Roleplay Skenario Konseling Hiv [PDF]

  • Author / Uploaded
  • keysi
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ROLEPLAY SKENARIO KONSELING ANTARA KONSELOR DAN PASIEN BERESIKO TERTULAR HIV Skenario : Datang sepasang suami istri A & B ke klinik X untuk berkomsultasi HIV. Diketahui bahwa sang suami pernah terjerumus dalam seks bebas dan bergonta-ganti pasangan tanpa menggunakan pengaman dalam berhubungan. Ia merasa khawatir jika ia mengidap HIV dan takut akan istrinya tertular.



Konselor : “Selamat pagi, silahkan duduk. Perkenalkan saya dewi saya yang akan menjadi konselor/penasihat bapak/ibu disini. Boleh saya tau nama bapak/ibu?” Px A : “Selamat pagi bu dewi, ini saya A dan suami saya B.” Konselor : “Baik ibu A dan bapak B, jadi disini kita akan berbicara tentang apa alasan bapak dan ibu datang berkonsultasi kemari. Sebelumnya saya sangat senang bertemu dengan bapak dan ibu hari ini untuk tes HIV dan berkonsultasi dengan saya. Disini nantinya bapak dan ibu akan mengetahui tentang info penting mengenai HIV. Bapak dan ibu akan melalui seluruh proses pengujian HIV dan akan menerima hasil tes HIV pada hari ini juga. Nantinya berdasarkan hasil tersebut dan dengan bantuan saya bapak dan ibu akan dapat membuat keputusan tentang bagaimana menangani HIV dalam kehidupan bapak dan ibu. Baik sebelumnya, apakah bapak dan ibu paham?” Px A & B : “Kami paham bu” Konselor : “Baik bapak dan ibu mari kita mulai, Nantinya saya ingin bapak dan ibu mendapatkan hasil maksimal dari sisi konseling dan tes HIV ini. Jadi saya minta bapak dan ibu berkenan menceritakan apa yang saya tanyakan dengan jujur dan saya disini menjamin mengenai kerahasiaan tersebut. Baik bapak ibu apakah bersedia? Sebelumnya ada yang ingin ditanyakan?” Px A & B : “Baik bu kami bersedia,” Konselor : “Baik disini saya memiliki ketentuan bahwa saya ingin bapak dan ibu dapat rileks dan sharing secara nyaman dengan saya mengenai ke khawatiran bapak dan ibu . karena bapak dan ibu tes hiv secara bersama nantinya saya harap keduanya dapat menerima hasil tes dari pasangan. Saya ingin bapak ibu setuju untuk tidak memberi tahu orang lain kecuali bapak ibu sendiri yang menghendakinya. Apakah ada yang ingin ditanyakan bapak ibu? Apakah setuju?” Px B : “Baik saya dan istri saya setuju mengenai ketentuan yang bu dewi berikan.



