Teori Sifat Dan Faktor Hans J Eysenck [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TEORI PSIKOLOGI KEPRIBADIAN EYSENCK MAKALAH MATA KULIAH PSIKOLOGI KEPRIBADIAN - F



Dosen Pengampu Mata Kuliah Aprilia Mega Rosdiana, M.Si.



Disusun oleh: Akhmad Kosala D. Sutardi



(16410157)



Sulfia



(200401110021)



Arief Rahman Hafizh



(200401110039)



Picika Mey Hariany



(200401110151)



Bella Laila Qudsi



(200401110182)



FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2021



BAB I PENDAHULUAN A.



Latar Belakang Hans Jürgen Eysenck lahir di Jerman 4 Maret 1916 lalu pindah ke Inggris saat berusia 18 tahun. Eysenck adalah psikolog Inggris yang menghabiskan karir profesionalnya di Britania Raya. Minat penelitian Eysenck sangat luas, namun teori yang paling dikenal adalah teori kepribadian dan kecerdasannya. Pada saat kematiannya, Eysenck adalah psikolog yang paling sering dikutip dalam literatur jurnal ilmiah (Haggbloom, 2002; Rushton, 2001). Teori kepribadian Eysenck berfokus pada temperamen, yang dia yakini sebagian besar dikendalikan oleh pengaruh genetik (Soliemanifar, Soleymanifar, & Afrisham, 2018). Eysenck menggunakan teknik statistik yang dikenal sebagai analisis faktor untuk mengidentifikasi apa yang dia yakini sebagai dua dimensi utama kepribadian: ekstraversi dan neurotisme. Dia kemudian menambahkan dimensi ketiga yang dikenal sebagai psikotisisme. Berdasarkan latar belakang di atas dan beberapa penjelasan lainnya, tulisan ini bermaksud untuk menelaah lebih dalam terkait teori kepribadian Hans Eysenck.



B.



Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penulisan, rumusan masalah pada makalah teori kepribadian Hans Eysenck adalah sebagai berikut:



C.



1.



Bagaimana teori kepribadian Hans Eysenck?



2.



Bagaimana dimensi kepribadian dari teori Hans Eysenck?



3.



Bagaimana kritik atas teori kepribadian Hans Eysenck?



Tujuan Penulisan Rumusan masalah di atas mengarahkan tujuan penulisan makalah ini dalam menelaah lebih dalam mengenai teori kepribadian Hans Eysenck. Secara khusus, penulisan ini berusaha untuk menjelaskan: 1.



Teori kepribadian Hans Eysenck;



2.



Dimensi kepribadian teori Hans Eysenck; dan



3.



Kritik atas teori kepribadian Hans Eysen



BAB II PEMBAHASAN A.



Biografi Hans Eysenck Hans Eysenck lahir di Jerman, tetapi pindah ke Inggris setelah usia 18 tahun dan menghabiskan sebagian besar kehidupan profesionalnya di sana. Minat penelitiannya luas, tetapi ia mungkin paling dikenal karena teori kepribadian dan kecerdasannya. Teori kepribadian Eysenck berfokus pada temperamen, yang dia yakini sebagian besar dikendalikan oleh pengaruh genetik. Dia menggunakan teknik statistik yang dikenal sebagai analisis faktor untuk mengidentifikasi apa yang dia yakini sebagai dua dimensi utama kepribadian, ekstraversi dan neurotisisme. Kemudian ia menambahkan dimensi ketiga yang dikenal sebagai psikotik.Eysenck adalah sosok yang sangat berpengaruh dalam psikologi. Pada saat kematiannya pada tahun 1997, ia adalah psikolog yang paling banyak dikutip dalam jurnal ilmiah. Terlepas dari pengaruh itu, ia juga merupakan sosok yang kontroversial. Sarannya bahwa perbedaan ras dalam kecerdasan adalah genetik dan bukan lingkungan menyebabkan sejumlah besar konflik. Hans Eysenck lahir di Jerman sebagai putra aktor film dan panggung terkenal. Setelah orang tuanya bercerai ketika dia baru berusia dua tahun, dia hampir tumbuh bersama neneknya. Antipati terhadap Hitler dan Nazi membawanya ke Inggris pada usia 18 tahun. Karena kewarganegaraan Jermannya, dia kesulitan mencari pekerjaan di Inggris. Akhirnya ia mendapatkan gelar doktor. Dalam Psikologi dari University College London pada tahun 1940 di bawah arahan psikolog Cyril Burt, mungkin paling terkenal karena penelitiannya tentang heritabilitas kecerdasan. Selama Perang Dunia II, Eysenck bekerja sebagai psikolog penelitian di Rumah Sakit Darurat Mill Hill. Dia kemudian mendirikan psikologi



