لِّمن َكا َن يرجوا اهلل والْيوم أْل‬ ِ ‫لََق ْد َكا َن لَ ُكم يِف رسو ِل‬ ‫َخَر‬ َ ْ َ َ َ ْ ُ َْ ْ َ َ َ َْ ُْ َ ْ ْ ‫كثِْيرا‬ ً َ َ‫َوذَ َكَر اهلل‬ “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan kedatangan hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. (QS. Al-Ahzab: 21)



Sikap merupakan kecenderungan seseorang dalam menerima ataupun menolak suatu objek berdasarkan nilai-nilai yang dianggapnya baik ataupun nilai-nilai yang dianggapnya tidak. Dengan demikian 32



Taklimudin, Febi Saputra. (2018). Metode Keteladanan Pendidikan Islam dalam Perspektif Qur’an. Jurnal Pendidikan Islam. Vol. 3. Hlm. 11.



33



Ibid, hlm.11. 2



menanamkan sikap berarti mengajarkan dan membiasakan untuk menerima atau menolak suatu objek. maka dari penumbuhan sikap ini termasuk hal yang urgen yang mesti diperhatikan dan di sini pulalah peran orang tua serta pendidik sebagai penanggung jawab pendidikan anak untuk memberikan pemahaman yang benar tentang suatu objek. Sebab penilaian terhadap objek sebagai sesuatu yang baik atau yang tidak baik merupakan suatu kemampuan internal yang berperan sekali dalam mengambil tindakan (action). Pembentukan sikap dapat dilakukan melalui keteladanan yaitu proses asimilasi atau proses mencontoh. asimilasi atau melakukan peniruan merupakan salah satu karakter anak yang sedang sangat berkembang. Hal-hal yang ditiru itu merupakan perilaku-perilaku yang diperagakan atau dilakukan oleh orang yang menjadi idolanya. Prinsip peniruan ini disebut dengan modelling yaitu proses peniruan anak terhadap orang lain yang menjadi idolanya atau orang yang dihormatinya. Pemodelan biasanya dimulai dari perasaan kagum. Dan ruang lingkup utama anak itu berada di dalam ruang lingkup keluarga maka dari itu peran orang tua di sini sangat penting dalam mewujudkan pembentukan sikap yang baik, yaitu dengan bersikap yang baik dan akhlakul karimah guna memberikan kesan terbaik kepada anak dan menjadikan dirinya sebagai idola bagi anak-anaknya. Ruang lingkup selanjutnya setelah keluarga ialah di sekolah. Karena itu keteladanan guru merupakan suatu metode dalam mendidik dan membentuk sikap anak kearah kebaikan dan bermoral. Tingkah laku orang tua dan guru baik dalam berbicara berbuat bertindak bertingkah laku merupakan contoh bagi anak-anaknya serta anak didik di dalam mengembangkan sikap dan kepribadiannya. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa metode keteladanan merupakan suatu jalan yang ditempuh seseorang dalam proses pendidikan melalui perbuatan/tingkah laku yang patut ditiru (modelling). Keteladanan dalam pendidikan adalah metode yang paling meyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk sikap anak, moral, spiritual dan sosial yang baik. Hal ini penting dilakukan, karena orang tua dan guru sebagai pendidik adalah contoh terbaik dalam pandangan anak yang akan ditiru melalui tingkah lakunya sopan santunnya baik disadari atau tidak, bahkan hal itu secara langsung tercetak dalam jiwa dan perasaan nya, baik dalam ucapan maupun perbuatan.34



4. Landasan Psikologis Metode Keteladanan



Hafsah Sitompul. (2016). Metode Keteladanan dan Pembiasaan dalam Penanaman Nilai Nilai dan Pembentukan Sikap pada Anak. Jurnal Darul Ilmi. Vol. 04. hlm. 60



34



3



Setiap manusia mempunyai gharizah (naluri). Naluri adalah hasrat yang memicu manusia membutuhkan sebuah keteladanan. Hasrat ini, ada dalam setiap jiwa manusia, dan selalu mendorong untuk meniru kepada orang . Peniruan naluriah (taqlid gharizi) dalam pendidikan Islam, sekurang-kurangnya diklasifikasikan dalam tiga bentuk dorongan, antara lain: 1. Keinginan untuk meniru dan mencontoh Pada diri anak atau pemuda ada keinginan halus yang tidak disadari untuk meniru orang yang dikaguminya, mulai dari cara bicaranya, cara bergerak, cara bergaul, cara menulis, dan lain-lain, bahkan gaya hidup mereka sehari-hari tanpa disengaja. Proses peniruan kadang kala akan mempengaruhi tingkah laku mereka bahkan di level kepribadiannya. Maka betul sekali, ada ajaran agama menganjurkan agar setiap seseorang lebih condong pada perbuatan baik, karena bisa saja di sekitarnya ada orang yang memperhatikan dan menirunya. 2. Kesiapan untuk meniru Ada tahapan dan potensi dalam usia seseorang yang cendrung terdorong meniru. Ajaran agama meresponnya, agar orang tua memberikan teladan kepada anak-anaknya. Misalnya, melakukan shalat dengan menyuruh anak untuk melakukannya juga, namun tidak memaksa anaknya yang masih belum usia tujuh tahun meniru keseluruhan gerakan, bacaan, dan do’a-do’a dalam shalat. Menyuruh anak agar shalat hanya dalam rangka pembiasaan anak melalui memberikan keteladanan dalam hal shalat. Pada prinsipnya, orangtua maupun guru harus mempertimbangkan potensi anak sewaktu kita akan mengarahkan atau membimbing mereka. 3. Tujuan unutuk meniru Tujuan peniruan terkadang disadari dan tidak disadari oleh yang bersangkutan. Namun, orientasinya bersifat biologis, biasanya terjadi pada anak kecil. Hal ini, bisa dilihat pada peniruan anak-anak dan kelompok masa dengan tujuan mendapatkan perlindungan atau kekuatan yang dimilik oleh figur otoritas. Pada peniruan yang disadari, maka nuansanya bukan sekedar ikut-ikutan lagi, melainkan sudah melibatkan pertimbangan pikiran. Peniruan yang disadari dalam pendidikan Islam disebut ittiba’ (patuh). Ittiba’ semacam ini merupakan yang paling tinggi karena atas dasar pengetahuan.35 5. Prinsip-prinsip dasar pelaksanaaan metode keteladanan 35



Abdul Hamid. (2020). Penerapan Metode Keteladanan Sebagai Strategi Pembelajaran Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam. Al-Fikrah, 3(2), hlm. 162-163.



4



Keteladanan sebagai metode pendidikan Islam dipandang efektif memberikan pengaruh positif, baik secara kognitif dan afektif. Bernilai positif jika penggunaannya didasari prinsip-prinsip penggunaan sebagaimana dalam proses belajar mengajar. Adapun prinsip-prinsip pelaksanaan metode keteladanan dalam proses belajar mengajar adalah menegakkan uswatu Alhasanah. Sekurang-kurangnya terklasifikasi dalam tiga prinsip dasar, sebagai berikut: 1. Al-Tawassu' fil Maqhosid la fi Alat ( memperdalam tujuan bukan alat ) Objek utama dalam memperdalam tujuan dari keteladanan ialah seorang guru. Ungkapan keteladanan bukan alat, tapi sebagai tujuan dimaksudkan untuk merespon asumsi bahwa keteladanan itu hanyalah bersifat teoritis, Melainkan sebuah praktik langsung dalam bentuk tindakan atau perilaku seorang guru karena keteladanan mengandung dua kemungkinan yaitu keteladanan jelek dan baik. Sejalan dengan tujuan pendidikan Islam yang bertujuan membentuk Manusia berilmu yang berakhlak mulia, beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. 2. Mura'atul Isti'dat Wa thabi'i ( memperhatikan kesiapan dan kecenderungan peserta didik) Mengetahui bawaan watak dan kecenderungan seorang guru dapat siasati cara mendidik anak-anak tersebut. Dan disinilah fungsi lingkungan pendidikan. Dengan metode keteladanan yang digunakan guru diharapkan dapat memberikan kontribusi pada perubahan perilaku dan kematangan pola pikir peserta didik. Atas dasar karakter peserta didik yang secara Fitrah mempunyai naluri meniru, maka penyiasatan seorang guru disesuaikan dengan pembawaan dan kecenderungan peserta didik.



3. Min al-Mahsus Ila al-Ma'qul (sesuatu yang bisa diindera ke rasional) Panca indra memudahkan manusia untuk memahami sesuatu titik dari hasil tangkapan pancaindra selanjutnya berubah menjadi persepsi yaitu respon kita terhadap sensasi dan menetap di dalam memori. Demikian pula hasil amatan peserta didik kepada tingkah laku gurunya akan berubah menjadi presepsi lalu menjadi respon peserta didik untuk dimaknai dan ditiru. Maka peran guru sangat penting dalam mencerminkan nilai-nilai yang menjunjung norma agama.



5



Penjelasan tiga prinsip dasar metode keteladanan dalam konteks realisasi tujuan pendidikan menggambarkan pentingnya guru menjaga tingkah lakunya di depan peserta didiknya. Seberapa banyak pun prinsip yang ada tanpa disertai dengan contoh keteladanan akan hanya menjadikan prinsip-prinsip tersebut menjadi kumpulan resep yang tak bermakna. Maka, patut disesali jika seorang guru mengajarkan suatu kebaikan tapi ia sendiri tidak melakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam al-Qur'an telah dijelaskan:



ِ ‫أَتَأْمرو َن ٱلن ِ رِب‬ ‫ون‬ َ ُ‫ك ٰتَب ۚ أَفَاَل َت ْع ِقل‬ َ ْ‫نس ْو َن أَن ُف َس ُك ْم َوأَنتُ ْم َتْتلُو َن ٱل‬ َ ُُ َ َ‫َّاس بٱلْ ِّ َوت‬



Artinya: "Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu membaca Al kitab (Taurat)? Maka Tidaklah kamu berpikir?" (QS. AlBaqarah [2]: 44)”. Penjelasan dalam firman Allah di atas, mengandung sebuah pelajaran bahwa sebagai seorang guru bukan hanya memberikan perintah melainkan juga memberikan teladan dalam mempraktekkan ajarannya yang tercermin di dalam perilaku sehari-harinya, sehingga peserta didik dapat mengikuti tanpa ada unsur paksaan.36



Bentuk pengaplikasian metode peneladanan: D. Direct Yaitu pendidik benar-benar mengaktualisasikan dirinya sebagai contoh teladan yang baik bagi anak didik. E. Indirect Yaitu memberikan teladan kepada peserta didiknya dengan cara menceritakan kisah-kisah teladan baik itu yang berupa riwayat para nabi, kisah-kisah pahlawan dan Syuhada, kisah-kisah orang besar yang bertujuan agar peserta didik menjadikan tokoh-tokoh tersebut sebagai gambaran suri teladan dalam kehidupan mereka. 6. Kelebihan dan Kelemahan Metode Keteladanan Hampir semua metode pembelajaran mempunyai kelebihan dan kelemahan, demikian juga metode keteladanan. Walaupun kelebihan dan kelemahannya tak bisa dilihat secara jelas, namun secara interpretatif dapat dijelaskan sebagai berikut: D. Kelebihan 36



Ibid, hlm. 163-165. 6



1. Peserta didik dapat terbantukan dengan mudah menerapkan ilmu yang dipelajari di lingkungan sekolah. Sementara itu, guru dituntut aktif memberikan pelajaran di sekolah maupun di luar sekolah. 2. Guru mudah dalam melakukan evaluasi hasil belajar peserta didiknya. Sejauhmana keberhasilan dalam belajar peserta didik, maksimal tidaknya materi pelajaran yang disampaikan guru, dan sejauhmana peserta didik memahami dan menguasai pelajaran yang telah diberikan. 3. Memberikan keteladanan kepada peserta didik hingga terpatri dalam



jiwanya,



akan



mempermudah



mewujudkan



tujuan



pendidikan lebih terarah dan tercapai dengan baik. 4. Capaian tujuan pendidikan melalui metode keteladan yang diterapkan tidak hanya lingkungan saja, melainkan dalam keluarga, dan masyarakat akan tercipta situasi yang baik. Tiga-tiganya merupakan elemen penting kerjasama dalam mewujudkan tujuan pendidikan. 5. Tercipta hubungan yang harmonis antara guru dan peserta didik, karena melalui metode keteladanan seorang guru seolah menjadi mitra bagi peserta didiknya. Guru akan semakin dihargai, dicintai, dan ditaati hingga keharmonisan dalam interaksinya. 6. Keteladanan menjadi sebuah metode aplikatif, yang menuntut seorang guru tidak hanya mengajarkan pengetahuan teoritis, melainkan juga praktis, yakni dengan memberikan contoh dalam prilakunya sehari-hari. Sementara peserta didik melihat dan memaknai langsung prilaku gurunya untuk ditiru. 7. Kredibilitas guru sebagai pendidik akan semakin diakui, karena sifat terpuji yang patut ditiru oleh peserta didiknya disamping keilmuan yang dimilikinya. Sehingga mempengaruhi anggapan masyarakat, bahwa guru yang bersangkutan layak menjadi contoh dalam kehidupan. E. Kelemahan



7



1. Guru dan orang tua merupakan figur otoritas (orang yang diidolakan) oleh seorang anak. Setidaknya mereka memiliki sifat yang baik. Dengan memiliki sifat yang baik anak akan meniru perbuatan baiknya. Alhasil, baik guru maupun orang tua peserta didik mempunyai kewajiban berprilaku baik karena dari mereka sifat baik maupun jelek ditirukan. Yang menjadi masalah, guru merasa dituntut untuk berprilaku baik, demikian orang tua harus berprilaku baik. Akhirnya, prilaku guru dan orang tua menjadi tidak alami, dan terkesan dipaksa. 2. Keajegan (istiqamah) dalam berprilaku baik menjadi hal penting dalam menerapkan metode keteladanan. Guru maupun orang tua dalam sekali saja terlihat berprilaku tidak sesuai dengan yang diajarkan selama proses belajar mengajar akan mengurangi empati dan rasa hormat anak atau peserta didik kepada guru maupun orang tuanya. Ini akan menimbulkan verbalisme pada anak atau peserta didik, yakni belajar tanpa pengahayatan dan pengamalan subtansinya.37



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan Metode keteladanan dalam pembelajaran PAI sangat meyakinkan keberhasilannya dalam membentuk sikap, perilaku serta pribadi yang bermoral bagi peserta didik. Dengan menggunakan tenik modelling yaitu 37



Ibid, hlm. 165-167. 8



peniruan oleh peserta didik dengan melihat tingkah laku orang tua serta guru, yakni perilaku yang baik, baik ia dalam bentuk perbuatan, perkataan, tindakan, sifat dll. Maka dari itu metode keteladanan ini membutuhkan kerjasama antara guru, orang tua serta masyarakat untuk pencapaian tujuan pendidikan yaitu menjadikan anak bangsa yang beriman serta bermoral. Landasan psikologis metode keteladanan yang telah kami dapatkan ada tiga : keinginan untuk meniru dan mencontoh, kesiapan untuk meniru dan tujuan untuk meniru. Serta kelebihan dan kekurangan diantara lain: peserta didik dapat terbantu dalam pengaplikasian ilmu di lingkungan sekolah, memudahkan guru untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik, memberikan keteladan yang terpatri dalam jiwa peserta didik. Kelemahannya: memberikan kesan kurang natural atas tingkah laku guru karena tuntutan berbuat baik, menghilangkan motivasi belajar siswa bila mana guru salah meberikan sikap kepada murid yang meyebabkan lunturnya rasa hormat peserta didik. Dan bentuk pengaplikasian guru dalam menerapkan metode ini di dalam kelas ada dua : langsung dan tidak langsung. prinsip-prinsip dasar pelaksanaan metode keteladanan yang telah kami cantukan didalam makalah ada 3 : al- Tawassu’ fil maqhosid la fi alat, Mura’atul Isti’dat Wa thabi’i, Min al- maqsus ila al-ma’qul. Dari penjelasan prinsip-prinsip dasar tersebut dapat di kutip bahwa sebagai peserta didik kita bukan hanya mengajarkan keteladanan melalui teori tapi juga harus disertai dengan praktik. B. Saran Kami sebagai penyusun memahami banyak kesalahan dan kekurangan dari penulisan makalah kami.Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk memperbaiki semua kesalahan dan kekurangan yang ada dalam makalah kami. Kami juga menyadari akan terbatasnya literasi yang kami gunakan untuk penulisan makalah ini. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.



9



DAFTAR PUSTAKA



Munawaroh, Azizah. (2019). Keteladanan Sebagai Metode Pendidikan Karakter. Jurnal Pendidikan Islam. Vol. 7, No. 2, hlm. 122. Taklimudin, Saputra Febi. (2018). Metode Keteladanan Pendidikan Islam dalam Perspektif Qur’an. Jurnal Pendidikan Islam. Vol. 3. dari UIN Raden Fatah Palembang. Sitompul, Hafsah. (2016). Metode Keteladanan dan Pembiasaan dalam Penanaman Nilai-Nilai dan Pembentukan Sikap pada Anak. Jurnal Darul Ilmi. Vol. 04. Azhari Amri dkk. 2020. Metode Keteladanan Pendidikan Islam Perspektif AlQur’an dan Hadist. Annual Conference on Islamic Education and Thought. Aciet, Vol I, No I. Dari Pascasarjana Universitas Ibnu Khaldun, Indonesia.



