Teori Komunikasi Kelompok [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KATA PENGANTAR



Happiness only real when shared



Alhamdulilah segala puji syukur penulis tujukan kepada Allah SWT dan junjungan Nabi Muhammad SAW atas limpahan Rahmat dan karunia Nya sehingga saya dapat menyelesaikan buku ini. Penulisan buku ini tidak akan terselesaikan dengan baik dan lancar tanpa ridha dari Allah Azza wa Jalla, serta bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak baik secara materiil maupun spirituil yang diberikan kepada saya. Oleh karena itu saya mengucapan terima kasih kepada Ibu Rosmawaty Hilderiah .P, Dr, S.Sos.,MT, selaku dosen teori komunikasi yang dengan penuh sabarnya membimbing dan memberi petunjuk hingga terselesaikannya buku ini. Dalam buku ini saya mengulas teori komunikasi kelompok, seperti: Teori Sosiometrik, Teori Kelompok Bungkam, Teori Kepribadian Kelompok, Teori Prestasi Kelompok, Teori Pemikiran Kelompok, Teori Perbandingan Sosial, Teori Pertukaran Sosial, Teori Kelompok Terpercaya,



Teori



Kelompok



Belajar,



Teori



Fungsional,



Teori



Penyusunan,



Teori



Pertumbuhan, Teori Kelompok Pemecah Masalah, Teori Primer dan Sekunder Kelompok, Teori Dinamika, Teori Tahap Perkembangan Kelompok, Teori Keseimbangan, Teori Sistem AB-X Newcomb, Teori Festinger, Teori Sistem Internal & Eksternal, Teori Analisis Potensi Interaksi, Teori Sintalitas Kelompok, Teori Keengganan Sosial, Teori Kebencian Kelompok dan Teori Percakapan Kelompok. Dari 25 teori yang saya ulas, secara khusus pada lembar kata pengantar ini, saya ingin menjelaskan tentang Teori Sosiometrik & Teori Perbandingan Sosial . Hal ini dikarnakan, Teori Sosiometrik seperti yang dicetuskan oleh Jacob L. Moreno bagi saya masih fenomenal sampai saat ini. Berikut penjelasannya : Pertama, tentang Teori Sosiometrik yang dicetuskan oleh Jacob L. Moreno. Dalam teori ini ditegaskan bahwa, Sosiometri adalah suatu metode pengumpulan serta analisis data mengenai pilihan, komunikasi, dan pola interaksi antar-individu dalam kelompok. Dapat



dikatakan bahwa sosiometri adalah kajian dan pengukuran pilihan sosial. Sosiometri disebut pula sebagai sarana untuk mengkaji “tarikan” (attraction) dan tolakan (repulsion) anggotaanggota suatu kelompok. Banyak penelitian yang menggunakan teori ini, seperti yang dilakukan



oleh



Mutiara



Shari



Sintaningrum,



yang



diakses



melalui



http://eprints.uny.ac.id/21817/1/Mutiara%20Shari%20Sintaningrum%2005204241028.pdf Kedua, tentang Teori Perbandingan Sosial, yang dicetuskan oleh Leon Festinger. Dalam teori ini ditegaskan bahwa, tindak komunikasi dalam kelompok berlangsung karena adanya kebutuhan-kebutuhan dari individu untuk membandingkan sikap, pendapat dan kemampuannya dengan individu-individu lainnya. Pada pandangan teori perbandingan sosial ini, tekanan seseorang untuk berkomunikasi dengan anggota kelompok lainnya akan mengalami peningkatan, jika muncul ketidak setujuan yang berkaitan dngan suatu kejadian atau peristiwa, kalau tingkat kepentingannya peristiwa tersebut meningkat dan apabila hubungan dalam kelompok (group cohesivenes) juga menunjukkan peningkatan. Banyak penelitian yang menggunakan teori ini, seperti yang dilakukan oleh Festiari Nindaerrosa , yang diakses melalui http://eprints.undip.ac.id/40214/1/NINDAERROSA.pdf



Penghujung Tahun Di Musim Hujan Jakarta, 03 Desember 2016



Muhamad Fauzi Setiawan NIM : 44316110102



PENGERTIAN TEORI KOMUNIKASI Komunikasi adalah proses penyampaian pesan berupa ide, gagasan, emosi, keterampilan ataupun pesan lainnya baik secara verbal ataupun nonverbal dari pengirim (komunikator) kepada penerima (komunikan). Dalam penyampaian komunikasi, ada beberapa teori yang menggambarkan peliknya hubungan antara komunikator dan komunikan. Teori-teori ini tidak serta merta dapat diaplikasikan di masyarakat atau ke setiap orang, melainkan memerlukan sebuah situasional tertentu yang memungkinkan teori-teori ini bekerja. Adapun teori komunikasi tersebut menurut Wiryanto (Pengantar Ilmu Komunikasi, Grasindo : 2004) adalah sebagai berikut : 1.



Sarah Trenholm & Arthur Jensen (1996: 4) mendefinisikan komunikasi sebagai ‘A process by which a source transmits a message to a receiver through some channel’ (Komunikasi adalah suatu proses di mana sumber mentransmisikan pesan kepada penerima melalui beragam saluran)



2.



Hoveland (1948: 371) mendefinisikan kominikasi sebagai ‘The process by which an individual (the communicator) transmits stimuli (usually verbal symbols) to modify, the behavious



of



other



individu’.



(Komunikasi



adalah



proses



di



mana



individu



mentransmisikan stimulus untuk mengubah perilaku individu yang lain) 3.



Gode (1969: 5) memberi pengertian mengenai komunikasi sebagai berikut: ‘It is a process that makes common to or several what was monopoly of one or some’. (Komunikasi adalah suatu proses yang membuat kebersamaan bagi dua atau lebih yang semula monopoli oleh satu atau beberapa orang)



4.



Cherrey



yang



dikutip



oleh



Anwar



Arifin



(1995:24)



mengatakan



bahwa



‘Communication is essentially the relationship set up by the transmission of stimuli and evocation of response”. 5.



Raymond S. Ross (1983: 8) mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses menyortir, memilih dan mengirimkan simbol-simbol sedemikian rupa, sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respon dari pikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh komunikator.



6.



Everett M. Rogers dan Lawrence Kincaid (1981: 18) menyatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi antara satu sama lain yang pada gilirannya terjadi saling pengertian yang mendalam.



7.



Harold D. Lasswell sebagaimana dikutip oleh Sendjaja (1999: 7) cara yang baik untuk menggambarkan komuinikasi adalah dengan menjawab pertanyaan berikut: Who Says What To Whom In Which Channell With What Effect? (Siapa mengatakan apa dengan saluran apa kepada siapa dengan efek bagaimana)



8.



Bernard Berelson dan Gary A. Steiner (1964: 527) mendefinisikan komunikasi sebagai berikut: ‘Communication: the transmission of information, ideas, emotions, skills, etc by the uses of symbol…’ (Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya. Tindakan dan proses transmisi itulah yang biasa disebut komunikasi.



9.



Shanon dan Weaver (1949), bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lin, sengaja atau tidak sengaja dan tidak terbatas pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi. Teori komunikasi pada dasarnya merupakan “konseptualisasi atau penjelasan logis



tentang fenomena peristiwa komunikasi dalam kehidupan manusia”. Peristiwa yang dimaksud, seperti yang dimaksud oleh Berger dan Chaffee, menakup produksi, proses, dan pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang yang terjadi dalam kehidupan manusia. Penjelasan dalam teori tidak hanya menyangkut nama dan pendefinisian variabelvariabel, tetapi juga mengidentifikasikan keberaturan hubungan di antara variabel. Menurut Littlejohn (1987, 1989, 2002), penjelasan dalam teori berdasarkan pada “prinsip keperluan” (the principle of necessty), yakni suatu penjelasan untuk menghasilkan sesuatu. Penjelasan dan tujuan teori lebih lanjut juga dapat dibagi dalam dua kategori: penjelasan yang memfokuskan pada orang lain. Pelaku (person centered) dan penjelasan yang memfokuskan pada situasi (situation centered). Penjelasan yang memfokuskan pada orang/pelaku menunjukkan pada faktor-faktor internal yang ada dalam diri seseorang (si pelaku), sementara penjelasan yang memfokuskan pada situasi menunjukkan pada faktorfaktor yang ada di luar diri orang tersebut (faktor-faktor eksternal).



PENGERTIAN KOMUNIKASI KELOMPOK Michael Burgoon dan Michael Ruffner dalam bukunya: Human Communication, A Revision of Approaching Speech/Communication, memberi batasan komunikasi kelompok sebagai interaksi tatap muka dari tiga atau lebih individu guna memperoleh maksud atau tujuan yang dikehendaki seperti berbagi informasi, pemeliharaan diri atau pemecahan masalah sehingga semua anggota dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya dengan akurat (the face-to faceinteraction of three or more individuals, for a recognized purpose such as information sharing, self-maintenance, or problem solving, such that the members are able to personal characteristics of the other members accurately). Ada empat elemen yang tercakup dalam definisi di atas, yaitu interaksi tatap muka, jumlah partisipan yang terlibat dalam interaksi, maksud atau tujuan yang dikehendaki dan kemampuan anggota untuk dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya. Kita mencoba membahas keempat elemen dari batasan tersebut dengan lebih rinci. Terminologi tatap muka (face to face) mengandung makna bahwa setiap anggota kelompok harus dapat melihat dan mendengar anggota lainnya dan juga harus dapat rnengatur umpan batik secara verbal maupun nonverbal dari setiap anggotanya. Batasan ini tidak berlaku atau meniadakan kumpulan individu yang sedang melihat proses pembangunan gedung/bangunan bare. Dengan demikian, makna tatap muka tersebut berkait erat dengan adanya interaksi di antara semua anggota kelompok. Jumlah partisipan dalam komunikasi kelornpok berkisar antara 3 sampai 20 orang. Pertimbangannya, jika jumlah partisipan nidebilli 20 orang, kurang memungkinkan berlangsungnya suatu interaksi di mana setiap anggota kelompok mampu melihat dan mendengar anggota lainnya. Dan karenanya kurang tepat untuk dikatakan sebagai komunikasi kelompok. Maksud atau tujuan yang dikehendaki sebagai elemen ketiga dari definisi di atas, bermakna bahwa maksud atau tujuan tersebut akan memberikan beberapa tipe identitas kelompok. Kalau tujuan kelompok tersebut adalah berbagi informasi, maka komunikasi yang dilakukan dimaksudkan untuk menanamkan pengetahuan (to impart knowledge). Sementara kelompok yang memiliki tujuan pemeliharaan dirt (self-maintenance), biasanya memusatkan perhatiannya pada anggota kelompok atau struktur dari kelompok itu sendiri. Tindak komunikasi yang dihasilkan adalah kepuasan kebutuhan pribadi, kepuasan kebutuhan kolektif/kelompok bahkan kelangsungan hidup dari kelompok itu sendiri. Dan apabila tujuan kelompok adalah upaya pemecahan masalah, maka kelompok tersebut biasanya melibatkan beberapa tipe pembuatan keputusan untuk mengurangi kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Elemen terakhir adalah kemampuan anggota untuk menumbuhkan karakteristik personal anggota lainnya secara akurat. Ini mengandung arti bahwa setiap anggota



kelompok secara tidak langsung berhubungan satu sama lain dan maksud/tujuan kelompok telah terdefinisikan dengan jelas, di samping itu identifikasi setiap anggota dengan kelompoknya relatif stabil dan permanen. Batasan lain mengenai komunikasi kelompok dikemukakan oleh Ronald Adler dan George Rodman dalam bukunya : Understanding Human Communication. Mereka mengatakan bahwa kelompok atau grup merupakan sekumpulan kecil orang yang saling berinteraksi, biasanya tatap muka dalam waktu yang lama guna mencapai tujuan tertentu (a small collection of people who interact with each other usually face to face, over time in order to reach goals ). Ada empat elemen yang muncul dari definisi yang dikemukakan oleh Adler dan Rodman tersebut, yaitu interaksi, waktu , ukuran, dan tujuan. Interaksi dalam komunikasi kelompok merupakan faktor yang penting, karena melalui interaksi inilah, kita dapat melihat perbedaan antara kelompok dengan istilah yang disebut dengan coact. Coact adalah sekumpulan orang yang secara serentak terikat dalam aktivitas yang sama, namun tanpa komunikasi satu sama lain. Misalnya, mahasiswa yang hanya secara pasif mendengarkan suatu perkuliahan, secara teknis belum dapat disebut sebagai kelompok. Mereka dapat dikatakan sebagai kelompok apabila sudah mulai memperlihatkan pesan dengan doses atau rekan mahasiswa yang lain. Elemen yang kedua adalah waktu. Sekumpulan orang yang berinteraksi untuk jangka waktu



yang



singkat,



tidak



dapat



digolongkan



sebagai



kelompok.