di



Institut Psikiatri Universitas London, tempat dia bekerja hingga 1983. Dia adalah profesor emeritus di sekolah itu hingga kematiannya pada 1997. Dia juga seorang penulis yang sangat produktif. Selama karirnya ia menerbitkan lebih dari 75 buku dan lebih dari 1.600 artikel majalah. Sebelum kematiannya, dia adalah psikolog yang paling banyak dikutip. Dia tidak hanya salah satu psikolog paling terkenal, tetapi juga salah satu yang paling kontroversial. Salah satu kontroversi pertama berkisar pada



artikel yang ditulisnya pada tahun 1952 tentang efek psikoterapi. Dalam artikel tersebut, Eysenck melaporkan bahwa dua pertiga pasien terapi membaik atau pulih secara signifikan dalam dua tahun, terlepas dari apakah mereka menerima psikoterapi atau tidak. Dia juga seorang kritikus psikoanalisis yang blak-blakan dan menolaknya sebagai tidak ilmiah. Kontroversi terbesar seputar Eysenck adalah pendapatnya tentang sifat bawaan kecerdasan, lebih khusus pendapatnya bahwa perbedaan ras dalam kecerdasan sebagian disebabkan oleh faktor genetik. Setelah salah satu muridnya dikritik karena menerbitkan artikel yang menyatakan bahwa genetika bertanggung jawab atas perbedaan ras dalam kecerdasan, Eysenck membelanya dan kemudian menerbitkan The IQ Argument: Race, Intelligence, and Education, yang menimbulkan kontroversi dan kritik. Otobiografinya tahun 1990 mengasumsikan peran penting yang dimainkan oleh lingkungan dan pengalaman dalam pembentukan kecerdasan Sementara Hans Eysenck jelas merupakan sosok yang kontroversial, penelitiannya yang luas memiliki dampak besar pada psikologi. Selain karyanya pada kepribadian dan kecerdasan, ia telah memberikan kontribusi yang signifikan untuk membangun pendekatan



pelatihan klinis dan



psikoterapi yang berakar dalam pada penelitian dan ilmu empiris. Salah satu kontribusi terpenting Eysenck bagi psikologi adalah karya maninya tentang ciri-ciri kepribadian. Eysenck adalah salah satu yang pertama menggunakan teknik statistik yang disebut analisis faktor untuk mengurangi jumlah karakteristik yang mungkin menjadi satu set dimensi tertentu. Awalnya, model Eysenck hanya terdiri dari dua karakteristik: ekstraversi dan neurotisisme. Kemudian ia menambahkan karakteristik ketiga dari psikotisisme. Saat ini, model kepribadian Lima Besar dianggap sebagai standar emas untuk mengukur sifat, tetapi Lima Besar mencerminkan model Eysenck dalam beberapa cara. Kedua model menyertakan ekstraversi dan neurotisisme sebagai ciri-ciri dan psikotisme Eysenck mencakup unsur-unsur Lima Besar ciri kesadaran dan keramahan. Eysenck juga berpendapat bahwa sifat memiliki komponen biologis. Ini menyatakan bahwa biologi menggabungkan dengan



lingkungan



untuk



menciptakan



mempertimbangkan pentingnya alam dan perawatan.



kepribadian,



dengan



B.



Teori Faktor Eysenck berpendapat bahwa kepribadian tersusun dari tindakan-tindakan, disposisi yang teorganisir dalam susunan hirarkis berdasarkan kepentingan dan keumuman yang mencakup tipe, trait, habitual response dan specific response. Secara historis, analisis faktor hanyalah perpanjangan dari postulat logis yang mendasari semua prosedur korelasi, yaitu.Mill disebut "metode variasi seiring". Tujuan dari analisis faktor adalah untuk menemukan jumlah terkecil darifaktor atau variabel independen yang cukup menggambarkan dan mengklasifikasikan kemampuan mental dan sifat temperamental; diamencoba untuk memberikan penjelasan yang paling pelit dari temuan eksperimental sejauh ini saling bergantung. (Eysenck, H. J : 1998) 1. Analisis Faktor Faktor-faktor yang Eysenck maksud dalam teori kepribadian meliputi: a. Ekstraversi: Ramah, dinamis, aktif, tegas, mencari sensasi, riang, dominan, memberontak, berani. b. Neurotisme: Cemas, tertekan, perasaan bersalah, harga diri yang rendah, tegang, tidak rasional, pemalu, murung, emosional. c. Psikotik: agresif, dingin, egosentris, tidak ramah, impulsif, anti sosial, tidak empati, kreatif, dan keras kepala. Neurotisme dan psikotik tidak terbatas hanya pada individu yang patologis, walaupun orang yang terganggu cenderung mempunyai skor yang lebih tinggi daripada individu yang normal. Ketiga faktor ini bersifat bipolar. Artinya memiliki kutub yang berlawanan, yaitu faktor ekstravensi dengan introvensi. Neurotisme dengan stabilitas. Dan yang terakhir psikotik dengan fungsi superego. 2. Kriteria dalam Mengidentifikasikan Faktor Menurut Eysenck setiap faktor memenuhi empat kriteria yang ia berikan untuk mengidentifikasi dimensi kepribadian. Kriteria-kriteria tersebut yaitu : a. Bukti psikometri yang kuat untuk eksistensi faktor harus ada dan ditentukan di setiap faktor. Kesimpulannya adalah faktor harus reliabel dan dapat direplikasi. Penelitian lain dari labolatorium lain, harus juga



