Skripsi Lengkap [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PADA NELAYAN PENYELAM TRADISIONAL DI NEGERI HAYA KECAMATAN TEHORU KABUPATEN MALUKU TENGAH



SKRRIPSI



OLEH : NAMA : NUR ANGGRIYANI WAILISSA NPM : 1420116096



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MALUKU HUSADA KAIRATU 2020



LEMBARAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Saya yang bertanda tangan di bawah ini :



Nama



: Nur Anggriyani Wailissa



Npm



: 1420116096



Program Studi



: Ilmu Keperawatan



Judul Skripsi



: Faktor - Faktor yang Berhubungan Dengan Gangguan



Pendengaran



Penyelam



Tradisional



Kecamatan



Tehoru



Pada Di



Nelayan



Negeri



Kabupaten



Haya Maluku



Tengah Tahun 2020. Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini benar – benar hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila kemudian hari dapat dibuktikan bahwa tugas akhir ini adalah hasil jiblakan maka saya bersedia memenuhi sanksi atas perbuatan saya. Kairatu, 27 November 2020 Yang membuat pernyataan



NUR ANGGRIYANI WAILISSA NPM : 1420116096 RIWAYAT HIDUP PENULIS



Nama Lengkap



: Nur Anggriyani Wailissa



Tempat Tanggal Lahir



: Haya, 17 Februari 1998



NPM



: 1420116096



Jenis Kelamin



: Perempuan



Bersaudara



: Anak Ke 4 dari ke 6 bersaudara



Kewarganegaraan



: Indonesia



Agama



: Islam



Nama Ayah



: Alm Muhammad Wailissa



Nama Ibu



: Rosni Key



Alamat



: Haya



Pendiidkan Formal 1. 2. 3.



Tahun 2009, Lulus Dari SD Negeri Haya Tahun 2012, Lulus Dari SMP AL-Hilaal Haya Tahun 2015, Lulus Dari Smk Pamahanu Nusa Masohi



Karya Tulis : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Gangguan Pendengaran Pada Nelayan Penyelam Tradisional Di Negeri Haya Kecamatan Tehoru Kabupaten Maluku Tengah Tahun 2020. Demikian Daftar Riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya dan rasa tanggung jawab Kairatu 27, November 2020



Nur AnggriyaniWalissa 1420116096



Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Gangguan Pendengaran Pada Nelayan Penyelam Tradisional Di Negeri Haya Kecamatan Tehoru Kabupaten Maluku Tengah Nur Anggriyani Walilissa1, Ira Sandi Tunny2, Abd Rizal Lapodi3, 1



Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan



2



Dosen STikes Maluku Husada



3



Dosen STikes Maluku Husada ABSTRACK



Gangguan pendengaran merupakan masalah yang umum dialami setiap orang dari waktu ke waktu. Gangguan pendengaran sering terjadi ketika para nelayan melakuka penyelaman. Gangguan pendengaran dapat disebabkan oleh gangguan tranmisisuara di telinga luar maupun telinga tengah atau yang dikenal dengan tuli konduksi/hantaran dan kerusakan pada sel rambut maupun jalur sarafnya atau yang disebut juga dengan tuli saraf (Ganong, 2017),



Tujuan



penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan gangguan pendengaran pada nelayan penyelam tradisional. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif,desain penelitian Deskriptif Analitk dengan rancangan cross sectional, populasi berjumlah 120 orang dan sampel pada penelitian ini adalah 92 orang. Instrument penelitian menggunakan kuesioner dan garputala hz, pengolahan data mengguanakan SPSS. Menggunakan uji chi square dengan nilai signifikan p=0.05. hasilpenelitian ini diperoleh nilai yang signifikan massa kerja (p=0,002), frekuensi (p=0,014), kedalaman (p=0,047). Darihasil tersebut disimpulkan bahwa massa kerja frekuensi menyelam dan kedalaman menyelam memiliki hubungan yang signifikan dengan gangguan pendengaran pada nelayan penyelam tradsional. Kata Kunci : massa kerja, Frekuensi Menyelam, Kedalama Menyelam



Faktors Related to Rearing Disorders Traditional Diver Fisher in Haya Country, Teoru District, Central Maluku Regency



Nur Anggriyani Walilissa1, Ira Sandi Tunny2, Abd Rizal Lapodi3, 1



Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan



2



Dosen STikes Maluku Husada



3



Dosen STikes Maluku Husada ABSTRACK



Disturbance is a common problem experienced by everyone from time to time. Hearing loss oflen accurs when fisherman do dives. Hearing loss can be caused by impaired sound transmission in the outer ear or middle ear or known as nerve deafness (Ganong 2017), The purpose of this study was to determine the factors related to hearing loss in traditional diver fisherman. This study was quantitative research. Analytical descriptive research design. With a cross sectional design, population of 120 people and the sampel in this study was 92 people. The research instrument used a quentionnaire. SPSS data processing. Using the chi-square test with a significant value of (p=0,05. The results of this study obtained a signicant value of p = 0,002 frequency (p= 0,0014), depth (p = 0,0047) from these results it was concluded that working mass diving frequency, diving depth had a significant relationship with hearing loss in the traditional diving fisherman.



