Tinpus Case Pseudofakia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TINJAUAN PUSTAKA Katarak Katarak merupakan abnormalitas pada lensa mata berupa kekeruhan lensa yang menyebabkan tajam penglihatan penderita berkurang. Katarak lebih sering dijumpai pada orang tua, dan merupakan penyebab kebutaan nomor 1 di seluruh dunia. Penuaan merupakan penyebab katarak yang terbanyak, tetapi banyak juga factor lain yang mungkin terlibat, antara lain : trauma, toksin, penyakit sistemik (mis; diabetes), merokok, dan herediter. Katarak sendiri sebenarnya merupakan kekeruhan pada lensa akibat hidrasi, denaturasi protein, dan proses penuaan.sehingga memberikan gambaran area berawan atau putih.1 Kekeruhan ini menyebabkan sulitnya cahaya untuk mencapai retina, sehingga penderita katarak mengalami gangguan penglihatan dimana objek terlihat kabur. Mereka mengidap kelainan ini mungkin tidak menyadari telah mengalami gangguan katarak apabila kekeruhan tidak terletak dibagian tengah lensanya.Gangguan penglihatan yang dirasakan oleh penderita katarak tidak terjadi secara instan, melainkan terjadi berangsurangsur, sehingga penglihatan penderita terganggu secara tetap atau penderita mengalami kebutaan. Katarak tidak menular dari satu mata ke mata yang lain, namun dapat terjadi pada kedua mata secara bersamaan.1 Anatomi dan Fisiologi Lensa



Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskuler, tak berwarna dan hampir transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameter 9 mm. Dibelakang iris lensa digantung oleh zonula yang menghubungkan dengan korpus ciliaris. Di anterior lensa terdapat humor aquaeus; disebelah posteriornya, vitreus. Kapsul lensa adalah membran yang semipermeabel(sedikit lebih permiabel dari pada kapiler) yang menyebabkan air dan elektrolit masuk. Didepan lensa terdapat selapis tipis epitel supkapsuler. Nucleus lensa lebih tebal dari korteksnya. Semakin bertambahnya usia laminar epitel supkapsuler terus diproduksi sehingga lensa semakin besar dan kehilangan elastisitas.1,2 Lensa dapat membiaskan cahaya karena indeks bias - biasanya sekitar 1,4 pada sentral dan 1,36 pada perifer-hal ini berbeda dari dengan aqueous dan vitreus yang mengelilinginya. Pada tahap tidak berakomodasi, lensa memberikan kontribusi sekitar 15-20 dioptri (D) dari sekitar 60 D kekuatan konvergen bias mata manusia rata-rata. 10



Lensa terdiri dari 65% air dan 35% protein (tertinggi kandungan nya di antara seluruh tubuh) dan sedikit sekali mineral. Kandungan kalium lebih tinggi pada lensa dibanding area tubuh lainnya. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah, atau saraf pada lensa. 2 Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh m. ciliaris berelaksasi, menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukuran terkecil; dalam posisi ini daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya akan terfokus pada retina. Sementara untuk cahaya yang berjarak dekat m.ciliaris berkontrasi sehingga tegangan zonula berkurang, artinya lensa yang elastis menjadi lebih sferis diiringi oleh peningkatan daya biasnya. Kerja sama fisiologis antara korpus siliaris, zonula dan lensa untuk memfokuskan benda jatuh pada retina dikenal dengan akomodasi. Hal ini berkurang seiring dengan bertambahnya usia.2 Gangguan pada lensa dapat berupa kekeruhan, distorsi, dislokasi dan anomaly geometri. Keluhan yang di alami penderita berupa pandangan kabur tanpa disertai nyeri. Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada penyakit lensa adalah pemeriksaan ketajaman penglihatan dan dengan melihat lensa melalui sliplamp, oftalmoskop, senter tangan, atau kaca pembesar, sebaiknya dengan pupil dilatasi.1,2 Katarak Senilis Definisi Katarak berasal dari yunani katarrhakies, inggris cataract, dan latin cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup air terjun5. katarak adalah kekeruhan lensa yang mengarah kepada penurunan ketajaman visual dan/atau cacat fungsional yang dirasakan oleh pasien . Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua-duanya. Lima puluh satu persen (51%) kebutaan diakibatkan oleh katarak.. Katarak senilis merupakan jenis katarak yang paling sering ditemukan. Katarak senilis adalah setiap kekeruhan pada lensa yang terjadi pada usia lanjut, yaitu di atas usia 50 tahun.1



11



Epidemiologi Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), katarak merupakan kelainan mata yang menyebabkan kebutaan dan gangguan penglihatan yang paling sering ditemukan seperti tercantum pada gambar dibawah ini.3



Gambar 1. Persentase Penyakit Mata3



Katarak memiliki derajat kepadatan yang sangat bervariasi dan dapat disebabkan oleh berbagai hal, biasanya akibat proses degenatif. Pada penelitian yang dilakukan di amerika serikat didapatkan adanya 10% orang menderita katarak, dan prevalensi ini meningkat sampai 50% pada mereka yang berusia 65-75 tahun dan meningkat lagi sekitar 70% pada usia 75 tahun. Katarak congenital, katarak traumatic dan katarak jenis jenis lain lebih jarang ditemukan.1 Faktor Resiko Katarak adalah penyakit degeneratif yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik internal maupun eksternal. Faktor internal yang berpengaruh antara lain adalah umur dan jenis kelamin sedangkan faktor eksternal yang berpengaruh adalah pekerjaan dan pendidikan yang berdampak langsung pada status sosial ekonomi dan status kesehatan seseorang, serta faktor lingkungan, yang dalam hubungannya dalam paparan sinat Ultraviolet yang berasal dari sinar matahari.



