Transfusi Darah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



1.1. Latar Belakang Transfusi darah merupakan salah satu bagian penting pelayanan kesehatan



modern.



Bila



digunakan



dengan



benar,



transfusi



dapat



menyelamatkan jiwa pasien dan meningkatkan derajat kesehatan. Indikasi tepat transfusi darah dan komponen darah adalah untuk mengatasi kondisi yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas bermakna yang tidak dapat diatasi dengan cara lain.1 Data pembanding berikut berasal dari India, didapat dari 1.585 bank darah yang telah mendapat lisensi, 45% adalah milik pemerintah dan 23% milik swasta. Struktur manajemennya berbeda dan tidak ada koordinasi yang efektif. Sebagian besar bank darah tersebut mengumpulkan kurang dari 1.000 kantong darah tiap tahun. Data menunjukkan bahwa



74% transfusi pada



pasien dewasa adalah tidak tepat.1 WHO Global Database on Blood Safety melaporkan bahwa 20% populasi dunia berada di negara maju dan sebanyak 80% telah memakai darah donor yang aman, sedangkan 80% populasi dunia yang berada di negara berkembang hanya 20% memakai darah donor yang aman.1 WHO telah mengembangkan strategi untuk transfusi darah yang aman dan meminimalkan risiko tranfusi. Strategi tersebut terdiri dari pelayanan transfusi darah yang terkoordinasi secara nasional; pengumpulan darah hanya dari donor sukarela dari populasi risiko rendah, pelaksanaan skrining terhadap semua darah donor dari penyebab infeksi, antara lain HIV, virus hepatitis, sifilis dan lainnya, serta pelayanan laboratorium yang baik di semua aspek, termasuk



golongan



darah,



uji



kompatibilitas,



persiapan



komponen,



penyimpanan dan transportasi darah/komponen darah, mengsurangi transfusi



1



darah yang tidak perlu dengan penentuan indikasi transfusi darah dan komponen darah yang tepat, dan indikasi cara alternatif transfusi.1 Pada tahun 1998 WHO mengeluarkan rekomendasi “Developing a National Policy and Guidelines on the Clinical Use of Blood”. Rekomendasi ini membantu negara anggota dalam mengembangkan dan implementasi kebijakan nasional dan pedoman, serta menjamin kerja sama aktif di antara pelayanan transfusi darah dan klinisi dalam mengelola pasien yang memerlukan transfusi.1



1.2. Permasalahan Keputusan melakukan transfusi harus selalu berdasarkan penilaian yang tepat dari segi klinis penyakit dan hasil pemeriksaan laboratorium. Transfusi dapat mengakibatkan penyulit akut atau lambat dan membawa risiko transmisi infeksi antara lain HIV, hepatitis, sifilis dan risiko supresi sistem imun tubuh.1 Faktor keamanan dan keefektifan transfusi bergantung pada 2 hal yaitu (1) tersedianya darah dan komponen darah yang aman, mudah didapat, harga terjangkau, dan jumlahnya cukup memenuhi kebutuhan nasional, (2) indikasi transfusi darah dan komponen darah yang tepat.2 Kebutuhan transfusi dapat diminimalkan dengan pencegahan proses penyebab anemia, penatalaksanaan anemia dan penggunaan teknik anestesia serta operasi yang baik.1 Transfusi darah atas indikasi yang tidak tepat tidak akan memberi keuntungan bagi pasien, bahkan memberi risiko yang tidak perlu. Misalnya, transfusi yang diberikan dengan tujuan menaikkan kadar hemoglobin sebelum operasi atau mempercepat pulangnya pasien dari rumah sakit. Transfusi darah atau plasma untuk perdarahan akut masih sering dilakukan padahal terapi dengan infus NaCl 0.9% atau cairan pengganti lainnya



sama efektifnya



bahkan lebih aman dan murah.2



2



Indikasi transfusi darah dan komponen darah yang tepat tidak dapat dipisahkan dari elemen sistem kesehatan lainnya. Ini adalah bagian dari strategi yang terintergrasi dengan kebijakan nasional tentang indikasi transfusi darah, adanya komitmen penyedia jasa kesehatan dan klinisi untuk pencegahan, diagnosis dini, dan penatalaksanaan efektif terhadap kondisi yang menyebabkan perlunya transfusi. Hal ini dapat dicapai



dengan cara



meningkatkan program kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan primer serta adanya pelayanan transfusi darah yang terkoordinasikan secara nasional untuk dapat menyediakan darah yang aman, adekuat, dan tepat waktu.2