Keywords: Working Mass, Diving Frequency, Diving Depth.



KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang peneliti panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat hidayah dan inayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul ̒ ̒ Faktor – faktor yang berhubungan dengan gangguan pendengaran pada nelayan penyelam tradisional di Negeri Haya Kecamatan Tehoru Kabupaten Maluku Tengah Tahun 2020” sebagai salah satu persyarawatan dalam memperoleh gelar sarjana Keperawatan di STIKes Maluku Husada. Skripsi ini telah peneliti susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak baik berupa materi maupun nonmaterial sehingga dapat memperlancar penyusunan proposal ini. Untuk itu dalam kesempatan ini ijinkanlah peneliti menyampaikan banyak terima kasih dan rasa hormat yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua peneliti, Alm Ayah



Muhammad



Wailissa walaupun beliautak ada dalam jenjangperkuliahan peneliti, namun peneliti menyampaikan banyak terima kasih karena berkat darinya peneliti bisa menyelesaikan perkuliahanini. Dan semoga peneliti mengangkat nama dan martabatmu ayah, dan ibu tercinta terkasih, yang tak henti memberi motivasi kepada peneliti dan selalu mendoakan yang terbaik untuk peneliti agar tetap berusaha dan selalu sabar dalam berbagai rintangan hidup. dengan jerih payahnya hingga peneliti dapat menyelesaikan perkuliahan walau berbagai kendala materi peneliti temui sampai pada titik terlemah beliau selalu mengajarkan peneliti arti sebuah perjuangan.



Ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penulisan Skripsil ini, dalam hal ini peneliti sampaikan kepada terima kasih banyak kepada: 1. Ketua Yayasan STIKes Maluku Husada Rasma Tunny S.Sos yang telah menyediakan fasilatas - fasilitas kepada penulis selama menempuh pendidikan di STIKes Maluku Husada. 2. Dr Sharir Silehu, S.KM. M.Kes selaku ketua STIKes Maluku Husada. 3. Ira Sandi Tunny, S.SI., M.Kes selaku ketua program studi ilmu keperawatan sekaligus pembimbing I yang telah meluangkan waktu tenaga dan pikiran untuk membimbing peneliti dalam penulisan skripsil ini. 4. Abd Rijali Lapodi, S.Kep.,M.Kes selaku pembimbing II yang senantiasa membimbing peneliti dengan keiklasan dalam penyusunan skripsi ini 5. Risman Tunny, S.Farm.,M.Fram,.Apt selaku penguji I yang telah memberikan banyak masukan, bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini. 6. Ns.yerry Soumokil S.kep M.Kes selaku penguji II yang telah mrmberikan masukan, bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini. 7. Kepada kakak - kakakku serta adik-adiku yang tersayang, Rusmin wailissa, Rahman wailissa, ade dimas, dan si bungsu nurul husna wailissa yang teramat mendambakan peneliti dan memberikan support bagini peneliti.



8. Kepada nenek tercinta jaleha yapono yang telah memberikan dukungan dan memberikan sejuta kasih sayang kepada peneliti untuk menyusun Skripsi ini. 9.



Kepada teman-teman seperjuangan angkatan ke 8 prodi ilmu Kesehatan Masyarakat,ilmu keperawata dan farmasi yang senantiasa memberikan semangat dan dkungan dan doriongan untuk menyelesaikan skripsi ini.



Semoga Allah SWT, memeberikan ketulusan serta kebaikan semua pihak yng telah membantu menyelasaikan skripsi ini. Namun peneliti menyadari bahwa dari tata bahasa karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT, untuk itu dcengan tangan terbuka peneliti menerims segala saran dan kritik dari prmbaca agar dapat memperbaki skripsi ini



kairatu 27 November 2020



penulis



DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul ..........................................................................................................i Lembaran Pengasahan ..............................................................................................ii Lembaran Pernyataan Pengasahan Hasil Penelitian..................................................iii Lembaran Pernyataan Keaslian Penelitian.................................................................iv Riwayat Hidup...........................................................................................................v Kata Pengantar...........................................................................................................vi Abstract ….................................................................................................................vii Daftar Isi …...............................................................................................................viii Daftar Tabel… ….......................................................................................................ix Daftar Lampiran ………………................................................................................x BAB I PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang ...............................................................................................1



1.2



Rumusan Masalah……..................................................................................5



1.2.1Tujuan Umum……............................................................................................5 1.2.2Tujuan Khusus……............................................................................................5 1.3 Manfaat Penelitian ..................................................................................................6 1.3.1 Manfaat teoritis…............................................................................................6 1.3.2Manfaat praktis…...............................................................................................6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan umum konsep........................................................................................7 2.1.1 Defenisi Gangguan Pendengaran ..........................................................7 2.1.2 Etiologi Gangguan Pendengaran ..........................................................8 2.1.3 Anatomi Telinga ...................................................................................9 2.1.4 Klasifikasi Gangguan Pendengaran .......................................................11 2.1.5 Pemeriksaan Pendengaran ....................................................................12 2.2 Faktor- faktor yang Berhubungan........................................................................14 2.2.1 Massa Kerja...........................................................................................14