Kelompok



mempersyaratkan interaksi dalam jangka waktu yang panjang, karena dengan interaksi ini akan dimiliki karakteristik atau ciri yang tidak dipunyai oleh kumpulan yang bersifat sementara. Sedangkan elemen yang ketiga adalah ukuran atau jumlah partisipan dalam komunikasi kelompok. Tidak ada ukuran yang pasti mengenai jumlah anggota dalam suatu kelompok. Ada yang memberi batas 3-8 orang, 3-15 orang dan 3-20 orang. Untuk mengatasi perbedaan jumlah anggota tersebut, muncul konsep yang dikenal dengan small-Hess, yaitu kemampuan setiap anggota kelompok untuk dapat mengenal dan memberi reaksi terhadap anggota lainnya. Dengan small-Hess ini, kuantitas tidak dipersoalkan sepanjang setiap anggota mampu mengenal dan memberi reaksi kepada anggota lain atau setiap anggota mampu melihat dan mendengar anggota yang lain, seperti yang dikemukakan dalam definisi pertama. Elemen terakhir adalah tujuan yang mengandung pengertian bahwa keanggotaan dalam suatu kelompok akan membantu individu yang menjadi anggota kelornpok tersebut dapat mewujudkan satu atau lebih tujuannya.



1. TEORI SOSIOMETRIK (SOCIOMETRY THEORY) 



Pencetus



: Jacob L. Moreno, pada tahun 1937



Gambar 1.1. Jacob L. Moreno1







Inti Sari : Teori Sosiometrik dapat diartkan sebagai pendekatan teoritis dan metodologis terhadap kelompok-kelompok yang diciptakan oleh Moreno. Pada dasarnya teori ini berhubungan dengan daya tarik dan penolakan yang dirasakan oleh individu-individu terhadap satu sama lain serta implikasi perasaan-perasaan ini bagi pembentukan dan struktur kelompok.







Penjelasan



:



Menurut Jacob L. Moreno, seperti dikutip oleh Sendjaja (1994:111-114), dapat penulis jelaskan bahwa, teori Sosiometrik (Sociometry Theory), merupakan sebuah konsepsi psikologis yang mengacu pada suatu pendekatan metodologis dan teoritis terhadap kelompok. Asumsi yang dimunculkan adalah bahwa individu-individu dalam kelompok yang merasa tertarik satu sama lain, akan lebih banyak melakukan tindak komunikasi, sebaliknya individu-individu yang saling menolak, hanya sedikit atau kurang melaksanakan tindak komunikasi. Tataran atraksi atau ketertarikan dan penolakan (repulsion) dapat diukur melalui alat tes sosiometri, di mana setiap anggota ditanyakan untuk memberi jenjang atau ranking terhadap anggota-anggota lainnya dalam kerangka ketertarikan antarpribadi (interpersonal attractiveness) dan keefektifan tugas (task effectiveness). Dengan menganalisis struktur kelompok yang padu dan produktif yang mungkin terjadi. 1 Diakses melalui http://what-when-how.com/social-sciences/sociometry/, Sabtu, 03 Des 2016, pk. 01.31 WIB



Sosiometri merupakan sebuah konsepsi psikologis yang mengacu pada suatu pendekatan metodologis dan teoritis terhadap kelompok. Asumsi yang dimunculkan adalah bahwa individu-individu dalam kelompok yang merasa tertarik satu sama lain, akan lebih banyak melakukan tindak komunikasi, sebaliknya individu-individu yang saling menolak, hanya sedikit atau kurang melaksanakan tindak komunikasi.



Tataran atra



ksi atau ketertarikan dan penolakan (repulsion) dapat diukur melalui alat tes sosiometri, di mana setiap anggota ditanyakan untuk memberi jenjang atau ranking terhadap



anggota-anggota



lainnya



dalam



kerangka



ketertarikan



antarpribadi



(interpersonal attractiveness) dan keefektifan tugas (task effectiveness). Dengan menganalisis struktur kelompok yang padu dan produktif yang mungkin terjadi. 



Contoh : Pada saat saya mulai bekerja di salah satu stasiun swasta sebagai video editor, saya belum mengenal rekan kerja saya dengan baik. Pada suatu waktu di jam istirahat, saya pergi untuk merokok di smoking area dan melihat beberapa rekan kerja saya sedang merokok. Saya pun menghampiri mereka dan mulai berbincang. Seiring berjalannya waktu, saya pun mulai akrab dan saling menceritakan hobi masingmasing, sehingga tanpa disadari saya mempunyai ketertarikan dalam satu hal yang sama yaitu bermain game online. Sehingga saya dan beberapa rekan kerja saya menjadi sebuah kelompok yang kemana-mana menjadi sering bersama dan membuat suatu grup dalam game online.







Manfaat Teori: Teori sosiometrik bagi penulis bermanfaat untuk memperbaiki struktur hubungan sosial para karyawan di dalam suatu perusahaan, memperbaiki penyesuaian hubungan sosial karyawan secara individual. Mempelajari akibat-akibat praktik-praktik pekerjaan terhadap hubungan sosial di kalangan rekan kerja, mempelajari mutu kepemimpinan dalam situasi yang bermacam-macam serta menemukan norma-norma pergaulan antar rekan kerja yang diinginkan dalam suatu perusahaan.







Pesan Bijak



:



“Proses dari teman menjadi sahabat membutuhkan usaha pemeliharaan dari kesetiaan, tetapi bukan pada saat kita membutuhkan bantuan barulah kita memiliki motivasi mencari perhatian, pertolongan dan pernyataaan kasih dari orang lain, tetapi justru ia berinisiatif memberikan dan mewujudkan apa yang dibutuhkan oleh sahabatnya.” 



Model Teori



:



Gambar 1.2. Model Teori Sosiometrik Milik Jacob L. Moreno2







Sumber Buku :



Sendjaja, S. Djuarsa. 1994. Teori Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka



2. TEORI KEPRIBADIAN KELOMPOK / SINTALITAS (SYNTALITY GROUP THEORY) 



Pencetus: Raymond Cattell 1948



2 Diakses dari http://schoolmapper.org/sociometry.html, Sabtu, 03 Des 2016, pk. 01.31 WIB



Gambar 2.1. Raymond Cattell3







Inti Sari : Teori Sintalitas kelompok diambil dari kata Sintaliti ( syntality) merupakan istilah yang digunakan oleh Cattel untuk “Kepribadian Kelompok”. Jadi, sintalitas analog dengan kepribadian pada individu dan mencakup hal-hal seperti kebersamaan, dinamika, temperamen dan kemampuan kelompok. Didalamnya terdapat tiga dimensi Sintalitas kelompok yang perlu kita fahami untuk meramalkan perilaku kelompok diantaranya, dimensi sifat-sifat sintalitas, dimensi struktur kelompok dan dimensi sifat populasi. Terdapat juga dinamika didalam teori sintalitas kelompok ini yang menjelaskan dua aspek penting pada kelompok.







Penjelasan



:



Asumsi dasar dari teori ini merupakan asal kata dari sintalitas (syntality). Sintalitas adalah kepribadian yang khusus digunakan untuk mempelajari cara menguraikan dan mengukur sifat-sifat dan perilaku kelompok. Dasar-dasar pendapat yang dikemukakan oleh Cattell dipengaruhi oleh pandangan McDougall (1920) tentang kelompok, yaitu, Perilaku dan struktur yang khas dari suatu kelompok akan tetap ada walaupun anggota-anggotanya berganti, pengalaman-pengalaman kelompok direkam dalam ingatan, kelompok menunjukkan adanya dorongan-dorongan, kelompok mampu berespons secara keseluruhan terhadap suatu rangsang yang tertuju pada salah satu bagiannya, kelompok menunjukkan emosi yang bervariasi, kelompok menunjukkan adanya pertimbangan-pertimbangan kolektif.



3 Diakses melalui http://what-when-how.com/social-sciences/sociometry/, Senin, 05 Des 2016, pk. 20.431 WIB



Cattell berpendapat bahwa setidaknya dalam suatu kelompok membutuhkan tiga panel, yang terdiri atas : sifat-sifat sintalitas yaitu pengaruh dari kelompok sebagai keseluruhan, baik terhadap kelompok lain maupun terhadap lingkungan; sifat-sifat struktur kelompok yaitu hubungan yang tercipta antara anggota kelompok, perilakuperilaku dalam kelompok, dan pola organisasi kelompok; dan sifat-sifat populasi yaitu sifat rata-rata dari anggota-anggota kelompok. Hubungan dari ketiga panel ini adalah saling ketergantungan. Selain dari tiga panel yang telah diuraikan tersebut, Cattell juga menyatakan adanya dua aspek penting pada kelompok, yaitu : eksistensi kelompok tergantung pada kebutuhan individu anggotanya dan kelompok-kelompok biasanya saling tumpang tindih. 



Contoh : Saya pernah menjadi bagian dari sebuah Majelis Ta’lim Sababul Khair. Majelis ini selalu melakukan hal-hal postif seperti mengaji dan berziarah kubur. Dengan bergabungnya saya dengan majelis ini, saya mulai bisa mengaji dan membaca maulid. Pada saat ada acara maulid nabi Muhammad SAW, saya ditunjuk untuk mengisi acara sebagai pembaca maulid. Saya pun dinilai baik oleh teman dan guru-guru di sekolah saya.







Manfaat Teori: Teori kepribadian kelompok bagi saya bermanfaat untuk memberikan pengaruh positif terhadap diri pribadi dan lingkungan jika kita berada di kelompok yang positif. Teori kepribadian kelompok ini pun mengubah citra saya menjadi orang yang lebih baik dari sebelumnya.







Pesan Bijak



:



“Kepribadian meliputi segala corak perilaku manusia yg terhimpun ke dalam dirinya baik yg datang dari lingkungannya (dunia luar) maupun yg berasal dr dirinya sendiri (dunia dalam), sehingga corak perilakunya itu merupakan suatu kesatuan fungsional yang khas bagi manusia itu.” 



