TP Dan MP Kelompok Vi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS PENDAHULUAN FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL SEDIAAN PARENTERAL VOLUME KECIL “INJEKSI DOBUTAMINE HCL”



OLEH:



DISUSUN OLEH: KELOMPOK VI KELAS



: G2 FARMASI



ASISTEN : Nurhidayah Sarifuddin, M. Farm.,Apt



PROGRAM STUDI S1 FARMASI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MANDALA WALUYA KENDARI 2019



1. Jelaskan tentang pemberian intravena ! jelaskan lebih banyak lagi tentang rute-rute pemberian yang membutuhkan perhatian khusus pada formulasinya, misalnya IM, intraspinal, subkutan, dll  Pemberian obat secara intravena menghasilkan kerja obat yang cepat dibandingkan dengan cara-cara pemberian lain dan karena absorbs obat tidak menjadi masalah, maka tingkatan darah optimum dapat dicapai dengan ketepatan dan kesegeraan yang tidak mungkin didapat dengan cara-cara lain. Pada keadaan gawat, pemberian obat lewat intravena dapat menjadi cara untuk menyelamatkan hidup karena penempatan obat langsung kesirkulasi darah dan kerja obat yang cepat terjadi. Sebaliknya, sekali obat diberikan lewat intravena maka obat itu tidak dapat ditarik lagi, ini merupakan keburukan pemberian obat lewat intravena (Ansel edisi ke 4).  Rute intramuscular (Ansel edisi ke 4) Pemberian obat lewat intamuskular menghasilkan efek obat yang kurang cepat, tetapi biasanya efek berlangsung lebih lama dari yang dihasilkan oleh pemberian lewat intavena. Larutan air atau minyak atau suspense bahan obat dapat diberikan lewat intramuscular. Kecepatan absorbs sangat berbeda-beda tergantung pada jenis sediaan yang diperlukan, biasanya obat suntik dalam bentuk larutan lebih cepat diabsorbsi dari pada dalam bentuk suspense dan obat dalam sediaan air lebih cepat diabsobsi dari pada sediaan minyak. Jenis sediaan yang digunakanberdasarkan pada sifat-sifat obat itu sendiri dan pada efek terapi yang diharapkan. Suntikan intramuscular dilakukan dengan memasukan kedalam otot rangka. Tempat suntikan seaiknya sejauh mungkin dari saraf-saraf utama atau pembuluh-pembuluh darah utama. Kerusakan akibat suntikan intramuscular biasanya berkaitan dengan titik tempat jarum ditusuk dan di mana obat ditempatkan. Kerusaka itu meliputi paralisis akibat rusaknya saraf, abses, kista, emboli, hematom, terkelupasnya kulit, dan pembentukan perut.



 Rute intradermal(Ansel edisike 4) Tempat injeksi intradermal yang biasa adalah permukaan anterior dari lengan muka. Biasanya digunakan jarum suntik yang pendek (3/8 inci) dan sempit ( ukuran 23-26 gauge). Jarum tersebut disisipkan secara horizontal kedalam kulit dengan serongan menghadap keatas. Injeksi tersebut dimulai pada saat serongan mulai tidak terlihat menuju ke corium. Biasanya dengan caraini hanya bias diberikan dengan volume ± 0.1 ml.  Rute subkutan(Ansel edisike 4) Pemberian rute subkutan digunakan untuk mehyuntikan sejumlah kecil obat. Obat disuntikan dibawah kulit yang umumnya dilakukan dijaringan interstitial longgar lengan, lengan bawah, bawah, paha atau bokong. Tempat suntukan biasanya berbeda bila suntikan diberikan teru-menerus. Sebelum disuntikan, (Lukas, 2006) at penyuntikan harus dibersihkan dengan seksama. Volume suntikan subkutan jarang lebih besar dari 2 ml. karena itu alat suntik yang umum digunakan adalah yang 2 ml dengan jarum sepanjang 5/8 atau 718 inci yang berukuran 21-26 gauge (yang paling umum 25 gauge). Pada waktu penusukan, bila dialat suntik terlihat darah maka harus dicari tempat lain untuk penyuntikan.Obat-obat yang mengiritasi atau berbentuk larutan suspense kental mungkin dapat menimbulkan sakit, lecetatauabses dan mungkin sangat nyeri, sediaan-sediaan ini sebaiknya tidak diberikan untuk suntikan subkutan.  Rute injeksi lain (Robert Tungadi, 2017. teknologi sediaan steril hal : 44-46) Selain empat rute parenteral primer, beberapa rute juga digunakan untuk aksi khusus, kadang-kadang untuk aksi khusus, kadang-kadang untuk aksi local dari pada efek sistemik.







