TAK Menonton Video [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI SENSORI : MENONTON VIDEO DI RUANG BELIBIS RSJD ATMA HUSADA MAHAKAM SAMARINDA



Disusun Oleh : Ahmad Nuzhen Effendi Dedy Ramadan Elsya Gita Cahyani I Wayan Sana Meriana Sari Alfiani Novia Sari Yohana Sumi



PROGRAM PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIYATA HUSADA SAMARINDA 2016



1



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi sehat emosional, psikologi dan sosial yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang efektif, konsep diri yang positif, dan kestabilan emosi. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan oleh perorangan, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan pekerjaan, lingkungan masyarakat yang didukung sarana pelayanan kesehatan jiwa dan sarana lain seperti keluarga dan lingkungan sosial. Lingkungan tersebut selain menunjang upaya kesehatan jiwa juga merupakan stressor yang dapat mempengaruhi kondisi jiwa seseorang, pada tingkat tertentu dapat menyebabkan seseorang jatuh dalam kondisi gangguan jiwa (Videbeck, 2008). Meningkatnya pasien dengan gangguan jiwa ini disebabkan banyak hal. Kondisi lingkungan sosial yang semakin keras diperkirakan menjadi salah satu penyebab meningkatnya jumlah masyarakat yang mengalami gangguan kejiwaan. Apalagi untuk individu yang rentan terhadap kondisi lingkungan dengan tingkat kemiskinan terlalu menekan. Penatalaksanaan keperawatan Pasien dengan gangguan jiwa adalah pemberian terapi modalitas yang salah satunya adalah Terapi Aktifitas Kelompok (TAK). Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat pada sekelompok Pasien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktifitas digunakan sebagai terapi, dan kelompok digunakan sebagai target asuhan (Fortinash & Worret, 2004). Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika Pasien ditemui dalam rancangan waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu fokus terapi adalah membuat sadar diri (self-awareness). Peningkatan hubungan interpersonal, membuat perubahan, atau ketiganya. Kelompok adalah suatu system social yang khas yang dapat didefinisikan dan dipelajari. Sebuah kelompok terdiri dari individu yang saling



2



berinteraksi, interelasi, interdependensi dan saling membagikan norma social yang sama (Stuart & Sundeen, 1998). B. Tujuan 1. Tujuan Umum Agar pasien dapat merespon terhadap stimulus panca indera pendengaran dan penglihatan 2. Tujuan Khusus a. Klien dapat menikmati menonton video b. Klien menceritakan makna video yang di tonton. C. Manfaat 1. Meningkatkan keterampilan ekspresi diri 2. Meningkatkan keterampilan social 3. Meningkatkan kemampuan empati 4. Meningkatkan kemampuan atau pengetahuan pemecahan masalah 5. Membangkitkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan efektif



3



BAB II PEMBAHASAN



A. Dasar Teori Halusinasi Halusinasi adalah pengalaman sensorik tanpa rangsangan eksternal terjadi pada keadaan kesadaran penuh yang menggambarkan hilangnya kemampuan menilai realitas.(Sunaryo, 2004) Halusinasi adalah penerapan tanpa adanya rangsangan apapun pada panca indra seorang klien, yang terjadi dalam keadaan sadar ataupun bangun. Dasarnya mungkin organik, fungsional, psikotik ataupun histerik. (maramis, 2005, hal 119). Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya rangsangan diluar (yosep, 2007, hal 79). Halusinasi adalah kesan atau pengalaman sensori yang salah (Stuart, 2007). Halusinasi adalah pengalaman panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) misalnya penderita mendengar suara-suara, bisikan ditelinganya padahal tidak ada sumber dari suara bisikan itu (Hawari, 2001). Dari beberapa pengertian yang dikemukan oleh para ahli mengenai halusinasi, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa halusinasi adalah persepsi sensori klien terhadap lingkungan tanpa ada stimulus yang nyata.



