Simpson, Harrow, Krathwol [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Taksonomi Hasil Belajar Fisika ( Dave, Simpson dan Harrow ) Ada beberapa ahli yang mengemukakan level atau tingkatan hasil belajar psikomotor, di antaranya yang sering digunakan adalah hasil belajar psikomotor yang dikembangkan oleh Dave, Simpson dan Harrow. Menurut Dave (1967) hasil belajar psikomotor dapat dibedakan menjadi lima tahap, yaitu: imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi, dan naturalisasi. 



Imitasi adalah kemampuan melakukan kegiatankegiatan sederhana dan sama persis dengan yang dilihat atau diperhatikan sebelumnya. Contohnya, seorang siswa dapat memukul bola dengan tepat karena pernah melihat atau memperhatikan hal yang sama sebelumnya.







Manipulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan sederhana yang belum pernah dilihat tetapi berdasarkan pada pedoman atau petunjuk saja. Sebagai contoh, seorang siswa dapat memukul bola dengan tepat hanya berdasarkan pada petunjuk guru atau teori yang dibacanya.







Presisi adalah kemampuan melakukan kegiatankegiatan yang akurat sehingga mampu menghasilkan produk kerja yang tepat. Contoh, siswa dapat mengarahkan bola yang dipukulnya sesuai dengan target yang diinginkan.







Artikulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan yang komplek dan tepat sehingga hasil kerjanya merupakan sesuatu yang utuh. Sebagai contoh, siswa dapat mengejar bola kemudian memukulnya dengan cermat sehingga arah bola sesuai dengan target yang diinginkan. Dalam hal ini, siswa sudah dapat melakukan tiga kegiatan yang tepat, yaitu lari dengan arah dan kecepatan tepat serta memukul bola dengan arah yang tepat pula.







Naturalisasi adalah kemampuan melakukan kegiatan secara reflek, yakni kegiatan yang melibatkan fisik saja sehingga efektivitas kerja tinggi. Sebagai contoh tanpa berpikir panjang siswa dapat mengejar bola kemudian memukulnya dengan cermat sehingga arah bola sesuai dengan target yang diinginkan.



Tujuan kawasan psikomotor yang dikembangkan oleh Simpson (1972) mulai dari tingkat yang sederhana hingga tingkat yang rumit, yaitu: Persepsi (Perception), Kesiapan/Set, Respon terpimpin (Guided respons), Mekanisme (Mechanism), Complex Overt Respons, dan Originasi (Origination).







Persepsi (Perception) adalah berhubungan dengan penggunaan indera untuk mengarahkan kegiatan motorik. Mulai dari kesadaran ada stimulus sampai kepada memilih tugas yang relevan untuk menterjemahkannya ke dalam suatu kegiatan (performance) tertentu. Contoh: menurunkan suhu AC saat merasa suhu ruangan panas.







Kesiapan/Set, adalah Kemampuan untuk mempersiapkan diri, baik mental, fisik, dan emosi, dalam menghadapi sesuatu. Contoh: melakukan pekerjaan sesuai urutan, menerima kelebihan dan kekurangan seseorang.







Respon terimpin (Guided respons) adalah langkah permulaan dalam mempelajari keterampilan yang kompleks, meliputi: menirukan, trial and error. Ketetapan dari performance ditentukan oleh instruktur atau oleh kriteria yang sesuai. Contoh: Mengikuti arahan dari instruktur.







Mekanisme (Mechanism) mekanisme (Mechanism), merupakan performance yang menunjukkan bahwa respons yang dipelajari telah menjadi kebiasaan dan gerakangerakan dapat dilakukan dengan penuh kepercayaan dan kemahiran. Ini merupakan performance dari bermacam-macam keterampilan. Contoh: menggunakan computer.







Complex Oert Respons yaitu performance yang sangat terampil dan gerakan motorik yang memerlukan pula gerakan kompleks. Kemahiranya ditunjukkan dengan cepat, lancar, dan tepat dengan energi minimum, tanpa ragu-ragu dan otomatis (dilakukan dengan mudah dan terkontrol baik). Conth: Keahlian bermain piano.







Originasi Origination), yaitu penciptaan pola-pola gerakan yang baru untuk menyesuaikan dengan situasi/masalah yang khusus. Hasil belajarnya ditekankan pada kreativitas yang didasarkan pada keterampilan tingkat tinggi. Harrow (1972) mengemukakan bahwa ranah hasil belajar psikomotot terdiri atas:



Gerakan reflex, Gerakangerakan fundamental, Kemampuan perceptual, Kemampuan fisis, Gerakan keterampilan, dan Komunikasi tanpa kata-kata. 



Gerakan refleks, yaitu gerakan yang dilakukan tanpa disadari yang tertuju kepada suatu rangsang tertentu, (mengedipkan mata, menggeliat, menguap, membegkokkan badan, dan meyesuaikan sikap badan).