Rute



intra-arterial;



digunakan untuk



disuntikan



langsung



kedalam



arteri,



rute intravena ketika aksi segera diinginkan



dalam daerah perifer tubuh. 



Intraserebral Injeksi kedalam serebrum, digunakan khusus untuk aksi local sebagaimana penggunaan fenol dalam pengobatan trigeminal neuroligia.







Intraspinal injeksi kedalam kanal spinal menghasilkan konsentrasi tinggi dari obat dalam daerah local. untuk pengobatan penyakit neoplastik seperti leukemia







Intrakutan (ic) Injeksi yang dimasukkan secara langsung kedalam epidermis dibawah stratum corneum. Rute ini digunakan untuk member volume kecil (0,1-0,5 ml) bahan-bahan dignostik atau vaksin.







Intratekal Larutan yang digunakan untuk menginduksi spinal atau anestesi lumbar oleh larutan injeksi kedalam luang subarachnoid. Cairan seebrospinal biasanya diam pada mulanya untuk mencegah peningkatan volume cairan dan pengaruh tekanan dalam serabut saraf spinal. Volume 1-2 ml biasa digunakan. Berat jenis dari larutan dapat diatur untuk membuat anestesi untuk bergerak atau turun dalam kanal spinal, sesuai keadaan tubuh pasien.



 Intra-artikular Injeksi yang digunakan untuk memasukkan bahan-bahan seperti obat antiinflamasi secara langsung kedalam sendi yang rusak atau teriritasi.  Intrakardial Secara langsung kedalam jantung, merupakan suatu rute yang mana digunakan untuk menginjeksi kedalam aliran darah volume besar dari larutan hipertonik atau larutan teriritasi



seperti dekstrosa 70%. proses ini membutuhkan bantuan kateter. kateterisasi meliputi proses pembedahan dan cara umum hanya dilakukan dalam unit-unit tertentu dalam rumah sakit yang lebih besar.  Intraperitoneal (ip) Merupakan rute yang digunakan untuk pemberian berupa vaksin rabies. Rute ini juga digunakan untuk pemberian larutan dialysis ginjal.  Intrasisternal dan Peridural Injeksi kedalam sisterna intracranial dan durameter pada urat spinal. keduanya merupakan cara yang sulit dilakukan, dengan keadaan kritis untuk injeksi. 2. Jelaskan



tentang



pemilihan



bahan



dalam



formulasi



sediaan



parenteral dosis tungal! Apakah sediaan perlu pendaparan atau tidak, jelasskan alasannya! Dan bagaimana dengan dosis ganda Jawab : a.



Pemilihan bahan dalam formulasi sediaan parenteral UIP mengijinkan penambahan zat-zat yang sesuai kedalam sediaan resmi yang digunakan sebagai obat suntik, untuk tujuan meningkatkan kestabilan asalkan tidak dilarang, maka tidak berbahaya dalam jumlah yang



diberikan dan tidak mengganggu efek terapi sediaan atau



penentuan kadar dan pemeriksaan ( Ansel, 1989: 409). b. Dapar diperlukan karena untuk menjaga ph yang disyaratkan untuk dalam laju peruraian. Perubahan ph bias terjadi selama penyimpanan sebagai hasil dan melarutkan kontituen gelas dalam produk tersebut( Lachman :1302 ). 3. Apa yang anda pahami tentang tonisistas dan osmolaritas! Apakah kaitan keduanya ? Mengapa larutan asam borat 1,9 % dikatakan isotonis terhadap eritrosit tetapi tidak iso-osmotik dengan eritrosit! Jawab :



a. Tonisitas adalah kemampuan suatu larutan dalam memvariasikan ukuran dan bentuk sel dengan mengubah jumlah air dalam sel. Osmolaritas cairan adalah ukuran konsentrasi partikel solut (zat terlarut) dalam suatu larutan ( Robert tungadi, Buku teknologi sediaan



steril



).



