RMK Scott Chapter 11-FIX [PDF]

  • Author / Uploaded
  • nurul
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

RINGKASAN MATERI KULIAH EARNINGS MANAGEMENT



Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Akuntansi Oleh: Kelompok III Ermida Fermiana Sonbay



176020300111026



Rosida Ibrahim



186020300111018



Annisa Geograf Puspita



186020300111046



PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2018



RINGKASAN MATERI KULIAH EARNINGS MANAGEMENT By: William R. Scott



OVERVIEW Scott mendefinisikan earning management sebagai pilihan yang dilakukan oleh manajer dalam menentukan kebijakan akuntansi untuk mencapai beberapa tujuan tertentu. Konsep manajemen laba menggunakan pendekatan teori keagenan (agency theory) yang menyatakan bahwa praktek manajemen laba dipengaruhi oleh konflik antara kepentingan manajemen (agent) dan pemilik (principal) yang timbul karena setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertimbangkan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya. Agency theory memiliki asumsi bahwa masing-masing individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent. Pihak pemilik (principal) termotivasi mengadakan kontrak untuk mensejahterakan dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat. Agent termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya, antara lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman, maupun kontrak kompensasi. Konflik kepentingan semakin meningkat temtama karena pemilik (principal) tidak dapat memonitor aktivitas manajemen sehari-hari untuk memastikan bahwa manajemen bekerja sesuai dengan keinginan pemegang saham (pemilik). Dalam hubungan keagenan, pemilik (principal) tidak memiliki informasi yang cukup tentang kinerja agen. Agen mempunyai lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja, dan perusahaan secara keseluruhan. Hal inilah yang mengakibatkan adanya ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh principal dan agent. Ketidakseimbangan informasi inilah yang disebut dengan asimetri informasi. Adanya asumsi bahwa individu-individu bertindak untuk memaksimalkan dirinya sendiri, mengakibatkan agent memanfaatkan adanya asimetri informasi yang dimilikinya untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui pemilik (principal). Asimetri informasi dan konflik kepentingan yang terjadi antara principal dan agent mendorong agent untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya kepada principal terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja agent. Salah satu bentuk tindakan agent tersebut adalah yang disebut sebagai earning management.



Menurut Healy dan Wahlen menyatakan bahwa manajemen laba terjadi ketika para manajer menggunakan keputusannya dalam pelaporan keuangan dan dalam melakukan penyusunan transaksi untuk mengubah laporan keuangan baik untuk menimbulkan gambaran yang salah bagi stakeholder tentang kinerja ekonomis perusahaan, ataupun untuk mempengaruhi hasil kontraktual yang bergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan. Berdasarkan definisi-definisi di atas maka earning management adalah suatu usaha atau upaya mengatur pendapatan atau keuntungan untuk kepentingan-kepentingan tertentu yang dilandasi oleh faktor-faktor ekonomi tertentu. Ada dua cara memahami earning management yaitu sebagai berikut: 1. Memandang manajemen laba sebagai perilaku oportunistik manajer untuk memaksimalkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, utang, dan kos politik. 2. Memandang manajemen laba dari perspektif kontrak efisien, artinya earning management memberi fleksibilitas bagi manajer untuk melindungi diri dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak. Dengan demikian, manajer mungkin dapat mempengaruhi nilai pasar perusahaannya melalui earning management. Menurut Watt dan Zimmerman tujuan yang akan dicapai oleh manajemen melalui earning management meliputi: mendapatkan bonus dan kompensasi lainnya, mempengaruhi keputusan pelaku pasar modal, menghindari biaya politik. PATTERNS OF EARNINGS MANAGEMENT Banyak cara yang dapat dilakukan oleh manajer untuk mempengaruhi waktu, jumlah, atau makna transaksi dalam pelaporan keuangan dengan melakukan pemilihan metode akuntansi dan accounting judgment. Menurut Scott berbagai pola yang sering dilakukan manajer dalam earning management adalah:



1. Taking a Bath Terjadinya taking a bath pada periode yang menjenuhkan atau reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru. Bila pemsahaan hams melaporkan laba yang tinggi, manajer dipaksa untuk melaporkan laba yang tinggi, konsekuensinya manajer akan menghapus aktiva dengan harapan laba yang akan datang dapat meningkat. Bentuk ini mengakui adanya biaya pada periode yang akan datang sebagai kerugian pada periode berjalan, kelika kondisi buruk yang tidak menguntungkan tidak dapat dihindari pada periode tersebut. Untuk itu manajemen harus menghapus beberapa aktiva dan membebankan perkiraan biaya yang akan datang pada saat ini serta melakukan clear the desk sehingga laba yang dilaporkan di periode yang akan datang meningkat. 2. Income Minimization Bentuk ini mirip dengan "taking a bath", tetapi lebih sedikit ekstrim, yakni dilakukan sebagai alasan politis pada periode laba yang tinggi dengan mempercepat penghapusan aktiva tetap dan aktiva tak berwujud dan mengakui pengeluaran-pengeluaran sebagai biaya. Pada saat profitabilitas perusahaan sangat tinggi dengan maksud agar tidak mendapat perhatian secara politis, kebijakan yang diambil dapat berupa penghapusan atas barang modal dan aktiva tak berwujud, biaya iklan dan pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan, hasil akuntansi untuk biaya eksplorasi. 3. Income Maximization Tindakan ini bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. Perencanaan bonus yang didasarkan pada data akuntansi mendorong manajer untuk memanipulasi data akuntansi tersebut guna menaikkan laba untuk meningkatkan pembayaran bonus tahunan. Jadi tindakan ini dilakukan pada saat laba menurun. Perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian hutang mungkin akan memaksimalkan pendapatan. 4. Income Smoothing Bentuk ini mungkin yang paling menarik. Hal ini dilakukan dengan meratakan laba yang dilaporkan untuk tujuan pelaporan eksternal, terutama bagi investor karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.



Manajer mungkin merasa, dengan beberapa pembenaran bahwa mereka dapat dipecat ketika penghasilan yang dilaporkan rendah. Perataan laba dapat mengurangi kemungkinan pelaporan pendapatan rendah. Akhirnya, perusahaan dapat melancarkan laba bersih yang dilaporkan untuk tujuan pelaporan eksternal. Jika digunakan secara bertanggung jawab, perataan laba dapat menyampaikan ke orang informasi dalam pasar dengan memungkinkan perusahaan untuk mengkomunikasikan secara kredibel kekuatan penghasilan yang diharapkannya terus-menerus. Harus jelas bahwa berbagai pola manajemen laba ini dapat menimbulkan konflik. Seiring waktu, pola yang dipilih oleh perusahaan dapat bervariasi karena perubahan dalam kontrak, tingkat profitabilitas, dan visibilitas politik. Bahkan pada titik waktu tertentu, perusahaan mungkin menghadapi kebutuhan yang saling bertentangan, katakanlah untuk mengurangi laba bersih yang dilaporkan karena alasan politik, meningkatkannya untuk memenuhi perkiraan analis, atau memuluskannya untuk tujuan kontrak. EVIDENCE OF EARNINGS MANAGEMENT FOR BONUS PURPOSES Sebuah catatan oleh Healy (1985) yang berjudul “The Effect of Bonus Schemes on Accounting Decisions,” is a seminal investigation of a contractual motivation for earnings management. Efek skema bonus keputusan akuntansi adalah investigasi motivasi kontrak pengelolaan pendapatan. Healy mengamati bahwa manajer memiliki informasi dari dalam pada pendapatan bersih perusahaan sebelum pengelolaan pendapatan atau laba. Penelitian Healy (1985) menggunakan pendekatan program bonus manajemen, yaitu bahwa manajer akan memperoleh bonus secara positif ketika laba berada di antara batas bawah (bogey) dan batas atas (cap). Ketika laba berada di bawah bogey manajer tidak mendapatkan bonus, dan ketika laba berada diatas cap manajer hanya mendapatkan bonus tetap. Catatan Healy didasarkan pada teori akuntansi positif. catatan tersebut mencoba untuk menjelaskan dan meramalkan aneka pilihan para manajer penentu kebijakan akuntansi. Lebih rinci, hal tersebut adalah suatu perluasan bonus untuk merencanakan hipotesis, negara yang para manajer perusahaannya mendapatkan bonus akan memaksimalkan laba. Dengan pemandangan lebih lekat di struktur pola bonus, Healy sampai pada ramalan yang lebih spesifik bagaimana dan dalam keadaan apa para manajer akan terlibat dalam manajemen laba jenis ini.