Model Teori



:



Gambar 1.2. Model Teori Kepribadian Kelompok Milik Raymond Cattel4







Sumber Buku :



Wirawan. 2005. Psikologi Sosial : Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan. Jakarta: Balai Pustaka



3. TEORI PRESTASI KELOMPOK (GROUP ACHIEVEMENT THEORY) 4 Diakses dari http://schoolmapper.org/sociometry.html, Sabtu, 03 Des 2016, pk. 01.31 WIB







Pencetus: Ralph Stogdill, pada tahun 1959



Gambar 3.1. Ralph Stogdill5







Inti Sari : Teori prestasi kelompok membahas mengenai kesuksesan suatu kelompok. Proses yang terjadi dalam kelompok adalah dari masukan anggota ke prestasi kelompok melalui variable-variable media. Dan di dalam proses itu terkait ketergantungan faktor satu sama lain. Dalam prestasi suatu kelompok sangat dibutuhkan solidaritas dan kohensivitas yang tinggi agar suatu kelompok dapat memperoleh kesuksesan bersama. Serta aturan atau norma yang berlaku dalam suatu kelompok dan ditaati oleh para anggota kelompok pun juga dapat mempermudah kelompok itu mencapai suatu prestasi.







Penjelasan



:



Teori Prestasi kelompok dikemukakan oleh Stogdill pada tahun 1959. Stogdill menganggap bahwa teori-teori tentang kelompok pada umumnya didasarkan pada konsep tentang interaksi yang memiliki kelemahan teoritis tertentu. Maka dari itu, Stogdill mengajukan teori prestasi kelompok. Menurut Stogdill, kelompok adalah suatu sistem interaksi yang terbuka. Struktur dan kelangsungan sistem sangat bergantung pada tindakan-tindakan anggota dan hubungan antara anggota. Teori prestasi Dikembangkan oleh 3 Teori dengan orientasi berbeda : Orientasi penguat → teori-teori tentang belajar, bagaimana cara mereka belajar, -



5 Diakses melalui http://www.slideshare.net/dhoweye/presentation1-35945468, Selasa, 06 Des 2016, pk. 22.44 WIB



Orientasi lapangan → teori -teori tentang interaksi, bagaimana cara mereka membina hubungan relasi yang baik, menjaga hubungan baik dan menyelesaikan konflik secara baik. Orientasi kognitif → teori -teori tentang harapan, apa saja tujuan mereka, bagaimana mereka mencapai tujuan mereka, dan lain-lain Asumsi Dasar dan Uraian Teori Asumsi dasar dari teori ini adalah proses terjadinya dalam kelompok dimana dimulai dari masukan ke keluaran melalui variabel-variabel media. Dalam teori ini akan terdapat umpan balik (feed-back). Di dalam teori ini terdapat Input atau data masukan, Variabel atau media dan Output atau hasil dari kelompok berupa prestasi, dimana pengertiannya adalah sebagai berikut : 



Contoh :







Manfaat Teori:







Pesan Bijak



:



“” 



Model Teori



:



Gambar 1.2. Model Komunikasi Kelompok Bungkam



Milik Jacob L. Moreno6







Penjelasan Model:



Masukkan dari anggota (sumber input) Kelompok adalah suatu sistem interaksi yang terbuka. Struktur dan kelangsungan kelompok bergantung pada tindakan anggota: Interaksi (adalah reaksi yang terjadi sebagai respons terhadap reaksi anggota lain); Hasil perbuatan(performance) adalah kegiatan yang mempunyai kaitan dengan kelompok, yaitu merupakan bagian dari interaksi. Misal: kerja sama, merencana, berkomunikasi, yang kesemuanya dilakukan dalam kedudukan pelaku sebagai anggota kelompok; Harapan adalah kesediaan untuk mendapatkan reinforcement (kekuatan yang dijadikan suatu dorongan untuk maju) Variabel Media Interaksi, perbuatan dan harapan, merupakan bagian yang saling bergantung: 1) Struktur formal: Fungsi adalah sumbangan yang diharapkan dari seseorang dalam posisi tertentu terhadap pencapaian tujuan kelompok; Status menunjukkan kebebasan seseorang dalam posisi tertentu untuk mengambil prakarsa dan mempertahankan tujuan kelompok. Status dinilai dengan menghubungkan satu posisi dengan posisi lainnya sehingga terlihat adanya hierarki kelompok. 2) Struktur peran (role) adalah perkiraan perilaku yang diharapkan seseorang dalam posisi tertentu. 3) Responsibility/tanggung jawab adalah serangkaian hasil perbuatan yang diharapkan dari individu dalam batas-batas posisinya. 4) Otoritas adalah tingkat kebebasan yang diharapkan untuk dilakukan individu dalam posisinya Prestasi Kelompok (out put) Output dalam kelompok/produktifitas bisa diartikan sebagai efektifitas kelompok dalam mencapai tujuannya 1) Produktivitas adalah derajat perubahan harapan tentang nilai-nilai yang dihasilkan oleh perilaku kelompok, yaitu kearah nilai yang lebih positif atau lebih negatif 2) Moral adalah derajat kebebasan dari hambatan-hambatan dalam kerja kelompok menuju tujuannya. Termasuk dalam moral kelompok adalah kebebasan individu untuk bertindak, berinteraksi. 6 Diakses dari http://schoolmapper.org/sociometry.html, Sabtu, 03 Des 2016, pk. 01.31 WIB



3) Integrasi adalah tingkat kemampuan kelompok untuk mempertahankan struktur dan mekanisme operasinya dalam kondisi yang penuh tekanan.







Sumber Buku :



Sarwono, Sarlito Wirawan. 2002. Teori Psikologi Sosial



4. TEORI KEENGGANAN SOSIAL (SOCIAL LOAFING THEORY) 



Pencetus



: Max Ringelmann, pada tahun 1913



Gambar 4.1. Max Ringelmann7







Inti Sari :







Penjelasan



:



Social loafing atau bisa disebut dengan keengganan sosial merupakan sebuah fenomena dimana seseorang bekerja kurang dari performanya ketika mereka bekerja dalam suatu kelompok daripada mereka bekerja sendiri. Pengertian social loafing ini berbeda dengan free rider. Free rider tidak memberikan kontribusi apapun kepada kelompok namun memperoleh hasil yang sama dengan anggota kelompok lain. Sedangkan social loafer, orang yang melakukan social loafing, sengaja mengurangi usahanya atau kinerjanya karena beranggapan bahwa adanya penilaian yang tidak adil atau penilaian yang tidak jelas atas kinerja masing-masing anggota dalam kelompok tersebut. Social loafing ini pertama kali ditemukan oleh Maximilian Ringelmann ketika dia melakukan penelitian terhadap sekelompok orang yang menarik sebuah tali. Ketika jumlah orang yang menarik tali tersebut bertambah, usaha untuk menarik tali tersebut lebih besar. Kekuatan untuk menarik tali tersebut bertambah. Namun Ringelmann menemukan usaha yang dikeluarkan masing-masing orang berkurang. Penelitian Ringelmann tersebut memberikan gambaran kepada kita bahwa ukuran dari sebuah kelompok mungkin akan berpengaruh pada performa kinerja individu. Seorang 7 Diakses melalui http://www.slideshare.net/ellaabyou/ringelmann-effect, Senin, 05 Des 2016, pk. 08.29 WIB



manajer mungkin perlu untuk mempertimbangkan jumlah anggota yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah tugas. Selain itu social loafing merupakan sebuah situasi dimana sulit atau tidak mungkin untuk menilai kontribusi masing-masing anggota. Social loafing didasarkan pada pandangan Frederick W. Taylor. Dia menyebutkan bahwa ada dua perilaku pekerja yang berpengaruh buruk pada efisiensi perusahaan, yaitu underworking dan soldiering. Underworking merupakan suatu kondisi dimana seorang pekerja di bawah form atau bekerja di bawah kinerja yang sebetulnya dapat dia capai. Dengan kata lain seorang pekerja akan bekerja dengan 1/3 atau 1/2 kemampuan dari yang seharusnya dapat dia kerjakan setiap hari. Sedangkan soldiering merupakan “kemalasan” baik yang bersifat alamiah yang disebut natural soldiering maupun systemic soldiering. Natural soldiering merupakan sifat kemalasan yang sudah melekat pada sifat seseorang. Sedangkan systemic soldiering dapat digambarkan dengan pernyataan berikut: “Mengapa saya harus bekerja keras ketika si pemalas mendapatkan pembayaran yang sama sebesar dengan yang saya kerjakan, sementara dia hanya bekerja setengah dari yang harus dilakukan.” Dari pernyataan tersebut systemic soldieringdapat memicu seseorang untuk berbuat malas, yang pada akhirnya akan menciptakan kemalasan sosial. Pendapat Taylor tersebut kemudian dijadikan dasar dalam pemberian istilah social loafing pada perilaku individu untuk meminimalkan kemampuannya bila bekerja secara kolektif dibanding bekerja secara individual. Perilaku ini tentu sangat berbahaya bagi organisasi karena akan secara langsung berdampak pada produktivitas perusahaan. Namun teori social loafing sendiri pertama kali dikemukakan oleh Latane, Williams, dan Harkins pada tahun 1979. Teori ini digunakan untuk menjelaskan kecenderungan seseorang dalam kelompok untuk mengurangi atau mungkin menghindari beban kerja kelompok dengan memperlihatkan perilaku yang membuang-buang waktu (goof off) justru ketika kelompok sedang membutuhkan mereka untuk giat bekerja. Perilaku lain yang sejenis antara lain adalah tidak hadir dalam pertemuan kelompok, terlambat hadir, gagal memulai suatu pekerjaan yang ditugaskan oleh kelompok, dan hal-hal sejenisnya. Social loafing merupakan teori yang tepat digunakan untuk menggambarkan hubungan



antar individu



dalam kelompok.



Hal



yang



paling



sederhana



bisa



digambarkan dalam kelompok yang dibentuk di kelas untuk mengerjakan tugas yang diberikan dosen. Biasanya ada orang-orang yang berusaha menghindari ikut bekerjasama dalam kelompok itu. Alasan yang mereka gunakan pun bermacam-



macam. Ada yang bilang tidak menguasai materi, sibuk, ke luar kota, bahkan sakit yang menunjukkan keogahan mereka dalam mengerjakan tugas kelompok. Banyak hal yang menyebabkan terciptanya kondisi social loafing ini. Yang pertama adalah adanya kondisi dimana seseorang merasa tidak termotivasi ketika bekerja dalam sebuah kelompok, karena mereka berpikir bahwa kontribusi mereka tidak akan dinilai. Berdasarkan



pada



studi



meta-analisis



(Karau



dan



Williams,



1993),



social



loafingmerupakan fenomena keseluruhan, tetapi hal ini tidak terjadi ketika anggotaanggota kelompok merasa bahwa tugasnya atau kelompoknya merupakan hal penting. Hal ini dapat terjadi ketika orang merasa tidak dihargai di dalam timnya atau kelompoknya. Social loafing juga dapat terjadi karena adanya anggapan pekerja lain dalam kelompok tidak memikul bagiannya secara adil. Anggota kelompok berpikir bahwa dia bekerja lebih keras daripada yang lain. Dia merasa bahwa beban kerja yang ditanggungnya lebih berat daripada anggota yang lain. Oleh karena itu ada upaya untuk mengurangi energi yang dikeluarkan. Penyebab social loafing yang lain adalah adanya dispersi tanggung jawab. Tidak ada kejelasan mengenai siapa yang bertanggungjawab atas bagian-bagian kerja yang telah ditentukan. Kontribusi masing-masing anggota sulit diukur karena tidak ada pembagian wewenang yang jelas dalam kelompok tersebut. Akibatnya ada dorongan untuk meminimalkan energi dalam melaksanakan tugas yang diberikan. Sifat individu yang individualistis juga ikut mendukung terjadinya social loafing. Orang yang bersikap individualistis cenderung tidak peduli pada apa yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Dia juga tidak mau berbaur dengan anggota kelompok yang lain. Yang menjadi tujuannya adalah bagaimana mencapai apa yang diinginkannya sendiri, sehingga ketika dia berada dalam suatu kelompok, dia tidak merasa ikut bertanggungjawab dalam pencapaian kelompok tersebut. Hal ini menyebabkan anggota tidak memaksimalkan kinerjanya. Menurut Social Impact Theory, social loafing dapat dilihat dari dua dimensi: 1. dilution effect Individu “tenggelam” dalam kelompok. Individu kurang termotivasi karena merasa kontribusinya tidak berarti, atau menyadari bahwa penghargaan yang diberikan kepada tiap individu tidak ada kaitannya dengan besar kontribusi mereka. 2. immediacy



gap Individu



merasa



terasing



dari



kelompok. Immediacy



gapmenandakan semakin jauhnya anggota kelompok dari pekerjaannya di satu sisi, dan semakin jauh jarak antar anggota di sisi lainnya.