.Osmolaritas merupakan metode yang umum digunakan dan valid dalam penentuan hidrasi (Rodriguez et al., 2009). b. Kaitan antara osmolaritas dan tonisitas yaitu adanya suatu metode yang digunakan dalam memvalidasi kemampuan suatu larutan dalam memvariasikan ukuran dan bentuk sel dalam mengubah jumlah air dalam sel pada pembuatan sediaan larutan streril. c. Membran sel darah merah tidak semi permeable untuk semua obat. Seperti NH, Cl, etanol, asamborat, gliserin, propilenglikol dan urea terdifusisecarabebas (= difusipasif). Pada mata, membrane sel semi permeable untukasamborat dan 1.9 % larutanasamborat = larutan obat mata isotonis. Isotonis ~ isoosmosis, tetapi tidak isotonis dengan darah. Sebab asam borat terdifusi secara bebas melewati sel darah merah (Martin, A. 1993). 4.



Bagaimana cara pemberian obat yang tonisitas dan osmolaritasnya sangat menyimpang dari tonisitas dan osmolaritas darah pada pemberian injeksi IV bolus ? a. Menurut Robert Tungadi, 2017. Teknologi Sesiaan Steril, hal : 89 Injeksi sedapat mungkin



isotonis dengan darah, walaupun diinginkan



bahwa cairan intravena isotonic untuk meminimalkan trauma pada pembuluh darah, larutan hipertonik atau hipotonik dapat diberikan dengan baik. Larutan nutrien hipertonik konsentrasi tinggi digunakan pada hiperalimentasi parenteral. Untuk meminimalkan iritasi pembuluh, larutan ini diberikan secara perlahan dengan kateter pada vena besar seperti subclavian.



5. Jika dekstosa 40% akan diformulasi menjadi suatu sediaan IV dosis tunggal bolus, jelaskan tentang : a. Cara pemberian yang dapat ditempuh untuk mengatasi penyimpangan besar dari tonisitas dan osmolaaritasnya ?



 menurut Robert Tungadi, 2017. teknologi sediaan steril hal : 75-82 karena tonisitas dan osmolaritasnya sangat menyimpang maka harus ditambahkan pengisotonis agar larutan yang kedua sisinya yang dipisahkan membran sel memiliki konsentrasi yang sama, tidak terjadi migrasi air ke satu arah, dimana kemungkinan terjadi pertukaran air saja, jumlah air dikedua larutan tetap agar bentuk sel tidak terjadi perubahan yang menyebabkan konsentrasi larutan diluar dan didalam sel sam, karena apabila larutan terlalu hipertonik dapat menyebabkan penciutan sel, dan apabila terlalu hipotonik dapat menyebabkan pembengkakan sel bahkan bisa terjadi lisis/ pecah ( hemolisis).  Menurut Penyimpangan yang terjadi bila dextrose 40% diberikan secara langsung memberikan efek mengurangi viskositas darah dan penghambatan agregasi eritrosit sehingga tidak di gunakan sekaligus karena terlalu pekat. Cara penggunaannya dicampurkan dengan dextrose 10% untuk sekali pakai dengan syarat direndahkan tekanannya, biasa juga digabung dengan dextrose 5% untuk satu kali pemakaian. b. Proses sterilisasi dan wadah gelas tipe apa yang akan digunakan ?  Menurut Lachman, Teori dan Praktek Farmasi Industri Ed.III Hal : 13081309 Tipe



1.



Uraian umum



Tipe



Ukuran



ml



Penggunaan



uji



(ml)



H2SO4



umum



Gelas



Gelas



Semua



1,0



Untuk



bomeilikar



yang



larutan



air,



dengan



daya diserbuk



baik



tahan tinggi



yang



didapar maupun tidak



ll.



Gelas



soda- Seranga



100



atau -0,7



kapur



yang n air



100



-0,2



diproses



-Larutan air yang didapar dengan



Ph



dibawah 7,0 -Serbuk kering, larutan minyak lll.



Gelas



soda- Gelas



kapur



Semua



8,5



Serbuk



yang



kering,



diserbuk



larutan minyak



NP



Gelas



soda- Gelas



kapur



untuk yang



tujuan umum



diserbuk



Semua



15,0



Bukan untuk sediaan parenteral untuk tablet larutan



oral



dan suspense oral



salep



dan



cairan



untuk



obat



luar



Besar diberikan oleh tipe 1 dan yang paling kecil oleh gelas Np (nonparenteral). Tetapi harus dicatat bahwa dalam tipe-tipe ini, seperti juga pada tipe ll dan lll, ada suatu kisaran komposisi. Daya tahan kimia dari gelas dar



osmolaritasnya sangat menyimpang dari tonositas dan osmolaritas darah pada pemberian injeksi IV bolus?