Alasan Bonus (bonus scheme). Adanya asimetri informasi mengenai keuangan perusahaan menyebabkan pihak manajemen dapat mengatur laba bersih untuk memaksimalkan bonus mereka. Motivasi bonus merupakan dorongan manajer perusahaan dalam melaporkan laba yang diperolehnya untuk memperoleh bonus yang dihitung atas dasar laba tersebut. Manajer perusahaan dengan rencana bonus lebih mungkin menggunakan metode-metode akuntansi yang meningkatkan income yang dilaporkan pada periode berjalan. Studi Healy telah terbatas pada perusahaan Rencana Ganti-Rugi siapa didasarkan pada pendapatan neto dilaporkan sekarang saja. Ini disebut rencana bonus untuk sisa bagian ini. Kita juga melihat bahwa, karena alasan pengurangan risiko, pola bonus mempunyai nilai lebih. Untuk kemungkinan pengendalian risiko yang mungkin berlebihan, mereka bias juga mempunyai solusi. Manajer akan meningkatkan net income perusahaan untuk memaksimalkan bonus yang mereka terima. Bagaimana manajer mengolah laba bersih? Healy mengasumsikan bahwa manajer menggunakan metode akrual. Dengan formula: Laba Bersih = Arus kas berasal dari keg. Operasi ± Akrual Bersih Ini dapat dipecah menjadi: Laba Bersih = Arus kas berasal dari keg. Operasi ± Akrual Non-Diskresioner Bersih ± Akrual Diskresioner Bersih Asumsi penjelasan untuk empat poin akrual, sebagai berikut: 1. Beban Amortisasi beban amortisasi tahunan yang ditetapkan oleh kebijakan amortisasi perusahaan dan mengestimasikan manfaat ekonomis asset. 2. Kenaikan pada Piutang Usaha Bersih berasumsi bahwa ini berasal dari penurunan penyisihan piutang tak tertagih, yang dihasilkan dari perkiraan konservatif dikurang dari tahun-tahun sebelumnya. 3. Kenaikan pada Persediaan berasumsi bahwa ini berasal dari perusahaan manufaktur yang kuat pada saham selama periode kapasitas produksi yang berlebih. Hasilnya adalah termasuk biaya overhead dalam persediaan tetap daripada



sebagai



penambahan



beban



volume



yang



bervariasi



yang



menguntungkan. 4. Penurunan pada Utang Usaha dan Kewajiban Akrual berasumsi bahwa ini berasal dari perusahaan yang lebih optimis tentang klaim garansi pada produkproduknya dari yang telah di tahun-tahun sebelumnya.



OTHER MOTIVATIONS FOR EARNINGS MANAGEMENT Other Motivations For Earnings Management Motivasi kontrak atas terjadinya manajemen laba dikaitkan dengan penggunaan data akuntansi dalam memonitor dan meregulasi kontrak atas perusahaan dan pihakpihak lain yang berkepentingan (stakeholders). Secara eksplisit maupun implisit, kontrak-kontrak yang berjenis kompensasi manajemen banyak dikaitkan dengan kinerja keuangan perusahaan. Ada alasan khusus yang menyebabkan mengapa manajemen laba terjadi dalam konteks kontrak yaitu baik kreditor maupun komite kompensasi yaitu komite yang menyiapkan berkas kontrak antara manajer perusahaan, merasa bahwa upaya mengungkapkan ada tidaknya manajemen laba adalah upaya yang mahal dan membutuhkan waktu. Kondisi ini seakan menjadi pendorong bagi manajer untuk melakukan manajemen laba. Ada 2 tujuan untuk menggambarkan earning management dari sisi kontrak, yaitu: 1. Kontrak antara manajer dengan perusahaan Dalam



hal



ini



perusahaan



memberi



kebebasan



bagi



manajer untuk



melakukan earning management dengan tujuan agar target perusahaan dapat tercapai. Untuk mencapai tujuannya perusahaan menawarkan bonus bagi prestasi manajer yang dapat mencapai target perusahaan. 2. Kontrak antara perusahaan dengan kreditur Kontrak hutang antara perusahaan dengan kreditur pada awal kontrak telah ditentukan adanya persyaratan-persyaratan tertentu antara perusahaan dengan kreditur. Adanya pelanggaran pada persyaratan kontrak akan menyebabkan perusahaan lerkena penalties. Oleh sebab itu untuk menghindari adanya penalties perusahaan cenderung meningkatkan pendapatan. To Meet Investors’ Earnings Expectations Pengharapan dari investor bisa dalam berbagai bentuk dan cara.



Sebagai



contohnya, kemungkinan bisa didasarkan kepada laba dari periode yang sama pada tahun sebelumnya atau analisa terkini atau perkiraan yang dilakukan oleh perusahaan. Perusahaan yang menawarkan laba lebih besar dari nilai yang diharapkan secara tipikal akan menikmati peningkatan share price secara signifikan, sejalan dengan revisi investor pada probabilitas mereka dari performa baik di masa mendatang. Sebagai



