Terapi Bermain Tiup Balondocx [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama: SALSA MEYDITA FAIRUUZ AZZAHRA Nim : 20191660136 Kelas: 4A KASUS 1 untuk no Absen : 1,6,11,16,21,26,31,36,41,46,51,56



Anda beserta tim anda sedang berdinas di bangsal anak usia 1 – 3 tahun bagian bronkopneumoni (BP) akan mengadakan terapi bermain . Setiap anak bermain dengan menggunakan mainannya sendiri (perawat memilihkan jenis alat permainan edukatif yang sesuai/ APE) di atas tempat tidurnya dengan didampingi orang tua masing – masing. Dalam tim tersebut telah dilakukan pembagian peran antara lain: leader ( pemimpin) permainan, fasilitator yang bertugas mendapingi dan mengarahkan jalannya permainan dan observer yang bertugas menilai jalannya permainan serta kemampuan anak sesuai perkembangannya dan tercapai tidaknya tujuan permainan. Tentukan : 1. Jenis dan isi permainan yang tepat. Sebutkan alasannya !2. Klasifikasi permainan yang tepat. Sebutkan alasannya ! 3. Karateristik sosial permainan yang digunakan.Sebutkan alasannya ! 4. Tujuan penggunaan APE yang dipilih. 5. Buatlah proposal terapi bermain untuk kasus diatas!. 1. Mainan tiupan balon alasanya bertujuan untuk meningkatkan ventilasi dan memberikan proses perfusi dan difusi oksigen ke jaringan 2. Klasifikasi bahwasanya kegiatan bermain tiupan balon terhadap status oksigenasi pada penyakit bronkopneumonia untuk mengevakuasi sekret keluar dari jalan napas, sehingga jalan napas menjadi lebih efektif. 3. Karakteristik sosial permainan tiupan balon, posisi anak saat bermain adalah duduk atau bersandar dengan posisi setengah duduk diatas tempat tidur atau kursi. Dalam permainan ini anak berperan dalam memegang alat, memperhatikan, mengikuti atau mendemonstrasikan yang dilakukan oleh perawat sedangkanperawat berperan dalam memberikan contoh untuk bermain. Saat bermainperawat harus memperhatikan keadaan umum anak serta dapat memberipujian apabila anak dapat melakukan permainan dengan benar. 4. Oksigenasi Balita Dengan Pneumonia untuk mengetahui pengaruh aktivitas bermain meniup mainan tiupan terhadap status oksigenasi anak usia balita.



TERAPI BERMAIN MENIUP BALON PADA PASIEN ANAK PRASEKOLAH DENGAN BRONKOPNEUMONIA Diajukan untuk memenuhi tugas keperawatan anak I Dosen Pembimbing: Gita Marini, S.Kep., Ns., M.Kes



Disusun Oleh: Salsa Meydita Fairuuz Azzahra (20191660136)



UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA FAKULTAS ILMU KESEHATAN TAHUN 2021/2022



KATA PENGANTAR



Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Terapi Bermain Meniup Balon pada Pasien Anak 1-3 tahun(toddler) bronkopneumonia”. Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Modalitas pada Semester genap Fakultas Ilmu Keperawatan tahun ajaran 2021/2022. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.



