Skripsi Desi Tri Hastuti [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SKRIPSI



HUBUNGAN INTENSITAS PENGGUNAAN SMARTPHONE DENGAN KUALITAS TIDUR MAHASISWA PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKES BHAMADA SLAWI



Disusun Oleh DESI TRI HASTUTI C1014007



PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI MANDALA HUSADA 2018



SKRIPSI



HUBUNGAN INTENSITAS PENGGUNAAN SMARTPHONE DENGAN KUALITAS TIDUR MAHASISWA PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKES BHAMADA SLAWI



Disusun oleh DESI TRI HASTUTI C1014007



Disusun untuk memenuhi syarat gelar Sarjana Keperawatan pada Program Studi Sarjana Keperawatan dan Ners Di STIKes Bhamada Slawi 2018



HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH



PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN NERS STIKES BHAMADA SLAWI Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama



: DESI TRI HASTUTI



NIM



: C1014007



Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya: 1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggung jawabkan. 2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain. 3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin pemilik karya. 4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data. 5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini. Jika dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi. Demikian penyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Slawi,



Agustus 2018



Yang Menyatakan



Desi Tri Hastuti



PENGESAHAN SKRIPSI



Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:



HUBUNGAN INTENSITAS PENGGUNAAN SMARTPHONE DENGAN KUALITAS TIDUR MAHASISWA PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKES BHAMADA SLAWI



Dipersiapkan dan disusun oleh DESI TRI HASTUTI C1014007



Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 28 Juli 2018 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima



HUBUNGAN INTENSITAS PENGGUNAAN SMARTPHONE DENGAN KUALITAS TIDUR MAHASISWA PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKES BHAMADA SLAWI Desi Tri Hastuti1), Dwi Budi Prastiani2), Khodijah3) 1)



Prodi Sarjana Keperawatan dan Ners, STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi 52416, Tegal, Indonesia 2),3) Dosen STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi 52416, Tegal, Indonesia Email: [email protected] Abstrak



Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar yang paling penting. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas tidur mahasiswa, salah satunya yaitu gaya hidup. Mahasiswa dalam menyelesaikan tugas dan untuk membantu proses pembelajaran, membutuhkan teknologi informasi komunikasi yang canggih khususnya smartphone. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan intensitas penggunaan smartphone dengan kualitas tidur pada mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Bhamada Slawi. Penelitian ini menggunakan desain deskripsi korelasi dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah 176 mahasiswa yang diambil degan teknik proporsional random sampling. Berdasarkan hasil analisis korelasi dengan kendall tau diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,327 dan taraf signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05), artinya ada hubungan positif yang cukup signifikan antara intensitas penggunaan smartphone dengan kualitas tidur mahasiswa. Mahasiswa diharapkan lebih menyadari tingkat intensitas penggunaan smartphone setiap harinya terutama waktu sebelum tidur sehingga tidak mengganggu kualitas tidurnya. Kata kunci: Penggunaan Smartphone, Kualitas Tidur, Mahasiswa



THE RELATIONSHIP BETWEEN INTENSITY OF USING SMARTPHONE AND SLEEP QUALITY STUDENTS UNDERGRADUATE PROGRAM OF NURSING STIKES BHAMADA SLAWI Desi Tri Hastuti1), Dwi Budi Prastiani2), Khodijah3) 1)



Student of Undergraduate Program of Nursing and Ners, STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi 52416, Tegal, Indonesia 2), 3) Lecturer of STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi 52416, Tegal, Indonesia Email: [email protected] Abstract Sleep is one of the most important basic needs. There are several factors that affect the quality of student’s sleep; one of them is a lifestyle. To complete their tasks and help the learning process, students require advanced information communication technology especially smartphones. This study aimed to analyze the relationship between the intensity of the use of smartphones and the quality of sleep on the students of Undergraduate Program of Nursing STIKes Bhamada Slawi. This research used correlation description design with a cross-sectional approach. The sample of this research was 176 students taken with proportional random sampling technique. Based on the result of correlation analysis with Kendall tau it was obtained that correlation coefficient value of 0.327 and significance level of 0.000 (p < 0.05); it means that there was a significant positive relationship between the intensity of smartphone users and the quality of student’s sleep. Students are expected to be more aware of the intensity level of smartphone use every day, especially the time before getting a bed so that it does not disturb their quality of sleep. Keywords: Smartphone Usage, Sleep Quality, College Students



KATA PENGANTAR Puji syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas izin, rahmat dan karunia-Nya peneliti masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan skripsi penelitian ini dengan judul ”Hubungan Intensitas Penggunaan Smartphone dengan Kualitas Tidur Mahasiswa Program Studi Sarjana keperawatan STIKes Bhamada Slawi”. Skripsi penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan pada Program Studi Sarjana Keperawatan dan Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Mandala Husada Slawi.



Peneliti menyadari dalam prosesnya tidak lepas dari hambatan dan kesulitan, namun berkat bimbingan, bantuan, nasihat serta kerjasama dari berbagai pihak. Penghargaan dan terima kasih peneliti berikan kepada Ibu Budi Dwi P., M.Kep.Ns.Sp.Kep.Kom selaku pembimbing I dan Ibu Khodijah, S.Kep.Ns.M.Kep selaku pembimbing II, yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk membimbing dalam penulisan skripsi ini, sehingga skripsi penelitian ini dapat disusun dengan baik. Peneliti menyadari bahwa selama proses penulisan skripsi penelitian ini bukan hanya karena upaya sendiri melainkan berkat bantuan dan dukungan dari segala pihak. Dalam kesempatan ini peneliti menyampaikan ucapan terimakasih kepada: 1. Ketua STIKes Bhamada Slawi yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian. 2. Firman Hidayat, M.Kep.Ns.Sp.Kep.J selaku ketua Program Studi Sarjana Keperawatan dan Ners STIKes Bhamada Slawi. 3. Agus Budianto, M.Kep selaku Penguji I yang telah memberikan masukan bermanfaat pada proses pembuatan skripsi. 4. Seluruh dosen Program Studi Sarjana Keperawatan dan Ners STIKes Bhamada Slawi, yang telah membimbing dan mendidik selama ini.



5. Kedua orang tua Bapak Khojin dan Ibu Sumarni, kedua kakakku Ika Pujiati dan Novia Dwika Ayunani serta keluarga tercinta yang telah memberikan semangat, perhatian, do’a dan dukungan yang tiada habisnya. 6. Sahabat tercinta Lili Apriliyanti, Aninditya Utami, Lintang Maulida, & Siti Hastuti yang telah memberikan saran, dan dukungan selama ini. 7. Keluarga Eks Penghuni Lestari Wiutari, Arum, Siti, Dwi, Susi, Wilina dan Diah yang setia menemani dikosan dan selalu menyemangati saya dalam proses pembuatan skripsi ini. 8. Betina Pantura Ikha, Ambar, Nana, dan Sisca yang selalu mendo’akan dan mendukung selama ini. 9. Seluruh teman kelas IV A yang telah memberikan pengalaman selama empat tahun terakhir.



Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat peneliti harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya pada bidang yang sama.