kebalikannya, maka perusahaan dengan kejutan laba negative akan mengalami penurunan share price secara signifikan. Bartov, Givoly, dan Hayn (2002) dalam studinya, mendokumentasikan mengenai return dari share abnormal yang secara signifikan untuk perusahaan-perusahaan yang melebihi perkiraan analisa laba terbaru dari mereka, yang relative terhadap perusahaan yang mengalami kegagalan dalam memenuhi perkiraan analisa laba. Skinner dan Sloan (2002), mendokumentasikan negative share returns untuk perusahaan-perusahaan yang mengalami kegagalan memenuhi perkiraan laba mereka. Nilai ini secara signifikan adalah lebih besar jika dibandingkan dengan return positif dari perusahaan yang mampu melebihi perkiraan laba mereka. Hal ini menunjukkan bahwa pasar akan memberikan penalti kepada perusahaan yang mengalami kegagalan untuk memenuhi pengharapan dibandingkan dengan reward yang mereka terima ketika melebihi ekspektasi. Tentunya, para manajer yang kehilangan laba yang yang diharapkan bisa menawarkan penjelasan. Beberapa penjelasan jelas menghadapi masalah perusahaan. Kegagalan memenuhi laba yang diharapkan investor memiliki konsekuensi yang serius. Ada akibat langsung terhadap harga saham perusahaan dan biaya modal yang muncul ketika investor merevisi probabilitas mereka terhadap kinerja masa akan datang. Dan juga ada akibat tidak langsung melalui reputasi manajer. Konsekuensinya, memenuhi ekspektasi laba dan mempertahankan reputasi adalah dorongan manajemen laba yang kuat. Initial Public Offerings Berdasarkan definisinya, perusahaan yang melakukan IPO masih belum mempunyai harga pasar. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana menilai saham dari perusahaan tersebut. Oleh karena itu, informasi akuntansi keuangan yang dimasukkan kedalam prospektus menjadi sumber informasi yang berguna. Contohnya, Clarkson, Dontoh, Richardson dan Sefcik (1992) menemukan temuan/bukti empiris bahwa pasar memberikan respon secara positif kepada peramalan earnings sebagai sinyal nilai perusahaan. Hal ini menimbulkan kemungkinan bahwa manajer dari perusahaan yang go publik mengelola earnings yang dilaporkan dalam prospektusnya dengan harapan untuk menerima harga yang lebih tinggi untuk saham mereka.



Initial Public Offering (IPO) adalah penawaran perdana saham oleh perusahaan yang hendak go public kepada investor yang berminat, dengan melakukan IPO perusahaan yang awalnya berbentuk privat maka menjadi perusahaan yang go public. Fan (2007), berdasarkan sampel yang berbeda menemukan bahwa manajer mengelola laba yang tinggi untuk tujuan IPO, dan pembalikan akrual berikutnya mengurangi laba di masa depan. Hal ini menyarankan investor secara rasional mengantisipasi kehadiran perusahaan IPO yang melakukan earning management dan membangun antisipasi kedalam jumlah yang mereka bayar untuk saham IPO. THE GOOD SIDE OF EARNINGS MANAGEMENT Blocked Communication Konsep komunikasi yang terhambat/diblokir berasal dari Demski dan Sappington (1987a) (DSa). Secara frekuen, maka agen yang memperoleh informasi yang dispesialiasikan sebagai bagian dari keahlian mereka, dan jenis informasi ini kemungkinan besar akan bernilai untuk berkomunikasi kepada pelaku utama, yakni membuka komunikasi yang di terhambat diantara perusahaan/manajer dengan pemilik perusahaan atau investor. DSa menunjukkan kehadiran dari komunikasi yang diblokir yang bisa menurunkan efisiensi dari kontrak agen, karena agen kemungkinan akan kekurangan perolehan informasi dan berkompensasi dengan bertindak. Jika hal ini terjadi, maka pelaku utama akan menerima insentif untuk mencoba mengeliminasi atau menurunkan blockade informasi. Ada beberapa cara untuk mengurangi blockade. Gu dan Li (2007) melaporkan sebuah reaksi peningkatan pasar yang positif terhadap pengungkapan strategi bisnis oleh perusahaan yang berteknologi tinggi ketika pengungkapan didahului oleh isyarat kepercayaan dalam manajemen perusahaan, yaitu pembelian saham. Pengungkapan barisan item mengurangi kemampuan manajer untuk menggunakan earnings management untuk mencapai perkiraan, dengan demikian kecurigaan investor bahwa perkiraan mungkin dinaikkan. Pada konteks ini, earnings management juga dapat sebagai alat mengurangi blockade. Pembukaan atas informasi manajer melalui akrual diskresioner yang membuat hasil yang diinginkan memiliki kepercayaab. Pasar mengetahui bahwa para manajer akan bertindak gila-gilaan untuk melaporkan laba yang tinggi daripada menahannya.