Contoh :







Manfaat Teori:







Pesan Bijak



:



“ 



Model Teori



:



Gambar 4.2. Model Teori Keengganan sosial Milik Jacob L. Moreno8







Sumber Buku :



Robert C. Linden, dkk, Social Loafing: A Field Investigation, Journal of Management 2004 30(2) 285–304 Steven Karau, Kipling D. Williams, Social Loafing: A Meta-Analytic Review and Theoretical Integration, Journal of Personality and Social Psychology, 1993. Vol. 65. No. 4, 681-706 Steven Karau, Kipling D. Williams, Social Loafing and Social Compensation: The Effects of Expectations of Co-Worker Performance, Journal of Personality and Social Psychology 1991, Vol. 61, No. 4, 570-581 8 Diakses dari http://www.slideshare.net/ellaabyou/ringelmann-effect, Senin, 05 Des 2016, pk. 08.29 WIB



5. TEORI PERKEMBANGAN KELOMPOK (SOCIOMETRY THEORY) 



Pencetus: Jacob L. Moreno, pada tahun 1937



Gambar 1.1. Jacob L. Moreno9







Inti Sari : Pencarian otoritas (dalam psikoanalisis : tokoh ayah). Seseorang masuk ke dalam suatu kelompok dengan keraguaan siapa di dalam kelompok itu yang menjadi tokoh otoritas dan ketika ia menemukannya ia bimbang antara ingin mengikuti otoritas dan ingin melepaskan diri dari otoritas tersebut..







Penjelasan



:



Teori Perkembangan Kelompok dikemukakan oleh Bennis dan Shepherd pada tahun 1956. Teori ini merupakan pengembangan atau setidaknya dipengaruhi dari apa yang telah diungkapkan oleh orang-orang sebelumnya, seperti S. Freud, Kurt Lewin (1946), Sullivan (1953), Schutz (1955) dan Carl Rogers. Awal dari teori ini adalah dari ketidak-sengajaan Kurt Lewin pada tahun 1946 yang menemukan dasar-dasar munculnya kelompok sensitivitas. Dilanjutkan pada tahun 1960-an adanya kelompok pertemuan, dan Carl Rogers melihat adanya manfaat dari kelompok pertemuan ini, yaitu pengembangan diri. Cara ini biasa dilakukan oleh para psikolog untuk melatih pasien menemukan bagaimana dirinya sendiri. Kemudian 9 Diakses melalui http://what-when-how.com/social-sciences/sociometry/, Sabtu, 03 Des 2016, pk. 01.31 WIB



pada tahun 1970-an, ditemukan pula bahwa kelompok pertemuan ini juga dapat mempercepat suatu kehancuran akibat dari kepemimpinan kelompok yang merusak. Asumsi dasar dari teori ini adalah proses perkembangan kelompok yang terjadi dalam interaksi antara orang-orang yang berada dalam suatu situasi latihan di sebuh kelompok. Teori Perkembangan Kelompok ini merupakan pembagian dari kelompok besar. Teori ini merupakan suatu bagian dari tindak komunikasi kelompok pertemuan. Bennis dan Shepherd meneliti teori perkembangan kelompok ini dari sebuah pengamatan yang dilakukan pada kelompok-kelompok latihan di National Training Laboratory for Group Development di Bethel, Maine, Amerika Serikat. Para peserta kelompok dipilih dari latar belakang yang berbeda mulai dari pendidikan, sosial, dan ekonomi, begitu pula dengan kepribadiannya. Pada awalnya anggota kelompok satu sama lain tidak saling mengenal. Seorang pelatih memberikan tugas-tugas kepada kelompok tersebut dengan prosedur yang telah dibuat. Pertemuan antara anggota kelompok dilakukan beberapa kali dalam satu minggu dan ini dilakukan dalam beberapa minggu. Untuk mencapai tujuan dari tugastugas ini, yang mulanya tidak saling mengenal kini mau tidak mau harus saling berkenalan bahkan saling berinteraksi untuk dapat menyelesaikan tugas yang diberikan pelatih. Inilah tahapan-tahapan yang dilakukan ketika bergabung dalam suatu kelompok. Ada perkembangan atau proses yang dilewati untuk pencapaian tujuan bersama yang telah disepakati. Bennis dan Shepherd menyatakan bahwa tidak semua keompok bisa mencapai titik akhir perkembangannya. Tujuan dari pelatihan yang dilakukan dalam sebuah kelompok, antara lain: Pada tingkat individual dapat membantu peserta untuk mengembangkan motivasi dalam berinteraksi terhadap orang lain, peningkatan pemahaman terhadap situasi



kelompok,



peningkatan



kendali



terhadap



komunikasi



antar



manusia,



menambah keragaman perilaku sosial pada setiap peserta latihan Sedangkan pada tingkat kelompok dapat membentuk suatu komunikasi yang valid dimana setiap anngota dapat mengkomunikasikan perasaan, motivasi, keinginannya secara bebas dan tepat. 



Contoh : .







Manfaat Teori: .







Pesan Bijak



:



“.” 



Model Teori



:



Gambar 1.2. Model Teori Sosiometrik Milik Jacob L. Moreno10







Sumber Buku :



Sendjaja, S. Djuarsa. 1994. Teori Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka



10 Diakses dari http://schoolmapper.org/sociometry.html, Sabtu, 03 Des 2016, pk. 01.31 WIB



6. TEORI STRUKTURASI / PENYUSUNAN (STRUCTURATION THEORY) 



Pencetus: Anthony Giddens, pada tahun 1976



Gambar 1.1. Anthony Giddens11







11



Inti Sari :



Diakses melalui http://geography.ruhosting.nl/geography/index.php?title=Anthony_Giddens, Selasa, 06 Des 2016, pk. 21.33 WIB



Teori strukturasi ditunjukan untuk menjelaskan dualitas dan hubungan dialektis antara agensi dengan struktur. Semua tindakan sosial melibatkan struktur dan semua struktur melibatkan tindakan sosial, dan terjalin erat dalam aktivitas atau praktik yang terus menerus dijalankan manusia. Jadi menurut teori ini praktik sosial yang dijalankan oleh manusia merupakan hasil dari suatu hubungan dialektis yang bersifat dualitas antara agensi dengan struktur. 



Penjelasan



:



Teori ini menyebutkan bahwa tindakan manusia adalah sebuah proses produksi dan reproduksi dalam berbagai macam sistem sosial. Dengan kata lain, ketika kita berkomunikasi satu sama lain, kita menciptakan struktur yang memberi jarak dari lembaga sosilal dan budaya yang lebih besar dengan hubungan individu yang lebbih kecil. 



Contoh :







Manfaat Teori :







Pesan Bijak



:



“ 



Model Teori



:



Gambar 1.2. Model Teori Strukturasi Milik Anthony Giddens12







Sumber Buku :



12 Diakses dari http://geography.ruhosting.nl/geography/images/b/b7/Structuration_Theory.jpeg, Selasa, 06 Des 2016, pk. 21.33 WIB



Littlejohn, Stephen W., dan Karen A. Foss, Teori Komunikasi, Jakarta: Salemba Humanika, 2012



7. TEORI KESEIMBANGAN (BALANCE THEORY) 



Pencetus: Fritz Heider, pada tahun 1946



Gambar 7.1. Fritz Heider13







Inti Sari : Teori keseimbangan adalah teori dari aliran humanistik. Epistemologi aliran ini menganggap bahwa tidak ada teori yang memiliki kebenaran yang mutlak dalam memprediksi manusia (multiple truths). Ontologi aliran ini mengambarkan bahwa manusia bersikap aktif dan memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan sesuai



13 Diakses melalui http://yekai2000.blogspot.co.id/2008/10/balance-theory-teori-keseimbangan.html, Selasa, 06 Des 2016, pk. 23.44 WIB



dengan apa yang disukai maupun yang tidak disukainya. Aksiologi aliran ini menganggap bahwa nilai-nilai yang tertanam pada seseorang turut mempengaruhi sikapnya dalam berperilaku. Penelitian dalam aliran ini lebih bersifat subjektif. 



Penjelasan



:



Ruang lingkup teori keseimbangan (balance theory) dari Heider ialah mengenai hubungan – hubungan antar pribadi. Teori ini berusaha menerangkan bagaimana individu – individu sebagai bagian dari struktur sosial, (misalnya sebagai suatu kelompok) cenderung untuk menjalin hubungan satu sama lain. Tentunya salah satu cara bagaimana suatu kelompok dapat berhubungan, ialah dengan menjalin komunikasi



secara



terbuka.



Anggota



kelompok



dapat



merumuskan



dan



menyampaikan pesan – pesan verbal yang akan dijawab oleh orang lain dan mereka dapat menafsirkan arti pesan – pesan yang dirumuskan oleh anggota kelompok yang lain. Akan tetapi, teori Heider tidak mencakup komunikasi terbuka semacam ini. Teori Heider memusatkan perhatiannya pada hubungan intrapribadi yang berfungsi sebaga daya tarik. Dalam hal ini, daya tarik menurut Heider adalah semua keadaan kognitif yang berhubungan dengan perasaan suka dan tidak suka terhadap individu – individu dan objek – objek lain. Dengan demikian, teori Heider berkepentingan secara khusus dengan apa yang diartikan sebagai komunikasi intrapribadi yaitu – sangat menaruh perhatian pada keadaan – keadaan intrapribadi tertentu yang mungkin mempengaruhi pola – pola hubungan dalam suatu kelompok. Di luar dari itu relevansi teori keseimbangan dari Heider tidak begitu dirasakan secara langsung. Meskipun demikian, Heider memberikan penjelasannya tentang kesimbangan dalam suatu kelompok, dan sudah dapat diduga bahwa ahli – ahli komunikasi kelompok ini akan dapat menemukan adanya kaitan erat antara kesimbangan dengan tingkah laku komunikasi terbuka dari anggota kelompok. Teori keseimbangan dari Heider menggunakan symbol “L” untuk menandakan hubungan “skala”. “L” (like) dapat berarti bermacam perasaan positif yang dimiliki seorang anggota terhadap orang lain atau terhadap suatu objek tertentu, seperti misalnya perasaan suka kepada anggota yang lain, sependapat dengan anggota lain, menyetujui suatu tindakan dan lain sebagainya. Sedangkan symbol “L-“ (lawan dari symbol “L”) menyatakan perasaan – perasaan negative seperti rasa benci, tidak suka atau tidak setuju. Simbol “U” berarti hubungan pembentukan unit (unit-forming relationship) dan merupakan persamaan arti dari “berkaitan dengan”, “kepunyaan”, “memiliki”, serta ungkapan –m ungkapan lain yang hampir serupa. Kebalikan dari symbol “U” adalah “U-“.