2.2.2 Frekuensi penyelaman ...............................................................15 2.2.3 Kedalaman Menyelam ...........................................................17 2.3 Keaslian Penelitian ...........................................................................19 BAB III Kerangka Konseptual 3.1 Kerangka Konsep .................................................................................20 3.2 Hipotesis Penelitian .............................................................................21 BAB IV Metode Penelitian 4.1 Desain Penelitian...............................................................................22 4.2 Tempat dan waktu penelitian ............................................................22 4.2.1 Tempat penelitian ...................................................................22 4.2.2 Waktu penelitian .....................................................................22 4.3 Populasi,sampel (sampling) ..............................................................22 4.3.1 Populasi .................................................................................23 4.3.2 Sampel ...................................................................................23 4.3.3 Sampling ...............................................................................24 4.4 Variabel Penelitian .............................................................................24 4.4.1 Variabel Independen ............................................................24 4.4.2 Variabel Dependen ..............................................................24 4.5 Defenisi Operasional .......................................................................25 4.6 Instrumen Penelitian ......................................................................26 4.7 Prosedur Pengumpulan data .............................................................27 4.7.1 Metode pengumpulan data ..................................................27 4.8 Analisa Data ....................................................................................28 4.8.1 Analisa univariat .................................................................28 4.8.2 Analisa Bivariat ..................................................................28 4.9 Etika Penelitian ..............................................................................29



BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian................................................................................30 5.2 Pembahasan.....................................................................................38 5.3 Keterbatasan penelitian...................................................................43 BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan....................................................................................44 6.2 Saran..............................................................................................45 Daftar Pustaka Lampiran



DAFTAR TABEL No Tabel Tabel



Halaman



Tabel 2.3 Keaslian Penelitian………………………………………………. ……. 18 Tabel 4.5 Defenisi Operasional…………………………………………. … …… 26 Tabel 5. 1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur……………………….. ...31 Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasrkan Jenis kelamin…………………….31 Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan……………. …. ….. 32 Tabel 5.4 Massa Kerja…………………………………………………... ………..33 Tabel 5.5 Frekuensi Menyelam…………………………………………… ……...33 Tabel 5.6 Kedalaman Menyelam……………………………………….…...............34 Tabel 5.7 Hubungan Massa Kerja Dengan Gangguan Pendengaran……… ……….35 Tabel 5.8 Hubungan Frekuensi Menyelam Dengan Gangguan Pendengaran…… ..36 Tabel 5.9 Hubungan Kedalaman Menyelam dengan Gangguan pendengaran……...37



DAFTAR LAMPIRAN



NO. Lampiran



Lampiran



Lampiuran 1



Lembar Kuesioner



Lampiran 2



Lembar Master Tabel



Lampiran 3



Lembar Hasil Output



Lampiran 4



Lembar dokumentasi



Lampiran 5



Lembar Responden



Lampiran 6



Lembaran Peryataan Keaslian Penelitian



Lampiran 7



Surat Pengambilah data awal



Lampiran 8



Surat Izin Penelitian



Lampiran 9



Surat Keterangan Selesai Penelitian



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Gangguan pendengaran atau tuli merupakan salah satu masalah yang cukup serius dan banyak terjadi di seluruh negara di dunia. Gangguan pendengaran adalah hilangnya kemampuan untuk mendengar bunyi dalam cakupan frekuensi yang normal untuk didengar (Beatrice, 2016 .Gangguan pendengaran dapat terjadi karena berbagai faktor seperi umur,masa kerja frekuensi menyelam kedalaman menyelam,riwayat penyakit (Susanto,2015) Di dunia, menurut perkiraan World Health Organization (WHO,) 80% orang yang mengalami masalah gangguan pendengaran tinggal di negara berkembang. Pada



tahun 2015 terdapat 120



juta penderita gangguan



pendengaran di seluruh dunia. Jumlah tersebut mengalami peningkatan yang sangat nelayan penyelam tradisional umumnya hanya melakukan pekerjaan secara turun-temurun atau mengikuti yang lain, serta tanpa dibekali ilmu kesehatan dan keselamatan penyelaman yang memadai penyelaman dengan mengunakan suplai udara dari permukaan laut atau danau yang dialirkan melalui kompresor udara. (Kartono dalam Pattimukai, 2017) Indonesia adalah Negara kepulauan yang hampir 70% wilayahnya terdiri dari laut.Dengan kondisi geografis tersebut sebagian besar penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai nelayan. Sesuai dengan perkembangan