Slawi,



Juli 2018



Peneliti



DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI ........................................................................................................ i DAFTAR TABEL ..............................................................................................iii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iv DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... v BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 1 1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1 1.2. Tujuan Penelitian ........................................................................... 5 1.3. Manfaat Penelitian ......................................................................... 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 6 2.1. Intensitas Penggunaan Smartphone ............................................... 6 2.2. Kualitas Tidur ................................................................................ 9 2.2. Kerangka Teori ............................................................................ 18 2.3. Kerangka Konsep ......................................................................... 19 2.4. Hipotesis ...................................................................................... 19 BAB 3 METODE PENELITIAN..................................................................... 20 3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................... 20 3.2. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data ............................... 20 3.3. Populasi dan Sampel .................................................................... 22 3.4. Besaran Sampel............................................................................ 23 3.5. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 25 3.6. Definisi Operasional Penelitian dan Skala Pengukuran .............. 25 3.7. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data ................................ 26 3.8. Etika Penelitian ............................................................................ 27 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................ 29 4.1 Hasil Penelitian ............................................................................ 29 4.2 Pembahasan ................................................................................. 31 4.3 Keterbatasan Penelitian................................................................ 37 BAB 5 PENUTUP ........................................................................................... 39 5.1 Kesimpulan .................................................................................. 39 i



5.2 Saran ............................................................................................ 39 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 40 LAMPIRAN ...................................................... Error! Bookmark not defined. Lampiran 1 (Lembar Informasi Penelitian) ........................................ 48 Lampiran 2 (Lembar Persetujuan Penelitian) ..................................... 50 Lampiran 3 (Lembar Perijinan Penelitian) ......................................... 51 Lampiran 4 (Lembar Kuesioner) ........................................................ 52 Lampiran 5 (Cara Perhitungan PSQI) ................................................. 54 Lampiran 6 (Lembar Statistik Penelitian) ........................................... 58 Lampiran 7 (Lembar Dokumentasi Penelitian)................................... 60 Lampiran 8 (Lembar Konsul) ............................................................. 62 Lampiran 9 (Lembar Jadwal Penelitian) ............................................. 66 Lampiran 10 (Lembar Curriculum Vitae) ........................................... 67



ii



DAFTAR TABEL



Tabel



Halaman



3.1 Perhitungan Jumlah Sampel ........................................................................ 23 3.2 Definisi Operasional, Variabel Penelitian, dan Skala Ukur ........................ 25 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Intensitas Penggunaan Smartphone Mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Bhamada Slawi Tahun 2018 ...................................................................................... 29 4.2 Distrubusi Responden Berdasarkan Kualitas Tidur Mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Bhamada Slawi Tahun 2018 ............ 30 4.3 Tabulasi Silang Hubungan Intensitas Penggunaan Smartphone dengan Kualitas Tidur Mahasiswa Program Sarjana Keperawatan STIKes Bhamada Slawi Tahun 2018 ...................................................................... 31



iii



DAFTAR GAMBAR



Gambar



Halaman



2.1 Siklus Tidur ................................................................................................. 11 2.2 Kerangka Teori............................................................................................ 18 2.3 Kerangka Konsep Penelitian ....................................................................... 19



iv



DAFTAR SINGKATAN



PDA



= Personal Digital Assistant



APJII



= Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia



WMD



= Wireless Mobile Device



GPS



= Global Positioning System



SMS



= Short Message Service



LED



= Light Emitting Diode



EEG



= Elektroensefalografi



EOG



= Elektrookulogram



EMG



= Elektromiografi



REM



= Rapid Eye Movement



NREM



= Non Rapid Eye Movement



PSQI



= Pittsburgh Sleep Quality Index



v



BAB 1 PENDAHULUAN



1.1. Latar Belakang Kebutuhan dasar manusia harus dipenuhi setiap individu untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Salah satu kebutuhan dasar yang paling penting dan esensial adalah tidur, dimana jika kebutuhan ini tidak terpenuhi maka kebutuhan berikutnya tidak akan mampu untuk dipenuhi. Tubuh secara alami akan melakukan proses pemulihan untuk mengembalikan stamina tubuh saat seseorang dalam kondisi tidur. Tubuh dapat berfungsi secara normal jika kebutuhan tidur tercukupi (Sarfriyanda, 2015). Tercukupinya kebutuhan tidur seseorang tidak hanya ditentukan oleh faktor kuantitas tidur, tetapi juga oleh faktor kualitas tidur.



Kualitas tidur merupakan keadaan dimana seseorang mudah untuk mulai tidur, tidak terbangun dalam tidur, dan merasa segar setelah bangun tidur (Ernawati, 2017). Aspek untuk mengetahui kualitas tidur seseorang yaitu aspek kuantitatif dan kualitatif, seperti waktu yang diperlukan untuk bisa tertidur, frekuensi terbangun, lamanya tidur, dan aspek subjektif seperti kedalaman dan kepulasan tidur (Nilifda, 2016). Jika aspek tersebut tidak ada yang terganggu maka kualitas tidur dikatakan baik. Hasil dari kualitas tidur yang baik adalah kesegaran dan kebugaran saat bangun tidur. Sedangkan kualitas tidur yang buruk dapat menyebabkan keseimbangan fisiologis dan psikologis terganggu (Indrawati, 2012). Kelompok usia dewasa muda khususnya mahasiswa banyak mengalami kondisi kurang tidur. Banyak penelitian menyatakan bahwa kelompok mahasiswa merupakan kelompok yang rentan menderita kurang tidur, sehingga mempunyai resiko lebih tinggi tidak mendapatkan kualitas tidur yang baik.



Penelitian di Amerika Serikat tahun 2014 yang dilakukan pada mahasiswa farmasi menyatakan bahwa 140 dari 253 mahasiswa yang dijadikan responden mengalami kualitas tidur buruk (Cates et al., 2015). Penelitian yang dilakukan di Turki tahun 2017 menyatakan bahwa 125 dari 223 mahasiswa keperawatan mengalami



1



2



kualitas tidur yang buruk (Yilmaz, 2017). Penelitian serupa juga pernah dilakukan terhadap tiga fakultas Universitas Indonesia tahun 2013 dengan hasil 109 dari 130 mahasiswa memiliki kualitas tidur yang kurang baik (Windari, 2013). Penurunan kualitas tidur seseorang tentunya akan memberikan beberapa dampak negatif. Mahasiswa dengan tingkat kualitas tidur buruk bisa menimbulkan dampak seperti penurunan performa akademik. Penelitian mengenai hubungan kualitas tidur dan performa akademik juga dilakukan di Indonesia oleh Nilifda tahun 2016, kepada 177 mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Andalas menunjukkan sebanyak 51 mahasiswa memiliki kualitas tidur dan prestasi akademik yang baik, 27 mahasiswa memiliki kualitas tidur yang baik dengan prestasi akademik yang kurang baik, 43 mahasiswa memiliki kualitas tidur yang buruk dengan prestasi akademik yang baik dan 56 mahasiswa memiliki kualitas tidur yang buruk dengan prestasi akademik yang kurang baik.



Kualitas tidur pada usia mahasiswa terpenuhi apabila waktu tidur 7 sampai 9 jam sehari, tetapi kenyataannya hanya sekitar 6 jam waktu tidur yang mereka cukupi dalam sehari dikarenakan beberapa faktor (Awal, 2017). Perubahan gaya hidup saat ini merupakan salah satu dari beberapa faktor yang menyebabkan mahasiswa mengalami gangguan tidur (Gaultney, 2010). Penelitian Sharma (2012) menyatakan bahwa hal yang paling mengubah gaya hidup mahasiswa yaitu munculya media teknologi dan komunikasi yang mereka gunakan secara masif. Kelompok mahasiswa cenderung tidak bisa lepas dari teknologi komunikasi dan informasi dalam keseharian mereka baik untuk sekedar berkomunikasi dengan teman ataupun untuk menyelesaikan pekerjaan tugas mereka (Resti, 2015). Salah satu teknologi komunikasi dan informasi yang saat ini mempunyai peran penting adalah smartphone. Penggunaan smartphone secara masif dapat memberikan dampak kecanduan pada penggunanya, yang akhirnya membuat mahasiswa kehilangan waktu untuk belajar dan istirahat.



Smartphone merupakan telepon yang menyediakan fungsi Personal Digital Assistant (PDA) seperti kalender, catatan, kalkulator dan berbagai aplikasi



3



canggih lainnya serta dilengkapi koneksi internet untuk membantu kegiatan sehari-hari (Thomas & Misty, 2007, dalam Hidayat, 2014). Sejak tahun 2010 perkembangan teknologi dan informasi khususnya smartphone sangatlah cepat, hal ini tentu memudahkan mahasiswa dalam mengakses informasi (Sari, 2016). Kecanggihan dan kemudahan yang disediakan menjadikan smartphone tidak lagi sekedar alat komunikasi, tetapi sudah menjadi gaya hidup mahasiswa (Resti, 2015).



