Terapi Bermain Playdough Untuk Preschool [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN KELOMPOK



TERAPI BERMAIN PLAYDOUGH PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH (3-6 TAHUN) DI RUANG TOPAZ 1 DAN 2 RUMAH SAKIT LAVALETTE MALANG



Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Profesi Ners Departemen Keperawatan Anak



Disusun oleh : Denin Fersita



180070300011029



Muhammad Cholid Al Fahrozi



180070300011044



PROGRAM STUDI PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2019



PROPOSAL TERAPI BERMAIN Pokok Bahasan



: Terapi bermain pada “anak usia pra sekolah (3-6 tahun)”



Sub pokok bahasan : Skill play “Playdough” Sasaran



: Anak usia pra sekolah di ruang Topaz 1 & 2 RS Lavalette Malang



Pelaksana



: Mahasiswa Profesi Ners Fakultas Kedoteran Universitas Brawijaya



Waktu Pelaksanaan : Jumat, 15 Maret 2019 Tempat



: Ruang bermain di Ruang Topaz RS Lavalette Malang



A. Latar Belakang Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah. Saat anak dirawat di rumah sakit maka anak berpisah dari ingkungan yang dirasaknnya aman, penuh kasih sayang, dan menyenangkan, yaitu lingkungan rumah, permainan dan teman sepermainannya. (Supartini, 2009). Berdasarkan pengamatan kami di rumah sakit Lavalette Malang ruang Topaz 1, didapatkan jumlah anak usia pra sekolah (3-6 tahun) sebanyak 8 orang anak. Anak-anak pada usia tersebut telah memiliki pola pikir yang lebih berkembang dibanding usia sebelumnya. Anak usia sekolah dapat memainkan permainan dengan berkelompok atau bekerja sama. Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada di lingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan, anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar dapat melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara optimal, mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009). Bermain sama dengan bekerja pada orang dewasa, merupakan aspek terpenting dalam kehidupan anak serta merupakan cara yang efektif untuk menurunkan stres, kesejahtraan mental dan emosional pada anak. Baik anak dalam kondisi sehat, maupun sakit sekalipun, harus diberikan kegiatan bermain yang sesuai dengan tahap usia dan perkembangan anak. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas bermain



ini tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak. Bermain dilakukan dengan menggunakan objek yang dapat melatih kemampuan keterampilan anak yang diharapkan mampu untuk berkreatif dan terampil dalam sebagai hal. Oleh karena itu, kelompok kami akan melakukan terapi bermain pada anak usia sekolah dengan menggunakan metode pemainan ular tangga yang bermuatan dengan penyakit ginjal dengan tujuan untuk meningkatkan perkembangan kognitif, motorik halus, motorik kasar, dan sosialnya. B. Tujuan 1.



Tujuan Umum Setelah dilakukan terapi bermain diharapkan dapat meningkatkan perkembangan



anak dan mengurangi stress hospitalisasi yang terjadi pada anak. 2.



Tujuan Khusus Setelah mengikuti program bermain, dapat mengetahui: a. Perkembangan aspek motorik pada anak b. Perkembangan aspek kognitif pada anak c. Perkembangan aspek afektif pada anak d. Perkembangan aspek sosial pada anak



C. Waktu Pelaksanaan Kegiatan terapi bermain ini akan dilaksanakan pada: Hari/Tanggal : Jum’at, 15 Maret 2019 Waktu



: 10.00 – 10.30 WIB (30 menit)



D. Sasaran Sasaran terapi bermain ini adalah remaja yang dirawat di Ruang Topaz 1 & 2 Rumah Sakit Lavalette Malang, dengan kriteria : 1. Anak usia 3-6 tahun 2. Tidak dalam keadaan bedrest total Tidak panas/bebas demam Bersedia mengikuti permainan/terapi 3. Anak dalam kondisi stabil E. Hambatan Hambatan yang mungkin akan terjadi dalam pelaksanaan terapi bermain adalah sebagai berikut: 1. Jadwal terapi bermain yang kurang sesuai (lebih lambat dari yang di jadwalkan)



2. Anak tiba-tiba tidak ingin mengikuti permainan. F.



Metode Permainan 1. Bermain (playdough) bersama 2. Membantu anak yang kesulitan selama proses bermain.



G. Alat dan Bahan 1. Sarana: -



Ruangan tempat bermain.



2. Media: - Malam lilin (playdough) - Jam / pengukur waktu H. Setting Tempat Permainan dilakukan di ruang bermain Topaz RS Lavalette. Peserta (anak pra sekolah) boleh didampingi oleh orang tua mereka masing-masing dengan posisi melingkar antara remaja-remaja dan fasilitator.