Surabaya, 2 Mei 2021



Penyusun



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR............................................................................................... DAFTAR ISI............................................................................................................. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.................................................................................................... 1.2 Rumusan Masalah............................................................................................... 1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................. 1.4 Manfaat Penulisan............................................................................................... BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Asma....................................................................................................... 2.2 Patofisiologi.......................................................................................................... 2.2 Konsep Bermain................................................................................................... 2.3.1 Pengertian Bermain..................................................................................... 2.3.2 Fungsi Bermain di Rumah Sakit................................................................. 2.3.3 Prinsip Bermain di Rumah Sakit................................................................. 2.3.4 Bermain Meniup.......................................................................................... 2.3.5 Standart Operasional Prosedur (SOP) Relaksasi Pernapasan Dengan Meniup Balon (Balloon Blowing).......................................................................... BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan......................................................................................................... 3.2 Saran................................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bronkopenumonia merupakan radang dari saluran pernapasan yang terjadi pada bronkus sampai dengan alveolus paru. Bronkopneumonia lebih sering dijumpai pada anak kecil dan bayi, biasanya sering disebabkan oleh bakteri streptokokus pneumonia dan Hemofilus influenza yang sering ditemukan pada dua pertiga dari hasil isolasi. Berdasarkan data WHO, kejadian infeksi pneumonia di Indonesia pada balita diperkirakan antara 10-20% pertahun.1 Anak dengan daya tahan atau imunitas terganggu akan menderita bronkopneumonia berulang atau bahkan bisa anak tersebut tidak mampu mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Selain faktor imunitas, faktor iatrogen juga memicu timbulnya penyakit ini, misalnya trauma pada paru, anastesia, pengobatan dengan antibiotika yang tidak sempurna.2 Insiden penyakit ini pada negara berkembang termasuk indonesia hampir 30% pada anak-anak di bawah umur 5 tahun dengan risiko kematian yang tinggi, sedangkan di Amerika pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit pada anak di bawah umur 2 tahun. Insiden pneumonia pada anak ≤5 tahun di negara maju adalah 2-4 kasus/100 anak/tahun, sedangkan dinegara berkembang 10-20 kasus/100 anak/tahun. Pneumonia menyebabkan lebih dari 5 juta kematian pertahun



pada



anak balita



dinegara



berkembang.3 Bronkopneumonia merupakan masalah kesehatan yang mencolok walaupun ada berbagai kemajuan dalam bidang antibiotik. Hal ini disebakan oleh munculnya organisme nosokomial yang resisten terhadap antibiotik. Adanya organisme-organisme baru dan penyakit seperti AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) yang semakin memperluas spektrum dan derajat kemungkinan terjadinya bronkopneumonia.2



1.2 Rumusan Masalah a. Apakah definisi dari bronkopneumonia ? b. Apakah patofisiologi bronkopneumonia? c. Apakah definisi terapi bermain? d. Apakah fungsi bermain di rumah sakit? e. Bagaimanakah prinsip bermain di rumah sakit? f. Bagaimana cara melakukan terapi bermain meniup balon? 1.3 Tujuan a. Untuk mengetahui definisi dari bronkopneumonia b. Untuk mengetahui patofisiologi bronkopneumonia c. Untuk mengetahui definisi terapi bermain d. Untuk mengetahui fungsi bermain di rumah sakit e. Untuk mengetahui prinsip bermain di rumah sakit f. Untuk mengetahui cara melakukan terapi bermain meniup balon 1.4 Manfaat Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan dalam ilmu keperawatan tentang terapi bermain yang cocok untuk anak yang menderita asma.



BAB II PEMBAHASAN



2.1



Definisi



Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacammacam etiologi, seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing (Ngastiyah, 2000: 39). Pneumonia adalah infeksi akut paru-paru disebabkan oleh bakteri dan virus (Biddulph, 1999: 208). Bronkopneumonia adalah radang paru yang berasal dari cabang-cabang tenggorok yang mengalami infeksi dan tersumbat oleh getah radang, menimbulkan pemadatan-pemadatan bergerombol dalam lobulus paru yang berdekatan, biasanya terjadi akibat batuk rejan, campak, influenza, tifus, dan sebagainya (Ramali Ahmad, 2000: 41).



