SPO CODE BLUE New Dan EWSS [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Ridia
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

EARLY WARNING DAN CODE BLUE SYSTEM No. Dokumen No. Revisi Halaman 1/4 Disusun oleh Diperiksa Oleh Tim Code Blue Rumah Sakit Wakil Direktur Pelayanan dan Pendidikan Tanggal terbit Standar Prosedur Operasional (SPO)



Ditetapkan Direktur,



(………………………………………….) PENGERTIAN



TUJUAN







Early Warning System (EWS): merupakan suatu strategi di mana petugas mampu mengidentifikasi keadaan pasien memburuk secara dini dan bila perlu mencari bantuan staf yang kompeten untuk memastikan bahwa tindakan resusitasi dilakukan secara efektif.







Early Warning Scoring System: merupakan strategi untuk memonitor penurunan kondisi pasien di rumah sakit dengan menilai parameter klinis pasien, menilai skor dan melakukan intervensi dan terapi sesuai dengan skor EWS. Sistem skoring ini tidak bisa menggantikan sepenuhnya pemeriksaan klinis pasien secara lengkap, pemeriksaan secara lengkap tetap diperlukan untuk dapat menilai pasien secara komprehensif.







Code Blue: Suatu kode yang merespon cepat kejadian henti jantung/napas di rumah sakit dengan aktivasi tim bantuan hidup lanjut kurang dari 5 menit







Tim Medis Emergensi (TME): merupakan tim dengan kemampuan bantuan hidup lanjut, terdiri dari dokter dan perawat yang bertugas merespon terhadap panggilan pasien kritis dengan skor tertentu EWS, dengan peralatan terstandar, untuk dapat melakukan resusitasi dengan efektif dan mencegah kejadian henti jantung (respon tim maksimal 10 menit)







Tim Sekunder (henti jantung): merupakan tim dengan kemampuan bantuan hidup lanjut, terdiri dari dokter dan perawat dengan peralatan yang terstandar, bertugas di area yang telah ditentukan untuk merespon terhadap panggilan pasien henti jantung/henti napas (respon tim maksimal 5 menit)







Petugas Primer: merupakan petugas baik medis maupun non medis terlatih bantuan hidup dasar yang pertama kali menjumpai kegawatan termasuk henti jantung. Tugas utama adalah melakukan bantuan hidup dasar dan segera mengaktifkan sistem emergensi rumah sakit.







Aktivasi Emergensi: Sistem ini termasuk aktivasi sistem kegawatdaruratan termasuk henti jantung di rumah sakit dengan 1 nomor telepon aktivasi emergensi ( no telepon 666) yang langsung terhubung dengan tim medis dengan kemampuan bantuan hidup lanjut. Pelayanan resusitasi ini berlangsung selama 24 jam dalam 1 minggu.



1. Mengenali kegawatan dan mencegah kejadian henti jantung di rumah sakit 2. Menjamin resusitasi yang optimal pada pasien dengan kegawatan



3. Menjamin tindakan bantuan hidup dasar dan lanjut dilakukan secara cepat dan efektif pada korban henti jantung 4. Perawatan paska resusitasi yang optimal.