Keterangan : Leader : Co Leader : Fasilitator : Observer : Peserta



C. Pengorganisasian Kegiatan a. Leader: 1) Muhammad Cholid Al Fahrozi Tugas : a) Membuka acara, memperkenalkan nama-nama terapis b) Menjelaskan tujuan terapi bermain c) Menjelaskan aturan terapi permainan b. Co leader: 1) Denin Fersita



Tugas: a) Membantu leader dalam mengorganisir kegiatan b) Menyampaikan jalannya kegiatan c) Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader dan sebaliknya c. Fasilitator: 1) Nurul Ilmi 2) Wiyati Tugas: a) Memfasilitasi kegiatan yang diharapkan b) Memotivasi peserta agar mengikuti kegiatan c) Sebagai role model selama kegiatan d. Observer: 1) Tri Anjar Windari Tugas: b) Mengevaluasi jalannya kegiatan D. Strategi Pelaksanaan Teknis dalam permainan ini sebagai berikut: 1. Peserta dikumpulkan dalam satu ruang bermain 2. Peserta dibagi menjadi 3 kelompok 3. Masing-masing kelompok mendapat satu paket malam (playdough) 4. Masing-masing peserta mendapat 1 malam (playdough) 5. Peserta akan diberikan kesempatan untuk membuat playdough sebanyak 30 menit 6. Setelah semua peserta telah selesai membuat playdoughi atau waktu sudah habis, hasil karya peserta dikumpulkan dan masing-masing peserta akan mendapat reward 7. Pada akhir sesi hasil karya peserta dikembalikan kepada masing-masing peserta dan dipersilahkan kembali ke ruangan masing-masing. Tata tertib pelaksanaan terapi bermain:







Peserta hadir 5 menit sebelum acara dimulai







Apabila waktu terapi bermain sesuai kesepakatan telah habis, namun terapi bermain belum selesai, maka pemimpin akan meminta persetujuan untuk memperpanjang waktu terapi bermain kepada peserta.







Peserta dilarang keluar sebelum acara terapi bermain selesai







Apabila peserta meninggalkan kegiatan sebelum acara selesai, maka peserta tersebut tidak diikut sertakan dalam evaluasi/penilaian akhir.



Tabel 1. Susunan acara terapi bermain No 1



Tahap dan Waktu Pendahuluan (5 menit)



2



Kegiatan Inti Mewarnai (30 menit)



3



Evaluasi (5 menit) Penutup (5 menit)



4



Kegiatan Pembukaan : 1. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan 2. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri 3. Menyampaikan tujuan dan membuat kontrak Pelaksanaan : 1. Menjelaskan aturan permainan 2. Membagi seluruh anak menjadi 3 kelompok kecil 3. Membagikan malam (playdough) pada masing-masing kelompok, dan kemudian membaginya pada masingmasing anak 4. Mendampingi anak pada tiap kelompok 1. Berdiskusi tiap informasi yang didapat dari permainan dengan masing-masing kelompok 1. Memberikan pujian kepada anak karena telah menyelesaikan permainan dengan baik 2. Memberikan reward kepada seluruh pemain 3. Mengucapkan salam penutup



E. Evaluasi 1. Struktur a. Menyiapkan proposal terapi bermain b. Menyiapkan alat permainan c. Menyiapkan tempat untuk bermain 2. Proses a. Kegiatan dilaksanakan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. b. Peserta mengikuti kegiatan hingga selesai. c. Suasana kegiatan kondusif 3. Hasil a. Anak dapat mengembangkan hubungan sosial dan belajar dari hubungan tersebut. b. Anak dapat melatih kreativitas secara berkelompok atau individual c. Anak merasa terlepas dari ketegangan dan stres selama hospitalisasi, anak dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi dan relaksasi).



d. Anak dapat berinteraksi dengan peserta lain dan perawat.



Lampiran KONSEP TEORI A. Pengertian Bermain Bermain merupakan aktivitas dimana anak dapat melakukan atau mempraktikkan keterampilan,