DSb menunjukan bahwa arus kas operai, atau beberapa pengukuran kinerja tidak terolah lainnya seperti laba sebelum item yang tidak biasa, menyatakan beberapa informasi tentang kinerja perusahaan di masa depan. Namun, manajemen memiliki informasi tambahan tentang kinerja masa depan, seperti strategi perusahaan yang baru, perubahan karakteristik perusahaan, atau perubahan kondisi pasar. Walaupun hampir relevan, informasi tersebut cukup kompleks karena komunikasi tersebut diblokir. Chen,



Hemmer,



dan



Zhang



(2007)



menganalisa



suatu



model



yang



mengilustrasikan interaksi antara peran penginformasian investor terhadap earnings management yang hanya didiskusikan dan dampaknya atas kontrak kompensasi. CHZ lalu mengenalkan akuntansi konservatif. Akuntansi konservatif menurunkan efisiensi kontrak. Pada waktu yang sama, akuntansi konservatif mengurangi kebutuhan menaikan earnings management. Empirical Evidence of Good Earnings Management Subramanyam (1996) menyediakan beberapa bukti pada isu ini. Dia membagi akrual kedalam komponen diskresioner dan komponen non-diskresioner, menggunakan model Jones. Subramanyam menemukan, setelah pengendalian terhadap efek arus kas operasi dan akrual non-diskresioner pada pengembalian saham, konsisten dengan para manajer, rata-rata, menggunakan earnings management secara bertanggungjawab untuk mengungkapkan informasi bagian dalam tentang laba masa depan. Xie (2001) menggunakan model Jones untuk mengestimasi akrual diskresioner dan non-diskresioner untuk setiap perusahaan yang diobservasi. Lalu estimasi kehadiran dari dua komponen akrual tersebut. Sebagaimana yang dapat kita prediksi, dia menemukan bahwa kehadiran dari akrual diskresioner kurang dari non dikresioner. Dengan kata lain, daripada bereaksi terhadap akrual diskresioner yang seolah-olah baik, pasar tampaknya lebih memilih menilainya terlalu tinggi. Reaksi pasar yang positif terhadap komponen akrual diskresioner, walaupun kurang positif daripada komponen asli. Manajer menggunakan akrual diskresioner untuk menyampaikan informasi yang berguna pada investor, juga mendukung hasil kontrak yang efisien. Kita simpulkan bahwa ada teori yang penting dan bukti penting bahwa earning management dapat menginformasikan pada investor sekaligus memungkinkan adanya kontrak yang lebih efisien. Alasan lain untuk perkembangan manajemen laba adalah bahwa ada "baik" sisi untuk itu. Seperti disebutkan, kita dapat



mempertimbangkan sisi baik dari manajemen laba baik dari kontraktor dan perspektif pelaporan keuangan. Dari perspektif kontrak sejauh mana laba manajemen bisa baik berhubungan dengan kontrak yang efisien versus oportunistik bentuk teori akuntansi positif. Berdasarkan kontrak yang efisien, maka diinginkan untuk memberikan manajer beberapa kemampuan untuk mengelola pendapatan di dalam menghadapi kontak lengkap dan kaku. Kita harus berhati-hati untuk tidak selalu menafsirkan bukti manajemen laba untuk bonus, perjanjian hutang, dan alasan-alasan politik sebagai buruk. Manajemen laba bisa menjadi alat untuk menyampaikan informasi kepada pasar, sehingga harga saham dapat lebih mencerminkan prospek masa depan perusahaan. THE BAD SIDE OF EARNINGS MANAGEMENT Opportunistic Earnings Management Meskipun teori dan bukti bertanggung jawab dalam mempergunakan manajemen laba, ada juga bukti manajemen laba yang buruk. Dari persfektif kontrak, ini merupakan hasil dari tingkah laku oportunistik manajer. Kecenderungan manajer untuk menggunakan manajemen laba agar memaksimalkan bonus mereka. Investigasi mengungkapkan sejumlah motivasi untuk manajemen laba tersebut. Yang umum adalah kedekatan dengan pelanggaran perjanjian utang. Motif lain untuk melakukan manajemen laba yang buruk muncul ketika manajer bermaksud untuk meningkatkan modal saham baru dan ingin memaksimalkan hasil dari penerbitan saham baru. Akrual diskresioner dapat digunakan untuk meningkatkan laba bersih yang dilaporkan dalam jangka waktu pendek, seperti mempercepat pengakuan pendapatan, memperpanjang masa manfaat aset modal, menyediakan untuk biaya lingkungan dan pemulihan. Selama manajemen laba digunakan untuk menaikkan harga yang tak terduga, pemilik yang sekarang dapat memanfaatkannya sampai ada yang terbaru. Perusahaan yang melakukan manajemen laba memiliki rata-rata leverage yang lebih besar dan secara signifikan memiliki lebih banyak pelanggaran kontrak hutang daripada pengendalian. Hanna (1999) membahas jenis lain dari manajemen laba. Ini terjadi karena sering munculnya biaya yang berlebihan untuk item yang tidak berulang, seperti mencatat batas standar tes, dan ketentuan reorganisasi. Bonus manajer biasanya berdasarkan laba sebelum item yang tidak biasa.



