Teori Akuntansi Bab 14 Akuntansi Untuk Perubahan Harga Dan Inflasi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ACCOUNTING FOR CHANGING PRICES AND INFLATION



Dosen Pengampu: Drs. Sri Hartoko, MBA., Ak



Disusun Oleh: 1. Ceria Putri Sukaji 2. Lia Dwi Cahyani 3. Mustika Ratna Sari



F1314027 F1314055 F1314063



Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Akuntansi



PROGRAM STUDI AKUNTANSI (TRANSFER) FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS



UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015 ACCOUNTING FOR CHANGING PRICES AND INFLATION 1



Accounting for Changing Prices and Inflation



2



Pokok Bahasan      



Aspek-aspek institusional akuntansi inflasi sebelum SFAS No.33 Pandangan menyeluruh akuntansi inflasi Pemberlakuan SFAS No. 33 dan Penolakan SFAS No. 82 dan 89 SFAS No. 157 SFAS No. 159 Accounting standards update



A. Aspek-aspek Institusional Akuntansi Inflasi Sebelum SFAS No. 33 Pada pertengahan tahun 1930, American Accounting Association (AAA) dan American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) mendukung digunakannya historical cost. AAA berpendapat bahwa “akuntansi bukanlah suatu proses penilaian, namun merupakan alokasi dari historical cost dan pendapatan pada periode saat itu dan seterusnya. Hingga tahun 1951, AAA mengeluarkan Suplementary Statement No. 2, Price Level Change and Financial Statement, yang merekomendasikan bahwa laporan keuangan harus dinyatakan dalam unit general purchasing power sebagai pelengkap historical cost. Hal ini diperkuat oleh hasil study yang dilakukan oleh AICPA yang dituangkan dalam Accounting Principles Board Statement No. 3 yang mendukung price-level adjusted statements. Konsep ini kembali diperkuat oleh Trueblood Committee yang mengidentifikasi adanya permasalahan akibat perubahan harga dalam laporan keuangan. Akan tetapi, Security Exchange Commission (SEC) memiliki pandangan yang berbeda. Pihaknya melarang penyajian laporan keuangan selain dengan historical cost. Secara umum, SEC meminta adanya disclosure mengenai informasi replacement cost yang mencerminkan efek karena penggantian aset baru yang lebih efisien dan produktif. Selama 40 tahun, price-level-restarted financial statement terus menggunakan historical cost tanpa ada keinginan untuk



Accounting for Changing Prices and Inflation



3



mengganti sistem pengukuran menjadi current value (sekarang disebut fair value). Alasannya adalah karena pengukuran menggunakan current value lebih sulit karena melibatkan informasi pasar seperti harga indeks. Namun sekarang, pendekatannya



mulai



bergeser



pada



current



values



seiring



dengan



dikeluarkannya ASR 190 oleh SEC. Organisasi akuntansi seperti AAA, AICPA dan FASB lebih menyukai pendekatan price-level restated, pernyataan ulang tingkat harga yang berdasarkan historical cost, karena alasan metodologi dimana menyatakan kembali historical cost dalam perubahan unit saat ini lebih mudah daripada mengukur current cost. Sedangkan SEC dengan ASR 190 menggunakan pendekatan current cost dan membawa perubahan akuntansi yang dramatis dalam perubahan harga di Amerika Serikat. John C. Burton, seorang akademisi dan akuntan di SEC yang mengemukakan pokok-pokok pikiran yang menyatakan bahwa inflasi akan menyebabkan suatu penyimpangan yang besar apabila dalam pengukurannya menggunakan pendekatan satuan uang yang bersifat historis. Tidaklah tepat apabila menandingkan historical cost dengan pendapatan periode berjalan karena tidak akan memberikan prediksi rata-rata aliran arus kas bersih jangka panjang yang baik jika berada dalam perubahan harga yang sangat cepat. B. Pandangan Menyeluruh Akuntansi Inflasi General price level adjustment menekankan pada perubahan purchasing power unit moneter waktu ke waktu untuk barang dan jasa yang diproduksi dan dijual dalam ekonomi. Untuk mengukur perubahan dalam level harga yang terjadi selama periode waktu tertentu, harga index harus dihitung. Harga index adalah rata-rata tertimbang dari harga saat ini dari barang dan jasa, rata-rata ini terkait dengar harga di periode dasar dan tujuannya untuk menentukan berapa banyak perubahan yang terjadi.