zaman, cara kerja nelayan pun berkembang yang semula hanya bekerja di permukaan laut, sekarang banyak yang bekerja didalam laut bahkan sampai pada dasar laut untuk mendapatkan hasil yang lebih banyak. Nelayan penyelam banyak tersebar di wilayah Indonesia terutama di daerah pesisir dan kepulauan (Fatmawati mallapiang 2015). Penyelaman adalah kegiatan yang dilakukan di bawah permukaan air dengan atau tanpa menggunakan peralatan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Penyelaman dilakukan di lingkungan bertekanan tinggi yang lebih dari 1 atmosfer yang dikenal sebagai lingkungan hiperbarik (Sukmajaya and Wijayanti, 2017) Dalam dunia penyelaman dikenal sebagai penyelaman basah untuk kegiatan penyelaman di dalam air dan sebutan penyelaman kering bagi kegiatan penyelaman yang dilakukan di dalam ruangan bertekanan tinggi (RUBT = Ruang Udara Bertekanan Tinggi). Penyelaman basah maupun kering samasama mempunyai resiko akibat menghisap gas-gas pernapasan tekanan tinggi dengan segala akibatnya (Drajat et al., 2018) Penyelam tradisional merupakan suatu profesi bagi para nelayan yang mempunyai mata pencaharian sebagian besar di laut. Namun untuk penyelam tradisional yang berada pada beberapa daerah pesisir, menggunakan alat bantu penyelaman seperti kompresor sebagai alat bantu penyelaman, maupun tidak menggunakan peralatan apapun ada juga penyselaman yang dilakukan tanpa



20



menggunakan peralatan apapun, inilah yang disebut dengan penyelam tradisional . (Gunawan,Nani 2017) Faktor faktor yang berhubungan dengan gangguan pendengaran nelayan penyelam memiliki tingkat risiko bahaya yang sangat tinggi. Risiko pekerjaan dalam penyelaman sangat bervariasi tergantung pada jenis penyelaman yang dilakukan. penyelaman dengan menggunakan kompresor sebagai suplai udara, penyelaman tahan nafas dan sedikit yang melakukan penyelaman dengan Scuba. Gangguan kesehatan yang dialami oleh nelayan akibat menyelam sangat bervariasi dan dalam beberapa kasus gangguan kesehatan yang diderita setiap penyelam lebih dari 1 gangguan . Gangguan yang dirasakan antara lain pusing, perdarahan, tuli, nyeri persendian dan kelelahan berlebihan (Indriani P., 2018) Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI tahun 2017 dalam penelitian di 10 provinsi termasuk Provinsi Maluku gangguan pendengaran akibat menyelam memberikan gambaran tentang penyakit yang dialami penyelam. Dari 204 responden yang menderita penyakit tuli sebesar 39,7%, (, dalam pattimukay, 2017). Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa banyaknya kasus yang terkait



dengan



kejadian



penyakit



akibat



kerja



dalam



kegiatan



menyelam.peneliian tersebut penulis tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan pendengaran pada penyelam. Dan hubungn



antara usia risiko rendah (≤ 40 tahun). Riwayat penyakit adalah data kesehatan tentang ada atau tidak adanya penyakit yang dialami responden berhubungan dengan telinga yang memerlukan penanganan medis, frekuensi penyelaman yang dilakukan, akan semakin berbahaya bagi kesehatan para penyelam, karena akan semakin sering menerima tekanan dan mereka harus berusaha untuk menyamakan tekanan dalam rongga telinga engan tekanan air di sekitarnya. Kegagalan penyamaan tekanan ini yang menyebabkan terjadinya perforasi membran timpani, Menyelam secara cepat turun ke kedalaman sewaktu menyelam dan naik ke permukaan menimbulkan masalah, sebab tubuh tidak bisa beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan tekanan. Perubahan tekanan relatif terbesar dalam menyelam terjadi di dekat permukaan, terutama pada kedalaman 10 meter dan kedalaman 30 meter pertama. Perubahan tekanan pada kedalaman tersebut dapat menyebabkan pecahnya membran timpani Berdasarkan data yang didapatkan dari puskesmas pembantu (PUSTU) Negeri Haya Kecamatan Tehoru Kabupaten Maluku Tengah merupakan nelayan teripang, lobster dan udang, pada tahun 2017-2018 yang mengalami gangguan pendengaran terdapat sebanyak 18 orang. Nelayan penyelam tradisioanal pada tahun 2018-2019 mengalami gangguan pendengaran (tuli) terdapat 25 orang Ditahun 2019-2020 dari hasil wawancara pada 20 nelayan mengatakan bahwa mereka mengalami gangguan pendengaran karena pada waktu menyelam mereka hanya menggunakan alat penyelaman yaitu kompresor.



20



(pemompa udara) yang terhubung dengan selang panjang sebagai alat bantu pernapasan penyelaman yang beresiko pada gangguan pendengaran Untuk mendapatkan beberapa jenis teripang,lobster dan udang. Nelayan menyelam hingga kedalaman 30 meter atau lebih, faktor resiko dengan usia ≤40 tahun frekuensi penyelaman kedalaman menyelam riwayat penyakit. Berdasarkan data diatas diketahui bahwa gangguan pendengaran pada nelayan penyelam semakin bertambah dan peneliti ingin mengetahui faktor faktor yang berhubungan dengan gangguan pendengaran Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Nelayan



penyelam di Negeri haya Kecamatan Tehoru



Kabupaten Maluku Tengah yang berjumlah 124 orang.