Tiga symbol lain yang sangat penting dalam system Heider. “p” yang menunjukan orang (person), “o” yang berarti orang lain atau kelompok lain dan “x” yang berarti objek (benda). Di bawah ini disajikan beberapa keadaan yang seimbang dan yang tidak seimbang. Keadaan Seimbang



Simbol – Simbol pLo, oLp



Arti P suka o, o suka p



pL-o, PU-o



P tidak suka o, dan p bukan



Tidak seimbang



anggota



pLo, oL-p



kelompok P suka o, tapi o tidak



pLo, oLx, pL-x



suka p P suka o, o suka x, tapi p tidak suka x



Sistem Heider merupakan penjelasan yang sangat menarik tentang gejala – gejala kelompok dan menyediakan bagi para sarjana komunikasi beberapa cara yang bermanfaat untuk melihat kelompok yang mempunyai hubngan dengan kejadian – kejadian intrapribadi yang berkaitan dengan dimensi – dimensi struktrual dari perasaan suka. Teori ini mungkin juga bermanfaat untuk menerangkan beberapa kejadian komunikasi terbuka di dalam kelompok, walau tidak secara langsung berhubungan dengan tingkah laku pesan. 



Contoh : Pada saat saya duduk di bangku SMA kelas 3, saya memiliki sebuah kelompok belajar yang terdiri dari 5 orang. Masing-masing dari kelompok ini memiliki sifat yang berbeda dan ada keadaan individu yang kurang disukai oleh individu yang lain. Namun untuk menghasilkan tugas yang baik, saya beserta anggota kelompok lainnnya harus bekerja sama satu sama lain. Sehingga timbul situasi yang seimbang di antara individu lainnya.







Manfaat Teori: . Teori Keseimbangan bermanfaat untuk melihat kelompok yang mempunyai hubungan dengan keadaan antarpribadi yang berkaitan dengan dimensi struktural dari perasaan suka dan agar terjalin komunikasi yang terbuka di dalam kelompok.







Pesan Bijak



:



“Setiap orang memiliki opininya masing-masing yang mana tidak semua orang sependapat dengan opininya. Ketika berhadapan dengan orang yang memiliki kesamaan pendapat dengan kita, kita merasa nyaman. Namun ketika kita berhadapan dengan orang yang berbeda pendapat, kita cenderung tidak nyaman.”







Model Teori



:



Gambar 1.2. Model Teori Keseimbangan Milik Fritz Heider14



Penjelasan : P menyukai X P tidak menyukai O Tapi, O menyukai X Peristiwa tersebut merupakan wujud ketidakseimbangan yang terjadi di dalam kelompok P,X, dan O. Maka, dari peristiwa ketidakseimbangan tersebut antara pihak – pihak yang saling berkaitan mungkin saja akan sama – sama mengurangi ketidakseimbangan tersebut, misal : 14 Diakses dari https://en.wikipedia.org/wiki/Balance_theory, Selasa, 06 Des 2016, pk. 23.45 WIB







-



P akan mengatakan bahwa O selama ini tidak begitu jahat P akan menyatakan bahwa X selama ini tidak sebaik yang ia pikirkan (wujud dari O



-



yang menyukai X) P akan menyatakan bahwa O tidak benar – benar menyukai X



Sumber Buku :



Goldberg, A. Larson Carl E.1985.



Komunikasi Kelompok: proses – proses diskusi dan



penerapannya. Jakarta : UI-Press(Universitas Indonesia)



8. TEORI KELOMPOK BUNGKAM (MUTED GROUP THEORY) 



Pencetus



: Edwin Ardener, pada tahun 1970



Gambar 8.1. Edwin Ardener15 



Inti Sari : Inti dari teori kelompok bungkam adalah anggota anggota kelompok yang



termarginalkan dibungkam dan dianggap sebagaipenutur yang tidak fasih,pembungkaman kelompok bungkam adalah penomena yang dialami secara sosial tidak seperti kegiatan pidato yang tidak membutuhkan lebih dari satu orang aktor,pemungkaman tejadi dengan proses yang tersendirinya di karenakan adanya orang yang memiliki kekuasaan tertentu.yang



memiliki



kekuasaan



akan



sangat



vokal



dalam



menyatakan



segala



statemennya Sedangkan kelompok yang di bawah akan jadi terbungkam 



Penjelasan Teori



:



Menurut Ardener, seperti dikutip oleh Littlejohn (2009:89), dapat penulis jelaskan bahwa, teori Kelompok Bungkam (Muted Group Theory-MGT), merupakan teori yang dikembangkan dari karya Edwin dan Shirley Ardener. Adapun Edwin dan Shirley Ardener merupakan para antropolog sosial yang tertarik dengan struktur dan hierarki sosial. Pada tahun 1975, Edwin Ardener menyatakan bahwa kelompok yang menyusun bagian teratas 15 Foto Diakses melalui : http://www.fakonewscentre.com/abouttheardeners.htm, Senin, 14 November 2016, pk.22:58wib



dari hirarki sosial menentukan sistem komunikasi bagi budaya tersebut. Kelompok dengan kekuasaan yang lebih rendah seperti wanita, kaum miskin, dan orang kulit berwarna, harus belajar untuk bekerja dalam sistem komunikasi yang telah dikembangkan oleh kelompok dominan (Westand Turner, 2008). Teori kebungkaman fokus pada cara komunikasi kelompok dominan dalam menekan atau membungkam kata, ide, dan wacana dari kelompok marjinal. Teori ini memandang bahwa bahasa dalam budaya tertentu tidak memungkinkan bagi semua orang untuk berbicara dengan setara, Dengan kata lain bahasa tidak diciptakan setara oleh semua penuturnya. Perempuan ( dan kelompok marjinal lainnya) tidak sebebas laki-laki dalam menyampaikan ucapannya kapanpun, dan dimanapun mereka ingin berkata. Laki-laki membuat



kata-kata



dan



makna



budaya



sehingga



memungkinkan



mereka



untuk



mengungkapkan ide-ide. Disisi lain, perempuan tidak bisa mengungkapkan ide-ide mereka. Teori ini memandang bahwa bahasa adalah batasan budaya, dan karenanya laki-laki lebih



berkuasa



dari



perempuan,



laki-laki



lebih



mempengaruhi



bahasa



sehingga



menghasilkan bahasa yang bias laki-laki. Hal ini terjadi, karena bahasa dari budaya yang khusus tidak menyajikan semua pembicara (speakers) secara sama, tidak semua pembicara berkontribusi dalam formulasi cara yang sama. Perempuan (dan anggota dari kelompok subordinat) tidak sebebas dan semampu laki-laki untuk mengatakan apa yang mereka inginkan, kapan, dan di mana, karena kata-kata dan norma untuknya menggunakan formulasi dari kelompok dominan, yaitu laki-laki. 



Contoh : Saat saya mengikuti kegiatan sosial yang menyangkut urusan pengambilan



keputusan melalui rapat rapat seperti rapat desa maupun kecamatan hanya di berikan kepada kaum pria sehingga wanita kehilangan peranannya untuk turut menyuarakan dan mengekspresikan pendapatnya. Penomena seperti ini akan menimbulkan tekanan tekanan sehingga timbullah sebuah gerakan yang kita kenal dengan istilah feminisme



 Manfaat Teori: Teori kelompok bungkam adalah teori yang provokatif dan menyebabkan kita berpikir dalam bias bahasa. Teori ini juga memberikan penerangan pada apa yang kita terima dan kita tolak dari pembicara. Selain itu, teori ini juga menjelaskan beberapa permasalahan yang dialami wanita dalam berbicara di berbagai latar. Pesan Bijak :



“Perempuan tidak sebebas dan semampu laki-laki untuk mengatakan apa yang mereka inginkan, kapan, dan di mana, karena kata-kata dan norma untuknya menggunakan formulasi dari kelompok dominan, yaitu laki-laki.” 



Model Teori



:



Gambar 8.2. Model Komunikasi Kelompok Bungkam Milik Edwin Ardener16







Sumber Buku :



Sendjaja, S. Djuarsa. 2002. Teori Komunikasi. Cetakan 1. Jakarta: Universitas Terbuka. Griffin, EM. 2003. A First Look At Communication Theory. Fifth edition. America, New York: McGraw-Hill Companies, Inc West, Richard dan turner. 2013. Pengantar Teori Komunikasi : Analisis Teori dan aplikasi. Jakarta : Salemba Humanika Mustain. 2013. Sisi Lain Perempuan Dalam sorotan media : Tinjauan Teori kelompok Bungkam ( Muted Hroup Theory). Purwokerto : JSGI Vol 04, No 01) West dan Turne, 2008. Pengantar Teori Komunikasi, Analisis dan Aplikasi, Jakarta: Salemba.



9. TEORI PERTUKARAN SOSIAL (SOCIAL EXCHANGE THEORY)  Pencetus: George Caspar Homans, pada tahun 1961



16 Gambar Diakses dari : https://en.wikipedia.org/wiki/Muted_group_theory, | Senin, 14 Nov 2016, pk.23:15 Wib



Gambar 9.1. George Caspar Homans 17







Inti Sari : Teori Sosiometrik dapat diartkan sebagai pendekatan teoritis dan metodologis terhadap kelompok-kelompok yang diciptakan oleh Moreno. Pada dasarnya teori ini berhubungan dengan daya tarik dan penolakan yang dirasakan oleh individu-individu terhadap satu sama lain serta implikasi perasaan-perasaan ini bagi pembentukan dan struktur kelompok.







Penjelasan



:



Menurut Jacob L. Moreno, seperti dikutip oleh Sendjaja (1994:111-114), dapat penulis jelaskan bahwa, teori Sosiometrik (Sociometry Theory), merupakan sebuah konsepsi psikologis yang mengacu pada suatu pendekatan metodologis dan teoritis terhadap kelompok. Asumsi yang dimunculkan adalah bahwa individu-individu dalam kelompok yang merasa tertarik satu sama lain, akan lebih banyak melakukan tindak komunikasi, sebaliknya individu-individu yang saling menolak, hanya sedikit atau kurang melaksanakan tindak komunikasi. Tataran atraksi atau ketertarikan dan penolakan (repulsion) dapat diukur melalui alat tes sosiometri, di mana setiap anggota ditanyakan untuk memberi jenjang atau ranking terhadap anggota-anggota lainnya dalam kerangka ketertarikan antarpribadi 17 Diakses melalui http://what-when-how.com/social-sciences/sociometry/, Sabtu, 03 Des 2016, pk. 01.31 WIB



(interpersonal attractiveness) dan keefektifan tugas (task effectiveness). Dengan menganalisis struktur kelompok yang padu dan produktif yang mungkin terjadi. Sosiometri merupakan sebuah konsepsi psikologis yang mengacu pada suatu pendekatan metodologis dan teoritis terhadap kelompok. Asumsi yang dimunculkan adalah bahwa individu-individu dalam kelompok yang merasa tertarik satu sama lain, akan lebih banyak melakukan tindak komunikasi, sebaliknya individu-individu yang saling menolak, hanya sedikit atau kurang melaksanakan tindak komunikasi.



Tataran atra



ksi atau ketertarikan dan penolakan (repulsion) dapat diukur melalui alat tes sosiometri, di mana setiap anggota ditanyakan untuk memberi jenjang atau ranking terhadap



anggota-anggota



lainnya



dalam



kerangka



ketertarikan



antarpribadi



(interpersonal attractiveness) dan keefektifan tugas (task effectiveness). Dengan menganalisis struktur kelompok yang padu dan produktif yang mungkin terjadi. 



