7 0 275 KB
SATUAN ACARA PENYULUHAN ( S A P ) PENCEGAHAN JATUH BAGI PASIEN DAN KELUARGA
DI SUSUN OLEH: M.KHOIRUL UMAM 202102040072
PRODI PENDIDIKAN NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJAGAN PEKALONGAN 2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN ( S A P ) PENCEGAHAN JATUH BAGI PASIEN DAN KELUARGA
Pokok Bahasan
: Pencegahan jatuh bagi pasien dan keluarga
Sub Pokok Bahasan
: Cara Pencegahan Jatuh Pada pasien
Hari/ tanggal
: Kamis, 11 November 2021
Waktu pertemuan
: 25 menit
Tempat
: Ruang amarilis 3, RSUD Tuggurejo Semarang
Sasaran
: Pasien dan keluarga
Penyuluhan
: M. Khoirul Umam
A. Latar Belakang Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata, yang melihat kejadian mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai/tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka B. Tujuan 1. Tujuan Umum Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 25 menit, kelayan diharapkan mampu memahami cara menghindari resiko jatuh dan melakukan pencegahan jatuh. 2. Tujuan Khusus Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 1 x 25 menit diharapkankelayan mampu : a. Menjelaskan pengertian jatuh. b. Menyebutkan faktor resiko penyebab jatuh. c. Menyebutkan akibat jatuh. d. Menyebutkan cara pencegahan jatuh.
e.Melakukan pencegahan jatuh.
C. Kisi-Kisi Materi 1. Pengertian jatuh. 2. Faktor resiko penyebab jatuh. 3. Akibat jatuh 4. Cara pencegahan jatuh. (Terlampir)
D. Metode
Ceramah
Tanya jawab
Diskusi
E. Media Leafleat
F. Kegiatan Penyuluhan No 1
Kegiatan Penyuluh Pendahuluan
Waktu 5 mnt
Memberi salam
Memberi pertanyaan apersepsi
Mengkomunikasikan
pokok
bahasan Mengkomunikasikan tujuan Kegiatan Inti
Respon Peserta
Menjawab salam
Memberi salam
Menyimak
Menyimak
Menyimak
Bertanya
Memperhatikan
2
Memberikan penjelasan tentang resiko jatuh
Memberikan kesempatan keluarga
15 mnt
untuk bertanya
3
Menjawab pertanyaan pasien dan
keluarga Penutup
5 mnt
Menyimpulkan materi penyuluhan bersama pasien dan keluarga
Memberikan evaluasi secara lisan
Memberikan salam penutup
Memperhatikan
menjawab
F. Setting Tempat 1. berada di dekat bat pasien . 2. Panyaji berdiri didepan di depannya.
G. Evaluasi 1. Evaluasi Struktur a. Persiapan Penerima Manfaat sudah terlaksana dengan baik berupa kontrak waktu,topik, dan tempat b.Persiapan alat bantu dan media yang digunakan untuk Penkes 2. Evaluasi proses a. Penerima Manfaat mampu mengikuti Penkes dengan baik sampai selesai b. Penerima Manfaat kooperatif dalam mengikuti Penkes c. Penerima Manfaat dapat bekerjasama dengan perawat d.Media dan alat bantu dapat digunakan dengan baik e.Lingkungan mendukung dalam pelaksanaan Penkes 3.Evaluasi hasil a.Evaluasi kognitif
Menanyakan kepada Penerima Manfaat 1.Coba jelaskan pengertian jatuh! 2.Sebutkan faktor resiko penyebab jatuh! 3.Sebutkan akibat dari jatuh! 4.Sebutkan cara mencegah jatuh! b. Evaluasi afektif Penerima Manfaat menyatakan kesediaaan melakukan pencegahan jatuh. c. Evaluasi psikomotorik Penerima Manfaat mampu melakukan pencegahan jatuh.
H. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2012.Mudah Jatuh pada Lansia.http://http://pinadepin.blogspot.com .Diakses tanggal 23 Agustus 2012. Turana,Yuda. 2009.Menghindari Resiko Jatuh Pada Lansia.http:// http://www.me dikaholistik.com.Diakses tanggal 23 Agustus 2012.
Lampiran LANDASAN TEORI
A. Pengertian jatuh Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata, yang melihat kejadian mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai/tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka B. Faktor Resiko Penyebab Jatuh Secara singkat, faktor resiko jatuh pada itu dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik. a) Faktor Instinsik, misalnya: Gangguan jantung dan/atau sirkulasi darah : Penurunan sirkulasi darah ke otak secara tiba-tiba, kehilangan kesadaran yang tiba-tiba, masalah pada jantung yang menyebabkan sesak nafas sehingga tidak dapat mentoleransi aktivitas dan hipertensi. Gangguan sistem susunan saraf : SSP akan memberikan respons motorik untuk mengantisipasi input sensorik. Penyakit SSP seperti stroke, parkinson, hodrosealus tekanan normal, sering diderita oleh lansia dan menyebabkan gangguan fungsi SSP sehingga berespon tidak baik terhadap input sensorik. Nyeri kepala dan atau vertigo, pusing. Gangguan sistem anggota gerak dan gangguan gaya berjalan seperti nyeri persendian, kelumpuhan, ketidaklengkapan anggota gerak, bentuk kaki yang tidak normal, penurunan kekuatan otot, kekakuan jaringan penyambung , berkurangnya massa otot, edema pada kaki. Gangguan penglihatan dan pendengaran Gangguan psikologis : stres, kurang konsentrasi, lupa denganketerbatasan. b) Faktor Ekstrinsik, misalnya: Cahaya ruangan yang kurang terang Lingkungan yang asing bagi lanjut usia Lantai yang licin Obat-obatan yang diminum (diuretik, antidepresan, sedatif, anti- psikotik, alkohol, dan obat hipoglikemi) Alat bantu jalan yang tidak tepat ukuran, berat, maupun cara penggunaannya. C. Komplikasi atau Akibat Dari Jatuh Jatuh menimbulkan komplikasi-komplikasi seperti berikut ini : a. Perlukaan (Injury) : merusak jaringan lunak, fraktur, hematom subdural b. Perawatan Rumah Sakit : imobilisasi, resiko penyakit c. Disablitas : penurunan mobilitas yang berhubungan dengan perlukaaan fisik, penurunan mobilitas akibat jatuh, penurunan kepercayaan diri dan pembatasangerak d. Resiko untuk dimasukkan dalam rumah perawatan e. Mati D. Cara Pencegahan Jatuh Pencegahan dilakukan berdasar atas faktor resiko apa yang dapat menyebabkan jatuh seperti faktor neuromuskular, muskuloskeletal, penyakit yang
sedangdiderita, pengobatan yang sedang dijalani, gangguan keseimbangan dan gaya berjalan, gangguan visual, ataupun faktor lingkungan. dibawah ini akan di uraikan beberapa metode pencegahan jatuh pada orang tua : 1. Latihan fisik Latihan fisik diharapkan mengurangi resiko jatuh dengan meningkatkan kekuatan tungkai dan tangan, memperbaiki keseimbangan, koordinasi, dan meningkatkan reaksi terhadap bahaya lingkungan, latihan fisik juga bisa mengurangi kebutuhan obat-obatan sedatif. Latihan fisik yang dianjurkan yang melatih kekuatan tungkai, tidak terlalu berat dan semampunya, salah satunya adalah berjalan kaki. 2. Managemen obat-obatan a) Gunakan dosis terkecil yang efektif dan spesifik. b) Perhatikan terhadap efek samping dan interaksi obat. c) Gunakan alat bantu berjalan jika memang di perlukan selama pengobatan. d) Kurangi pemberian obat-obatan yang sifatnya untuk waktu lama terutamasedatif dan tranquilisers. e) Hindari pemberian obat multiple (lebih dari empat macam) kecuali atas indikasi klinis kuat. f) Menghentikan obat yang tidak terlalu diperlukan. 