KEBIJAKAN 



RUANG LINGKUP



















STANDARISASI EARLY WARNING DAN CODE BLUE SYSTEM



Ruang lingkup kegiatan adalah area perawatan maupun non perawatan rumah sakit. Dalam hal ini tidak termasuk area perawatan pasien kritis (IGD/ICU/ICCU/PICU/NICU/HCU), yang telah memenuhi standarstandar pelayanan pasien kritis termasuk SDM, Sarana dan sistem nya. Mengingat karakteristik fisiologis masing-masing, maka EWS RSUP dr Sardjito dibagi menjadi kategori: EWS Dewasa, EWS Anak dan EWS untuk pasien obstetrik. Tim Medis Emergensi: bertanggung jawab memberikan resusitasi di area perawatan maupun non perawatan terhadap pasien dengan kegawatan medis yang telah memenuhi skor EWS 7 atau lebih (dewasa) atau skor 5 atau lebih pada anak Tim Code Blue Sekunder : bertanggung jawab memberikan Bantuan Hidup Lanjut (BHL), pada pasien dengan henti napas dan henti jantung, untuk mencapai response time < 5 menit, tim code blue sekunder dibagai dalam 4 area di rumah sakit. 1. Code blue sekunder IGD : Area: IRJ Blok I, IRJ Blok II, IRJ Blok III, Radiologi, THT, GAP, Outdoor 2. Code blue sekunder IRIA Area:, Melati, Melati 2, Melati 3, Melati 4, Melati 5, Kartikta 1, Kartika 2, Cemul, Poli anak, Bedah anak, dan area lain untuk pasien pediatrik 3. Code Blue Sekunder IRI: Pav. Ayodya 1, Pav. Ayodya 2, Pav. CW 1, Pav. CW 2, Pav. CW 3, Pav. Amarta 1, Pav. Amarta 2, HD, Tulip, Luka bakar, Maternal, Permata Hati, IBS 4. Code blue sekunder IRJAN: area:Anggrek 1, Anggrek 2, Bougenvile 1, Bougenvile 2, Bougenvile 3, Bougenvile 4, Cendana 1, Cendana 2, Cendana 3, Cendana 4, Cendana 5, Dahlia 1, Dahlia 2, Dahlia 3, Dahlia 4, Dahlia 5



Standarisasi SDM (sumber daya manusia) 1. Tim Medis Emergensi (TME): merupakan tim dengan kemampuan bantuan hidup lanjut, terdiri dari dokter dan perawat yang bertugas merespon terhadap panggilan pasien kritis dengan skor tertentu EWS untuk dapat melakukan resusitasi dengan efektif dan mencegah kejadian henti jantung (respon tim maksimal 10 menit). Setiap hari koordinator membagi jadwal tugas tim Tim medis emergensi dan menuliskan di papan jaga TME. Komponen Tim:  Leader: Tim Anestesia, Tim Anak, Tim Kardiologi (Residen senior dengan kemampuan bantuan hidup lanjut, dan telah pelatihan EWS dan Code Blue System)  Perawat terlatih bantuan hidup lanjut dan telah pelatihan EWS dan Code Blue System Posisi tim



  



Tim anestesia dan 2 perawat, bersiap selama 24 jam di ruang jaga TME (Tim Medis Reaksi Cepat) Tim Kardiologi, bersiap selama 24 jam, posisi di ICCU Tim Anak, bersiap selama 24 jam, posisi di PICU



2. Tim Code Blue Sekunder (henti jantung): merupakan tim dengan kemampuan bantuan hidup lanjut, terdiri dari dokter dan perawat yang bertugas merespon terhadap panggilan pasien henti jantung/henti napas (respon tim maksimal 5 menit) 3. Setiap hari Koordinator membagi jadwal tugas tim code blue sekunder dan menuliskan di papan code blue. 4. Komponen Tim:  Leader: sebagai pemimpin tim resusitasi  Kompresor: Melakukan kompresi dada secara efektif  Ventilator: Melakukan support oksigenasi dan ventilasi  Sirkulator: Melakukan pemasangan iv line dan terapi obat saat resusitasi Standarisasi Sarana  Monitor dan defibrilator  Kit emergency yang berisi: Laringoskopi dewasa dan anak, Endotrakheal tube semua ukuran, Laryngeal Mask Airway (LMA) semua ukuran, Bag Valve mask dewasa dan anak, peralatan untuk akses intravena, cairan kristaloid dan koloid