Jenis-jenis halusinasi Halusinasi dapat diklasifikasikan menjadi 7 macam (Stuart dan Laraia, 2001, hal 409) : 1. Halusinasi pendengaran : mendengar suara-suara atau bisikan paling sering suara orang. Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien. Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa pasien disuruh untuk melakukan sesuatu yang kadang-kadang dapat membahayakan.



4



2. Halusinasi penglihatan : stimulus visual dalam bentuk kelihatan cahaya, bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bisa menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster. 3. Halusinasi penciuman : membaui bau-bauan tertentu umumnya baubauan yang tidak menyenangkan. 4. Halusinasi pengecapan : Merasakan sesuatu yang tidak nyata seperti rasa darah, urine, feses. 5. Halusinasi perabaan : mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. 6. Halusinasi Cenesthetic : merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makanan. 7. Halusinasi Kinesthetic : merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.



TABEL 2.1 Fase-fase Halusinasi, Karakteristik dan Perilaku Klien Fase Halusinasi 1 Fase 1 : Comforting Ansietas sedang, Halusinasi menyenangkan



Karakteristik 2 Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah takut dan mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan untuk meredakan ansietas.



Perilaku Klien 3 Tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpan suara, pergerakan mata yang cepat, respon verbal yang lambat jika sedang asik, diem dan asik sendiri.



Individu mengenali bahwa pikiran-pikiran dan pengalaman sensori jika ansietas dapat ditangani. Fase 2 : Pengalaman sensori yang Meningkatnnya sistem saraf menjijikan dan menakutkan otonom akibat ansietas seperti klien mulai lepas kendali dan peningkatan denyut jantung, Condemi mungkin mencoba untuk pernafasan dan tekanan darah. mengambil jarak dirinnya Rentang perhatian Ansietas bera, dengan sumber yang menyempit. Asik dengan Halusinasi menjadi dipersepsikan. Klien mungkin pengalaman sensori dan menjijikan mengalami dipermalukan oleh kehilangan kemampuan 5



pengalaman sensori dan menarik diri dari orang lain. Fase 3 : Klien berhenti menghentiksn perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah Conntroling terhadap halusinasi tersebut. Isi halusinasi menjadi Ansietas berat, pengalaman sensori menarik. Klien mungkin menjadi berkuasa mengalami pengalaman kesepian jika sensori halusinasi berhenti.



membedakan halusinasi dengan realita. Kemampuan yang dikendalikan halusinasi akan lebih diikuti. Kesukaran berhubungan dengan orang lain. Rentang perhatian hanya beberapa detik atau menit. Adannya tanda-tanda fisik ansietas berat : berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah. Fase 4 : Pengalaman sensori menjadi Prilaku teror akibat panik. mengancam jika klien Potensi kuat suicide atau Conquering, panik mengikuti perintah halusinasi. homicide, aktivitas fisik merefleksikan isi halusinasi umumnya menjadi Halusinasi berakhir dari beberapa jam atau hari jika seperti perilaku kekerasan, melebur tidak ada intervensi terapiutik agitasi, menarik diri atau dalamhalusinasi katatonia. Tidak mampu berespon terhadap perintah yang kompleks. Tidak mampu berespon lebih dari satu orang. Menurut Yani (2005), gejala halusinasi adalah : a. Bicara, senyum, tertawa sendiri. b. Menggerakkan bibir tanpa suara. c. Pergerakan mata yang cepat. d. Respon verbal lambat. e. Menarik diri dan menghindar dari orang lain. f. Tidak dapat membedakan mana yang nyata dan mana yang tidak nyata. g. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan, dan tekanan darah. h. Perhatian dengan lingkungan kurang i. Sulit berhubungan dengan orang lain. j. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung, jengkel dan marah. k. Tidak mampu mengikuti perintah perawat. l. Tampak tremor dan berkeringat. m. Perilaku panik agitasi atau katakon n. Tidak dapat mengurus diri sendiri.