10



Hamid, Abdul. (2020). Penerapan Metode Keteladanan Sebagai Strategi Pembelajaran Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam. AlFikrah, 3(2), hlm. 162-163.



MAKALAH SISTEM PEMBELAJARAN PAI SMP Praktek Sistem Pembelajaran Pemotivasian Pengamalan Sholat, Dzikir, Dan Do’a



11



(Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sistem Pembelajaran PAI SMP)



Dosen Pengampu : Andri Ardiansyah, M.pd



Disusun oleh : Kelompok 13



Salsabila Liyana



(191105010493) (191105010489)



Siti Iklimah



12



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR 2021



KATA PENGANTAR Assalamua’alaikum.Wr.Wb.



Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Praktek Sistem Pembelajaran Pemotivasian Pengalaman Sholat, Dzikir, Dan Do’a” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Sistem Pembelajaran PAI SMP. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Praktek Sistem Pembelajaran Pemotivasian Pengalaman Sholat, Dzikir, Dan Do’a” bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Kami mengucapkan terima kasih kepada Andri Ardiansyah, M.pd selaku dosen pengampu mata kuliah Sistem Pembelajaran PAI SMP yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan mata kuliah yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.



13



Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.



Bogor, 30 Juni 2021



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR.......................................................................................................2



14



DAFTAR ISI......................................................................................................................3 BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4 A. Latar Belakang..........................................................................................................4 B. Rumusan Masalah.....................................................................................................4 C. Tujuan.......................................................................................................................4 BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................5 A. Praktek Sistem Pembelajaran Pemotivasian..............................................................5 B. Pengamalan Shalat.....................................................................................................8 C. Pengamalan Dzikir..................................................................................................10 D. Pengamalan Do’a....................................................................................................11 BAB III PENUTUP..........................................................................................................13 A.



Kesimpulan..........................................................................................................13



B.



Saran....................................................................................................................13



DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................14



15



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Motivasi bagi seorang pelajar sangatlah penting, karena tanpa motivasi dalam menuntut ilmu akan mempengaruhi hasil yang didapat tentunya kurang maksimal karena kurang semangat dalam menjalankan proses belajar. Oleh karena itu kita selaku calon pendidik harus bisa memahami pengertian motivasi itu sendiri dan kita harus bisa memahami bagaimana teknik kita dalam membangkitkan motivasi itu sendiri.



Sesuai dengan hal ini, maka sebagai seorang guru yang bertugas menjadi fasilitas dan juga dituntut mampu menumbuhkan motivasi dalam diri masing-masing peserta didiknya, harus mampu meningkatkan kualitas penegtahuan yang kita miliki untuk mewujudkan proses belajar yang yang aktif, kreatif dan menyenangkan dan tentunya mampu menumbuhkan motivasi dari peserta didik. Hal ini harus dimiliki oleh setiap guru agar 16



tujuan dari pendidikan bisa terwujud. Hal ini merupakan tantangan bagi seorang pendidik dalam menjalankan baktinya selaku pendidik untuk anak bangsa sesuai dengan UUD 1945 yang berbunyi mencerdaskan kehidupan bangsa.



B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian sistem pemebelajaran pemotivasian ? 2. Apa saja komponen pengamalan shalat ? 3. Bagaimana pengamalan dzikir diterapakan dalam pembelajaran ? 4. Apa saja pengamalan do’a di sistem pembelajaran ? 5. C. Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian sistem pemebelajaran pemotivasian 2. Untuk memhami komponen pengamalan shalat 3. Untuk mengetahui cara pengamalan dzikir d dalam pembelajaran 4. Untuk memhami pengamalan do’a di sistem pembelajaran BAB II PEMBAHASAN



A. Praktek Sistem Pembelajaran Pemotivasian 1. Pemotivasian dalam pembelajaran



Motivasi adalah perubahan tenaga di dalam diri seseorang yang ditandai dengan dorongan yang berasal dari diri seseorang untuk mencapai tujuan. Dorongan dan reaksi-reaksi usaha yang disebabkan karena adanya kebutuhan untuk berprestasi dalam hidup. Hal tersebut 17



menjadikan individu memiliki usaha, keinginan dan dorong untuk mencapai hasil belajar yang tinggi. Bahwa Hasil belajar merupakan cerminan kemampuan penguasaan seseorang atas mata pelajaran yang diajarkan38.



Motivasi sangat mempengaruhi baik tidaknya suatu tindakan guna mencapai suatu tujuan yang hendak dicapainya. Baik faktor intrinsik dan ekstrinsik pun sangat diperlukan. Peserta didik yang tinggi motivasinya, maka dia akan tambah gigih dalam berusaha, pantang menyerah. Gigih dalam berusaha untuk melaksanakan shalat itu merupakan hal yang sangat diharapkan, karena shalat merupakan sebuah kewajiban bagi seorang muslim. Peran seorang guru adalah mengajar dan mendidik peserta didik menuju pada jenjang pendewasaan dan merubah pola fikir dan tingkah laku. Begitu juga dengan peran guru agama yang diharapkan dapat mengantarkan anak didiknya menjadi manusia yang bertaqwa, beriman, dan beramal soleh.



Guru pendidikan agama Islam bukan hanya mengajar di kelas saja, namun guru juga berperan sebagai pembawa norma-norma agama di tengah-tengah masyarakat. Jika manusia itu lahir dengan fitrah membawa



kebaikan



maka



tugas



pendidik



haruslah



dapat



mengembangkan elemen elemen agar dapat menjadi manusia yang baik. Berbagai upaya yang dilakukan guru guna meningkatkan kualitas peserta didik, untuk membentuk peserta didik yang aktif dan didasarkan pada ajaran agama Islam yang kental, baik dari segi hati maupun amal perbuatan. Ibadah shalat itu bertujuan untuk mendekatkan diri pada



38



https://media.neliti.com/media/publications/287678-pengaruh-motivasi-dalampembelajaran-dc0dd462.pdf



18



Allah SWT serta mencegah peserta didik dari perbuatan keji dan munkar.39 Oleh karena itu, upaya guru dalam melaksanakan shalat perlu mendapat perhatian dan penanganan khusus, serius, sistematis, dan berkesinambungan.



B. Pengamalan Shalat 1. Pengenalan Pengamalan



Mendirikan



shalat



merupakan



kewajiban



bagi



setiap



muslim/muslimat yang sudah dewasa (Zaitun & Habiba, 2013), (Kamran, 2018). Menjadi pribadi muslim yang rajin untuk mendirikan shalat bukanlah hal yang mudah (Doufesh et al., 2014), oleh karenanya dibutuhkan pembiasaan sejak usia remaja seperti usia sekolah sehingga nanti pada saat dewasa peserta didik tidak lagi merasakan ibadah shalat sebagai suatu yang berat untuk dilaksanakan. Pembiasaan ibadah shalat bagi siswa akan sulit terwujud tanpa melibatkan pihak- pihak yang lebih dekat dan banyak berinteraksi dengan anak, terutama orang tua atau keluarga tempat tinggal anak, karena sesuai dengan hasil penelitian terdahulu shalat jika hanya mengandalkan apa yang didapat siswa di sekolah maka jarang di antara siswa yang bisa mengamalkan apa yang mereka ketahui (Loughran, 2002), (Mathew et al., 2017). Di sisi lain, pembelajaran ibadah shalat seperti yang didapat oleh siswa di sekolah juga sering tidak dapat dilaksanakan oleh siswa secara baik dan benar sesuai waktu serta cukup syarat dan rukunnya (Iswari et al., 2020). Sulitnya membentuk pribadi yang taat dalam melaksanakan ibadah shalat



39



Amin Rais, Tauhid Sosial ’Formula Menggempur Kesenjangan’ ( Bandung: Mizan, 1998), hal. 60.



19



maka pembiasaan sejak usia sekolah dengan melibatkan orang tua di rumah dan guru di sekolah40.



Kemampuan guru dalam membangun kerjasama dengan orang tua wali atau orang tua siswa merupakan bagian dari indikator kompetensi sosial guru (Tisnelly et al., 2020), membangun kerjasama antara guru dengan orang tua merupakan bagian dari sistem pendidikan yang ada di dalam Islam, dimana orang tua, rumah dan keluargan merupakan sekolah pertama bagi anak-anak (Yulianti et al., 2019). Sebagai sekolah pertama, orang tua dan keluarga dari setiap peserta didik menduduki posisi paling tinggi dalam setiap pengembangan peserta didik (Saracostti et al., 2019) baik dari segi kognitif, afektif, maupun psikomotor (Sönmez, 2017), (Wu et al., 2019). Tingginya posisi orang tua dalam pengembangan kemampuan peserta didik tidak terlepas dari kuantitas waktu anak yang lebih banyak bersama orang tua di lingkungan keluarga dibanding bersama guru di sekolah (Mackay, 2005), (Fan, 2017), (Mouton et al., 2018). Mengingat posisi orang tua sangat tinggi dalam meningkatkan kemampuan anak maka membangun kerjasama antara guru dan orang tua dalam meningkatkan kemampuan anak menjadi suatu keharusan.



2. Pengamalan Shalat di Sekolah



A. Membiasakan Shalat Berjama’ah Untuk Meningkatkan Kedisiplinan Salah satu cara yang pertama ini patut kita ajari dan kita terapkan di sekolah untuk meningkatkan kedisiplina siswa dalam melaksanakan 40



Afni Rozi, Riki Saputra, Rahmi. (2020). “Peningkatan Pengamalan Ibadah Shalat Siswa Melalui Kerjasama Guru dengan Orang Tua Wali di SMP Negeri 2 Talamau”. Jurnal Kajian Dan Pengembangan Umat. Vol. 3 No. 2 hal. 2



20



shalat dengan tepat waktu. Contohnya seperti mewajibkan siswa untuk shalat sunnah dhuha sebelum jam istirahat dan shalat dzuhur berjama’ah. B. Memberikan contoh atau teladan kepada peserta didik Seorang pendidik haruslah memiliki kepribadian yang baik, karena pendidik akan mendidik dan bertanggung jawab terhadap peserta didiknya. Kepribadian itulah yang akan menentukan apakah dia akan menjadi pendidik dan pembina yang baik ataukah akan menjadi perusak masa depan peserta didiknya.41 Konsep keteladanan sudah diberikan dengan cara Allah mengutus Nabi Muhammad SAW untuk menjadi panutan yang baik bagi umat Islam sepanjang sejarah dan bagi semua manusia disetiap masa dan tempat. Guru bagaikan lampu penerang dan bukan penunjuk jalan, keteladanan ini harus senantiasa dipupuk, dipelihara oleh para pengemban risalah. Guru haruslah memiliki sifat tersebut. Sebab guru ibarat naskah asli yang hendak dicopi oleh peserta didiknya.42 Dengan memberikan contoh kepada peserta didik yakni melakukan shalat yang dapat diikuti oleh peserta didik. Peserta didik cenderung melihat contoh terlebih dahulu daripada sadar dengan sendirinya. C. Memberikan Reward dan Menghukum yang bersifat mendidik Memberi hadiah merupakan metode pemberian motivasi peserta didik yang berprestasi/rajin melakukan ibadah agar peserta didik tersebut rajin untuk melakukan ibadah. Menghukum apabila peserta didik bersalah merupakan usaha yang diberikan guru kepada peserta didik apabila terpaksa dan hukumannya bersifat mendidik dalam rangka mendisiplinkan peserta didik, sehingga hukuman itu dapat memberi kesadaran peserta didik bahwa mereka telah



41



Zakiyah Darajat, Kepribadian Guru (Jakarta: Bulan Bintang, 1980), hal. 16 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru(Bandung: PT. Rosdakarya, 2005),hal. .50. 42



21



melakukan kesalahan. Dengan harapan tidak akan melakukan kesalahan yang sama.43



D. Pengamalan Dzikir 1. Pengenalan Pengamalan Dzikir Dzikir pada hakikatnya adalah mengingat Allah dan melupakan apa saja selain Allah ketika dalam berdzikir. Maka implikasi adanya dzikir yang demikian meliputi mengingat, memperhatikan, dan merasa dirinya senantiasa diawasi oleh Tuhan bahkan berpengaruh luas terhadap jiwa dan kesadaran yang kemudian diaktualisasikan pada pola pemikiran dan tingkah laku. Dzikir merupakan kesadaran muslim sebagai makhluk Allah yang wajib untuk mengingat-Nya baik dalam lisan, hati, dan ruh serta berpikir secara islami dan berbuat sesuai syari’at Islam, baik ketika dia sedang berdiri, duduk, ataupun berbaring. Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan yang berperan dalam pembentukan karakter generasi bangsa yang unggul dan berakhlak mulia. Pendidikan karakter merupakan pondasi bangsa yang sangat penting dan perlu ditanamkan sejak dini kepada anak-anak. Pendidikan karakter dapat ditumbuhkan melalui kegiatan pembiasaan yang positif. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk memberikan pembiasaan yang baik yaitu kegiatan berzikir.44



2. Pengamalan Dzikir Salah satu contoh pengamalan dzikir di sekolah yaitu dengan membiasakan siswa untuk membaca dzikir al-ma’tsurat sebelum kelas dimulai. Seorang pendidik perlu menanamkan kepada peserta didiknya 43



Ahmad Tafsir, Metodelogi Pengajaran Agama Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya, hal. 140. https://www.republika.co.id/berita/pzxb9m349/berzikir-sebagai-sarana-untuk-berpikir (diakses pada tanggal 29 Juni 2021 44



22



akan pentingnya berdzikir. Sebelum memulai pembelajaran, luangkan waktu paling tidak 15 menit untuk berdzikir. Hal tersebut dilakukan dalam rangka memotivasi peserta didik untuk memulai aktivitasnya dengan mengingat Allah dan berdzikir sebelum memulai pembelajaran juga dapat meningkatkan karakter siswa yang memiliki nilai-nilai dan prinsip yang baik serta berakhlakul karimah. A. Pengamalan Doa 1. Pengenalan Pengalaman Doa Doa ialah ibadah yang agung dan amal shaleh yang utama. Bahkan ia merupakan esensi ibadah dan subtansinya. Ibnu Katsir Menafsirkan, “Beribadah kepada-Ku”, yaitu berdoa kepada-Ku dan mentauhidkan-Ku. Kemudian, Allah mengancam mereka yang menyombongkan diri dari berdoa kepada-Nya. Bagi yang mentadaburi al-Qur‟an kan mendapati bahwa Allah telah banyak memberikan motivasi kepada hamba-hambaNya untuk selalu berdoa kepada-Nya, merasa rendah diri, tunduk dan mengeluhkan segala kebutuhan kepada-Nya. Dengan demikian doa ialah perkara yang besar dan agung. Sebab, di dalamnya seseorang hamba menampakkan bahwa ia benar-benar fakir dan butuh kepada Allah. Wahyunita, Wahyunita. "Nilai-Nilai Pendidikan Islam Pada Doa-Doa Nabi Ibrahim As. Di Dalam Alquran." (2019). Islam adalah agama yang mengatur segala aspek kehidupan manusia, mulai dari yang sederhana sampai yang rumit. Salah satu bentuk aturan Islam di dalam aspek kehidupan adalah dianjurkannya berdoa sebagai pengiring setiap perbuatan manusia, apakah sebelum atau sesudahnya agar mereka memperoleh keutamaan di dunia dan di akhirat. Tujuan berdoa tidak hanya meminta kepada Tuhan untuk mewujudkan keinginan saja, tetapi berharap kegiatan yang dilakukan mendapatkan berkah dan keridhoan dari Sang Pencipta. Mengajarkan anak berdoa dalam setiap kegiatan juga dapat melatih kedisiplinan, kesabaran dan selalu mengingat Allah baik dalam memulai kegiatan hingga mengakhiri kegiatan. Menerapkan pembiasaan agar anak terbiasa berdoa dalam setiap 23



kegiatan sangatlah penting karena dasar bagi anak dalam bersikap sehingga mempunyai kepribadian yang kuat serta akhlak yang terpuji. 1. Membiasakan siswa untuk berdzikir sebelum kelas dimulai. Seorang pendidik perlu menanamkan kepada peserta didiknya akan pentingnya berdzikir. Sebelum memulai pembelajaran, luangkan waktu paling tidak 15 menit untuk berdzikir. Hal tersebut dilakukan dalam rangka memotivasi peserta didik untuk memulai aktivitasnya dengan mengingat Allah dan berdzikir sebelum memulai pembelajaran juga dapat meningkatkan karakter siswa yang memiliki nilai-nilai dan prinsip yang baik serta berakhlakul karimah.



2. Membuat stiker doa Pembuatan stiker adalah salah satu media pembelajaran yang dapat mendukung siswa dalam pengamalan belajarnya. Dalam pembelajaran pengamalan doa di sekolah, sekolah perlu menyediakan lingkungan yang mendukung terhadap pembelajaran pengamalan doa ini. Sekolah dapat membuat stiker-stiker doa disekitaran sekolah ataupun disetiap ruang kelas dan tempat-tempat tertentu. Hal tersebut dilakukan agar memotivasi anak untuk selalu berdoa sebelum mengawali aktivitasnya.