MATERI PENDUKUNG FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL SEDIAAN PARENTERAL VOLUME KECIL “INJEKSI DOBUTAMINE HCL”



OLEH:



DISUSUN OLEH: KELOMPOK VI KELAS



: G2 FARMASI



ASISTEN : Nurhidayah Sarifuddin, M. Farm.,Apt



PROGRAM STUDI S1 FARMASI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MANDALA WALUYA KENDARI 2019



1. Teori awal mengenai sterilisasi, tonisitas, osmolaritas dan lainnya A. Sterilitas (Menurut Awarbickhal :1270) Sterilitas adalah keadaan kebebasan mutlak dari kontaminasi mikroba yang menarik,kata steril pada label produk steril memiliki historis bahwa sampel produk banyak lulus uji komperatif untuk kemandulan hari ini untuk mengklaim bahwa produk steril melibatkan lebih dari sekedar lulus uji sterilitan pencapaian sterilitas melibatkan kombinasi dan koordinasi berbagai kegiatan dan proses. B. Tonisitas ( Menurut Jones :121) Tonisitas formulasi parenteral merupakan criteria desain penting dihadapan solusi hipotonik sel darah merah akan membengkak (karena masuknya air kedalam sel) sedangkan dengan adanya hipertonik air akan meninggalkan sel darah merah, yang mengarah kekrenasi C. Osmolaritas (Menurut Jones :121) Osmolaritas mengacu pada massa zat terlarut itu, ketika dilarutkan kedalam 1 liter larutan akan menghasilkan tekanan osmotic setara dengan yang dihasilkan oleh satu molar (1mol) larutan zat terikat yang ideal. Unit untuk osmolaritas yang digunakan dalam hubunganya dengan persiapan parenteral masa mol/kg. 2. Definisi injeksi a.



(Menurut R.Voigt, 1994:461) Injeksi adalah penyemprotan larutan atau suspense kedalam tubuh untuk tujuan terapetik atau diagnostik.



b. (Menurut McEvoy,204 :508) injeksi adalah sediaan steril, bebas pirogen (endotoxin) persiapan dimaksudkan untuk diberikan secara parenteral 3. Definisi ampul (Menurut R.Voigt,1995) Ampul adalah wadah berbentuk silindir terbuat dari gelas, yang memiliki ujung runcing (leher) dari bidang dasar datar ukurun normalnya adalah 1, 2, 5, 10, 20, kadang-kadang juga 25 atau 30 mL. Ampul adalah wadah takaran tunggal oleh karena total jumlah cairannya ditentukan pemakaiannya untuk satu kali injeksi.



4. Rute-rute injeksi (Menurut Kamienski dan Keogh, 2015:104-110) Jalur pemberian obat parenteral merupakan jalur dimana obat dimasukkan kedalam tubuh pasien menggunakan jarum suntik. Ada empat rute parenteral yang umum digunakan, yaitu: intradermal (ID), subkutan (SC), intramuskular (IM),



danintravena (IV). Pilihanjalur parenteral yang akan digunakan



ditentukan oleh resep berdasarkan sifat obat, onset efek terapeutik yang diinginkan, dan kebutuhan pasien. a. Intravena Injeksi intravena digunakan untuk memberikan onset obat yang cepat karena obat langsung disuntikkan kesistem sirkulasi. Area injeksi dapat di vena sefalika, atau kubiti di lengan, atau vena dorsal di tangan. Injeksi intravena menggunakan jarum berukuran 21-23 gauge dengan panjang 1 sampai 1,5 inci. Obat dapat diberikan langsung kepembuluh darah dengan jarum suntik, melalui kateter intermiten yang diinsersikan kepembuluh darah pasien, serta dapat disuntikkan dalam cairan infus atau diberikan sebagai infus (piggyback). b. Intradermal Injeksi Intradermal diberikan pada daerah tubuh yang tidak berbulu berpigmen sedikit dan keratin yang tipis sehingga perawat dapat mengamati setiap reaksi terhadap obat. Ini adalah:  Inner aspek lengan atau daerah Scapular belakang.  Dada bagian atas.  Bagian medial paha. Obat disuntikkan intradermal memiliki efek local karena tidak memasuki aliran darah. Biasanya menyebabkan Menheniot (blister) yang muncul di tempatsuntikan. Suntikan diberikan menggunakan jarum gauge 26– 27 dan 1 mL jarum suntik yang dikalibrasi bertahap di 0,01 mL.Injeksi khas adalah antara 0,01 untuk 0,1 mL. c. Subkutan Injeksi subkutan cocok untuk obat yang perlu diserap perlahan-lahan untuk menghasilkan efek berkelanjutan, seperti insulin dan heparin. Obat