menemukan suatu faktor, dan para peneliti ini harus mengidentifikasi secara konsisten ekstraversi, neurotisme, dan psikotisme Eysenck. b. Faktor harus memiliki sifat warisan yang sesuai dengan model genetik sebelumnya. Berarti setiap faktor harus memiliki herbility dan sesuai dengan model genetis yang sudah dikenal sebelumnya. Kriteria ini mengeliminasi karakteristik yang dipelajari, seperti kemampuan mengimitasi suara-suara dari orang terkenal, keyakinan agama, ataupun pandangan politik. c. Faktor harus rasional dari sudut pandang teoretis. Eysenck menggunakan metode deduktif dalam penelitiannya. Eysenck memulai dengan satu teori, kemudian mengumpulkan data yang konsisten secara logis dengan teori tersebut. d. Faktor harus memiliki relevansi sosial. Faktor-faktor yang diperoleh secara matematis harus bisa dibuktikan memiliki kaitan (meski tidak selalu kausal) dengan variabel-variabel sosial yang relevan. Seperti kecanduan obat, kerentanan atau kecerobohan akan cedera tanpa sengaja, performa cerdas dalam olahraga, perilaku psikotik, kriminalitas, dan sebagainya. 3. Hirarki Organisasi Perilaku Ada 4 level dalam pengorganisasian perilaku, yaitu : a. Level terendah adalah tindakan spesifik (spesific response) Pikiran individual yang mungkin ataupun tidak merupakan karakteristik dari seseorang. Contohnya : seorang siswa yang menyelesaikan tugas membaca merupakan salah satu contoh dari respon spesifik. b. Level kedua adalah tindakan umum (habitual response) Respon yang terjadi secara berulang dalam kondisi serupa.



Contohnya : seorang siswa sering bertahan dengan suatu tugas sampai tugas tersebut selesai. Sebagai kebalikan dari tindakan spesifik, respon umum harus cukup reliabel atau konsisten. c. Level ketiga adalah Respon umum/sifat Respon umum yang salaing berhubungan akan membentuk sifat (trait). Eyesenk (1981) mendefinisikan sifat sebagai “disposisi kepribadian yang permanen yang penting”. Contohnya : siswa akan memiliki sifat tekun apabila mereka mengerjakan tugas kelas dan terus bekerja pada tugas lainnya sampai tuntas. d. Level keempat, yaitu tipe (types) atau superfaktor Suatu tipe terdiri atas beberapa sifat yang saling berhubungan. Contohnya ketekunan dapat berkaitan dengan penyesuaian emosional yang buruk, inferioritas, sifat pemalu secara sosial, dan beberapa sifat lainnya. Semua itu dapat membentuk faktor introversi (Kebalikan dari Ekstroversi) C.



Dimensi kepribadian dan penjelasan biologis Ada tiga dimensi tipe kepribadian Eysenck yaitu, tipe ekstraversi (E), tipe neurotisisme (N), dan tipe Psikotisisme (P). ketiga dimensi tersebut saling terpisah dan secara bebas dapat dikombinasikan. Masing-masing tipe terdiri dari 9 kumpulan trait, sehingga total keseluruhan terdapat 27 trait. Tipe kepribadian Neurotisisme dan Psikotisisme yang dimaksud bukan merujuk pada sifat patologis, meskipun individu yang mempunyai gangguan akan memperoleh skor ekstrim. Masing-masing dimensi tersebut merupakan bagian yang normal dari kepribadian seseorang. Tiap-tiap tipe tersebut bersifat bipolar atau berlawanan, misalnya ekstoversi berlawanan dengan introversi; neurotisisme berlawanan dengan stabilitas dan psikotisisme yang berlawanan dengan fungsi superego. 1.



