Skripsi Sorgum [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

UJI DAYA HASIL SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench) GENERASI F5 HASIL SELEKSI DENGAN METODE PEDIGREE



NENI OKTANTI A24140041



DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2018



PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Uji Daya Hasil Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Generasi F5 Hasil Seleksi dengan Metode Pedigree adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir karya tulis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2018 Neni Oktanti NIM A24140041



ABSTRAK NENI OKTANTI. Uji Daya Hasil Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Generasi F5 Hasil Seleksi dengan Metode Pedigree. Dibimbing oleh DIDY SOPANDIE dan DESTA WIRNAS Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Mei 2018 di Kebun Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB Biogen), Cimanggu, Bogor, sedangkan analisis data dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, IPB Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Penelitian bertujuan untuk memperoleh informasi keragaan karakter agronomis galur-galur F5 sorgum hasil persilangan dan mengidentifikasi galur yang memiliki potensi hasil lebih baik dari tetuanya. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan augmented. Perlakuan yang diberikan terdiri atas 30 galur sorgum F5 hasil persilangan PI-10-90A dan Numbu, PI-150-20A dan Numbu, PI-150-20A dan Kawali serta 5 varietas pembanding (Numbu, Kawali, Samurai 1, Samurai 2 dan Pahat) diulang sebanyak 3 kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa genotipe berpengaruh nyata terhadap karakter tinggi tanaman, luas daun bendera, panjang malai, diameter malai, bobot malai, bobot brangkasan malai, bobot biji per malai, bobot 100 biji dan kehijauan daun. Galur A-266-19-5, A-075-5-9, C-375-17-1, C-083-18-3, C-248-16-5, B-064-1512, A-094-4-12, B-043-6-9, C-119-1-11, C-257-16-1, B-371-5-6, N/UP-151-3, N/UP-Merah, N/UP-121-3, N/UP-39-10, C-267-18-18 berpotensi untuk dikembangkan menjadi varietas karena memiliki keragaan karakter agronomi, karakter komponen hasil dan karakter stay green yang unggul. Karakter luas daun bendera, bobot malai, bobot brangkasan malai dan bobot biji per malai dapat dijadikan sebagai karakter seleksi karena memiliki nilai heritabilitas yang tinggi dan koefisien keragaman genetik yang luas. Nilai korelasi karakter bobot malai dan bobot biji per malai positif nyata dan sangat erat sehingga karakter bobot malai dapat digunakan sebagai penganti karakter bobot biji per malai dalam menghitung produksi berdasarkan komponen hasil. . Kata kunci: Galur unggul, karakter seleksi, rancangan augmented, stay green



ABSTRACT



NENI OKTANTI. Yield Test of Sorghum (Sorghum bicolor (L.) Moench) F5 Generation Selected through Pedigree Method . Supervised by DIDY SOPANDIE and DESTA WIRNAS This research held on February until May 2018 at the Agricultural Research Center for Agricultural Genetic Resources and Biotechnology (BB Biogen), Cimanggu, Bogor. Data analysis was carried out at the Plant Breeding Laboratory of the Department of Agronomy and Horticulture, IPB Dramaga, Bogor, West Java. The study aimed to obtain agronomic character performance information on F5 sorghum lines from crosses and identify strains that have better yield potential than their (parents). The experimental design used is Augmented Design. The treatment consisted of 30 lines of sorghum F5 from crosses of PI-10-90A and Numbu, PI-150-20A and Numbu, PI-150-20A and Kawali and 5 comparison varieties (Numbu, Kawali, Samurai 1, Samurai 2 and Pahat ) repeated 3 times.. The results showed that genotype significantly affected the character of plant height, flag leaf area, panicle length, panicle diameter, panicle weight, panicle weight, seed weight per panicle, weight of 100 seeds and leaf greenness. The A266-19-5, A-075-5-9, C-375-17-1, C-083-18-3, C-248-16-5, B-064-15-12, A-0944-12, B-043-6-9, C-119-1-11, C-257-16-1, B-371-5-6, N/UP-151-3, N/UP-Merah, N/UP-121-3, N/UP-39-10, C-267-18-18 lines has the potential to be developed into a variety because it has the superior performance of agronomic characters, the characteristics of the yield components, and the stay green character. Character of flag leaf area, panicle weight, panicle stover weight and seed weight per panicle can be used as a selection character because it has a high heritability value and broad genetic diversity coefficient. Correlation value of panicle weight and seed weight per panicle was real positive and very tight so that panicle weight characters can be used as a substitute for the character of seed weight per panicle in calculating production based on yield components. Keywords: Augmented design, character selection, stay green, superior lines



UJI DAYA HASIL SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench) GENERASI F5 HASIL SELEKSI DENGAN METODE PEDIGREE



NENI OKTANTI A24140041



Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura



DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2018



PRAKATA Puji syukur dipanjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas berkat dan rahmat-Nya, karya ilmiah yang berjudul “Uji Daya Hasil Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Generasi F5 Hasil Seleksi dengan Metode Pedigree ” dapat terselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Mei 2018 di Kebun Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB Biogen), Cimanggu dan Laboratorium Pemuliaan Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, IPB Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr selaku dosen pembimbing skripsi I serta pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga penelitian dan karya ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik. 2. Dr. Desta Wirnas, S.P. M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi II, yang juga telah memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga penelitian dan karya ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik. 3. Dr. Ir Heni Purnamawati, M.Sc Agr. Selaku dosen penguji skripsi. 4. Dr. Ir Trikoesoemaningtyas, M.Sc. selaku dosen yang membantu memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga penelitian dan karya ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik. 5. Dr. Willy Bayuardi suwarno, S.P. M.Si. selaku dosen yang membantu memberikan bimbingan dalam pengolahan data sehingga penelitian dan karya ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik. 6. Terima kasih kepada Bidikmisi, selaku pemberi beasiswa, yang telah membiayai serta memberikan dukungan dan doa selama perkuliahan. 7. Ibu, Bapak, dan semua keluarga besar, yang telah memberikan doa, saran, nasehat, semangat, dan kasih sayang. 8. Nanda serta teman-teman Agronomi Hortikultura angkatan 51 “Azalea”, yang telah memberikan bantuan, dukungan, dan semangat yang luar biasa. 9. Sinta, Ati, serta teman-teman Assalamah 2 Squad, yang telah memberikan doa, semangat, kebersamaan dan dukungan kepada penulis selama perkuliahan. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.



Bogor, Agustus 2018



Neni Oktanti



DAFTAR ISI DAFTAR TABEL v DAFTAR GAMBAR v DAFTAR LAMPIRAN v PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan 2 Hipotesis 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) 2 Budidaya Sorgum 2 Pemuliaan Sorgum 3 METODE 4 Tempat dan Waktu 4 Bahan dan Alat 4 Rancangan Percobaan 4 Prosedur Percobaan 4 Pengamatan Percobaan 5 Analisis data 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 7 Kondisi Umum Penelitian 7 Keragaan Karakter Agronomi Galur-Galur Sorgum Generasi F5 9 Keragaan Hasil dan Komponen Hasil Galur-Galur Sorgum Generasi F5 13 16 Keragaan Karakter Stay Green Galur-Galur Sorgum Generasi F5 Komponen Ragam, Heritabilitas dan Koefisien Keragaman Genetik 18 Korelasi antar Karakter Galur-Galur Sorgum Generasi F5 19 KESIMPULAN DAN SARAN 22 Kesimpulan 22 Saran 22 DAFTAR PUSTAKA 22 LAMPIRAN 25 RIWAYAT HIDUP 34



DAFTAR TABEL 1. Rekapitulasi sidik ragam keragaan karakter agronomi galur-galur sorgum 2. Nilai tengah karakter daya tumbuh, tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang galur F5 hasil persilangan dan varietas pembanding 3. Nilai tengah karakter luas daun bendera, umur berbunga, dan umur panen galur F5 hasil persilangan dan varietas pembanding 4. Nilai tengah karakter panjang malai, diameter, dan bobot malai galur F5 hasil persilangan dan varietas pembanding 5. Nilai tengah karakter bobot brangkasan malai, bobot biji per malai, rasio biji dan brangkasan malai serta bobot 100 biji galur F5 hasil persilangan dan varietas pembanding 6. Nilai tengah karakter kehijauan daun dan persentase daun hijau saat panen galur F5 hasil persilangan dan varietas pembanding 7. Nilai komponen ragam , heritabilitas arti luas dan koefisien keragaman genetik 8. Korelasi antar karakter pengamatan



9 11 12 15



16 17 19 20



DAFTAR GAMBAR 1 Pertumbuhan tanaman sorgum, a.) fase vegetatif awal, b.) tanaman berumur 4 MST setelah pemupukan kedua, c.) fase generatif, d.) fase generatif maksimum 2 Tanaman sorgum terinfeksi penyakit bacterial leaf blight (a), dan tanaman sorgum terserang kutu daun (b 3 Keragaan malai galur-galur sorgum generasi F5



8 8 13



DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7



Deskripsi varietas Numbu Deskripsi varietas Kawali Deskripsi varietas Samurai 1 Deskripsi varietas Samurai 2 Deskripsi varietas Pahat Layout lahan penelitian Data cuaca di Bogor selama penelitian