24



BAB III PENUTUP



A. KESIMPULAN Bagi seseorang siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi, mempunyai keinginan dan dorongan untuk belajar suatu mata pelajaran, Siswa yang mempunyai keinginan dan dorongan untuk belajar suatu mata pelajaran dilandasi oleh adanya kebutuhan. Salah satu kebutuhan yang dekat dengan keberhasilan dalam belajar suatu mata pelajaran adalah kebutuhan berprestasi. Demikian pula siswa yang memiliki dorongan untuk bertanggung jawab dan pencapaian tujuan belajar, menjadikan peserta didik untuk selalu disiplin dan terarah dalam kegiatan belajar suatu mata pelajaran. Oleh karena itu peserta didik yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi, akan memperoleh hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah. Maka dengan demikian, jika dalam meningkatkan hasil belajar suatu mata pelajaran, perlu adanya upaya peningkatan motivasi belajar siswa. Motivasi yang direalisasikan dalam wujud tindakan, merupakan salah satu faktor yang dapat digunakan untuk memprediksi kemajuan belajar. 25



B. SARAN Kami sebagai penyusun memahami banyak kesalahan dan kekurangan dari penulisan makalah kami. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk memperbaiki semua kesalahan dan kekurangan yang ada dalam makalah kami. Kami juga menyadari akan terbatasnya literasi yang kami gunakan untuk penulisan makalah ini. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk lebih mendalami mengenai Struktur tata laksana Manajemen Pendidikan.



DAFTAR PUSTAKA



Rozi Afni, Saputra Riki, Rahmi. (2020). “Peningkatan Pengamalan Ibadah Shalat Siswa Melalui Kerjasama Guru dengan Orang Tua Wali di SMP Negeri 2 Talamau”. Jurnal Kajian Dan Pengembangan Umat. Vol. 3 No. 2 hal.2 https://media.neliti.com/media/publications/287678-pengaruh-motivasi-dalampembelajaran-dc0dd462.pdf



26



Rais Amin, Tauhid Sosial ’Formula Menggempur Kesenjangan’ ( Bandung: Mizan, 1998), hal. 60.



Darajat Zakiyah, Kepribadian Guru (Jakarta: Bulan Bintang, 1980), hal. 16



Majid Abdul, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru(Bandung: PT. Rosdakarya, 2005),hal. .50.



Tafsir Ahmad, Metodelogi Pengajaran Agama Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya, hal. 140. https://www.republika.co.id/berita/pzxb9m349/berzikir-sebagai-sarana-untukberpikir



MAKALAH PEMBELAJARAN PAI SMP Sistem dan Model Pembelajaran PAI di SMP dengan Pendidikan Karakter (Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran PAI SMP)



27



Dosen Pengampu: Andri Ardiansyah, M.Pd Disusun oleh: Aisyah Salsabila



(191105010462)



Bahar



(191105010491) Rossa Indah Cahyani (191105010476)



PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS IBNU KHALDUN BOGOR



KATA PENGANTAR



Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Sistem dan Model Pembelajaran PAI di SMP dengan Pendidikan Karakter” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Sistem Pembelajran PAI SMP. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Sistem Pembelajaran PAI SMP” bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Andri Ardiansyah,M. Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Sistem Pembelajaran PAI SMP yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan mata kuliah yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya



28



sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.



Bogor, 25 Maret 2021 Tim Penyusun



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia memiliki karakter yang berbeda-beda dan unik antara satu dengan yang lainnya. Di dalam buku Pendidikan Karakter Perspektif Islam dikatakan bahwa karakter adalah berasal dari bahasa Latin “kharakter”, “kharessein”, “kharax” sedangkan dalam bahasa Inggris “character” dan bahasa Indonesia “karakter” yang berarti membuat tajam. Sementara menurut psikologi karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan pada suatu tindakan seorang individu. Karena itu, jika



29



pengetahuan mengenai karakter seseorang itu dapat diketahui, maka dapat diketahui pula bagaimana individu tersebut akan bersikap untuk kondisikondisi tertentu. Karakter adalah ciri khas dari individu yang membedakannya dari individu lain. Ciri tersebut berupa serangkaian sikap, perilaku, motivasi, keterampilan dan cara berfikir seseorang untuk melakukan hal yang terbaik, bertanggung jawab dan dapat mengendalikan diri ketika dalam tekanan. Setiap ciri itu dapat terbentuk sebagai karakter sesuai konteks lingkungan sosial budaya tertentu. Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada peserta didik yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan YME, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Hal tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan agama Islam. Secara umum dikatakan bahwa tujuan pendidikan agama Islam adalah pembentukan kepribadian muslim paripurna (kaffah). Pribadi yang demikian adalah pribadi yang menggambarkan terwujudnya keseluruhan esensi manusia secara kodrati, yaitu sebagai makhluk individu, makhluk sosial, makhluk bermoral, dan makhluk yang ber-Tuhan. Namun, permasalahan muncul sebagai dampak globalisasi ciri-ciri tersebut dirasa hilang sebagai pribadi peserta didik. Perkembangan teknologi dan informasi yang begitu cepat dan mudah diperoleh menyebabkan berbagai dampak negatif seperti mudahnya menerima budaya dari barat dan munculnya sikap ingin meniru sehingga menyebabkan ketidak sesuaian dengan tatanan nilai yang ada di masyarakat. Dalam persoalan seperti ini, pertukaran budaya, informasi, pola hidup antar bangsa terjadi secara alamiah dan tidak dapat dihindari lagi. Pertukaran tersebut berdampak pada perubahan yang secara cepat atau lambat akan ikut serta mendorong terjadinya pergeseran nilai dalam kehidupan masyarakat. Mereka yang besar dalam budaya global seperti itu membatasi pandangan mereka tentang nilai moral yang tampak menghilang dari kehidupan. Misalnya maraknya kasus bullying yang terjadi dikalangan pelajar, kecurangan kunci jawaban saat ujian nasional, perkelahian antar teman, merokok, dan pergaulan bebas, hal tersebut



30



menunjukan bahwa telah terjadi pergeseran nilainilai moral terutama dikalangan pelajar. B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian model pembelajaran pendekatan pendidikan karakter? 2. Apa saja langkah dalam pendekatan pendidikan karakter? 3. Bagaimana penerapan pendekatan pendidikan karakter dalam pembelajaran di PAI SMP? 4. Apa tujuan menggunakan pendekatan pendidikan karakter? 5. Apa saja Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan pendidikan karakter? C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui pengertian model pembelajaran pendekatan endidikan karakter. 2. Mengetahui langkah dalam pendekatan pendidikan karakter 3. Mengetahui Bagaimana penerapan pendekatan pendidikan karakter dalam pembelajaran di PAI SMP 4. Mengetahui tujuan menggunakan pendekatan pendidikan karakter 5. Mengetahui Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan pendidikan karakter



BAB II PEMBAHASAN



31



A. Pengertian Model Pembelajaran Pendekatan Pendidikan Karakter Kamus besar bahasa Indonesia (2007: 17) mendefinisikan kata pembelajaran berasal dari ajar yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui atau diturut, sedangkan pembelajaran berarti proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar45. Proses belajar mengajar (pembelajaran) adalah upaya secara sistematis yang dilakukan guru untuk mewujudkan proses pembelajaran berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi46. Adapun pendidikan agama Islam adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.47 Pendidikan karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada peserta didik yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan YME, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Lickona menyebutkan untuk membentuk karakter yang baik didalamnya meliputi pengetahuan moral, perasaan moral, dan tindakan moral. Ketiga proses tersebut dapat ditanamkan dalam diri siswa melalui pendidikan karakter yang diintegrasikan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang didalamnya terdapat nilai-nilai dan pesan moral. Pembelajaran yang bermuatan pendidikan karakter merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran baik berlangsung di dalam maupun di luar kelas yang berusaha menjadikan peserta didik tidak hanya menguasai kompetensi (materi) tapi juga 45



Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2011), hal. 14 46 Zainal Aqib, Model-model Media dan Strategi Pembelajaran Kontekstual, (Bandung: Yrama Widya, 2013), hal. 66. 47 Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran PAI, (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 2012), hal. 13



32



menjadikan



peserta



didik



mengenal,



menyadari/peduli,



dan



menginternalisasikan nilai-nilai dan menjadikannya perilaku. Adapun pengertian pendidikan karakter menurut para ahli yaitu: 1. Samani dan Hariyanto: Pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga serta rasa dan karsa. 2. Wibowo: Pendidikan karakter adalah suatu pendidkan yang digunakan untuk menanamkan dan mengembangkan karakter kepada peserta didik, sehingga mereka memiliki karakter yang luhur setelah memiliki maka dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari bak di rumah, di sekolah maupun di masyarakat. 3. Salahudin dan Alkrienciechie: Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan moral atau budi pekerti untuk mengembangakan kemampuan seseorang untuk berperilaku yang baik dalam kehidupan sehariharinya. 4. Zubaedi: Pendidikan karakter ialah segala perencanaan usaha yang dilakukan oleh guru yang dapat mempengaruhi pembentukan karkater peserta didiknya, memahami, membentuk, dan memupuk nilai-nilai etika secara keseluruhan. Karakter adalah nilai-nilai yang khas, baik watak, akhlak atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebijakan yang diyakini dan dipergunakan sebagai cara pandang, berpikir, bersikap, berucap dan bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. Dari karakter yang ada pada diri manusida, terdapat nilai-nilai karakter berdasarkan budaya dan bangsa seperti religious, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat atau komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab48.



48



Zaim Elmubarok, Membumikan Pendidikan Nilai, (Bandung: Alfabeta, 2007), hal. 79.



33



B. Langkah Dalam Pendekatan pendidikan karakter Pada dasarnya penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah dapat dilakukan secara terpadu pada setiap kegiatan sekolah. Setiap aktivitas peserta didik di sekolah dapat digunakan sebagai media untuk menanamkan karakter, mengembangkan konasi, dan memfasilitasi peserta didik berperilaku sesuai nilai-nilai yang berlaku. Setidaknya terdapat dua jalur utama dalam menyelenggarakan pendidikan karakter di sekolah, yaitu: 1. Terpadu melalui kegiatan Pembelajaran. Pendidikan karakter secara terpadu di dalam pembelajaran adalah pengenalan nilainilai, fasilitasi diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran, baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran. 2. Terpadu melalui kegiatan Ekstrakurikuler. Pendidikan karakter melalui kegiatan ekstra kurikuler dipandang sangat relevan dan efektif. Nilai-nilai karakter seperti kemandirian, kerjasama, sabar, empati,



cermat



dan



lainya



dapat



diinternalisasikan



dan



direalisasikan dalam setiap kegiatan ekstra kurikuler. a. Langkah-langkah implemenrasi pendidikan karakter di sekolah meliputi: 1. Perancangan 2. Implementasi 3. Monitoring dan Evaluasi 4. Tindak Lanjut. b. Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam tahap penyusunan rancangan pendidikan karakter antara lain:



34



1. Mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan di sekolah yang dapat merealisasikan pendidikan karakter yang perlu dikuasai, dan direalisasikan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, program pendidikan karakter peserta didik direalisasikan dalam dua kelompok kegiatan, yaitu Terpadu dengan pembelajaran pada mata pelajaran dan terpadu melalui kegiatan ekstra kurikuler. 2. Mengembangkan materi pembelajaran untuk setiap jenis kegiatan di sekolah. 3. Mengembangkan



rancangan



pelaksanaan



setiap



kegiatan



ekstrakurikuler di sekolah (tujuan, materi, fasilitas, jadwal, pengajar/fasilitator, pendekatan pelaksanaan, evaluasi). 4. Menyiapkan fasilitas pendukung pelaksanaan program pembentukan karakter di sekolah. C. Penerapan Pendekatan pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran PAI di SMP Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran, antara lain melalui mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma-norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat. Integrasi yang dimaksud meliputi nilai-nilai dalam substansi pada semua mata pelajaran dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang memfasilitasi dipraktikannya nilai-nilai dalam setiap aktivitas pembelajaran di dalam maupun di luar kelas. Adapun nilai-nilai karakter yang terkandung dalam pendidikan karakter dan Pendidikan Agama Islam, dapat dikelompokkan sebagai berikut: Jangkauan sikap dan



Jangkauan sikap dan



35



Jangkauan sikap dan



perilaku



Terhadap Tuhan



Terhadap diri sendiri



perilaku Nilai-nilai



perilaku Nilai-nilai



karakter dalam



karakter dalam



pendidikan karakter Nilai-



pendidikan karakter



nilai karakter dalam



Nilai-nilai karakter dala



Agama Islam Religius (cinta Tuhan dan



Iman, takwa, syukur,



segenap ciptaanya)



ikhlas, sabar, taat,



Mandiri, jujur,



taubat Berusaha keras untuk



bertanggungjawab,



mencapai prestasi



amanah, sopan santun,



terbaik, jujur amanah,



hormat, baik dan rendah



adil, terbuka,



hati



konsisten , hormat, santun, respect, bekerja



Terhadap sesama



Terhadap lingkungan



Kepemimpinan, keadilan



keras, kasih sayang Adil, gotong royong,



dermawan, suka



tidak egoistis, jujur,



menolong dan bekerja



toleran terhadap



keras



perbedaan, bekerja



Peduli sosial dan



keras Tertib, disiplin,



lingkungan



menjaga diri dan lingkungan



Berdasarkan matriks diatas, jelas bahwa tujuan pendidikan bukan hanya pada pengetahuan dan keterampilan teknis (hard skill), akan tetapi juga pada keterampilan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Jadi di dalam pendidikan karakter dan Pendidikan Agama Islam mengandung nilai-nilai karakter baik yang berhubungan dengan Tuhan (hablum minallah), diri sendiri (hablum minannafsi), sesama manusia (hablum minan-nas), lingkungan dan kebangsaan.



36



Intergasi pendidikan karakter dalam proses pembelajaran dapat dilakukan dalam substansi materi, pendekatan, metode dan model evaluasi yang dikembangkan. Tidak semua substansi materi pelajaran cocok untuk semua karakter yang akan dikembangkan, perlu dilakukan seleksi materi dan sinkronisasi dengan karakter yang akan dikembangkan. Pada prinsipnya semua mata pelajaran dapat digunakan sebagai alat untuk mengembangkan semua karakter peserta didik, namun agar tidak terjadi tumpang-tindih dan terabaikannya salah satu karakter yang akan dikembangkan, perlu dilakukan pemetaan berdasarkan materi karakter yang akan dikembangkan49.



D. Tujuan menggunakan Pendekatan pendidikan Karakter Tujuan pendidikan karakter menurut Kemendiknas (2010) dilakukan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional yaitu untuk berkembang potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab50. Sedangkan



dalam



Pusat



Kurikulum



Badan



Penelitian



dan



Pengembangan Kementrian Pendidikan Nasional dalam publikasinya berjudul Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter (2011) menyatakan bahwa pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila 51. Dalam seting sekolah pendidikan karakter memiliki tujuan sebagai berikut : 49



Zaim Elmubarok, Membumikan Pendidikan Nilai, (Bandung: Alfabeta, 2007), hal. 79. Tutuk Ningsih, Implementasi Pendidikan Karakter, (Purwokerto: STAIN Press, 2014), hal67 51 Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model. hal 52 50



37



Pertama, pendidikan karakter adalah memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah (setelah lulus dari sekolah). Kedua, mengkoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah. Ketiga, membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama 52. Memberikan tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikiran, raga, rasa dan karsa53. Dan dalam upaya yang terencana untuk menjadikan peserta didik mengenal, peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai karakter agar berperilaku sebagai insan yang sempurna54.



E. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan pendidikan karakter Pendidikan berbasis karakter dapat mengintegrasikan informasi yang diperolehnya selama dalam pendidikan untuk dijadikan pandangan hidup yang berguna bagi upaya penanggulangan persoalan hidupnya. Pendidikan berbasis karakter akan menunjukkan jati dirinya sebagai manusia yang sadar diri sebagai makhluk, manusia, warga negara, dan pria atau wanita. Kesadaran itu dijadikan ukuran martabat dirinya sehingga berpikir obyektif, terbuka, dan kritis, serta memiliki harga diri yang tidak mudah memperjualbelikan. Sosok dirinya tampak memiliki integritas,



kejujuran,



kreativitas,



dan



perbuatannya



menunjukkan



produktivitas. Selain itu, tidak hanya menyadari apa tugasnya dan bagaimana mengambil sikap terhadap berbagai jenis situasi permasalahan, tetapi juga akan menghadapi kehidupan dengan penuh kesadaran, peka terhadap nilai keramahan sosial, dan dapat bertanggung jawab atas tindakannya. 52



Dharma Kesuma, dkk, Pendidikan Karakter Kajian. hal. 9-10 Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 2012), hal 45-46 54 Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 2012), hal 45-46 53



38



Kurangnya pendidikan karakter di dalam kehidupan masyarakat akan membuat seseorang memiliki sikap yang negatif, contohnya kasuskasus sosial di masyarakat yang meliputi kekerasan pada anak-anak, pergaulan bebas, pencurian, kekerasan sesual, penyalahgunaan obat terlarang dan masih banyak lagi yang lainnya. Berikut ini kelebihan dari pendidikan karakter itu sendiri, diantaranya yaitu: 1. membangun masyarakat atau bangsa yang cara hidupnya multikultural. 2. Untuk membangun sikap pada setiap warga negaranya yang memiliki sikap yang kreatif, mampu hidup berdampingan dengan bangsa yang lain, cinta damai, dan sebagainya. 3. Membangun masyarakat/bangsa yang cerdas, mampu berkontribusi dalam



mengembangkan



kehidupan



manusia,



memiliki



sikap/perilaku yang baik, berbudaya luhur dan lain sebagainya. Adapun kelemahan dari pendidikan karakter : 1. Di sekolah pendidikan karakter telah diberikan guna menata perilaku siswa yang mulai menginjak remaja. Namun di rumah orang tua terkadang cendrung tidak peduli dengan perkembangan anak sehingga penerapan pendidikan krakter ini hanya berada pada pagar sekolah saja. Maksudnya saat siswa di sekolah dan dalam pemantauan guru siswa berusaha tampil sebaik mungkin namun saat di luar sekolah maka siswa sudah tidak peduli lagi. 2. Siswa mengahbiskan sebagian besar waktunya di luar sekolah sehingga guru atau pihak sekolah tidak dapat memantau perkembangan siswa di luar sekolah. 3. Tidak semua guru memberikan contoh yang baik pada siswa sehingga pemberian pendidikan karakter ini seakan sebuah konsep belaka yang mana guru sendiri pun masih ada yang tidak menggunakannya.