12



Usia Proses normal ketuaan mengakibatkan lensa menjadi keras dan keruh. Dengan meningkatnya umur, maka ukuran lensa akan bertambah dengan timbulnya serat-serat lensa yang baru. Seiring bertambahnya usia, lensa berkurang kebeningannya, keadaan ini akan berkembang dengan bertambahnya berat katarak. .Prevalensi katarak meningkat tiga sampai empat kali pada pasien berusia >65 tahun. Klasifikasi Katarak dapat terjadi sebagai akibat dari penuaan atau sekunder oleh faktor herediter, trauma, inflamasi, metabolisme atau kelainan nuntrisi, atau radiasi. Tiga jenis umum katarak adalah nuleus, cortical, dan posterior subcapsular. Klasifikasi katarak dapat dilihat pada table 1. 2 Tabel 1. Klasifikasi katarak berdasarkan waktu terjadinya



13



1. Katarak Nuklear Dalam tingkatan tertentu sklerosis dan penguningan nuklear dianggap normal setelah usia pertengahan. Pada umumnya, kondisi ini hanya sedikit mengganggu fungsi penglihatan. Jumlah sklerosis dan penguningan yang berlebihan disebut katarak nuklear, yang menyebabkan opasitas sentral. Tingkat sklerosis, penguningan dan opasifikasi dinilai dengan menggunakan biomikroskop slit-lamp dan pemeriksaan reflex merah dengan pupil dilatasi.1 Katarak nuklear cenderung berkembang dengan lambat. Sebagian besar katarak nuklear adalah bilateral, tetapi bisa asimetrik. Cirri khas dari katarak nuklear adalah membaiknya penglihatan dekat tanpa kacamata, keadaan inilah yang disebut sebagai “penglihatan kedua”. Ini merupakan akibat meningkatnya kekuatan focus lensa bagian sentral, menyebabkan refraksi bergeser ke myopia (penglihatan dekat). Kadang-kadang, perubahan mendadak indeks refraksi antara nukleus sklerotik dan korteks lensa dapat menyebabkan monocular diplopia . Penguningan lensa yang progresif menyebabkan diskriminasi warna yang buruk. Pada kasus yang sudah lanjut, nukleusnlensa menjadi opak dan coklat dan disebut katarak nuklear brunescent.1 Secara histopatologi, karakteristik katarak nuklearis adalah homogenitas nukleus lensa dengan hilangnya lapisan tipis seluler. 2. Katarak Kortikal Katarak kortikal adalah kekeruhan pada korteks lensa. Ini adalah jenis katarak yang paling sering terjadi. Lapisan korteks lensa tidak sepadat pada bagian nukleus sehingga lebih mudah terjadi overhidrasi akibat ketidakseimbangan elektrolit yang mengganggu serabut korteks lensa sehingga terbentuk osifikasi kortikal, yang ditunjukkan pada diabetes dan galaktosemia Perubahan hidrasi serat lensa menyebabkan terbentuknya celah- celah dalam pola radial disekeliling daerah ekuator. Katarak ini cenderung bilateral, tetapi sering asimetrik. Derajat gangguan fungsi penglihatan bervariasi, tergantung seberapa dekat kekeruhan lensa dengan sumbu penglihatan .Gejala yang sering ditemukan adalah penderita merasa silau pada saat mencoba memfokuskan pandangan pada suatu sumber cahaya di malam hari.1



14



Pemeriksaan menggunakan biomikroskop slitlamp akan mendapatkan gambaran vakuola, degenerasi hiropik serabut lensa, serta pemisahan lamella kortek anterior atau posterior oleh air. Kekeruhan putih seperti baji terlihat di perifer lensa dengan ujungnya mengarah ke sentral, kekeruhan ini tampak gelap apabila dilihat menggunakan retroiluminasi. Secara histopatologi, karakteristik dari katarak kortikal adalah adanya pembengkakan hidrofik serabut lensa. Globula Morgagni (globules-globulus material eosinofilik) dapat diamati di dalam celah antara serabut lensa. 3. Katarak Subkapsularis Posterior Katarak subkapsularis posterior terdapat pada korteks di dekat kapsul posterior bagian sentral. Katarak ini biasanya didapatkan pada penderita dengan usia yang lebih muda dibanding kedua jenis katarak yang lain. Gejalanya antara lain adalah fotofobia dan penglihatan yang buruk saat mata berakomodasi atau diberikan miotikum. Ini dikarenakan ketika pupil konstriksi saat berakomodasi, cahaya yang masuk ke mata menjadi terfokus ke sentral, dimana terdapat katarak subkapsularis posterior, menyebabkan cahaya menyebar dan mengganggu kemampuan mata untuk memfokuskan pada macula.1 Deteksi katarak subkapsularis posterior paling baik menggunakan biomikroskop slitlamp pada mata yang telah ditetesi midriatikum. Pasda awal pembentukan katarakakan ditemukan gambaran kecerahan mengkilap seperti pelangi yang halus pada lapisan korteks posterior. Sedangkan pada tahap akhir terbentuk kekeruhan granular dan kekeruhan seperti plak di kortek subkapsular posterior. Kekeruhan lensa di sini dapat timbul akibat trauma, penggunaan kortikosteroid (topical atau sistemik), peradangan atau pajanan radiasi pengion.1



Gambar 2. Tipe Katarak Senilis. (1.katarak nuklear, 2. katarak kortikal, 3. katarak subkapsularis posterior)2 15



Stadium Katarak ini dibagai ke dalam 4 stadium, yaitu: 4



1. Katarak insipien, kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeruji menuju korteks anterior dan posterior (katarak kortikal) Katarak subkapsular psoterior, kekeruhan mulai terlihat di anterior subkapsular posterior, celah terbentuk, antara serat lensa dan korteks berisi jaringan degeneratif (beda morgagni) pada katarak insipien Katarak intumesen. Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratif menyerap air. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan mencembung dan daya biasnya bertambah, yang akan memberikan miopisasi 2. Katarak imatur, sebagian lensa keruh atau katarak. Merupakan katarak yang belum mengenai seluruh lapis lensa. Volume lensa bertambah akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan degeneratif lensa. Pada keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi glaukoma sekunder 3. Katarak matur, pada katarak matur, kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur tidak dikeluarkan, maka cairan lensa akan keluar sehingga lensa kembali pada ukuran normal dan terjadi kekeruhan lensa yang lama kelamaan akan mengakibatkan kalsifikasi lensa pada katarak matur. Bilik mata depan berukuran dengan kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada shadow test, atau disebut negatif. 4. Katarak hipermatur, merupakan katarak yang telah mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras, lembek dan mencair. Massa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa, sehingga lensa menjadi kecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan terlihat lipatan kapsul lensa. Kadang pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan zonula zinn menjadi kendur. Bila proses katarak berlajut disertai dengan penebalan kapsul, maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus yang terbenam didalam korteks lensa karena lebih berat, keadaan tersebut dinamakan katarak morgagni.