27 28 29 30 31 32 33



1



PENDAHULUAN Latar Belakang Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) tanaman pangan yang kandungan gizinya tidak kalah dengan tanaman pangan lain seperti padi maupun jagung. Penelitian yang dilakukan oleh Talanca dan Andayani (2012) menunjukkan bahwa kandungan protein sorgum lebih tinggi dibanding jagung dan padi. Selain itu kandungan kalsium sorgum juga tinggi (28 mg/100 g), sedangkan kalsium pada biji jagung (9 mg/100 g) dan beras (6 mg/100 g). Kandungan gizi sorgum yang cukup tinggi membuat sorgum sesuai untuk dikembangkan menjadi komoditas alternatif untuk pangan. Tanaman sorgum bukan merupakan tanaman asli Indonesia, namun tanaman ini mampu beradaptasi dengan baik dengan kondisi iklim maupun topografi di Indonesia. Menurut Sirappa (2003), sorgum mempunyai potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia karena sorgum mempunyai daerah adaptasi yang luas, toleran terhadap kekeringan maupun genangan air, dapat berproduksi pada lahan marginal, serta relatif tahan terhadap gangguan hama atau penyakit. Perkembangan perakitan varietas sorgum di Indonesia yang dilakukan oleh Balai Penelitian Tanaman Serealia di Maros sejak tahun 1970-2013 telah menghasilkan 13 jenis varietas unggul sorgum. Nama dari tiga belas varietas tersebut adalah No. 6C, UPCA-S2, KD4, Keris, UPCA-S1, Badik, Hegari Genjah, Mandau, Sangkur, Numbu, Kawali, Super 1 dan Super 2 (Herman dan Aqil, 2013). Tahun 2014 kembali dihasilkan tiga jenis varietas unggul sorgum hasil pemuliaan oleh BATAN, ketiga varietas unggul sorgum tersebut adalah Pahat, Samurai 1 dan Samurai 2 (Wahyono et al., 2014). Perlu dilakukan upaya pengembangan sorgum lebih lanjut khususnya dalam pengembangan varietas baru sorgum melalui hibridisasi varietas sorgum yang memiliki produktivitas tinggi, tahan cekaman lingkungan, dan memiliki rasa yang enak sehingga diminati masyarakat Indonesia. Uji daya hasil merupakan tahapan yang dilakukan setelah seleksi untuk memperoleh varietas unggul baru. Menurut Arsyad et al.(2007) galur-galur hasil seleksi yang telah melalui tahap uji daya hasil dan menunjukkan keragaan karakter agronomis yang lebih unggul dibandingkan dengan varietas pembandingnya serta stabil dapat diusulkan untuk dilepas menjadi varietas unggul baru. Dalam penelitian ini uji daya hasil pendahuluan dilakukan sebagai dasar melakukan seleksi tahap selanjutnya. Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB telah memulai upaya pengembangan varietas sorgum melalui persilangan tanaman (Sopandie et al., 2015;Trikoesoemaningtyas et al.,2015;Wirnas et al.,2017). Hingga saat ini dari persilangan yang dilakukan antara PI-10-90A dan Numbu, PI-150-20A dan Numbu setra PI-150-20A dan Kawali telah menghasilkan sejumlah galur sorgum F5 hasil seleksi pedigree. Galur-galur yang dihasilkan perlu diseleksi untuk mendapatkan informasi tentang potensi hasilnya.



2



Tujuan Penelitian bertujuan untuk memperoleh informasi keragaan karakter agronomis galur-galur F5 sorgum hasil persilangan dan mengidentifikasi galur yang memiliki potensi hasil lebih baik dari tetuanya. Hipotesis 1. Terdapat keragaman antar galur-galur F5 hasil persilangan 2. Terdapat galur-galur yang potensinya lebih baik dari pembanding



TINJAUAN PUSTAKA Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Sorgum berasal dari Afrika Tenggara, tepatnya daerah Ethiopia, Sudan dan Afrika Timur. Sogum pertama kali didomestikasi di Ethiopia kemudiaan di distribusikan ke India melalui timur tengah 3000 tahun yang lalu. Sorgum sampai ke daratan cina bersamaan dengan dimulainya perdagangan sutra. Sorgum diintroduksi ke Amerika sebagai guinea corn dari afrika barat melalu jalur perdagangan budak pada pertengahan abad sembilan belas (Acquaah, 2007). Sorgum adalah tanaman tahunan yang biasa dibudidayakan sebagai tanaman setahun. Sorgum merupakan tanaman menyerbuk sendiri dari famili Poaceae. Batang sorgum padat dan manis, jumlah ruas pada masing-masing tanaman 7-16 ruas. Akar sorgum berupa akar serabut. Perakaran sorgum yang aktif dalam menyerap air dan hara adalah pada kedalaman 30 cm - 40 cm. Akar sorgum dapat mengeluarkan eksudat berupa zat allelopati yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman lain dan gulma. Daun sorgum berbentuk lanset lebar dan panjang, jumlah daun pada masing-masing individu tanaman 7-24 daun. Panicles atau yang biasa disebut heads, memiliki panjang 8 cm - 40 cm dan dapat berupa malai terbuka ataupun malai yang kompak. Panicle memiliki sessile spikelet dan pedicillate spikelet. Masing-masing sessile spikelet terdiri atas lemma dan palea (Joshi, 2015). Budidaya Sorgum Kegiatan budidaya sorgum dimulai dari persiapan lahan sampai pasca panen. Menurut Shroyer et al.(1998), sebuah lahan yang ideal adalah lahan yang mampu mengontrol pertumbuhan gulma, menjaga kelembaban, mengontrol angin dan erosi air, serta sesuai dengan syarat tumbuh tanaman yang akan dibudidayakan. Penanaman sorgum dilakukan dengan mempertimbangkan jarak tanam, populasi tanaman, waktu perkecambahan serta kedalaman benih saat penanaman. Penanaman sorgum yang ideal ditananam dengan jarak tanam 30 inci, jarak tanam ini menghasilkan jumlah produksi hasil sorgum yang lebih konsisten dibanding jarak tanam yang lebih renggang atau lebih rapat. Pengaturan populasi tanaman



3



sangat tergantung pada curah hujan dan kondisi pertumbuhan tanaman. Perkecambahan benih sorgum paling cepat terjadi pada kondisi tanah yang bersuhu 70 derajat Fahrenheit. Kedalaman benih saat penanaman tergantung pada tipe dan kondisi kelembaban tanah. Benih ditanam dengan kedalaman 1 inci pada tanah berat, sedangkan pada tanah berpasir benih ditanam pada kedalaman 2 inci (Shroyer et al.,1998). Pengolahan tanah akan dapat mengontrol perkecambahan benih gulma dan mengurangi jumlah benih gulma yang ada di lahan. Pengendalian gulma pada lahan yang tidak diolah terlebih dahulu dilakukan dengan mengunakan herbisida (Regehr, 1998). Aplikasi pupuk dan kapur dilakuakan berdasarkan hasil analisis tanah dan informasi sejarah penggunaan lahan (Whitney, 1998). Tanaman sorgum membutuhkan air 0,3 inci per hari, dan puncak konsumsi air paling tinggi adalah saat tanaman sorgum mulai masuk pada fase inisiasi pembungaan (Rogers dan Alam, 1998). Penyakit yang sering menyerang tanaman sorgum adalah antraknosa, bacterial leaf spot, leaf blight karena Helminthosporium, charcoal root, head blight karena Fusarium, target spot karena Bipolaris sorghicola, zonate leaf spot karena Gloeocercospora sorghi, sorghum ergot karena Claviceps africanae, dan honeydew karena Claviceps africanae (Cartwright et al., 1914). Pelaksanaan kegiatan panen yang baik menggunakan mesin dapat menekan kehilangan hasil sorgum sampai 5%. Terdapat lima penyebab kehilangan hasil saat panen menggunakan mesin, yaitu 1.) kehilangan hasil sebelum panen karena gangguan burung; 2.) kehilangan hasil karena malai yang rontok atau malai tidak terpanen; 3.) kehilangan hasil saat perontokan biji; 4.) biji sorgum menempel pada sabit mesin panen; 5.) kehilangan hasil saat pengangkutan (Taylor, 1998). Biji sorgum harus disimpan pada suhu dan kelembaban yang sesuai. Kehilangan hasil akan sangat tinggi bila biji sorgum tidak langsung dikeringkan setelah dipanen. Terdapat dua metode pengeringan, yaitu pengeringan suhu rendah dan pengeringan suhu tinggi, untuk menurunkan kadar air biji sorgum sehingga biji sorgum mencapai kondisi aman simpan. Pengeringan biji sorgum dengan metode suhu tinggi adalah mengeringkan biji sorgum pada suatu bak yang dialiri udara panas dengan suhu 120 - 140 derajat Fahrenheit untuk tujuan konsumsi, sedangkan untuk tujuan produksi benih sorgum menggunakan suhu 110 derajat Fahrenheit (Harner III, 1998). Pemuliaan Sorgum Pemuliaan tanaman adalah kegiatan membuat perubahan pada tanaman ke arah yang lebih menguntungkan dan dapat diturunkan pada generasi selanjutnya. Pemuliaan tanaman pada sorgum dilakukan pertama kali oleh J.C. Stephens dan J.R. Quinby yang melibatkan 1.500 jenis aksesi sorgum dari daerah tropis di dunia. Sekarang terdapat kurang lebih 25.000 aksesi sorgum yang dikoreksi oleh ICRISAT di India (Acquaah, 2007). Sorgum adalah tanaman menyerbuk sendiri, sehingga terdapat tiga jenis varietas yang dihasilkan dari pemuliaan tanaman sorgum yaitu varietas bersari bebas, komposit hibrida, dan klon (Acquaah, 2007). Prosedur pemuliaan tanaman sorgum meliputi introduksi, seleksi dan hibridisasi. Introduksi dilakukan untuk meningkatkan keragaman. Seleksi



4



dilakukan untuk memilih genotipe-genotipe unggul. Terdapat beberapa metode seleksi yaitu seleksi massa, seleksi galur murni, silsilah (pedigree), seleksi bulk, turunan biji tunggal (single seed descent), dan silang balik (backcross) (Syukur et al., 2012).



METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Mei 2018 di Kebun Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB Biogen), Cimanggu, Bogor, sedangkan analisis data dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, IPB Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Bahan dan Alat Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitiaan ini adalah galur sorgum F5 hasil persilangan PI-10-90A dan Numbu, PI-150-20A dan Numbu, PI-15020A dan Kawali serta 5 varietas pembanding (Numbu, Kawali, Pahat, Samurai 1dan Samurai 2) deskripsi varietas dapat dilihat pada Lampiran 1 hingga Lampiran 5. Bahan pupuk yang digunakan meliputi Urea, KCL dan SP-36 dengan dosis masing-masing 150 kg ha-1, 100 kg ha-1 dan 100 kg ha-1. Pengendalian hama penyakit dilakukan dengan mengaplikasikan Karbofuran, Deltamethrin dan Agrimycin sesuai keadaan tanaman. Alat-alat yang digunakan diantaranya adalah traktor, alat pertanian sederhana (cangkul, kored, tugal, arit, garu), timbangan, tali, kantung plastik, SPAD meter, jangka sorong, meteran dan alat tulis. Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan adalah Augmented Design. Perlakuan yang diberikan terdiri atas 30 galur sorgum F5 hasil persilangan PI-10-90A dan Numbu (populasi A), PI-150-20A dan Numbu (populasi B), PI-150-20A dan Kawali (populasi C) serta 5 varietas pembanding (Numbu, Kawali, Pahat, Samurai 1dan Samurai 2) diulang sebanyak 3 kali ulangan sehingga terdapat 45 satuan percobaan. Prosedur Percobaan Persiapan Lahan dan Penanaman Pengolahan lahan dilakukan pada 1 bulan sebelum tanam dengan menggunakan aplikasi kapur pertanian pada lahan dengan dosis 1 ton ha-1. Penanaman dilakukan dengan jarak tanam 70 cm x 15 cm dimana penanaman benih sebanyak 4 butir/lubang. Penutupan dilakukan dengan terlebih dahulu memberikan aplikasi pestisida Karbofuran sebanyak 5 butir/lubang. Penjarangan dilakukan pada 2 minggu setelah tanam (MST) dengan menyisakan satu tanaman utama.



