Sistem Nilai Budaya Organisasi Dan Proses Manajemen. [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SISTEM NILAI BUDAYA ORGANISASI DAN PROSES MANAJEMEN MAKALAH Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah: Pengantar Manajemen Dosen Pengampu: Drs. H. Nurbini, M.Si



Disusun oleh: Lilis Yuliyana



(121211059)



M. Khoirun Nadzif



(121211060)



Mazka Hauzan Naufal



(121211061)



FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2012



I.



LATAR BELAKANG Apabila kita membahas tentang manajemen, sesungguhnya kita juga tidak akan terlepas dari pembahasan tentang organisasi. Sebab di dalam organisasilah suatu kegiatan manajemen berlangsung. Menurut Abdul Choliq,1 “Manajemen merupakan suatu usaha mencapai tujuan tertentu dengan mendayagunakan segala sumber daya baik manusia maupun non-manusia dalam suatu organisasi”. Dalam sebuah organisasi, di mana kegiatan manajemen berlangsung, terdapat suatu sistem nilai, yang apabila telah mewujud dalam perilaku kerja keseharian para anggotanya, maka sistem nilai tersebut akan membentuk suatu kebudayaan organisasi. Kemudian, seperti telah disebutkan sebelumnya, di dalam suatu organisasi berlangsung serangkaian kegiatan manajemen, yang akan membentuk suatu proses manajemen. Untuk lebih jelasnya, makalah ini akan membahas tentang sistem nilai budaya organisasi dan proses manajemen.



II.



RUMUSAN MASALAH 1.



Bagaimanakah kaitan antara sistem nilai organisasi dengan budaya organisasi?



2.



1



Bagaimanakah proses manajemen berlangsung?



Abdul Choliq, Pengantar MANAJEMEN, (Semarang: Rafi Sarana Perkasa, 2011), hal. 25.



III. A.



PEMBAHASAN Sistem Nilai Budaya Organisasi 1.



Definisi mengenai Kebudayaan Organisasi Definisi mengenai kebudayaan organisasi sama ciri-cirinya dengan definisi antropologis mengenai kebudayaan masyarakat. Keduanya menekankan pentingnya nilai dan kepercayaan yang sama dan pengaruhnya terhadap perilaku. Kebudayaan adalah lem sosial atau normatif yang merekat organisasi. Ia menyatakan nilai-nilai atau ide-ide dan kepercayaan masyarakat bahwa yang sama-sama dianut oleh para anggota organisasi itu, seperti terwujud dalam alat-alat simbolis seperti mitos, upacara, cerita, legenda dan bahasa khusus. Kebudayaan organisasi meliputi garis-garis pedoman yang kukuh yang membentuk perilaku. Ia melaksanakan b eberapa



fungsi



penting



dengan: 



Menyampaikan rasa identitas untuk anggota-anggota organisasi







Memudahkan komitmen untuk sesuatu yang lebih besar daripada diri sendiri







Meningkatkan stabilitas sistem sosial







Menyediakan premises (pokok pendapat)



yang diakui dan



diterima untuk pengambilan keputusan.2



Dalam redaksi yang berbeda, Moeljono3 menyatakan bahwa “Sejauh ini budaya organisasi secara populer diartikan sebagai perekat yang mengikat organisasi. Selanjutnya, dapat dimengerti pula bahwa pada organisasi manapun, terutama organisasi yang besar, terdapat jenjang maupun kelompok yang berbeda, baik karena tugas, tanggung



jawab



sesuai dengan posisinya di organisasi maupun asal usul dari sumber daya manusianya. Perbedaan-perbedaan tersebut perlu dijembatani dengan



2



Fremont E. Kast dan James E. Rosenzweig, Organization and Management, diterjemahkan oleh A. Hasymi Ali dengan judul Organisasi dan Manajemen Jilid 2, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), hal. 954. 3 Djokosantoso Moeljono, CULTURED! Budaya Organisasi Dalam Tantangan, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2005), hal. 5.