16



Gambar 3. Nukleus yang berwarna coklat sudah turun di dalam kortek yang mencair. Tabel 2. Perbedaan stadium katarak4



Insipien



Imatur



Matur



Hipermatur



Kekeruhan



Ringan



Sebagian



Seluruh



Masif



Cairan lensa



Normal



Bertambah



Normal



Berkurang



(air masuk)



(air keluar)



Iris



Normal



Terdorong



Normal



Tremulans



Bilik mata



Normal



Dangkal



Normal



Dalam



Normal



Sempit



Normal



Terbuka



Shadow test



-



+



-



Pseudopos



Penyulit



-



Glaukoma



-



Uveitis +



depan Sudut bilik mata



Glaukoma



Patofisiologi Aging proses Katarak terkait disebabkan oleh usia paling sering ditemukan pada kelainan mata yang menyebabkan gangguan pandangan. Pathogenesis dari katarak terkait usia multifactor dan belum sepenuhnya dimengerti. Berdasarkan usia lensa, terjadi peningkatan berat dan ketebalan serta menurunnya kemampuan akomodasi. Sebagai lapisan baru serat kortical berbentuk konsentris, akibatnya nucleus dari lensa mengalami penekanan dan pergeseran 17



(nucleus sclerosis). Cristalisasi (protein lensa) adalah perubahan yang terjadi akibat modifikasi kimia dan agregasi protein menjadi high-molecular-weight-protein. Hasil dari agregasi protein secara tiba tiba mengalami fluktuasi refraktif index pada lensa, cahaya yang menyebar, penurunan pandangan. Modifiaksi kimia dari protein nucleus lensa juga menghasilkan progressive pigmentasi.perubaha lain pada katarak terkait usia pada lensa termasuk menggambarkan konsentrasi glutatin dan potassium dan meningkatnya konsentrasi sodium dan calcium. 1,5 Tiga tipe katarak terkait usia adalah nuclear, kortical, dan subkapsular posterior katarak. Pada beberapa pasien penggabungan dari beberapa tipe juga ditemukan. Nuclear katarak, Pada dekade keempat dari kehidupan, tekanan yang dihasilkan dari fiber lensa peripheral menyebabkan pemadatan pada seluruh lensa,terutama nucleus. Nucleus member warna coklat kekuningan (brunescent nuclear cataract). Ini menjadi batas tepi dari coklat kemerahan hingga mendekati perubahan warna hitam diseluruh lensa (katarak hitam). Karena mereka meningkatkan tenaga refraksi lensa, katarak nuclear menyebabkan myopia lentikular dan kadang-kadang menimbulkan fokal point kedua di dalam lensa yang menyebabkan diplopia monocular.1,5,6 Kortical katarak, Pada katarak kortikal terjadi penyerapan air sehingga lensa menjadi cembung dan terjadi miopisasi akibat perubahan indeks refraksi lensa. Pada keadaan ini penderita seakan-akan mendapatkan kekuatan baru untuk melihat dekat pada usia yang bertambah.Katarak nuclear sering dihubungkan dengan perubahan pada kortek lensa. Ini penting untuk dicatat bahwa pasien dengan katarak kortikal cenderung untuk hyperopia dibandingkan dengan pasien dengan katarak nuclear(nuku saku) Beberapa perubahan morfologi yang akan terlihat pada pemeriksaan slip-lamp dengan midriasis maksimum: o Vacuoles: akumulasi cairan akan terlihat sebagai bentuk vesicle cortical sempit yang kecil. Sisa vacuoles kecil dan meningkat jumlahnya. o Water fissure: pola rarial dari fissure yang terisi cairan yang akan terlihat diantara fiber. o Lamella yang terpisah: tidak sesering water fissureI, ini berisi suatu zona cairan diantara lamella (biasanya antara lamella clear dan fiber kortikal). o Cuneiform cataract: ini sering ditemukan dengan opaksitas radier dari lensa peripheral seperti jari-jari roda.



18



Posterior subcapsular katarak (PSCs), merupakan terjadinya kekeruhan di sisi belakang lensa. Katarak ini menyebabkan silau, pandangan kabur pada kondisi cahaya terang, serta pandangan baca menurun. Banyak ditemukan pada pasein diabetes, pasca radiasi, dan trauma. 1,5 Obat yang meniduksi perubahan lensa Corticosteroid Penggunaan kosticosterod jangka panjang dapat meginduksi terjadinya PSCs. Tergantung dari dosis dan durasi dari terapi, dan respon individual terhadap corticosteroid yang dapat menginduksi PSCs. Terjadinya katarak telah dilaporkan melalui beberapa rute : sistenik, topical, subkonjungtival dan nasal spray. 5 Pada satu studi dilaporkan, pasien dengan menggunakan oral prednisolon dan diobservasi selama 1-4 tahun, 11% menggunakan 10 mg/hari menjadi katarak, sekitar 30% dari mereka mendapat 10-15 mg/hari dan 80% dari mereka mendapatkan lebih dari 15 mg/hari. Pada studi lain, beberapa pasien mendapat steroid topical berlanjut menjadi keratoplasty yang berlanjut menjadi katarak setelah mendapatkan sekitar 2.4 drops per hari 0,1% ddexamethasone selama periode 10,5 bulan. Beberapa steroid dapat menginduksi PSCs pada anak dan bisa reversibel setelah penghentian penggunaan steroid. 5 Phenotiazine Phenotiazine merupakan golongan mayor dari psycotropic medikasi, dapat terjadi deposit pigmen pada anterior epitelium lensa pada konfigurasi axial. Deposit tersebut dapat terjadi tergantung dari dosis dan lama pemberian. 5 Miotics Antikolinestrase dapat menginduksi katarak. Insiden terjadinya katarak telah dilaporkan sebesar 20% pada pasien setelah 55 bulan menggunakan poloicarpin dan 60% pada pasien yang menggunakan phospoline iodine. Biasanya, pada tahap awal terbentuknya vacuola kecil dalam dan posterior menuju anterior dari capsul lensa dan epithelium. Katarak dapat berlanjut menuju posterior korteks dan nucleus lensa. 5 Trauma Kerukakan lensa akibat trauma dapat disebabkan oleh peradangan mekanik, kekuatan fisikal (radiasi, kimia, elekrik). 1,5 Kontusio Katarak Traumatik



19



Trauma tumpul, peradangan tanpa perforasi dapat menyebabkan lensa menjadi keruh pada tahap akut atau sequel . Katarak akibat kontusio dapat melibatkan sebagian atau seluruh dari bagian lensa. Sering, manifestasi awal dari kontusio katarak adalah stellate atau rosetteshaped opacification. 5 Perforasi dan penetrasi Perforasi dan penetrasi pada lensa sering menghasilkan kekeruhan pada kortex bagian yang mengalami rupture, biasanya progresifitas sangat cepat untuk menjadi kekeruhan total. Perforasi yang kecil pada kapsul lensa dapat sembuh, menghasilkan fokal kortikal katarak2. Elektrik yang menginduksi katarak Elektrikal shok dapat menyebabkan koagulasi protein dan menyebabkan katarak. manifestasi lensa lebih mungkin ketika transmisi arus melibatkan kepala pasien. awalnya, vacuola lensa muncul pada perifer anterior lensa, diikuti kekeruhan linier di korteks subcapsule anterior. katarak menyebabkan cedera electrycal mungkin membaik, tetap diam, atau matur untuk menjadi katarak komplit selama beberapa bulan atau tahun.