6



B. Pengertian Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) Terapi aktivitas kelompok adalah salah satu upaya untuk memfasilitasi psikoterapis terhadap sejumlah klien pada waktu yang sama untuk memantau dan meningkatkan hubungan antar anggota (Depkes RI, 1997). Terapi aktivitas kelompok adalah aktivitas membantu anggotanya untuk identitas hubungan yang kurang efektif dan mengubah tingkah laku yang maladaptive (Stuart & Sundeen, 1998). Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas digunakan sebagi terapi, dan kelompok digunakan sebagai target asuhan (Kelliat, 2005)



C. Tujuan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Depkes RI (1997) mengemukakan tujuan terapi aktivitas kelompok secara rinci sebagai berikut: 1. Tujuan Umum a. Meningkatkan kemampuan menguji kenyataan yaitu memperoleh pemahaman dan cara membedakan sesuatu yang nyata dan khayalan. b. Meningkatkan sosialisasi dengan memberikan kesempatan untuk berkumpul, berkomunikasi dengan orang lain, saling memperhatikan memberikan tanggapan terhadap pandapat maupun perasaan ortang lain. c. Meningkatkan kesadaran hubungan antar reaksi emosional diri sendiri dengan prilaku defensif yaitu suatu cara untuk menghindarkan diri dari rasa tidak enak karena merasa diri tidak berharga atau ditolak. d. Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis seperti fungsi kognitif dan afektif. 2. Tujuan Khusus a. Meningkatkan identifikasi diri, dimana setiap orang mempunyai identifikasi diri tentang mengenal dirinya di dalam lingkungannya.



7



b. Penyaluran emosi, merupakan suatu kesempatan yang sangat dibutuhkan oleh seseorang untuk menjaga kesehatan mentalnya. Di dalam kelompok akan ada waktu bagi anggotanya untuk menyalurkan emosinya untuk didengar dan dimengerti oleh anggota kelompok lainnya. c. Meningkatkan keterampilan hubungan sosial untuk kehidupan seharihari, terdapat kesempatan bagi anggota kelompok untuk saling berkomunikasi yang memungkinkan peningkatan hubungan sosial dalam kesehariannya.



D. Indikasi dan Kotra Indikasi Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Adapun indikasi dan kontra indikasi terapi aktivitas kelompok (Depkes RI (1997) adalah : 1. Semua klien terutama klien rehabilitasi perlu memperoleh terapi aktifitas kelompok kecuali mereka yang : psikopat dan sosiopat, selalu diam dan autistic, delusi tak terkontrol, mudah bosan. 2. Ada berbagai persyaratan bagi klien untuk bisa mengikuti terapi aktifitas kelompok antara lain : sudah ada observasi dan diagnosis yang jelas, sudah tidak terlalu gelisah, agresif dan inkoheren dan wahamnya tidak terlalu berat, sehingga bisa kooperatif dan tidak mengganggu terapi aktifitas kelompok. 3. Untuk pelaksanaan terapi aktifitas kelompok di rumah sakit jiwa di upayakan pertimbangan tertentu seperti : tidak terlalu ketat dalam tehnik terapi, diagnosis klien dapat bersifat heterogen, tingkat kemampuan berpikir dan pemahaman relatif setara, sebisa mungkin pengelompokan berdasarkan problem yang sama.



8



E. Komponen Kelompok Kelompok terdiri dari delapan aspek, sebagai berikut (Kelliat, 2005) : 1. Struktur kelompok. Menjelaskan batasan, komunikasi, proses pengambilan keputusan dan hubungan otoritas dalam kelompok. Struktur kelompok menjaga stabilitas dan membantu pengaturan pola perilaku dan interaksi. Struktur dalam kelompok diatur dengan adanya pemimpin dan anggota, arah komunikasi dipandu oleh pemimpin, sedangkan keputusan diambil secara bersama. 2. Besar kelompok. Jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah kelompok kecil yang anggotanya berkisar antara 5-12 orang. Jika angota kelompok terlalu besar akibbatnya tidak semua anggota mendapat kesempatan mengungkapkan perasaan, pendapat, dan pengalamannya. Jika terlalu kecil, tidak cukup variasi informasi dan interaksi yang terjadi (Kelliat, 2005). 3. Lamanya sesi. Waktu optimal untuk satu sesi adalah 20-40 menit bagi fungsi kelompok yang rendah dan 60-120 menit bagi fungsi kelompok yang tinggi. Banyaknya sesi bergantung pada tujuan kelompok, dapat satu kali/dua kali perminggu, atau dapat direncanakan sesuai dengan kebutuhan (Kelliat, 2005).