2.2



Patofisiologi



Umumnya bakteri penyebab terhisap keparu perifer melalui saluran nafas. Mula-mula terjadi edema karena reaksi jaringan yang mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman ke jaringan sekitarnya. Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi yaitu terjadi serbukan sel polimorfonuklear, fibrin, eritrosit, cairan udema dan ditemukannya kuman di alveoli. Stadium ini disebut stadium hepatisasi merah. Selanjutnya terjadi deposisi fibrin ke permukaan pleura, terdapatnya fibrin dan leukosit polimorfonuklear di alveoli dan terjadinya proses fagositosis yang cepat. Stadium ini disebut stadium hepatisasi kelabu. Akhirnya jumlah sel makrofag di alveoli meningkat, sel akan berdegenerasi dan fibrin menipis, kuman dan debris menghilang. Stadium ini disebut stadium resolusi. Sistem bronkopulmoner jaringan paru yang tidak terkena akan tetap normal. Antiobiotik yang diberikan sedini mungkin dapat memotong perjalanan penyakit hingga stadium khas yang diuraikan di atas tidak terlihat lagi. Beberapa bakteri tertentu lebih sering menimbulkan gejala tertentu bila dibandingkan dengan bakteri lain. Demikian pula bakteri tertentu lebih sering ditemukan pada kelompok umur tertentu. Misalnya Streptococus Pnemoniae biasanya bermanifestasi sebagai bercak-bercak konsolidasi merata diseluruh lapangan paru, namun pada anak besar atau remaja dapat berupa konsolidasi pada satu lobus (pneumonia lobaris).



Pneumatokel atau abses-abses kecil sering disebabkan oleh streptokokus aureus pada neonatus atau bayi kecil karena streptokokus aureus menghasilkan berbagai toksin dan enzim seperti hemolizin, leukosidin, stafilokinase, dan koagulase. Toksin dan enxim ini menyebabkan nekrosis, perdarahan dan kavitasi, koagulase berinteraksi dengan faktor plasma dan menghasilkan bahan aktif yang mengkonversi fibrinogen menjadi fibrin hingga terjadi eksudat fibrinopurulen. Terdapat korelasi antara produksi koagulase dan virulensi kuman stafilokokus yang tidak menghasilkan koagulase jarang menimbulkan penyakit yang serius. Pneumatokel dapat menetap sampai ber bulan-bulan tetapi biasanya tidak memerlukan terapi lebih lanjut. Mikrobakterium Pneumoniae menimbulkan peradangan dengan gambaran baragam pada paru dan lebih sering mengenai anak usia sekolah atau remaja. Mikrobakterium pneumoniae cenderung berkembang biak pada permukaan sel mukosa saluran nafas. Akibat terbentuknya H2O2 pada metabolismenya maka 4 yang terjadi adalah deskuamasi dan ulserasi lapisan mukosa, udema dinding bronkus dan timbulnya sekret yang memenuhi saluran nafas dan alveoli. Kerusakan ini timbul dalam waktu relatif singkat antara 24 – 28 jam dan dapat terjadi pada bagian paru yang cukup luas (Noenoeng, 2000.



2.3



Konsep Bermain



2.3.1



Pengertian Bermain Bermain merupakan aspek yang penting dalam kehidupan anak dan salah satu cara yang efektif untuk mengurangi stress. Saat sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan suatu krisis pada kehidupan anak dan sering menyebabkan stres yang terbesar,



dengan



bermain



ketakutan



dan



kecemasan



dapat



diminimalkan



(Hockenberry &Wilson, 2009). 2.3.2



Fungsi Bermain di Rumah Sakit Menurut Hockenberry dan Wilson (2009), bermain secara umum berfungsi untuk menstimulus perkembangan pada diri anak, diantaranya adalah perkembangan sensori dan motorik, intelektual, meningkatkan kemampuan soialisasi, meningkatkan kreatifitas, membentuk kesadaran diri, sebagai terapi, dan untuk perkembangan moral. Kondisi sakit dan dirawat dirumah sakit, bukan alasan bahwa anak harus dipisahkan dari aktivitas bermainnya. Aktivitas bermain merupakan bagian yang terintegrasi dalam kehidupan anak dan tidak dapat dipisahkan. Menurut (Hockenberry & Wilson, 2009), aktivitas bermain dirumah sakit sangat penting bagi anak, karena bermain mempunyai peranan yang sangat penting yaitu sebagai upaya untuk: a. Memfasilitasi penyesuaian diri terhadap situasi yang tidak dikenal



b. Memberi kesempatan untuk membuat keputusan dan kontrol diri c. Memberi kesempatan untuk mempelajari tentang bagian-bagiantubuh, fungsinya dan penyakit atau kecacatan tubuhnya. d. Memperbaiki konsep yang salah tentang penggunaan dan tujuan peralatan dan prosedur medis.