Katarak metabolik Diabetes mellitus Diabetes mellitus dapat mempengaruhi kejernihan dari lensa, refraktif index dan kemampuan akomodasi. Jika glukosa darah meningkat, juga meningkatkan komposisi glukosa dalam humor aqueous. Glukosa pada aqueous juga akan berdifusi masuk ke dalam lensa, sehingga komposisi glukosa dalam lensa jug akan meningkat. Beberapa dari glukosa akan di konfersi oleh enzim aldose reduktase menjadi sorbitol. Yang mana tidak akan dimetabolisme tetapi tetap di lensa. 1 Setelah itu, perubahan tenakan osmotik menyebabkan infux cairan ke dalam lensa, yang menyebabkan pembengkakan lensa. Fase saat terjadinya hidrasi lenti dapat memnyebabkan perubahan kekuatan refraksi dari lensa. Pasien dengan diabetes bisa menyebabkan perubahan refraksi. Pasien dengan diabetes dapat terjadi penurunan kemampuan akomodasi sehingga presbiop dapat terjadi pada usia muda. 5 Katarak adalah penyebab tersering kelainan visual pada pasien dengan diabetes. Terdapat 2 tipe klasifikasi katarak pada pasien tersebut. True diabetic cataract, atau snowflake cataract, dapat bilateral, onset terjadi secara tiba tiba dan menyebar sampai subkapsular lensa, tipe ini biasa terjadi pada usia dengan diabetes mellitus yang tidak terkontrol. kekeruhan menyeluruh supcapsular seperti tampilan kepingan salju terlihat awalnya di superfisial anterior dan korteks posterior lensa. Vacuola muncul dalam kapsul 20



lensa. Pembengkakan dan kematangan katarak kortikal terjadi segera sesudahnya. Peneliti percaya bahwa perubahan metabolik yang mendasari terjadinya true diabetic cataract pada manusia sangat erat kaitannya dengan katarak sorbitol yang dipelajari pada hewan percobaan. Meskipun true diabetic cataract jarang ditemui pada praktek klinis saat ini, Setiap dilaporkannya katarak kortikal matur bilateral pada anak atau dewasa muda sebaiknya diwaspadai oleh klinisi kemungkinan diabetes mellitus.2,4 Tingginya resiko katarak terkait usia pada pasien dengan diabetes mungkin akibat dari akumulasi sorbitol dalam lensa, berikutnya terjadi perubahan hadration dan peningkatan glikosilasi protein pada lensa diabetik. 1,5



Galactosemia Galactosemia



adalah



inherediter



autosomal



resesif



ketidakmampuan



untuk



menkonversi galactosa menjadi glukosa. Sebagai konsekuensi ketidakmampuan hal tersebut, terjadi akumulasi galaktosa pada seluruh jaringan tubuh, lebih lanjut lagi galactosa dikonversi menjadi galaktitol (dulcitol), sejenis gula alcohol dari galactosa. Galactosemia dapat terjadi akibat defek pada 1 dari 3 enzimes yang terlibat dalam proses metabolism galaktosa : galactosa 1-phosphate uridyl transferase, galactokinase, atau UDP-galactose-4-epimerase. Pada galaktosemia klasik disertai gejala malnutrisi, hepatomegali, ikterik dan degradasi mental. Penyakit ini akan fatal jika tidak terdiagnosis dan tidak diterapi. Pada pasien dengan galaktosemia, 75% akan berlanjut menjadi katarak. Akumulasi dari galaktosa dan galakttitol dalam sel lensa akan meningkatkan tekanan osmotic dan influk cairan kedalam lensa. Nucleus dan kortex bagian dalam menjadi lebih keruh, disebabkan oleh “oil droplet”.5



Efek Dari Nutrisi Meskipun difesiensi nutrisi dapat menyebabkan katarak pada percobaan melalui binatang, etiologi ini masih sulit dimengerti untuk terjadinya katarak pada manusia. Beberapa study menyebutkan multivitamin, vitamin A, vitamin C, vitamin E, niacin, thiamin, riboflavin, beta carotene, dan kosumsi tinggi protein dapat melindungi untuk terjadinya katarak. Beberapa studi lainnya juga menemukan vitamin C dan Vitamin E memiliki sedikit atau tidak ada efek untuk melindungi terjadinya katarak. Sejauh ini, the age-Related Eye Disease Study (AREDS) memperlihatkan selama 7 tahun, tinggi kosumsi vitamin C, E, beta carotene tidak menunjukan penurunan perkembangan atau progresifitas dari katarak.



21



Lutein dan zeaxantin merupakan ceratonoid yang ditemukan pada lensa manusia, dan studi baru baru ini memperlihatkan penurunan kejadian ketarak dapat terjadi dengan meningkatkan kosumsi makanan yang mengandung tinggi lutein (bayam, broccoli dll).5 Manifestasi Klinis Manifestasi dari gejala yang dirasakan oleh pasien penderita katarak terjadi secara progresif dan merupakan proses yang kronis. Gangguan penglihatan bervariasi, tergantung pada jenis dari katarak yang diderita pasien.7 Gejala pada penderita katarak adalah sebagai berikut: 1. Penurunan visus 2. Silau 3. Perubahan miopik 4. Diplopia monocular 5. Halo bewarna 6. Bintik hitam di depan mata Tanda pada penderita katarak adalah sebagai berikut:7 1.



Pemeriksaan visus berkisar antara 6/9 sampai hanya persepsi cahaya



2.



Pemeriksaan iluminasi oblik



3.



Shadow test



4.



Oftalmoskopi direk



5.