memberikan



ekspresi



terhadap



pemikiran,



menjadi



kreatif,



serta



mempersiapkan diri berperan dan berperilaku dewasa (Hidayat, 2010). Terapi bermain adalah bagian perawatan pada anak yang merupakan salah satu intervensi yang efektif bagi anak untuk menurunkan atau mencegah kecemasan sebelum dan sesudah tindakan operatif . Dengan demikian dapat dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, terapi bermain merupakan suatu kegiatan didalam melakukan asuhan keperawatan yang sangat penting untuk mengurangi efek hospitalisasi bagi pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya (Nursalam, 2005). B. Fungsi Bermain  Menurut Wong (2009) fungsi bermain adalah sebagai berikut: 1. Perkembangan sensorik-motorik a. Memperbaiki keterampilan motorik kasar dan halus serta koordinasi b. Meningkatkan perkembangan semua indera c. Mendorong eksplorasi gerakan menjadi aktivitas yang lebih rumit dan terkoordinasi seperti berlomba, melakukan permainan, naik sepeda, dan roller skating. d. Memberikan pelampiasan kelebihan energi 2. Perkembangan kognitif a. Memberikan sumber-sumber yang beraneka ragam untuk pembelajaran b. Eksplorasi dan manipulasi bentuk, ukuran, tekstur, warna dan fungsi obyek c. Pengalaman dengan angka, kata dan mengembangkan tentang konsep yang abstrak, serta hubungan spesial seperti naik, turun, atas dan bawah. Puzzle dan permainan membantu mengembangkan kemampuan menyelesaikan masalah d. Memberi kesempatan untuk melatih pengalaman masa lalu dalam upaya mengasimilasinya ke dalam persepsi hubungan baru e. Kesempatan untuk mempraktikkan dan memperluas keterampilan bahasa f.



Membantu anak memahami dunia dimana mereka hidup dan membedakan adanya fantasi dan realita



3. Perkembangan sosialisasi dan moral a. Mengerjakan peran orang dewasa b. Memberikan kesempatan untuk menguji hubungan c. Mengembangkan keterampilan social d. Mendorong interaksi dan perkembangan sikap yang positif terhadap orang lain e. Menguatkan pola perilaku yang telah disetujui dan standart moral 4. Kreatifitas a. Memberikan saluran ekspresif untuk ide dan minat yang kreatif b. Memungkinkan fantasi dan imajinasi c. Meningkatkan perkembangan bakat dan minat khusus 5. Kesadaran diri a. Memudahkan perkembangan identitas diri b. Mendorong pengaturan perilaku sendiri c. Memungkinkan pengujian pada kemampuan sendiri d. Memberikan perbandingan antara kemampuan sendiri dan kemampuan orang lain e. Memungkinkan kesempatan untuk belajar bagaimana perilaku sendiri dapat mempengaruhi orang lain 6. Nilai terapeutik a. Memberikan pelepasan stres dan ketegangan b. Memungkinkan ekspresi emosi dan pelepasan impuls yang tidak dapat diterima dalam bentuk yang secara sosial dapat diterima c. Mendorong percobaan dan pengujian situasi yang menakutkan dengan cara yang aman d. Memudahkan komunikasi verbal tidak langsung dan nonverbal tentang kebutuhan, rasa takut, dan keinginan e. Bermain sebagai terapi C. Jenis Permainan Anak Usia Sekolah 1. Associative play, dramatic play, skill play 2. Contoh: bermain mobil-mobilan, berenang, mewarnai, bermain puzzle, bermain peran



D. Bermain Di Rumah Sakit 1. Tujuannya : a. Membuat suasana RS seperti suasana rumah b. Mengurangi stres karena penyakit dan hospitalisasi c. Memberi kesempatan untuk belajar tentang bagian tubuh, fungsi, dan penyakitnya d. Memberi hiburan dan membuat rileks e. Membantu anak merasa aman di lingkungan yang asing f.



Sarana mengekspresikan kreativitas anak



g. Meningkatkan pengetahuan tentang tujuan pengobatan 2. Prinsip a. Aman b. Tidak banyak energi c. Kelompok umur yang sama d. Melibatkan orang tua e. Tidak bertentangan dengan pengobatan 3. Keuntungan a. Meningkatkan hubungan perawat dengan pasien b. Memulihkan rasa mandiri c. Dapat mengekspresikan kreativitas rasa tertekan d. Membina tingkah laku positif di RS e. Alat komunikasi antara perawat & pasien E. Bermain Playdough Haryani (2014) menyatakan Permainan playdough adalah salah satu aktifitas yang bermanfaat untuk perkembangan otak anak. Dengan bermain playdough, anak tak hanya memperoleh kesenangan, tapi juga bermanfaat untuk meningkatkan perkembangan otak nya. Dengan playdough, anak-anak bisa membuat bentuk apa pun dengan cetakan atau dengan kraetivitasnya masing-masing. 1. Menurut Immanuella F. Rachmani, dkk. manfaat bermain dengan media playdough yakni: Berkreasi dengan playdough dapat mencerdaskan anak, selain mengasah imajinasi, keterampilan motorik halus, berfikirr logis dan sitematis, juga dapat merangsang indera perabanya 2. Kelenturan dan kelembutan bahan playdough melatih anak mengatur kekuatan otot jari. 3. Anak belajar memperlakukan media ini yaitu hanya perlu menekan lembut dan hati-hati.