Menurut survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2017, lebih dari 50 persen atau sekitar 143 juta orang dari populasi 262 juta orang telah terhubung dengan internet sepanjang 2017. Hampir separuh dari pengguna internet di Indonesia merupakan masyarakat dalam kelompok usia 19 – 34 tahun sebanyak 49,52%, sementara kelompok usia 35 – 54 tahun merupakan pengguna internet terbanyak kedua yaitu 29,55%, diikuti kelompok usia 13 – 18 tahun sebanyak 16,68% , dan pengguna dengan usia diatas 54 tahun sebanyak 4,24% (B. Sementara jika dilihat dari perangkat yang digunakan untuk mengakses internet, smartphone menjadi perangkat yang paling banyak digunakan dengan persentase mecapai 44,16% dari perangkat lainnya (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia, 2017).



Data riset Facebook (2012) menunjukkan bahwa lebih dari 80% orang menggunakan smartphone sepanjang waktu bahkan di tempat tidur. Banyak orang yang memainkan smartphone pada tengah malam untuk membaca berita atau membalas pesan, bahkan untuk memainkan games atau menonton video tertentu, hal ini menyebabkan kurangnya waktu tidur dan berisiko mengalami penurunan kualitas tidur (Idzikowski, 2012 dalam Hidayat, 2014). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemakaian smartphone dengan intensitas tinggi mengganggu tidur seseorang. Berdasarkan penelitian di Jepang, menggunakan smartphone sebelum tidur berhubungan dengan tingkat kelelahan responden (Munezewa, 2011). Pemakaian smartphone untuk bermain, menjalankan internet atau membaca sebelum tidur juga berhubungan dengan insomnia dan gangguan



4



bangun pagi pada mahasiswa usia 18-39 tahun (Fossum, 2014). Penelitian serupa pernah dilakukan di Indonesia oleh Hidayat (2014) pada mahasiswa reguler Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia dimana didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kecanduan smartphone dengan kualitas tidur mahasiswa. Mengamati data dari survei dan penelitian yang telah dilakukan, bahwa intensitas penggunaan smartphone pada usia dewasa muda khususnya mahasiswa yang relatif tinggi akan mempengaruhi tingkat kualitas tidur dan dapat membawa dampak negatif untuk mahasiswa.



Peneliti juga telah melakukan studi pendahuluan pada tanggal 22 Maret 2018 dengan melakukan wawancara singkat pada 10 mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan, dan didapatkan hasil 10 mahasiswa tersebut semuanya memiliki smartphone. Untuk intensitas penggunaannya 6 dari 10 mahasiswa tersebut mengatakan bahwa mereka hampir menggunakan smartphone setiap saat dan jarang berjauhan dengan smartphone bahkan sebelum tidur. Sedangkan mengenai tidurnya didapatkan hasil 8 mahasiswa memiliki kebiasaan tidur diatas jam 12 malam karena sering memainkan smartphone sebelum tidur, dan 2 mahasiswa sisanya memiliki jam tidur yang cukup. Setelah di tanya apakah mereka merasa segar saat bangun tidur, 6 mahasiswa yang memiliki kebiasaan tidur di atas jam 12 mengatakan saat bangun pagi masih merasakan kantuk sehingga malas untuk langsung bangun dan 2 diantaranya mengatakan sering terbangun saat tidur yang mengindikasikan mereka mengalami penurunan tingkat kualitas tidur. Dampaknya mereka menjadi mengantuk di kelas saat perkuliahan, susah berkonsentrasi pada pembelajaran dikarenakan waktu tidur pada malam hari mereka gunakan untuk bermain smartphone. Hal ini nantinya akan mempengaruhi performa akademik mahasiswa.



Melihat dari hasil studi pendahuluan yang sudah dilakukan serta melihat fenomena yang ada, maka peneliti akan melakukan penelitian kepada mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan di STIKes Bhamada Slawi. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan



5



intensitas penggunaan smartphone dengan kualitas tidur pada mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Bhamada Slawi.



1.2. Tujuan Penelitian 1.2.1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan intensitas penggunaan smartphone dengan kualitas tidur pada mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Bhamada Slawi.



1.2.2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah: 1.2.2.1 Mengetahui intensitas penggunaan smartphone pada mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Bhamada Slawi. 1.2.2.2 Mengetahui kualitas tidur pada mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Bhamada Slawi. 1.2.2.3 Mengetahui hubungan intensitas penggunaan smartphone dengan kualitas tidur mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Bhamada Slawi.



1.3. Manfaat Penelitian 1.3.1



Manfaat Aplikatif



Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan gambaran mengenai penggunaan smartphone dan kualitas tidur sehingga dapat membuat strategi pemecahan dalam masalah tersebut.



1.3.2



Manfaat Keilmuan



Penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan bagi pembaca tentang hubungan intensitas penggunaan smartphone dengan kualitas tidur di masa depan.



1.3.3



Manfaat Metodologi



Penelitian ini diharapkan bisa sebagai referensi pengembangan penelitian yang berhubungan dengan penggunaan smartphone ataupun kualitas tidur.



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA



2.1. Intensitas Penggunaan Smartphone 2.1.1. Pengertian Smartphone Smartphone adalah telepon yang memiliki fungsi – fungsi seperti kamera, video, MP3 player, games, media sosial seperti telepon biasa dan memiliki kemampuan Wireless Mobile Device (WMD) yang dapat berfungsi seperti sebuah komputer dengan fitur seperti Personal Digital Assistant (PDA), Global Positioning System (GPS), akses internet, dan email (Backer, 2010). Smartphone adalah telepon yang memiliki layar lebih besar dari telepon lain, memiliki kemampuan seperti komputer dan sistem operasinya mampu menjalankan tujuan aplikasi-aplikasi yang umum (Kamus Oxford Online, 2018). Sedangkan menurut Hernawati (2012) smartphone adalah perangkat yang digunakan untuk membantu dalam berkomunikasi dan memiliki kemampuan seperti komputer. Berdasarkan pengertian diatas, smartphone merupakan telepon yang memiliki kemampuan seperti komputer, dilengkapi dengan fitur dan aplikasi pendukung yang mempermudah dalam aktivitas komunikasi.



2.1.2. Intensitas Penggunaaan Smartphone Intensitas adalah ukuran tingkat kekuatan atau ukuran keseringan seseorang dalam melakukan suatu hal yang didasarkan kesenangan (Yuniar & Nurwidawati, 2013). Intensitas seseorang ketika melakukan suatu hal dapat di ukur dengan mengatahui tingkatan frekuensi dan durasi yang nampak (Marhaeni, 2012). Sedangkan menurut Gifary dan Kurnia (2015), untuk mengukur intensitas penggunaan smartphone dapat digunakan indikator yang terdapat pada variabel intensitas yaitu frekuensi, durasi dan isi. Tingkatan frekuensi dapat diukur dengan berapa kali seseorang dalam melakukan suatu hal. Sedangkan durasi dapat diukur dengan seberapa lama seseorang dalam melakukan suatu hal (Depdiknas, 2011). Berdasarkan pengertian intensitas yang telah disampaikan, maka pengertian intensitas penggunaan smartphone adalah hasil pengukuran penggunaan



6



7



smartphone berdasarkan tingkatan jumlah berapa kali pemakaian smartphone dalam jangka waktu tertentu, seberapa lama waktu seseorang dalam menggunakan smartphone, dan isi seperti apa saja yang diakses pengguna dalam menggunakan smartphone (Karcy, 2017). Intensitas penggunaan smartphone dikategorikan menjadi tiga, yaitu intensitas tinggi, sedang dan rendah. Penggunaan smartphone dengan intensitas tinggi jika menggunakan smartphone dengan durasi lebih dari 120 menit/hari dan dalam sekali penggunaannya berkisar > 75 menit dengan frekuensi penggunaan lebih dari 3 kali/hari. Penggunaan smartphone dengan intensitas sedang jika menggunakan smartphone dengan durasi 30-120 menit/hari dengan frekuensi pengunaan 2-3 kali/hari. Sedangkan intensitas penggunaan smartphone dikatakan rendah atau baik jika durasi penggunaannya < 30 menit/hari dengan frekuensi penggunaan maksimal 2 kali/hari (Sari & Mitsalia, 2016). . 2.1.3. Dampak Negatif Penggunaan Smartphone Berikut ini dampak-dampak negatif dari penggunaan smartphone yang sangat merugikan dan tidak disadari para penggunanya menurut Pradana (2011): 2.1.3.1. Membuat Ketagihan Perangkat smartphone ini begitu mudah membuat pemiliknya merasa kecanduan. Penelitian Haug pada tahun 2015 menyimpulkan bahwa penggunaan smartphone yang terlalu sering berhubungan dengan kecanduan smartphone yang dialami oleh kelompok muda di Switzerland.