Pemeriksaan sit lamp



Diagnosa Katarak Senilis Diagnosa katarak senilis dapat dibuat dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan laboratorium preoperasi dilakukan untuk mendeteksi adanya penyakit-penyakit yang menyertai, seperti DM, hipertensi, dan kelainan jantung.1,2 Pada pasien katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan visus untuk mengetahui kemampuan melihat pasien. Visus pasien dengan katarak subcapsuler posterior dapat



22



membaik dengan dilatasi pupil. Pemeriksaan adneksa okuler dan struktur intraokuler dapat memberikan petunjuk terhadap penyakit pasien dan prognosis penglihatannya.1 Pemeriksaan slit lamp tidak hanya difokuskan untuk evaluasi opasitas lensa tetapi dapat juga struktur okuler lain, misalnya konjungtiva, kornea, iris, bilik mata depan. Ketebalan kornea harus diperiksa dengan hati-hati, gambaran lensa harus dicatat dengan teliti sebelum dan sesudah pemberian dilator pupil, posisi lensa dan intergritas dari serat zonular juga dapat diperiksa sebab subluksasi lensa dapat mengidentifikasi adanya trauma mata sebelumnya, kelainan metabolik,



atau katarak hipermatur. Pemeriksaan shadow test



dilakukan untuk menentukan stadium pada katarak senilis. Selain itu, pemeriksaan ofthalmoskopi direk dan indirek dalam evaluasi dari intergritas bagian belakang harus dinilai.1 Tatalaksana Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Bergantung pada integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan ekstra capsuler cataract ekstraksi (ECCE).8 Indikasi Indikasi penatalaksanaan bedah pada kasus katarak mencakup indikasi visus,medis, dan kosmetik.8 1. Indikasi visus; merupakan indikasi paling sering. Indikasi ini berbeda pada tiap individu, tergantung dari gangguan yang ditimbulkan oleh katarak terhadap aktivitas sehari-harinya. 2. Indikasi medis; pasien bisa saja merasa tidak terganggu dengan kekeruhan pada lensa matanya, namun beberapa indikasi medis dilakukan operasi katarak seperti glaukoma imbas lensa (lens-induced glaucoma), endoftalmitis fakoanafilaktik, dan kelainan pada retina misalnya retiopati diabetik atau ablasio retina. 3. Indikasi kosmetik; kadang-kadang pasien dengan katarak matur meminta ekstraksi katarak (meskipun kecil harapan untuk mengembalikan visus) untuk memperoleh pupil yang hitam.



23



Persiapan Pre-Operasi2 1. Pasien sebaiknya dirawat di rumah sakit semalam sebelum operasi 2. Pemberian informed consent 3. Bulu mata dipotong dan mata dibersihkan dengan larutan Povidone-Iodine 5% 4. Pemberian tetes antibiotik tiap 6 jam 5. Pemberian sedatif ringan (Diazepam 5 mg) pada malam harinya bila pasien cemas 6. Pada hari operasi, pasien dipuasakan. 7. Pupil dilebarkan dengan midriatika tetes sekitar 2 jam sebelum operasi. Tetesan diberikan tiap 15 menit 8. Obat-obat yang diperlukan dapat diberikan, misalnya obat asma, antihipertensi, atau anti glaukoma. Tetapi untuk pemberian obat antidiabetik sebaiknya tidak diberikan pada hari operasi untuk mencegah hipoglikemia, dan obat antidiabetik dapat diteruskan sehari setelah operasi. Berikut ini akan dideskripsikan secara umum tentang tiga prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu ICCE, ECCE, dan phacoemulsifikasi, SICS.8 1. Intra Capsular Cataract Extraction (ICCE) Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan depindahkan dari mata melalui incisi korneal superior yang lebar. Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan lensa subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama populer.ICCE tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan.8



24



Gambar 4. Teknik ICCE8 2. Extra Capsular Cataract Extraction ( ECCE ) Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan kortek lensa dapat keluar melalui robekan. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, implantasi lensa intra ocular posterior, perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular, kemungkinan akan dilakukan bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolap badan kaca, ada riwayat mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid macular edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder.8



Gambar 5. Teknik ECCE8 25



3.



Phacoemulsification Phakoemulsifikasi



(phaco)



adalah



teknik



untuk



membongkar



dan



memindahkan kristal lensa. Pada teknik ini diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran ultrasonic akan digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin PHACO akan menyedot massa katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah lensa Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena incisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan, akan pulih dengan sendirinya, yang memungkinkan pasien dapat dengan cepat kembali melakukan aktivitas seharihari.Tehnik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak senilis.8



Gambar 6. Phacoemulsification 4.



Small Incision Cataract Surgery (SICS) Insisi dilakukan pada sklera dengan ukuran insisi bervariasi dari 5-8 mm.



Namun tetap dikatakan SICS sejak design arsiteknya tanpa jahitan, Penutupan luka insisi terjadi dengan sendirinya (self-sealing). Teknik operasi ini dapat dilakukan pada stadium katarak immature, mature, dan hypermature. Teknik ini juga telah dilakukan pada kasus glaukoma fakolitik dan dapat dikombinasikan dengan operasi trabekulektomi.8



26



Jenis tehnik



Keuntungan



Kerugian



bedah katarak Extra capsular







Incisi kecil







cataract







Tidak ada komplikasi



kapsul posterior



extraction



vitreus







(ECCE)







perlengketan iris dengan



Kejadian



endophtalmodonesis lebih



Kekeruhan pada



Dapat terjadi



kapsul



sedikit 



Edema sistoid makula



lebih jarang 



Trauma terhadap



endotelium kornea lebih sedikit 



Retinal detachment lebih



sedikit 



Lebih mudah dilakukan



Intra capsular







Semua komponen lensa



cataract



diangkat







Incisi lebih besar







Edema cistoid pada



extraction



makula



(ICCE)







Komplikasi pada



vitreus 



Sulit pada usia < 40



tahun  Fakoemulsifikasi



Endopthalmitis



 Incisi paling kecil







 Astigmatisma jarang



pupil yang baik



terjadi







 Pendarahan lebih



ada IOL



Memerlukan dilatasi



Pelebaran luka jika



sedikit  Teknik paling cepat



27



Pseudofakia Pseudofakia adalah suatu keadaan dimana mata terpasang lensa tanam setelah operasi katarak. Lensa ini akan memberikan penglihatan lebih baik. Lensa intraokular ditempatkan waktu operasi katarak dan akan tetap disana untuk seumur hidup. Lensa ini tidak aakn mengganggu dan tidak perlu perawatan khusus dan tidak akan ditolak keluar oleh tubuh. Gejala dan tanda pseudofakia: penglihatan kabur, visus jauh dengan optotype snellen, dapat merupakan miopi atau hipermetropi tergantung ukuran lensa yang ditanam (IOL), terdapat bekas insisi atau jahitan.9,10 Letak lensa didalam bola mata dapat bermacam-macam, seperti: a. Pada bilik depan mata, yang ditempatkan didepan iris dengan kaki penyokongnya bersandar pada sudut bilik mata b. Pada daerah pupil, dimana bagian 11 ulti lensa pada pupil denagn fiksasi pupil c. Pada bilik mata belakang, yang diletakkan pada kedudukan lensa normal dibelakang iris, lensa dikeluarkan dengan ekstraksi lensa ekstra kapsular d. Pada kapsul lensa