e. Membantu mengurangi stres akibat perpisahan, f. Memberi hiburan dan relaksasi, g. Membantu anak merasa lebih nyaman di lingkungan yang aman, h. Memberi cara untuk mengurangi tekanan dan untuk mengekspresikan perasaan, i. Untuk berinteraksi dan mengembangkan sikap-sikap positif terhadap orang lain, j. Memberikan cara untuk mengekspresikan ide kreatif dan minat serta k. Memberi cara untuk mencapai tujuan-tujuan terapeutik. 2.3.3



Prinsip bermain di rumah sakit Menurut Hockerberry dan Wilson (2009), dalam memberikan aktivitas bermain di rumah sakit ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh perawat anak, diantaranya adalah upayakan aktivitas bermain yang diberikan tidak membutuhkan banyak energi, singkat dan sederhana. Hal yang paling penting dipertimbangkan perawat adalah keamanan dan infeksi silang. Jika aktivitas bermain diselenggarakan dalam bentuk kelompok, maka upayakan kelompok umur yang sama serta libatkan keluarga dan orang tua untuk pendampingan anak selama proses bermain.



2.3.4



Bermain Meniup Bermain meniup dapat dianalogikan dengan latihan napas dalam (pursed lip breathing), merupakan suatu permainan atau aktivitas yang memerlukan inhalasi lambat dan dalam untuk mendapatkan efek terbaik. Dengan teknik tersebut maka ekspansi alveolus pada semua lobus dapat meningkat, dan tekanan didalamnya pun menjadi meningkat. Tekanan yang tinggi dalam alveolus dan lobus dapat mengaktifkan silia pada saluran napas untuk mengevakuasi sekret keluar dari jalan napas, sehingga jalan napas menjadi lebih efektif. Membersihkan sekret dari jalan napas berarti akan menurunkan tahanan jalan napas dan meningkatkan ventilasi, yang pada akhirnya memberikan dampak terhadap proses perfusi dan difusi oksigen ke jaringan. Alat yang digunakan berupa mainan yang disebut”tiupan lidah”. Cara meniupnya menggunakan teknik pursed lip breathing, yaitu anak bernapas dalam dan



ekhalasi melalui mulut, dengan mulut dimonyongkan atau mencucu dan dikerutkan sehingga mainan yang tadinya tergulung setelah ditiup menjadi mengembang dan panjang karena terisi udara. Meniup dilakukan terus menerus sebanyak 30 kali dalam rentang waktu 10-15 menit dan setiap tiupan diselingi dengan istirahat (napas biasa). Posisi anak saat bermain adalah duduk atau bersandar dengan posisi setengah duduk diatas tempat tidur atau kursi. Dalam permainan ini anak berperan dalam memegang alat, memperhatikan, mengikuti atau mendemonstrasikan yang dilakukan oleh perawat sedangkan perawat berperan dalam memberikan contoh untuk bermain. Saat bermain perawat harus memperhatikan keadaan umum anak serta dapat memberi pujian apabila anak dapat melakukan permainan dengan benar. 2.3.5



Standart Operasional Prosedur (SOP) Relaksasi Pernapasan Dengan Meniup Balon (Balloon Blowing) a. Definisi Relaksasi pernapasan dengan Balloon blowing atau latihan pernapasan dengan meniup balon merupakan salah satu latihan relaksasi pernapasan dengan menghirup udara melalui hidung dan mengeluarkan udara melalui mulut kedalam balon b. Tujuan 1. Memberikan informasi kepada pasien yang mengalami bronkopneumonia untuk melakukan relaksasi pernapasan 2. Membantu pasien bronkopneumonia mencegah terjadinya perburukan penyakit c. Manfaat 1. Meningkatkan volume ekspirasi maksimal 2. Memperbaiki gangguan sistem saraf pasien dengan perokok 3. Menguatkan otot pernapasan 4. Memperbaiki transport oksigen 5. Menginduksi pola napas lambat dan dalam 6. Memperpanjang ekshalasi dan meningkatkan tekanan jalan napas selama ekspirasi