F. Jenis Terapi Kelompok Kegiatan kelompok dibedakan berdasarkan kegiatan kelompok sebagai tindakan keperawatan pada kelompok dan terapi kelompok. Menurut kelliat, 2005 membagi kelompok menjadi tiga yaitu : 1. Terapi kelompok. Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui dalam rancangan waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu. Focus terapi kelompok adalah membuat sadar diri, peningkatan hubungan interpersonal, membuat perubahan atau ketiganya.



9



2. Kelompok terapeutik. Membantu mengatasi stress emosi, penyakit fisik krisis, tumbuh kembang, atau penyesuaian social, misalnya kelompok ibu hamil yang akan menjadi ibu, individu yang kehilangan, dan penyakit terminal. Banyak kelompok terapeutik dikembangkan menjadi self-help-group. Tujuan dari kelompok ini adalah sebagai berikut : mencegah masalah kesehatan, mendidik dan mengembangkan potensi anggota kelompok, meningkatkan kualitas kelompok.



antara



anggota



kelompok



saling



membantu



dalam



menyelesaiakan masalah. 3. Terapi aktivitas kelompok (TAK). Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternative penyelesaian masalah. Tujuan umum terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi adalah klien mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh paparan stimulus kepadanya. Sedangkan tujuan khususnya adalah klien dapat mempersepsikan stimulus yang dipaparkan kepadanya dengan tepat, klien dapat menyelesaikan masalah yang timbul dari stimulus yang dialami.



Aktivitas terapi kelompok stimulasi persepsi dibagi dalam empat (4) bagian yaitu : a. Aktivitas mempersepsikan stimulus nyata sehari-hari. Klien yang mempunyai indikasi aktivitas ini adalah klien dengan perubahan perubahan persepsi sensori dan klien menarik diri yang telah mengikuti terapi aktivitas kelompok sosialisasi. Aktivitas dibagi dalam beberapa sesi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu aktivitas menonton televisi, aktivitas membaca majalah/Koran/artikel dan aktivitas melihat gambar.



10



b. Aktivitas mempersepsikan stimulus nyata dan respon yang dialami dalam kehidupan. Klien yang mempunyai indikasi aktivitas ini adalah klien dengan perilaku kekerasan yang telah kooperatif. Aktivitas dibagi dalam beberapa sesi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu : aktivitas mengenal kekerasan yang biasa dilakukan, aktivitas mencegah kekerasan melalui kegiatan fisik, aktivitas mencegah perilaku kekerasan melalui interaksi social asertif, aktivitas mencegah perilaku kekerasan melalui kepatuhan minum obat, aktivitas mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan ibadah. c. Aktivitas mempersepsikan stimulus nyata yang menyebabkan harga diri rendah. Klien yang mempunyai indikasi aktivitas ini adalah klien gangguan konsep diri : harga diri rendah. Aktivitas ini dibagi dalam beberapa sesi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu : aktivitas mengidentifikasikan aspek yang membuat harga diri rendah dan aspek positif kemempuan yang dimiliki selama hidup (di rumah dan di rumah sakit), aktivitas melatih kemampuan yang dapat digunakan di rumah sakit dan di rumah. d. Aktivitas mempersepsikan stimulus tidak nyata dan respon yang dialami dalam kehidupan. Klien yang mempunyai indikasi aktivitas ini adalah klien yang mengalami perubahan persepsi sensori : halusinasi. Aktivitas ini dibagi dalam beberapa sesi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu : aktivitas mengenal



halusinasi,



aktivitas



mengusir/menghardik



halusinasi,



aktivitas mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan, aktivitas mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap, aktivitas mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat.