penyusunan dan penerapan secara konsisten suatu budaya organisasi yang diharapkan dapat berfungsi sebagai perekat organisasi. Budaya organisasi adalah sesuatu yang membedakan antara organisasi yang bersangkutan dan organisasi yang lain. Budaya organisasi dapat dirasakan dan dapat diidentifikasi. Sehingga apabila ada seseorang datang dan berhubungan dengan organisasi tersebut, orang tersebut akan dapat menangkap dan merasakan perbedaan organisasi tersebut dengan organisasi lainnya. Perbedaan apa yang dirasakan? Ada berbagai macam ciri atau karakteristik yang membedakan budaya organisasi yang satu dan yang lain, yang diyakini oleh setiap anggota organisasi merupakan nilai yang dimiliki dan berlaku di organisasi tersebut. Karakteristik tersebut dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu:4 a. Yang tidak memengaruhi efektivitas kerja secara langsung b. Yang memengaruhi efektivitas kerja secara langsung Karakteristik yang tidak langsung berhubungan dengan efektivitas kerja merupakan karakteristik yang sifatnya umum yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi budaya organisasi. Contohnya adalah adanya nilai yang bersifat paternalis antara anggota organisasi yang satu dan anggota lain yang lebih tua, di mana anggota organisasi yang lebih muda patut menghormati dan tidak lazim menolak saran atau pendapat atasan mereka; adanya nilai yang dipahami dan diyakini kebenarannya bahwa bawahan tidak boleh melakukan interupsi saat atasan atau orang lain yang lebih tua sedang berbicara; adanya nilai yang dipahami dan diyakini kebenarannya bahwa anggota organisasi tidak boleh menerima pemberian dalam bentuk apapun dari pelanggan; adanya keyakinan bagi sebagian besar anggota organisasi bahwa menggunakan jalur nonformal lebih efektif daripada jalur formal sehingga penyebaran informasi atau isu melalui jalur informal akan lebih cepat; serta belum dapat diterimanya



4



Parulian Hutapea dan Nurianna Thoha, KOMPETENSI Plus Teori, Desain, Kasus dan Penerapan untuk HR serta Organisasi yang Dinamis, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), hal. 73.



cara bersikap terbuka dan berterus terang untuk menyelesaikan masalah bagi sebagian orang. Sedangkan karakteristik yang langsung memengaruhi efektivitas kerja lebih mengarah pada pencapaian sasaran kerja dan pembentukan karakter produktif, seperti: pola sikap, perilaku dan pola tindak para anggota organisasi yang selalu ingin mencapai hasil kerja (achievement) yang tinggi; sikap, perilaku dan tindakan para anggota organisasi yang cenderung



menghargai



nilai



kerjasama



(teamwork)



antaranggota



organisasi atau antardepartemen; kecenderungan menggunakan pemikiran analitis atau konseptual; sikap, perilaku dan tindakan untuk memotivasi dan memengaruhi orang lain (influence other); sikap, perilaku dan tindakan yang selalu berorientasi kepada pelayanan pelanggan (customer orientation); sikap selalu kreatif di setiap kesempatan dan kecenderungan memiliki inisiatif kerja (initiative).5



2. Kaitan antara Sistem Nilai Organisasi dengan Budaya Organisasi Ilustrasi berikut akan menjelaskan “apa” itu budaya organisasi. Budaya dan Nilai “Budaya perusahaan tidak berhenti pada nilai-nilai organisasi begitu saja. Mempunyai corporate values belum tentu mempunyai budaya perusahaan yang baik”6



5 6



Ibid., hal. 74. Herry Tjahjono, Culture Based Leadership, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka utama, 2011), hal. 71.



Singkatnya, secara praksis, budaya perusahaan tak lebih dari nilainilai dalam tindakan (Values in Action). Corporate values are not corporate culture yet! Nilai-nilai perusahaan layak disebut budaya perusahaan, tatkala nilai-nilai itu sudah mengejawantah, mewujud dalam perilaku kerja keseharian para anggota atau karyawan. Dari pengertian tersebut beberapa pemahaman terkait budaya organisasi di bawah ini perlu digarisbawahi. a. Adanya nilai-nilai (dan keyakinan) dalam sebuah organisasi (apapun). b. Nilai-nilai itu sebagai landasan perilaku anggota organisasi. c. Jika sebagai landasan, maka nilai (dan keyakinan) itu harus sungguh mewujud dalam perilaku kerja keseharian anggota organisasi, dan itu baru bisa disebut sebuah “budaya organisasi”. Jika tidak, nilai dan keyakinan itu tinggal slogan, belum membentuk sebuah budaya.7



7



Ibid., hal. 74.



B.



PROSES MANAJEMEN Manajemen melibatkan empat aktivitas dasar – perencanaan dan pengambilan keputusan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian. Walau terdapat logika mendasar untuk mendeskripsikan keempat aktivitas tersebut secara berurutan (seperti yang ditunjukkan oleh garis panah tebal), kebanyakan dari manajer terlibat dalam lebih dari satu aktivitas pada waktu yang bersamaan dan seringkali berganti aktivitas secara tidak terduga (seperti yang ditunjukkan oleh garis panah yang terputus-putus).