39



4. Guru hanya bisa mengajarkan namun tidak memaksakan sehingga sulit untuk mengetahui secara jeas apakah pendidikan karakter yang guru berikan dapat diserap siswa dan dapat diterapkannya atau malah akan sia-sia. 5. Pendidikan karakter bersifat continiti sehingga harus selalu di upgrade dan tidak bisa sekali ajar saja seperti ilmu pengetahuan lainnya. 6. Keberhasilan pendidikan karakter bertumpu pada kesadaran



siswa



sehingga



sulit



untuk



memantau



keberhasilannya55



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan



55



http://ayuwimeyy.blogspot.com/2015/03/manfaat-dan-kelemahan-pendidikan.html



40



tingkat



Dalam proses pembentukan karakter siswa dibutuhkan berbagai macam upaya sehingga tujuan yang ingin dicapai dapat terlaksana. Upaya tersebut tidak hanya dilakukan oleh guru mata pelajaran tetapi harus dilakukan oleh semua guru karena merupakan tanggungjawab bersama dalam proses pembentukan karakter siswa. Upaya yang dilakukan untuk pembentukan karakter adalah: upacara bendera, tadarus dan pembacaan Kitab Suci, menyanyikan lagu Indonesia Raya, rapat rutin, pengajian dan kebaktian, pramuka, mengintegrasikan pendidikan karakter dalam pembelajaran IPS yang tertuang dalam RPP dan dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar setiap hari serta kegiatan intrakurikuler dan ekstra kurikuler. B. Saran Demikianlah makalah ini kami buat dengan sebaik baiknya. Kami mohon ma’af bila ada ketidaksempurna’an di dalamnya, karena kami sadar makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna. Sesungguhnya segala kesempurnaan hanya milik allah subhanahu we ta’ala, kami siap menerima kritik dan saran dari pembaca, atas perhatiannya kami ucapkan terim kasih.



DAFTAR PUSTAKA



41



https://media.neliti.com/media/publications/297006-implementasi-pendidikankarakter-dalam-p-03f60b33.pdf Arikunto, Suharsimi. 2007. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Gunawan, Heri. 2012. Pendidikan Karakter: Konsep dan Implementasi. Bandung: Alfabeta. https://www.gurupendidikan.co.id/pendidikan-karakter/ http://ayuwimeyy.blogspot.com/2015/03/manfaat-dan-kelemahanpendidikan.html Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2011) Zainal Aqib, Model-model Media dan Strategi Pembelajaran Kontekstual, (Bandung: Yrama Widya, 2013) Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran PAI, (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 2012) Zaim Elmubarok, Membumikan Pendidikan Nilai, (Bandung: Alfabeta, 2007) Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 2012)



MAKALAH SISTEM PEMBELAJARAN PAI SMP Praktek Pengamalan Wudhu, Sholat, dan Tadarus Melalui Pembelajaran Pembiasaan Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Pembelajaran PAI SMP



42



Dosen Pengampu: Andri Ardiansyah, M.pd Disusun Oleh Kelompok 12: Muhammad Lutfi Padhil (191105010479) Nia Amelya Agustin (191105010465) Syasya Wizman (161104090872)



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR 2021



43



KATA PENGANTAR Bismillahirahmanirahim, Allhamdulillahirabbil alamiin, puji serta syukur yang tak terkira kita panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat, taufik dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Praktek Pengamalan Wudhu, Sholat, dan Tadarus Melalui Pembelajaran Pembiasaan”. Pada kesempatan ini kami selaku penyusun makalah ini mengucapkan terimakasih kepada bapak dosen Andri Ardiansyah, M.pd Selaku dosen mata kuliah Sistem Pembelajaran PAI SMP. Penyusun menyadari sekali bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu kami berharap kepada pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang bersifat membangun untuk penyempurnaan makalah kami kedepannya. Penyusun juga berharap semoga makalah ini dapat mudah dipahami oleh siapapun, dan tentunya dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Makalah ini terselesaikan atas kerja sama yang baik dan bantuan dari berbagai pihak. Maka dari itu kami selaku penyusun makalah ini, mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang mendukung pembuatan makalah ini



Bogor, juni 2021



Kelompok 12



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1 B. Rumusan Masalah 1 C. Tujuan 1 BAB II PEMBAHASAN 3 A. Pengamalan Ibadah 3 B. Proses Pembiasaan Beribadah 3 C. Sholat 4 D. Wudhu 6 E. Tadarus 8 BAB III PENUTUP 10



ii



A. Kesimpulan 10 B. Saran 10 DAFTAR PUSTAKA 11



iii



BAB I PENDAHULUAN F. Latar Belakang Belajar pada hakekatnya adalah proses berinteraksi dengan segala situasi di sekitar individu. Belajar dapat dijelaskan sebagai proses yang ditargetkan kemajuan nyata dan proses melakukannya melalui berbagai pengalaman. Mempelajari ini juga merupakan proses mengetahui dan memahami sesuatu. Kegiatan belajar dilakukan oleh dua aktor, guru dan siswa. Materi pembelajaran bisa berupa latihan mandi, latihan sholat, tadarus dan penilaian (evaluasi). Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah “kebutuhan dalam hidup”. Pertumbuhan anak menjadikan mereka manusia dan anggota masyarakat dapatkan keamanan dan kebahagiaan tertinggi. "jadi pendidikan adalah sistem yang meningkatkan kualitas hidup manusia dalam segala aspek kehidupan, pendidikan diperlukan untuk mempersiapkan anak-anak manusia untuk mendukung perannya di masa depan. Jelas, pendidikan ini adalah aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan adalah hak semua warga negara Indonesia, tanpa memandang kondisi fisik atau latar belakangnya, termasuk anak biasa dan anak berkebutuhan khusus. Menurut ketentuan Pasal 5 ayat 2 Bab IV Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, “Warga negara yang mengalami cacat fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial memiliki berhak mendapatkan pendidikan khusus.” G. Rumusan Masalah E. Apa yang dimakasud dengan pengamalan? F. Apa yang dimaksud dengan pembiasaan ibadah? G. Apa yang dimaksud dengan shalat? H. Apa yang dimaksud dengan wudhu? I. Apa yang dimaksud dengan tadarus? H. Tujuan D. Untuk mengetahui pengertian dan arti dari pengamalan E. Untuk mengetahui cara pembiasaan beribadah 1



2



F. Untuk mengetahui pengertian dan cara pengamalan shalat G. Untuk mengetahui pengertian dan cara pengamalan wudhu H. Untuk mengetahui pengertian dan cara pengamalan tadarus



BAB II PEMBAHASAN A. Pengamalan Ibadah pengertian pengamalan ibadah yakni perbuatan yang dilakukan seorang hamba sebagai usaha menghubungkan dan mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan taat melaksanakan segala perintah dan anjurannya serta menjauhi segala larangannya. Jika kita renungi hakikat ibadah, kita pun yakin bahwa perintah beribadah itu pada hakikatnya berupa peringatan, memperingatkan kita menunaikan kewajiban terhadap Allah yang telah melimpahkan karunia-Nya. Firman Allah swt :



            Artinya : “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orangorang yang sebelummu, agar kamu bertakwa”. (QS. Al Baqarah / 2: 21) Ibadah memiliki tujuan utama dan tujuan tambahan. Volume gambar target utama adalah menghadap Tuhan Yang Maha Esa dan fokus pada itu miliknya dalam keadaan apa pun. Dengan tujuan ini, generasi selanjutnya memenangkan posisi tinggi. Meskipun tujuan tambahannya adalah menciptakan kepentingan manusia dan mewujudkan bisnis yang baik. Salat misalnya, disyariatkan pada dasarnya adalah berserah diri kepada Allah SWT dengan tulus mengingatkan dirinya dengan berdzikir. Meskipun tujuannya konten yang ditambahkan termasuk menghindari perilaku keji dan jahat. B. Proses Pembiasaan Beribadah Ibadah adalah salah satu metode pendidikan yang paling penting sangat baik diterapkan pada usia anak-anak. Saat ini dalam istilah psikologis disebut "Masa Sensitif" yang merupakan waktu yang tepat bagi anak-anak untuk belajar segalanya sesuatu dengan mudah. Mereka belum memiliki kewajiban dilakukan seperti orang dewasa jadi, mereka perlu dilatih dan dibiasakan dengan perilaku, keterampilan, kemampuan dan pola pikir yang baik. Pembiasaan beribadah dapat diterapkan pada siswa, namun pembiasaan ini membutuhkan proses tidak langsung yang dapat dilakukan dengan baik dan sempurna. Proses pembiasaan yang dilakukan oleh anak adalah yang dimulai dari meniru. Kemudian diberikan bimbingan dan arahan bagi anak-anak yang oleh guru dan orang tuanya. Dari proses ini, siswa akan terbiasa dengan melakukan kebiasaan yang sudah diterapkan. Proses pembiasaan dalam pendidikan merupakan suatu hal yang penting, terutama bagi siswa karena pertumbuhan kecerdasan anak belum memungkinkan untuk berpikir logis dan belum mampu memahami hal-hal yang positif atau negatif maka, apapun bentuk kata yang dia terima yang dia lihat dan dengar ketika itu juga.



4



Melaksanakan pembinaan agar anak memiliki perbuatan yang terpuji tidak hanya menjelaskan bagaimana hal itu dipahami tetapi juga memberikan pengarahan yang baik dengan harapan nantinya siswa memiliki sifat yang terpuji dan jauh dari perbuatan jahat. Kebiasaan dan latihan inilah yang membuat peserta siswa lebih cenderung melakukan yang baik dan meninggalkan yang tidak baik Jadi pembiasaan beribadah itu tidak dapat langsung diterapkan dengan melalui proses. Proses dalam pembiasaan beribadah dilakukan dengan cara yang bertahap. Agar dalam melaksanakan peserta didik senantiasa melakukan pembiasaan beribadah tanpa adanya paksaan baginya. Pembiasaan beribadah dapat diterapkan kepada siswa akan tetapi, pembiasaan ini memerlukan proses tidak secara langsung dapat terlaksana dengan baik dan sempurna. Proses pembiasaan yang dilakukan oleh anak adalah yang berawal dari menirukan. Kemudian diberikan suatu bimbingan dan pengarahan untuk anak yang dilakukan oleh Guru dan Orang tuanya. Dari proses tersebut siswa akan terbiasa dengan melaksanakan suatu kebiasaan yang telah diterapkan. Dan apabila telah terbiasa tertanam dalam hatinya tentang suatu kebiasaan itu maka, jika suatu ketika tidak melakukan kebiasaan itu maka akan terasa berbeda pada hatinya. Hal ini terjadi karena kebiasaan itu merupakan perilaku yang bersifat otomatis tanpa direncana, spontanitas tanpa berfikir panjang.56 Proses pembiasaan dalam pendidikan merupakan hal yang penting terutama bagi siswa karena pertumbuhan pada kecerdasan anak belum memungkinkan untuk berfikir secara logis dan belum dapat memahami hal-hal yang bersifat positif maupun negatif maka, apapun bentuk kata yang diterimanya yang dia lihat dan dia dengar saat itu juga. Untuk melakukan pembinaan agar anak memiliki perbuatan yang terpuji tidak hanya menjelaskan bagaimana pengertiannya akan tetapi juga memberikan pengarahan yang baik dengan harapan nantinya siswa akan memiliki sifat terpuji dan terjauh dari perbuatan tercela. Kebiasaan dan latihan inilah yang membuat peserta didik lebih cenderung melakukan yang baik dan meninggalkan yang kurang baik.57 Jadi pembiasaan beribadah itu tidak dapat langsung diterapkan dengan melalui proses. Proses dalam pembiasaan beribadah dilakukan dengan cara yang bertahap. Agar dalam melaksanakan peserta didik senantiasa melakukan pembiasaan beribadah tanpa adanya paksaan baginya. Kebiasaaan merupakan perbuatan yang diulang-ulang terus menerus sehingga mudah dikerjakan bagi seseorang. Peserta didik akan terbiasa melaksanakan ibadah jika adanya pembiasaan pada dirinya. Dalam pelaksanaan pembiasaan beribadah dapat dilakukan oleh orang tua jika anak berada di lingkungan keluarga dan saat peserta didik berada di sekolah maka pelaksanaannya didampingi oleh gurunya. Islam menekankan kepada seluruh kaum muslimin untuk memerintahkan anakanaknya untuk menjalankan beribadah ketika masih berumur ujuh tahun. Hal tersebut 56



Pendidikan melalui proses pembiasaan dalam http;//referensimakalah.html, diakses pada tanggal 16 juni 2021, pukul 00.14 WIB 57 Zakiyah Darajat, Ilmu Jiwa dan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2003), hal 73



5



dimaksudkan agar mereka senang melakukan dan sudah membiasakan diri semenjak usia dini.58 Ibadah yang diterapkan sedari usia dini akan mencetak pengalaman yang sangat positif bagi anak ataupun sebaliknya jika sedari dini dibiasakan dengan hal yang buruk maka jika saat dewasa akan terbiasa dengan hal yang buruk pula. Ibadah yang akan penulis bahas dalam hal ini adalah ibadah sholat, wudhu, hafalan jus 30 dan surat-surat pendek dan berdoa. C. Shalat 8. Pengertian shalat Shalat menurut bahasa adalah doá dalam hal kebaikan. Sedangkan menurut syara’ adalah perbuatan dan perkataan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam dengan syaratsyarat tertentu.59 Shalat memiliki kededukan yang istimewa dalam agama Islam, keistimewaan tersebut antara lain yaitu:60 1) Shalat diperintahkan langsung dari Allah kepada Nabi Muhammad SAW. 2) Shalat adalah tiang agama, dan barangsiapa yang menegakkan agama dan barang siapa yang meninggalkanya maka ia menghancurkan agama. 3) Shalat berbeda dengan ibadah lainnya, shalat dikerjakan lima waktu dalam sehari. Bagi seorang pendidik wajib hukumnya untuk mengajari serta mendampingi mengenai tata cara pelaksanaan ibadah shalat bagi peserta didik. Untuk praktek pembiasaan sholat terbagi menjadi 2 macam yaitu praktek pembiasaan sholat fardhu lima waktu yang dilaksanakan pada saat shalat dhuhur sampai dengan shalat dzuhur. 9. Pengamalan Shalat Pengamalan dapat diartikan juga melaksanakan segala perintahnya dan menjauhi larangannya. Pengamalan itu tentunya dilakukan dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan bagian dari ibadah. Dalam istilah Indonesia Ibadah diartikan perbuatan untukmenyatakan bukti kepada Allah yang didasari ketaatan untuk mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Ibadah merupakan hal pokok dalam Islam. Hal ini sesuai dengan firman Allah Q.S Adz-Dzariyat ayat 56:



       Artinya: “dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”



58



Jamaludin, Psikologi Anak dan Remaja Muslim, (Jakarta: Pustaka Muslim, 2001), hal 60 Team Mustahik , Fikih Praktis Al Badiáh, (Jombang: Pustaka Al-Muhibbin, 2012) , hal. 67 60 M. Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1998), hal 255 59



6



Berdasarkan kutipan ayat di atas dapat dijelaskan bahwa ibadah mengandung makna bahwa semua makhluk Allah, termasuk jin dan manusia diciptakan oleh Allah SWT agar mereka mau mengabdkan diri, taat, tunduk, serta menyembah hanya kepada Allah SWT. karena sesungguhnya Allah lah yang menciptakan semua alam semesta ini. Sedangakan shalat merupakan rukun islam yang kedua dan wajib dikerjakan bagi umat muslim yang sudah baligh. Shalat berasal dari kata (shalla), yang berarti berdoa. Agama Islam mengajarkan kepada para pemeluknya untuk senantiasa mengingat Allah dengan melakukan shalat. Adapun yang dimaksud shalat ialah ibadat yang tersusun dari beberapa perkataan dan beberapa perbuatan yan dimulai dengan takbir, diakhiri dengan salam, dan memenuhi beberapa syarat yang ditentukan.61 Shalat adalah upaya membangun hubungan baik antara manusia dengan tuhannya. Dengan shalat, kelezatan munajat kepada Allah akan terasa, pengabdian kepada-Nya dapat diekspresikan, begitu juga dengan penyerahan segala urusan kepada-Nya. Shalat juga mengantarkan seseorang kepada keamanan, kedamaian, dan kesuksesan, kemenangan, dan pengampunan dari segala kesalahan.62 Berdasarkan uraian di atas dapat penulis jelaskan bahwa shalat merupakan hubungan manusia dengan Allah SWT. secara terus menerus, dengan memohon keselamatan, kesejahteraan dan kedamaian hidup di dunia dan akhirat. Sedangkan ibadah shalat merupakan pencarian pahala melalui berbagai amal salah dalam bentuk berdiri, ruku, dan sujud. Jadi, seorang muslim yang menunaikan ibadah shalat, berarti ia telah berdoa kepada Allah dan memohon dengan perbuatannya agar Allah mengampuninya.