Accounting for Changing Prices and Inflation



4



SFAS No. 33 mengunakan harga indeks konsumen untuk general price-level purpose. Penyesuaian dilakukan dengan mengalikan historical cost pada saat aset tersebut dibeli dengan harga indeks sekarang dibagi harga indeks pada saat pembelian. FASB dalam SFAS No. 107 mendefinisikan fair value sebagai jumlah yang disetujui oleh dua pihak untuk melakukan transaksi saat ini. Transaksi tersebut tidak dapat dilikuidasi. Current value ada dua tipe yaitu entry value (harga jika perusahaan membeli) dan exit value (harga jika perusahaan menjual). Komponen Inflasi: 1. Purchasing Power Gains and Losses Purchasing power gains and losses muncul karena item moneter yang tetap dalam jumlah dolar yang diterima atau dibayar, purchasing power gain or lose sebagai perubahan tingkat harga. Purchasing power gains and losses ditentukan dengan mengukur purchasing power dari item moneter yang tersedia untuk perusahaan dan membandingkannya dengan jumlah sebenarnya dari net monetary accounts. Purchasing power gains and losses tidak di bahas dalam SFAS No. 157, juga bukan merupakan bagian dari standar income measurement system. Namun, merupakan bagian dari sumplementary data yang terdapat di SFAS No. 33. 2. Holding Gains and Losses Aset non moneter (yang disebut aset riil) dikenai gain or loss akibat perubahan nilai mereka. Holding gain and losses pada aset riil dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu monetary holding gains and losses, yang sematamata karena perubahan tingkat harga umum selama periode tersebut; dan (2) real holding gains and losses, perbedaan antara jumlah price-level-adjusted umum dan nilai-nilai saat ini. Holding gains and losses juga dapat diklasifikasikan sebagai akuntansi konvensional yang telah direalisasikan atau belum direalisasi. 3. Deprival Value



Accounting for Changing Prices and Inflation



5



Nilai deprival adalah pengukuran nilai saat ini atau nilai wajar. penggunaan nilai deprival dapat menciptakan masalah yang berkaitan dengan verifiability. C. Perbelakuan SFAS No. 33 dan Penolakan SFAS No. 82 dan 89 SFAS No.33 (Financial Reporting and Changing Prices) Melalui SFAS No. 33, FASB mewajibkan informasi pelengkap atas pengaruh inflasi dan perubahan harga spesifik dalam laporan tahunan. SFAS No. 33 menjelaskan bahwa efek dari perubahan harga harus di tampilkan sebagai informasi tambahan dalam laporan keuangan. Didukung dengan pendekatan dolar yang stabil akan sama baiknya dengan pendekatan nilai sekarang. FASB menyimpulkan perusahaan seharusnya melaporkan informasi tambahan selain informasi utama dengan pendekatan pengukuran yang berbeda. Hanya perusahaan publik yang harus mematuhi SFAS No 33 ini dengan kriteria: a. Persediaan dan property, plant, dan equipment (kecuali goodwill atau aset yang tak berwujud lainnya) (sebelum di dikurangi depresiasi, deplesi dan amortisasi) berjumlah sebesar lebih dari $125 juta b. Total aset sebesar lebih dari $1 milyar SFAS No. 33 menjelaskan “perusahaan publik” sebagai kesatuan a. Pemilik kewajiban atau sekuritas ekuitas yang diperdagangkan dalam sebuah public market di bursa saham domestik atau dalam market di luar domestik (termasuk surat-surat berharga yang hanya diberikan dalam skala lokal atau regional); atau b. Diwajibkan untuk mengajukan laporan keuangan oleh SEC (Securities and Exchange Commission. Untuk laporan dollar konstan, SFAS memerlukan pengungkapan dari: a Informasi pendapatan dari opersi berkelanjutan untuk tahun fiskal yang b