5



Pemeliharaan Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk Urea, KCl dan SP-36 dengan dosis masing-masing 150 kg ha-1, 100 kg ha-1 dan 100 kg ha-1. Pupuk urea yang diaplikasikan sebanyak 1/3 bagian pada saat tanam dan 2/3 bagian pada 4 MST. Penyiangan gulma dan pembumbunan dilakukan pada saat tanaman berumur 4 MST secara manual menggunakan alat pertanian sederhana. Aplikasi pestisida Deltametrin dilakukan seminggu sekali dengan konsentrasi 1 ml L-1. Aplikasi pestisida Agrimycin dilakukan pada saat tanaman berumur 5 MST dengan konsentrasi 2 ml L-1. Aplikasi Karbofuran di bagian pucuk daun diaplikasikan pada 7-8 MST untuk mengendalikan hama tanaman yang menyerang daun. Pengamatan Percobaan Pengamatan dilakukan pada setiap galur yang terdiri dari 8 tanaman contoh. Karakter yang akan diamati yaitu A. Agronomi, Komponen Hasil, dan Hasil 1. Daya tumbuh tanaman yang diamati pada saat tanaman berumur 7 hari setelah tanam (HST); 2. Tinggi tanaman yang diukur dari permukaan tanah sampai ujung malai pada saat panen; 3. Jumlah daun pada saat vegetatif maksimum dan saat panen yang dihitung mulai dari atas buku kedua; 4. Diameter batang yang diukur 10 cm dari permukaan tanah pada saat vegetatif maksimum; 5. Luas daun bendera dihitung dengan menggunakan rumus p x l x k, konstanta daun sorgum yaitu 0,731 (Susilo, 2015); 6. Umur berbunga (50% tanaman dalam baris telah berbunga) dan umur panen (50% tanaman dalam baris telah siap panen yang ditandai dengan menepungnya biji sorgum); 7. Panjang malai diukur dari leher malai sampai ujung malai; 8. Bobot malai, ditimbang malai yang dipanen dan sudah dijemur selama kurang lebih 3 hari; 9. Bobot brangkasan malai, ditimbang setelah bijinya dirontokkan; 10. Bobot biji permalai merupakan selisih antara bobot malai dan bobot brangkasan malai; 11. Bobot 100 biji. B. Stay Green 1. Karakter kehijauan daun diamati menggunakan alat SPAD meter; 2. Persentase daun hijau saat panen, perhitungan jumlah daun dimulai dari atas buku kedua. Untuk daun yang sudah menguning penilaian kehijauan berdasarkan skor yaitu 0-1 dimana nilai berdasarkan pada % luas daun yang menguning. Analisis data Analisis data hasil pengamatan di lapang meliputi :



6



1. Perhitungan nilai tengah masing-masing karakter Perhitungan nilai tengah dilakukan untuk mengetahui keragaan masingmasing karakter serta perbaikan nilai tengah galur dengan kedua tetua pembanding. Data nilai tengah yang memiliki KK>20% maka diuji kenormalan datanya dengan uji normalitas menggunakan aplikasi minitab. 2. Adjustment data Adjusment data dilakukan untuk memperoleh nilai tengah yang telah terkoreksi oleh adanya faktor lingkungan tumbuh yang berbeda antar galur yang diuji. Adjusment means dihitung dengan menggunakan rumus (Sharma, 2006):



Keterangan: = nilai tengah hasil adjusment = nilai tengah awal = efek pengelompokan 3. Uji ANOVA dan uji BNT Data yang diperoleh dianalisis untuk mengetahui pengaruh dari perlakuan dengan melakukan uji F pada taraf nyata α = 5% dengan aplikasi SAS. Apabila perlakuan berpengaruh nyata terhadap perubah yang diamati maka dilakukan uji lanjut dengan uji BNT. 4. Heritabilitas, Koefisien Keragaman Genetik dan Koefisien Keragaman Fenotipe Heritabilitas digunakan untuk melihat besarnya pengaruh keragaman genetik terhadap keragaman fenotipe dalam populasi. Diperlukan ragam lingkungan , ragam fenotipe dan ragam genetik untuk menduga heritabilitas suatu populasi. Ketiga ragam di atas dapat dihitung menggunakan rumus :



Ve Vg Vp



= ragam lingkungan = ragam genetik = ragam fenotipe



Setelah ketiga ragam diatas diperoleh, maka nilai heritabilitas dapat dihitung berdasarkan rumus :



Keterangan : = heritabilitas arti luas Vg = ragam genetik Vp = ragam fenotipe Kriteria heritabilitas terbagi menjadi tiga yaitu heritabilitas tinggi ( ≤ 0,5) dan heritabilitas rendah ( 0,5),



7







KKG = ̅



x 100%



Keterangan : = ragam genetik ̅ = rataan galur F3 Koefisien keragaman genetik digunakan untuk melihat seberapa besar keragaman genetik dalam suatu populasi. Berdasarkan luas dan sempitnya koefisien keragaman dibagi menjadi 3 yaitu: sempit (0-10%),sedang (10-20%) dan luas (>20%). 5. Uji korelasi Uji korelasi dilakukan untuk mengtahui hubungan antar peubah yang diamati dengan mengunakan aplikasi minitab.



HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Mei 2018 di Kebun Percobaan Cikeumeuh, BB Biogen, Cimanggu, Bogor. Data dari BMKG Bogor menunjukkan, suhu rata-rata bulanan untuk wilayah Cimanggu pada bulan Februari hingga Mei 2018 sebesar 26.08⁰C. Rata-rata curah hujan bulanan untuk wilayah Cimanggu pada bulan Februari hingga Mei 2018 sebesar 338 mm per bulan. Menurut FAO (2001), kondisi ini kurang sesuai untuk pertumbuhan tanaman sorgum sehingga dilakukan penyiraman. Tanaman sorgum dapat berproduksi dengan baik pada kondisi curah hujan bulanan berkisar antara 350488 mm. Data cuaca daerah tempat penelitian dapat dilihat pada Lampiran 7. Benih sorgum mulai berkecambah pada umur 5 hari setelah tanam (HST). Beberapa galur sorgum (B-169-7-1, B-043-6-9 dan B-371-5-6) yang memiliki daya tumbuh rendah disulam pada saat tanaman berumur 7 HST. Kondisi tanaman pada fase vegetatif awal (tanaman berumur 1-3 MST) menunjukkan pertumbuhan yang lambat. Pertumbuhan tanaman mulai membaik saat tanaman berumur 4 MST setelah dilakukan pemupukan kedua. Pada umur 4 MST tanaman memasuki fase cepat. Fase generatif ditandai dengan menggembungnya batang didekat daun bendera akibat terbentuknya primordial bunga sorgum. Fase generatif maksimum ditandai dengan selesainya masa anthesis bunga yang dilanjutkan dengan pengisian biji terlihat pada Gambar 1. Ketika memasuki fase pengisian biji dilakukan penyungkupan untuk mengurangi kehilangan hasil akibat hama burung. Beberapa galur-galur sorgum generasi F5 menunjukan pertumbuhan yang baik. Galur A-266-19-5, A-075-5-9, C-375-17-1, C-083-18-3, C-248-16-5, B-06415-12, A-094-4-12, B-043-6-9, C-119-1-11, C-257-16-1, B-371-5-6, N/UP-151-3, N/UP-Merah, N/UP-121-3, N/UP -39-10, C-267-18-18 menunjukkan performa pertumbuhan yang baik sehingga memiliki karakter agronomi, hasil dan komponen hasil serta karakter stay green yang unggul.



8



Gambar 1. Pertumbuhan tanaman sorgum, a.) fase vegetatif awal, b.) tanaman berumur 4 MST setelah pemupukan kedua, c.) fase generatif awal, d.) fase generatif maksimum. Pertumbuhan beberapa galur sorgum dipengaruhi oleh penyakit bacterial leaf blight yang disebabkan oleh Acidovorax avenae subsp. avenae pada saat tanaman sorgum berumur 5 MST terlihat pada Gambar 2. Galur yang terserang penyakit ini menunjukkan gejala daun berubah warna menjadi kuning seperti terbakar. Penyakit ini dikendalikan dengan penyemprotan pestisida berbahan aktif agrimycin dengan dosis 1 ml L-1. Hama kutu daun (Aphis gossypii) menyerang tanaman sorgum pada saat tanaman sorgum mendekati masa panen yaitu umur 12 MST. Hama ini dikendalikan dengan melakukan sanitasi pada daun yang terserang dan dilakukan penyemprotan pestisida berbahan aktif imidakloprid dengan dosis 300 g L-1.



Gambar 2. Tanaman sorgum terinfeksi penyakit bacterial leaf blight (a), dan tanaman sorgum terserang kutu daun (b).