subkutan diserap melalui pembuluh kapiler dan onset obat lebih lambat dari rute intraotot dan intravena. Pilih tempat suntikan yang memiliki fatpad yang memadai. Untuk mencegah lypodystrophy, lokasi pemberian harus diputar jika suntikan sering diberikan. Lypodystrophy adalah hilangnya daerah lemak di bawah kulit menyebabkan penyerapan insulin yang tidak efektif. Lokasi pemberian ini adalah: perut, pinggulatas, punggungatas, lenganatas



lateral,



danpaha



lateral.



Suntikan



subkutan



diberikan



menggunakan jarum 25 – 27- gauge yang 1/2 atau 5/8 inci panjang dan dengan 1 sampai 3 mL syringe dikkalibrasi 0,5 untuk 1,5 mL.Namun, jarum suntik yang digunakan untuk insulin diukur dalam satuan dan tidak mL. d. Intramuskular Injeksi intramuscular digunakan sehingga obat dengan cepat diserap kedalam tubuh pasien. Tingkat penyerapan tergantung pada kondisi peredaran darah pasien. Biasanya tidak lebih dari 5 mL obat disuntikkan untuk orang dewasadan 3 mL untukanak. Jika perintah resep dosis yang lebih tinggi, membagi dosis menjadi dua jarum suntik. Pilih tempat suntikan berdasarkan ukuran otot dengan jumlah minimum saraf dan pembuluh darah di daerah tersebut. Lokasi pemberian inia dalah:  Ventrogluteal (pinggul)  Dorsogluteal (pantat)  deltoid (lenganatas)  vastus vastus (depanpaha) Injeksi intramuscular menggunakan jarum 20 sampai 23- gauge yang panjangnya 1 sampai 1,5 incidanjarumsuntik 1 sampai 3 mL yang dikkalibrasidengan 0,5 mL untuk 1,5 mL. 5. Keuntungan sediaan injeksi  Menurut R.Voight :461 1. Jika dikehendaki suatau respon yang cepat ditawarkan penerapan intravenus.



2. Melalui injeksi beberapa obat juga dapat dibawa pada kerjanya yang pemberian nya peroral diinaktivasi atau buruk diseropsi dalam lambung atau disitu dapat menimbulkan rangsangan. 3. Penerapan lebih lanjut menunjukkan jika pasien tidak sadar 4. Terdapat preaparat kemungkinain untuk menghasilkan suatu pengendalian kerja obat  (menurut goeswinagoes, sediaan farmasisteril) 1.



Respons fisiologi segera dapat dicapai jika diperlukan, yang sering merupakan pertimbangan utama dalam kondisi klinik tertentu, seperti cardiac arrest, asma, dan syok.



2.



Terapi parenteral dipersyaratkan/diperlukan untuk obat yang tidak efektif secara oral atau akan dirusak oleh sekresi saluran cerna, seperti insulin, hormone lain, dan antibiotika.



3.



Pengobatan untuk pasien yang tidak kooperatif, meloya, atau tidak sadar harus diberikan melalui injeksi.



4.



Jika dibutuhkan, terapi parenteral memberikan wewenang kepada dokter untuk mengontrol obat (pengobatan), karena pasien harus kembali untuk melanjutkan pengobatan. Juga dalam beberapa kasus, terapi parenteral diberikan jika pasien tidak dapat diandalkan untuk menerima pengobatan secara oral.



5.



Pemberian obat secara parenteral dapat pula memberikan efek local jika diperlukan, seperti pada dokter gigi dan anestesiologi.



6.