1.2 Rumusan Masalah Berdasarkana latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah yang diperoleh adalah “Bagaimana Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Gangguan Pendengaran Pada Nelayan Penyelam Tradisional Di Negeri Haya Kecamatan Tehoru Kabupaten Maluku Tengah Tahun 2020.



1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk Mengetahui Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Gangguan Pendengaran Pada Nelayan Penyelam Tradisioanl Negeri Haya Kecamatan Tehoru Kabupaten Maluku Tengah Tahun 2020.



1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk Mengetahui hubungan massa kerja dengan gangguan pendengaran pada nelayan penyelam tradisional di negeri haya kecamatan tehoru kabupaten maluku tengah tahun 2020. 2. Untuk Mengetahui hubungan frekuensi penyelaman



dengan



gangguan pendengaran pada penyelam tradisional di Negeri Haya Kecamatan Tehoru Kabupaten Mauluku tengah Tahun 2020. 3. Untuk



Mengetahui



hubungan



kedalaman



menyelam



dengan



gangguan pendengaran pada nelayan penyelam di Negeri Haya Kecamatan Tehoru Kabupaten Maluku Tengah Tahun 2020



1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan sebagai salah satu bahan informasi atau referensi dalam pengembangan penelitian selanjutnya mengenai gangguan pendengaran pada nelayan penyelam tradisional



1.4.2 Manfaat praktis a.



Bagi peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pembelajaran untuk menambah



pengetahuan



dan



memperluas



wawasan



serta



20



pengalaman bagi peneliti digunakan sebagai bekal untuk memasuki lapangan kerja mendatang. b.



Bagi mahasiswa Menambah pengetahuan tentang faktor faktor yang berhubungan dengan gangguan pendengaran,serta penyebabnya.



c.



Bagi Stikes Maluku Husada Dapat menjadi bahan pustaka dan data awal dalam penelitian selanjutnya



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Tinjauan Umum Konsep 2.1.1 Defenisi Gangguan Pendengaran Gangguan pendengaran merupakan masalah yang umum dialami setiap orang dari waktu ke waktu. Gangguan pendengaran didefinisikan sebagai pengurangan dalam kemampuan seseorang untuk membedakan suara. Gangguan pendengaran sering terjadi ketika para nelayan melakukan penyelaman. Menurut World Health Organization 2018 (dalam Sugumat 2016), gangguan pendengaran adalah istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan kehilangan pendengaran di satu atau kedua telinga. Gangguan pendengaran berbeda dengan ketulian. Gangguan pendengaran (hearing impairment) berarti kehilangan sebagian dari kemampuan untuk mendengar dari salah satu atau kedua telinga. Sedangkan ketulian (deafness) berarti kehilangan mutlak kemampuan. Di dunia, menurut perkiraan WHO, 80% orang yang mengalami masalah gangguan pendengaran tinggal di negara berkembang. Pada tahun 2016 terdapat 120 juta penderita gangguan pendengaran di seluruh dunia. Jumlah tersebut mengalami peningkatan yang sangat bermakna pada tahun 2013 menjadi 250 juta orang. Pada tahun 2016, WHO memperkirakan terdapat 278 juta orang menderita gangguan pendengaran, 75 - 140 juta diantaranya terdapat di Asia Tenggara. 8



20



2.1.2 Etiologi Gangguan Pendengaran Gangguan pendengaran dapat disebabkan oleh gangguan transmisi suara di telinga luar maupun telinga tengah atau yang dikenal dengan tuli konduksi/hantaran dan kerusakan pada sel rambut maupun jalur sarafnya atau yang disebut juga dengan tuli saraf (Ganong, 2017). Penyebab terjadinya gangguan transmisi suara baik pada telinga luar, telinga tengah maupun telinga dalam bervariasi. Tuli hantaran dapat disebabkan karena adanya sumbatan pada kanalis auditorius eksterna oleh benda asing atau serumen, kerusakan tulang pendengaran, adanya penebalan membran timpani akibat terjadinya infeksi telinga tengah yang berulang, dan kekakuan abnormal karena adanya perlekatan tulang stapes ke fenestra ovalis (Ganong, 2012). Gangguan pendengaran adalah faktor usia dan suara nyaring. Kebanyakan orang mulai sedikit terganggu pendengarannya ketika memasuki usia 40 tahun. Gangguan pendengaran akibat usia juga dikenal dengan nama presbikus ada dua jenis gangguan pendengaran berdasarkan bagian telinga yang terganggu yaitu: 1. Gangguan pendengaran sensorional disebabkan oleh kerusakan sel rambut sensotif yang ada ditelinga bagian dalam atau rusaknya saraf pendengaran. Beberapa gangguan pendengaran sensoreional adalah Mengidap penyakit miniere,neuroma akustik,meningitis,ensefalitasat skelrosis multiple Faktor keturunan Cedera kepala kelainan telinga. 2. Gangguan pendengaran konduktif umunya terjadi sat gelombang suara tidak bias masuik ke telinga bagian dalam. Penyebabnya adalah gendang



telinga pecah atau berlubang, otosklorososa adanya pembengkakan dinding atau disfungsi pad saluran tuba eustachius. Rusaknya gangguan pendengaran akibat trauma kelainan telinag masuknya benda asing kedalam telinga



2.1.3. Anatomi Telinga Telinga merupakan alat penerima gelombang suara atau gelombang udara yang mengubah gelombang bunyi mekanis di udara menjadi denyut-denyut elektris pada syaraf pendengaran. Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks. Menurut anatominya, telinga manusia terdiri dari tiga bagian utama yaitu: telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. (Gabriel dalam Aisyah, 2017) a.