Contoh : Pada saat saya mulai bekerja di salah satu stasiun swasta sebagai video editor, saya belum mengenal rekan kerja saya dengan baik. Pada suatu waktu di jam istirahat, saya pergi untuk merokok di smoking area dan melihat beberapa rekan kerja saya sedang merokok. Saya pun menghampiri mereka dan mulai berbincang. Seiring berjalannya waktu, saya pun mulai akrab dan saling menceritakan hobi masingmasing, sehingga tanpa disadari saya mempunyai ketertarikan dalam satu hal yang sama yaitu bermain game online. Sehingga saya dan beberapa rekan kerja saya menjadi sebuah kelompok yang kemana-mana menjadi sering bersama dan membuat suatu grup dalam game online.







Manfaat Teori: Teori sosiometrik bagi penulis bermanfaat untuk memperbaiki struktur hubungan sosial para karyawan di dalam suatu perusahaan, memperbaiki penyesuaian hubungan sosial karyawan secara individual. Mempelajari akibat-akibat praktik-praktik pekerjaan terhadap hubungan sosial di kalangan rekan kerja, mempelajari mutu kepemimpinan dalam situasi yang bermacam-macam serta menemukan norma-norma pergaulan antar rekan kerja yang diinginkan dalam suatu perusahaan.







Pesan Bijak



:



“Proses dari teman menjadi sahabat membutuhkan usaha pemeliharaan dari kesetiaan, tetapi bukan pada saat kita membutuhkan bantuan barulah kita memiliki motivasi mencari perhatian, pertolongan dan pernyataaan kasih dari orang lain, tetapi justru ia berinisiatif memberikan dan mewujudkan apa yang dibutuhkan oleh sahabatnya.” 



Model Teori



:



Gambar 1.2. Model Teori Sosiometrik Milik Jacob L. Moreno18







Sumber Buku :



Sendjaja, S. Djuarsa. 1994. Teori Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka



10. TEORI PERBANDINGAN SOSIAL (SOCIAL COMPARISON THEORY) 



Pencetus: Jacob L. Moreno, pada tahun 1937



18 Diakses dari http://schoolmapper.org/sociometry.html, Sabtu, 03 Des 2016, pk. 01.31 WIB



Gambar 1.1. Jacob L. Moreno19







Inti Sari : Teori Sosiometrik dapat diartkan sebagai pendekatan teoritis dan metodologis terhadap kelompok-kelompok yang diciptakan oleh Moreno. Pada dasarnya teori ini berhubungan dengan daya tarik dan penolakan yang dirasakan oleh individu-individu terhadap satu sama lain serta implikasi perasaan-perasaan ini bagi pembentukan dan struktur kelompok.







Penjelasan



:



Menurut Jacob L. Moreno, seperti dikutip oleh Sendjaja (1994:111-114), dapat penulis jelaskan bahwa, teori Sosiometrik (Sociometry Theory), merupakan sebuah konsepsi psikologis yang mengacu pada suatu pendekatan metodologis dan teoritis terhadap kelompok. Asumsi yang dimunculkan adalah bahwa individu-individu dalam kelompok yang merasa tertarik satu sama lain, akan lebih banyak melakukan tindak komunikasi, sebaliknya individu-individu yang saling menolak, hanya sedikit atau kurang melaksanakan tindak komunikasi. Tataran atraksi atau ketertarikan dan penolakan (repulsion) dapat diukur melalui alat tes sosiometri, di mana setiap anggota ditanyakan untuk memberi jenjang atau ranking terhadap anggota-anggota lainnya dalam kerangka ketertarikan antarpribadi (interpersonal attractiveness) dan keefektifan tugas (task effectiveness). Dengan menganalisis struktur kelompok yang padu dan produktif yang mungkin terjadi. Sosiometri merupakan sebuah konsepsi psikologis yang mengacu pada suatu pendekatan metodologis dan teoritis terhadap kelompok. Asumsi yang dimunculkan 19 Diakses melalui http://what-when-how.com/social-sciences/sociometry/, Sabtu, 03 Des 2016, pk. 01.31 WIB



adalah bahwa individu-individu dalam kelompok yang merasa tertarik satu sama lain, akan lebih banyak melakukan tindak komunikasi, sebaliknya individu-individu yang saling menolak, hanya sedikit atau kurang melaksanakan tindak komunikasi.



Tataran atra



ksi atau ketertarikan dan penolakan (repulsion) dapat diukur melalui alat tes sosiometri, di mana setiap anggota ditanyakan untuk memberi jenjang atau ranking terhadap



anggota-anggota



lainnya



dalam



kerangka



ketertarikan



antarpribadi



(interpersonal attractiveness) dan keefektifan tugas (task effectiveness). Dengan menganalisis struktur kelompok yang padu dan produktif yang mungkin terjadi. 



Contoh : Pada saat saya mulai bekerja di salah satu stasiun swasta sebagai video editor, saya belum mengenal rekan kerja saya dengan baik. Pada suatu waktu di jam istirahat, saya pergi untuk merokok di smoking area dan melihat beberapa rekan kerja saya sedang merokok. Saya pun menghampiri mereka dan mulai berbincang. Seiring berjalannya waktu, saya pun mulai akrab dan saling menceritakan hobi masingmasing, sehingga tanpa disadari saya mempunyai ketertarikan dalam satu hal yang sama yaitu bermain game online. Sehingga saya dan beberapa rekan kerja saya menjadi sebuah kelompok yang kemana-mana menjadi sering bersama dan membuat suatu grup dalam game online.







Manfaat Teori: Teori sosiometrik bagi penulis bermanfaat untuk memperbaiki struktur hubungan sosial para karyawan di dalam suatu perusahaan, memperbaiki penyesuaian hubungan sosial karyawan secara individual. Mempelajari akibat-akibat praktik-praktik pekerjaan terhadap hubungan sosial di kalangan rekan kerja, mempelajari mutu kepemimpinan dalam situasi yang bermacam-macam serta menemukan norma-norma pergaulan antar rekan kerja yang diinginkan dalam suatu perusahaan.







Pesan Bijak



:



“Proses dari teman menjadi sahabat membutuhkan usaha pemeliharaan dari kesetiaan, tetapi bukan pada saat kita membutuhkan bantuan barulah kita memiliki motivasi mencari perhatian, pertolongan dan pernyataaan kasih dari orang lain, tetapi justru ia berinisiatif memberikan dan mewujudkan apa yang dibutuhkan oleh sahabatnya.” 



Model Teori



:



Gambar 1.2. Model Teori Sosiometrik Milik Jacob L. Moreno20







Sumber Buku :



Sendjaja, S. Djuarsa. 1994. Teori Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka



11. TEORI DINAMIKA KELOMPOK (SOCIAL COMPARISON THEORY) 



Pencetus: Kurt Lewin, pada tahun 1937



Gambar 11.1. Jacob L. Moreno21







Inti Sari :



20 Diakses dari http://schoolmapper.org/sociometry.html, Sabtu, 03 Des 2016, pk. 01.31 WIB 21 Diakses melalui http://what-when-how.com/social-sciences/sociometry/, Sabtu, 03 Des 2016, pk. 01.31 WIB



Dinamika kelompok



merupakan suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih



individu yang memiliki hubungan psikologi secara jelas antara anggota satu dengan yang lain yang dapat berlangsung dalam situasi yang dialami secara bersama. Dinamika kelompok juga dapat didefinisikan sebagai konsep yang menggambarkan proses kelompok yang selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang selalu berubah-ubah. 



Penjelasan



:



Kata Dinamika berasal dari kata Dynamics (Yunani) yang bermakna “Kekuatan” (force). “Dynamics is facts or concepts which refer to conditions of change, expecially to forces”.Menurut Kurt Lewin Slamet, Dinamika berarti tingkah laku warga yang satu secara langsung mempengaruhi warga yang lain secara timbal balik. Dinamika berarti adanya interaksi dan interdependensi antara anggota kelompok yang satu dengan anggota kelompok secara keseluruhan. Karenanya, dapat disimpulkan bahwa Dinamika ialah kedinamisan atau keteraturan yang jelas dalam hubungan secara psikologis22.



Menurut Kurt Lewin, syarat- syarat dinamika kelompok ada 3, yaitu : 1. Berawal dari level kelompok → level individu. 2. Fokus pada variabel-variabel yang ada saat ini. 3. Mewakili kekuatan yang ada dalam situasi kelompok. 



Contoh: 



Dahulu saya memiliki group band musik tim sepakbola, sudah lebih dari 13 tahun menguasai alat musik gitar listrik. Group band musiksaya sudah mencicipi kesuksesan dan memiliki fondasi album lagu sendiri dan tampil manggung disuatu tempat seperti di cafe, dan ajang pentas dalam dunia musik. Aktor dibalik kesuksesan ini adalah instruktur musiksaya yang bernama Michael Owen, seorang isntruktur musik di salah satu tempat kursu sekolah musik di Jakarta yaotu Chic’s Musik yang tepatnya di Jalan. Pemuda, Rawamangun, Jakarta Timur.Karakteristik Owen memlilik karismatik yang mampu mendapatkan kepercayaan dalam dunia



22Daryanto, Muljo Rahardjo. Teori Komunikasi. (2016: 111-113)



musik. Maka hal ini padateori Dinamika kelompok yang satu dengan anggota kelompok dengan adanya kekompakan pada kelompok secara keseluruhan. 



Manfaat Teori: Menggambarkan suatu proses berkembang kelompok yang selalu bergerak, dan dapat menyesuaikan pada diri dengan keadaan yang selalu berubah-ubah.







Pesan Bijak



:



“”







Model Teori



:



Gambar 11.2. Model Teori Dinamika Kelompok Milik Kurt Lewin23







Sumber Buku :



Daryanto, Muljo Raharjo. 2016. Teori Komunikasi. theory of decision emergence 1968 Fisher dan Hawes mengajukan model interection sistem model yang tidak memfokuskan pada individu saja tetapi juga pada interaksi. Suatu interaksi merupakan tindakan oleh seseorang yang kemudian diikuti oleh orang lainnya. Menurut Fisher, suatu interaksi dapat dilihat dalam dua interaksi yaitu dimensi isi dan dimensi hubungan. Dimensi isi merupakann individu yang melakukan komunikasi didalam sebuah interaksi sedangkan interaksi hubungan bahwa tanggapan didalam memberikan kesan terhadap orang lain. hampir semua pandangan atau komentar yang dikemukan oleh anggota kelompok terkait dengan keputusan atau usulan keputusan oleh semua anggota, maka Fisher kemudian mengelompokan antara pernyataan (statement) anggota kelompok dalam hal bagaimana cara mereka menaggapi suatu usualan keputusan.



Inti Teori Dalam teori "theory of decision emergence", Fisher membagi empat tahap dalam tugas kelompk : orientasi , konflik, kemunculan dan penguatan kembali. Dalam observasinya, Fisher mencatat interaksi berubah menjadi formulasi keputusan grup dan solidaritas.