Pada kasus dimana perpanjangan kerja obat diperlukan, tersedian pula bentuk sediaan parenteral yang bekerja diperlama, seperti steroid yang disuntikan secara intraartikular,dan penisilin yang diberikan dengan cara injeksi intramuscular dalam.



7.



Terapi parenteral dapat pula merupakan cara untuk melakukan koreksi gangguan serius kesetimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh.



8.



Jika makanan tidak dapat diberikan kedalam lambung, baik melalui mulut maupun tabung, maka pemberian nutrisi secara



total dapat diberikan menurut cara parenteral 6. Kerugian sediaan injeksi Menurut R.VOIGHT : 462 1. Larutan ampul terapi injeksi dibandingkan bentuk penanganan lainnya masih benar-benar mahal 2. Penerapan injeksi pada umumnya hanya boleh dilakukan oleh dokter atau suster rumah sakit 3. Banyak pasien umumnya tidak dibenarkan perawatan nya sering dan sangat diawasi untuk sediaan injeksi (menurut goeswin agoes sediaan farmasisteril) A. Sediaan harus diberikan oleh personal terlatih (dokter, mantri, perawat, bidan) membutuhkan waktu lebih lama jika dibandingkan dengan pemberian obat menurut rute lain. B. Pemberian



obat



secara



parenteral



secara



ketat



mengikuti



ketentuan/prosedur aseptic, dan kadang-kadang rasa nyeri yang timbul pada pemberian obat secara parenteral tidak dapat dihindarkan. C. Begitu



obat



sudah



diberikan



secara



parenteral,



sulit



untuk



membalikan/mengurangi efek fisiologisnya. D. Karena persyaratan manufaktur dan pengemasan, sediaan parenteral lebih mahal harganya dibandingkan dengan sediaan yang diberikan menurut rute lain 7. Komposisi injeksi (Menurut Steril Drugs Product 2010, Hal 20) A. Bahan aktif B. Bahan tambahan Bahan tambahan untuk sediaan injeksi meliputi: a. Buffer, bahan yang digunakan untuk mencegah perubahan pH larutan yang kecil. Buffer terdiri dari senyawa ionic b. Antioksidan c. Agen pengkhelat, digunakan untuk menghambat pembentukan radikal bebas dan resultan oksidasi bahan aktif yang disebabkan oleh ion logam d. Gas inert, biasa digunakan untuk nitrogen dan argon



e. Sulfaktan, bahan untuk meminimalisir penyerapan protein dan potensi penggumpalan antara lain :  Bahan pengisotonis  Bahan pelindung  Bahan penyerbuk  Bahan antimikroba  Bahan pembawa 8. Syarat-syarat sediaan injeksi menurut R.voight : 462 1. Persesuaian dari kandungan bahan obat yang dinyatakan dan nyatanyata terdapat. 2. Penggunaan wadah yang cocok 3. Termutu tanpa reaksi, untuk itu yang bertanggung jawab terutama bebas kuman, bebas pirogen, bahan pelarut yang netral secara fisiologi, isotonis, isohidris, bebas bahan terapung. Persyaratan – persyaratan larutan injeksi dan larutan infus Suatu kerja optimal dan tersatu akandarilarutanobat yang diberikansecara parenteral kemudianhanyadiberikan, jikapersyaratanberikutterpenuhi : A. Persesuaian dari kandungan bahan obat yang dinyatakan dan yang nyatanyata terdapat, tidak ada penurunan kerja selama penyimpanan melalui perusakan secara kimia dari obat dan sebagainya. B. Penggunaan wadah yang cocok, yang tidak hanya menginginkan suatu pengambilan steril, melainkan juga menolakan traksi antara bahan obat dan materi dinding C. Tersatukan tanpareaksi. Untuk itu yang bertanggung jawab terutama ; bebas kuman, bebas pirogen, bahan pelarut yang netral secara fisiologi, isotonis, isohidris, dan bebas bahan terapung D. Memiliki suatu silinder gelas yang terbentuk sangat kuat dengan suatu tambahan cetakan jari seperti stempel dan memungkinkan pelaksanaan injeksi tanpa tambahan penyemprot.