9



Keragaan Karakter Agronomi Galur-Galur Sorgum Generasi F5 Hasil rekapitulasi sidik ragam pada Tabel 1 menunjukkan bahwa genotipe berpengaruh nyata terhadap karakter tinggi tanaman, luas daun bendera, panjang malai, diameter malai, bobot malai, bobot brangkasan malai, bobot biji per malai, bobot 100 biji dan kehijauan daun. Semua data yang diperoleh menyebar secara normal. Tabel 1. Rekapitulasi sidik ragam keragaan karakter agronomi galur-galur sorgum Karakter



Kuadrat Tengah Galur



Uji F Galur



Daya tumbuh Tinggi tanaman Jumlah daun Diameter batang Luas daun bendera Umur berbunga Umur panen Panjang malai Diameter malai Bobot malai Bobot brangkasan malai Bobot biji per malai Rasio biji per malai dan brangkasan malai Bobot 100 biji Kehijauan daun Persentase daun hijau saat panen



90.98 2452.96 1.68 2.77 4074.02 180.33 9.64 19.93 44.00 413.30 12.24 317.61 0.10 0.28 30.14 180.33



1.50 tn 15.54** 2.08 tn 1.27 tn 4.87* 2.60 tn 2.29 tn 3.18* 5.31** 4.91* 10.04** 4.09* 1.41 tn 9.75** 7.82** 2.60 tn



Koefisien Keragaman (%) 11.77 8.23 12.34 11.64 17.07 6.99 2.86 17.85 8.25 20.06 14.88 23.00 15.53 8.52 5.85 18.51



Keterangan: **=berbeda sangat nyata pada taraf α=1%, *=berbeda nyata pada taraf α=5%, tn=tidak berbeda nyata. Karakter yang memiliki nilai koefisien keragaman genetik paling rendah yaitu karakter umur panen. Gomez dan Gomez (1995) menyatakan bahwa nilai koefisien keragaman menunjukkan tingkat ketepatan perlakuan yang diperbandingkan dan merupakan indeks yang baik dari keadaan percobaan. Semakin tinggi nilai koefisien keragaman maka keandalan percobaan semakin rendah. Daya tumbuh Persentase daya tumbuh galur-galur sorgum generasi F5 hasil persilangan serta pembanding yang diuji menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata dengan varietas Numbu, Kawali, Samurai 1, Samurai 2 dan Pahat. Persentase daya tumbuh benih sorgum dilapangan berkisar antara 60-100%. Hal ini menunjukkan bahwa benih galur-galur sorgum generasi F5 yang digunakan memiliki viabilitas yang cukup seragam.



10



Tinggi tanaman Tinggi tanaman galur-galur sorgum generasi F5 berkisar antara 171.37314,45 cm. Galur B-167-9-1, C-375-17-1, B-064-15-12 dan B-043-6-9 memiliki tinggi yang relatif sedang berdasarkan kategori tinggi tanaman oleh Elagovan et al. (2013), yaitu berkisar antara 171.37–175.55 cm meskipun hasil uji lanjut tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap varietas Numbu, Kawali, Samurai 1, Samurai 2 dan Pahat tercantum pada Tabel 2. Tinggi tanaman sorgum yang dikehendaki untuk seleksi berkisar antara 100-140 cm supaya memudahkan proses panen (Talanca dan Andayani, 2013). Jumlah daun Jumlah daun galur-galur sorgum generasi F5 berkisar antara 8-12 helai. Hasil ini tidak menunjukkan perbedaan jumlah daun yang nyata terhadap varietas Numbu, Kawali, Samurai 1, Samurai 2 dan Pahat. Galur A-075-5-9, C-375-17-1, C-083-18-3, A-125-1-6, C-119-1-11, C-257-16-1, B-371-5-6 dan C-267-18-18 memiliki jumlah daun yang berkisar antara 11-12 helai tercantum pada Tabel 2. Menurut House (1985) tanaman sorgum yang beradaptasi baik dengan lingkungannya memiliki jumlah daun antara 6-12 helai. Tanaman sorgum yang mempunyai jumlah daun banyak berpotensi menghasilkan biji dengan produktivitas tinggi karena mempunyai organ fotosintesis yang banyak. Diameter batang Diameter batang galur-galur sorgum generasi F5 berkisar antara 15.8622.00 mm. Hasil ini tidak menunjukkan perbedaan diameter batang yang nyata terhadap diameter batang varietas Numbu, Kawali, Samurai 1, Samurai 2 dan Pahat. House (1985) mengemukakan bahwa diameter pangkal batang sorgum berkisar antara 0.5-5.0 cm. Galur C-375-17-1, C-083-18-3, B-371-5-6 dan C-26718-18 memiliki batang yang relatif sedang berkisar antara 20.21-22.00 mm tercantum pada Tabel 2. Okiyo et al.(2010) mengemukakan bahwa diameter batang yang kecil cenderung menyebabkan tanaman mudah rebah. Luas daun Luas daun bendera galur A-266-19-15, C-375-17-1, C-248-16-5, A-094-412, B-043-6-9, N/UP-151-3, N/UP-Merah, N/UP-121-3 dan N/UP-39-10 nyata memiliki luas daun bendera yang lebih besar dibandingkan luas daun bendera varietas Numbu, Kawali, Samurai 1, Samurai 2 dan Pahat dengan kisaran luas daun bendera antara 170.51-336.29 cm2 tercantum pada Tabel 3. Nelson dan Larson (1988) melaporkan bahwa semakin luas area daun maka semakin banyak jumlah kloroplas pada daun. Umur berbunga Umur berbunga galur-galur sorgum generasi F5 berkisar antara 65-79 HST. Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa umur berbunga galur-galur generasi F5 yang diuji tidak berbeda nyata dengan umur berbunga varietas Numbu, Kawali, Samurai 1, Samurai 2 dan Pahat. Terdapat galur sorgum yang memiliki umur berbunga berkisar antara 65-66 HST yaitu galur A-266-19-15, B-139-17-14, B064-15-12, B-043-6-9, B-263-7-8, N/UP-151-3, N/UP-Merah, N/UP-121-3 dan N/UP-39-10 tercantum pada Tabel 3.



11



Tabel 2. Nilai tengah karakter daya tumbuh, tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang galur F5 hasil persilangan dan varietas pembanding Nama Galur



DB (%)



A-266-19-5 A-125-19-11 B-167-9-1 A-075-5-9 C-375-17-1 B-144-9-5 C-083-18-3 A-324-2-15 C-248-16-5 B-139-17-14 B-064-15-12 A-349-5-13 A-094-4-12 A-125-1-6 B-169-7-1 B-043-6-9 B-263-7-8 C-351-6-6 C-119-1-11 C-257-16-1 B-371-5-6 N/UP-32-8 N/UP-151-3 B-132-19-5 N/UP-MERAH N/UP-121-3 N/UP-39-10 A-284-17-16 B-182-5-12 C-267-18-18 Numbu Kawali Samurai 1 Samurai 2 Pahat



100.00 100.00 95.00 100.00 100.00 85.00 100.00 100.00 100.00 100.00 95.00 100.00 100.00 80.00 75.00 60.00 90.00 95.00 100.00 100.00 75.00 85.00 95.00 90.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 96.67 98.33 93.33 96.67 90.00



Tinggi Tanaman (cm) 243.07 bcde 309.37 abcde 173.81 e 246.18 bcde 172.36 e 211.40 bde 256.25 bcde 242.05 bcde 233.35 bcde 222.93 bcde 171.37 e 188.35 e 202.46 bde 303.03 abcde 236.92 bcde 175.55 e 181.28 e 207.82 bde 314.45 abcde 198.28 bde 207.50 bcde 225.25 bcde 193.50 bde 207.93 bcde 211.25 bcde 184.62 bde 220.37 bcde 287.62 abcde 197.87 bde 235.31 bcde 241.85 184.88 208.42 182.45 117.67



Jumlah Daun (helai) 9.13 10.38 10.63 11.50 11.50 9.38 11.13 10.63 10.88 10.75 9.75 10.13 11.00 11.88 10.25 10.25 9.13 8.88 12.38 11.50 12.50 10.00 9.88 10.25 9.50 9.63 10.13 9.63 10.25 12.13 10.38 11.00 9.42 8.67 8.00



Diameter Batang (mm) 17.51 19.23 18.24 18.99 22.00 17.34 20.25 17.30 16.99 17.08 16.99 18.84 19.39 19.67 16.05 19.92 16.96 17.01 19.52 18.89 20.70 16.08 17.44 15.86 16.85 17.31 17.29 16.66 16.47 20.21 17.98 19.24 17.38 15.94 16.39



Keterangan: Angka yang diikuti huruf a=berbeda nyata dengan Numbu, b= berbeda nyata dengan Kawali, c= berbeda nyata dengan Samurai 1, d= berbeda nyata dengan Samurai 2, e= berbeda nyata dengan Pahat berdasarkan uji BNT.



12



Tabel 3. Nilai tengah karakter luas daun bendera, umur berbunga, dan umur panen galur F5 hasil persilangan dan varietas pembanding Nama Galur A-266-19-5 A-125-19-11 B-167-9-1 A-075-5-9 C-375-17-1 B-144-9-5 C-083-18-3 A-324-2-15 C-248-16-5 B-139-17-14 B-064-15-12 A-349-5-13 A-094-4-12 A-125-1-6 B-169-7-1 B-043-6-9 B-263-7-8 C-351-6-6 C-119-1-11 C-257-16-1 B-371-5-6 N/UP-32-8 N/UP-151-3 B-132-19-5 N/UP-MERAH N/UP-121-3 N/UP-39-10 A-284-17-16 B-182-5-12 C-267-18-18 Numbu Kawali Samurai 1 Samurai 2 Pahat



Luas Daun Bendera (cm2) 308.52 abcde 247.61 de 248.29 de 269.64 cde 336.29 abcde 279.97 acde 234.04 de 170.51 de 309.61 abcde 258.48 cde 238.43 de 243.08 de 308.91 abcde 214.53 de 194.62 de 309.68 abcde 261.08 cde 233.53 de 184.53 de 238.60 de 236.11 cde 244.27 cde 273.98 abcde 212.38 de 261.07 abcde 275.55 abcde 314.87 abcde 175.26 de 193.75 de 163.40 de 251.79 260.39 225.35 130.68 119.14



Umur Berbunga (HST) 66.00 70.00 71.00 79.00 71.00 68.00 79.00 71.00 67.00 66.00 66.00 77.00 72.00 72.00 70.00 66.00 66.00 71.00 75.00 67.00 70.00 70.00 65.00 68.00 66.00 65.00 66.00 68.00 77.00 77.00 71.33 73.33 74.33 76.67 79.00



Umur Panen (HST) 96.00 103.00 103.00 106.00 103.00 99.00 106.00 103.00 99.00 99.00 99.00 106.00 103.00 103.00 103.00 99.00 99.00 103.00 103.00 99.00 103.00 103.00 99.00 103.00 99.00 99.00 99.00 103.00 106.00 103.00 103.00 103.67 106.00 105.00 106.00



Keterangan: Angka yang diikuti huruf a=berbeda nyata dengan Numbu, b= berbeda nyata dengan Kawali, c= berbeda nyata dengan Samurai 1, d= berbeda nyata dengan Samurai 2, e= berbeda nyata dengan Pahat berdasarkan uji BNT.