3. Modifikasi lingkungan a) Atur suhu ruangan supaya tidak terlalu panas atau dingin untuk menghindari pusing akibat suhu. b) Taruhlah barang-barang yang memang seringkali diperlukan berada dalam jangkauan tanpa harus berjalan dulu. c) Gunakan karpet antislip di kamar mandi. d) Perhatikan kualitas penerangan di rumah. e) Jangan sampai ada kabel listrik pada lantai yang biasa untuk melintas. f) Pasang pegangan tangan pada tangga, bila perlu pasang lampu tambahan untuk daerah tangga. g) Singkirkan barang-barang yang bisa membuat terpeleset dari jalan yang biasa untuk melintas. h) Gunakan lantai yang tidak licin. i) Atur letak furnitur supaya jalan untuk melintas mudah, menghindaritersandung. j) Pasang pegangan tangan ditempat yang di perlukan seperti misalnya dikamar mandi. k) Hindari penggunaan furnitur yang beroda. 4. Memperbaiki kebiasaan pasien misalnya : a) Berdiri dari posisi duduk atau jangkok jangan terlalu cepat. b) Jangan mengangkat barang yang berat sekaligus. c) Mengambil barang dengan cara yang benar dari lantai. d) Hindari olahraga berlebihan. 5. Alas kaki a) Hindari sepatu berhak tinggi, pakai sepatu berhak lebar. b) Jangan berjalan hanya dengan kaus kaki karena sulit untuk menjagakeseimbangan. c) Pakai sepatu yang antislip. 6. Alat bantu jalan Terapi untuk pasien dengan gangguan berjalan dan keseimbangan difokuskanuntuk mengatasi atau mengeliminasi penyebabnya atau faktor yang
mendasarinya. Pada penggunaannya, alat bantu jalan memang membantu meingkatkan keseimbangan, namun di sisi lain menyebabkan langkah yang terputus dan kecenderungan tubuh untuk membungkuk, terlebih jika alat bantu tidak menggunakan roda., karena itu penggunaan alat bantu ini haruslah direkomendasikan secara individual. Apabila pada lansia yang kasus gangguan berjalannya tidak dapat ditangani dengan obat-obatan maupun pembedahan.Oleh karena itu, penanganannya adalah dengan alat bantu jalan seperti cane(tongkat), crutch (tongkat ketiak) dan walker. (Jika hanya 1 ekstremitas atasyang digunakan, pasien dianjurkan pakai cane. Pemilihan cane type apa yangdigunakan, ditentukan oleh kebutuhan dan frekuensi menunjang berat badan.Jika ke-2 ekstremitas atas diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan tidak perlu menunjang berat badan, alat yang paling cocok adalah four-wheeled walker. Jika kedua ekstremitas atas diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan menunjang berat badan, maka pemilihan alat ditentukan oleh frekuensi yang diperlukan dalam menunjang berat badan. 7. Periksa fungsi penglihatan dan pendengaran. Gunakan kacamata apabila mengalami gangguan fungsi penglihatan dan alat bantu pendengaran apabila mengalami gangguan pendengaran. 8. Hip protektor : terbukti mengurangi resiko fraktur pelvis. 9. Memelihara kekuatan tulang a) Suplemen nutrisi terutama kalsium dan vitamin D terbukti meningkatkan densitas tulang dan mengurangi resiko fraktur akibat terjatuh pada orangtua. b) Berhenti merokok c) Hindari konsumsi alkohol d) Latihan fisik e) Anti-resorbsi seperti biophosphonates dan modulator reseptor estrogen. f) Suplementasi hormon estrogen / terapi hormon pengganti.