Ekstraversi (E) Jung pertamakali menggunakan ekstraversi dan introversi, ke duanya merupakan keseimbangan inhibition (ketika otak dengan keadaan down atau disebut tertidur memunculkan rasa rileks dan rasa melindungi diri) dengan excitation (otak dengan keadaan terbangun



atau up menjadikan individu lebih waspada). Seorang introvert inhibitionnya



rendah



begitupun



sebaliknya



dengan



extrovert



inhibitionnya tinggi atau kuat. Ekstraversi umumnya mempunyai traittrait seperti perasaan sosial, optimis, aktif, lincah, asertif, dominan, rasa humor, bersemangat serta perasaan-perasaan lainnya yang merujuk pada penghargaan hubungan dengan orang lain. Tipe ekstraversi mempunyai sudut pandang yang objektif juga cenderung tidak bersifat individual. Berlawanan dengan intoversi, tipe ini cenderung mempunyai sudut pandang yang subjektif dan bersifat individual. Ciri dari tipe ini yaitu lembut, pasif, tenang, pesimis, dan cenderung tidak berjiwa social serta memiliki kontrol diri yang baik. Eysenck menyebutkan bahwa sebab utama dari perbedaan ekstroversi dan introversi terdapat pada faktor biologis dan keturunan yaitu CAL (Cortisol Arousal Level). Individu dengan tipe kepribadian ekstroversi mempunyai CAL yang rendah, hal ini berarti diperlukan banyak rangsangan bagi korteks untuk dapat aktif. Misalnya, banyak melakukan aktivitas dan olahraga tim. Berlawanan dengan ekstroversi, CAL tinggi dimiliki oleh tipe kepribadian, artinya tidak diperlukan banyak rangasangan bagi korteks, sehingga tipe ini sering menarik diri dari lingkungan untuk mengurangi rangsang berlebih. Misalnya, melakukan olahraga soliter. 2.



Neurotisisme (N) Merupakan julukan Eysenck kepada seseorang yang di katakana normal, cukup normal ataupun dalam kondisi nerveus (gugup, gelisah ataupun takut) penelitian Eysenck menunjukkan bahwa keadaan tersebut termasuk dalam neuroses atau nerveus disorder. Cenderung mengalami emosi negatif (high level of negative affect). Individu yang mempunyai skor neurotik tinggi cenderung melibatkan emosi yang berlebih dalam bereaksi, mengaduh simtom fisik, khawatir dan cemas. Bagi Eysenck, neurotisisme tidak sama dengan pengertian neurosis secara umum, tetapi menampakkan model stress-diathesis. Pada kondisi tertekan, gangguan neurotik rentan dikembangkan pada orang dengan skor N yang lebih tinggi. Pokok bahasan biologis neurotisisme adalah ANS (Automatic Nervous System Reactivity). Individu yang memiliki ANS tinggi cenderung menggunakan emosi berlebih dalam merespon sesuatu (mudah panik, mudah marah, mudah tersinggung, dan lainnya).



Lawan dari tipe kepribadian ini yaitu stabilitas emosi. 3.



Psikotisisme (P) Individu yang memiliki psikotisisme yang tinggi mempunyai trait seperti egosentrik, dingin, agresif, keras hati, anti social, sembrono, tidak empati dan impulsive jika seperti ini dapat memisahkan individu dengan kelompok masyarakat namun tidak berarti individu itu gila (psychotic). Sedangkan individu dengan skor P rendah cenderung bersifat, merawat, hangat penuh kasih, sabar, sosialis dan tenang. Pada masa Hippocrates dan Galen. Teori awal mengenai koleris,



melankolis, sanguinis, pleghmatis. Orang pertama yang mengambil empat kategori kepribadian tersebuat adalah wundt yang kemudian menurunkan menjadi dimensi independent yang di pecah jadi dua. Melankolis dan pleghmatis yaitu rangkaian dasar introverted mendasari ketidak stabilan (neurotisismenya tinggi), koleris dan sanguinis yaitu rangkaian dasar extraverted mendasari kestabilan (neurotisismenya rendah). Psikiatri Austria otto gross mengenalkan konsep fungsi primer dan skunder yaitu konsep yang mengutamakan pada aktivitas sel otak yang memproduksi atau merekam keadaan mental lalu mengantarkan pada nerveus processes kemudian menggantiakan arousal sebagai gagasan berfikir untuk lebih kuat namun bukan tingkatan sadar yang menentukan pembentukan kesamaan dalam pikiran. D.