13



Umur panen Umur panen galur-galur sorgum generasi F5 berkisar antara 96-106 HST tercantum pada Tabel 3. Hasil uji lanjut untuk karakter umur panen menunjukkan bahwa umur panen galur-galur sorgum generasi F5 yang diuji tidak berbeda nyata terhadap varietas Numbu, Kawali, Samurai 1, Samurai 2 dan Pahat. Singgih dan Muslimah (2002) mengkategorikan sorgum berdasarkan umur panen menjadi tiga kategori yaitu sorgum berumur genjah (umur panen kurang dari 80 hari), sorgum berumur sedang (umur panen 80-100 hari) dan umur sorgum berumur dalam (umur panen lebih dari 100 hari). Galur A-266-19-5, B-144-9-5, C-248-16-5, B139-17-14, B-064-15-12, B-043-6-9, B-263-7-8, N/UP-151-3, N/UP-Merah, N/UP-121-3 dan N/UP-39-10 tergolong sorgum berumur sedang karena umur panen galur-galur tersebut berkisar antara 96-99 HST. Keragaan Hasil dan Komponen Hasil Galur-Galur Sorgum Generasi F5 Keragaan malai galur-galur sorgum generasi F5 terlihat pada Gambar 3. Nilai tengah karakter panjang malai, diameter malai dan bobot malai tercantum dalam Tabel 4. Karakter bobot brangkasan malai, bobot biji per malai, bobot 100 biji tercantum dalam Tabel 5. Informasi mengenai keragaan karakter karakter hasil dan komponen hasil ini perlu diketahui sebagai dasar pemilihan galur untuk seleksi.



Gambar 3. Keragaan malai galur-galur sorgum generasi F5 (a). Panjang malai Panjang malai galur-galur sorgum generasi F5 berkisar antara 15.23-24.00 cm. Galur A-075-5-9, C-083-18-3, A-349-5-13, C-257-16-1, B-371-5-6 dan A284-17-16 secara nyata memiliki panjang malai yang lebih panjang dibandingkan varietas Numbu, namun tidak berbeda nyata dengan varietas Kawali, Samurai 1, Samurai 2 dan Pahat tercantum pada Tabel 4. Dicko et al.(2006) mengemukakan bahwa panjang malai sorgum berkisar antara 4-50 cm. Diameter malai Diameter malai galur-galur sorgum generasi F5 berkisar antara 42,55-58,47 mm. Galur A-075-5-9, C-375-17-1, A-349-5-13, A-094-4-12, C-119-1-11, C-25716-1, B-371-5-6, B-182-5-12 dan C-267-18-18 secara nyata memiliki diameter malai yang lebih besar dari varietas Numbu, Kawali, Samurai 1, Samurai 2 dan



14



Pahat. Kisaran diameter malai kesembilan galur tersebut adalah 49.66-58.47 mm tercantum pada Tabel 4. Galur A-075-5-9 memiliki diameter malai paling besar yaitu 58.47 mm. Bobot malai Bobot malai galur-galur sorgum generasi F5 berkisar antara 50.98-101.03 g. Galur C-375-17-1, A-094-4-12 dan B-371-5-6 secara nyata memiliki bobot malai yang lebih berat dibandingkan bobot malai varietas Numbu, Kawali, Samurai 1, Samurai 2 dan Pahat. Kisaran bobot malai keempat galur tersebut yaitu 88.48101.03 g tercantum pada Tabel 4. Galur C-375-17-1 memiliki bobot malai paling berat yaitu 101.03 g. Bobot brangkasan malai Galur A-125-1-6 dan C-119-1-11 memiliki bobot brangkasan malai yang nyata lebih berat dibandingkan bobot brangkasn malai varietas Numbu, Kawali, Samurai 1, Samurai 2 dan Pahat. Bobot brangkasan malai galur A-125-1-6 yaitu 14.41 g sedangkan galur C-119-1-11 bobot brangkasan malainya yaitu 18.48 g tercantum pada Tabel 4. Bobot biji per malai Galur C-375-17-1, A-094-4-12, B-371-5-6, N/UP-39-10 dan C-267-18-18 memiliki bobot biji per malai yang secara nyata lebih berat dibandingkan bobot biji permalai varietas Numbu, Kawali, Samurai 1, Samurai 2 dan Pahat tercantum pada Tabel 4. Bobot biji per malai galur-galur tersebut berkisar antara 59.69-87.18 g. Galur C-375-17-1 merupakan galur yang memiliki bobot biji per malai paling berat yaitu 87.18 g. Rasio bobot biji per malai dan bobot brangkasan malai Rasio bobot biji per malai terhadap brangkasan malai galur-galur sorgum generasi F5 berkisar antara 3,23-8,91. Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa nilai rasio bobot biji per malai terhadap brangkasan malai galur-galur sorgum generasi F5 tidak berbeda nyata dengan nilai rasio bobot biji per malai terhadap brangkasan malai varietas Numbu, Kawali, Samurai 1, Samurai 2 dan Pahat tercantum pada Tabel 5. Galur C-375-17-1, B-144-9-5, C-248-16-5, A-094-4-12, B-371-5-6, B-132-19-5, N/UP-Merah, N/UP-39-10, B-182-5-12, dan C-267-18-18 memiliki nilai rasio bobot biji per malai terhadap brangkasan malai berkisar antara 6,16-8,91. Hal ini menunjukkan bahwa galur-galur tersebut memiliki bobot biji permalai yang tinggi namun memiliki bobot brangkasan yang rendah. Bobot 100 biji Galur N/UP-32-8 dan N/UP-39-10 secara nyata memiliki bobot 100 biji lebih berat dibanding bobot 100 biji varietas Numbu, Kawali, Samurai 1, Samurai 2 dan Pahat. Bobot 100 biji galur N/UP-32-8 yaitu 3.63 g, sedangkan bobot 100 biji galur N/UP-39-10 yaitu 3.55 g tercantum pada Tabel 4. Dicko et al.(2006) mengkasifikasikan biji sorgum kedalam tiga golongan yaitu biji berukuran kecil (8-10 mg), sedang (12-24 mg) dan besar (25-35 mg).



15



Tabel 4. Nilai tengah karakter panjang malai, diameter, dan bobot malai galur F5 hasil persilangan dan varietas pembanding Nama Galur A-266-19-5 A-125-19-11 B-167-9-1 A-075-5-9 C-375-17-1 B-144-9-5 C-083-18-3 A-324-2-15 C-248-16-5 B-139-17-14 B-064-15-12 A-349-5-13 A-094-4-12 A-125-1-6 B-169-7-1 B-043-6-9 B-263-7-8 C-351-6-6 C-119-1-11 C-257-16-1 B-371-5-6 N/UP-32-8 N/UP-151-3 B-132-19-5 N/UP-MERAH N/UP-121-3 N/UP-39-10 A-284-17-16 B-182-5-12 C-267-18-18 Numbu Kawali Samurai 1 Samurai 2 Pahat



Panjang Malai (cm) 19.78 16.94 18.24 23.56 a 19.61 18.25 22.62 a 15.23 20.06 17.65 19.54 22.50 a 19.44 18.41 19.93 16.88 17.19 15.73 18.75 21.63 a 23.18 a 14.88 17.35 17.33 17.31 20.16 16.06 24.00 a 19.73 19.83 19.28 25.55 28.23 24.80 27.25



Diameter Malai (mm) 51.23 de 50.25 de 47.22 de 58.47 abcde 55.29 abcde 51.70 de 53.19 cde 51.43 de 49.39 de 51.59 de 50.40 cde 57.17 abcde 55.94 abcde 50.37 cde 46.67 de 51.16 cde 46.62 de 48.14 de 55.88 abcde 52.18 abcde 54.01 abcde 48.11 cde 48.32 cde 45.53 de 42.55 de 46.84 de 48.11 cde 47.77 cde 49.89 abcde 49.66 abcde 50.27 50.20 48.11 37.99 32.99



Bobot Malai (g) 71.16 cde 65.59 cde 55.97 cde 77.06 cde 101.03 abcde 62.46 cde 72.18 cde 67.27 cde 80.60 cde 72.27 cde 67.47 cde 61.00 cde 89.82 abcde 64.33 cde 72.62 cde 69.63 cde 49.60 cde 48.42 cde 78.23 cde 77.30 cde 88.48 abcde 55.95 cde 58.50 cde 65.60 cde 50.98 cde 59.32 cde 67.51 acde 58.16 cde 54.37 cde 67.67 acde 72.72 74.51 39.06 33.97 24.50



Keterangan: Angka yang diikuti huruf a=berbeda nyata dengan Numbu, b= berbeda nyata dengan Kawali, c= berbeda nyata dengan Samurai 1, d= berbeda nyata dengan Samurai 2, e= berbeda nyata dengan Pahat berdasarkan uji BNT.



16



Tabel 5. Nilai tengah karakter bobot brangkasan malai, bobot biji per malai, rasio bobot biji dan brangkasan malai serta bobot 100 biji galur F5 hasil persilangan dan varietas pembanding Bobot Bobot Biji Per Rasio Biji dan Bobot 100 Brangkasan Malai (g) Brangkasan Malai Biji (g) Malai (g) A-266-19-5 14.38 acde 56.77 cde 3.95 3.11 bcde A-125-19-11 10.02 cde 55.56 cde 5.54 2.82 bcde B-167-9-1 10.76 cde 45.21 de 4.20 1.81 A-075-5-9 15.21 acde 61.84 cde 4.06 2.31 C-375-17-1 13.85 acde 87.18 abcde 6.30 2.99 bcde B-144-9-5 7.07 55.39 cde 7.83 2.87 bcde C-083-18-3 13.14 acde 59.04 cde 4.49 2.56 cd A-324-2-15 11.69 cde 55.58 cde 4.75 2.80 bcde C-248-16-5 9.00 cde 71.59 cde 7.95 2.85 bcde B-139-17-14 10.56 cde 61.71 cde 5.84 2.62 cd B-064-15-12 10.88 cde 56.59 cde 5.20 2.7 cde A-349-5-13 13.06 acde 47.93 cde 3.67 2.39 A-094-4-12 12.34 acde 77.48 abcde 6.28 2.59 cd A-125-1-6 14.41 abcde 49.92 cde 3.46 2.86 bcde B-169-7-1 12.23 acde 60.39 cde 4.94 3.28 bcde B-043-6-9 12.35 acde 57.28 cde 4.64 3.10 bcde B-263-7-8 8.454 cde 41.14 cde 4.87 2.91 bcde C-351-6-6 9.00 cde 39.42 cde 4.38 2.09 C-119-1-11 18.48 abcde 59.74 cde 3.23 2.96 bcde C-257-16-1 12.67 acde 64.62 cde 5.10 3.07 bcde B-371-5-6 8.93 cde 79.55 abcde 8.91 3.17 bcde N/UP-32-8 9.62 cde 46.32 cde 4.81 3.63 abcde N/UP-151-3 11.01 acde 47.48 cde 4.31 2.77 bcde B-132-19-5 9.15 cde 56.44 bcde 6.16 3.04 bcde N/UP-MERAH 6.82 cde 44.15 cde 6.47 3.33 bcde N/UP-121-3 11.09 acde 48.22 cde 4.35 2.99 bcde N/UP-39-10 7.57 cde 59.94 abcde 7.92 3.55 abcde A-284-17-16 8.87 cde 49.28 cde 5.55 3.44 bcde B-182-5-12 6.80 cde 47.57 cde 6.99 2.70 bcde C-267-18-18 7.98 cde 59.69 abcde 7.48 2.95 bcde Numbu 10.85 61.87 5.91 3.61 Kawali 13.85 60.66 4.32 2.58 Samurai 1 5.76 33.31 5.64 2.13 Samurai 2 5.15 28.82 5.40 2.25 Pahat 5.77 18.37 3.26 2.46 Keterangan: Angka yang diikuti huruf a=berbeda nyata dengan Numbu, b= berbeda nyata dengan Kawali, c= berbeda nyata dengan Samurai 1, d= berbeda nyata dengan Samurai 2, e= berbeda nyata dengan Pahat berdasarkan uji BNT. Nama Galur