2.1.3.2. Memicu Cemas Memiliki smartphone memang menyenangkan bagi sebagian orang. Aktivitas berkirim email, chatting, hingga mengakses internet bisa dilakukan bersamaan, kapan saja, dan di mana saja dengan menggunakan smartphone. Banyak pula yang mengandalkannya untuk urusan pekerjaan. Penelitian Mittal, Rajasekar & Krishnagopal (2016) menunjukkan mahasiswa gelisah ketika mereka tidak dapat menghubungi orang yang diinginkan dan ketika mereka lupa membawa smartphone, 54% mahasiswa dari seluruh mahasiswa yang diobservasi marah



8



karena alasan seperti masalah software (29,3%), tidak tersedianya jaringan (23,4%), menerima pesan dan panggilan menjengkelkan (23,4%) dan mahasiswa menerima panggilan saat mengemudi (25%).



2.1.3.3. Melemahkan Otak Dibalik kemudahan yang diberikan, smartphone berisiko melemahkan daya konsentrasi penggunanya. Karakternya yang mampu membuat pengguna melakukan sejumlah hal dalam waktu bersamaan (multitasking) cenderung membuat seseorang kesulitan menyerap informasi lantaran fokusnya mudah beralih dari satu hal ke hal lain. Gordon Pennycook, seorang psikologi kognitif dari University of Waterloo mengungkapkan dalam penelitiannya tahun 2015 bahwa ketergantungan pada internet telah menurunkan kecerdasan mental dan kemampuan untuk memecahkan masalah.



2.1.3.4. Membahayakan Mata Berlama-lama membaca teks berukuran kecil di layar ponsel bisa menyebabkan sakit kepala, penglihatan kabur, dan mata kering. Penelitian baru menunjukkan orang – orang yang membaca pesan teks atau berseluncur internet di smartphone cenderung memegang perangkat canggih ini lebih dekat ketimbang saat membaca buku ataupun surat kabar, sehingga memaksa mata bekerja lebih keras dari biasanya. Rosenfield dalam penelitiannya tahun 2011 mengatakan Short Message Service (SMS) dan web browsing pada smartphone dapat membuat mata kering, ketidaknyamanan dan penglihatan kabur setelah penggunaan jangka panjang. "Ketika membaca teks tercetak di koran, buku dan majalah, jarak kerja rata-rata mendekati 16 inci (40 cm) dari mata, tapi relawan penelitian yang mengirim pesan teks dengan smartphone rata-rata hanya sekitar 14 inci (35,5 cm). Pada beberapa orang bahkan sedekat 7 inci (18 cm)," jelas Rosenfield.



2.1.3.5. Membuat Otot Kaku Terlalu banyak menggunakan smartphone akan menyebabkan nyeri pada lengan bawah yang akan berlanjut ke lengan atas, bahkan bisa menyebabkan nyeri di



9



bagian bahu dan tengkuk. Otot tubuh tidak selalu siap dalam mengantisipasi kerja yang berlebihan seperti itu. Akibatnya asam laktat akan tertimbun dan menimbulkan nyeri pada otot – otot yang bersangkutan.



2.1.3.6. Mengganggu Tidur Penggunaan smartphone dengan layar LED yang mengeluarkan sinar biru diketahui akan menghambat produksi hormon melatonin yang kita butuhkan agar bisa mengantuk. Gangguan tidur yang muncul yaitu insomnia yang terjadi karena kualitas dan kuantitas tidur seseorang kurang. Hal tersebut berhubungan dengan gangguan disiang hari, misalnya keletihan atau penurunan hormon melatonin karena rangsangan sinar yang terang serta radiasi elektromagnetik ponsel (Enny, 2014). Penelitian Mesquita (2010) di Brazil telah membuktikan bahwa penggunaan ineternet antara pukul 19.00-24.00 meningkatkan risiko tidur yang buruk untuk dewasa muda. Selain itu dengan layanan internet 24 jam, smartphone akan bergetar atau berdering setiap saat, ketika ada email dan pesan singkat yang masuk dan setiap saat pula, penggunanya akan memainkan smartphone-nya, termasuk ketika sudah berada di tempat tidur. Tak jarang pula, pengguna begitu sensitif dengan getar smartphone-nya, sehingga mudah terbangun dari tidur untuk membuka pesan yang masuk. Jika malam hari, masih sibuk menggunakan jejaring sosial tersebut, maka akan mengalami kekurangan waktu tidur yang akhirnya membuat tidur tak berkualitas. Kehilangan waktu tidur dapat menyebabkan kantuk yang berkepanjangan, sulit konsentrasi dan depresi dari sistem kekebalan. Dampak selanjutnya, tentu menyerang kesehatan. Bukan rahasia lagi bahwa rendahnya kualitas tidur berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental.



2.2. Kualitas Tidur 2.2.1. Pengertian Tidur adalah adalah kebutuhan dasar yang harus dipenuhi semua orang untuk membuat tubuh berfungsi secara optimal (Ganong, 2008). Tidur adalah kondisi tidak sadar dimana persepsi dan reaksi terhadap rangsangan menurun dan dapat dibangunkan kembali dengan rangsangan yang cukup atau lebih (Asmadi, 2008).



10



Sedangkan kualitas tidur adalah keadaan yang dirasakan seseorang ketika tidur dimana seseorang merasakan kesegaran dan kebugaran disaat terbangun, kepuasan terhadap tidur, dan tidak memperlihatkan perasaan gelisah dan lelah (Khasanah & Khusnul, 2012). Kualitas tidur seseorang ditentukan oleh pola tidurnya seperti kedalaman tidur, kemampuan mempertahankan tidur, dan kemapuan untuk tertidur pada malam harinya (Wavy, 2008). Kualitas tidur dikategorikan menjadi dua, yaitu kualitas tidur baik dan kualitas tidur buruk. Kualitas tidur dikatakan baik jika tidak muncul tanda-tanda kekurangan tidur dan tidak mengalami masalah dalam pola tidurnya. Jika sebaliknya, maka kualitas tidur dikatakan buruk (Hidayat, 2009).



2.2.2. Tahapan Tidur Terdapat tiga indikator tahapan tidur yaitu aktivitas gelombang otak (dideteksi dengan EEG), pergerakan mata (direkam EOG), dan tonus otot (direkam EMG) (Kozier, 2010). Tahapan tidur diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu rapid eye movement (REM) dan non-rapid eye movement (NREM). 2.2.2.1. Tidur REM Tidur REM merupakan tidur dalam kondisi aktif atau paradoksial. Hal tersebut berarti tidur REM ini sifatnya nyenyak sekali, namun fisiknya yaitu gerakan kedua bola matanya bersifat sangat aktif. Tidur REM ini ditandai dengan mimpi, otot – otot kendor, tekanan darah bertambah, gerakan mata cepat, sekresi lambung meningkat, ereksi penis, gerakan otot tidak teratur, kecepatan jantung, dan pernafasan tidak teratur. Selama tidur REM, individu akan menyesuaikan posisi tubuh tanpa perintah sadar dari otak. Kemungkinana orang akan terjaga secara spontan saat sedang tidur adalah ketika periode tidur REM (Silverthorn, 2013).



2.2.2.2. Tidur NREM Tidur NREM merupakan tidur yang nyaman dan dalam. Pada tidur NREM gelombang otak lebih lambat dibandingkan pada orang yang sadar atau tidak tidur. Tidur NREM memiliki empat tahapan. Tahap I ini merupakan tahap transisi dimana seseorang beralih dari sadar menjadi tidur, ditandai seluruh otot menjadi



11



lemas, merasa kantuk, kedua bola mata bergerak ke kiri dan ke kanan. Seseorang yang tidur pada tahap I dapat dibangunkan dengan mudah, durasinya sekitar 5 menit. Tahap II merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun, ditandai dengan kedua bola mata berhenti bergerak, suhu tubuh menurun, tonus otot perlahan – lahan berkurang, serta kecepatan jantung dan pernapasan turun dengan jelas, berlangsung sekitar 10-15 menit. Pada tahap III, keadaan fisik lemah lunglai karena tonus otot lenyap secara menyeluruh. Kecepatan jantung, pernapasan, dan proses tubuh berlanjut mengalami penurunan, pada tahap III ini sulit untuk dibangunkan. Tahap IV merupakan tahap tidur dimana seseorang berada dalam keadaan rileks, jarang bergerak karena keadaan fisik yang sudah lemah lunglai, dan sulit dibangunkan. Pada tahap ini dapat terjadi mimpi. Selain itu, tahap IV ini dapat memulihkan keadaan tubuh (Potter & Perry, 2010).