Kepribadian sebagai prediktor 1. Kepribadian dan kebiasaan Teori Eysenck mengasumsikan bahwa extraversion adalah produk dari arousability kortikal yang rendah. Oleh karena itu, introvert harus lebih sensitif terhadap berbagai rangsangan dan kondisi belajar dibandingkan dengan ekstrovert. Eysenck (1997) berpendapat bahwa teori kepribadian yang efektif harus memprediksi konsekuensi proksimal dan distal. Banyak studi psikologi telah mencapai kesimpulan yang salah karena mereka tidak menghiraukan faktorfaktor kepribadian. Misalnya studi dalam Pendidikan yang membandingkan efektivitas pembelajaran penemuan dan pembelajaran penerimaan tradisional telah sering menghasilkan baik perbedaan yang bertentangan atau tidak ada perbedaan. Eysenck percaya bahwa studi ini tidak mempertimbangkan bahwa anak-anak



yang lebih diutamakan lebih suka dan lebih baik dengan pembelajaran penemuan yang lebih aktif, sedangkan anak-anak yang introvert lebih suka dan lebih baik dengan pembelajaran penerimaan yang lebih pasif. Dengan kata lain, ada interaksi antara dimensi kepribadian dan gaya belajar. Namun, ketika penyelidik mengabaikan faktor personalitas ini, mereka mungkin tidak menemukan perbedaan dalam keefektifan komparatif dari penemuan versus penerimaan gaya belajar. Eysenck (1995) juga berhipotesis bahwa psikotisme (P) terkait dengan kejeniusan dan kreativitas. Sekali lagi, hubungannya tidak sederhana. Banyak anak memiliki kemampuan kreatif tidak sesuai dan memiliki ide-ide yang tidak lazim tetapi mereka tumbuh menjadi orang yang tidak kreatif. Eysenck menemukan bukti bahwa orangorang ini tidak memiliki skor pencetak P tinggi. Anak-anak dengan potensi kreatif yang sama yang juga tinggi dalam psikotisme (P) mampu menolak kritik dari orang tua dan guru dan muncul sebagai orang dewasa yang kreatif. Demikian pula, Eysenck dan S. B. G. Eysenck (1975) melaporkan bahwa baik pencetak skor P tinggi dan pencetak skor E tinggi cenderung menjadi pembuat onar sebagai anakanak. Namun, orang tua dan guru cenderung menganggap anak-anak ekstra sebagai anak nakal yang menarik dan memaafkan kesalahan mereka, sedangkan mereka melihat pencetak angka P tinggi sebagai lebih pendendam, mengganggu, dan tidak bisa dicintai. Dengan demikian, pembuat onar dengan skor E tinggi cenderung tumbuh menjadi orang dewasa yang produktif, sedangkan pembuat onar dengan skor P tinggi cenderung terus mengalami masalah belajar, terlibat dalam kejahatan, dan memiliki kesulitan menjalin pertemanan (S. Eysenck, 1997). Psikolog akan keliru jika tidak mempertimbangkan berbagai kombinasi dimensi kepribadian dalam menjalankan penelitiannya. 2. Kepribadian dan penyakit Awal tahun 1960-an, Eysenck dan David Kissen menemukan bahwa orang-orang yang memiliki skor rendah pada neurotisme (N) pada Maudsley Personality Inventory cenderung menekan emosi mereka dan jauh lebih mungkin dibandingkan pencetak skor N tinggi



untuk menerima diagnosis kanker paru-paru. Kemudian, Eysenck bekerja sama dengan dokter dan psikolog Yugoslavia Ronald Grossarth-Maticek untuk menyelidiki hubungan antara kepribadian dan kepribadian penyakit dan juga efektivitas terapi perilaku untuk memperpanjang hidup pasien kanker dan CVD. Grossarth-Maticek telah menggunakan kuesioner pendek dan wawancara pribadi yang panjang untuk menempatkan orang ke dalam satu dari empat kelompok atau tipe. Tipe I termasuk orang dengan reaksi non-emosional yang tanpa harapan / tidak berdaya terhadap stres, orang tipe II biasanya bereaksi terhadap frustrasi dengan kemarahan, agresi, dan rangsangan emosional, Tipe III orang yang ambivalen, bergeser dari reaksi khas orang Tipe I ke reaksi khas Tipe Il dan kemudian Kembali lagi, Tipe IV biasanya orang yang menganggap otonomi mereka sendiri sebagai kondisi penting bagi kesejahteraan dan kebahagiaan mereka pribadi. Dalam penelitian asli di Yugoslavia, orang tipe I lebih mungkin meninggal karena kanker, dan orang tipe II lebih mungkin meninggal karena penyakit jantung, orang tipe III dan tipe IV memiliki tingkat kematian yang sangat rendah baik karena kanker atau CVD. Grossarth-Maticek, Eysenck, dan Vetter mereplikasi penelitian ini di Heidelberg, Jerman, dan menemukan hasil yang sangat mirip. Seperti Eysenck (1996) dan penelitian lain pada hubungan antara kepribadian dan penyakit tidak membuktikan bahwa faktor psikologis menyebabkan kanker dan penyakit jantung. Sebaliknya, penyakit ini disebabkan oleh interaksi banyak faktor. Untuk penyakit kardiovaskular, faktor-faktor ini termasuk riwayat keluarga, usia, jenis kelamin, etnis latar belakang, hipertensi, rasio yang tidak menguntungkan dari kolesterol total terhadap lipoprotein densitas tinggi (HDL), merokok, diet, gaya hidup tidak aktif, dan beberapa faktor kepribadian. Untuk kanker, risikonya termasuk merokok, diet, alkohol, praktik seksual, sejarah keluarga, latar belakang etnis, dan faktor kepribadian (Brannon & Feist, 2007). Eysenck (1996) berpendapat bahwa merokok saja tidak menyebabkan kanker atau CVD, tetapi ketika dikombinasikan dengan faktor stres dan kepribadian, itu membantu berkontribusi terhadap kematian dari kedua penyakit ini. Misalnya, Eysenck dan rekan-