Pada saat ini pemasangan lensa terutama diusahakan terletak di dalam kapsul lensa. Meletakkan lensa tanam didalam bilik mata memerlukan perlindungan khusus:9 1. Endotel korena terlindung 2. Melindungi iris terutama pigme iris 3. Melindungi kapsul posterior lensa 4. Mudah memasukkannya karena tidak memberikan cedera pada zonula lensa Keuntungan pemasangan lensa ini:9 1. Penglihtan menjadi lebih fisiologis karena letak lensa yang ditempatkan pada tempat lensa asli yang diangkat 2. Lapang penglihatan sama denagn lapang pandangan normal 3. Tidak terjadi pembesaraan benda yang dilihat 4. Psikologis, mobilisasi lebih cepat Pemasangan lensa tidak dianjurkan kepada:9 1. Mata yang sering mengalami radang intra okuer (uveitis) 2. Andak dibawah usai 3 tahun 28



3. Uveitis menahun berat 4. Retinopati 12 ultifocal berat 5. Glaukoma neovaskuler



KOMPLIKASI Komplikasi operasi dapat berupa komplikasi preoperatif, intraoperatif, postoperatif awal, postoperatif lanjut, dan komplikasi yang berkaitan dengan lensa intra okular (intra ocular lens, IOL).10 



Komplikasi preoperatif a) Ansietas; beberapa pasien dapat mengalami kecemasan (ansietas) akibat ketakutan akan operasi. Agen anxiolytic seperti diazepam 2-5 mg dapat memperbaiki keadaan. b) Nausea dan gastritis; akibat efek obat preoperasi seperti asetazolamid dan/atau gliserol. Kasus ini dapat ditangani dengan pemberian antasida oral untuk mengurangi gejala. c) Konjungtivitis iritatif atau alergi; disebabkan oleh tetes antibiotik topical preoperatif, ditangani dengan penundaan operasi selama 2 hari. d) Abrasi kornea; akibat cedera saat pemeriksaan tekanan bola mata dengan menggunakan tonometer Schiotz. Penanganannya berupa pemberian salep antibiotik selama satu hari dan diperlukan penundaan operasi selama 2 hari.







Komplikasi intraoperatif a) Laserasi m. rectus superior; dapat terjadi selama proses penjahitan. b) Perdarahan hebat; dapat terjadi selama persiapan conjunctival flap atau selama insisi ke bilik mata depan. c) Cedera pada kornea (robekan membrane Descemet), iris, dan lensa; dapat terjadi akibat instrumen operasi yang tajam seperti keratom. d) Cedera iris dan iridodialisis (terlepasnya iris dari akarnya) e) Lepas/ hilangnya vitreous; merupakan komplikasi serius yang dapat terjadi akibat ruptur kapsul posterior (accidental rupture) selama teknik ECCE.



29







Komplikasi postoperatif awal



Komplikasi yang dapat terjadi segera setelah operasi termasuk hifema, prolaps iris, keratopati striata, uveitis anterior postoperatif, dan endoftalmitis bakterial. 



Komplikasi postoperatif lanjut



Cystoid Macular Edema (CME), delayed chronic postoperative endophtalmitis, Pseudophakic Bullous Keratopathy (PBK), ablasio retina, dan katarak sekunder merupakan komplikasi yang dapat terjadi setelah beberapa waktu post operasi. 



Komplikasi yang berkaitan dengan IOL



Implantasi IOL dapat menyebabkan komplikasi seperti uveitis-glaucoma-hyphema syndrome (UGH syndrome), malposisi IOL, dan sindrom lensa toksik (toxic lens syndrome).10 Pencegahan Katarak Senilis Katarak senilis tidak dapat dicegah karena penyebab terjadinya katarak senilis ialah oleh karena faktor usia, namun dapat dilakukan pencegahan terhadap hal-hal yang memperberat seperti mengontrol penyakit metabolik, mencegah paparan langsung terhatap sinar ultraviolet dengan menggunakan kaca mata gelap dan sebagainya. Pemberian intake antioksidan (seperti asam vitamin A, C dan E) secara teori bermanfaat.10 Bagi perokok, diusahakan berhenti merokok, karena rokok memproduksi radikal bebas yang meningkatkan risiko katarak. Selanjutnya, juga dapat mengkonsumsi makanan bergizi yang seimbang. Memperbanyak porsi buah dan sayuran. Lindungilah mata dari sinar ultraviolet. Selalu menggunakan kaca mata gelap ketika berada di bawah sinar matahari. Lindungi juga diri dari penyakit seperti diabetes.10 Prognosis Katarak Senilis Tindakan pembedahan secara defenitif



pada katarak senilis dapat memperbaiki



ketajaman penglihatan pada lebih dari 90% kasus. Sedangkan prognosis penglihatan untuk pasien anak-anak yang memerlukan pembedahan tidak sebaik prognosis untuk pasien katarak senilis. Adanya ambliopia dan kadang-kadang anomali saraf optikus atau retina membatasi tingkat pencapaian pengelihatan pada kelompok pasien ini. Prognosis untuk perbaikan ketajaman pengelihatan setelah operasi paling buruk pada katarak kongenital unilateral dan paling baik pada katarak kongenital bilateral inkomplit yang proresif lambat.8



30



PSEUDOFAKIA Definisi Pseudofakia adalah lensa yang ditanam pada mata (lensa intra okuler) yang diletakkan tepat ditempat lensa yang keruh dan sudah dikeluarkan. Lensa ini akan memberikan penglihatan lebih baik. Lensa intraokular ditempatkan waktu operasi katarak dan akan tetap disana untuk seumur hidup. Lensa ini tidak akan mengganggu dan tidak perlu perawatan khusus dan tidak akan ditolak keluar oleh tubuh.11 Letak lensa didalam bola mata dapat bermacam – macam, seperti : 1. Pada bilik mata depan, yang ditempatkan didepan iris dengan kaki penyokongnya bersandar pada sudut bilik mata 2. Pada daerah pupil, dimana bagian optik lensa pada pupil dengan fiksasi pupil. 3. Pada bilik mata belakang, yang diletakkan pada kedudukanlensa normal dibelakang iris. Lensa dikeluarkan dengan ekstraksi lensa ekstrakapsular 4. Pada kapsul lensa.