9. Bahaya sediaan nonsteril pada pemberian intravena (Menurut Khalili, 2013) Studi melaporkanbahwa pemberian obat intravena yang terkontaminasi olehPseudomonas aeruginosa, Enterobacter cloacae, Candidaalbicans dan Serratia marcescens menghasilkan beberapakasus infeksi nosokomial, meningitis, infeksi luka dankematian pada pasien yang menerimanya. 10. Cara pengisian ampul (Menurut Voight 1995 hal:470) Pengisian ampul dengan larutan obat dilakukan pada sebuah alat khusus untuk pabrik kecil atau menengah pengisian dilakukan dengan alat torak pengisi yang bekerja secara manual atau elektris. Melalui gerak lengannya larutan yang akan diisikan dihisap oleh sebuah torak kedalam penyemprot penakar dan melalui kebalikan gerak lengan dilakukan pengisiannya 11. Cara penyegelan ampul (Menurut Voight 1995) Ampul dapat ditutup dengan melelhkan bagian gelas dari leher ampul sehingga membentuk segel penutup atau segel tarik. Segel penutup dibuat dengan melelhkan sebagian gelas pada bagian atas leher ampul bulatan gelas dan menutup bagian yang terbuka. Segel tarik dibuat dengan memanaskan leher dari suatu ampul yang berputar di daerah ujungnya kemudian menarik ujungnya hingga membentuk kapiler kecil yang dpata diputar sebelum bagian yang melelh tersebut ditutup. 12. Tipe-tipe gelas dan pewadahan ampul Untuk injeksi dari kaca atau plasma dapat dibedakan menjadi: A. Wadah dosis tunggal (dosis tunggal) Yaitu wadah untuk sekali pakai misalnya ampul. Ditutup dengan cara melebur ujungnya dengan api tertutup-kedap tanpa karet B. Wadah dosis ganda (dosis ganda) Yaitu wadah untuk beberapa kali penyuntikan, umumnya ditutup dengan karet dan aluminium.



13. Faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi obat yang diinjeksikan secara subcutan atau intramuscular kedalam sirkulasi (Katzung, 2011; Shargel et al.,2012) A. Perfusi darah melalui jaringan Obat dibawa ke seluruh jaringan tubuh oleh aliran darah sehingga semakin cepat obat mencapai jaringan, semakin cepat pula obat terdistribusi ke dalam jaringan. Kadar obat dalam jaringan akan meningkat sampai akhirnya terjadi keadaan yang disebut keadaan mantap (steady state). Kecepatan distribusi obat masuk ke jaringan sama dengan kecepatan distribusi obat keluar dari jaringan tersebut. Pada keadaan ini, perbandingan kadar obat dalam jaringan dengan kadar obat dalam darah menjadi konstan dan keadaan ini disebut keseimbangan distribusi. Oleh karena itu, pada jaringan tubuh yang mendapat suplai darah relatif paling banyak dibandingkan ukurannya akan menyebabkan terjadinyakeseimbangan distribusi yang paling cepat (Shargel et al., 2012). B. Ikatan obat pada protein plasma Distribusi juga dibatasi oleh ikatan obat pada protein plasma, hanya obat bebas yang dapat berdifusi dan mencapai keseimbangan. Ikatan protein pada obat akan mempengaruhi intensitas kerja, lama kerja, dan eliminasi obat. Bahan obat yang terikat pada protein plasma tidak dapat berdifusi dan pada umumnya tidak mengalami biotransformasi dan eliminasi. Sebenarnya hanya zat aktif yang tidak terikat dengan protein plasma yang dapat berdifusi dan memberikan efek farmakologis, sedangkan kompleks zat aktif dengan protein tidak dapat melintasi membran, namun kompleks ini hanya bersifat sementara. Apabila molekul zat aktif yang bebas telah dimetabolisme atau ditiadakan maka, kompleks ini akan melepaskan bentuk zat bebasnya (Shargel et al., 2012). C. Permeabilitas



Kapiler



Membran



sel



berbeda



dalam



karakteristik



permeabilitas, bergantung pada jaringannya. Sebagai contoh, membran kapiler dalam hati dan ginjal lebih permeable untuk pergerakan obat transmembran dari pada kapiler dalam otak. Kapiler sinusoid hati sangat permeable dan memungkinkan lewatnya molekul dengan ukurang besar.