EARLY WARNING SCORING SYSTEM



ALUR/SISTEM EARLY WARNING PASIEN DEWASA 1) Setiap pasien di bangsal perawatan harus dilakukan monitoring vital sign oleh perawat jaga dan dilakukan pemeriksaan terhadap 7 parameter fisiologis 7 parameter yaitu laju pernapasan, saturasi oksigen, penggunaan suplementasi O2, tekanan darah sisolik, temperatur, laju jantung dan kesadaran. Tentukan skoring EWS pasien. 2) Pada pasien yang stabil di bangsal (parameter hijau (skor 0)), maka monitoring dan evaluasi dilakukan secara berkala setiap 8 jam, 3) Jika skor 1- 4 (kategori kuning/resiko rendah), jika ya, maka respon selanjutnya adalah, assessment segera oleh perawat senior (response time maksimal 5 menit), eskalasi perawatan (manajemen nyeri, demam, terapi oksigen dll), jika diperlukan assessment oleh dokter jaga (residen senior) dan konsultasikan ke DPJP (dokter penanggung jawab pasien). Monitoring dan evaluasi ditingkatkan setiap 4 jam 4) Jika skor 5-6 (kategori oranye/resiko sedang) jika ya, maka respon selanjutnya adalah assessment segera oleh dokter jaga bangsal (residen senior) dengan response time maksimal 5 menit , eskalasi perawatan dan terapi, dan tingkatkan frekuensi monitoring, minimal setiap 1 jam konsultasikan ke DPJP (dokter penanggung jawab pasien). Jika diperlukan pindahkan ke area yang sesuai/area dengan fasilitas bed side monitor (HCU)). 5) Jika skor 7 atau lebih (kategori merah/resiko tinggi), maka respon selanjutnya adalah lakukan resusitasi (bebaskan jalan napas, support oksigenasi dan sirkulasi) dan monitoring secara kontinyu, ambil troli emergency termasuk defibrilator, aktivasi tim medis reaksi cepat (telepon 666), panggil dokter jaga bangsal dan konsultasikan ke dokter penanggung jawab pasien (DPJP) 6) Jika pasien mengalami henti jantung (nadi karotis tidak teraba), lakukan RJP (Resusitasi Jantung dan Paru), ambil troli emergency termasuk



defibrilator. Panggil/aktivasi henti jantung ke nomor telepon 666. Penerima telepon (tim medis emergensi/TME) akan menganalisis informasi dan mengaktifkan tim code blue sekunder terdekat untuk menuju lokasi (response time maksimal 5 menit). Tim medis reaksi cepat segera menuju lokasi kejadian henti jantung untuk melakukan resusitasi lanjutan. Keterangan: Jika terdapat gejala dan tanda lain di luar 7 parameter di atas dan petugas primer menyatakan terdapat tanda yang mengancam jiwa secara langsung, maka dapat mengaktifkan code blue kegawatan medis 666 7) Manajemen paska resusitasi, tentukan Level of care pasien (LOC), transport ke area yang sesuai  Pasien dengan LOC (0) yaitu pasien dengan kondisi stabil dilakukan perawatan di bangsal umum.   







Pasien dengan LOC (1) yaitu pasien dengan potensial penurunan kondisi tetapi masih cukup stabil dilakukan perawatan di bangsal umum dengan pengawasan khusus dari tim spesialis. Pasien dengan LOC (2) pasien yang memerlukan observasi ketat dan intervensi termasuk support untuk single organ dilakukan perawatan di HCU (High Care Unit) Pasien dengan LOC (3) yaitu pasien dengan support pernapasan lanjut atau support pernapasan dasar dengan sekurang-kurangnya support 2 organ sistem lainnya dilakukan perawatan di bangsal perawatan intensif. Pasien dengan problem stadium terminal/DNR (do not resuscitate) dilakukan perawatan lanjutan sesuai SOP pasien paliatif.



EARLY WARNING SCORING SYSTEM



ALUR/SISTEM EARLY WARNING PASIEN ANAK 1. Setiap pasien di bangsal perawatan harus dilakukan monitoring vital sign oleh perawat jaga dan dilakukan pemeriksaan terhadap 3 parameter fisiologis keadaan umum, sistem kardiovaskuler dan sistem respirasi. Tentukan skoring EWS pasien. 2. Pada pasien yang stabil di bangsal (parameter hijau (skor 0-2), maka pasien masih dalam kondisi stabil, monitoring dan evaluasi dilakukan secara berkala setiap 4 jam, jika terdapat penurunan kondisi jika perlu konsultasikan dengan dokter jaga bangsal. 3. Jika skor 3- 4 (kategori kuning/resiko rendah), jika ya, maka terdapat penurunan kondisi paisen, laporkan ke penanggung jawab tim jaga, konsultasikan ke DPJP, dan terapi/intervensi sesuai saran DPJP, lakukan monitoring dan evaluasi setiap 2 jam atau lebih. 4. Jika skor 5 atau lebih (kategori merah) jika ya, terdapat penurunan kondisi yang signifikan, konsultasikan ke DPJP (dokter penanggung jawab pasien), aktivasi code blue kegawatan medis 666. 5. Jika pasien mengalami henti jantung (nadi karotis tidak teraba), lakukan RJP (Resusitasi Jantung dan Paru), ambil troli emergency termasuk defibrilator. Panggil/aktivasi code blue henti jantung ke nomor telepon 666. Penerima telepon (tim medis emergensi/TME) akan menganalisis informasi dan mengaktifkan tim code blue sekunder terdekat untuk menuju lokasi (response time maksimal 5 menit). Tim medis reaksi cepat segera menuju lokasi kejadian henti jantung untuk melakukan resusitasi lanjutan. 6. Manajemen paska resusitasi, tentukan Level of care pasien (LOC), transport ke area yang sesuai  Pasien dengan LOC (0) yaitu pasien dengan kondisi stabil dilakukan perawatan di bangsal umum.  Pasien dengan LOC (1) yaitu pasien dengan potensial penurunan kondisi tetapi masih cukup stabil dilakukan perawatan di bangsal umum dengan pengawasan khusus dari tim spesialis.  Pasien dengan LOC (2) pasien yang memerlukan observasi ketat dan intervensi termasuk support untuk single organ dilakukan perawatan di HCU (High Care Unit)  Pasien dengan LOC (3) yaitu pasien dengan support pernapasan lanjut atau support pernapasan dasar dengan sekurang-kurangnya support 2 organ sistem lainnya dilakukan perawatan di bangsal perawatan intensif.  Pasien dengan problem stadium terminal/DNR (do not resuscitate) dilakukan perawatan lanjutan sesuai SOP paliatif.