Pada saat ini pemasangan lensa terutama diusahakan terletak di dalam kapsul lensa. Meletakkan lensa tanam di dalam bilik mata memerlukan perhatian khusus :11 1. Endotel kornea terlindung 2. Melindungi iris terutama pigmen iris 3. Melindungi kapsul posterior lensa 4. Mudah memasukkannya karena tidak memberikan cedera pada zonula lensa. Keuntungan pemasangan lensa ini :11 1. Penglihatan menjadi lebih fisiologis karena letak lensa yang ditempatkan pada tempat lensa asli yang diangkat. 2. Lapang penglihatan sama dengan lapang pandangan normal 3. Tidak terjadi pembesaran benda yang dilihat 4. Psikologis, mobilisasi lebih cepat.



31



Pemasangan lensa tidak dianjurkan kepada :11 1. Mata yang sering mengalami radang intraokuler (uveitis) 2. Anak di bawah 3 tahun 3. Uveitis menahun yang berat 4. Retinopati diabetik proliferatif berat 5. Glaukoma neovaskuler Presbiopia Presbiopi merupakan keadaan refraksimata, dalam hal ini punctum proksimum telah begitu jauh, sehingga pekerjaan dekat yang halus seperti membaca, dan menjahit sukar dilakukan. Proses ini merupakan keadaan fisiologis, terjadi pada setiap mata, dan tidak dianggap sebagai suatu penyakit. Sepanjang hidup terjadi pengerasan sedikit demi sedikit pada lensa, dimulaidari nucleus. Ini menyebabkan lensa mendapat kesukaran dalam mengubah bentuknya pada penglihatan dekat untuk menambah daya biasnya karena lensa tak kenyal lagi. Dengan demikian daya akomodasinya berkurang akibat proses sclerosis ini. Ditambah lagi dengan daya kontraksi dari otot siliar yang berkurang sehingga pengendoran dari zonula Zinnii menjadi tidak sempurna.9 Gejala dan tanda presbyopia berupa keluhan yang timbul pada penglihatan dekat. Kalau dibiarkan tidak dikoreksi, akan menimbulkan tanda astenopia, mata sakit, lekas lelah, lakrimasi, selain sukar melihat dekat. 9



Penanganan Presbiopia Untuk memperbaikinya diperlukan kacamata sferis positif yang besarnya tergantung dari umurnya. Orang umur 40 tahun butuh adisi S+1D, 45 tahun butuh S+1,5D, 50 tahun butuh adisi S+2D, 55 tahun butuh adisi S+2,5D, dan umur 60 tahun butuh adisi S+3D.9 Maksimal diberikan S+3, supaya orang masih dapat mengerjakan pekerjaan dekat pada jarak yang enak tanpa melakukan konvergensi yang berlebihan. Kalau umpamanya diberikan S+4, maka jarak baca menjadi 25 cm, sedang jarak baca yang baik adalah 33 cm, jadi orang ini harus mengadakan konvergensi berlebihan.9



Astigmatisma Astigmatisma merupakan kelainan refraksi mata, yang ditandai adanya berbagai derajat refraksi pada berbagai meridian, sehingga sinar sejajar yang dating pada mata itu akan difokuskan pada macam-macam fokus pula. Astigmatisma dibedakan menjadi 2, yaitu yang regular dan iregular. Pada astigmatisma regular didapatkan dua titik bias pada sumbu mata 32



karena adanya dua bidang yang saling tegak lurus pada bidang yang lain sehingga pada salah satu bidang memiliki daya bias yang lebih kuat daripada bidang yang lain. Astigmatisme jenis ini, jika mendapat koreksi lensa cylindris yang tepat, akan bisa menghasilkan tajam penglihatan normal. Tentunya jika tidak disertai dengan adanya kelainan penglihatan yang lain. Sedangkan Astigmatisme Irreguler dimana titik bias didapatkan tidak teratur. 12 Penyebab astigmatisma adalah poli genetic atau poli faktorial. Kelainan kornea, perubahan lengkung kornea dengan atau tanpa pemendekan atau pemanjangan diameter antero posterior. Kelainan lensa, kekeruhan lensa, biasanya katarak insipient atau imatur, bisa juga menyebabkan astigmatisma.12



Berdasarkan letak titik vertical dan horizontal pada retina, astigmatisme dibagi sebagai berikut: 12 1. Astigmatisme Miopia Simpleks Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B berada tepat pada retina (dimana titik A adalah titik fokus dari daya bias terkuat sedangkan titik B adalah titik fokus dari daya bias terlemah). Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph 0,00 Cyl -Y atau Sph -X Cyl +Y di mana X dan Y memiliki angka yang sama.



Gambar 7. Astigmatisme Miopia Simpleks



2. Astigmatisme Hiperopia Simpleks Astigmatisme jenis ini, titik A berada tepat pada retina, sedangkan titik B berada di belakang retina.



33



Gambar 8. Astigmatisme Hiperopia Simpleks



3. Astigmatisme Miopia Kompositus Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B berada di antara titik A dan retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph X Cyl -Y.



Gambar 9. Astigmatisme Miopia Kompositus



4. Astigmatisme Hiperopia Kompositus Astigmatisme jenis ini, titik B berada di belakang retina, sedangkan titik A berada di antara titik B dan retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph +X Cyl +Y.



Gambar 10. Astigmatisme Hiperopia Kompositus



34



5. Astigmatisme Mixtus Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B berada di belakang retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph +X Cyl Y, atau Sph -X Cyl +Y, dimana ukuran tersebut tidak dapat ditransposisi hingga nilai X menjadi nol, atau notasi X dan Y menjadi sama - sama + atau -.