Disini kami belum pernah melakukan tes HIV sama sekali sebelumnya.” Konselor : “Jadi apa yang membawa bapak dan ibu untuk melakukan konsultasi dan tes HIV ? Bisa bapak / ibu ceritakan?” Px B : “Saya dan pasangan saya datang kemari karena sebelumnya saya sempat terjerumus dalam seks bebas dan melakukan seks secara tidak aman dengan wanita lain. Saya khawatir saya tertular HIV dan menulari istri saya. Saya sangat menyesal akan hal tersebut.” Konselor : “Baik bapak, saya sangat menghargai bapak mau terbuka dengan saya. Jangan khawatir saya akan menjelaskan setiap langkah , dan apa artinya dan pastikan bapak ibu dapat memahaminya.” Px A & B : “Baik bu” Konselor : “Baik bapak ibu, disini saya memiliki formulir persetujuan yang membahas semuanyamengenai apa yang telah kita bicarakan serta ketentuanketentuannya. Bapak dan ibu bisa membacanya terlebih dahulu dan jika ada yang kurang jelas bisa ditanyakan. Jika bapak ibu bersedia, silahkan isi data diri dan tanda tangan maka setelah itu akan saya mulai sesi konseling nya.” Px A & B : “Sudah kami isi dan tanda tangani bu” Konselor : “Baik bapak ibu saya mulai sesi ini, sebelum sesi ini dimulai apakah ada hal atau aturan dasar tentang bagaimana sesi ini akan berlangsung, misal seperti berpartisipasi aktif dalam diskusi, saling mendengarkan dan saling terbuka serta saling mendukung. Menurut anda hal/aturan apa yang bapak ibu inginkan?” Px A & B : “Saya rasa aturan tersebut juga sesuai dengan kami. Jadi sesuai dengan apa yang bu dewi sarankan saja.” Konselor : “Baik, bapak ibu setuju ya dengan aturan dasar tersebut untuk sesi ini?” Px A & B : “Ya, kami setuju” Konselor : “Baik, disini saya akan memandu bapak ibu untuk menjalani test HIV. Waktu yang dibutuhkan sekita 30-45 menit. Baik bapak ibu sudah siap?” Px A & B : “Ya bu, kami siap” Konselor : “Baik bapak ibu, disini saya akan menjelaskan sedikit mengenai proses pengujian HIV. Jadi nanti saya dan bapak ibu akan berdiskusi / sharing mengenai ke khawatiran bapak ibu dan setelah bapak ibu siap, saya akan mengantar bapak dan ibu ke lab untuk mengambil sampel untuk di analisis. Sementara tes di analisis nanti kita akan teruskan diskusi ini mengenai hal-hal yang perlu bapak ibu ketahui. Setelah 15 menit hasil tes keluar saya akan menjelaskan pada bapak dan ibu bagaimana hasilnya



dan kita bahas mengenai langkah bapak dan ibu selanjutnya. Baik apakah ada yang ingin ditanyakan?” Px A : “Tidak bu, kami siap” Konselor : “Saya harap bapak dan ibu merasa nyaman dengan diskusi ini, saya akan membantu bapak ibu menemukan solusi mengenai masalah bapak dan ibu.” Px A & B : “Baik bu” Konselor : “Jadi mari kita bicara sedikit tentang kemungkinan hasil tes HIV bapak dan ibu. ingat bahwa kami akan melakukan tes untukbapak dan ibu masing-masing, sehingga masing-masing akan memiliki hasil tes HIV sendiri. Bapak dan ibu mungkin HIV positif atau HIV negatif. Tahukah bapak ibu apa artinya ketika saya mengatakan hasil Anda bisa menjadi HIV positif?” Px A : “Saya tidak tahu bu, jika hasilnya postif jadi akan mengidap HIV seperti itu yang saya tau” Konselor : “Jadi begini bapak ibu hasil tes positif HIV benar-benar berarti tes telah mendeteksi antibodi HIV dalam tubuh bapak/ibu. Tes yang kami gunakan sangat akurat. jika tes ini positif, sangat mungkin bapak/ibu menderita HIV. tetapi, sama seperti skrining apa pun, ada ruang untuk kesalahan, jadi kami akan mengumpulkan sampel lain untuk tes konfirmasi. dan jika hasil tes bapak/ibu negatif, itu berarti bahwa tes tersebut tidak mendeteksi antibodi HIV. inilah masalahnya, tes HIV tidak dapat mendeteksi antibodi jika bapak/ibu terinfeksi baru-baru ini, seperti beberapa minggu terakhir atau 12 minggu atau lebihpasca penularan. Karena itu, kami memberi tahu semua pasangan HIV dengan hasil negatif bahwa ada fase jendela (window period) dimana kami tidak dapat memastikan bahwa bapak/ibu HIV negatif. jadi penting untuk diuji ulang dalam empat minggu untuk memastikan hasilnya benarbenar negatif. kebanyakan pasangan ingin melakukan apa yang paling aman bagi mereka dan pasangan mereka. jadi kami juga merekomendasikan agar mereka menggunakan perlindungan dalam berhubungan selama empat minggu itu, sampai mereka dapat diuji ulang. Apakah bapak ibu dapat memahaminya?” Px A : “Baik bu, saya tidak mengerti. mengapa kita perlu diuji ulang jika hasilnya negatif?” Konselor : “Jadi begini bapak ibu. Bila seseorang tertular HIV, selama 12 minggu atau lebih pasca penularan, orang tersebut bila diperiksa anti HIV hasilnya akan negatif karena pada masa tersebut antibodi HIV belum terbentuk. Fase ini disebut juga sebagai window period, pada periode jendela tersebut sebenarnya seseorang