Telinga bagian luar (Auris External) Telinga luar merupakan bagian terluar dari telinga. Telinga luar meliputi daun telinga atau pinna, liang telinga atau meatus auditorius eksternus, dan gendang telinga atau membran timpani. Bagian daun telinga berfungsi untuk membantu mengarahkan suara ke dalam liang telinga dan akhirnya menuju gendang telinga. Rancangan yang begitu kompleks pada telinga luar berfungsi untuk menangkap suara. Di dalam saluran telinga terdapat banyak kelenjar yang menghasilkan zat seperti lilin yang disebut serumen atau kotoran telinga. Pada ujung saluran terdapat gendang telinga yang meneruskan suara ke telinga dalam.



b. Telinga bagian tengah (Auris Mediaa)



20



Bagian ini merupakan rongga yang berisi udara untuk menjaga tekanan udara agar seimbang. Di dalamnya terdapat saluran eustachio yang menghubungkan telinga tengah dengan faring. Rongga telinga tengah berhubungan dengan telinga luar melalui membran timpani. Hubungan telinga tengah dengan bagian telinga dalam melalui jendela oval dan jendela bundar yang keduanya dilapisi dengan membran yang transparan. Selain itu terdapat pula tiga tulang pendengaran yang tersusun seperti rantai yang menghubungkan gendang telinga dengan jendela oval. Ketiga tulang tersebut adalah tulang martil (maleus) menempel pada gendang telinga dan tulang landasan (inkus). Kedua tulang ini terikat erat oleh ligamentum sehingga mereka bergerak sebagai satu tulang. Tulang yang ketiga adalah tulang sanggurdi (stapes) c. Telinga bagian dalam (Auris Internal) Bagian ini mempunyai susunan yang rumit, terdiri dari labirin tulang dan labirin membran. Ada lima bagian utama dari labirin membran, yaitu tiga saluran setengah lingkaran, ampula, utrikulus, sakulus dan koklea atau rumah siput. Sakulus berhubungan dengan utrikulus melalui saluran sempit. Tiga saluran setengah lingkaran, ampula, utrikulus dan sakulus merupakan organ keseimbangan dan keempatnya terdapat di dalam rongga vestibulum dari labirin tulang. Koklea mengandung organ korti untuk pendengaran. Koklea terdiri dari tiga saluran yang sejajar, yaitu saluran vestibulum yang berhubungan dengan jendela oval, saluran tengah dan saluran timpani yang



berhubungan dengan jendela bundar dan saluran yang dipisahkan satu dengan lainnya oleh membran. Di antara saluran vestibulum dengan saluran tengah terdapat membran reissner, sedangkan di antara saluran tengah dengan saluran timpani terdapat membran basiler.



2.1.4 Klasifikasi Gangguan Pendengaran Klasifikasi gangguan pendengaran berdasarakan World Health Organization) gangguan pendengaran dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis, yaitu : (Sugumat 2016) 1. Tuli Konduktif Tuli konduktif disebabkan oleh kondidi patologis pada kanal telinga external,membrane tympani,atau telinga tenga. Gangguan pendengaran konduktif tidak melebihi 60dB. Karena di hantarkan menuju



koklea



melalui



tulang



(hantaran



melalui



tulang)



bial



intesnsitasnya tinggi. 2. Tuli Sensorineural Disebabkan oleh kerusakan atau malfungsi komklea,saraf pendengaran dan batang otak sehingga bunyi tidak dapat diproses bagaimana mestinya. Bila kerusakan terbatas pada sel rambut di koklea maka



sel



ganglion



transneurional 3. Tuli campuran



dapat



bertahan



atau



mengalami



degenarsi



20



Bila gangguan pendengaran atau tuli konduktif dan sensorineural terjadi bersamaan.



2.1.5 Pemeriksaan Pendengaran Untuk mengetahui seseorang mengalami gangguan pendengaran konduktif atau sensorineural maka dapat dilakukan tes pendengaran dengan menggunakan metode tes bisik, tes garputala dan audiometric tes auditoriustes weber (Wahyu K., 2016). 1. Tes Bisik Tes Bisik merupakan suatu tes pendengaran dengan memberikan suara bisik berupa kata kepada telinga penderita. Hasil tes berupa jarak pendengaran, yaitu jarak antara pemeriksa dan penderita. Suara berbisik nilai normal ialah 5/6 – 6/6. 2. Tes Garputala Apabila seseorang dicurigai mengalami gangguan pendengaran baik konduktif maupun sensorineural maka sebaiknya dilaksanakan tes menggunakan garputala. Menurut Gabriel (dalam Wahyu K., 2016) ada tiga macam tes menggunakan garputala meliputi tes weber, tes rinne dan tes schwabach. 3. Akuitas Auditorius adalah tes