Gambar 11. Astigmatisme Mixtus



HIPERMETROPIA Definisi Hipermetropia juga dikenal dengan istilah hyperopia atau rabun dekat. Hipermetropia adalah keadaan mata yang tidak berakomodasi memfokuskan bayangan di belakang retina.1,4 Pasien dengan hipermetropia mendapat kesukaran untuk melihat dekat akibat sukarnya berakomodasi. Keluhan akan bertambah dengan bertambahnya umur yang diakibatkan melemahnya otot siliar untuk akomodasi dan berkurangnya kekenyalan lensa.4 Pada perubahan usia lensa berangsur-angsur tidak dapat memfokuskan bayangan pada selaput jala (retina) sehingga akan lebih terletak di belakangnya. Sehingga diperlukan penambahan lensa positif atau konveks dengan bertambahnya usia.4 Etiologi Kekuatan optik mata terlalu rendah (biasanya karena mata terlalu pendek) dan sinar cahaya paralel mengalami konvergensi pada titik di belakang retina. Penyebab utama hipermetropia adalah panjangnya bola mata yang lebih pendek. Akibat bola mata yang lebih pendek bayangan benda akan difokuskan di belakang retina atau selaput jala.4 Sebab atau jenis hipermetropia:4



35







Hipermetropia sumbu atau hipermetropia aksial merupakan kelainan refraksi akibat bola mata pendek atau sumbu anteroposterior yang pendek.







Hipermetropia kurvatur, dimana kelengkungan kornea atau lensa kurang sehingga bayangan difokuskan di belakang retina.







Hipermetropia indeks refraktif, dimana terdapat indeks bias yang kurang pada system optik mata, misalnya pada usia lanjut lensa mempunyai indeks refraksi lensa yang berkurang.



Gejala Hipermetropia Biasanya seseorang dengan hipermetropia tidak menyukai keramaian dan lebih senang sendiri. Hipermetropia sukar melihat dekat dan tidak sukar melihat jauh. Melihat dekat akan lebih kabur dibandingkan dengan melihat sedikit lebih dijauhkan. Biasanya pada usia muda tidak banyak menimbulkan masalah karena dapat diimbangi dengan melakukan akomodasi.4 Bila hipermetropia lebih dari + 3.00 dioptri maka tajam penglihatan jauh akan terganggu. Sesungguhnya sewaktu kecil atau baru lahir mata lebih kecil dan hipermetropia. Dengan bertambahnya usia maka kemampuan berakomodasi untuk mengatasi hipermetropia ringa berkurang. Pasien hipermetropia hingga + 2.00 dengan usia muda atau 20 tahun masih dapat melihat jauh dan dekat tanpa kaca mata dengan tidak mendapatkan kesukaran. Pada usia lanjut dengan hipermetropia, terjadi pengurangan kemampuan untuk berakomodasi pada saat melihat dekat ataupun jauh.4 Pasien dengan hipermetropia apapun penyebabnya akan mengeluh matanya lelah dan sakit karena terus-menerus harus berakomodasi untuk melihat atau memfokuskan bayangan yang terletak di belakang makula agar terletak di daerah makula lutea. Keadaan ini disebut astenopia akomodatif. Akibat terus-menerus berakomodasi, maka bola mata bersama-sama melakukan konvergensi dan mata akan sering terlihat mempunyai kedudukan esotropia atau juling ke dalam.4 Pasien muda dengan hipermetropia tidak akan memberikan keluhan karena matanya masih mampu melakukan akomodasi kuat untuk melihat benda dengan jelas. Pada pasien yang banyak membaca atau mempergunakan matanya, terutama pada usia yang telah lanjut, akan memberikan keluhan kelelahan setelah membaca. Keluhan tersebut berupasakit kepala, mata terasa pedas dan tertekan.4



36



Keluhan mata yang harus berakomodasi terus untuk dapat melihat jelas adalah:4 



Mata lelah







Sakit kepala







Penglihatan kabur melihat dekat



Pada usia lanjut seluruh titik fokus akan berada di belakang retina karena berkurangnya daya akomodasi mata dan penglihatan akan berkurang.



Patofisiologi Diameter anterior posterior bola mata yang lebih pendek, kurvatura kornea dan lensa yang lebih lemah, dan perubahan indeks refraktif menyebabkan sinar sejajar yang datang dari objek terletak jauh tak terhingga di biaskan di belakang retina.4



Penatalaksanaan 1. Koreksi Refraksi -



Kacamata Untuk memperbaiki kelainan refraksi adalah dengan mengubah sistem pembiasan dalam mata. Pada hipermetropia diperlukan lensa cembung atau konveks untuk mematahkan sinar lebih kuat ke dalam lensa. Pengobatan hipermetropia adalah diberikan koreksi hipermetropia manifes dimana tanpa siklopegia didapatkan ukuran lensa positif maksimal yang memberiakan tajam penglihatan normal.4



37



Daftar Pustaka



1. Riordan-Eva P, Witcher. Vaughan & Asbury. Oftalmologi umum. Edisi 17. Jakarta: EGC; 2010. h. 212-28. 2. Murril A.C, Stanfield L.D, Vanbrocklin D.M, Bailey L.I, Denbeste P.B, Dilomo C.R, et all. Optometric clinical practice guideline. American optometric association: U.S.A ; 2004 3. Resnikoff S, pascolini D, moriotti P. S, pokharel P. P. global magnitude of visual impartment cause by uncorrected refractive error in 2004. Volume 86. Number 1. Bulletin of World Health Organization : U.S.A; 2008 4. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata. Edisi 5. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta; 2015 5. Zorab, A. R, Straus H, Dondrea L. C, Arturo C, Mordic R, Tanaka S, et all. Lens and Cataract. Chapter 5 Pathology page 45-69. Section 11. American Academy of Oftalmology : San Francisco; 2006 6. Lang, Gerhard K. Opthalnology, A short Textbook. New York : Penerbit Thieme Stuttgart; 2000. h.173-185. 7. Tsai JC, Denniston A, Murray PI, et. Al, editors. Oxford American handbook of ophthalmology. New York: Oxford University Press; 2011 8. Tan, D.T.H.. Ocular Surface Diseases Medical and Surgical Management. New York: Springer; 2002p.65 – 83 9. Suhardjo SU, Hartono. Ilmu kesehatan mata. Edisi ke-2. Yogyakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada; 2012. h.111-43. 10. Khurana AK. Comprehensive ophthalmology. 4th edition. New Delhi: New Age International; 2007. 11. Perhimpunan Spesialis Mata Indonesia. Ilmu penyakit mata untuk dokter umum dan mahasiswa kedokteran.. Jakarta : Sagung Seto; 2002 12. Whitcher J P and Eva P R, Low Vision. In Whitcher J P and Eva P R, Vaughan & Asbury’s General Ophtalmology. New York: McGraw Hill, 2007.



38