rekannya. (Marusic, Gudjonsson, Eysenck, & Starc, 1999) mengembangkan model biopsikososial yang kompleks untuk penyakit jantung yang mencakup 11 faktor biologis dan 7 faktor psikososial. Penelitian mereka dengan pria di Republik Slovenia mendukung hipotesis bahwa faktor kepribadian berinteraksi dengan berbagai faktor biologis untuk berkontribusi pada penyakit jantung. Salah satu interaksi tersebut adalah untuk merokok, neurotisme, dan reaktivitas emosional, yaitu pencetak angka P tinggi yang merokok dan yang bereaksi terhadap stres dengan amarah, permusuhan, dan agresi meningkatkan risiko penyakit jantung. E.



Kritik terhadap teori eysenck 1.



Masalah dengan Pengukuran dan Eksperimen Untuk mulai dengan, ada bidang kelemahan yang berkaitan dengan penelitian dan pengukuran teorinya. Meskipun Eysenck sendiri menyadari hal ini, mereka tetap merepotkan. Misalnya, dalam menyelidiki hubungan antara respons individu dan gairah kortikal (Eysenck, 1991), dia menunjukkan bahwa “sistem yang berbeda dari gairah kortikal diaktifkan pada orang yang berbeda”? Beberapa individu mungkin merespons dengan keringat berlebih, sementara yang lain merespons dengan peningkatan pernapasan. Dengan kata lain, bagaimana seseorang bisa yakin sistem gairah mana yang diaktifkan pada individu tertentu pada waktu tertentu? Sederhananya, teori tertentu mungkin tidak didukung karena alat ukur yang digunakan salah (Eysenck, 1991, hal. 90) Sepanjang baris yang sama adalah fenomena “respon spesifisitas”? (Eysenck, 1991, hal. 90). Sebagai contoh, karena “[g]faktor genetik mempengaruhi



individu”?



menjadi



cemas



dalam



menghadapi



rangsangan tertentu, bagaimana peneliti mengetahui rangsangan mana yang benar, dan untuk individu mana, untuk menginduksi dan mengukur kecemasan, pada titik waktu tertentu? (Salz, 1970, dikutip dalam Eysenck, 1991, hlm. 90). Bidang ketidakpastian lain menyangkut atribusi kausalitas ketika mencoba memahami motif tanggapan orang tertentu dalam kondisi tertentu. Sekali lagi, Eysenck sendiri menyatakan bahwa “panah kausalitas”?? tidak selalu atau selalu menuju satu arah, dari proses biologis/genetik ke sisi perilaku (Eysenck, 1991, hlm. 99). Mengacu pada penelitian yang meneliti pengaruh kadar testosteron terhadap perilaku, ia menyatakan bahwa perilaku



agresif dan seksual dapat mengubah kadar testosteron yang dilepaskan dalam tubuh, sekaligus dipengaruhi oleh kadar tersebut (ibid.). Dalam nada yang sama, Quinsey et al.(2001) "" bekerja di bidang perbedaan individu dan perilaku kriminal - mengacu pada kesulitan dalam membuat hubungan sebab akibat yang bermanfaat mengingat sejumlah besar data korelasional dan hubungan kompleksnya. 2.