ALUR/SISTEM EARLY WARNING PASIEN DEWASA 1. Setiap pasien di bangsal obstetri harus dilakukan monitoring vital sign oleh perawat jaga dan dilakukan pemeriksaan terhadap 7 parameter fisiologis 7 parameter yaitu laju pernapasan, Persentase oksigen yang digunakan untuk mempertahankan saturasi > 96%, penggunaan, tekanan darah sisolik dan diastolik, temperatur, laju jantung dan kesadaran. Tentukan skoring EWS pasien. 2. Pada pasien yang stabil di bangsal (parameter hijau (skor 0)), maka monitoring dan evaluasi dilakukan secara berkala setiap 8 jam, 3. Jika skor 1- 3 (kategori kuning/resiko rendah), jika ya, maka respon selanjutnya adalah, assessment segera oleh perawat senior (response time maksimal 5 menit), eskalasi perawatan (manajemen nyeri, demam, terapi oksigen dll), jika diperlukan assessment oleh dokter jaga (residen senior) dan konsultasikan ke DPJP (dokter penanggung jawab pasien). Monitoring dan evaluasi ditingkatkan setiap 4 jam 4. Jika skor 4 atau lebih (kategori oranye/resiko sedang) jika ya, maka respon selanjutnya adalah assessment segera oleh dokter jaga bangsal (residen senior) dengan response time maksimal 5 menit , eskalasi perawatan dan terapi, dan tingkatkan frekuensi monitoring, minimal setiap 1 jam konsultasikan ke DPJP (dokter penanggung jawab pasien). Jika diperlukan pindahkan ke area yang sesuai/area dengan fasilitas bed side monitor (HCU)). 5. Jika skor 6 atau lebih (kategori merah/resiko tinggi), maka respon selanjutnya adalah lakukan resusitasi (bebaskan jalan napas, support oksigenasi dan sirkulasi) dan monitoring secara kontinyu, ambil troli emergency termasuk defibrilator, aktivasi tim medis reaksi cepat (telepon 666), panggil dokter jaga bangsal dan konsultasikan ke dokter penanggung jawab pasien (DPJP) 6. Jika pasien mengalami henti jantung (nadi karotis tidak teraba), lakukan RJP (Resusitasi Jantung dan Paru), ambil troli emergency termasuk defibrilator. Panggil/aktivasi henti jantung ke nomor telepon 666. Penerima telepon (tim medis emergensi/TME) akan menganalisis informasi dan mengaktifkan tim code blue sekunder terdekat untuk menuju lokasi (response time maksimal 5 menit). Tim medis reaksi cepat segera menuju lokasi kejadian henti jantung untuk melakukan resusitasi lanjutan. Keterangan: Jika terdapat gejala dan tanda lain di luar 7 parameter di atas dan petugas primer menyatakan terdapat tanda yang mengancam jiwa secara langsung, maka dapat mengaktifkan code blue kegawatan medis 666 7. Manajemen paska resusitasi, tentukan Level of care pasien (LOC), transport ke area yang sesuai  Pasien dengan LOC (0) yaitu pasien dengan kondisi stabil dilakukan perawatan di bangsal umum.   