sedang berjalan di dalam sebuah historical cost atau constant dollar. Keuntungan atau kerugian daya beli atas nilai moneter bersih untuk pajak tahunan.



Accounting for Changing Prices and Inflation



6



Purchasing power gains and losses tidak boleh dimasukkan dalam perhitungan income continuing operatios. Berdasarkan current cost, berikut adalah yang harus diungkapkan: a. Informasi income yang berasal dari operasi berkelanjutan untuk tahun fiskal saat ini dalam current cost. b. Jumlah current cost dari inventory, property, plant, dan equipment pada akhir tahun fiskal. c. Peningkatan atau penurunan untuk jumlah current cost dari inventory, property, plant, dan equipment untuk tahun fiskal sekarang pada saat inflasi. SFAS No. 33 gagal dalam beberapa alasan. Pertama, ada penolakan dramatis terhadap inflasi selama awal 1980an. Ditambah lagi masalah pengukuran yang digunakan, muncul pertanyaan tentang understandability (pengertian) dan kegunaan untuk tujuan predictive value. SFAS No.82 SFAS No. 82 dikeluarkan pada akhir tahun 1984. Standar baru ini mengeliminasi pengungkapan constant dollar income yang sebelumnya diminta oleh SFAS No. 33. Informasi yang disajikan dianggap membingungkan pengguna, serta menyebabkan adanya overload information karena kesamaan pengungkapan pendapatan biaya.



SFAS No.89 Pengukuran current cost income, purchasing power gains and losses, dan informasi holding gains and losses didorong untuk diungkapkan tapi tidak diwajibkan.



Accounting for Changing Prices and Inflation



7



Hal yang menarik dari SFAS No. 89 yaitu terbit hanya dengan tiga sampai empat dukungan. Dengan komentar yang cukup mencerahkan. Dimana David Mosso mempercayai bahwa isu terkait perubahan harga umum dan harga spesifik adalah masalah utama yang akan dihadapi oleh FASB selama abad ini. Hal tersebut melawan pernyataan dari SFAS No. 33. Hal serupa juga diungkapkan oleh Raymond Lauver. Robert Swieringa juga sependapat dengan Mosso dan Lauver yang juga melihat adanya kekurangan sistem dan data berkelanjutan, khususnya terkait biaya tetap dari pemasangan dan penetapan current cost data.. D. SFAS No. 157 (Fair Value Measurements) Main Elements of SFAS No. 157 Ulasan yang membahas standar ini termasuk: 1 Sewa pada SFAS No. 13 (para C9) 2 Impaired asset pada SFAS No. 144, dengan konsep lower of cost atau 3



market type of valuation. Penukaran aset non moneter pada Opini APB No.29 dan SFAS No. 153, dengan sebuah pengecualian yang diperbolehkan jika fair value tidak “cukup



4



ditentukan” (para C21c) Derivatif pada SFAS No. 133 dengan laba atau rugi yang belum direalisasi diakui di laporna laba rugi, tetapi lebih pengungkapkan harus disediakan



5



(para C13-16) Loan impairments pada SFAS No. 114,



6



diobservasi digunakan (para C18) Tingkat bunga pinjaman nol pada Opini APB No. 21 (para C19)



7



Aset dan liabilitas yang diperoleh dalam penggabungan usaha.



asalkan harga pasar yang



SFAS No. 157 mendefinisikan nilai wajar sebagai suatu harga yang akan diterima untuk menjual aset atau dibayar untuk mentransfer kewajiban dalam transaksi teratur antara pelaku pasar pada tanggal pengukuran dengan nilai tertinggi dan terbaik untuk aset dan dengan harga terendah untuk kewajiban. Pelaku pasar diasumsikan independen dari perusahaan pelapor, berpengetahuan, dan mampu dan mau masuk ke dalam transaksi.