Tantangan dari dalam Psikologi Ilmiah, Positivisme Pertama adalah perdebatan yang selalu ada dan berlangsung lama dalam psikologi apakah lingkungan (eksternal) atau atribut dalam (seperti kepribadian) memainkan peran yang lebih penting dalam menentukan dan membentuk perilaku individu (Haynes dan Uchigakiuchi, 1993). BF Skinner, seorang ahli perilaku, percaya bahwa proses pengkondisian (lingkungan) menjadi jauh lebih mendasar dalam hal ini daripada mengatakan, proses fisiologis (Boeree, 2006). Meskipun banyak psikolog kepribadian mengambil jalan tengah dan menawarkan model interaksional yang mencoba memberikan keunggulan yang sama pada proses kepribadian dan lingkungan, penganut kedua model tersebut “enggan untuk menganjurkan perbedaan perilaku pada sumber di luar paradigma yang mereka adopsi”? (Haynes dan Uchigakiuchi, 1993, hlm. 73). Hal ini berkaitan dengan isu penting perubahan kepribadian (dan implikasinya, sosial). Dalam pemikiran Skinner, misalnya, individu mempelajari sebagian besar perilaku mereka dan, pada prinsipnya, dapat meninggalkan perilaku negatif dan mempelajari perilaku baru dan membangkitkan semangat. Ini tidak terjadi pada psikolog sifat seperti Eysenck. Jika sifat pada dasarnya berbasis biologis dan diwariskan secara genetik, dan karena itu sumber konsistensi melintasi ruang dan waktu, bagaimana individu dapat berubah? Dengan kata lain, teori sifat tidak secara inheren menyediakan media perubahan kepribadian (Heffner, 2002, p.6). Akibatnya, psikologi sifat didiskreditkan oleh beberapa orang karena sikap anti-manusianya, seolah-olah: ia meninggalkan sangat sedikit ruang untuk pelaksanaan kehendak dan pilihan bebas (Smith, 1978; Hardin, 1956). Di tingkat lain, banyak rekan Eysenck di kubu behavioris tidak menyukai konsep yang, bagi mereka, berbau psikologi subjektif yang tidak ilmiah. Kepribadian itu sendiri adalah sesuatu yang tidak dapat diamati secara langsung, mereka berpendapat, dan karena itu tidak tunduk pada eksperimen,



manipulasi langsung, pengukuran, dan kontrol (Smith, 1978). Konstruksi yang merujuk pada "entitas internal"? (Haynes dan Uchigakiuchi, 1993, hlm. 76), dipertanyakan untuk tujuan memperoleh fakta-fakta hardcore dalam sains karena mereka terbuka untuk "definisi ambigu"? dan "semantik" lainnya? ketidakpastian (ibid.



BAB III DISKUSI A.



Soal Pilihan Ganda



1.



Apa alasan Hans Eysenck dari Jerman pindah ke London? a. Membenci Nazi dan ingin belajar di london b. Membenci orang tuanya c. Diusir neneknya d. Tidak diizinkan tinggal di jerman



2. Siapa yang sangat berperan penting dalam masa muda Hans eysenck? a.



Ibunya



b.



Ayahnya



c.



Neneknya dan cyril burt



d.



Temannya



3. Pada tahun berapa Hans Eysenck melanjutkan untuk menyelesaikan Ph.D. nya? a. 1950 b. b.1972 c. 1940 d. d.1999 4. siapa yang membantu atau yang Menjadi pengawasan Hans Eysenck saat melanjutkan Ph.D nya? a. cyril burt b. b.aristoteles c. c.sigmund Freud d. d.william james 5. Apa ciri khas Hans Eysenck dalam Kontribusi untuk psikologi? a. perintis tentang ciri ciri kepribadian dan menggunakan teknik statistik b. pengembangan moral c. Psikoanalisis d. berjuang menjadi superior 6. Apa konsep dasar yang diperkenalkan Hans Eysenck? a. Ekstroversi dan neurotisme b. Superior c. hereditas



d. organisme 7. Menurut Hans Eysenck kepribadian terbentuk dan berkembang dari beberapa faktor, apa saja faktor tersebut, kecuali? a. A.faktor kognitif b. Faktor konatif c. Faktor afektif d. Faktor luck 8. Teori kepribadian Hans Eysenck menekankan pada peran herediter sebagai? a. faktor penentu dalam perolehan trait ekstraversi, neurotisisme, dan psikotisisme (juga kecerdasan). b. penentu emosi seseorang c. pengingat masa lalu d. pendorong kesehatan mental 9. apa saja 3 dimensi yang ditemukan Hans Eysenck? a. Moral, etika dan perasaan b. Ekstraversi neurotisme dan psikotisme c. introvert ekstrovert dan hyperactive d. reaksi interpretasi koalisi 10. Apa contoh dari neurotisisme yang diperkenalkan Hans Eysenck? a. a.introvert b. b.ekstrovert c. c.histeria d. d.hyperacktiv



B. 3.



Soal Essay Sebutkan perbedaan ciri-ciri orang yang memiliki psikotisisme tinggi dan psikotisisme rendah !



4.



Mengapa eysenck memilih jurusan psikologi Universitas of London ?



5.



Sebutkan kontribusi terpenting Eysenck bagi psikologi !



6.



Sebutkan kontroversi terbesar seputar Eysenck !



7.



Sebutkan argument Eysenck tentang pengidentifikasi dimensi kepribadian !



C.



Kunci Jawaban Pilihan Ganda 1. A 2. C 3. C 4. A 5. A 6. A 7. D 8. A 9. B 10. C



D.