Ketentuan reorganisasi tidak mempengaruhi bonus atau kemampuan untuk memenuhi perkiraan pendapatan dan pengurangan beban di masa depan yang meningkatkan laba masa depan yang dievaluasi oleh manajer. Dye mengungkapkan bahwa manajer yang bertindak sebagai pemegang saham memiliki kemampuan dan insentif untuk mengelola laba sehingga memaksimalkan harga jual agar dapat diterima oleh pemegang saham sekarang. Manajemen laba dalam konteks internasional dipelajari oleh Leuz, Nanda, dan Wysocki (2003). Menurut mereka, manajemen laba berbeda dengan pendekatan akrual yang dikemukakan oleh Jones. Salah satu ukuran didsarkan pada korelasi antara akrual dan arus kas yang berkorelasi rendah, misalnya, bahwa perusahaan – perusahaan di suatu negara dapat mengakui pendapatan sebelum diterima secara tunai. Sebuah ukuran ketiga adalah besarnya total akrual, total akrual tinggi mengandung akrual tetapan tinggi, mirip dengan penalaran Healy. 



Menurut Healy (1999), manajemen laba mengaburkan informasi kinerja ekonomis perusahaan karena ada kondisi dimana manajer perusahaan memiliki akses informasi secara langsung sementara sebagian stakeholder tidak. Ada sebagian informasi yang tidak tersampaikan ke stakeholder. Manajer disisi lain, memang dapat menggunakan kebijakan untuk membuat laporan keuangan lebih informatif, mencerminkan kinerja perusahaan sesungguhnya, misalnya melalui pemilihan metode akuntansi atau estimasi untuk memberikan sinyal yang memadai agi penilaian kinerja perusahaan. Akan tetapi kebijakan akuntansi untuk membuat laporan keuangan lebih informatif kepada pengguna tidak masuk dalam definisi.







Kontroversi muncul ketika manajemen laba dikaitkan dengan moral/etika, apakah tindakan manajer melakukan manajemen laba tidak akan menyesatkan pemakai laporan keuangan. Apalagi karena laba merupakan komponen penting yang dipantau para pemakai laporan keuangan. Ditinjau dari legalitas, tidak ada yang dilanggar karena pemilihan metode akuntansi tidak melanggar standar akuntansi yang berlaku di samping merupakan kewenangan manajer untuk memilih metode akuntansi yang akan dipakai. Menilai etis atau tidaknya manajemen laba dapat dilihat dari sudut pandang pencapaian keseimbangan antara kepentingan individu (manajer) dengan kewajiban terhadap pihak-pihak



yang terkait dengan perusahaan (stakeholder). Yang dimaksud dengan stakeholder adalah pemegang saham, karyawan, pelanggan, pemasok, kreditur dan investor. Penilaian tersebut hanya dapat dilakukan kalau manajer melakukannya secara sadar, artinya menyadari implikasi jangka panjang yang ditimbulkan. Tekanan persaingan untuk menghasilkan laba yang tinggi bisa menyebabkan perilaku tidak etis, terutama untuk perusahaan yang menggunakan angka akuntansi untuk penilaian kinerja secara mutlak. Manajer dengan kinerja keuangan yangburuk dan perusahaan dengan laba rendah lebih mudah melakukan tindakan tidak etisdibandingkan manajer dengan kinerjakeuangan baik dan perusahaan dengan laba. Do Managers Accept Securities Market Efficiency? Teknik manajemen laba yang dijelaskan, termasuk Nortel, tidak selalu konsisten dengan efisiensi pasar sekuritas. Mereka mengandalkan buruknya pengungkapan dan keterbatasan perhatian dari investor untuk menjaga tingkat manajemen laba sebagai informasi pihak internal. Schrand dan Walther (2000) melaporkan lagi bentuk manajemen laba. Mereka menganalisis sampe perusahaan yang melaporkan materi, keuntungan yang tidak berulang atau kerugian atas penjualan property, pabrik, dan peralatan pada kuartal tahun sebelumnya tetapi tidak ada keuntungan tersebut atau kerugian pada kuartal yang sama tahun berjalan. Laba proforma mencerminkan bentuk lain dari manajemen laba terhadap pertanyaan penerimaan manajer atas efisiensi pasar. Manajer yang menekankan pada klaim laba proforma bahwa ukuran ini lebih baik untuk menggambarkan kinerja perusahaan dari laba bersih GAAP. Namun, ketika laporan laba-rugi yang didasarkan oleh GAAP tersedia, pasar yang efisien akan menyesuaikan secara cepat untuk item yang dihilangkan dari pengumuman laba proforma. Konsekuensinya, tekanan manajer atas laba proforma menyarankan mereka untuk tidak menerima efisiensi. Kebijakan manajemen laba tidak masuk akal jika pasar sekuritas efisien. Konsekuensinya, manajer yang terikat pada hal tersebut, mereka seharusnya tidak menerima secara penuh tentang efisiensi. Analyzing Managers’ Speech to Detect Bad Earnings Management