Accounting for Changing Prices and Inflation



8



Asset Prices seharusnya diturunkan untuk aset di pasar di mana aset tersebut merupakan “yang tertinggi dan terbaik penggunaannya”. Demikian pula liability prices adalah khusus di mana kewajiban memiliki harga terendah. Asset Prices harus datang dari pasar utama aset, tetapi ada beberapa kebingungan jika harga yang lebih tinggi berasal dari pasar tambahan. Measurement Considerations SFAS No. 157 mencoba untuk membangun penggunaan tertinggi dan terbaik untuk aset. Dalam membangun penggunaan tertinggi dan terbaik, standar yang digunakan dibagi menjadi 2 kategori. a. In uses Aset digunakan dalam kombinasi bersama aset lain oleh pembeli (para 13a). b. In exchange Aset digunakan secara terpisah atau berbasis berdiri sendiri oleh pembeli (para 13b). Harga dari aset dan liabilitas dipengaruhi oleh faktor penting. Harga aset dapat berkurang karena faktor risiko, yang dapat membuat harga turun dalam penggunaan tertinggi dan terbaik aset. Di dalam liabilitas, resiko non-performance harus dipertimbangkan. Resiko non-performance berupa kemungkinan perusahaan tidak dapat membayar utangnya pada saat jatuh tempo. Didalam proses valuasi hasil ini meningkatkan discount rate dan menurunkan carrying value dari utang, yang membuat perusahaan memperoleh keuntungan. Fair value secara general diaplikasikan untuk aset yang spesifik dan liabilitas, tetapi dapat juga digunakan untuk cakupan yang lebih luas dari aset seperti sebuah bisnis yang dimiliki oleh entitas pelaporan (para 6). Valuation Techniques Terdapat 3 teknik atau pendekatan valuasi, yaitu: a. The market approach



Accounting for Changing Prices and Inflation



9



Melibatkan penentuan harga saat ini atau membandingkan antara aset dan kewajiban b. The income approach Menggunakan laba masa depan atau arus kas yang kemudian didiskon untuk harga jual simulasi. c. Cost approach Pendekatan ini melibatkan penentuan biaya saat ini untuk menggantikan kapasitas pelayanan aset. Teknik valuasi ini harus diterapkan secara konsisten (para 20). The Fair Value Pricing Hierarchy Hierarki harga fair value berkenaan dengan proses atau mekanik mengamankan harga. Terdapat 3 tingkatan dalam mengamankan harga, yaitu: a. Level 1 prices : harga didalam pasar aktif untuk aset atau liabilitas yang identik (para 24) Harga tersedia untuk aset atau kewajiban tetapi perusahaan memiliki sejumlah besar unit aset dan menempatkan mereka semua di pasar sekaligus maka akan menurunkan harga per unit dari harga pada Level 1, harga pada level 1 yang digunakan. Hal ini karena nilai-nilai dikumpulkan dimaksudkan untuk menjadi pasar tertentu daripada entitas tertentu dalam SFAS No. 157. b. Level 2 prices : harga untuk aset dan liabilitas yang serupa di dalam pasar aktif (para 28a) Karena harga pasar aset adalah untuk aset serupa bukan identik, mereka di bawah Level 1. Namun, mereka bisa untuk identik serta sejenis aset (atau kewajiban) di pasar yang relatif tidak aktif. Dalam Level 2, harga juga bisa berasal dari sumber selain harga dikutip seperti suku bunga dan kurva yield. c. Level 3 input : situasi dimana terdapat aktivitas kecil pasar ( para 30) Oleh karena itu masukan ini disebut masukan tidak teramati. Informasi dari input teramati didasarkan pada informasi terbaik yang tersedia, dan mereka melibatkan asumsi bahwa perusahaan membuat relatif terhadap bagaimana pasar peserta membangun harga. Jelas isu komparabilitas dan veribialitas menjadi relatif sangat penting untuk Level 3 input.