Jawaban Essay



1.



Individu yang memiliki psikotisisme yang tinggi mempunyai trait seperti egosentrik, dingin, agresif, keras hati, anti social, sembrono, tidak empati dan impulsive sedangkan individu dengan skor P rendah cenderung bersifat, merawat, hangat penuh kasih, sabar, sosialis dan tenang.



2.



Karena secara kebetulan departemen psikologi di universitas tersebut memiliki acuan pada profreudian dengan menekankan pada psikometri Charles Spearman.



3.



Yaitu karyanya tentang ciri-ciri kepribadian. Eysenck adalah salah satu yang pertama menggunakan teknik statistik yang disebut analisis faktor untuk mengurangi jumlah karakteristik yang mungkin menjadi satu set dimensi



tertentu. Awalnya, model Eysenck hanya terdiri dari dua karakteristik: ekstraversi dan neurotisisme. Kemudian ia menambahkan karakteristik ketiga dari psikotisisme. 4.



Pendapatnya tentang sifat bawaan kecerdasan, lebih khusus pendapatnya bahwa perbedaan ras dalam kecerdasan sebagian disebabkan oleh faktor genetik. Setelah salah satu muridnya dikritik karena menerbitkan artikel yang menyatakan bahwa genetika bertanggung jawab atas perbedaan ras dalam kecerdasan, Eysenck membelanya dan kemudian menerbitkan The IQ Argument: Race, Intelligence, and Education, yang menimbulkan kontroversi dan kritik.



5.



- Bukti psikometri harus sama kuatnya antara ekstraversi (E), tipe neurotisisme (N), dan tipe Psikotisisme (P). - Di masing-masih superfaktor tersebut memiliki dasar biologis yang kuat. - Dimensi kepribadian eysenck secara teoritis masuk akal



BAB IV PENUTUP A. Simpulan Ada tiga dimensi tipe kepribadian Eysenck yaitu, tipe ekstraversi (E), tipe neurotisisme (N), dan tipe Psikotisisme (P). Tiap-tiap tipe tersebut bersifat bipolar atau berlawanan. Argumen eysenck yaitu untuk mengidentifikasi dimensi kepribadian di perlukan empat kriteria dalam setiap faktornya. 8.



Bukti psikometri harus sama kuatnya antara ekstraversi (E), tipe neurotisisme (N), dan tipe Psikotisisme (P).



9.



Di masing-masih superfaktor tersebut memiliki dasar biologis yang kuat



10.



Dimensi kepribadian eysenck secara teoritis masuk akal. Teorinya menjadi penentu memperoleh ketiga sifat faktor tersebuat, yaitu



ekstraversi, tipe neurotisisme, dan tipe Psikotisisme. Eysenck menyebutkan bahwa sebab utama dari perbedaan ekstroversi dan introversi terdapat pada faktor biologis dan keturunan yaitu CAL (Cortisol Arousal Level) dengan dimensi kepribadiannya.



DAFTAR ISTILAH Bipolar



: kondisi kejiwaan atau penyakit mental yang di tandai dengan



perubahan perasaan secara drastis. Stabilitas



: keseimbangan dan kemantapan dalam menciptakan sesuatu.



Inhibition : ketika otak dengan keadaan down atau disebut tertidur memunculkan rasa rileks dan rasa melindungi diri. Excitation : otak dengan keadaan terbangun atau up menjadikan individu lebih waspada. Asertif



: kemampuan utuk berkomunikasi dengan keinginan dan pikiran



dari diri kepada orang lain namun dapat menghargai pihak lain. Nerveus



: keadaan gugup, gelisah ataupun takut.



Impulsive : bertindak secara cepat dan tiba-tiba menurut kata hati. Koleris



: tempramen yang tinggi dan emosional bila menghadapi acuan



Melankolis



: sifat pembawaan pemurung, sedih, lamban, muram dll.



Sanguinis : sifat pembawaan cemas dan menganggap suatu hal itu sangat penting dan harus segera di selesaikan. Pleghmatis



: sifat pembawaan berpendirian kuat, tidak mudah marah namun



jika sekali marah langsung meluapkan semuanya. Egocentric



: menjadikan diri sendiri pusat pemikiran atau dapat menilai



semua aspek dari sudut pandang diri sendiri. Arousal



: keadaan kewaspadaan dan siap bertindak.



DAFTAR PUSTAKA Feist, J & Feist G. J. (2002). Theories of Personality 5th edition. Boston. Mc Graw Hill, Inc Eysenck, H. J. (1998). Dimensions of Personality. English : Transaction Publishing Feist, J., Feist, G. J., & Roberts, T.A. (2017). Teori Kepribadian, Edisi 8, Buku 2. Jakarta : Salemba Humanika