Dalam otak dan spinal cord, sel endotel kapiler dikelilingi oleh suatu lapisan sel-sel glial, yang mempunyai hubungan interseluler yang rapat. Lapisan tambahan dari sel sekitar membran kapiler secara efektif berindak untuk memperlambat laju difusi obat ke dalam otak dengan bertindak sebagai suatu sawar lemak yang lebih tebal. Sawar lemak ini disebut sawar darah-otak (blood-brain barrier), memperlambat difusi dan penetrasi ke dalam otak dan spinal cord dari obat yang polar. Pada kondisi patofisiologis tertentu, permeabilitas membrane sel dapat berubah. Sebagai contoh, luka bakar akan mengubah permeabilitas kulit dan memungkinkan obat-obat dan molekul besar untuk menembus masuk atau ke luar. Pada meningitis, yang melibatkan inflamasi membran spinal cord atau otak, ambilan otak ke dalam otak akan meningkat (Katzung, 2011; Shargel et al.,2012). 14. Definisi vial ( Menurut R. Voight,hal 464) Vial adalah salah satu wadah dari bentuk sediaan steril yang umumnya digunakan pada dosis ganda dan memiliki kapasitas atau volume 0,5-100 mL . vial dapat berupa takaran tunggal atau ganda. Digunakan untuk mewadahi serbuk bahan obat, larutan atau suspensi dengan volume sebanyak 5 mL atau lebih besar. Bila diperdagangkan, botol itu ditutup dengan sejenis logam yang dapat dirobek atau ditembus oleh jarum injeksi untuk menghisap cairan injeksi. 15. Keuntungan sediaan injeksi bentuk vial A. Bekerja cepat, misalnya injeksi adrenalin pada syok anafilaktif B. Dapat digunakan untuk obat yang rusak jika terkena cairan lambung, merangsang jika masuk ke cairan lambung atau tidak diabsorpsi cairan lambung C. Kemurnian dan takaran zat khasiat lebih terjamin D. Saat digunakan sebagai depo terapi 16. Kekurangan sediaan injeksi bentuk vial A. Karena bekerja cepat, jika terjadi kekeliruan sukar dilakukan pencegahan B. Cara pemberian lebih sukar, harus memakai tenaga khusus



C. Kemungkinan terjadinya infeksi pada bekas suntikan D. Secara ekonomis lebih mahal dibandingkan dengan sediaan yang digunakan per oral E. Kemungkinan terkontaminasi pada waktu pengambilan obat berulang 17. Cara penyegelan vial (Menurut Scoville’s 1969:207) Tutup karet harus



cocok dengan mulut wadah, cukup rapat untuk



menghasilkan penyegel, tetapi tidak begitu rapat sehingga sulit untuk menempatkan dalam wadah. Tutup bisah disisipkan dengan tangan dengan menggunakan pinset steril. Cara tangan yang lebih meliputi pengambilan tutup dan penyisipan ke dalam vial dengan suatu alat yang dihubungkan pada sebuah pipa vakum. Bila tutup disisipkan dengan mesin, permukaan tutup biasannya disalut dengan silikon untuk mengurangi penggesekan. Hal ini memungkinkan penutup tersebut meluncur dari suatu drum berputar atau drum bervibrasi berdasarkan tempat mengalir yang diletakkan diatas wadah, siap untuk pemasukan oleh suatu alat penekan 18. Cara membebas sulfurkan vial (Menurut poison : 282) Untuk menghilangkan sulfur, penutup karet harus dididihkan selama 15 menit dalam larutan Na-Karbonat 2% yang mengandung 0,1 % deterjen seperti dioksil Na-sulfasuksinat atau Na-laurit sulfat. 19. Masalah-masalah yang ditimbulkan oleh penutup karet a. (Menurut Lachman, teori dan praktek farmasi industri, 2011: 1312) yaitu ada dua masalah kompabilitas umum yakni keluarnya bahan dari senyawa karet , kemudian bereaksi lebih lanjut dengan bahan-bahan produk tersebut dan penghilangan bahan-bahan degan penyerapan oleh senyawa karet atau perpindahan uap melalui tutupnya. b. (Menurut Lachman, teori dan praktek farmasi industri, 2008: 1442) 1.



Komposisi penutup karet sangat rumit dan proses pembuatan sulit



2.



Mengganggu analisis kimia dari bahan aktif



3.



Mempengaruhi toksisitas atau pirogenitas dari larutan injeksi



4.



Berinteraksi dengan pengawet dan menjadikannya inaktif



5.



Mempengaruhi stabilitas kimia dan fisika dari sediaan sehingga timbul zat-zat tertentu dalam larutan