Pasien dengan LOC (1) yaitu pasien dengan potensial penurunan kondisi tetapi masih cukup stabil dilakukan perawatan di bangsal umum dengan pengawasan khusus dari tim spesialis. Pasien dengan LOC (2) pasien yang memerlukan observasi ketat dan intervensi termasuk support untuk single organ dilakukan perawatan di HCU (High Care Unit) Pasien dengan LOC (3) yaitu pasien dengan support pernapasan lanjut atau support pernapasan dasar dengan sekurang-kurangnya support 2 organ sistem lainnya dilakukan perawatan di bangsal perawatan intensif. Pasien dengan problem stadium terminal/DNR (do not resuscitate) dilakukan perawatan lanjutan sesuai SOP pasien paliatif.



AKTIVASI TIM MEDIS EMERGENCY (TME)



1) Petugas primer menjumpai skor EWS > 7 atau salah satu kriteria blue skor, meminta bantuan petugas lain , melakukan resusitasi dan monitoring secara kontinyu 2) Minta petugas lain untuk mengaktifkan code blue 666 (dengan kegawatan medis) dan mengambil troli emergency terdekat.



3) Telepon diterima oleh anggota Tim Medis Emergensi (TME), dilakukan analisis terhadap informasi yang masuk (Jenis kegawatan, kondisi pasien, lokasi, dan lain-lain).  Jika pasien dewasa dengan kegawatan non jantung, maka tim Anestesia dan 1 orang perawat akan menuju lokasi  Jika pasien dewasa dengan kegawatan jantung, maka tim Kardiologi dan 1 orang perawat akan menuju lokasi  Jika kegawatan pada pasien anak maka tim Anak dan 1 orang perawat akan menuju lokasi 4) Tim medis emergensi segera datang (response maksimal 10 menit) 5) Dilakukan resusitasi secara optimal oleh tim medis emergensi, konsultasikan ke konsultan tim medis reaksi cepat. 6) Paska resusitasi pasien ditentukan level perawatannya (Level of Care) dan dilakukan transport jika telah memenuhi kelayakan transport baik kondisi pasien, peralatan dan obat-obatan dan kesiapan area yang akan dituju. 7) Mengisi lembar rekam medik resusitasi code blue secara lengkap 8) Informasikan/konsultasikan ke DPJP



AKTIVASI TIM CODE BLUE SEKUNDER



Apabila terjadi kondisi henti napas dan henti jantung, maka langkah-langkah yang harus dilakukan sebagai berikut: 1) Petugas primer (yang pertama kali menjumpai kondisi henti jantung) meminta bantuan penolong lain dan melakukan RJP dengan kualitas tinggi 2) Minta penolong lain untuk mengaktifkan code blue 666 (dengan henti jantung) dan mengambil troli emergency terdekat. Laporkan korban dewasa/anak, dan lokasi. 3) Telepon diterima oleh anggota Tim Medis Emergensi (TME), dilakukan analisis terhadap informasi yang masuk (kondisi pasien, lokasi dll). 4) Anggota tim medis reaksi cepat akan melakukan aktivasi tim henti jantung (telepon sesuai lokasi/area yang yang terdekat), contoh di area/bangsal dekat dengan PICU maka panggilan/aktivasi ke tim henti



jantung PICU (736). 5) Tim Henti jantung dari PICU harus merespon dan datang ke pasien dalam waktu kurang dari 5 menit (response time maksimal 5 menit) 6) Resusitasi dilakukan secara adekuat oleh tim primer dan tim henti jantung. 7) Tim medis emergensi segera datang untuk bergabung dan menggantikan peran tim henti jantung sebagai leader tim (response maksimal 10 menit) 8) Paska resusitasi pasien ditentukan level perawatannya (Level of Care) dan dilakukan transport jika telah memenuhi kelayakan transport baik kondisi pasien, peralatan dan obat-obatan dan kesiapan area yang akan dituju. 9) Mengisi lembar rekam medik resusitasi code blue secara lengkap 10) Informasikan/konsultasikan ke DPJP 11) Tim code blue memberikan penjelasan kepada keluarga mengenai kondisi pasien dan tindakan yang akan dilakukan.