Dalam Bagian 11.4.2, kami mengacu pada penelitian reaksi analis oleh Barton dan Mercer tahun 2005 terhadap alasan-alasan manajer karena hasil keuangan yang mengecewakan. Baru-baru ini, program komputer canggih digunakan untuk menganalisis kata-kata tertulis dan lisan manajer untuk isyarat yang dapat mengungkapkan keyakinan mereka tentang kinerja perusahaan di masa depan dan apakah mereka jujur dalam mengkomunikasikan keyakinan ini. Kami telah melihat contoh-contoh studi berbasis komputer berskala besar. Dalam Teori dalam Praktik 3.3, Li (2010) menganalisis "nada" dari sejumlah besar MD & As. Dia menemukan bahwa nada dari MD & A perusahaan berguna untuk memprediksi pendapatan kuartal mendatang. Dalam Bagian 3.6.4 kami meninjau studi 2011 tentang Brown dan Tucker, yang menggunakan perangkat lunak komputer untuk menganalisis sampel besar MD & As untuk perubahan susunan kata dari satu tahun ke tahun berikutnya. Mereka melaporkan hubungan positif antara besarnya perubahan katakata dan aktivitas ekonomi perusahaan (misalnya, laba per saham), dan antara kata ganti ini berubah dan kinerja berbagi perusahaan. Hasil ini menunjukkan bahwa lebih sedikit boiler berimplikasi pada kinerja pangsa yang lebih baik. Di sini, kami menguraikan studi lain seperti itu, oleh Hobson, Mayew, dan Venkatachalam (HMV; 2012), yang berorientasi pada deteksi kesalahan penyajian manajer dari kinerja keuangan selama panggilan konferensi yang biasanya menyertai rilis informasi laba. Penelitian HMV didasarkan pada teori perilaku disonansi kognitif. Berdasarkan teori ini, disonansi muncul ketika seseorang berperilaku dengan cara yang bertentangan dengan persepsi diri orang itu. Sebagai contoh, seorang manajer mungkin percaya bahwa dia adalah anggota masyarakat yang jujur dan bertanggung jawab. Jika manajer itu menekankan selama panggilan konferensi bahwa peningkatan penjualan kuartal saat ini diperkirakan akan terus berlanjut ketika penjualan sebenarnya telah menurun dan peningkatan ini karena memaksa agen dan distributor untuk menerima lebih banyak produk daripada yang mereka butuhkan ("menjejali saluran" ), manajer itu akan merasa bersalah — artinya, akan mengalami disonansi kognitif. Teori ini memprediksikan bahwa seorang individu yang tunduk pada disonansi akan mencoba untuk menguranginya. Salah satu caranya adalah mengubah keyakinannya. Lain adalah untuk mundur agak dari pernyataan membuat disonansi.