Penjelasan Teori Empat tahapan yang dimaksud oleh Fisher adalah : 1



2



3



4



Tahap Orientasi tahap ini mencakup tindakan untuk mengenali masalah, melakukan klarifikasi, mengemukakan pendapat awal. Pada tahapan ini seseorang masih mencoba mencari arah dan pengertian dalam pola komunikasi yang dilakukan. Tahap konflik tahapan ini melibatkan penolakan dan juga interaksi yang terjadi mencakup ketidak setujuan serta evaluasi negatif yang lebih besar. Pada tahap ini, seseorang mulai memperkuat sikap dalam menghasilkan banyak pengelompokan atau polarisasi Tahap kemunculan tahap ini disebut juga tahap yang menghilangkan koalisi yang ditimbulkan pada tahap kedua tanda-tanda permulaan adanya kerja sama mulai terlihat. Pada tahapan ini, seseorang akan mulai mengalami perubahan sikap sehingga pendapat dan komentar mejadi tidak jelas dan besifat ambigu. Tahap penguatan tahapan ini akan melibatkan keputusan kelompok menjadi lebih menguat dan keputusan juga akan menerima penguatan dari kelompok lainnya. Pada tahapn ini, situasi komentar yang tidak jelas dan situasi ambigu akan cenderung hilang sehingga adanya penegasan didalam persetujuan untuk mengambil keputusan yang diambil. Fisher menemukan bahwa dalam melakukan klarfikasi terhadap suatu usulan yang harus diputuskan kelompok cenderung



23 Diakses dari http://schoolmapper.org/sociometry.html, Sabtu, 03 Des 2016, pk. 01.31 WIB



mengikuti satu atau dua pola tergantung kepada potensi konflik yang akan ditimbulkan pada saat pengambilan keputusan. Suatu keputusan terhadap masalah yang sifatnya lebih senstif atau yang lebih memilik potensi konflik biasanya cenderung akan bersifat umum. Teori analisis interaksi ini mengingatkan pada pentingnya interaksi sebagai proses komunikasi dasar yang mengubah input menjadi output. Suatu organisasi dibentuk melalui komunikasi ketika individu di dalamnya saling berinteraksi satu sama lain. Hal ini bertujuan untuk mencapai tujuan individu dan tujuan bersama. Proses komunikasi yang terjadi dalam organisasi akan menghasilkan berbagai hasil seperti hubungan kekerabatan, terciptanya peran, adanya jaringan komunikasi, dan juga iklim dalam suatu organisasi. Dengan demikian, dapat dikatakan sebuah interaksi adalah tindakan dari seseorang yang diikuti oleh tindakan yang lainnya sebagai contoh, tanya-jawab, serta sapamenyapa. Maka, sebagai unit analisisnya tidak hanya ada seseorang, seperti memberi saran, tetapi juga bagian dari tindakan yang berkesinambungan, seperti halnya memberikan saran dan meresponnya. Teori ini juga dapat menunjukan pada kita cara bagaimana memahami suatu keputusan dengan lebih baik, dimaksudkan jika dalam beberapa tahapan diberikan pemahaman tentang cara-cara berinteraksi. Komunikasi yang dibangun baik secara personal maupun secara kelompok sering kali akan membentuk arah masa depan serta membuka peluang dalam kehidupan kita. Hal ini terutama dapat terlihat dalam komunikasi kelompok seperti yang dikemukakan oleh Mary Parker Follet yang mengkaji tentang pemikiran intergratif dalam penyelesaian masalah pada suatu kelompok atau suatu organisasi masyarakat (dalam Morissan hal-334). Selain itu analisis proses interaksi didalam kelompok yang dikemukakan oleh Bales juga dapat mejelaskan bahwa adanya kemungkinan terjadinya pola interaksi intra personal melalui pengelompokkan dalam kelompok kerja maupun kelompok organisasi kecil. Bales mencoba untuk menyusun teori berdasarkan jenis-jenis pesan yang dipertukarkan oleh individu didalam kelompok. Sehingga, pesan tersebut dapat mempengaruhi karakter atau sifat kelompok secara keseluruhan. Tahapan-tahapan dari keputusan kelompok yang dilakukan melalui proses interaksi berdasarkan teori Fisher dan Hawes menjadi sebuah ide atau gagasan dalam satu waktu. Dalam sebuah keputusan akan terjadi modifikasi keputusan sehingga pencapaian kesimpulan serta persetujuan kelompok akan bersifat berputar sebagaimana disesuaikan dengan potensi konflik serta pihak-pihak yang terlibat terhadap konflik tersebut. Berdasarkan modifikasi keputusan yang berputar tersebut maka kelompok akan cenderung mengikuti satu atau dua pola interaksi yang disesuaikan dengan potensi konflik yang terjadi. Dalam analisis interaksi komunitas jika dilihat melalui dimensi isi dan dimensi hubungannya masukan-masukan atau solusi yang diberikan oleh anggota kelompok akan selalu terkait atau selalu terhubung dengan keputusan atau usulan yang akan diambil secara kolektif akan tetapi permasalahannya pernyataan yang dibuat oleh anggota kelompok seringkali berpengaruh terhadap cara pandang dari individu anggota komunitas itu terhadap suatu usulan keputusan yang diperoleh melalui empat tahapan yang dimaksudkan oleh Fisher dan Hawes. Dalam hal ini, pengamatan terhadap distribusi atau penyebaran interaksi pada keseluruhan tahapan peneliti melihat akan adannya perubahan dalam cara-cara anggota berinteraksi ketika keputusan kelompok mulai berkembang dan mendominasi keputusan.



Untuk menggambarkan tahap perkembangan kelompok, Fisher memberikan analisis juri tiruan dalam undang-undang mengenai kecelakaan kendaraan pada pejalan kaki. Di tahap pertama, juri mencari tahu pertanggungjawabannya,. Apa yang seharusnya dilakukan, dan bagaimana nanti akan



dilakukannya? Keputusan apakah yang mungkin keluar? Ketidak jelasan masih ada sampai klarifikasi muncul. Perbedaan pendapat yang besar muncul dalam tahap konflik sampai juri memutuskan apakah terdakwa lalai dan bagaimana mereka metuskannya. Di sini interaksi cenderung lebih emosional dan memanas kadang kala. Dalam tahap kemnculan, juri mulai setuju kalau terdakwa ternyata tidak lalai dan pejalan kaki bisa menghindari kecelakaan itu. Persetujuan ini bersifat sementara, dan juri mengulang lagi permasalahannya, tapi secara emosional dan perdebatan pasti mereda pada titik ini. Dan di tahap terakhir, pengukuhan, juri diyakinkan, dan semua orang setuju dengan hasilnya.



Manfaat



Teori Fisher adalah contoh dari model fase perkembangan kelompok. Model fase memprediksi bahwa kelompok melalui serangkaian tahapan dalam menangani masalah atau set tugas. Karena ada model seperti itu dalam sejarah teori grup kecil, pendekatan fase merupakan pandangan dominan pengembangan kelompok. Proses kerja Tahapan-tahapan ini dimulai dari orang meraba untuk mempelajari dan memahami, kemudian para anggota bedebat dan berusaha mengajak / mempengaruhi, dan mereka bisa membentuk koalisi yang bertujuan untuk mendapatkan solusi yang menguntungkan mulai muncul yang tentunya pendapat hampir semuanya positif dan menguntungkan dan menghilangkan Ambiguitas yang ada . Tahap-tahap dalam pembuatan keputusan kelompok mencirikan interaksi dan berubah setiap waktu. Sebuah topik yang bersangkutan adalah decision modification. Fisher menemukan bahwa sebuah kelompok tidak hanya menyajikan satu ide setiap waktu, ataupun mengajukan sebuah ide dan memodifikasinya sampai sebuah konsensus tercapai. Modifikasi keputusan lebih mirip siklus. Beberapa proposal dibuat dibuat, satu-satu dibahas singkat, dan sisanya dibahas nanti. Diskusi proposal sepertinya berjalan dengan sedikit energi. Proposal A dibahas. Kemudian kelompok tidak setuju dan berlanjut ke proposal. Setelah diskusi ini, kelompok akan membahas proposal lain. Lalu seseorang mengangkat lagi proposal A namun sudah dimodisikasi. Kemudian kelompok setuju dengan rencana yang sudah dimodifikasi dari diskusi sebelumnnya. Mengapa diskusi berjalan tak menentu? Mungkin disebabkan permintaan interpersonal dalam diskusi membutuhkan “break” dari tugas-tugas kelompok. Efeknya adalah, pendeknya perhatian kelompok karena padatnya kerja, dan sikap yang dingin membantu mengatur ketegangan dan konflik



Contoh



Sumber : B. Aubrey Fisher. Teori-Teori Komunikasi. Penerj. Soejono Trimo. Bandung : Remaja Rosdakarya, 1986, hlm. 242.



1 



Teori Pemikiran Kelompok



Pencetus: Stogdill pada tahun 1959



Gambar 1.7 Stogdill 



Sumber Buku:







Inti Sari : Teori prestasi kelompok mengulas mengenai kesuksesan suatu kelompok, proses itu dalam kelompok melalui variabel-variabel media. Kelompok tersebut saling ketergantungan. Dalam prestasi suatu kelompok dibutuhkan solidaritas yang tinggi agar suatu kelompok dapat memperoleh kesuksesan bersama.







Penjelasan







Teori prestasi kelompok dikemukakan oleh Stogdill pada tahun 1959. Stogdill



:



menganggap bahwa teori-teori tentang kelompok pada umumnya didasarkan pada konsep tentang interaksi yang memiliki kelemahan teoritis tertentu. Maka dari itu, Stogdill mengajukan teori prestasi kelompok.Teori yang dikemukakan oleh Stogdill ini, menyertakan masukan (input), variabel media, dan prestasi (output) dari suatu kelompok.Teori ini merupakan hasil pembangunan dari teori-teori sebelumnya yang tergolong dalam tiga orientasi yang berbeda, seperti : orientasi penguat (teori-teori belajar), orientasi lapangan (teori-teori tentang interaksi), dan orientasi kognitif (teoriteori tentang harapan). Asumsi dasar dari teori ini adalah proses terjadinya dalam kelompok dimana dimuiai dari masukan ke keluaran melalui variabel-variabel media. Dalam teori ini akan terdapat umpan balik (feed-back). Penjabaran teori prestasi yang terbagi atas beberapa faktor yang mempengaruhi suatu kelompok, yaitu : Masukan dari anggota; Masukan dari anggota merupakan sumber input. Menurut Stogdill, kelompok adalah suatu sistem interaksi yang terbuka. Struktur dan



kelangsungan sistem sangat bergantung pada tindakan-tindakan anggota dan hubungan antara anggota. Ada tiga elemen penting yang termasuk dalam masukan anggota, yaitu : interaksi sosial (menyatakan suatu hubungan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih, interaksi ini terdiri atas aksi dan reaksi antara anggota-anggota kelompok yang berinteraksi); hasil perbuatan (bagian dari suatu interaksi yang dapat diaplikasikan dalam bentuk kerja sama, berencana, menilai, berkomunikasi, membuat kepetusan); dan harapan (kesediaan untuk mendapatkan suatu penguat, fungsi dari harapan ini adalah sebagai dorongan (drive), perkiraan tentang menyenangkan atau tidaknya dasil, dan perkiraan tentang kemungkinan hasil itu akan benar-benar terjadi). Kemudian ada variabel media; Variabel media ini menjelaskan bagaimana beroprasinya suatu kelompok. Elemen-elemen yang ada di dalamnya, yaitu : struktur formal (struktur formal mencakup fungsi dan status dimana kelompok terdiri atas individu-individu yang masing-masingmembawa harapan dan perbuatannya sendiri) dan struktur peran (struktur peran mencakup tanggung jawab dan otoritas dimana individu yang menduduki posisi tertentu hampir tidak berpengaruh pada status dan fungsi posisi tersebut). Yang ke tiga ada prestasi kelompok; Prestasi kelompok merupakan output atau tujuan dari kelompok. Ada tiga unsur yang menentukkan prestasi kelompok, yaitu : produktivitas (derajat perubahan harapan tentang nilai-nilai yang dihasilkan oleh perilaku kelompok), moral (derajat kebebasan dari hambatan-hambatan dalam kerja kelompok menuju tujuannya), dan kesatuan (tingkat kemampuan kelompok untuk mempertahankan struktur dan mekanisme operasinya dalam kondisi yang penuh tekanan (stress).