11



G. Kriteria Pasien 1. Pasien dengan masalah keperawatan halusinasi pendengaran 2. Pasien dalam kondisi stabil 3. Pasien dapat diajak kerjasama (kooperatif) H. Proses Seleksi 1. Mengobservasi pasien yang masuk kriteria. 2. Pasien yang mengikuti TAK ini tidak mengalami perilaku agresif atau mengamuk, dalam keadan tenang. 3. Pasien dengan perubahan persepsi sensori; halusinasi 4. Memilih Pasien yang masuk kriteria sebanyak 6 orang 5. Membuat kontrak dengan pasien yang setuju ikut TAK, meliputi & menjelaskan tujuan TAK pada pasien. I. Uraian Struktur Kelompok 1. Tempat Pertemuan Ruang Belibis RSJD Atma Husada Samarinda dengan setting tempat : di ruang TAK belibis, duduk membentuk setengah lingkaran, fasilitator berada di samping pasien (berselang-seling dengan pasien). Leader dan Co leader berada di lingkaran. Observer berada di luar dari lingkaran untuk mengawasi jalannya kegiatan.



12



Observ.



Pasien



Pasien



Pasien



Fasilitator 2



Fasilitator 4



Pasien



Pasien



Pasien



Fasilitator 3 Fasilitator 1 Co leader



Leader



2. Waktu Pelaksanaan a. Hari/ tanggal



: Kamis, 21 Juli 2016



b. Waktu



: 13.00-13.45 WITA



c. Lamanya



: 45 menit



d. Alokasi Waktu



:



1) Perkenalan dan pengarahan



: 10 menit



2) Terapi



: 30 menit



3) Penutup



: 5 menit



3. Jumlah Pasien : 6 orang a. Tn. Ibnu b. Tn. Aji c. Tn. Asep d. Tn. Mulyadi



13



e. Tn. Jumri f. Tn. Kisman 4. Metode dan Media a. Metode



: Diskusi



b. Media



: 2 file video yang berjudul : - kancil dan buaya - Motivasi



positif



tolong



menolong  Televisi  Laptop + HDMI J. Pengorganisasian 1. Leader



: Elsya Gita Cahyani



Tugas : a. Membuka acara dan memperkenalkan diri serta mempersilahkan peserta lain untuk memperkenalkan diri b. Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan c. Menetapkan dan menjelaskan aturan permainan d. Memotivasi peserta TAK untuk menjawab pertanyaan 2. Co. Leader Tugas



: Novia Sari :



a. Membantu leader b. Mengingatkan hal-hal yang mungkin terlewatkan oleh leader 3. Fasilitator 1



: Meriana Sari Alfiani



4. Fasilitator 2



: Yohana Sumi



14



5. Fasilitator 3



: Dedy Ramadhan



6. Fasilitator 4



: Ahmad Nuzhan Efendi



Tugas



:



a. Memotivasi peserta yang kurang aktif b. Menjadi contoh anggota kelompok selama kegiatan 7. Observer Tugas



: I Wayan Sana :



a. Mengamati proses kegiatan b. Menilai jalannya TAK c. Menyimpulkan hasil kegiatan K. Proses Pelaksanaan Sesi 1 : menonton video yang berjudul kancil dan buaya 1. Persiapan a. Memilih pasien sesuai dengan indikasi, yaitu pasien dengan perubahan sensori persepsi : halusinasi pendengaran b. Membuat kontrak dengan pasien yang dilakukan oleh fasilitator isi topik, waktu, dan tempat pelaksanaan kegiatan c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan d. Mengevaluasi kemampuan Pasien dalam melakukan diskusi 2. Orientasi a. Salam terapeutik 1. Salam dari terapis kepada pasien