Jadi, jika manajer kami ditanya mengapa penjualan akan terus meningkat, dia mungkin mencoba mengubah keyakinannya dengan memberikan alasan yang meyakinkan, atau mungkin memenuhi syarat pernyataan sebelumnya dengan menunjukkan, misalnya, bahwa itu tergantung pada penerimaan pasar produk baru. Sejauh penjelasan manajer memberikan petunjuk seperti ini bahwa dia menderita disonansi kognitif, ini membuat pernyataan awal menjadi mencurigakan. Perangkat lunak canggih mampu memindai ucapan yang direkam pengelola untuk mendeteksi petunjuk ini. HMV menggunakan program semacam itu untuk menganalisis pidato manajer selama lima menit pertama pertanyaan dan jawaban21 setelah 1.572 presentasi laba kuartalan selama 2007, memperoleh skor disonansi kognitif untuk setiap manajer. Pertanyaannya kemudian adalah, apakah skor disonansi memprediksi misreporting manajer? Untuk menjawab pertanyaan ini, HMV memeriksa laporan keuangan masa depan setiap perusahaan sampel untuk bukti penyesuaian pendapatan yang menurun pendapatan. Mereka melaporkan bahwa skor disonansi mereka membantu memprediksi perusahaan-perusahaan yang membuat penyesuaian tersebut. Dengan demikian tampaknya analisis pidato manajer memegang janji untuk prediksi manajemen laba yang buruk. Namun, perlu diketahui bahwa setelah para manajer menyadari pidato mereka sedang dianalisis, mereka kemungkinan akan mempelajari strategi untuk menghindari mengungkapkan apa yang mereka coba sembunyikan. Hasil yang mungkin adalah urutan perangkat lunak yang semakin canggih sebagai respons terhadap strategi counter-strategi yang terus ditingkatkan. Implications for Accountants Implikasi bagi akuntan yang ingin mengurangi manajemen laba yang buruk, bagaimanapun tidak menolak efisiensi pasar, tetapi untuk meningkatkan keterbukaan. Pengungkapan penuh membantu para investor untuk mengevaluasi laporan keuangan, sehingga mengurangi kerentanan mereka terhadap bias perilaku dan mengurangi kemampuan manajer untuk mengeksploitasi tata kelola perusahaan yang buruk dan inefisiensi pasar. Cara lain untuk meningkatkan pengungkapan mencakup pelaporkan dampak pada pendapatan inti yang secara umum, membantu investor dan komite kompensasi untuk mendiagnosis kelemahan item.



CONCLUSIONS ON EARNINGS MANAGEMENT Manajemen laba dimungkinkan oleh fakta bahwa pendapatan bersih yang benar tidak ada. Selanjutnya, GAAP tidak sepenuhnya membatasi pilihan kebijakan manajer dan prosedur akuntansi. Konsekuensi ekonomi dibuat ketika perubahan GAAP mempengaruhi kemampuan manajer untuk bermain. Artinya, manajer akan bereaksi terhadap perubahan aturan yang mengurangi flesibilitas pilihan akuntansi mereka. Manajemen laba adalah pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer untuk mencapai tujuan khusus. Terdapat dua cara yang saling melengkapi dalam berfikir tentang



manajemen



laba.



Pertama,



perilaku



oportunistik



manajemen



untuk



memaksimumkan utulitasnya dalam kompensasi, kontrak, dan kos politik. Kedua, perspektif kontrak efisien ketika manajemen laba dilakukan untuk menguntungkan semua yang terlibat dalam kontrak. Earnings management sebagai intervensi dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan memperoleh beberapa kebutuhan pribadi. Earnings management terjadi ketika manajemen menggunakan keputusan tertentu dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi-transaksi yang mengubah laporan keuangan hal ini bertujuan untuk menyesatkan para stakeholder tentang kondisi kinerja ekonomi perusahaan, serta untuk mempengaruhi penghasilan kontraktual yang mengendalikan angka akuntansi yang dilaporkan. Ada tiga sasaran yang dapat dicapai oleh manajer dalam melakukan manajemen laba meliputi: minimalisasi biaya politik (political cost minimization), maksimalisasi kesejahteraan manager (manager wealth maximization), dan minimalisasi kas pendanaan (minimization of financing cost). Berbagai bentuk manajemen laba seperti taking a bath, perataan laba (income smoothing), maksimalisasi atau minimalisasi pendapatan dapat dilakukan oleh pihak manajemen dengan memanfaatkan peluang yang ada dalam standar akuntansi seperti penerapan kebijakan akuntansi atau pemilihan metode akuntansi yang digunakan. Adanya kemungkinan manipulasi ini karena adanya fleksibilitas yang diberikan oleh GAAP dan karena sulit untuk menekankan pelaporan keuangan yang fleksibel. Meskipun pengurangan keandalan dan sensivitas yang sering muncul menyertai manajemen laba, argument yang kuat dapat dibuat bahwa itu berguna jika masih dalam batas-batas. Pertama, memberikan manajer fleksibilitas untuk berekasi terhadap realisasi negara yang tak terduga ketika kontrak yang tidak lengkap. Kedua, manajemen laba dapat berfungsi sebagai komunikasi informasi yang kredibel untuk investor. Terakhir,



argument ini konsisten dengan pasar sekuritas efisien dan versih efisiensi teori akuntansi positif. Apakah manajemen laba yang baik atau buruk tergantung pada bagaiman penggunaannya. Akuntan dapat mengurangi tingkat manajemen laba yang buruk dengan membuka ke public. Hal ini dapat dicapai dengan meningkatkan pengungkapan yang rendah.