Pre-sleep



Tahap I



Tahap II



Tahap III



Tahap VI



REM



Tahap II



Tahap III



Gambar 2.1 Siklus Tidur Sumber. Potter & Perry, 2010



2.2.3. Fungsi Tidur Fungsi tidur adalah restoratif (memperbaiki) kembali organ-organ tubuh. Kegiatan memperbaiki kembali tersebut berbeda saat REM dan NREM. NREM akan mempengaruhi proses anabolik dan sintesis makromolekul ribonukleic acid



12



(RNA). REM akan mempengaruhi pembentukan hubungan baru korteks



dan



sistem neuroendokrin yang menuju otak. Selain fungsi diatas, tidur juga dapat digunakan sebagai tanda terdapatnya kelainan pada tubuh yang terdapatnya gangguan tidur yang menjadi peringatan dini keadaan patologis yang terjadi di tubuh (Arifin, 2010).



2.2.4. Manfaat Tidur Berdasarkan teori restorasi, sekurang-kurangnya ada 2 hal yang diduga kuat merupakan sebab dari mengapa manusia harus tidur menurut Catherine (2011) & Sherwood (2014). 2.2.4.1. Perbaikan Sel Otak Ketika tidur otak berkesempatan untuk istirahat dan memperbaiki neuron-neuron (sel-sel otak) yang rusak. Salah satu hipotesis yang luas diterima adalah bahwa tidur memberi otak waktu luang untuk memulihkan proses-proses biokimia atau fisiologis yang secara progesif mengalami penurunan ketika terjaga. Bukti paling langsung yang menunjang anggapan ini adalah peran potensi adenosin sebagai faktor tidur saraf. Adenosin, tulang punggung adenosin, energi tubuh, terbentuk selama keadaan terjaga oleh neuron dan sel glia yang aktif. Maka dari itu, konsentrasi adenosin ekstrasel otak terus meingkat semakin lama seseorang terjaga. Kadar adenosin berkurang selama tidur, mungkin karena otak menggunakan adenosin ini sebagai bahan mentah untuk memulihkan simpanan energinya yang terbatas. Hipotesis lain menyarankan bahwa tidur NREM memberi otak waktu untuk memperbaiki kerusakan akibat radikal bebas toksik yang dihasilkan sebagai produk sampingan metabolisme selama keadaan terjaga. Organ-organ lain dapat mengorbankan dan mengganti sel yang rusak oleh radikal bebas tetapi hal ini tidak dapat dilakukan oleh otak yang non-regenaratif. Tidur juga berperan menyegarkan kembali koneksi penting antara sel-sel otak yang digunakan. Ada koneksi-koneksi antara sel otak yang jarang digunakan yang memerlukan pemanasan secara rutin. Bentuk pemanasan otak yaitu berupa tidur.



13



2.2.4.2. Penyusunan Ulang Memori Teori terkait ingatan akhir-akhir ini adalah bahwa tidur, terutama tidur NREM, merupakan waktu untuk memutar balik semua kejadian dalam satu hari, tidak hanya untuk mengonsolidasikan ingatan, tetapi mungkin membuat pengalaman terkini menjadi lebih berarti dengan menangkap informasi yang terlewatkan pada pertemuan pertama, dan menghubungkan titik-titik diantara kepingan-kepingan informasi baru. Hipotesis pemrosesan informasi ini dapat menjelaskan mengapa orang yang akan membuat keputusan penting kadang mengatakan mereka akan tidur sebelum membuat suatu keputusan. Tidur memberikan kesempatan otak untuk menyusun kembali data-data atau memori agar bisa menemukan solusi terhadap sebuah masalah. Pada saat merasa pusing dan tidak tahu harus berbuat apa dalam menghadapi suatu masalah maka tidurlah. Sangat mungkin setelah tidur, solusi yang dibutuhkan dalam memecahkan masalah yang anda hadapi akan bisa ditemukan.



2.2.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tidur Pemenuhan kebutuhan tidur bagi setiap orang berbeda-beda, ada yang dapat terpenuhi dengan baik bahkan sebaliknya. Seseorang bisa tidur ataupun tidak dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu diantaranya sebagai berikut, menurut Asmadi (2008): 2.2.5.1. Status Kesehatan Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan ia dapat tidur dengan nyenyak, sedangkan untuk seseorang yang kondisinya kurang sehat (sakit) dan rasa nyeri, maka kebutuhan tidurnya akan tidak nyenyak. Penelitian Agustin (2012), menunjukkan bahwa ada hubungan antara penyakit dengan kualitas tidur seseorang. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Indri (2014) dimana rasa nyeri yang dialami pasien post-operasi apendisitis mempengaruhi kualitas tidur pasien.



2.2.5.2. Lingkungan Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseorang untuk tidur. Pada lingkungan bersih, bersuhu dingin, suasana yang tidak gaduh, dan penerangan



14



yang tidak terlalu terangakan membuat seseorang tersebut tertidur dengan nyenyak, begitupun sebaliknya jika lingkungan kotor, bersuhu panas, suasana yang ramai dan penerangan yang sangat terang, dapat mempengaruhi kualitas tidurnya. Hasil penelitian Nurlela (2009) menunjukkan hasil bahwa lingkungan yang bising, suhu ruangan yang panas mempengaruhi kualitas tidur pasien ketika di rawat di rumah sakit.



2.2.5.3. Stres Psikologis Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur. Hal ini disebabkan karena kondisi cemas akan meningkatkan norepineprin darah melalui sistem saraf simpatis. Zat ini akan mengurangi tahap IV NREM dan REM. Penelitian yang dilakukan Hastuti (2016), menunjukkan adanya hubungan antara tingkat kecemasan dengan kualitas tidur mahasiswa skripsi, dimana sebanyak 25 mahasiswa megalami kecemasan ringan dan 32 mahasiswa memiliki kualitas tidur yang buruk dari 42 mahasiswa yang di teliti.



2.2.5.4. Diet Makanan yang banyak mengandung L-Triptofan seperti keju, susu, daging dan ikan tuna menyebabkan seseorang mudah tidur. Sebaliknya minuman yang mengandung kafein maupun alkohol akan mengganggu tidur. Berdasarkan hasil penelitian Daswin (2013) menunjukkan bahwa kualitas tidur 53,3% orang yang mendapat kopi berkafein berkualitas sedang dan 73,3% orang yang mendapat kopi tidak berkafein mempunyai kualitas tidur baik.



2.2.5.5. Obat-obatan Obat-obatan yang dikonsumsi seseorang ada yang berefek menyebabkan tidur, adapula yang sebaliknya mengganggu tidur. Pemberian obat antidepresi yang biasa



digunakan



menyebabkan



penurunan



dalam



tidur



REM.



Terapi



elektrokonvulsif dan pemakain kokain juga menyebabkan penurunan dalam tidur REM (Mahari, 2015).