15



Leader membuka acara dan memberi salam kepada pasien "Selamat siang bapak-bapak, bagaimana kabarnya hari ini" ?masih tetap semangat kan?” b. Evaluasi/validasi Menanyakan perasaan pasien saat ini "Bagaimana perasaan Bapak hari ini ? c. Kontrak Terapis menjelaskan aturan main berikut : a) Jika ada pasien yang ingin meninggalkan kelompok, seperti ke wc harus minta izin kepada terapis dan diharapkan setelah itu kembali keruangan ini "Sebelumnya saya akan menjelaskan aturan mainnya bapak bapak, jika ada bapak-bapak yang inggin meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada perawat pendamping yang di sebelah kanan bapak, seperti ke wc serta di harapkan bapak bapak kembali lagi menggikuti kegiatan terapi aktivitas kelompok dari awal hingga akhir." b) Lama kegiatan 45 menit "Waktu yang kita butuhkan selama terapi aktivitas kelompok kurang lebih 45 menit ya pak." c) Setiap pasien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai 3. Tahap kerja



16



"Sesuai janji kita kemarin, kita akan melanjutkan Terapi Aktivitas Kelompok menonton video yang akan dibagi dengan 2 sesi. Sesi pertama dengan judul video kancil dan buaya dan sesi video kedua berjudul motivasi positif tolong menolong. Baiklah bapak-bapak masih dengan kelompok TAK yang kemarin dengan saya sendiri sebagai leader Gita, Co leader Novi, perawat pendamping Meri dan pasien bapak Ibnu & Pak Jumri, perawat pendamping Sumi dan pasien bapak Mul, perawat pendamping Dedy Ramadhan dengan pasien bapak Aji & Pak Kisman dan perawat pendamping ujen dengan bapak Asep. a. Menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu menonton video yang berjudul kancil & buaya “baiklah bapak-bapak, sebelum menonton video saya akan memberikan 3 tugas kepada bapak-bapak. Yang pertama bapakbapak harus menceritakan isi cerita dalam video, kedua meceritakan makna dari video dan ketiga menjelaskan makna positif yang dapat diambil dari menonton video” b. Setelah selesai menonton video, masing-masing klien diberi kesempatan untuk menjawab tugas yang telah diberikan tadi. “sekarang dimulai dengan bapak Ibnu untuk menceritakan tugas tadi yang saya beri dengan di damping perawat Meri. Pre memori… bagus sekali pak Ibnu, sudah bias menjelaskan tugas yang saya beri tadi”.



17



4. Tahap terminasi a. Evaluasi 1) Terapis menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK 2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok. b. Tindak lanjut Terapis menganjurkan klien untuk menonton video kedua yang berjudul motivasi positif tolong menolong c. Kontrak yang akan datang 1. Terapis menyepakati kegiatan TAK berikutnya 2. menyepakati waktu dan tempat



5. Evaluasi dan Dokumentasi Nama Peserta TAK No Aspek Yang Dinilai 1



Menceritakan isi dalam video



2



Menceritakan makna dari video Menjelaskan makna positif dari video



3



Petunjuk : Dilakukan = 1



Tidak dilakukan = 0



A. Program Antisipasi Pendidikan Kesehatan : 1.



Antisipasi waktu : dari jam



2.



Antisipasi tempat :



3.



Antisipasi pasien dan terapis : Jika pasien berhalangan akan digantikan dengan pasien lain, juga terapis/leader berhalangan akan digantikan oleh terapis/perawat yang bersedia dan siap.



4.



Antisipasi media /alat : mangganti alat tulis lain seperti pulpen dan pensil.