sudah terinfeksi HIV dan pada masa ini HIV sangat efektif ditularkan kepada orang lain. Jadi saya sarankan untuk menggunakan kondom selama berhubungan.” Px B : “Oh jadi begitu bu, baik kami akan mengikuti prosesnya saya ingin yang terbaik untuk saya dan pasangan saya.” Konselor : “Karena disini bapak ibu pasangan jd saya akan memberikan hasil tersebut secara bersamaan. Hasilnya mungkin kalian berdua negatif, atau positif dan bisa juga salah satu dari bapak ibu positif . Bagaimana yg bapak/ibu rasakan jika salah satu dari anda positif ?” Px B : “Pasti saya akan sangat menyesal mengenai hal tersebut bu” Px A : “Pastinya jika suami saya positif saya akan tetap memberi support dan merawatnya” Konselor : “Saya tau itu akan terasa sangat berat, tapi saya yakin kalian bisa melewatinya. Bpak dan ibu sangat peduli satu sama lain. Saya ingin melanjutkan sesi sharing ini, tetapi sebelumnya apakah abapak ibu siap untuk uji hiv sekarang?” Px A & B : “Kami sangat siap bu” Konselor : “Baik bapak dan ibu, mari ikut saya ke lab.” Konselor : “Permisi bapak & ibu, hasilnya uji HIV sudah keluar, apakah bapak dan ibu siap mendengar bagaimana hasilnya?” Px A & B : “Kami siap bu dewi” Konselor : “Baik bapak ibu, hasil tes menunjukan bahwa hasilnya sama yaitu menunjukan hasil negatif.” Px A : “Wahh ini awal berita yang bagus,” Konselor : “Apakah bapak dan ibu paham mengenai hasilnya?” Px B : “Berarti kami tidak mengidap HIV bu karena hasilnya negatif” Konselor : “Perlu bapak dan ibu ingat bahwa hasil ini belum tentu menunjukkan bahwa bapak / ibu tidak mengidap HIV. Jadi bagaimana perasaan bapak dan ibu tentang hasil tes ini?” Px B : “Tentu kami sangat lega untuk sementara waktu ini, tapi apakah masih perlu menggunakan kondom dalam berhubungan bu?” Konselor : “Baik bapak ibu, mari kita bahas sedikit tentang hal tersebut. Memang hasil negatif pada tes pertama merupakan berita bagus tetapi ingat bahwa bisa jadi bapak/ibu dalam fase window period sehingga tidak terdeteksi. Jadi sangat kami sarankan untuk menggunakan kondom dalam berhubungan terlebih selama



menununggu tes kedua. Kenapa? Karena dengan menggunakan kondom dalam berhubungan merupakan solusi efektif untuk mencegah transmisi penularan HIV. Maka sangat kami sarankan pula untuk bapak dan ibu melakukan tes selanjutnya untuk memstikan hasil nya apakag negatif atau menjadi positif.” Px A : “ohh baik bu saya paham: Konselor : “Baik, apa yang bapak dan ibu fikirkan untuk tes lagi selang 4 minggu ini?” Px B : “Saya akan melakukannya, saya ingin yang terbaik” Konselor : “Kami merekomendasikan pengujian ulang rutin setiap enam hingga 12 bulan. Saya memberikan rekomendasi ini tentang pengujian ulang untuk semua pasangan dengan HIV negatif.” Px B : “Baiklah bu” Konselor : “Baik sebelum konseling dan tes HIV saya akhiri, sebelumnya apakah ada yang ingin bapak ibu tanyakan? Apakah bapak dan ibu sudah jelas?” Px A & B : “Ya bu kami sangat jelas .” Konselor : “Baik saya tunggu kedatangan bapak dan ibu untuk melakukan tes ke dua, dan saya sarankan untuk melakukan hubungan yang aman selama proses skrining serta hindari sex bebas ya bapak, serta makan-makanan bergizi dan terapkan pola hidup sehat.” Px A & B : “Baik bu saya permisi terimakasih.” Konselor : “Baik bapak ibu sama-sama, hati-hati dijalan. Kami tunggu kedatangannya kembali.”