15



2.2.5.6. Gaya Hidup Terdapat banyak gaya hidup tetapi yang paling mencolok adalah gaya hidup modern yang berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Adanya kemajuan dan perkembangan teknologi informasi sangat berpengaruh dalam gaya hidup masyarakat saat ini. Bisa diakui bahwa masyarakat saat ini tak bisa lepas dari teknologi dan internet (Thalib, 2016). Gaya hidup sekarang orang lebih cenderung berkutat dengan telepon genggamnya. Bahkan banyak orang yang memiliki kebiasaan menyanding smartphone di tempat tidur, hal inilah yang akhirnya membuat tidur tak berkualitas. Terlalu lama menggunakan smartphone juga akan menyebabkan kelelahan mata dan otak. Kelelahan yang dirasakan seseorang dapat juga mempengaruhi kulalitas tidur. Kelelahan tingkat menengah membuat seseorang tidur dengan nyenyak, sedangkan pada kelelahan yang berlebih akan menyebabkan periode tidur REM lebih pendek. Berdasarkan penelitian Bruni et al (2015) menyatakan bahwa irama sirkadian pada malam hari, penggunaan smartphone dan internet ditempat tidur, aktivitas lain setelah pukul 9 malam mempunyai pengaruh negatif terhadapa kualitas tidur. Menurut Shanab & Haddad (2015) meningkatnya penggunaan smartphone secara berlebihan dapat mengakibatkan kurang tidur. Penelitian Meirianto (2018) juga menunjukkan hal serupa dimana didapatkan hasil semakin tinggi kuantitas kecanduan smartphone maka semakin rendah kualitas tidur seseorang.



2.2.6. Dampak Negatif dari Kualitas Tidur yang Buruk Berikut adalah resiko kesehatan yang akan dialami seseorang dengan kualitas tidur yang buruk menurut Noya (2016): 2.2.6.1. Penurunan Performa Akademik Gangguan tidur yang sering dialami bisa merusak kemampuan daya ingat, perhitungan matematis, serta pertimbangan yang melibatkan logika. Seperti hasil penelitian Fenny (2015), terdapat hubungan antara kualitas dan kuantitas tidur dengan prestasi belajar pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dimana 110 dari 185 mahasiswa yang memiliki kualitas tidur buruk juga memiliki prestasi belajar yang buruk.



16



2.2.6.2. Penuaan Ketika kurang tidur, tubuh akan melepaskan hormon stres bernama kortisol yang bisa memecah kolagen, protein yang menjaga kulit tetap elastis dan halus. Hasilnya, kebanyakan orang yang kurang tidur secara terus menerus mengalami kulit pucat, lingkaran hitam dibawah mata, garis-garis halus pada wajah, dan kulit tidak cerah.



2.2.6.3. Obesitas Kurang tidur bisa membuat berat badan bertambah. Menurut penelitian Ganakin (2017), orang yang memiliki gangguan tidur cenderung memiliki nafsu makan dan rasa lapar yang lebih tinggi. Mereka juga cenderung mengonsumsi makanan dengan kadar lemak dan karbohidrat tinggi. Selain itu, kemungkinan tubuh juga jadi mudah merasa lelah sehingga malas olahraga.



2.2.6.4. Depresi Hubungan antara depresi dan gangguan tidur sangat erat. Kurang tidur bisa memicu depresi, sementara depresi juga bisa membuat seseorang sulit tidur. Gangguan tidur paling umum yang memicu stres adalah insomnia.



2.2.6.5. Penurunan Sistem Imun Kurang tidur membuat sistem kekebalan melemah. Hasilnya, seseorang lebih mudah terserang penyakit. Menurut penelitian di UW Medicine Sleep Center tahun 2016 oleh Watson et al, pada 11 pasang kembar identik, menemukan bahwa kembar yang kurang tidur memiliki kekebalan tubuh yang lebih rendah dibandingkan saudaranya.



2.2.6.6. Penurunan Daya Ingat Saat tidur dengan nyenyak, otak akan memproses dan menguatkan ingatan seseorang. Ingatan cenderung lebih sulit tersimpan dengan baik ketika seseorang mengalami kurang tidur. Selain itu, kurangnya kualitas maupun kuantitas tidur



17



juga dapat mempengaruhi daya konsentrasi seseorang, sehingga sulit untuk mengolah informasi dan mengingat.



2.2.7. Pengukuran Kualitas Tidur Kualitas tidur diukur menggunakan pengukurun kualitas tidur, yang dapat berupa kuesioner maupun sleep diary, nocturnal polysomnography, multiple sleeplatency test, dan Pittsburgh Sleep Quality Index (Indrawati, 2012). Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) adalah instrumen yang dikembangkan untuk mengukur dan membedakan kualitas tidur yang baik dan kualitas tidur yang buruk individu dengan efektif. Kualitas tidur melibatkan beberapa komponen yang seluruhnya tercakup dalam PSQI, antara lain kualitas tidur subjektif, latensi tidur, durasi tidur, efisiensi kebiasaan tidur, gangguan tidur, penggunaan obat tidur, dan disfungsi tidur pada siang hari. Komponen tersebut dinilai dalam bentuk pertanyaan dan masing-masing memiliki bobot penilaian sesuai dengan standar baku. Validitas instrumen PSQI sudah teruji. Tiap komponen nilainya berkisar anatara 0 (tidak ada masalah) sampai 3 (masalah berat). Selanjutnya nilai setiap komponen dijumlahkan menjadi skor total antara 0-21. Skor total >5 dianggap memiliki kualitas tidur yang buruk. PSQI memiliki kensistensi internal dan koefisien reliabilitas (Cronbach’s alpha) 0,83 untuk 7 komponen tersebut. Instrumen PSQI sering digunakan oleh peneliti untuk mengukur kualitas tidur individu, khususnya di Indonesia dimana instrumen ini sudah sering di terjemahkan ke bahasa indonesia oleh beberapa peneliti untuk selanjutnya dikembangkan atau diadopsi untuk langsung digunakan (Nurlela, 2009, Agustin, 2012, Dariah, 2015, Fenny, 2016, & Retno 2016). Agustin (2012) yang melakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tidur pada pekerja shift. Agustin menerjemahkan sendiri kuesioner PSQI yang masih dalam bentuk bahasa inggris, kemudian melakukan uji validitas kepada 30 orang responden (r tabel = 0,361) dan didapat nilai Cronbach’s alpha 0,766.



18



2.2. Kerangka Teori



Smartphone Tingkatan kualitas tidur a. Baik b. Buruk Dampak negatif penggunaan Smartphone: a. Membuat ketagihan



Dampak negatif a. Penurunan performa akademi b. Penuaan c. Obesitas d. Depresi e. Penurunan sistem imun f. Penurunan daya ingat



b. Memicu cemas c. Melemahkan otak



d. Membahayakan mata e. Membuat otot kaku f. Mengganggu tidur



Tingkatan intensitas penggunaan smartphone a. Rendah b. Sedang c. Tinggi



Kualitas Tidur



a. Intensitas penggunaan



Faktor yang mempengaruhi kualitas tidur a. Status kesehatan b. Lingkungan c. Stres psikologi d. Diet e. Obat-obatan f. Gaya hidup



smartphone b. Kelelahan



Gambar 2.2 Kerangka Teori Sumber: Pradana (2011), Sari & Mitsalia (2016), Hidayat (2009), Asmadi (2008), & Noya (2016)



19



2.3. Kerangka Konsep



VARIABEL BEBAS



VARIABEL TERIKAT



Intensitas penggunaan smartphone



Kualitas tidur



Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian



2.4. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian yang perlu dikaji kebenarannya, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan (Arikunto, 2010). Hipotesis dalam penelitian ini adalah: 2.5.1. Hipotesis Nol (H0) Tidak ada hubungan intensitas penggunaan smartphone dengan kualitas tidur pada mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Bhamada Slawi.



2.5.2. Hipotesis Alternatif (Ha) Ada hubungan intensitas penggunaan smartphone dengan kualitas tidur pada mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Bhamada Slawi.



BAB 3 METODE PENELITIAN



3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif, yaitu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu. Pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian dan analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah di tetapkan. Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional karena observasi dan data pengukuran variabel bebas dan terikat diukur dalam waktu yang bersamaan dan hanya sesaat (Dharma, 2011).



3.2. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data 3.2.1. Alat penelitian Alat pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini untuk mengukur variabel intensitas penggunaan smartphone dan kualitas tidur mahasiswa adalah kuesioner. Kuesioner adalah dokumen berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis yang dibuat berdasarkan indikator-indikator suatu variabel, digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui tentang variabel tertentu (Arikunto, 2010 & Dharma, 2011). Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas 2 bagian, yaitu: 3.2.1.1. Kuesioner Intensitas Penggunaan Smartphone (Kuesioner A) Bagian pertama, kuesioner A dibuat sendiri oleh peneliti sesuai dengan teori pengkategorian intensitas penggunaan smartphone menurut Sari & Mitsalia (2016), berisi 1 pertanyaan untuk menggali tingkat intensitas penggunaan smartphone mahasiswa sebelum tidur. Kuesioner ini menggunakan pengukuran skala rating scale durasi penggunaan smartphone sebelum tidur dengan pilihan jawaban >120 menit, 30-120 menit dan 120 menit dikategorikan tinggi, 30-120 menit dikategorikan sedang, dan 5 menunjukkan kualitas tidur yang buruk.