yang



dilakukan



untuk



memperkirakan



kemampuan



pendengaran. Subjek pada pemeriksaan ini harus menutup salah satu lubang telinganya terlebih dahulu. Pemeriksa berdiri 1 atau 2 kaki (0,3



atau 0,6 meter) dari subjek penelitian, kemudian pemeriksa memulai tes ini sambil menutupi mulut agar subjek tidak membaca gerak bibir pemeriksa. Pemeriksa kemudian berbisik dengan perlahan ke arah telinga yang terbuka. Subjek tidak dapat mengulang kata yang dibisikkan oleh pemeriksa, maka pemeriksa boleh meningkatkan intensitas suaranya menjadi bisikan sedang dan bisikan keras. 4. Tes audiometri nada murni, bersifat akurat untuk skrining gangguan pendengaran dengan sensitivitas 92% dan spesifikasi 94%, namun untuk melakukannya membutuhkan biaya yang cukup tinggi. Awal dari pemeriksaan ini adalah menjelaskan kepada subjek pemeriksaan untuk mengangkat tangan ataupun mengatakan ada atau tidak ada bunyi apabila pemeriksa telah menyalakan bunyi. Subjek pemeriksaan diminta untuk memakai headphone yang dihubungkan dengan alat listrik yang menghasilkan bunyi nada murni dari berbagai frekuensi, dan dapat diatur intensitasnya 5. Tes Rinne dilakukan untuk melihat perbandingan antara hantaran tulang (bone conduction) dengan hantaran udara (air conduction). Alat yang dibutuhkan pada tes ini adalah garpu tala 512 Hz.



2.2.



Faktor-faktor



Pendengaran



yang



berhubungan



dengan



gangguan



20



Penyebab pastinya belum diketahui, tetapi insiden kehilangan pendengaran sensorineural meningkat seiring pertambahan usia. Faktor yang



mempengaruhi



pendengaran



adalah



factor



riwayat



keuarga,umur,masa kerja,frekuensi menyealam kedalaman menyelam. dan gejala adalah sulit memahami orang yang berbicara dengan suara bernada tinggi, sulit mendengar di percakapan kelompok dan tempat yang banyak suara latar yang bising, sulit membedakan bunyi “s” dan “th. Presbikusi ditambah dengan situasi ketika percakapan yang berlangsung kurang mendukung dapat menyebabkan lansia mengalami gangguan komunikasi (Fatimah, 2019).



2.2.1 Masa Kerja Masa kerja adalah lamanya waktu yang telah dilalui oleh responden dalam melakukan penyelaman terhitung sejak pertama kali menyelam. Masa kerja menjadi salah satu faktor yang dapat memberikan risiko akan terjadinya gangguan pendengaran. Penyakit akibat kerja dipengaruhi oleh masa kerja, semakin lama seseorang bekerja disuatu tempat semakin besar kemungkinan mereka terpapar oleh faktor-faktor lingkungan kerja baik fisik maupun kimia yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan/penyakit akibat kerja sehingga akan berakibat menurunnya efisiensi dan produktivitas kerja seorang tenaga kerja Pada penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa terdapat dari



responden, sebanyak 24 responden yang termasuk dalam kategori pekerja lama (telah bekerja ≥ 5 tahun



2.2.2 Frekuensi Penyelaman Frekuensi penyelaman adalah berapa kali responden melakukan penyelaman dalam sehari .Menurut



Edmonds et. al (dalam Ekawati



2018) seorang penyelam yang sering melakukan penyelam akan lebih sering mengalami trauma tekanan yang berulang pada gendang telinga. Hal ini akan mengakibatkan organ keseimbangan dalam telinga bagian dalam mengalami pembengkakan jaringan dan penyumbatan pada Tuba Eustachius hingga terjadi perforasi membaran timpani bahkan bisa menyebabkan gendang telinga berdarah dan robek Oleh karena itu semakin sering frekuensi penyelaman yang dilakukan, akan semakin berbahaya bagi kesehatan para penyelam, karena akan semakin sering menerima tekanan dan mereka harus berusaha untuk menyamakan tekanan dalam rongga telinga dengan tekanan air di sekitarnya. Indriani Paskarini,dkk (2010) pada penyelam tradisonal di Kabupaten Seram menunjukkan bahwa penyelam dengan insentitas penyelaman ≥2 kali sehari pernah mengalami pendarahan pada telinga. Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa frekuensi penyelaman memiliki kecenderungan berpengaruh pada gangguan telinga penyelam. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui



20



bahwa barotrauma telinga banyak terjadi pada nelayan penyelam dengan frekuensi menyelam > 2 -4 kali/hari yaitu sebanyak 70% dari 10 orang nelayan penyelam. Penelitian Ekawati menemukan bahwa frekuensi menyelam



berpeluang



terhadap



kejadian



gangguan



pendegaran



membran timpani 1,879 kali lebih besar dibandingkan dengan frekuensi menyelam ≤ 3 kali. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Ekawati dikarenakan pada penelitian tersebut lebih banyak nelayan penyelam dengan jenis penyelaman tahan napas dibandingkan nelayan penyelam kompresor. Sedangkan pada penelitian ini keseluruhan nelayan penyelam menggunakan kompresor. Frekuensi menyelam pada penyelam tahan napas tentu akan lebih banyak karena penyelam tersebut tidak mampu bertahan lama di kedalaman, sehingga harus naik turun ke permukaan untuk mendapatkan suplai udara dan kemudian kembali menyelam ke kedalaman



2.2.3 Kedalaman menyelam Menyelam secara cepat turun ke kedalaman sewaktu menyelam dan naik ke permukaan menimbulkan masalah, sebab tubuh tidak bisa beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan tekanan. Perubahan tekanan relatif terbesar dalam menyelam terjadi di dekat permukaan, terutama pada kedalaman 10 meter pertama. Dengan demikian cedera paling banya terjadi pada kedalaman yang dangkal yaitu pada kedalaman hanya 4,3 hingga 17,4 kaki (1,3f – 5,3 meter). Perubahan tekanan pada



kedalaman tersebut dapat menyebabkan pecahnya membran timpani. Kecepatan dan besarnya perubahan tekanan berpengaruh terhadap terjadinya barotrauma telinga.19,20 Secara anatomi telinga terbagi atas barotrauma telinga luar, barotrauma telinga tengah dan barotrauma telinga dalam, tergantung dari bagian yang terkena. penelitian Siti Fatimatun Navisah : Faktor Risiko pada gangguan pendengaran pada nelayan penyelam dengan kedalaman ,< 10 meter lebih banyak mengalami barotrauma telinga atau perforasi membran timpani dibandingkan dengan nelayan penyelam dengan kedalaman > 10 meter



2.3 Keaslian Penelitian Sepengetahuan penulis, penelitian tentang faktor – faktor yang berhubungan dengan gangguan pendengaran pada nelayan penyelam tradisional di Negeri Haya Kecamatan Tehoru Kabupaten Maluku Tengah. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang sebelumnya adalah 1.



Lokasi penelitian



2.



Variabel penelitian yang diteliti berbeda dengan penelitian sekarang



3.



Sampel penelitian



No 1



Nama peneliti Fatmawati



Judul,tempat dan tahun Metode . Faktor-Faktor yang Penelitian



Mallapiang



Berhubungan



Sampel ini sampel



dengan merupakan



Gangguan



Variabel Riwayat



sebanyak



Pendengaran penelitian



Hasil Hasil penelitian menunjukkan sebanyak



37 penyakit,umur,masa



orang



35 responden (94,6%) termasuk dalam



kerja,frekuensi menyelam.kategori



penyelam



dengan



lama



pada Penyelam Tradisional kuantitatif dengan



menyelam ≥25 menit sekali menyelam



di Pulau Barrang Lompo desain



dan sebanyak 2 responden (5,4%) yang



penelitian



kfecamatan Ujung Tanah cross sectional



termasuk



dalam



kategori



penyelam



FFFKota Makassar Tahun



dengan lama menyelam 5tahun adalah 60 responden (65.2%) dan yang memliki massa kerja ≤5 tahun sebanyak 32 resonden (34.8%).



Tabel 5.5



Distrbusi Kategori Variabel Frekuensi Menyelam Di Negeri Haya Kecamatan Tehoru Kabupaten Maluku Tengah Tahun 2020



2.



Frekuensi Menyelam Frekuensi ≥2 kai/hari ≤2 kali/hari Total



n 73 19 92



% 79.3 20.7 100



Distrbusi Kategori Frekuensi menyelam menunjukan bahwa distrbusi responden distrbusi responden yang menyelam ≥2 kai/hari berjumlah 73 responden (79.3%) dan responden yang menyelam ≤2 kali/hari berjumlah 19 responden (20.7%).



3.



Kedalaman Menyelam Tabel 5.6



Distrbusi Kategori Variabel Kedalaman Menyelam Di Negeri Haya Kecamatan Tehoru Kabupaten Maluku Tengah Tahun 2020



Kedalaman ≥10 meter ≤10 meter Total



n 39 53 92



% 42.2 57.6 100



Distrbusi Kategori Frekuensi menyelam menunjukan bahwa distrbusi responden distrbusi responden yang menyelam ≥10 meter berjumlah 39 responden (42.4%) dan kedalaman ≤10 meter berjumlah 53 responden (57.6%)



Berdasarkan tabel 5.9 diatas didapatkan bahwa responden yang mengalami gangguan pndengaran (tuli) dengan kategori 2 kali/hari menyelam ada terdapat 43(76.8 %) orang dan yang menyelam 1 kali/hari ada 13 (23.2 %) orang. dan yang tidak mengalami gangguan pendengaran dengan 2 kali/hari menyelam ada 5 orang (13.9%) dan yang menyelam 1kali/hari tidak mengalami gangguan pendengaran (tuli) ada 31 orang (86.1%). Hasil uji statistic menunjukan nilai p= 0.000 (