D. Wudhu F. Pengertian Wudhu Wudhu secara bahasa adalah baik dan bersih. Sedang menurut istilah adalah menggunakan air pada bagian tertentu yang disertai dengan niat. Wajib hukumnya melaksanakan wudhu ketika akan menjalankan ibadah shalat dengan tujuan menghilangkan segala bentuk kotoran yang menempel pada bagian anggota wudhu.



61



Munir dan Sudarsono, Dasar-Dasar Agama Islam, Jakarta: Rineka Cipta, 2001, hal. 47



62



Khairunnas Rajab, Psikologi Ibadah (Memakmurkan Kerajaan Ilahi di Hati Manusia), Jakarta: Amzah, 2011, hal. 93



7



Wudhu merupakan salah satu di antara cara untuk menghilangkan hadats, yakni hadats kecil. Wudhu biasanya dilakukan sebelum ibadah yang mengharuskan adanya kebersihan dan kesucian dari hadats kecil bagi yang akan melakukan ibadah tersebut, seperti contoh shalat. Perintah melaksanakan wudhu sebelum shalat terdapat dalam Surat Al-Maidah ayat 6:



                 Artinya,



“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan shalat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan usaplah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki.”



Dengan adanya ayat tersebut, Fakhruddin Ar-Razi dalam Mafatihul Ghaibnya mengatakan bahwa perintah shalat sangat berkaitan erat dengan wudhu. Salah satu pendapat yang dikutip Ar-Razy mengatakan bahwa wajib bersuci (dengan wudhu) saat akan melaksanakan shalat. Jika tidak ada air maka boleh dilaksanakan dengan tayamum, yakni dengan debu. G. Pengamalan wudhu Ada sebuah amalan yang sangat mudah dilakukan namun besar balasannya yakni berwudhu. Wudhu sendiri ialah mensuci atau membasuh seluruh anggota badan tertentu dengan air sebelum mengerjakan shalat (shalat wajib maupun shalat sunah). Wudhu adalah syarat sah shalat, bila seseorang melakukan shalat tanpa berwudhu maka shalatnya tidaklah sah. Seperti Sabda Nabi Muhammad SAW : “Tidak diterima Sholatmu tanpa Bersuci atau Wudhu “(HR. Muslim). Juga sabda nabi ” Bersuci atau Berwudhu adalah sebagian dari iman” (HR. Muslim) Namun berwudhu dengan tidak berpakaian apakah dilarang? Bahwa tidak ada yang salah jika seseorang berwudhu dalam keadaan tidak memakai pakaian. Sebab ada alasan yang membuat seseorang tersebut berwudhu tanpa pakaian. Berwudhu tidak dalam berpakain tidak masalah. Sebab Rasulullah SAW. mengajarkan kita mandi wajib. Dimana itu didahului dengan membersihkan kemaluan kemudian kita berwudhu. Ketika itu tentu saja tidak dalam berpakaian. Namun, jika di luar alasan tersebut, alangkah baiknya ketika berwudhu menggunakan pakaian. Hal tersebut memang tidak dilarang, namun berkaitan dengan adab dan etika dalam berwudhu. Selain itu berwudhu memiliki banyak manfaat bagi manusia seperti yang dijelaskan Rasulullah dalam sabdanya seperti berikut ini : “Barang Siapa yang Berwudhu secara Sempurna, maka dosa – dosanya akan gugur atau hilang di jasad-nya hingga keluar juga dari bawah kuku-kukunya” (HR. Muslim)



8



Seseorang yang tidur dalam keadaan suci atau telah berwudhu, maka para Malaikat mendoakan orang tersebut, memintakan ampun pada Sang Rabb. AlImam ath-Thabrani meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhuma, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sucikanlah badan-badan kalian, semoga Allah mensucikan kalian, karena tidak ada seorang hamba pun yang tidur malam dalam keadaan suci melainkan satu Malaikat akan bersamanya di dalam syi’aar, tidak satu saat pun dia membalikkan badannya melainkan satu Malaikat akan berkata: ‘Ya Allah, ampunilah hambaMu ini, karena ia tidur malam dalam keadaan suci.” Al-Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang tidur dalam kedaan suci, maka Malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dan tidaklah ia bangun melainkan Malaikat berdo’a: ‘Ya Allah, ampunilah hamba-Mu si fulan karena ia tidur dalam keadaan suci". E. Tadarus 1. Pengertian Tadarus Tadarus ialah amalan ibadah yang dikerjakan dengan cara membaca alquran sambil membetulkan lafal-lafalnya dan mengungkapkan maknamaknanya. Yang dimaksud dengan tadarus alquran bukanlah hanya sekedar membacanya saja ya! Namun tadarus alquran juga berarti kegiatan ibadah yang dilakukan dengan cara membaca, merenungkan, menelaah serta memahami makna-makna yang terkandung dalam ayat alquran yang kita baca tersebut. Sebagai bagian dari ibadah, melaksanakan tadarus tentu dapat mendatangkan banyak manfaat, apalagi jika tadarus tadi rutin diamalkan selama bulan Ramadhan. Adapun salah satu manfaat tadarus ialah membuat amalan pahala yang kita dapatkan menjadi berlipat ganda sebagaimana isi hadist Rasulullah berikut ini: “Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat…” (HR. Bukhari dan Muslim). Disamping itu, manfaat lain dari tadarus yang bisa umat muslim dapatkan ialah senantiasa mendekatkan diri kepada Allah dan mendapat ketenangan hati serta pikiran karena senantiasa mengingat Allah SWT melalui firmanNya. Menurut sebuah hadist, disebutkan pula jika Allah kelak akan membersihkan dosa-dosa hambaNya yang gemar melakukan tadarus. 2. Pengamalan Tadarus Pembiasaan dan pengamalan tadarus dinilai sangat efektif jika penerapannya dilakukan terhadap peserta didik yang berusia kecil. Karena



9



memiliki “rekaman” ingatan yang kuat dan kondisi kepribadian yang belum matang, sehingga mereka mudah terlarut dengan kebiasaan- kebiasaan yang mereka lakukan sehari-hari. Oleh karena itu, sebagai awal dalam proses pendidikan, pembiasaan merupakan cara yang sangat efektif dalam menanamkan nilai-nilai moral ke dalam jiwa anak.5 Nilai-nilai yang tertanam dalam dirinya ini kemudian akan termanifestasikan dalam kehidupannya semenjak ia mulai melangkah ke usia remaja dan dewasa. Pembiasaan membaca Al-Qur’an menjadikan kebiasaan itu sebagai salah satu teknik atau metode pendidikan. Lalu ia mengubah seluruh sifat-sifat baik menjadi kebiasaan, sehingga jiwa dapat menunaikan kebiasaan itu tanpa terlalu payah, tanpa kehilangan banyak tenaga dan tanpa menemukan banyak kesulitan. Proses pembiasaan harus dimulai dan ditanamkan kepada anak sejak dini. Potensi ruh keimanan manusia yang berada dalam pribadi bisa berubah-rubah, sehingga potensi ruh yang diberikan oleh Allah harus senantiasa dipupuk dan dipelihara dengan memberikan pelatihan-pelatihan dalam ibadah.



10



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Ibadah merupakan salah satu metode pendidikan yang sangat penting yang sangat baik diterapkan untuk usia anak-anak. Pada masa ini dalam istilah psikologi disebut dengan “Masa Peka” yaitu saat yang tepat untuk anak mempelajari segala sesuatu dengan mudah. Merekapun belum memiliki kewajiban-kewajiban yang harus dikerjakan seperti orang yang dewasa sehingga, mereka perlu dilatih dan dibiasakan dengan tingkah laku, keterampilan, kecakapan dan pola pikir yang baik. Pengamalan dapat diartikan juga melaksanakan segala perintahnya dan menjauhi larangannya. Pengamalan itu tentunya dilakukan dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari dan merupakanbagian dari ibadah. Pembiasaan dan pengamalan dinilai sangat efektif jika penerapannya dilakukan terhadap peserta didik yang berusia kecil. Karena memiliki “rekaman” ingatan yang kuat dan kondisi kepribadian yang belum matang, sehingga mereka mudah terlarut dengan kebiasaan-kebiasaan yang mereka lakukan sehari-hari. B. Saran Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekuarangan. Untuk kedepannya kami sebagai penulis akan berusaha untuk menulis makalah yang lebih baik lagi, lebih fokus dan lebih detail dalam menjelaskan makalah yang kami buat lalu sumbernya pun dapat kami pertanggungjawabkan. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan bimbingan dari bapak/ibu dosen dan juga kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari teman-teman sekalian guna kedepannya penulis dapat membuat makalah yang lebih baik dan lebih ilmiah.



11



1



DAFTAR PUSTAKA Zakiyah Darajat, Ilmu Jiwa dan Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 2003 Jamaludin, Psikologi Anak dan Remaja Muslim, Jakarta: Pustaka Muslim, 2001 Team Mustahik , Fikih Praktis Al Badiáh, Jombang: Pustaka AlMuhibbin, 2012 M. Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1998 Bayu Prafitri and Subekti, “METODE PEMBINAAN AKHLAK DALAM PENINGKATAN PENGAMALAN IBADAH PESERTA DIDIK DI SMP N 4 SEKAMPUNG LAMPUNG TIMUR,” Jurnal. IainPadangsidimpuan.Ac.Id 4 (2018), Munir dan Sudarsono, Dasar-Dasar Agama Islam, Jakarta: Rineka Cipta, 2001. Khairunnas Rajab, Psikologi Ibadah, Memakmurkan Kerajaan Ilahi di Hati Manusia, Jakarta: Amzah, 2011. Zayadi, Dkk, Tadzkiyah Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Berdasarkan Pendekatan Kontekstual, Jakarta: Raja Grafindo Persadah, 2005. http://repo.iain-tulungagung.ac.id/12958/5/BAB%20II.pdf



MAKALAH SISTEM PEMBELAJARAN PAI SMP Sistem dan model pembelajaran peneladanan melalui pembelajaran pengalaman agama islam: Wudhu, Shalat, Tadarus, Dzikir, dan Do’a. Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Pembelajaran PAI SMP



1



2



Dosen Pengampu : Andri Ardiansyah, M.Pd



Disusun Oleh : Dimas Muhammad Alif Najmi



191105010492



Gustiani Fujia Damayanti



191105010478



Novita Rahmalia



191105010475



PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR 2021



2



iii KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat limpahan rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sistem Pembelajaran PAI SMP. Dalam makalah ini membahas tentang “Sistem dan model pembelajaran peneladanan melalui pembelajaran pengalaman agama islam: Wudhu, Shalat, Tadarus, Dzikir, dan Do’a”. Selain itu, tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai judul yang akan kami bahas. Untuk selanjutnya kami mengucapkan terimakasih kepada bapak Andri Ardiansyah, M.Pd., selaku Dosen mata kuliah Sistem Pembelajaran PAI SMP yang telah memberikan tugas dan bimbingan kepada kami dan segenap rekan-rekan yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi orang lain lain, khususnya bagi penulis sendiri. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh



Bogor, 26 Mei 2021



Kelompok 8



iii



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR.................................................................................................................. ii DAFTAR ISI..............................................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................4 A. Latar Belakang.................................................................................................................4 B. Rumusan Masalah...........................................................................................................5 C. Tujuan..............................................................................................................................5 BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................................6 A. Wudhu.............................................................................................................................6 B. Shalat...............................................................................................................................7 C. Tadarus..........................................................................................................................10 D. Dzikir..............................................................................................................................11 E. Do’a...............................................................................................................................13 BAB II PENUTUP.....................................................................................................................17 A. Kesimpulan....................................................................................................................17 B. Saran..............................................................................................................................17 DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................19



iv



5 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Agama Islam atau PAI pada dasarnya merupakan upaya normatif untuk membantu seseorang atau sekelompok peserta didik dalam mengembangkan pandangan hidup Islam (bagaimana akan menjalani dan memanfaatkan hidup serta kehidupan sesuai dengan ajaran dan nilai-nilai Islami), sikap hidup Islami, yang dimanifestasikan dalam keterampilan hidup sehari-hari. Masyarakat Indonesia sekarang ini telah dilanda sebuah hegemoni dan pengaruh imperialisme dari negara lain yang terjadi pada aspek sosial, budaya, ekonomi, intelektual bahkan dalam aspek sains dan teknologi. Hal tersebut menjadi penyebab tumbuhnya nilai baru dalam sebuah kepribadian bangsa Indonesia dan pendidikan agama. Banyak manusia ataupun masyarakat yang berpandangan bahwa kesenangan hidup ataupun tujuan hidup dapat tercapai dan dapat dinikmati dengan banyaknya materi dan tingginya jabatan. Pandangan hidup seperti itu merupakan perilaku dan pola pikir yang salah, karena tolok ukur kebahagian yang hanya didasarkan pada kesenangan di dunia saja, tanpa memikirkan kehidupan yang lebih kekal dan abadi yaitu kehidupan akhirat. Pandangan hidup yang salah tersebut telah merasuki pada diri setiap manusia, baik orang tua maupun pada diri anak, anak terdidik dengan pola pikir yang salah, bahkan pandangan yang salah tersebut ditunjang dengan perkembangan teknologi yang dapat diakses dari kamar rumah sendiri. Oleh sebab itu, anak harus dibekali dengan pendidikan agama yang kokoh, yang sesuai dengan syariat agama Islam. Dampak era globalisasi yang timbul dan yang bersifat negatif dapat anak saring dengan suatu kesadaran yang tinggi atas pendidikan yang mereka peroleh baik dari bangku sekolah maupun luar sekolah. Pendidikan anak yang didasarkan pada pendidikan agama Islam dan tujuan agama Islam merupakan cara yang baik agar mereka berakhlak mulia. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 menjelaskan tentang tujuan pendidikan nasional adalah untuk membentuk manusia berakhlak mulia. Membentuk peserta didik memahami, menghayati dan mengamalkan nilai-nilai agama adalah tujuan pendidikan agama (PP No. 55 Tahun 2007 Bab II Pasal 2 ayat 2). UU dan PP tersebut menjadi pijakan dasar penyelenggaraan pendidikan agama di sekolah guna mentransformasi pengetahuanagama kepada peserta didik, diinternalisasikan dan menjadi kepribadiannya dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Prof. Dr. H. Mohtar Yahya, sesuai dengan tugas Rasulullah, yaitu untuk menyempurnakan akhlak manusia, untuk pemenuhan kebutuhan pekerjaan dan menempuh kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat, maka tujuan pendidikan agama Islam perlu diadakan, yaitu memberikan pemahaman yang benar tentang ajaran agama Islam kepada anak didik dan membentuk budi pekerti yang luhur. B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian mengenai Whudu 2. Apa pengertian mengenai Sholat 3. Apa pengertian mengenai Tadarus 4. Apa pengertian mengenai Dzikir 5. Apa pengertian mengenai Do’a C. Tujuan



5



6 1. Mengetahui pengertian model pembelajaran peneladanan melalui pembelajaran pengamalan Agama Islam whudu. 2. Mengetahui pengertian model pembelajaran peneladanan melalui pembelajaran pengamalan Agama Islam sholat 3. Mengetahui pengertian model pembelajaran peneladanan melalui pembelajaran pengamalan Agama Islam tadarus 4. Mengetahui pengertian model pembelajaran peneladanan melalui pembelajaran pengamalan Agama Islam dzikir 5. Mengetahui pengertian model pembelajaran peneladanan melalui pembelajaran pengamalan Agama Islam do’a



6



7 BAB II PEMBAHASAN A. Wudhu Model keteladanan sebagai pendekatan dipakai untuk merealisasikan tujuan pendidikan dengan memberi contoh keteladanan yang baik pada siswa atau masyarakat sekolah dengan tujuan mereka dapat berkembang, baik fisik juga mental dan mempunyai akhlak yang baik dan sahih. Keteladanan memberikan dampak yang sangat besar pada pendidikan ibadah, akhlak, kesenian serta lain-lain. di dalam al-Qur’an terdapat banyak ayat yang menunjukkan pentingnya penggunaan keteladanan dalam pendidikan. diantaranya terlihat pada ayat-ayat yang mengemukakan langsung-langsung teladan seperti yg ada pada diri Rosulullah. diantaranya dalam surat al-Azhab ayat 21: yg merupakan sebagai berikut “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat serta dia banyak menyebut Allah.” Adapun pengertian wudhu berdasarkan bahasa ialah bersih atau indah , sedangkan dari istilah artinya membersihkan anggota wudu buat menghilangkan hadas kecil. alat buat wudhu merupakan air. Adapun air yang dapat digunakan buat berwudhu dianggap air mutlak yaitu air suci yg dapat mensucikan (thahir-mutthohhir) contohnya : Air hujan, air sungai, air laut, air sumur, air es , serta air embun. Kewajiban berwudhu ditetapkan dengan firman Allah SWT. pada Q.S. Al-Ma’idah ayat 6. Adapun rukun-rukun wudhu yaitu : . Niat , Membasuh muka, Membasuh ke 2 tangan sampai siku , Mengusap sebagian rambut kepala , Membasuh kedua kaki sampai mata kaki dan Tertib. kemudian tata cara urutan berwudhu menjadi berikut : 1. Membasuh telapak tangan dengan membaca Syahadatain 2. Berkumur, sekaligus membersihkan lubang hidung 3x 3. Membaca Niat Wudu 4. Membasuh muka 3x 5. Membasuh tangan hingga siku 3x 6. Mengusap sebagian kepala 3x 7. Mengusap kedua telinga 3x 8. Membasuh kaki hingga mata kaki 3 x 9. Tertib 10. Berdo'a sehabis wudu dan menghadap kiblat. Sebagaimana sudah dijelaskan di atas bahwa pembelajaran peneladanan merupakan proses pembelajaran yang selalu ada contoh atau model yg bisa ditiru sang peserta didik. pada hal ini, model tidak terpaku pada seseorang pengajar kelas melainkan mendatangkan model lain yg lebih menguasai materi. Sedangkan hasil belajar artinya sesuatu yg didapatkan berasal sebuah proses yg ditandai adanya perubahan dari diri seorang. terdapat 2 faktor yg mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal. namun yg paling dominan merupakan faktor internal yaitu faktor yang asal dari pada diri individu peserta didik. Faktor internal yang mempengaruhi pada dalamnya artinya faktor psikologis yang berupa kecerdasan, bakat, minat, motivasi, dan daya ingat. Tujuan di pembelajaran peneladanan merupakan untuk membentuk keterampilan motorik peserta didik. Proses pembelajaran peneladanan hendaknya dilakukan melalui beberapa fase di antaranya perhatian, pemahaman, serta motivasi. dengan adanya perhatian diharapkan dapat menguatkan daya jangan lupa siswa. Selain itu menggunakan adanya motivasi, minat dan 7