17



Keragaan Karakter Stay Green Galur-Galur Sorgum Generasi F5 Tabel 6. Nilai tengah karakter kehijauan daun dan persentase daun hijau saat panen galur F5 hasil persilangan dan varietas pembanding Nama Galur



Kehijauan Daun (CCI)



Persentase Daun Hijau (%)



A-266-19-5 47.58 cde 51.84 A-125-19-11 44.46 de 38.27 B-167-9-1 46.72 cde 40.04 A-075-5-9 41.40 de 70.63 C-375-17-1 55.73 abcde 79.36 B-144-9-5 51.27 cde 77.21 C-083-18-3 45.76 cde 67.62 A-324-2-15 48.22 cde 79.62 C-248-16-5 54.06 abcde 75.52 B-139-17-14 51.10 cde 62.47 B-064-15-12 52.52 cde 63.69 A-349-5-13 45.13 de 32.14 A-094-4-12 50.20 cde 89.28 A-125-1-6 44.53 de 84.50 B-169-7-1 47.63 cde 76.37 B-043-6-9 45.51 de 72.33 B-263-7-8 44.82 de 73.57 C-351-6-6 46.02 de 75.83 C-119-1-11 48.18 cde 89.64 C-257-16-1 53.56 cde 67.91 B-371-5-6 47.06 cde 48.41 N/UP-32-8 49.38 abcde 45.27 N/UP-151-3 48.65 acde 41.57 B-132-19-5 46.02 cde 54.02 N/UP-MERAH 48.43 acde 69.47 N/UP-121-3 50.46 abcde 51.49 N/UP-39-10 48.98 acde 66.98 A-284-17-16 48.30 acde 54.54 B-182-5-12 46.90 cde 51.42 C-267-18-18 48.65 acde 74.91 Numbu 50.55 60.53 Kawali 51.58 62.24 Samurai 1 43.08 62.35 Samurai 2 38.00 63.05 Pahat 38.18 64.89 Keterangan: Angka yang diikuti huruf a=berbeda nyata dengan Numbu, b= berbeda nyata dengan Kawali, c= berbeda nyata dengan Samurai 1, d= berbeda nyata dengan Samurai 2, e= berbeda nyata dengan Pahat berdasarkan uji BNT.



18



Galur-galur sorgum yang memiliki karakter stay green, yaitu dapat mempertahankan kehijauan daun sampai waktu panen sehingga hijauannya dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak sangat penting untuk pengembangan pertanian terpadu di Indonesia Kehijauan daun Kehijauan daun galur C-375-17-1, C-248-16-5, N/UP-32-8 dan N/UP-121-3 berkisar antara 49.38-55.73 CCI. Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa keempat galur tersebut secara nyata memiliki Kehijauan Daun yang lebih banyak dibandingkan Kehijauan Daun varietas Numbu, Kawali, Samurai 1, Samurai 2 dan Pahat tercantum pada Tabel 6 . Rostyini et al.(2003) mengemukakan bahwa galur-galur yang memiliki Kehijauan Daun lebih banyak serta mampu mempertahankan keberadaan klorofil dalam periode waktu yang lebih lama akan menghasilkan fotosintat yang banyak. Persentase daun hijau saat panen Persentase daun hijau saat panen galur-galur sorgum generasi F5 berkisar antara 32.14-89.64%. Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa persentase daun hijau saat panen galur-galur sorgum generasi F5 tidak berbeda nyata dengan persentase daun hijau varietas Numbu, Kawali, Samurai 1, Samurai 2 dan Pahat. Galur C375-17-1, A-324-2-15, A-094-4-12, A-125-1-6 dan C-119-1-11 memiliki persentase daun hijau saat panen yang cukup tinggi yaitu berkisar antara 79.3689.64% tercantum pada Tabel 6. Menurut Kassahun et al.(2010) gen stay green menunda daun menjadi kering, membantu proses pengisian biji, mengurangi rebah dan berasosiasi dengan produksi biomassa. Komponen Ragam, Heritabilitas dan Koefisien Keragaman Genetik Keragaan karakter galur-galur sorgum generasi F5 di lapangan dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Informasi mengenai ragam genetik, ragam lingkungan dan ragam fenotip dapat digunakan untuk menghitung nilai heritabilitas. Nilai heritabilitas dapat digunakan untuk mengetahui faktor genetik atau faktor lingkungan yang lebih mempengaruhi keragaan karakter galur-galur sorgum generasi F5. Faktor genetik diharapkan memiliki peranan yang lebih besar dalam mengendalikan keragaan karakter masing-masing galur. Heritabilitas arti luas (h2bs) adalah rasio nilai ragam genetik terhadap nilai ragam fenotip untuk suatu karakter tertentu (Syukur et al., 2012). Alnopri (2004) mengkategorikan nilai heritabilitas menjadi tiga kategori, yaitu heritabilitas tinggi (h2bs ≥ 0.5), heritabilitas sedang (0.2 > h2bs < 0.5) dan heritabilitas rendah (h2bs ≤ 0.2). Informasi mengenai komponen ragam, heritabilitas dan koefisien keragaman genetik (KKG) tercantum pada Tabel 7. Karakter jumlah daun, luas daun bendera, umur berbunga, umur panen, panjang malai, diameter malai, bobot malai, bobot brangkasan malai, bobot biji per malai, bobot 100 biji, Kehijauan Daun dan persentase daun hijau saat panen memiliki nilai heritabilitas arti luas yang tinggi. Nilai heritabilitas arti luas keduabelas karakter tersebut berkisar antara 51.9-90.04%. Syukur et al.(2012) menyatakan bahwa generasi F5 hasil seleksi dengan metode pedigree memiliki keragaman didalam barisan yang kecil karena tanamannya lebih homozigot,



19



sedangkan keragaman antar famili tetap tinggi. Seleksi antar famili menjadi lebih efisien karena dapat diketahui barisan yang lebih seragam. Tabel 7. Nilai komponen ragam , heritabilitas arti luas dan koefisien keragaman genetik Karakter



Ve



Vg



Vp



h2bs (%)



KKG (%)



Daya tumbuh 49.25 24.40 73.65 33.13 S 5.24 Tinggi tanaman 1022.39 963.33 1985.72 48.51 S 14.75 Jumlah daun 0.65 0.71 1.36 51.99 T 8.28 Diameter batang 1.76 0.48 2.24 21.51 S 3.89 Luas daun bendera 677.45 2620.55 3298.00 79.45 T 22.14 Umur berbunga 56.18 89.80 145.98 61.51 T 14.88 Umur panen 3.41 4.39 7.81 56.27 T 2.04 Panjang malai 5.07 11.07 16.13 68.59 T 15.81 Diameter malai 6.71 28.91 35.62 81.16 T 11.13 Bobot malai 68.19 266.38 334.57 79.61 T 26.56 Bobot brangkasan malai 0.99 8.92 9.91 90.03 T 29.75 Bobot biji per malai 62.92 194.20 257.11 75.53 T 27.11 Rasio biji dan brangkasan malai 0.06 0.02 0.08 29.05 S 6.35 Bobot 100 biji 0.02 0.21 0.23 89.73 T 16.25 Kehijauan daun 3.12 21.28 24.40 87.21 T 9.83 Persentase daun hijau saat panen 56.18 89.80 145.98 61.51 T 14.88 Keterangan: Ve = ragam lingkungan, Vg = ragam genetik, Vp = ragam fenotip, h2bs = heritabilitas arti luas, KKG = koefisien keragaman genetik, S = sedang, T = tinggi.



Koefisien keragaman genetik (KKG) menggambarkan seberapa luas suatu karakter memiliki keragaman genetik. Koefisien keragaman genetik dikategorikan menjadi tiga ketegori, yaitu sempit (0-10%), sedang (10-20%) dan luas (>20%) (Alnopri, 2004). Karakter luas daun bendera, bobot malai, bobot brangkasan malai dan bobot biji per malai memiliki nilai koefisien keragaman genetik yang luas. Nilai KKG keempat karakter tersebut berkisar antara 22.14-29.75%. Nilai KKG yang luas menentukan keberhasilan seleksi terhadap karakter yang diinginkan. Korelasi antar Karakter Galur-Galur Sorgum Generasi F5 Analisis korelasi antar karakter menunjukkan keeratan hubungan antar karakter yang diamati. Informasi hasil analisis korelasi antar karakter dapat digunakan untuk perbaikan karakter yang diinginkan dalam program pemuliaan tanaman. Gomez dan Gomez (1995) menyatakan bahwa keeratan hubungan antar karakter ditunjukkan oleh nilai korelasi yang berada antar -1 hingga +1. Nilai korelasi yang semakin mendekati satu maka hubungan antar karakter yang diuji semakin erat. Nilai korelasi antar karakter galur-galur sorgum generasi F5 tertera pada Tabel 8.