3



BAB II TINJUAUAN PUSTAKA



2.1 KOMPONEN DARAH Normalnya, 7-8% dari berat tubuh manusia adalah darah. Darah mempunyai fungsi mengangkut oksigen dan nutrisi ke seluruh sel tubuh kita dan membersihkan tubuh dari karbondioksida, amonia, dan produk sisa lainnya. Selain itu darah mempunyai



peranan



penting dalam sistem imun



kita dan



mempertahankan suhu tubuh agar tetap konstan. Darah adalah jaringan terspesialisasi yang terdiri dari berbagai macam komponen. Empat komponen darah yang penting yaitu sel darah merah, sel darah putih, trombosit, dan plasma. Setiap manusia memproduksi komponen darah ini dan tidak ada perbedaan secara populasi maupun regional.2



Sel Darah Merah Sel darah merah atau eritrosit adalah sel mikroskopik yang cukup besar tanpa nukleus. Belakangan ini diketahui bahwa sel darah merah serupa dengan sel prokariotik primitif dari bakteri. Sel darah merah normalnya menempati 40-50% dari total volume darah. Sel tersebut membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan hidup di tubuh dan membuang zat karbondioksida. Sel darah merah diproduksi secara terus menerus di sumsum tulang manusiadari stem cell dengan kecepatan 2-3 juta per detiknya. Hemoglobin adalah molekul protein pembawa gas yang merupakan 95% sel darah merah. Setiap sel darah merah memiliki



4



sekitar 270.000.000 molekul hemoglobin kaya besi. Seseorang yang mengidap anemia umumnya memiliki defisiensi sel darah merah. Warna merah dari sel darah merah terutama dikarenakan sel darah merah yang teroksigenasi. Molekul hemoglobin fetal manusia berbeda dengan yang ada pada manusia dewasa dalam jumlah rantai asam aminonya. Hemoglobin fetal memiliki tiga rantai ikatan sementara dewasa memiliki dua rantai ikatan. Karenanya, molekul hemoglobin fetal menarik dan membawa oksigen lebih banyak ke dalam tubuh.3



Sel darah putih Sel darah putih atau yang disebut dengan leukosit ini, terdiri dari sejumlah variasi dan jenis tetapi hanya merupakan bagian kecil dalam darah. Keberadaan leukosit tidak terbatas di dalam darah. Leukosit juga berada di tempat lain di dalam tubuh, bahkan juga ada di limpa, liver, dan kelenjar limfe. Sel darah putik paling banyak di produksi di sumsum tulang yang berasal dari suatu stem cell yang juga memproduksi sel darah merah dan juga di produksi di kelenjar thymus yang terletak di dasar leher. Beberapa sel darah putih (di sebut juga limfosit) yang merupakan sistem lini pertahanan pertama sebagai respon dari sistem imun tubuh. Limfosit menemukan, mengidentifikasi, dan berikatan dengan protein asing pada bakteri, virus, dan jamur dan hal ini dapat dihilangkan. Jenis Sel darah putih lainnya (disebut granulosit dan makrofag) kemudian bergerak mengelilingi dan menghancurkan sel asing. Sel darah putih juga memfunyai fungsi membuang sel darah yang telah mati, sama halnya pada benda asing seperti debu dan



5



asbestos. Sel-sel darah bertahan hidup selama kurang lebih empat bulan sebelum hilang dari darah dan komponen darah tersebut di daur ulang di limpa.3



Trombosit Keping darah atau trombosit adalah fragmen sel tanpa nukleus yang bekerja dengan unsur-unsur kimia pembekuan darah pada tempat terjadi luka. Trombosit melakukannya dengan bergabung ke dinding pembuluh darah sehingga menambal ruptur yang terjadi di dinding vaskular. Trombosit juga dapat melepaskan zat koagulasi yang membentuk bekuan darah yang menyumbat pembuluh darah yang menyempit. Terdapat lebih dari dua belas faktor pembekuan ditambah trombosit yang dibutuhkan untuk melengkapi suatu proses pembekuan. Penelitian terakhir menyatakan bahwa trombosit juga mengeluarkan protein yang dapat melawan bakteri yang menginvasi dan mikroorganisme lainnya. Trombosit juga menstimulasi sistem imun. Trombosit berukuran 1/3 dari sel darah merah dengan masa hidup 9-10 hari. Seperti sel darah merah dan sel darah putih, trombosit diproduksi di sumsum tulang dari sel stem.3