Latar Belakang



:



Sebelum kematiannya pada tahun 1978, Ralph Stogdill adalah Profesor Emeritus Ilmu Manajemen dan Psikologi di Ohio State University dan dikenal secara internasional untuk penelitian dan publikasi tentang kepemimpinan dan organisasi. Dia adalah seorang Fellow dari kedua American Psychological Association dan Akademi Manajemen. Stogdill menjadi pemimpin dalam penelitian kepemimpinan dengan publikasi artikel pertamanya "Personal Factors Associated with Leadership: A Survey of the Literature". Pada tahun 1948 Pada tahun 1974 ia menulis Buku Pegangan dasar Kepemimpinan:A Survey of Theory and Research.  Contoh : Di dalam kelas mata kuliah teori komunikasi, dibentuk satu kelompok untuk membahas tentang komunikasi kelompok dan menyelesaikan kasusnya. Di kelompok itu tentunya harus memiliki struktur-struktur yang jelas seperti ketua (yang bisa membimbing) dan anggota (memberi masukan). Dan dalam rapat itu terasa nyaman kalau semuanya saling interaksi,menjalani peran masing-masing dan mengikuti moral kelompok. Ketika



kelompok itu dalam situasi kritis,semuanyapun bekerja sama dan saling menyumbangkan pendapat nya sehingga kelompok ini menjadi suatu kesatuan dan solid.Pada akhirnya merekapun menyelesaikan dengan tuntas membahas tentang komunikasi kelompok itu.



 Mandaat Teori : Pengalaman saya dalam teori ini adalah bisa mengetahui dan memahami setiap yang dilakukan memiliki kaitan di dalam ilmu komunikasi meskipun hanya diam,dan semua aktivitas itu ada kajiannya di dalam teori tersebut. Kesan saya terhadap Teori Prestasi Kelompok adalah bahwasannya setiap kegiatan di dalam kelompok (dalam komunikasinya) dapat tercapai sebuah tujuan bersama apabila memenuhi poin tertentu dan teori ini mudah dipahami dan mudah untuk dipraktekan dalam kehidupan kita sehari-harinya.  Pesan Bijak : “Prestasi yang besar dimulai dari impian yang besar” 



Model Teori



:



Gambar 1.7 Model Teori Prestasi Kelompok



Keterangan Gambar :



2







Teori Kepribadian Kelompok



Pencetus :



Gambar 1.5 Irvin L janis Pencetus Teori Pemikiran Kelompok



http://yasir.staff.unri.ac.id/2012/03/14/teori-pemikiran-kelompokgroupthink-theory/?keyword=24 



Inti Sari : Teori ini berguna untuk mengambil beberapa keputusan sebelum bertindak dan memahami keputusan apa yang diambil.







Penjelasan



:



Teori kepribadian kelompok atau Groupthink merupakan teori yang diasosiasikan dengan komunikasi kelompok kecil. Lahirnya konsep groupthink didorong oleh kajian secara mendalam mengenai komunikasi kelompok yang telah dikembangkan oleh Raimond Cattel (Santoso & Setiansah, 2010:66). Melalui penelitiannya, ia memfokuskannya pada keperibadian kelompok sebagai tahap awal. Teori yang dibangun menunjukkan bahwa terdapat pola-pola tetap dari perilaku kelompok yang dapat diprediksi, yaitu:Sifat-sifat dari 24 http://yasir.staff.unri.ac.id/2013/03/14/teori-pemikiran-kelompok-groupthink-theory/?keyword=



kepribadian kelompok, struktural internal hubungan antar anggota, sifat keanggotaan kelompok. Temuan teoritis tersebut masih belum mampu memberikan jawaban atas suatu pertanyaan yang berkaitan dengan pengaruh hubungan antar pribadi dalam kelompok. Hal inilah yang memunculkan suatu hipotesis dari Janis untuk menguji beberapa kasus terperinci yang ikut memfasilitasi keputusan-keputusan yang dibuat kelompok. Hasil pengujian yang dilakukan Janis menunjukkan bahwa terdapat suatu kondisi yang mengarah pada munculnya kepuasan kelompok yang baik. Asumsi penting dari groupthink, sebagaimana dikemukakan Turner dan West (2008: 276) adalah: Terdapat kondisi-kondisi di dalam kelompok yang mekmpromosikan kohesivitas tinggi,Pemecahan masalah kelompok pada intinya merupakan proses yang menyatu, kelompok dan pengambilan keputusan oleh kelompok sering kali bersifat kompleks. Hasil akhir dari analisis Janis menunjukkan beberapa dampak negatif dari pikiran kelompok dalam membuat keputusan, yaitu: Diskusi amat terbatas pada beberapa alternatif keputusan saja, Pemecahan masalah yang sejak semula sudah cenderung dipilih, tidak lagi dievaluasi atau dikaji uang Alternatif pemecahan masalah yang sejak semula ditolak, tidak pernah dipertimbangkan kembali, tidak pernah mencari atau meminta pendapat para ahli dalam bidangnya, Kalau ada nasehat atau pertimbangan lain, penerimaannya diseleksi karena ada bias pada pihak anggota, cenderung tidak melihat adanya kemungkinan-kemungkinan dari kelompok lain akan melakukan aksi penantangan, sehingga tidak siap melakukan antisipasinya, sasaran kebijakan tidak disurvai dengan lengkap dan sempurna. Ilustrasi Janis selanjutnya mengungkapkan kondisi nyata suatu kelompok yang dihinggapi oleh pikiran kelompok, yaitu dengan menunjukkan delapan gejala perilaku kelompok sebagai berikut: Persepsi yang keliru (illusions), bahwa ada keyakinan kalau kelompok tidak akan terkalahkan, rasionalitas kolektif, dengan cara membenarkan hal-hal yang salah sebagai seakan-akan masuk akal, percaya pada moralitas terpendam yang ada dalam diri kelompok, streotip terhadap kelompok lain (menganggap buruk kelompok lain), tekanan langsung pada anggota yang pendapatnya berbeda dari pendapat kelompok, sensor diri sendiri terhadap penyimpangan dari sensus kelompok, Ilusi bahwa semua anggota kelompok sepakat dan bersuara bulat, Otomatis menjaga mental untuk mencegah atau menyaring informasi-informasi yang tidak mendukung, hal ini dilakukan oleh para penjaga pikiran kelompok (mindguards). Berdasarkan penelitian yang berkembang pada periode selanjutnya, ada beberapa hipotesis mengenai faktor-faktor determinan yang terdapat pada pikiran kelompok. Faktor antesenden : Kalau hal-hal yang mendahului ditujukan untuk meningkatkan pikiran kelompok, maka keputusan yang dibuat oleh kelompok akan bernilai buruk. Akan tetapi kalau hal-hal yang mendahului ditujukan untuk mencegah pikiran kelompok, maka keputusan yang akan dibuat oleh kelompok akan bernilai baik. Faktor kebulatan suara : Kelompok yang mengharuskan suara bulat justru lebih sering terjebak dalam pikiran kelompok, dari pada yang menggunakan sistem suara terbanyak. Faktor ikatas sosial-emosional : Kelompok yang ikatan sosial emosionalnya tinggi cenderung mengembangkan pikiran kelompok. Sedangkan kelompok yang ikatannya lugas dan berdasarkan tugas belaka cenderung lebih rendah pikiran kelompoknya.







Latar Belakang Teori



:



Kajian groupthink menemukan fakta menarik bahwa banyak peristiwa penting yang berdampak luas disebabkan oleh keputusan sekelompok kecil orang, yang mengabaikan



informasi dari luar mereka. Misalnya dalam peristiwa Pearl Harbour (1941), keputusan fatal diambil karena mengabaikan informasi penting intelejen sebelumnya. Minggu-minggu menjelang penyerangan Pearl Harbour di bulan Desember 1941 yang menyebabkan Amerika Serikat terlibat Perang Dunia II, komandan-komandan militer di Hawaii sebetulnya telah menerima laporan intelejen tentang persiapan Jepang untuk menyerang Amerika Serikat di suatu tempat di Pasifik. Akan tetapi para komandan memutuskan untuk mengabaikan informasi itu. Akibatnya, Pearl Harbour sama sekali tidak siap untuk diserang. Tanda bahaya tidak dibunyikan sebelum bom-bom mulai meledak. Walhasil, perang mengakibatkan 18 kapal tenggelam, 170 pesawat udara hancur dan 3700 orang meninggal. Berdasarkan gejala-gejala yang ada, umumnya kelompok yang memiliki semangkin banyak gejala yang ada ia akan semakin tidak baik. Para anggota kelompok akan memberikan penilaian yang berlebihan terhadap kelompoknya seperti kelompoknyalah yang paling benar. Selain itu kelompok pemikiran individu akan tertutup oleh pemikiran kelompok. Ketika suatu kelompok memiliki pikiran yang tertutup, kelompok ini tidak akan mengindahkan pengaruh-pengaruh dari keluar kelompok. Akan selalu ada tekanan untuk mencapai keseragaman, adanya ilusi bahwa akan adanya kebulatan suara meskipun pada dasarnya ada di antara kelompok yang tidak mendukung. Untuk mengatasi gejala-gejala pemikiran kelompok seperti itu adalah dengan lebih banyak berpikir sebelum bertindak. Banyak contoh kasus peristiwa komunikasi yang bisa dilihat dari teori ini diantaranya adalah: ngototnya kepengurusan PSSI yang dipimpin oleh Nurdin Halid untuk tidak mau mundur dari PSSI. Kelompok pendukungnya akan selalu memiliki argumen-argumen yang selalu dilandasi oleh pemikiran kelompok.







Contoh



:



Saya bekerja di perusahaan pialang berjangka, pekerjaan saya membeli atau menjual saham nasabah berdasarkan analisa dan perhitungan fundamental ekonomi suatu negara. Saat itu Manager Analis saya mengatakan Donald Trumpt (presiden AS saat ini) akan mengalami kemenangan, akan tetapi saya bersamaan dengan pialang lainnya tidak menghiraukan perkataan tersebut. Dikarenakan lawan Trumpt yaitu Clinton telak unggul dalam setiap kesempatan debat. Sampai akhirnya saya menjual saham Dowjones Amerika dan merugi sebanya 30000 $ atau setara tiga ratus juta rupiah. Disini saya mendapatkan pengalam bahwa groupthink sangat diperlukan, karena dengan hanya mendengar aspirasi atau pendapat individu lain dalam kelompok kita dapat menyelamatkan hal yang tidak kita inginkan. 



Manfaat Teori



:



Bagi penulis, teoiri ini sangat bermanfaat untuk mendapatkan masukan dari individu elompok lain; belajar menerima pendapat.







Pesan Bijak :



Menurut Hannah Arendt (Filsafat, Amerika Serikat) Mereka yang paling radikal mendukung revolusi akan menjadi kelompok paling konservatif sehari setelah revolusi terjadi.







Model Teori



:



Gambar 1.6 Model Teori Pemikiran Kelompok Keterangan Gambar



:



KESAN DAN PESAN



Kesan : Ketika awal ketemu bunda bawaan nya selalu takut dan tegang, karena dimulai dengan berbagai macam teori yang dimunculkan di depan layar. Tetapi lama kelamaan setelah mengerti dan apalagi bunda suka cerita orang nya, jadi bawaan kelas itu santai dan tidak terlalu tegang. Dan terkadang ada yang paling membuat suka panik tiba-tiba dikarenakan tugas yang super banyak. Terima kasih Bun, terima kasih sudah mengajari kami dengan baik dan bahkan menganggap kami seperti teman. Pesan : Tetap ingat kami ya Bun, walaupun nanti Bunda tidak mengajari saya lagi dilain kesempatan. Sewmoga Kita dapat bertemu dengan bunda di kesempatan yang lainnya.