Accounting for Changing Prices and Inflation



10



Disclosures Disclosure untuk interim dan pengungkapan akhir tahun dibuat berdasarkan SFAS No. 157. Hal ini khususnya dalam kasus pengukuran menggunakan unobservable input (level 3). Pengukuran fair value didalam tanggal pelaporan ditambah breakout dari rincian yang berkaitan dengan penggunaan dari tiga level harus ditampilkan (para 32). Untuk pengukuran pada Level 3, saldo awal, saldo akhir dan komposisi perubahan harus ditunjukkan. Selain itu, keuntungan dan kerugian di Level 3 pengukuran harus ditunjukkan, termasuk di mana jumlah tersebut menghilang. Ini adalah pengungkapan utama. Evaluating SFAS No. 157 SFAS no. 157 adalah standar yang memiliki pengaruh besar, terbukti bahwa 24 standar FASB dan tiga opini APB dipengaruhi oleh standar ini. Kritik terhadap standar ini akan dipecah menjadi dua bagian, yaitu omisions dan theoretical Issues.



1. Omissions The Income Statement Untuk aktiva tetap, penyusutan kemungkinan besar akan sama dengan penurunan nilai aset antara dua titik dalam satu waktu. Ini juga meninggalkan kemungkinan bahwa aset tetap dapat berharga jika nilai pasar secara keseluruhan meningkat lebih dari penurunan karena penggunaan. Lampiran E SFAS 157 menunjukkan beberapa perubahan SFAS No.144 atas penurunan nilai aset jangka panjang. Holding gains and losses



Accounting for Changing Prices and Inflation



11



Bahkan jika proporsi moneter dan riil tidak pecah, holding gains memberikan hal yang sangat baik untuk menjalankan jumlah yang belum direalisasi melalui pendapatan komprehensif lain dan kemudian membawa bagian yang direalisasikan menjadi pendapatan. 2. Theoretical Issues The exit value choice Sebagian



konsepsi



nilai



realisasi



bersih



atau



exit



value



memperhitungkan biaya transaksi rekening, akan tetapi di dalam SFAS 157 tidak mendefinisikan nilai wajar. Oleh karena itu menjadi sulit untuk menafsirkan makna exit value sebagai nilai wajar jika biaya transaksi (kecuali biaya transportasi) tidak dikurangi. Market-based vs entity-spesific prices Dalam ringkasan SFAS No 157 menyatakan bahwa nilai wajar adalah berdasar pengukuran pasar bukan berdasar pengukuran entitas tertentu. Dalam persaingan sempurna, kita dapat mengatakan bahwa hasil interaksi antara harga pembeli (pengguna) dan penjual (penyedia) adalah ditentukan oleh pasar. Dalam kasus monopoli, penjual mengatur harga dan menerima kuantitas yang diminta. Dalam pasar yang kurang sempurna, harga dapat ditentukan di pasar, namun penjual mempunyai pengaruh lebih atas hal tersebut. Pricing approaches and techniques Teknik penilaian atau pendekatan yang tercantum dalam ayat 18 (pendekatan pasar, pendekatan pendapatan, dan pendekatan biaya) menyediakan array yang luas dari teknik biaya keseluruhan untuk menentukan nilai wajar. Sementara dua yang pertama didasarkan pada exit market, pendekatan biaya secara jelas adalah entry value.