Gerakan-gerakan fundamental. Merupakan polapola gerakan yang terbentuk dari gabungan gerakangerakan refleks dan menjadi dasar gerakan keterampilan yang



kompleks (berjalan, lari, melompat, meluncur, membungkuk, melengkung, berputar, memegang, menggerakan jari, dsb). 



Kemampuan perseptual. Kemampuan menafsirkan rangsangan dari berbagai cara untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya (‘mendengarkan’ mengikuti perintah verbal, ‘gerakan terkoordinasi’, loncat tali, menangkap, kinestetik discrimination, visual, auditory, dan tactile discrimination).







Kemampuan fisis. Karakteristik organik yang esensial untuk mengembangkan gerakan keterampilan tinggi, termasuk ketahanan, kekuatan, fleksibilitas, dan ketangkasan



(lari



jarak



jauh,



berenang,



angkat



berat,



gulat,



ballet,



membengkokkan/melengkungkan punggung, menyentuh jari kaki, mengetik). 



Gerakan keterampilan. Adanya tingkatan efisiensi pada saat melakukan tugas-tugas gerakan kompleks secara utuh, meliputi semua gerakan keterampilan yang terbentuk atas pola-pola gerakan locomotor dan manipulatif, termasuk keterampilan adaptif sederhana, adaptif majemuk, dan adaptif kompleks.







Komunikasi tanpa kata-kata. Komunikasi yang dilakukan dengan cara gerakangerakan tubuh sampai dengan koreografis yang canggih (sikap badan, gerak tangan, ekspresi raut muka, gerakan dansa, gerakan tari)



Anderson & Krathwohl's Pada dasarnya, Kemampuan berpikir akan meningkat apabila dilatih, dikembangkan, dan menambah pengalaman dalam pemikiran sehingga menjadi bermakna. Dalam proses berpikir kemampuan kognitif yang ada dalam masing-masing individu berkembang. Tiga kemampuan terakhir merupakanketerampilanberpikir tingkat tinggi.Anderson & Krathwohl's Taksonomi (2010) merevisi level kognitif tersebut menjadi dua, yaitu; cara berpikir tingkat rendah (lower order thiking)terdapat pada level mengingat (C1), memahami (C2), dan mengaplikasikan (C3), sedangkan cara berpikir tingkat tinggi (higher order thinking)berada pada tingkatan menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6). Tingkatan ini menyiratkan dalam proses pembelajaran, jika peserta didik menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi, maka kemampuan berpikir tingkat rendah bisa dilakukan dengan baik. Mengingat (C1) dalam pandangan kognitif merupakan tingkatan yang paling rendah. Anderson dan Krathwohl's (2010). Kategori mengingat mencakup proses mengenali (recognizing) dan memanggil (recalling). Pemahaman (C2) dalam pendidikan dapat diartikan sebagai kemampuan peserta didik dalam mengartikan konsep yang memadai untuk menyusun materi dan mengurutkan berdasarkan pengetahuanya. Pada kemampuan ini peserta didik harus mampu memilih fakta yang sesuai untuk menjawab pertanyaan dengan cara mengingat pengetahuan yang dimilikinya. Anderson dan Krathwohl's (2010) mengkategorikan kemampuan ini menjadi empat kategori, yaitu kemampuan manafsirkan, kemampuan memberi



contoh,kemampuan



mengklasifikasikan,



kemampuan



untuk



merangkum,



kemampuan menyimpulkan, kemampuan membandingkaan, dan kemampuan menjelaskan. Penerapan (C3), dalam pemecahan masalah seorang peserta didik yang memiliki kemampuan ini akan menerapkan dan menggunakannya. Krathwohl's (2002) mengatakan bahwa “Carrying out or using a procedure in a given situation”.Selainitu pada kemampuan ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu kemampuan mengambil keputususan atau eksekusi dan kemampuan



menggunakan.Pernyataan



itu



berarti



bahwa



penerapan



merupakan



pelaksanakanataumenggunakanprosedurtertentu dalam situasi tertentu pula. Oleh sebab itu, kemampuan mengaplikasikan sangat berkaitan dengan kemampuan prosedural. Kemampuan prosedural pada dasarnya diperoleh kemampuan mengingat dan memahami sesuatu. Setelah mampu menguasai kemampuan prosedural maka peserta didik juga akan mampu menerapkan dan mengimplementasikan. Kemampuan Menganalisis (C4) dapat diartikan sebagai kemampuan peserta didik menentukan bagian-bagian yang menjadi penyusun suatu bentuk, objek, ataupun masalah



tertentu sehingga peserta didik mampu menunjukan keterkaitan satu sama lain. Krathwohl's (2002)



membagi



kemampuan



ini



menjadi



tiga,



yaitu



kemampuan



membedakan,kemampuanmengorganisasi, dan kemampuan memberikan ciri khusus. Selain itu, beliau mengatakan bahwa “Breaking material into its constituent parts and detecting how the parts relate to one another and to an overall structure or purpose”.