DT



0.13tn



TT



0.43**



0.00tn



JD



0.72**



0.17tn



-0.04tn



DBA



0.31tn



0.13tn



-0.08tn



-0.00tn



LDB



-0.52**



0.24tn



0.17tn



0.04tn



0.17tn



UB



0.86**



-0.48**



0.19tn



0.19tn



0.06tn



0.08tn



UP



-0.43**



-0.53**



0.54**



0.20tn



0.36*



0.03tn



0.20tn



JKD



0.15tn



-0.04tn



0.07tn



0.00tn



0.20tn



0.24tn



0.16tn



-0.08tn



PDH



-0.09tn



-0.35*



0.49**



0.53**



-0.33*



0.09tn



-0.06tn



-0.21tn



0.10tn



PM



-0.16tn



0.12tn



0.43**



0.06tn



0.04tn



0.48**



0.48**



0.68**



0.38*



0.10tn



DM



0.77**



-0.20tn



0.26tn



0.66**



-0.12tn



-0.17tn



0.54**



0.64**



0.76**



0.29tn



0.03tn



BM



0.64**



0.68**



-0.11tn



0.20tn



0.27tn



0.02tn



0.04tn



0.28tn



0.54**



0.57**



0.38*



0.04tn



BBM



0.50**



0.98**



0.72**



-0.20tn



0.25tn



0.68**



-0.15tn



-0.20tn



0.55**



0.60**



0.73**



0.24tn



0.02tn



BPM



0.34*



0.03tn



0.31tn



0.02tn



-0.35*



0.05tn



0.41*



-0.40*



-0.47**



0.18tn



-0.05tn



0.13tn



0.30tn



-0.19tn



B100B



Keterangan: DT=daya tumbuh, TT=tinggi tanaman, JD=jumlah daun, DBA=diameter batang, LDB=luas daun bendera, UB=umur berbunga, UP=umur panen, JKD=kehijauan daun, PDH=persentase daun hijau saat panen, PM=panjang malai, DM=diameter malai, BM=bobot malai, BBM=bobot brangkasan malai, BPM=bobot biji per malai, B100B=bobot 100 biji.



BBM BPM



BM



DM



PM



PDH



JKD



UP



UB



LDB



DBA



JD



TT



DT



Karakter



Tabel 8. Korelasi antar karakter pengamatan



20



21



Karakter tinggi tanaman berpengaruh positif dan sangat nyata terhadap jumlah daun. Semakin tinggi tanaman maka semakin banyak jumlah daun. Hasil ini sejalan dengan penelitian Insan (2016) dimana tinggi tanaman berkorelasi positif dan nyata terhadap jumlah daun. Karakter tinggi tanaman berpengaruh positif dan nyata terhadap diameter malai dan bobot brangkasan malai. Hasil ini menunjukkan bahwa peningkatan nilai tinggi tanaman akan diikuti dengan peningkatan nilai diameter malai dan bobot brangkasan malai. Karakter jumlah daun berpengaruh positif dan nyata terhadap kehijauan daun. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah daun pada tanaman sorgum maka jumlah klorofil pada tanaman sorgum tersebut juga semakin banyak sehingga kehijauan daun semakin tinggi. Hal ini terjadi karena daun merupakan organ yang paling banyak mengandung kloroplas. Karakter jumlah daun berpengaruh positif dan sangat nyata terhadap diameter batang dan bobot biji per malai. Peningkatan jumlah daun akan menyebabkan peningkatan diameter batang dan bobot biji per malai. House (1985) menyatakan bahwa tanaman sorgum yang mempunyai jumlah daun banyak berpotensi menghasilkan biji dengan produktivitas tinggi karena mempunyai organ fotosintesis yang banyak. Karakter diameter batang berpengaruh positif dan sangat nyata terhadap diameter malai, bobot malai, bobot brangkasan malai dan bobot biji per malai. Peningkatan diameter batang akan menyebabkan peningkatan diameter malai, bobot malai, bobot brangkasan malai dan bobot biji per malai. Goldsworthy dan Fisher (1992) menyatakan bahwa diameter tanaman yang besar menunjukkan akumulasi hasil fotosintesis yang besar sebagai cadangan makanan dalam pembentukan biji. Karakter luas daun bendera berpengaruh negatif dan sangat nyata terhadap umur berbunga dan umur panen. Hal ini berarti semakin luas daun bendera maka semakin genjah umur berbunga dan umur panen tanaman. Karakter luas daun bendera dapat digunakan dalam perakitan varietas berumur genjah. Karakter luas daun bendera berpengaruh positif dan sangat nyata terhadap kehijauan daun, diameter malai, bobot malai dan bobot biji per malai. Jennings et al.(1979) menyatakan bahwa daun bendera berperan penting dalam menghasilkan fotosintat yang langsung didistribusikan ke malai. Karakter umur berbunga berpengaruh positif dan sangat nyata terhadap umur panen. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin genjah umur berbunga maka semakin genjah umur panen tanaman sorgum. Karakter panjang malai berpengaruh negatif dan nyata terhadap bobot 100 biji. Peningkatan panjang malai sorgum diikuti penurunan bobot 100 biji. Hal ini dikarenakan ketika panjang malai sorgum meningkat maka jumlah biji yang dihasilkan akan meningkat sehingga terjadi persaingan distribusi fotosintat. Persaingan distribusi fotosintat yang kuat meyababkan pembentukan biji tidak maksimal sehingga biji yang dihasilkan berukuran kecil. Karakter diameter malai berpengaruh positif dan sangat nyata terhadap bobot malai, bobot brangkasan malai, dan bobot biji per malai. Peningkatan diameter malai akan diikuti dengan peningkatan bobot malai, bobot brangkasan malai, dan bobot biji per malai. Karakter bobot malai berpengaruh positif dan sangat nyata terhadap bobot brangkasan malai dan bobot biji per malai. Peningkatan bobot malai disebabkan peningkatan bobot brangkasan malai dan bobot biji per malai. Nilai korelasi karakter bobot malai dan bobot biji per malai



22



adalah 0,98**. Hal ini menunjukkan keeratan hubungan yang tinggi antara kedua karakter tersebut sehingga karakter bobot malai dapat digunakan sebagai penganti karakter bobot biji per malai dalam menghitung produksi berdasarkan komponen hasil. Karakter bobot brangkasan malai berpengaruh positif dan sangat nyata terhadap bobot biji per malai. Karakter bobot biji permalai berpengaruh positif dan sangat nyata terhadap bobot 100 biji. Peningkatan bobot biji per malai diikuti peningkatan bobot 100 biji.



KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa galur A-266-19-5, A-075-5-9, C-37517-1, C-083-18-3, C-248-16-5, B-064-15-12, A-094-4-12, B-043-6-9, C-119-111, C-257-16-1, B-371-5-6, N/UP-151-3, N/UP-Merah, N/UP-121-3, N/UP -3910, C-267-18-18 berpotensi untuk dikembangkan menjadi varietas karena memiliki keragaan karakter agronomi, hasil dan komponen hasil serta karakter stay green yang unggul. Karakter luas daun bendera, bobot malai, bobot brangkasan malai dan bobot biji per malai dapat dijadikan sebagai karakter seleksi karena memiliki nilai heritabilitas arti luas yang tinggi dan koefisien keragaman genetik yang luas. Saran Pengamatan karakter sudut daun perlu dilakukan untuk mengetahui efisiensi fotosintesis tanaman.



DAFTAR PUSTAKA Acquaah, G. 2017. Principles of Plant Genetics and Breeding. Blackwell Scientific, Victoria, AU. Alnopri. 2004. Variabilitas genetik dan heritabilitas sifat-sifat pertumbuhan bibit tujuh genotipe kopi robusta-arabika. JIPI. 6(2):91-96. Arsyad, D.M. 2004. Pembentukan varietas kedelai adaptif lahan kering masam. Bul. Palawija.(7): 10-17. [BMKG] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika.2018. Data iklim harian Bulan Februari-Mei 2018 wilayah Bogor, BMKG Bogor. Carthwright, R.D. et al.1914. Grain Sorghum Production Handbook. Espinoza L. dan Kelley J (Eds.). Cooperative Extension Service University of Arkansas, Arkansas. Dicko, M.H., H. Gruppen, A.S Traore, A.G.J Voragen, W.J.H Van Berkel. 2006. Sorghum grain as hoeman food in Africa, relevance of content of starch and amylase activities. African Journal.of Biotechnology.5(5): 384-395.



23



Elangovan, M., P.K. Babu, D.C.S. Reddy, U. Saxena, G.V. Reddy, V.A. Tonapi.2013.Genetic and environmental variability in sorghum (Sorghum bicolor (L.) Moench) germplasm collected from Rajasthan and Madhya Pradesh. Indian Journal of Plant Genetic Resources.26(1):19-24. [FAO] Food Agricultural Organanization. 2001. Data set: Crop Water Management-Maize. Land and Water Development Division. http://www.fao.org [ 6 Mei 2018]. Goldworthy, P.R., N.M. Fisher. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Tohari (penerjemah.). UGM Pr, Yogyakarta, ID. Terjemahan dari The Physiology of Tropical Field Crops. Gomez, K.A., A.A. Gomez. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. UI Pr, Jakarta, ID. Harner III, J.P.1998. Grain Sorghum Production Handbook. Kansas State University, Kansas, USA. Herman, S., M. Aqil.2013. Pengembangan produksi sorgum di Indonesia. Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian. House, L.R. 1985. A Guide to Sorghum Breeding . International Crops Research Institut for Semi-Arid Tropics (ICRISAT), Patancheru, IN. Insan, R.R.2016. Pendugaan parameter genetik dan seleksi populasi sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) hasil penggaluran dengan metode single seed descent. Tesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.Bogor. Jennings, P.R., W.R. Coffman, H.E. Kauffman. 1979. Rice Improvement. Interational Rice Research Institute. Los banos, PH. Joshi, M.2015. Textbook of field Crops. PHI Learning Private Limited, Delhi, IN. Kassahun, B., F.R. Bidinger, C.T. Hash, M.S. Kuruvinashetti.2010. Stay-green expression in early generation sorghum [Sorghum bicolor (L.) Moench] QTL introgression lines. Euphytica(172):351-362. Nelson, C.J., K.L. Larson . 1988. Seedling growth. In M.B. Tesar (Eds.). Physiological Basis of Crop Growth and Development. American Society of Agronomy Crop Science Society of America Madison, Wisconsin, USA. Okiyo, T.S., O. Gudu, Kiplagat, J. Owouche. 2010. Combining drought and alumunium toxicity tolerance to improve sorghum productivity. African Crop Science Journal. 18(4): 147-154. Rogers, D.H., M. Alam.1998. Grain Sorghum Production Handbook. Kansas State University, Kansas, USA. Rostyini, N., A. Baihaki, R. Setiamihardja, G. Suryatmana. 2003. Korelasi kandungan klorofil dan beberapa karakter daun dengan hasil pada tanaman kedelai. Zuriat 14 (2): 47-52. Sharma, J.R.1988.Statistical and Biometrical Techniques in Plant Breeding.New Age International Publishers, New Delhi, IN. Singgih, S., H. Muslimah. 2002. Evaluasi daya hasil galur sorgum. Risalah Penelitian Jagung dan Serealia Lain, Balai Penelitian Tanaman Jagung dan Serealia Lain. Maros, Sulawesi Selatan. Sirappa, M.P.2003. Prospek pengembangan sorgum di Indonesia sebagai alternatif komoditas untuk pangan, pakan dan industri. Jurnal Litbang Pertanian.22(4).