8 motivasi belajar peserta didik akan lebih giat. dengan adanya hal tadi diharapkan bisa menaikkan yang akan terjadi belajar. Selain itu, buat memaksimalkan hasil belajar peserta didik terdapat hal yg harus diperhatikan sang contoh. model pula wajib memberikan reward serta punishment buat memotivasi peserta didik. menggunakan adanya motivasi tadi siswa akan terpancing minat serta motivasi buat belajar. Penampilan model juga penting sebab semakin menarik penampilan seseorang model, maka peserta didik lebih minat serta termotivasi buat memperhatikan. dengan istilah lain, di proses pembelajaran peneladanan faktor-faktor yg mempengaruhi yang akan terjadi belajar harus diperhatikan sang model. karena sebaikbaiknya contoh pembelajaran yang diterapkan tapi tanpa ada perhatian, minat, motivasi, serta keaktifan siswa, maka hasil belajar yg didapat tidak maksimal . namun, Bila model pembelajaran yang diterapkan pada pembelajaran serta memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi akibat belajar, maka hasil belajar akan maksimal terutama di materi wudu. B. Shalat Secara psikologis, bahwasanya insan memang memerlukan tokoh teladan dalam hidupnya, ini merupakan sifat pembawaan. Taqlid atau meniru ialah salah satu sifat pembawaan insan. Peneladanan itu terdapat dua macam, yaitu: sengaja serta tidak sengaja. Keteladanan yg tidak sengaja itu merupakan keteladanan dalam keilmuan, kepemimpinan, sifat keikhlasan serta sekelompoknya, sedangkan keteladanan yg sengaja artinya seperti menyampaikan model membaca yang baik, mengerjakan sholat yang sahih. Sebagaimana dalam sebuah hadits (nabi mengatakan: “sholatlah kamu sebagaimana saya sholat. (HR. Bukhari). Adapun pengertian shalat berdasarkan bahasa artinya adalah “doa”, sedangkan berdasarkan syariat, shalat mengandung arti yaitu “ suatu ibadah yg terdiri atas ucapanucapan serta perbuatan-perbuatan yg dimulai dengan takbir serta diakhiri dengan salam, dengan syarat- syarat tertentu”. sebagai seorang guru pendidikan agama Islam, agar siswa mau melaksanakan apa yg sudah diperintahkan maka pengajar pula wajib memberi teladan yang baik terhadap siswa. contohnya sholat. Selain meneladani Rasulullah salallahu ‘alaihi wasallam pada hal sholat, seorang guru pula wajib mampu memberikan keteladanan bagaimana sholat yg baik terhadap siswa. waktu guru telah melakukan sholat menggunakan benar, tepat saat maka peserta didik jua akan mengikutinya. Sesempurna apapun sebuah konsep ilmu namun apabila cara penyampaiannya kurang cocok maka hasilnya pun kurang optimal. maka karena itu perlu taktik yang tepat supaya apa yg disampaikan mencapai akibat yg baik bahkan maksimal. seorang pendidik wajib menguasai aneka macam teknik atau strategi dan dapat memakai strategi yg tepat dalam proses belajar mengajar, sesuai dengan materi yang diajarkan dan kemampuan murid yang menerima. Adapun strategi yang bisa dipergunakan guru Pendidikan agama Islam dalam Mengimplementasikan Shalat bagi peserta didik dan siswi ialah melalui ; 1) Pemberian Materi Supaya terlaksananya pembinaan shalat maka awal tindakan yang wajib diterapkan seseorang pendidik adalah memberikan pengertian akan pentingnya shalat. dan shalat termasuk pada materi pendidikan islam. Pendidikan islam tersendiri bertujuan untuk membimbing perkembangan siswa secara optimal supaya menjadi pengabdi pada Allah SWT yanh setia. Maka kegiatan pendidikan islam diarahkan kepada upaya membimbing manusia agar bisa menempatkan diri dan berperan menjadi individu yg taat pada menjalankan ajaran agama Allah. Pendidikan islam juga memiliki tujuan yang diarahkan buat menghasilkan 8



9 perilaku taqwa. ciri taqwa ini salah satunya mendirikan shalat yaitu mereka yang beriman kepada yg ghaib, yang mendirikan shalat serta menafkahkan sebagian rezeki Kami anugerahkan kepada mereka. dan mereka yg beriman pada buku (Al-Quran) yg sudah diturunkan kepadamu dan buku-kitab yang diturunkan sebelummu,dan mereka yakin akan adanya kehidupan akhirat. 2) Kesadaran Beragama Pikunas mengemukakan pendapat William Kay, yaitu bahwa tugas primer perkembangan remaja artinya memperoleh kematangan system moral buat membimbing. perilakunya. Kematangan remaja belumlah tepat, Bila tidak mempunyai kode moral yang dapat diterima secara universal. Pendapat ini membagikan perihal pentingnya remaja memiliki landasan hayati yang kokoh, yaitu nilai-nilai moral, terutama yang bersumber dari agama. Terkait dengan kehidupan beragama remaja, ternyata mengalami proses yang relatif panjang buat mencapai kesadaran beragama yang diharapkan. Kualitas kesadaran beragama remaja sangat ditentukan oleh kualitas pendidikan atau pengalaman keagamaan yang diterimanya semenjak usia dini, terutama dilingkungan keluarga dan ditunjang lagi menggunakan pelaksanaan pembinaan disekolah. 3) Pembiasaan Salah satu yg merupakan kunci pada pandangan islam adalah bahwa anak semenjak lahir sudah diciptakan dengan fitrah tauhid yg murni, kepercayaan yg sahih serta iman dari Allah. dari aspek motorik, anak masa kanak-kanak awal sudah bisa mengontrol geraknya sebagai akibatnya buat melakukan gerakangerakan, misalnya dengan shalat, anak telah mampu melakukannya. oleh karena itu seorang pengajar bisa membiasakan peserta didik buat bersama-sama shalat di sekolah, dari sini diharapkan siswa akan mempunyai rasa tanggung jawab melaksanakan shalat dirumah juga dimasyarakat, dan diharapkan akan terbentuk jiwa keagamaan yang positif pada diri siswa dikemudian hari. Pembiasaan artinya salah satu alat pendidikan yg penting sekali, oleh karena itu menjadi permulaan serta sebagai pangkal pendidikan pembiasaan artinya alat satu-satunya. sejak dilahirkan anak-anak harus dilatih dengan norma-norma serta perbuatan-perbuatan yang baik. Anak-anak dapat menurut dan taat kepada peraturan-peraturan yang baik, di dalam rumah tangga atau keluarga, di sekolah serta juga di daerah lain. 4) Pengawasan Perlu kita ketahui bahwasanya pembiasaan yg baik merupakan yg membutukan pengawasan. Demikian pula, hukum-hukum serta larangan-larangan bisa berjalan serta ditaati menggunakan baik Bila disertai dengan pengawasan yang terus-menerus, pada arti bahwa pendidik hendaklah konsekuen; apa yang sudah dihentikan hendaknya selalu dijaga jangan sampai dilanggar, serta apa yg telah diperintahkan jangan hingga diingkari. Pendapat para pakar didik kini umumnya sependapat bahwa pengawasan adalah indera pendidikan yang penting serta wajib dilaksanakan, biarpun secara berangsur-angsur anak itu wajib diberi kebebasan. pada hal ini harus terdapat perbandingan antara pengawasan serta pembebasan. Tujuan mendidik artinya menghasilkan anak agar akhirnya bisa berdiri sendiri dan bertanggung jawab sendiri atas perbuatannya. C. Tadarus Tadarus merupakan ibadah yang bisa mendatangkan banyak manfaat jika rutin diamalkan sang umat muslim. dari banyak pemahaman masyarakat, pengertian tadarus sendiri dapat didefinisikan menjadi kegiatan ibadah dengan cara membaca alquran secara



9



10 beserta-sama. tetapi intinya pengertian tersebut masih kurang sempurna. agar semakin memahami tentang apa pengertian tadarus serta kegunaannya. Pengertian Tadarus serta fungsinya Bagi Umat Muslim Mengutip dari tulisan Ahmad Masrul dalam kitab agar Jatuh Cinta pada Alquran (2018), pengertian tadarus ialah amalan ibadah yang dikerjakan dengan cara membaca alquran sembari membetulkan lafal-lafalnya dan mengungkapkan makna-maknanya. Yang dimaksud dengan tadarus alquran bukanlah hanya sekedar membacanya saja ya! namun tadarus alquran juga berarti kegiatan ibadah yang dilakukan menggunakan cara membaca, merenungkan, menelaah serta memahami makna-makna yang terkandung pada ayat alquran yg kita baca tersebut. Jadi mulai sekarang jangan keliru lagi ya! Menjadi bagian dari ibadah, melaksanakan tadarus tentu bisa mendatangkan banyak manfaat, apalagi Bila tadarus tadi rutin diamalkan selama bulan Ramadhan. Adapun galat satu manfaat tadarus merupakan membentuk amalan pahala yg kita dapatkan sebagai berlipat ganda sebagaimana isi hadist Rasulullah berikut adalah: “Setiap amalan kebaikan yg dilakukan sang insan akan dilipatgandakan menggunakan sepuluh kebaikan yg semisal sampai tujuh ratus kali lipat…” (HR. Bukhari dan Muslim). Disamping itu, manfaat lain berasal tadarus yang bisa umat muslim dapatkan ialah senantiasa mendekatkan diri pada Allah serta menerima ketenangan hati serta pikiran karena senantiasa mengingat Allah SWT melalui firmanNya. dari sebuah hadist, disebutkan jua Jika Allah kelak akan membersihkan dosa-dosa hambaNya yg gemar melakukan tadarus. banyak sekali manfaat asal ibadah satu ini bukan? Sesuai ulasan singkat tadi, semoga kita bisa semakin tahu apa pengertian tadarus serta kegunaannya Jika senantiasa diamalkan sang umat muslim ya! Semoga info tadi bisa bermanfaat.sementara secara kata, pengertian Tadarus ialah membaca Al Qur’an besertasama sambil membetulkan lafal-lafalnya serta mengungkapkan makna-maknanya sematamata buat ibadah kepada Allah dan memperdalam pemahaman terhadap ajaran Al-Qur’an. Pada Kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring, Tadarus adalah pembacaan Alquran secara bersama-sama (pada bulan puasa).Tadarus Al Quran artinya satu amalan yg dianjurkan termasuk pada bulan Ramadhan. Namun demikian, akan lebih baik lagi Jika Tadarus Quran dilakukan secara rutin jua di luar bulan Ramadan.terdapat aneka macam keutamaan Tadarus Al Quran, beberapa pada antaranya ialah menjadi berikut: 1. Mendapat ilmu, khususnya ilmu membaca Alquran. 2. Mempererat tali persaudaraan dengan saling menyebarkan ilmu 3. Memberi syafaat pada akhirat. "Barangsiapa yg membaca satu huruf dari kitab Allah, maka baginya satu kebaikan, dan setiap kebaikan dibalas dengan sepuluh kebaikan. aku tidak mengatakan Alif Lam Mim itu satu huruf, namun Alif satu huruf, Lam satu alfabet , dan Mim satu alfabet ." (HR. Tirmidzi). D. Dzikir Dzikir dari berasal istilah dzakara, yadzukuru atau dzukr/dzikr yang memiiliki arti perbuatan menggunakan mulut (menyebut, menuturkan, mengatakan) serta menggunakan hati (mengingat serta menyebut). kemudian terdapat yang beropini bahwa dzukr (bidlammi) saja, yg bisa diartikan pekerjaan hati serta verbal, sedang dzkir (bilkasri) bisa diartikan khusus pekerjaan lisan. Selanjutnya, secara kata sendiri, pengertian dzikir tidak terlalu jauh dari maknamakna lughawi. di dalam kamus terbaru seperti al-Munawir, alMunjid, serta sebagainya, 10



11 sudah pula memakai pengertian-pengertian istilah seperti adz-dzikr menggunakan arti bertasbih, mengagungkan Allah swt. serta seterusnya. Rasulullah sudah sepatutnya sebagai suri tauladan bagi kaum muslim dalam menjalankan kegiatan dan menjadi pedoman pada hayati. keliru satu sunnah Rasul yg sepatutnya kita teladani merupakan membaca dzikir. Dikutip dari M. Khalilurrahman Al Mahfani pada bukunya "Keutamaan Doa & Dzikir buat hayati senang Sejahtera", arti dzikir secara etimologis dalam bahasa Arab artinya dzakara (‫ ) َذ َك َر‬- yadzkuru (‫ ) َي ْذ ُك ُر‬- dzikran (‫ ) ِذ ْكرً ا‬mempunyai arti mengingat serta menyebut. Arti Dzikir dalam Al Quran 1. Nama Lain Al Quran, tercantum pada QS. Al-Hijr: 9 ُ ‫الذ ْك َر َو ِا َّنا لَ ٗه لَ ٰحف‬ ِّ ‫َنحْ نُ َن َّز ْل َنا‬ ‫ِظ ْو َن‬ Bacaan latin: innā naḥnu nazzalnaż-żikra wa innā lahụ laḥāfiẓụn adalah: "Sesungguhnya Kamilah yg menurunkan Al-Qur'an, serta sempurna Kami (pula) yg memeliharanya." 2. Peringatan, sesuai dengan firman Allah QS. Yasin: 11 ِّ ‫ِا َّن َما ُت ْن ِذ ُر َم ِن ا َّت َب َع‬ ‫ب َف َب ِّشرْ هُ ِب َم ْغف َِر ٍة وَّ اَجْ ٍر َك ِري ٍْم‬ ِ ۚ ‫الذ ْك َر َو َخشِ َي الرَّ حْ ٰم َن ِب ْال َغ ْي‬ Bacaan latin: innamā tunżiru manittaba'aż-żikra wa khasyiyar-raḥmāna bil-gaīb, fa basysyirhu bimagfiratiw wa ajring karīm adalah: "Sesungguhnya engkau hanya memberi peringatan pada orang-orang yang mau mengikuti peringatan serta yang takut pada tuhan yang Maha Pengasih, walaupun mereka tidak melihat-Nya. Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan serta pahala yang mulia." 3. Keagungan, sebagaimana yg tercantum pada QS. Shad: 1 ِّ ‫ان ذِى‬ ‫ٱلذ ْك ِر‬ ‫ء‬ َ ٓ ِ ْ‫ص ۚ َو ْٱلقُر‬ Bacaan latin: shād, wal-qur`āni żiż-żikr artinya: "Shaad, demi Al Quran yg memiliki keagungan." 4. Wahyu, tercantum juga pada firman Allah QS. Al-Qamar: 25 ِّ ‫َءا ُ ْلق َِي‬ ‫الذ ْك ُر َعلَ ْي ِه م ِۢنْ َب ْي ِن َنا َب ْل ه َُو َك َّذابٌ اَشِ ٌر‬ Bacaan latin: a ulqiyaż-żikru 'alaihi mim baininā bal huwa każżābun asyir merupakan: "Apakah wahyu itu diturunkan kepadanya pada antara kita? Pastilah beliau (Saleh) seorang yang sangat pendusta (dan ) sombong." 5. Pengajaran, sebagaimana dalam QS. Yusuf: 104 ‫َو َما َتسْ ـَٔلُ ُه ْم َعلَ ْي ِه مِنْ اَجْ ۗ ٍر اِنْ ه َُو ِااَّل ِذ ْك ٌر لِّ ْل ٰعلَ ِمي َْن‬ Bacaan latin: wa mā tas`aluhum 'alaihi min ajr, in huwa illā żikrul lil-'ālamīnArtinya: "dan kamu tidak meminta imbalan apa pun pada mereka (terhadap seruanmu ini), karena (seruan) itu merupakan pengajaran bagi seluruh alam." Dzikir di hakikatnya kegiatan mengingat Allah. Semoga kita semua tidak lupa untuk selalu berdzikir di setiap nikmat hidup yang diberikan Allah pada kita. E. Do’a Pengertian menurut agama Islam Setiap manusia absolut pernah melakukan perbuatan yang disebut menggunakan “doa“. Yaa, berdoa adalah galat satu bentuk ikhtiar atau perjuangan buat memohon dan meminta sesuatu pada tuhan. Doa ini berhubungan langsung menggunakan dewa. Pada Islam, berdoa adalah keliru satu ibadah yg sangat dianjurkan. sebab hanya yang kuasa lah yg Maha Luas, Maha segala-galanya yang berhak menyampaikan segala sesuatu untuk hamba-hamba-Nya atau ciptaan-Nya.sebagai akibatnya pada Islam, orang yg tidak mau berdoa berarti ia sombong. beliau merasa bisa melakukan sesuatu tanpa adanya 11