Accounting for Changing Prices and Inflation



12



Capital maintenance Pemeliharaan modal merupakan jumlah yang dapat didistribusikan kepada pemegang saham sebagai dividen. Pengumuman dividen maksimum dinyatakan dengan pendapatan yang dihasilkan selama periode tersebut. Masalah lain muncul dari tidak dikuranginya biaya transaksi dari nilai wajar penentuan nilai aset perusahaan. Akhirnya pertanyaan atas reliabilitas penentuan nilai wajar menggunakan pengukuran level 3 merupakan pertimbangan lain. Comparability and reliability Jika



pengukuran



tidak



dapat



diandalkan



(diverifikasi),



kami



mempertanyakan apakah tingkat komparabilitas yang tinggi dapat hasilkan. Tingkat pengukuran 3 menggunakan input tertentu yang tidak teramati untuk mengangkat masalah ini. Masalah lain yang potensial muncul di mana beberapa perusahaan menggunakan pasar dengan nilai wajar lebih tinggi daripada yang ditentukan untuk pasar principal. Other points Pertama, standar menyatakan bahwa seringkali initial cost atau harga transaksi adalah sama dengan exit value di pengakuan awal. Hal ini benar untuk instrumen keuangan tapi tidak untuk aset tetap dan operating aset lainnya. Kedua, pengukuran nilai wajar yang seharusnya terjadi "di pasar utama untuk aset atau kewajiban, atau jika tidak ada pasar utama, pasar yang paling menguntungkan untuk aset atau kewajiban". E. SFAS No. 159 (The Fair Value Option for Financial Assets and Liabilities) SFAS no. 159, Pilihan Nilai wajar untuk financial assets dan financial Liabilities - termasuk amandemen dari FASB No. 115, meluas ke beberapa daerah baru "pilihan" dari pengukuran nilai wajar. pilihan diperpanjang untuk



Accounting for Changing Prices and Inflation



13



peristiwa financial assets dan financial liabilities yang lebih banyak kecuali untuk hal ini: 1. Cabang perusahaan wajib untuk konsolidasi 2. Variable interest entities 3. Overfunded rencana manfaat pensiun, tunjangan pasca kerja lain dan imbalan



pasca



kerja,



dan



berbagai



pengaturan



kompensasi



yang



ditangguhkan dan rencana. 4. Leased assets and liabilities, meskipun ini termasuk dalam SFAS No. 157 5. Berbagai simpanan dan kewajiban bank 6. Instrumen keuangan yang merupakan bagian dari ekuitas pemilik Standar



ini



seharusnya



mengurangi



volatilitas



pendapatan



dengan



memungkinkan pengukuran penilaian serupa di seluruh spektrum dari instrumen keuangan, mengurangi hedging yang tidak perlu untuk melancarkan pendapatan dengan memungkinkan penilaian serupa untuk instrumen keuangan. Hal ini memungkinkan available-for-sale dan held-to-maturity securities diukur pada nilai wajar. F. Accounting Standards Update 1. FASB mengeluarkan pembaruan standar akuntansi 2009-12 untuk mengatasi masalah pengukuran untuk entitas tertentu yang terkait dengan investasi yang tidak memiliki nilai-nilai yang mudah ditentukan. 2. Berdasarkan saran dan atau rekomendasi dari SAC, IASB, dan AICPA selama tahun 2008 sampai 2009, FASB mengeluarkan pembaruan standar akuntansi 2010-06: meningkatkan pengungkapan tentang pengukuran nilai wajar 3. Pembaruan Standar akuntansi 2011-04: amandemen untuk mencapai pengukuran nilai wajar yang umum dan persyaratan pengungkapan dalam US GAAP dan IFRS.



14



Accounting for Changing Prices and Inflation



REFERENSI Harry I. Wolk, James L. Dodd, dan John J. Rozycki. 2013. Accounting Theory: Conceptual Issues in a Political and Economic Environment. 8th Edition. California: Sage Publication, Inc.