24



Sopandie, D., Trikoesoemaningtyas, D. Wirnas. 2015. Pengembangan sorgum toleran defisiensi fosfor di lahan kering bertanah masam: Fisiologi, Genetika Molekuler dan Pemuliaan. Penelitian Hibah Pascasarjana (Dikti). Susilo, D.E.H.2015. Identifikasi nilai konstanta bentuk daun untuk pengukuran luas daun metode panjang kali lebar pada tanaman hortikultura di tanah gambut.Anterior Jurnal.14(2):139-146. Syukur, M., S. Sujiprihati, R. Yunianti.2012. Teknik Pemuliaan Tanaman. Kanisius, Yogyakarta, ID. Talanca, A.H., N.N Andayani.2013. Perkembangan perakitan varietas sorgum di Indonesia. Dalam:Sumarno, D.S. Darmadjati, M. Syam, Hermanto (Eds). Sorgum Inovasi Teknologi dan Pengembangan. IAARD Press, Jakarta, ID. Taylor, R.K.1998. Grain Sorghum Production Handbook. Kansas State University, Kansas, USA. Trikoesoemaningtyas, D. Wirnas, D. Sopandie. 2015. Development of sorghum hybrid variety for high yielding potential. Penelitian Kerjasama Luar Negeri (Research Collaboration and Scientific Publication). IPB-Kansas State University. Wahyono, T., D.A Astuti, K.G Wiryawan, I. Sugoro.2014. Pengujian ransum kerbau berbahan baku sorgum sebagai sumber serat secara in vitro dan in sacco. Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi.2(10). Whitney, D.1998. Grain Sorghum Production Handbook. Kansas State University, Kansas, USA. Wirnas, D., Trikoesoemaningtyas, D. Sopandie. 2017. Pemanfaatan segregant trangresif untuk percepatan perakitan varietas inbrida sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench). Penelitian Strategis Aplikasi. Direktorat Jendral Penguatan Riset dan Pengembangan Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.



LAMPIRAN



27



Lampiran 1. Deskripsi varietas Numbu Nomor silsilah Asal Umur berbunga Umur panen Tipe tanaman Bentuk daun Panjang daun Lebar daun Panjang malai Jumlah daun/batang Tinggi tanaman Tipe malai Sifat sekam Bobot biji/malai Bobot 100 butir Sifat biji Hasil rata-rata Potensi hasil Kadar protein Kadar fosfor Kadar lemak Kadar karbohidrat Rasa Ketahanan hama Ketahanan penyakit Keterangan Tahun dilepas



:: India : 69 hari : 100-105 hari : Tidak beranak : Pita ::: 22-23 cm : 14 helai : 187 cm : Berbentuk elip, tegak, kompak, warna krem : Warna coklat muda menutup sepertiga bagian biji :: 3.6-3.7 g : Mudah rontok, bentuk bulat lonjong : 3.11 t ha-1 :: 9.12% :: 3.94% : 84.58% :: Tahan Aphis : Tahan karat : Dapat ditanam di lahan sawah dan tegalan : 2001



28



Lampiran 2. Deskripsi varietas Kawali Nomor silsilah Asal Umur berbunga Umur panen Tipe tanaman Bentuk daun Panjang daun Lebar daun Panjang malai Jumlah daun/batang Tinggi tanaman Tipe malai Sifat sekam Bobot biji/malai Bobot 100 butir Sifat biji Hasil rata-rata Potensi hasil Kadar protein Kadar fosfor Kadar lemak Kadar karbohidrat Rasa Ketahanan hama Ketahanan penyakit Keterangan Tahun dilepas



:: India : 70 hari : 100-110 hari : Tidak beranak : Pita ::: 28-29 cm : 13 helai : 135 cm : Berbentuk elip, kompak, warna krem : Menutup sepertiga bagian biji :: 3.0 g : Mudah rontok, bentuk bulat : 2.96 t ha-1 : 4.0-5.0 t ha-1 : 8.81% :: 1.97% : 87.87% :: Agak tahan Aphis : Tahan karat dan bercak daun : Dapat ditanam di lahan sawah dan tegalan : 2001



29



Lampiran 3. Deskripsi varietas Samurai 1 Nomor silsilah Asal Umur berbunga Umur panen Tipe tanaman Bentuk daun Panjang daun Lebar daun Panjang malai Jumlah daun/batang Tinggi tanaman Tipe malai Sifat sekam Bobot biji/malai Bobot 100 butir Sifat biji Hasil rata-rata Potensi hasil Kadar protein Kadar fosfor Kadar lemak Kadar karbohidrat Rasa Ketahanan hama Ketahanan penyakit Keterangan Tahun dilepas



:: Galur ZH-30 diradiasi gamma dosis 300 Gy : 61 hari : 111 hari :: Pita dan semi tegak ::: 32.7 cm : 11 helai : 187.7 cm : Berbentuk elips, semi kompak, warna putih kapur : Menutup setengah bagian biji dan berbulu halus :: 2.94 g : Permukaan biji mengkilat, mudah rontok : 6.1 t ha-1 : 7.5 t ha-1 : 11.8% :: 4.2% : 87.2% ::: Tahan busuk pelepah dan agak tahan karat daun : Dapat ditanam di lahan sawah dan tegalan : 2014



30



Lampiran 4. Deskripsi varietas Samurai 2 Nomor silsilah Asal Umur berbunga Umur panen Tipe tanaman Bentuk daun Panjang daun Lebar daun Panjang malai Jumlah daun/batang Tinggi tanaman Tipe malai Sifat sekam Bobot biji/malai Bobot 100 butir Sifat biji Hasil rata-rata Potensi hasil Kadar protein Kadar fosfor Kadar lemak Kadar karbohidrat Rasa Ketahanan hama Ketahanan penyakit Keterangan Tahun dilepas



:: Galur ZH-30 diradiasi gamma dosis 300 Gy : 63 hari : 113 hari :: Pita dan terkulai ::: 33.9 cm : 12 helai : 198.7 cm : Berbentuk elips, semi kompak, warna putih kapur : Menutup setengah bagian biji dan tidak berbulu :: 2.74 g : Permukaan biji agak kasar, mudah rontok : 6.4 t ha-1 : 8.5 t ha-1 : 12.4% :: 2.7% : 56.4% ::: Tahan karat daun dan busuk pelepah : Dapat ditanam di lahan sawah dan tegalan : 2014



31



Lampiran 5. Deskripsi varietas Pahat Nomor silsilah Asal Umur berbunga Umur panen Tipe tanaman Bentuk daun Panjang daun Lebar daun Panjang malai Jumlah daun/batang Tinggi tanaman Tipe malai Sifat sekam Bobot biji/malai Bobot 100 butir Sifat biji Hasil rata-rata Potensi hasil Kadar protein Kadar fosfor Kadar lemak Kadar karbohidrat Rasa Ketahanan hama Ketahanan penyakit Keterangan Tahun dilepas



:: Galur ZH-30 diradiasi gamma dosis 300 Gy : 59 hari : 89 hari :: Agak lebar memanjang ::: 33.9 cm : 10 helai : 147.2 cm : Berbentuk elips, semi kompak, warna bening : Menutup sepertiga bagian biji :: 2.8 g : Mudah rontok dan mudah disosoh : 5.8 t ha-1 : 7.4 t ha-1 : 12.8% :: 2.4% : 72.9% ::: Tahan karat daun dan rentan hama burung : Cocok ditanam dimusim kering : 2014



A-266-19-5 A-125-19-11 B-167-9-1 Numbu A-075-5-9 Pahat C-375-17-1 Samurai 1 Kawali B-144-9-5 C-083-18-3 Samurai 2 A-324-2-15 C-248-16-5 B-139-17-14



2



3



4



5



6



7



8



9



10



11



12



13



14



15



Ulangan 1



1



BARIS



Baris



Lampiran 6. Layout lahan penelitian



C-257-16-1



Numbu



C-119-1-11



C-351-6-6



Kawali



B-263-7-8



B-043-6-9



B-169-7-1



A-125-1-6



Samurai 1



A-094-4-12



Samurai 2



A-349-5-13



Pahat



B-064-15-12



Ulangan 2



Numbu



C-267-18-18



B-182-5-12



A-284-17-16



N/UP-39-10



Samurai 1



Kawali



Samurai 2



N/UP-121-3



N/UP-MERAH



B-132-19-5



N/UP-151-3



N/UP-32-8



B-371-5-6



Pahat



Ulangan 3



32



33



Lampiran 7. Data cuaca di Bogor selama penelitian berlangsung DATA IKLIM Lokasi Lintang Bujur Elevasi



: STASIUN KLIMATOLOGI BOGOR : 06° 31' LS : 106° 44' BT : 207 m



Curah Hujan (mm)



Suhu (⁰C)



Kelembaban (%)



Februari



383



25.41



85.93



Maret



194



26.04



82.65



April



539.5



26.28



84.38



26.61



81.93



Bulan



Mei 236 Sumber: BMKG Bogor Jawa Barat



34



RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Purworejo, Jawa Tengah pada tanggal 9 Oktober 1996 sebagai anak pertama dari Bapak Sutanto danIbu Esti Susilowati. Penulis lulus dari SMA N 7 Purworejo pada tahun 2014 kemudian melanjutkan studi pada program studi Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor IPB pada tahun 2014 sampai 2018 Kegiatan yang dilakukan selama menjadi mahasiswa adalah mengikuti kegiatan kepanitiaan, dan menjadi pengurus HIMAGRON pada tahun 2016 sampai 2017. Penulis merupakan anggota dari Keluarga Mahasiswa Purworejo dan penerima beasiswa Bidikmisi periode tahun 2014 – 2018.