7. Mengurangi jumlah udara yang terjebak dalam paru-paru 8. Mencegah terjadinya kolaps paru d.



Persiapan Alat 1. 3 buah balon 2. Jam e. Persiapan Pasien 1. Atur posisi pasien senyaman mungkin, jika pasien mampu untuk berdiri maka lakukan sambil berdiri (karena dengan posisi berdiri tegak lebih meningkatkan kapasitas paru dibandingkan dengan posisi duduk) 2. Jika pasien melakukan dengan posisi tidur maka tekuk kaki pasien atau menginjak tempat tidur (posisi supinasi), dan posisi badan lurus atau tidak memakai bantal f. Pelaksanaan 1. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin 2. Rilekskan tubuh, tangan dan kaki (motivasi dan anjurkan pasien untuk rileks) 3. Siapkan balon /pegang balon dengan kedua tangan, atau satu tangan memegang balon tangan yang lain rilek disamping kepala 4. Tarik napas secara maksimal melalui hidung (3-4 detik), ditahan selama 2-3 detik kemudian tiupkan ke dalam balon secara maksimal selama 5-8 detik (balon mengembang) 5. Tutup balon dengan jari-jari 6. Tarik napas sekali lagi secara maksimal dan tiupkan lagi kedalam balon (ulangi prosedur nomor 5). 7. Lakukan 3 kali dalam 1 set latihan 8. Istirahat selama 1 menit untuk mencegah kelemahan otot 9. Sambil istirahat tutup balon/ikat balon yang telah mengembang 10. Ambil balon berikutnya dan ulangi prosedur nomor 5 11. Lakukan 3 set latihan setiap sesion (meniup 3 balon) 12. Hentikan latihan jika terjadi pusing atau nyeri dada.



g. Evaluasi 1. Pasien mampu mengembangkan balon 2. Perasaan merasakan otot-otot pernapasan rileks 3. Pasien rilek, tenang dan dapat mengatur pernapasan 4. Pertukaran gas dalam paru baik dengan peningkatan saturasi oksigen



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Bronkopneumonia adalah radang paru yang berasal dari cabang-cabang tenggorok yang mengalami infeksi dan tersumbat oleh getah radang, menimbulkan pemadatan-pemadatan bergerombol dalam lobulus paru yang berdekatan, biasanya terjadi akibat batuk rejan, campak, influenza, tifus, dan sebagainya (Ramali Ahmad, 2000: 41). Bermain merupakan aspek yang penting dalam kehidupan anak dan salah satu cara yang efektif untuk mengurangi stress. Saat sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan suatu krisis pada kehidupan anak dan sering menyebabkan stres yang terbesar, dengan bermain ketakutan dan kecemasan dapat diminimalkan (Hockenberry &Wilson, 2009) . 3.2 Saran Kami menyadari bahwa dalam menyusun dan pembuatan makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami membutuhkan kritik san saran yang membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan penulisan di masa yang akan datang.



DAFTAR PUSTAKA Kim, Jin S. (2012). Effects Of Balloon-Blowing Exercise On Lung Function Of Young Adult Smokers. J. Phys. Ther. Sci. 24: 531-534 Raju, Sherin. (2013). Effectiveness Of Balloon Therapy Vs Incentive Spirometry On Physiological Parameters Among Children With Lower Respiratory Tract Infection In Selected Hospital, Bangalore. Padmashree Institute of Nursing, Kommaghata, Kengerihobli Bangalore-560060 Boyle, Kyndall. (2010). The Value Of Blowing Up A Balloon. N Am Jsports Phys Ther 2010 Sep ; 5 (30 : 179-188 Natalia, Dewi. (2007). Efektifitas Pursed Lips Breathing Dan Tiup Balon Dalam Peningkatan Arus Puncak Respirasi Pasien Asma Bronkilae Di RSUD Banyumas. Jurnal ilmiah kesehatan keperawatan, volume 3, no. 1. Dikases tanggal 5 Desember 2019