3.2.2. Cara Pengumpulan Data Cara pengumpulan data dalam penelitian ini memiliki dua tahap yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Pada tahap persiapan peneliti melakukan penyusunan proposal selama dua bulan dan sidang proposal yang dilakukan tanggal 28 Mei 2018. Peneliti mendapat surat ijin melaksanakan penelitian dari Kepala Prodi Sarjana Keperawatan dan Ners STIKes Bhamada Slawi pada tanggal 1 Juni 2018. Selanjutnya pada tanggal yang sama peneliti mengajukan permohonan ijin penelitian kepada Ketua STIKes Bhamda Slawi. Setelah mendapatkan ijin, peneliti melakukan tahap pelaksanaan. Tahap pelaksanaan dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengambilan data kuesioner



terhadap



176



responden



mahasiswa



Program



Studi



Sarjana



Keperawatan dengan komposisi mahasiswa tingkat I sampai dengan IV.



22



Pengumpulan data dilakukan dengan cara mendatangi responden kesetiap kelas pada tingkat I, II, dan III. Pertama, peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan serta manfaat penelitian kepada responden, dan menjaga kerahasiaan data yang diberikan. Selanjutnya, peneliti menentukan proporsi setiap kelas dengan cara memberikan intruksi untuk berhitung kepada mahasiswa yang ada diruang kelas. Setelah semuanya selesai berhitung peneliti menyebutkan nomor yang akan menjadi responden yang sebelumnya sudah peneliti undi menggunakan kocokan. Sedangkan pada tingkat IV dikarenakan mahasiswa berangkat hanya untuk bimbingan skripsi, maka peneliti mengambil sampel secara aksidental sampai jumlah proporsional terpenuhi. Responden yang bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini diminta untuk menandatangani lembar persetujuan penelitian (informed consent) yang telah disediakan. Tahap selanjutnya peneliti membagikan kuesioner yang berisi pernyataan dengan diberi waktu sekitar 20 menit, dimana peneliti



menemani



proses



pengisian



kuesioner



oleh



responden



untuk



mengantisipasi apabila ada pernyataan yang kurang dipahami oleh responden. Peneliti mengecek kembali kelengkapan kuesioner yang telah diisi oleh responden dan mengucapkan terima kasih kepada responden karena sudah bersedia menjadi responden. Penelitian dilakukan selama 1-3 hari pada tanggal 11-13 Juni 2018 dengan jumlah sampel 176. Hari pertama peneliti membagikan kuesioner pada tingkat I dan IV, hari kedua pada tingkat II dan tingkat IV yang belum terlengkapi pada hari pertama, dan hari ketiga pada tingkat III. Untuk mempercepat pengambilan data, peneliti dibantu oleh 1 mahasiswa dari Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Bhamada Slawi yang sebelumnya dilatih cara pengisian kuesioner serta sudah melakukan persamaan persepsi dan ada kesamaan pemahaman terhadap pertanyaan yang diberikan oleh peneliti.



3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi Populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian (Arikunto, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Bhamada Slawi tingkat I-IV yang berjumlah 324 orang.



23



3.3.2. Sampel Sampel merupakan sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti (Arikunto, 2010). Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa program studi Sarjana Keperawatan STIKes Bhamada Slawi tingkat I-IV. Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah proporsional random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak perwakilan setiap tingkat kelas pada Program Studi Sarjana Keperawatan berjumlah 176 mahasiswa yang akan diamati dan mengisi kuesioner. Alasan penggunaan teknik ini karena peneliti ingin mengambil responden secara acak kemudian membagi jumlah mahasiswa secara seimbang dan adil dari tiap-tiap angkatan. Tabel 3.1 Perhitungan Jumlah Sampel Tingkat Kelas



Perhitungan



Sampel



Tingkat I



55



Tingkat II



52



Tingkat III



33



Tingkat IV



36 Total



176



3.4. Besaran Sampel Berdasarkan data yang didapat, di STIKes Bhamada Slawi ada 324 mahasiswa dari Program Studi Sarjana Keperawatan. Teknik sampel dalam penelitian ini adalah proporsional random sampling yaitu pengambilan secara acak perwakilan dari seluruh tingkat Program Studi Sarjana Keperawatan yang ada sebagai sampel dengan memperhatikan kriteria inklusi dan eksklusi. 3.4.1. Kriteria Inklusi Kriteria inklusi adalah karakteristik yang harus dimiliki oleh subjek penelitian dari populasi yang akan diteliti (Nursalam, 2008). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang aktif belajar di STIKes Bhamada Slawi Program Studi



24



Sarjana Keperawatan, mahasiswa yang menggunakan smartphone, dan mahasiswa yang hadir pada hari pengambilan data.



3.4.2. Kriteria Eksklusi Kriteria eksklusi adalah karakteristik yang tidak boleh dimiliki oleh subjek yang akan menjadi sampel penelitian (Nursalam, 2008). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang tidak bersedia menjadi responden, mahasiswa yang mengundurkan diri menjadi responden, dan mahasiswa yang tidak dapat menyelesaikan kuesioner.



Besar sampel yang diambil bergantung pada tingkat kesalahan yang dikehendaki oleh peneliti, semakin besar tingkat kesalahan maka makin kecil jumlah sampel, semakin kecil tingkat kesalahan maka semakin besar jumlah anggota sampel yang diperlukan sebagai sumber data. Penentuan jumlah sampel penelitian ini peneliti menggunakan teknik rumus Isaac & Michael. Rumus Isaac & Michael digunakan untuk menentukan besar sampel penelitian dengan taraf kesalahan 1%, 5%, atau 10% (Sugiyono, 2012). Pada penelitian ini tingkat kesalahan yang dikehendaki peneliti sejumlah 5%. Rumus tersebut adalah sebagai berikut:



S=



Keterangan: S



= Jumlah Sampel



N



= Jumlah populasi



P



= Proporsi dalam populasi (P = 0,50)



d



= Ketelitian/derajat kesalahan (5% = 0,05) = Nilai table chi square untuk µ tertentu (



= 3,841 taraf signifikansi 95%)



Hasil perhitungan untuk total sampel pada penelitian ini yaitu: S=



, ,



, (



- )



,



- , ,



- ,



25



=



, ,



= 175,998 dibulatkan menjadi 176 responden



3.5. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di STIKes Bhamada Slawi dari bulan Maret sampai dengan bulan Agustus 2018.



3.6. Definisi Operasional Penelitian dan Skala Pengukuran Menurut Notoatmodjo (2010), definisi operasional adalah uraian tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan dan batasannya. Definisi operasional ini juga bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrumen (alat ukur). Tabel 3.2 Definisi Operasional, Variabel Penelitian, dan Skala Ukur Variabel Variabel bebas: Intensitas Penggunaan Smartphone



Variabel terikat: Kualitas tidur



Definisi Opersional Hasil pengukuran penggunaan smartphone berdasarkan tingkatan seberapa lama waktu menggunakan smartphone sebelum tidur dalam satu bulan terakhir. Kondisi dimana tidur yang dijalani seseorang dapat dirasakan baik atau buruk melalui hasil pengukuran kualitas tidur yang mencakup 7 komponen pengukuran selama satu bulan terakhir.



Alat Ukur Kuesioner A terdiri dari 1 pertanyaan penilaian terhadap intensitas penggunaan smartphone.