12 pertolongan dari sang Maha Kuasa. Padahal seluruh yg dilakukan insan, bisa atau tidak, baik atau buruk , berhasil atau gagal, semuanya karena Allah. Sedangkan berdasarkan para ulama pengertian doa itu merupakan: 1) Imam at-Thaibi yang dimaksud berdoa menurut dia artinya memperlihatkan sikap berserah diri serta membutuhkan Allah SWT, karena tidak dianjurkan ibadah melainkan buat berserah diri dan tunduk pada Pencipta serta merasa butuh pada Allah. Jadi doa merupakan sebuah permohonan pada Allah serta bentuk rasa membutuhkan-Nya. dua) Quraish Shihab Doa merupakan suatu permohonan hamba kepada ilahi-Nya supaya memperoleh pemberian pemeliharaan dan pertolongan, baik buat si pemohon juga pihak lain yang harus lahir dari lubuk hati yang terdalam disertai menggunakan ketundukan dan pengagungan kepada-Nya. 3) Syaikh Taqiyuddin Subki kata berdoa itu lebih spesifik daripada beribadah. artinya, barangsiapa sombong tidak mau beribadah, maka sempurna sombong tak mau berdoa. 4) Abdul Halim Mahmud Makna doa menurutnya artinya impian terhadap Allah SWT atas apa yang terdapat di-Nya berasal seluruh kebaikan serta mengadu pada-Nya dengan memohon sesuatu. 5) Muhammad Kamil Hasan al-Mahami Menurutnya doa merupakan memohon kepada Allah SWT untuk menerima kebaikan darinya. Doa itu termasuk inti asal ibadah, sebab bacaan pada setiap ibadah kita itu mengandung doa. Jadi, doa adalah sebuah ucapan permohonan dan pengakuan bahwa kita ini sebagai hamba Allah yg lemah, tidak berdaya, tidak memiliki kemampuan apapun tanpa Allah, kita hanya bisa berserah diri kepada-Nya, memohonkan segala ampunan, pertolongan, meminta sesuatu yg diinginkan, serta doa merupakan salah satu panyalur kita berkomunikasi dengan Allah. Proses pembelajaran pada hakikatnya adalah pelayanan yang khususdiperuntukkanbagi peserta didik (peserta didik). Proses pembelajaran pada pendidikan agama Islam, sebenarnya menggunakan prinsip-prinsip awam proses pembelajaran yg dikemas secara Islami. Komponen-komponen yg terlihatpun biasanya sama, yaitu mencakup tujuan, bahan, metode, alat, evaluasi termasuk siswa dan gurunya. Ini kentara bahwa materi yang disampaikan dalam PAI ini memiliki perbedaan menggunakan materi pelajaran yang lainnya. telah dikenal bahwa materi PAI adalah materi yang bernafaskan agama Islam. serta juga pada penyampaian materi tersebut sudah terdapat pembagian tersendiri yang terbagidalam tingktaan-tingkatan masing-masing. strata tadi sesuai menggunakan usiadan kemampuan akalanak (biqadri uqulihim). Ini tidak lain supaya mereka mampu merangsang pemikiran serta memperteguh keimanan dan daya kreatifnya. Materi PAI bagi SMP Materi PAI pada tingkat Sekolah Menengah Pertama tidak jauh beda dengan yang ada pada Sekolah Dasar.Materi-materi tersebut merupakan: Keimanan, Ibadah/fiqih, akhlak, Al-Qur’an, hadits, sejarah Islam. dari materi tersebut anak-anak pada strata SMPdiharapkan: a) Bisa membaca dan menulis ayat Al- Qur’an dan mengetahui aturan bacaannya. b) Beriman pada Allah, malaikat-malaikat -Nya, buku-buku-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari kiamat, serta qadha-qadar dengan mengetahui maknanya. c) Terbiasa berperilaku dengan sifat terpuji, menghindari sifat-sifat tercela,dan bertata kerama pada kehidupan sehari-hari.



12



13 d) Memahami serta mampu mengambil manfaat serta nasihat perkembanganIslam fase Makkah, Madinah, serta Khulafaurrasyidin dan mampumelaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari terdapat Beberapa model Pembelajaran PAI bagi SMP mirip: 1) Metode antisipatif. Metode ini ialah sebuah cara mengantisipasi perseteruan siswa yg pribadi muncul di kalangan mereka. guru mengetahui seluruh perseteruan anak yang seringkali timbul dan mempersiapkan solusinya sedini mungkin sebagai akibatnya muncul perseteruan itu maka dia akan segera menghadapi serta memecahkannya cepat danbijkasana. dua) Metode obrolan kreatif. Metode ini artinya keliru satu cara yang lebihefektif sebab melibatkan peserta didik secara pribadi berdialog menggunakan gurutentang suatu pertarungan yang sedang dihadapi. Anak didikmengungkapkan pendapatnya eksklusif dari hati nuraninya serta pengajar siapmendengar dan melayani seluruh permasalahan anak didik serta berupayamembantu mencarikan solusinya. 3) Metode studi kasus. Metode ini artinya metode mengangkat suatu contoh konflik yg pernah terjadi di diri seseorang ataukelompok orang buat dijadikan rujukan atau model juga teladansebagai solusi cara lain yg mampu diambil. 4) Metode pembinaan. Metode ini berupa latihan-latihan yaitu cara pelibatanfisik serta mental mereka buat melakukan serangkaian latihan beribadahdan melakukan suatu perbuatan yang sesuai menggunakan perintah Allah danRasulNya sehingga anak didik bisa mengembangkan intelektualnyasecara lebih baik serta benar. lima) Metode merenung. Metode ini merupakan melatih anak didik untukmemikirkan pertarungan yg mereka miliki. sebagai akibatnya semuanya dapatdikembalikan kepada Allah. 6) Metode tandang. Metode ini merupakan cara tandang ke daerah-daerahdalam rangka menaikkan rasa ukhuwah, persaudaraan sesamamuslim, memupuk rasa persatuan dan kesatuan diantara sesama pelajar. 7) Metode kontemplasi. Metode ini melatih siswa merenungkan kembaliperistiwaperistiwa pada masa lalu sehingga membuahkan sifat sabar padadiri siswa. 8) Metode taubat. Metode ini artinya cara supaya siswa menyesali diriatas perbuatan-perbuatan yang mereka lakukan dan memohon ampunankepada Allah SWT. 9) Metode-metode lain yg bisa digunakan pada proses belajar kepercayaan , antara lain: metode analisis,metode duduk perkara solving, metode tanya- jawab, ceramah, pemberian tugas, serta sebagainya. Model Pembelajaran PAI bagi Sekolah Menengah Pertama: Di tingkatan Sekolah Menengah Pertama yakni rata-rata usia 12 sampai 15 tahun, ini masuk dalam golongan PraRemaja. dalam fase ini ditandai menggunakan semakin meningkatnyasikap sosial pada anak. gejala yg dominana pada masa ini adalahkecenderungan buat bersaing yang berlangsung antara teman sebaya danlingkungan jenis kelamin yg sama. di periode ini terdapat kesempatan yangsangat baik buat membantu anak, disamping mneguasai ilmu dan teknologiyang sinkron menggunakan taraf perkembangan intelektualnya. Jugamenumbuhkan sikap tanggung jawab dan menghargai nilai-nilai, terutamayang bersumber dari agama Islam.buat taraf Sekolah Menengah Pertama cara penyampaiannya diperluas yaitu denganmengemukakan alsan-alasan atau dalil-dalil baik naqli juga aqli, sehingga anakdidik yang sudah semakin tinggi remaja itu bisa merampungkan pertanyaan-pertanyaan yg timbul dalam pikirannya. 



13



14 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pada pembahasan diatas model pembelajaran peneladanan melalui Wudhu, Shalat, Tadarus, Dzikir dan Do’a. Seorang guru wajib menjadi teladanan atau contoh yang baik untuk ditiru oleh para siswa. Keteladanan memberikan kontribusi yang sangat besar dalam pendidikan ibadah, akhlak, kesenian dan lain-lain. Dan untuk mengimplementasikan kegiatan-kegiatan beribadah tersebut seorang guru dapat memberikan pemahaman atau materi agar para siswa tau betapa pentingnya melaksanakan kegiatan beribadah selain itu juga guru dapat menyampaikan manfaatmanfaat dari kegiatan beribadah tersebut dan yang terakhir adalah mempraktikkan kegiatan ibadah tesebut di sekolah. Dengan kata lain, pada proses pembelajaran peneladanan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar harus diperhatikan oleh model. Karena sebaik-baiknya model pembelajaran yang diterapkan tapi tanpa ada perhatian, minat, motivasi, dan keaktifan peserta didik, maka hasil belajar yang didapat tidak maksimal. Namun, bila model pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran dan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, maka hasil belajar akan maksimal. B. Saran Demikianlah yang dapat kami sampaikan dan kami uraikan tentang materi kami, kurang dan lebihnya kami mohon dimaafkan dan kami juga menyarankan kepada temanteman yang ingin mengetahui lebih dalam lagi tentang materi yang kami uraikan tersebut untuk mencari referensi lain melalui berbagai media. Apabila ada kesalahan itu datangnya dari diri kami dan apabila ada kebenaran itu datang nya dari Allah SWT



‫ك‬ َ ‫ك ِم ْن َسيِّئَ ٍة فَ ِم ْن نَ ْف ِس‬ َ َ‫صاب‬ َ َ‫صاب‬ َ َ‫ك ِم ْن َح َسنَ ٍة فَ ِمنَ هَّللا ِ ۖ َو َما أ‬ َ َ‫َما أ‬ “kebaikan yang menimpamu itu datangnya dari Allah SWT, dan keburukan yang menimpamu datangnya dari diri sendiri”. (Q.S an-nisa) Dan kami mohon maaf apabila ada kesalahan, kami hanya manusia biasa yang pasti tidak luput dari yang namanya salah, dosa dan lupa.



‫اإلنسان محل الخطأ والنسيان‬ ”manusia itu adalah tempat salah dan lupa”



14



15 DAFTAR PUSTAKA https://media.neliti.com/media/publications/297006-implementasi-pendidikan-karakter-dalam-p03f60b33.pdf Arikunto, Suharsimi. 2007. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Gunawan, Heri. 2012. Pendidikan Karakter: Konsep dan Implementasi. Bandung: Alfabeta.



Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2011) Zainal Aqib, Model-model Media dan Strategi Pembelajaran Kontekstual, (Bandung: Yrama Widya, 2013) Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran PAI, (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 2012) Zaim Elmubarok, Membumikan Pendidikan Nilai, (Bandung: Alfabeta, 2007) Zaim Elmubarok, Membumikan Pendidikan Nilai, (Bandung: Alfabeta, 2007)



Tutuk Ningsih, Implementasi Pendidikan Karakter, (Purwokerto: STAIN Press, 2014) Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 2012) Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 2012) https://www.gurupendidikan.co.id/pendidikan-karakter/ http://ayuwimeyy.blogspot.com/2015/03/manfaat-dan-kelemahan-pendidikan.html



15



1



MAKALAH SISTEM PEMBELAJARAN PAI SMP METODE PEMBELAJARAN PEMBIASAAN DALAM PAI Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Pembelajaran PAI SMP



Dosen Pengampu : Andri Ardiansyah, M.Pd



1



2



Disusun Oleh : Kelompok 5 Amni Afiatunnisa



(191105010494)



Mezena Gusnaeni



(191105010472)



Muhamad Saeful.



(191105010481)



PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR 2021



2



3



KATA PENGANTAR



Bismillahirahmanirahim, Allhamdulillahirabbil ‘alamiinn, puji serta syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat, taufik dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Metode Pembelajaran Pembiasaan dalam PAI”. Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada Bapak dosen Andri Ardiansyah, M.Pd. Selaku dosen mata kuliah Sistem Pembelajaran PAI SMP. Penyusun menyadari sekali bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu, kami berharap kepada pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun untuk penyempurnaan makalah kami kedepannya. Penyusun juga berharap semoga makalah ini dapat mudah dipahami oleh siapa pun, dan tentunya dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Makalah ini terselesaikan atas kerja sama yang baik dan bantuan dari berbagai pihak. Maka dari itu kami selaku penyusun makalah ini, mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang mendukung pembuatan makalah ini.



Bogor, 13 April 2021



3



4



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR............................................................................................2 DAFTAR ISI........................................................................................................3 BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................4 A.



LATAR BELAKANG..........................................................................................4



B.



RUMUSAN MASALAH....................................................................................4



C.



TUJUAN.........................................................................................................5



BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................6 A.



Pengertian Metode Pembiasaan..................................................................6



B.



Syarat-syarat Metode Pembiasaan...............................................................7



C.



Pengertian Pembiasaan................................................................................8



D.



Tujuan Pembiasaan.......................................................................................9



E.



Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembiasaan.........................................9



F.



Kegiatan Pembiasaan..................................................................................10



G.



Bentuk-bentuk Pembiasaan Agama Islam..................................................10



H.



Langkah-langkah Metode Pembiasaan.............................................................. 11



BAB III PENUTUP.............................................................................................14 A.



KESIMPULAN...............................................................................................14



B.



SARAN.........................................................................................................14



DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16



4



5



BAB I PENDAHULUAN



II.



A. LATAR BELAKANG



Pembiasaan adalah upaya praktis dalam pendidikan dan pembinaan anak. Hasil dari pembiasaan yang dilakukan seorang pendidik adalah terciptanya suatu kebiasaan bagi anak didiknya. ”Kebiasaan itu adalah suatu tingkah laku tertentu yang sifatnya otomatis, tanpa direncanakan dulu, serta berlaku begitu saja tanpa dipikir lagi” ( Edi Suardi, tt. : 123 ). Seorang anak yang terbiasa mengamalkan nilai-nilai ajaran Islam lebih dapat diharapkan dalam kehidupannya nanti akan menjadi seorang Muslim yang saleh. Dalam kehidupan sehari-hari pembiasaan itu sangat penting, karena banyak orang yang berbuat atau bertingkah laku hanya karena kebiasaan semata- mata. Tanpa itu hidup seseorang akan berjalan lambat sekali, sebab sebelum melakukan sesuatu ia harus memikirkan terlebih dahulu apa yang akan dilakukan. Kalau seseorang sudah terbiasa shalat berjamaah, ia tak akan berpikir panjang ketika mendengar kumandang adzan, langsung akan pergi ke masjid untuk shalat berjamaah. Pembiasaan ini akan memberikan kesempatan kepada peserta didik terbiasa mengamalkan ajaran agamanya, baik secara individual maupun secara berkelompok dalam kehidupan sehari-hari.



JJ.



B. RUMUSAN MASALAH



1. Apa yang dimaksud dengan Pengertian Metode Pembiasaan ? 2. Apa saja Syarat-syarat Metode Pembiasaan ? 3. Apa yang dimaksud Pengertian Pembiasaan ? 4. Apa yang dimaksud Tujuan Pembiasaan ? 5. Apa saja Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembiasaan ? 6. Apa saja Kegiatan Pembiasaan ? 7. Apa saja Bentuk-bentuk Pembiasaan Agama Islam ? 8. Apa saja Langkah-langkah Metode Pembiasaan ?



5



6



KK.



TUJUAN



1. Untuk mengetahui Pengertian Metode Pembiasaan ? 2. Untuk mengetahui Syarat-syarat Metode Pembiasaan ? 3. Untuk mengetahui Pengertian Pembiasaan ? 4. Untuk mengetahui Tujuan Pembiasaan ? 5. Untuk mengetahui Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembiasaan ? 6. Untuk mengetahui Kegiatan Pembiasaan ? 7. Untuk mengetahui Bentuk-bentuk Pembiasaan Agama Islam ? 8. Untuk mengetahui Langkah-langkah Metode Pembiasaan ?