Salah satu contoh cara bermain dengan media Playdough untuk meningkatkan kemampuan mengenal bilangan adalah sebagai berikut: 1. Pilihlah sebuah tema yang akan dimainkan. 2. Buatlah rencana/sekenario. 3. Sediakan media, alat yang diperlukan. 4. Guru memberikan instruksi pada anak untuk membuat angka 0-9. 5. Guru memberikan kebebasan kepada anak untuk membuat bentuk lain 6. Guru memberikan kesempatan pada anak untuk mengurutkan angka yang dibuat.



7. Guru memberikan kesempatan kepada anak menghitung bentuk benda yang dibuat. 8. Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk mengelompokan benda, dan mencocokan bilangan pada papan bilangan. Anik Pamilu (2007) menyatakan dengan menggunakan permainan sejenis tanah liat, anak dapat membuat berbagai macam bentuk yang disukai anak. Anak dapat membentuknya menjadi ikan, mobil-mobilan, rumah, pesawat, geometri. Dengan membuat aneka bentuk yang mereka sukai, anak tidak hanya dapat mengekspresikan perasaannya saja, namun juga membebaskan dirinya dari berbagai tekanan yang mengganggunya serta dapat mengekspresikan apa yang telah dipahami. Sehingga menurut penulis bahwa anakanak dapat diajak menghitung bentuk yang telah dibuat dan dapat mengelompokannya . Menstimulasi kognisi anak dengan media playdough bisa dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan mengklasifikasikan bentuk, warna dan ukuran yang bendabenda yang dibuat dengan media playdough. Bunda juga bisa mengenalkan angka, mengajari berhitung, bahkan mengajari anak menakar, mengelompokan. Playdough juga dapat di buat sendiri agar lebih aman untuk anak-anak. DAFTAR PUSTAKA Cahyaningsih, Dwi 2011, Pertumbuhan Perkembangan Anak dan Remaja, Trans Info Media, Jakarta Haryani, C. 2014. Penerapan Metode Bermain Dengan Media Playdough Dalam Meningkatkan Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan dan Lambang Bilangan Pada Anak Usia Dini. {Skripsi}. Bengkulu : Universitas Bengkulu Hurlock, E.B 2005, Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Alih Bahasa: Istiwidayanti dan Soedjarwo, Erlangga, Jakarta Novarina, Dina 2010, Penggunaan Permainan Ular Tangga untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak dalam Memahami Konsep Bilangan di TK, Skripsi, Universitas Negeri Malang Nursalam, dkk. 2005. Asuhan keperawatan bayi dan anak (untuk perawat dan bidan) Edisi 1.



Jakarta: Salemba Medika Soetjiningsih, 2005, Tumbuh Kembang Anak, ECG, Jakarta Wong, D.L 2009, Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, EGC, Jakarta



LEMBAR OBSERVASI PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN PLAYDOUGH PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH PROGRAM STUDI PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA Kriteria Struktur Kegiatan 1. Melakukan kontrak waktu kepada keluarga dan anak sebelum acara 2. Menyiapkan ruangan 3. Menyiapkan alat 4. Menyiapkan anak dan keluarga



√ √



Kriteria Hasil Kegiatan √ 1. Anak-anak antusias √ mengikuti kegiatan.



2. Menyampaikan tujuan dari permainan







2. Anak-anak mampu √ membuat karya dari kertas yang dibagikan







3. Melakukan kontrak waktu











4. Menjelaskan cara bermain kepada anak







5. Mengajak anak mencuci tangan







6. Mengajak anak bermain







√ √



Kriteria Proses Kegiatan 1. Membuka trapi bermain (salam) dan memperkenalkan diri







7. Memberikan kesempatan setiap anak untuk menceritakan setiap karya yang diberikan 8. Mengajak cuci tangan setelah bermain.







3. Peserta yang ikut 6 anak







4. Peserta mengikuti acara sesuai aturan √ 5. Peserta mampu √ bekerjasama dengan timnya 6. Melakukan reinformance







7. Memberikan reward √ pada anak.







LEMBAR EVALUASI No. 1.



Evaluasi Perkembangan aspek motorik pada







anak



Seluruh



Keterangan anak dapat



mengambil



playdough yang diinginkan 



Seluruh



anak



dapat



mencetak



playdough sesuai dengan cetakan 2.



Perkembangan aspek kognitif pada



yang disediakan Seluruh anak dapat menyebutkan



anak



dengan benar hasil cetakan playdough yang telah dibuat



3.



Perkembangan aspek afektif pada anak



Seluruh anak, mampu menyebutkan keinginan warna playdough Seluruh anak menyampaikan senang



4.



Perkembangan aspek sosial pada anak



bermain playdough Anak masih malu berbicara dengan teman yang baru saja ditemui, sehingga kalau ada kesulitan dalam bermain, beberapa lebih memilih untuk bertanya kepada fasilitator



DOKUMENTASI