8



8



Ricky W. Griffin, Management 7th Edition, diterjemahkan oleh Gina Gania dengan judul Manajemen, Edisi Ketujuh, Jilid 1, (Jakarta: Erlangga, 2004), hal. 9.



Secara teoritis, garis panah tebal pada gambar menunjukkan bagaimana fungsi



manajemen



dilaksanakan.



Akan



tetapi,



garis



terputus-putus



menunjukkan kenyataan yang sebenarnya dari manajemen. Berikut ini merupakan penjelasan dari masing-masing aktivitas dalam proses manajemen: 1.



Perencanaan dan Pengambilan Keputusan: Menentukan Arah Tindakan Dalam bentuk paling sederhana, perencanaan (planning) berarti menetapkan tujuan organisasi dan menentukan bagaimana cara terbaik untuk mencapainya. Pengambilan keputusan (decision making), yang merupakan bagian dari proses perencanaan, adalah pemilihan suatu tindakan dari serangkaian alternatif. Perencanaan dan pengambilan keputusan membantu mempertahankan efektivitas manajerial karena menjadi petunjuk untuk aktivitas di masa depan. Artinya, tujuan dan rencana organisasi dengan jelas membantu manajer untuk mengetahui bagaimana mengalokasikan waktu dan sumber daya mereka.



2.



Pengorganisasian: Mengkoordinasikan Aktivitas dan Sumber Daya Setelah manajer menetapkan tujuan dan mengembangkan suatu rencana yang dapat dijalankan, fungsi manajemen berikutnya adalah mengorganisasikan orang-orang dan sumber daya lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan rencana. Secara khusus, pengorganisasian (organizing) mencakup penentuan bagaimana cara mengelompokkan berbagai aktivitas dan sumber daya.9



9



Ibid., hal. 10-11.



3.



Kepemimpinan: Memotivasi dan Mengelola Orang Fungsi dasar manajerial yang ketiga adalah kepemimpinan. Beberapa orang menganggap kepemimpinan sebagai aktivitas yang paling penting dan paling menantang dari semua aktivitas manajerial. Kepemimpinan (leading) adalah serangkaian proses yang dilakukan agar anggota dari suatu organisasi bekerja bersama demi kepentingan organisasi tersebut.



4.



Pengendalian: Memonitor dan Mengevaluasi Aktivitas Tahap terakhir



dari



proses



manajemen adalah pengendalian



(controlling), atau pemantauan kemajuan organisasi dalam mencapai tujuannya. Ketika organisasi bergerak menuju tujuannya, manajer harus memonitor kemajuan untuk memastikan bahwa organisasi tersebut berkinerja sedemikian rupa sehingga akan mencapai tujuannya pada waktu yang telah ditentukan.10



IV.



KESIMPULAN 1. Setiap organisasi, di mana di dalamnya berlangsung proses manajemen, mempunyai suatu sistem nilai. Apabila sistem nilai itu telah mewujud dalam aktivitas kerja keseharian para anggota organisasi, maka terbentuklah suatu kebudayaan organisasi. 2. Proses manajemen merupakan rangkaian kegiatan manajemen yang terdiri dari



empat



aktivitas



utama,



yaitu



perencanaan,



pengorganisasian,



kepemimpinan dan pengendalian.



V.



PENUTUP Demikianlah pembahasan tentang sistem nilai budaya organisasi dan proses manajemen dalam makalah ini. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam segi substansi maupun kepenulisan, sehingga saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan ke depannya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Terimakasih.



10



Ibid., hal 11-12.



DAFTAR PUSTAKA Choliq, Abdul. 2011. Pengantar MANAJEMEN. Semarang: Rafi Sarana Perkasa.



Kast, Fremont E. dan James E. Rosenzweig. 2007. Organisasi dan Manajemen Jilid 2, terj. A. Hasymi Ali. Jakarta: PT Bumi Aksara.



Moeljono, Djokosantoso. 2005. CULTURED! Budaya Organisasi Dalam Tantangan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.



Hutapea, Parulian dan Nurianna Thoha. 2008. KOMPETENSI Plus Teori, Desain, Kasus dan Penerapan untuk HR serta Organisasi yang Dinamis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.



Griffin, Ricky W.. Manajemen, Edisi Ketujuh, Jilid 1, terj. Gina Gania. Jakarta: Erlangga.