6



7



BAB II PEMBAHASAN



A. Pengertian Metode Pembiasaan Secara etimologi pembiasaan berasal dari kata “biasa”. Dalam kamus buku besar Bahasa Indonesia, “biasa” berarti lazim, seperti sedia kala, sudah merupakan hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan seharihari. Sedangkan metode pembiasaan menurut para ahi antara lain: A. Menurut Abdullah Nasih Ulwan, “metode pembiasaan adalah bagaimana atau langkah yang mudah dalam pembentukan (pembinaan) dan persiapan anak. B. Menurut Ramayulis, “metode pembiasaan adalah langkah-langkah untuk melahirkan suatu kebiasaan atau tingkah laku tertentu bagi anak didik. C. Menurut Armai Arif, “metode pembiasaan adalah langkah-langkah yang bisa dilakukan anak untuk terbiasa berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran agama islam”. D. Dalam buku Metodologi Pengajaran Agama dikatakan bahwa “metode pembiasaan adalah pembentukan akhlak dan rohani yang memerlukan latihan secara terus-menerus setiap hari. Pembiasaan dinilai sangat efektif jika dalam penerapannya dilakukan terhadap peserta didik sejak usia dini. Karena pada usia tersebut mereka memiliki “rekaman” ingatan yang kuat dan kondisi kepribadian yang belum matang, sehingga mereka mudah berlarut dengan kebiasaan-kebiasaan yang mereka kerjakan. Dalam membentuk kebiasaan yang baik tidaklah mudah, memerulkaan waktu yang panjang. Akan tetapi jikalau sudah menjadi kebiasaan, maka akan sulit untuk meninggalkannya. sebagaimana sabda Rasulallah Saw, sangat penting dilakukan pembiasaan yang baik sejak awal kehidupan anak. Agama Islam sangat mementingkan pendidikan kebiasaan, dengan pembiasaan itulah diharapkan peserta didik mengamalkan ajaran ajaran agamanya secara berkelanjutan.Pembiasaan ini juga diidyaratkan dalam Al-Qur’an sebagai salah satu cara yang digunakan dalam pendidikan. Sebagaimana dalam Al-Quran dan Haidts, Allah dan Rasul sudah



7



8



memerintahkan untuk melakukan kebiasaan yang baik. Pembiasaan dimaksudkan sebagai latihan terus menerus, sehingga siswa terbiasa melakukan sesuatu sepanjang hidupnya. Oleh karena itu, pendekatan pembiasaan sangat efektif dalam menanamkan nilai positif ke dalam diri peserta didik. Pendekatan pembiasaan juga sangat efisien dalam mengubah kebiasaan buruk menjadi kebiasaan yang baik. Namun pendekatan ini akan jauh dari keberhasilan jika tidak diiringi dengan contoh tauladan yang baik dari guru.Pembiasaan ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terbiasa mengamalkan ajaran agamanya, baik secara individual maupun secara berkelompok dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kaitannya dengan metode pengajaran dalam pendidikan Islam, dapat dikatakan bahwa pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan dengan membiasakan anak didik berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntutan agama Islam.



B. Syarat-Syarat Metode Pembiasaan Syarat-Syarat metode Pembiasaan itu sendiri terdiri dari: Memulai pembiasaan itu sebelum terlambat, sebelum peserta didik memiliki hal yang dijadikan pembiasaan yang berlawanan dengan hal-hal yang akan dibiasakan oleh guru itu, maka dari itu guru hendaknya melakukan pembiasaan itu terus menerus (berulang-ulang), dijalankan secara teratur sehingga akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang refleks dilakukan oleh peserta didik tersebut atau bisa dikatakan pembiasaaan itu sudah menjadi hal yang harus ia lakukan dikehidupannya. Pendidikan sudah seharusnya berjalan dijalan yang tetap lurus, guru harus memiliki pendirian dalam mengambil keputusan, memilihkan metode serta media yang digunakan untuk mengajar, dan membantu peserta didiknya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu bentuk contoh kecilnya guru tidak boleh memberikan peluang untuk peserta didik dalam melanggar pembiasaan yang sudah dibiasakan atau diterapkan oleh guru tersebut, karena pembiasaan yang mula-mulanya mekanistis itu harus makin menjadi pembiasaan yang disertai kata hati dan keinginan peserta.



C. Pengertian Pembiasaan Pembiasaan merupakan salah satu alat pendidikan yang sangat penting sekali sebagai permulaan dan sebagai pangkal pendidikan, dalam pembentukan watak anak-anak memerlukan pembiasaan yang baik dan akan sangat berpengaruh sampai ia tua nanti. Tidak mudah menanamkan kebiasaan pada anak, dan membutuhkan waktu yang lama. Namun, sulit bagi kita untuk



8



9



mengubah segala sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan. Karena itu, lebih baik daripada sudah memiliki kebiasaan buruk. Para ulama mendefinisikan pembiasaan dengan banyak definisi antara lain sebagai berikut : H. Kebiasaan mengacu pada sesuatu yang diulang dalam jangka waktu yang lama dari waktu ke waktu, tanpa koneksi apapun, atau sesuatu yang tertanam dalam jiwa dan sesuatu yang diulang dan diterima oleh alam. I. Kebiasaan adalah hal-hal yang terjadi secara berulang-ulang dalam pengertian fiqh dan ushul fiqh tanpa adanya hubungan yang rasional. Yang dimaksud dengan “benda” di sini meliputi kebiasaan perkataan dan perbuatan. Berulang kali menunjukkan bahwa sesuatu itu mungkin. Oleh karena itu, hal-hal yang terjadi sekali atau jarang terjadi bukanlah perasaan kebiasaan. J. Pembiasaan adalah mengulangi sesuatu yang sama berkali-kali dalam rentang waktu yang lama. Metode pembiasaan merupakan cara untuk membiasakan anak berpikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan ajaran Islam. Cara ini sangat praktis untuk menumbuhkan dan membentuk karakter anak untuk meningkatkan kebiasaan dalam melaksanakan kegiatan sekolah. Sifat kebiasaan sering disandingkan dengan pengalaman. Kebiasaan adalah sesuatu yang harus diamalkan, oleh karena itu gambaran kebiasaan menjadi rangkaian kebutuhan pembentuk kebiasaan yang dilakukan setiap saat. Pengulangan adalah inti dari kebiasaan ini. Dari segi pembinaan sikap, hukum adat sangat efektif karena akan menumbuhkan kebiasaan baik bagi anak sejak dini. Kebiasaan adalah keterampilan melakukan sesuatu dan mengatakan sesuatu, sehingga cara yang benar dapat disukai oleh anak. Kebiasaan pada dasarnya adalah bagaimana menumbuhkan makna yang mendalam tentang bagaimana melakukan dan bagaimana mengatakan.



D. Tujuan Pembiasaan Tujuannya supaya siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaankebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu (kontekstual). Selain itu arti tepat dan positif di atas ialah selaras dengan norma dan tata nilai moral yang berlaku baik yang bersifat religius maupun tradisional dan kultur. Jadi tujuan dari pembiasaan adalah menanamkan sesuatu berupa perkataan maupun perbuatan sehingga dapat ia ingat dan lakukan setiap waktu.



9



10



E. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembiasaan Sebagaimana metode-metode dalam dunia pendidikan lainnya, maka metode ini pun juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan metode pembiasaan ini yaitu: 1. Bisa menghemat tenaga dan waktu dengan sangat baik. Karena dalam pembentukan kebiasaan yang dilakukan dalam metode ini maka akan sangat menambah ketepatan dan kecepatan dalam pelaksanaan. 2. Dapat membentuk pembiasaan membuat gerakan-gerakan yang kompleks nan rumit menjadi otomatis.63 3. Pembiasaan yang digunakan tidak hanya berkaitan dengan aspek lahiriyah akan tetapi juga berkaita dengan aspek batiniyah. 4. Dalam sejarah, metode pembiasaan ini terbukti sebagai metode yang paling berhasil membentuk kepribadian anak.64 Adapun kekurangan dari metode pembiasaan yaitu: Membutuhkan pendidik-pendidik yang benar-benar bisa menjadi contoh, tauladan, figuran yang baik bagi anak didik. Membutuhkan pendidik yang dapat merealisasikan antara teori pembiasaan dengan praktek dalam kehidupan nyata dan dapat menyampaikan nilai-nilai yang perlu disampaikan. Sehingga tidak ada kesan kalau pendidik hanya bisa menyampaikan teori saja, akan tetapi bisa menyelaraskan antara perkataan dan perbuatan.65 Metode pembiasaan ini juga dapat menghambat bakat juga inisiatif anak didik, karena cenderung lebih sering diarahkan atau mendengarkan perintah saja. Pelatihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton dan membosankan. Bisa menimbulkan verbalisme karena biasanya anak lebih banyak dilatih untuk menghafal.66



F. Kegiatan Pembiasaan Pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan biasanya berkaitan dengan akhlakul karimah. Seperti: 1. Mengucapkan salam ketika masuk rumah dan bertemu dengan orang sekitar. Hartiwi, Pelaksanaan pembiasaan nilai agama dan moral pada anak usia dini, April 2016, UIN Jogja. 64 Jurnal UIN Suska.ac.id 65 Jurnal UIN Kudus.ac.id 66 Hartiwi, Pelaksanaan pembiasaan nilai agama dan moral pada anak usia dini, April 2016, UIN Jogja. 63



10



11



2. Membaca basmalah ketika akan memulai sesuatu lalu membaca hamdalah ketika mendapatkan kenikmatan atau setelah mengerjakan sesuatu. 3. Menghormati orang lain juga memelihara kebersihan. Anak didik pastinya juga harus diajarkan doa-doa. Terutama doa-doa kegiatan sehari-hari. Seperti: Doa sebelum dan sesudah maka, doa keluar dan masuk rumah, doa untuk kedua orangtua, doa keselamatan dunia akhirat, doa keluar masuk kamar mandi, doa bercermin, doa naik kendaraan, dan doa-doa lainnya.



G. Bentuk-bentuk Pembiasaan Pendidikan Agama 4. Pembiasaan dalam akhlak, berupa pembiasan bertingkah laku yang baik, baik disekolah maupun diluar sekolah seperti: berbicara sopan santun, berpakaian bersih, hormat kepada yang lebih tua dan sebagainya. 5. Pembiasaan dalam ibadah, berupa pembiasaan shalat berjamaah di Mushola sekolah, mengucapkan salam sewaktu masuk kelas, serta membaca “basmalah” dan “hamdalah” tatkala memulai dan menyudahi pelajaran. 6. Pembiasaan dalam keimanan, berupa pembiasaan agar anak beriman dengan sepenuh jiwa dan hatinya, dengan membawa anak-anak memperhatikan alam. 67 H. Langkah-Langkah Metode Pembiasaan Anak adalah amanah bagi kedua orang tuanya. Hatinya yang suci adalah permata yang sangat mahal harganya. Jika dibiasakan pada kejahatan dan dibiarkan seperti dibiarkannya binatang, ia akan celaka dan binasa. Sedangkan memelihara adalah dengan upaya pendidikan dan mengajari akhlak yang baik. Adapun sistem Islam dalam memperbaiki anak adalah dengan cara pengajaran dan pembiasaan. Pengajaran yang dimaksud ialah pendekatan aspek teoritis dalam upaya memperbaiki. Sedangkan pembiasaan ialah segi praktis nyata dalam proses pembentukan dan persiapannya. Dalam menanamkan pembiasaan yang baik, Islam menggunakan gerak hati yang hidup dan intuitif, yang secara tiba-tiba membawa perasaan dari suatu situasi ke situasi lain dan dari perasaan ke perasaan lain. Adapun contoh langkah-langkah tentang bagaimana mengajarkan dan membiasakan prinsip-prinsip kebaikan kepada anak yaitu: C. Rasulullah saw memerintahkan kepada para pendidik untuk mengajarkan kepada anak-anak mereka kalimat “Laa ilaaha illallah”, ini menunjukkan segi Muhibbin Syah, 2000, Psikologi Pendidikan, Bandung : Remaja Rosdakarya, hal. 123 67



11



12



teori. Adapun dari segi praktiknya ialah dengan mempersiapkan dan membiasakan anak untuk mengimani dilubuk hatinya bahwa tidak ada pencipta kecuali Allah swt. Hal ini dilakukan melalui fenomena alam yang dapat dilihat langsung oleh anak seperti bunga, langit, bumi, laut, manusia dan lain sebagainya agar akal dan pikirannya terkesan kuat bahwa pencipta semua makhluk tersebut hanya Allah swt. Semua ada karena diciptakan olehNya, sehingga secara intuitif dan rasional mereka akan merasa puas dalam mengimani Allah dengan alasan dan dalil yang kuat D. Rasulullah saw menyuruh para pendidik untuk mengajarkan kepada anakanak mereka tentang hukum shalat pada usia tujuh tahun. Hadits tentang pendidikan shalat terhadap anak usia tujuh tahun. ‫صلَّى هَّللا َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ُمرُوا أَوْ ال َد ُك ْم بِالصَّال ِة َوهُ ْم‬ ٍ ‫ع َْن َع ْم ِرو ْب ِن ُش َع ْي‬ َ ِ ‫قَا َل قَا َل َرسُو ُل هَّللا‬ ‫ب ع َْن أَبِي ِه ع َْن َج ِّد ِه‬ ‫اج ِع (أخرجه ابوداود في كتاب‬ َ ‫أَ ْبنَا ُء َسب ِْع ِسنِينَ َواضْ ِربُوهُ ْم َعلَ ْيهَا َوهُ ْم أَ ْبنَا ُء َع ْش ٍر َوفَ ِّرقُوا بَ ْينَهُ ْم فِي ْال َم‬ ِ ‫ض‬ )‫الصالة‬ Artinya :Dari ‘Amar bin Syu’aib, dari ayahnya dari kakeknya ra., ia berkata: Rasulullah saw. Bersabda: “Suruhlah anak-anak mu shalat diwaktu dia berumur tujuh tahun. Dan pukullah mereka di usia sepuluh tahun dan pisahkanlah tempat tidur mereka (laki-laki dan perempuan)!”. (HR.Abu Daud dalam kitab sholat) Hadist inipun bersifat teoritis. Adapun dari segi praktis yaitu dengan mengajarkan kepada anak hukum shalat, bilangan rakaatnya, dan caracaranya. Kemudian dibiasakan membimbing mereka dengan penuh kesabaran seperti untuk melaksanakannya dengan berjamaah di masjid, sehingga shalat itu menjadi akhlak dan kebiasaan bagi mereka. Dari beberapa contoh diatas, dapat dimengerti bahwa dalam mendidik anak dengan pembiasaan agar memiliki kebiasaan yang baik dan akhlak mulia, maka pendidik hendaknya memberikan motivasi dengan kata-kata yang baik dan sesekali memberikan petunjuk-petunjuk. Suatu saat dengan memberi peringatan pada saat yang lain dengan kabar yang gembira. Kalau memang diperlukan, pendidik boleh memberi sanksi, jika dipandang ada kemaslahatan bagi anak, guna meluruskan penyimpangan dan penyelewengan. Semua langkah tersebut memberikan arti positif dalam membiasakan anak dengan keutamaan-keutamaan jiwa, akhlak mulia, dan tata cara sosial. Dari kebiasaan ini, mereka akan menjadi orang yang mulia, berpikir matang, dan bersifat istiqomah. Selain itu, dalam menerapkan sistem Islam mendidik kebiasaan, para pendidik hendaknya mempergunakan cara yang beragam. Pendidik hendaknya mebiasakan anak memegang teguh akidah dan bermoral, sehingga anak-anak pun akan terbiasa tumbuh berkembang dengan akidah Islam yang mantap, dengan moral Alquran yang tinggi. Lebih lanjut,



12



13



mereka akan dapat memberikan keteladanan yang baik, perbuatan yang mulia, dan sifat-sifat terpuji kepada orang lain.68



Ramayulis, 2001, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta : Kalam Mulia, hal. 100. 68



13



14



BAB III PENUTUP



LL.



A. KESIMPULAN



Sebagaimana terdapat dalam pembahasan diatas menunjukab bahwa Secara etimologi pembiasaan berasal dari kata “biasa”. Dalam kamus buku besar Bahasa Indonesia, “biasa” berarti lazim, seperti sedia kala, sudah merupakan hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan seharihari. Dengan adanya prefiks “pe” dan sufiks “an” menunnjukkan arti proses membuat sesuatu seorang menjadi terbiasa. Sedangkan metode pembiasaan menurut para ahi antara lain: 1. Menurut 2. Abdullah Nasih Ulwan 3. Menurut Ramayulis, 4. Menurut Armai Arif, Pembiasaan adalah salah satu alat pendidikan yang sangat penting sekali sebagai permulaan dan sebagai pangkal pendidikan, pembiasaan yang baik penting artinya bagi pembentukan watak anak-anak, dan juga akan terus berpengaruh kepada anak itu sampai hari tuanya. Menanamkan kebiasaan pada anak-anak adalah sukar dan kadang-kadang memakan waktu yang lama. Akan tetapi, segala sesuatu yang telah menjadi kebiasaan sukar pula kita ubah. Maka dari itu, lebih baik daripada terlanjur memiliki kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembiasaan Adapun kelebihan metode pembiasaan ini yaitu: Bisa menghemat tenaga dan waktu dengan sangat baik. Karena dalam pembentukan kebiasaan yang dilakukan dalam metode ini maka akan sangat menambah ketepatan dan kecepatan dalam pelaksanaan.Dapat membentuk pembiasaan membuat gerakan-gerakan yang kompleks nan rumit menjadi otomatis. Pembiasaan yang digunakan tidak hanya berkaitan dengan aspek lahiriyah akan tetapi juga berkaita dengan aspek batiniyah.



MM.



B. SARAN



Kami sebagai penyusun menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini. Maka dari itu kami berharap kepada pembaca semua untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk memperbaiki kekurangan dan kesalahan yang ada dalam makalah ini. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.



14



15



DAFTAR PUSTAKA



http://repository.uin-suska.ac.id/12646/7/7.%20BAB%20II_2018296PGMI.pdf http://repo.iain-tulungagung.ac.id/9677/5/BAB%20II.pdf Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam,hal.110 Saifudin Zuhri, et.all, Metodologi Pengajaran Agama, (Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang bekerja sama dengan Pusaka Pelajar, 1999), hal. 125 Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), hal 222 Novan Ardy Wiyani, Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini, Yogyakarta : Gava Media, 2014, h. 195. Su’udy, Kumpulan Dasar Ilmu Pendidikan Sebagai Pengantar Ilmu Pendidkan, (Perguruan Islam Mathali’ul Falah, tt) Abu Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung, Pustaka Setia, 1997) Zaky, Metode Pembelajaran Menurut Para Ahli Secara Umum, diakses dari https://www.zonareferensi.com/pengertian-metode-pembelajaran/, pada 20 April 2021



15



16



KONTEN YANG UNIK: 76% KONTEN YANG DIJIPLAK: 24%



16