Hasil Ukur Skala 1 = intensitas Ordinal tinggi (>120 menit/hari) 2 = intensitas sedang (30-120 menit/hari) 3 = intensitas rendah ( 5) 2 = kualitas tidur baik (Skor ≤ )



26



3.7. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data 3.7.1. Teknik Pengolahan Data Data yang telah terkumpul diolah dengan cara editing, coding, entering, tabulating, scoring, dan cleaning (Notoatmodjo, 2010). Pertama, editing yaitu melakukan pengecekan dan perbaikan kembali kuesioner yang telah terkumpul. Jawaban yang belum lengkap di kembalikan pada responden untuk diperbaiki dan diperiksa kembali. Kedua coding, yaitu memberikan kode pada pengkategorian hasil kuesioner, untuk mempermudah peneliti dalam melakukan tabulasi dan analisis data pada setiap variabel. Variabel intensitas penggunaan smartphone diberikan kode 1 untuk intensitas tinggi, kode 2 untuk intensitas sedang, dan kode 3 untuk intensitas rendah. Variabel kualitas tidur diberikan kode 1 untuk kualitas tidur buruk dan kode 2 untuk kualitas tidur baik. Ketiga, entry data yaitu memasukkan data kuesioner ke dalam program komputer untuk selanjutnya dilakukan analisis dengan menggunakan program uji statistik. Keempat, tabulating yaitu memasukkan data-data hasil penelitian ke dalam tabel sesuai kriteria. Kelima, scoring yaitu melakukan pemberian skor pada masing-masing item, sesuai kriteria. Keenam, cleaning yaitu mengecek kembali data yang sudah di masukkan kedalam aplikasi pengolahan data sudah sesuai dengan data sebenarnya.



3.7.2. Analisis Data 3.7.2.1. Analisis Univariat (Analisis Deskriptif) Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan untuk mendeskripsikan tiap variabel yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini baik variabel bebas dan terikat berbentuk data kategorik, sehingga bentuk penyajian data dalam bentuk distribusi jumlah dan prosentase.



3.7.2.2. Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan bertujuan untuk menganalisis hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Perhitungan analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teknik korelasi Kendall tau (t) yang bertujuan mencari



27



hubungan dan menguji hipotesis antar dua variabel atau lebih, bila data ordinal atau peringkat (Sugiyono, 2012).



Bila t = 0 berarti tidak ada hubungan antara kedua variabel tersebut, dan jika t > 0, berarti ada hubungan dan signifikan antara dua variabel tersebut. Hasil uji korelasi ditentukan berdasarkan berdasarkan nilai p value yang diperoleh dari hasil cross tabulation antar variabel. Hubungan korelasi dinyatakan signifikan jika nilai p < 0,05, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel dapat diberlakukan pada populasi. Sedangkan hubungan korelasi dinyatakan tidak signifikan jika nilai p ≥ 0,05 sehingga kesimpulan yang dapat ditarik adalah sampel tidak berlaku pada populasi.



3.8. Etika Penelitian Etika penelitian dibagi menjadi tiga bagian menurut Nursalam (2008), yaitu: 3.8.1. Prinsip Manfaat (Beneficience) Alat penelitian ini menggunakan kuesioner yang tidak menimbulkan resiko cidera fisik seperti kelelahan, kerugian materi dan waktu pada responden karena penelitian ini dilakukan sekitar 20 menit (penjelasan tujuan, manfaat dan pengisian kuesioner). Pada pelaksanaanya sesuai dengan prosedur penelitian untuk mendapatkan hasil yang bermanfaat. Penelitian ini tidak memberikan manfaat secara langsung, tetapi peneliti mengharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan masukan kepada pengajar untuk memberitahukan kepada mahasiswa bahwa menggunakan smartphone terlalu sering tidak baik untuk kualitas tidur mereka.



3.8.2. Prinsip Hak Asasi Manusia (Respect Human Dignity) Responden dalam penelitin ini diperlakukan sacara manusiawi. Responden berhak memutuskan apakah bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian atau tidak tanpa adanya sangsi atau paksaan. Dalam penelitian ini semua responden mendapat informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian. Sebelum melakukan penelitian, peneliti meminta izin dengan mahasiswa untuk melakukan



28



penelitian dan menjadi responden dengan mengisi informed consent yang sudah peneliti sediakan. Semua informasi dari responden akan dijamin kerahasiannya.



3.8.3. Prinsip Keadilan (Right to Justice) Dalam penelitian ini peneliti bersikap adil pada semua responden. Penelitian dilakukan secara jujur, berhati-hati, profesional dan berperikemanusiaan. Responden mendapat perlakuan yang sama baik sebelum, selama maupun setelah penelitian tanpa membedakan agama, tingkatan dan sebagainya.



BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN



Bab ini akan menguraikan tentang hasil dan pembahasan mengenai hubungan intensitas penggunaan smartphone dengan kualitas tidur mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Bhamada Slawi serta keterbatasan penelitian. Pengambilan data dilaksakan pada tanggal 11-12 Juni 2018 di STIKes Bhamada Slawi terhadap 176 mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan. Penjelasan meliputi hasil pengolahan data penelitian yang disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.



4.1



Hasil Penelitian



4.1.1 Intensitas Penggunaan Smartphone Distribusi responden berdasarkan intensitas penggunaan smartphone mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan di STIKes Bhamada Slawi dijelaskan pada tabel berikut: Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Intensitas Penggunaan Smartphone Mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Bhamada Slawi Tahun 2018 No 1 2 3



Intensitas Penggunaan Smartphone Tinggi Sedang Rendah Total



Frekuensi 102 62 12 176



Prosentase (%) 58 35,2 6,8 100



Tabel 4.1 menunjukkan bahwa intensitas penggunaan smartphone sebelum tidur pada mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Bhamada Slawi tinggi yaitu mencapai setengah dari jumlah responden sebanyak 58%. Hal ini dibuktikan dengan kuesioner yang menanyakan berapa lama mahasiswa menggunakan smartphone sebelum tidur.



29



30



4.1.2 Kualitas Tidur Distribusi responden berdasarkan kualitas tidur mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Bhamada Slawi dijelaskan pada tabel berikut:



Tabel 4.2 Distrubusi Responden Berdasarkan Kualitas Tidur Mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Bhamada Slawi Tahun 2018 No 1 2



Kualitas Tidur Buruk Baik Total



Frekuensi 139 37 176



Prosentase (%) 79 21 100



Tabel 4.2 menunjukkan bahwa mahasiswa yang memiliki kualitas tidur buruk sebanyak 79%, sedangkan mahasiswa yang memiliki kualitas tidur baik sebanyak 21%. Hal ini dibuktikan dengan kuesioner PSQI yang mengkaji tentang kualitas tidur mahasiswa.



4.1.3. Hubungan Intensitas Penggunaan Smartphone dengan Kualitas Tidur Mahasiswa Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji analisis statistik Kendall tau dikarenakan kedua data berbentuk ordinal. Analisis Kendall tau digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan derajat kemaknaan



< 0,05 maka Ha diterima yang artinya ada



hubungan yang bermakna secara statistik, sedangkan jika



> 0,05 maka H0



diterima yang artinya tidak ada hubungan. Untuk menganalisis hubungan kedua variabel peneliti menggunakan sistem pengolahan data dengan bantuan program komputer yang hasilnya dapata dilihat pada tabel berikut:



31



Tabel 4.3 Tabulasi Silang Hubungan Intensitas Penggunaan Smartphone dengan Kualitas Tidur Mahasiswa Program Sarjana Keperawatan STIKes Bhamada Slawi Tahun 2018 Variabel Intensitas Penggunaan Smartphone Tinggi Sedang Rendah Total



Kualitas Tidur Buruk Baik n % n %



Total n



%



Kendall tau Koefisien Korelasi



92 41 6 139



52,3 23,3 3,4 79



10 21 6 37



5,7 11,9 3,4 21



102 62 12 176



58 35,2 6,8 100



0,327



0,000



Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa hasil analisis intensitas penggunaan smartphone dengan kualitas tidur mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Bhamada Slawi didominasi mahasiswa yang intensitas penggunaan smartphone tinggi dengan kualitas tidur buruk yaitu sebanyak 92 mahasiswa (52,3%). Berdasarkan hasil uji analisis korelasi Kendall tau diperoleh nilai korelasi keeratannya yaitu 0,327 dalam kategori cukup dan nilai signifikansi sebesar 0,000 (



7 jam



0



6-7 jam



1



5-6 jam



2



85%



0



75-84 %



1



65-74 %



2