18



Program antisipasi secara umum a. Penanganan klien yang tidak aktif saat aktivitas klompok Intervensi : 1. Memanggil klien, 2. Memberi kesempatan kapada klien tersebut untuk menjawab sapaan perawat atau klien yang lain b. bila klien meninggalkan permainan tanpa pamit : Intervensi : 1. Panggil nama klien 2. Tanya alasan klien meninggalkan permainan 3. Berikan penjelasan tentang tujuan permainan dan berikan penjelasan pada klien bahwa klien dapat melaksanakan keperluannya setelah itu klien boeh kembali lagi. b. Bila ada klien lain ingin ikut Intervensi : 1. Berikan penjelasan bahwa permainan ini di tujukan pada klien yang telah di pilih 2. Katakan pada klien lain bahwa ada permainan lain yang mungkin dapat di ikuti oleh klien tersebut 3. Jika klien memaksa, beri kesempatan untuk masuk dengan tidak memberi peran pada permainan tersebut c. Pasien tidak ingin ikut TAK Intervensi : Fasilitator berusaha membujuk agar klien tetap di tempat untuk mengikuti TAK hingga selesai. Jika tidak bisa maka fasilitator mengantarkan kembali ke ruangannya. Sesi 2 : Menonton video yang berjudul motivasi positif tolong menolong 1. Persiapan a) Mengingatkan kontrak dengan pasien yang telah ikut sesi 1



19



b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan 2. Orientasi a) Salam terapeutik 1) salam dari terapis kepada pasien 2) pasien dan terapis memakai papan nama b) Evaluasi/validasi 1) Menanyakan perasaan kepada pasien saat ini c) Kontrak 1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu klien dapat menikmati menonton video 2) menjelaskan aturan main berikut : a) jika ada pasien yang ingin meninggalkan kelompok, harus izin dengan terapis. b) lama kegiatan 45 menit. c) setiap pasien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir 3. Tahap kerja a) Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu menonton video yang kedua yaitu yang berjudul motivasi positif tolong menolong "Terima kasih saudari sumi, masih semangat ya bapak bapak, saya akan melanjutkan sesi ke 2, sebelumya saya akan memberikan 3 tugas kepada bapak, sama seperti yang dijelaskan perawat Gita tadi, tugas bapak-bapak yang pertama menceritakan isi video, yang kedua



20



menceritakan makna video dan yang ketiga menjelaskan makna positif dari video. b) Terapis memutar video yang telah dipersiapkan c) Setelah selesai menonton, masing-masing klien diberi kesempatan menceritakan isi tontonan dan maknanya untuk kehidupan klien beruntun searah jarum jam, dimulai dari klien yang ada disebelah kiri terapis d) Setiap selesai klien menceritakan persepsinya, terapis mengajak klien lain bertepuk tangan dan memberi pujian, sampai semua klien Tahap terminasi a) Evaluasi 1) Terapis menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK "Bagaimana perasaan bapak setelah mengikuti terapi aktivitas kelompok dari sesi pertama dan kedua? " 2) Terapis Memberikan pujian kepada kelompok "Baiklah pak kita tepuk tangan buat kita semua" b) Tindak lanjut Terapis meminta pasien memasukan kegiatan yang telah dilakukan pada jadwal kegiatan sehari hari "Bapak bapak tadi kita sudah melakukan terapi aktivitas kelompok sesi pertama dan kedua bapak bapak diharapkan memasukkan kegiatan yang dilakukan pada jadwal kegitatan yang sudah saya sediakan" c) Kontrak yang akan datang



21



1) Menyepakati TAK yang akan datang "baiklah, Bapak-bapak untuk TAK selanjutnya akan diadakan oleh perawat ruang Belibis, untuk jadwal nanti mengikuti saja. Saya harap dengan TAK ini bapak bias mengontrol halusinasi pendengaran bapak. Saya akhiri TAK hari ini, Assalamualaikum Wr. Wb



22



DAFTAR PUSTAKA Keliat BA, Akemat. 2004. Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta: EGC Keliat, B.A. 2002. Model Praktik Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC Herawaty, Netty. 1999. Materi Kuliah Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta : EGC Stuart, Gail Wiscart & Sandra J. Sundeen. 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC



23



LAMPIRAN



24



25



26



27