Plasma Plasma adalah gabungan air berwarna kekuningan relatif jernih dengan gula, lemak, protein, dan garam. Normalnya, 55% dari volume darah manusia disusun oleh plasma. Sekitar 95% darinya disusun air. Saat jantung memompa darah ke sel melalui seluruh tubuh, plasma membawa nutrisi dan membuang produk buangan metabolisme. Plasma juga mengandung faktor pembekuan darah,



6



gula, lemak, vitamin, mineral, hormon, enzim, antibodi, dan protein lainnya. Plasma mengandung hampir seluruh protein yang ada di tubuh manusia, sekitar 500 telah teridentifikasi di plasma.3



2.2 INDIKASI TRANSFUSI KOMPONEN DARAH 2.2. 1Transfusi unit darah lengkap (whole blood) Transfusi satu unit darah lengkap (whole blood) atau sel darah merah pada pasien dewasa berat badan 70 kg yang tidak mengalami perdarahan dapat meningkatkan hematokrit kira-kira 3% atau kadar Hb sebanyak 1 g/dl. Tetapi, kadar Hb bukan satu-satunya faktor penentu untuk transfusi sel darah merah. Faktor lain yang harus menjadi pertimbangan adalah kondisi pasien, tanda dan gejala hipoksia, kehilangan darah, risiko anemia karena penyakit yang diderita oleh pasien dan risiko transfusi.2 Banyak transfusi sel darah merah dilakukan pada kehilangan darah ringan atau sedang, padahal kehilangan darah itu sendiri tidak menyebabkan peningkatan morbiditas dan mortalitas perioperatif. Meniadakan transfusi tidak menyebabkan keluaran (outcome) perioperatif yang lebih buruk. 3 Beberapa faktor spesifik yang perlu menjadi pertimbangan transfusi adalah: 2 •



Pasien dengan riwayat menderita penyakit kardiopulmonal perlu



transfusi pada batas kadar Hb yang lebih tinggi. •



Volume darah yang hilang selama masa perioperatif baik pada operasi



darurat maupun elektif, dapat dinilai secara klinis dan dapat dikoreksi dengan penggantian volume yang tepat. •



Konsumsi oksigen, dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor penyebab



antara lain adalah demam, anestesia dan menggigil. Jika kebutuhan oksigen meningkat maka kebutuhan untuk transfusi sel darah merah juga meningkat.



7



Pertimbangan untuk transfusi darah pada kadar Hb 7-10 g/dl adalah bila pasien akan menjalani operasi yang menyebabkan banyak kehilangan darah serta adanya gejala dan tanda klinis dari gangguan transportasi oksigen yang dapat diperberat oleh anemia.2 Kehilangan darah akut sebanyak 25% dan perdarahan belum dapat diatasi. Kehilangan volume darah >40% dapat menyebabkan kematian. Sebaiknya hindari transfusi darah menggunakan darah simpan lebih dari sepuluh hari karena tingginya potensi efek samping akibat penyimpanan.2 Darah yang disimpan lebih dari 7 hari memiliki kadar kalium yang tinggi, pH rendah, debris sel tinggi, usia eritrosit pendek dan kadar 2,3-diphosphoglycerate rendah.1 Pertimbangan dalam memutuskan jumlah unit transfusi sel darah merah:2 • Menghitung berdasarkan rumus umum sampai target Hb yang disesuaikan dengan penilaian kasus per kasus. • Menilai hasil/efek transfusi yang sudah diberikan kemudian menentukan kebutuhan selanjutnya.



8



Pasien yang menjalani operasi dapat mengalami berbagai masalah yang menyebabkan 1) peningkatan kebutuhan oksigen, seperti kenaikan katekolamin, kondisi yang



tidak stabil, nyeri; 2) penurunan penyediaan



oksigen, seperti hipovolemia dan hipoksia. Tanda dan gejala klasik anemia berat (dispnea, nyeri dada, letargi, hipotensi, pucat, takikardia, penurunan kesadaran) sering timbul ketika Hb sangat rendah. Tanda dan gejala anemia serta pengukuran transportasi oksigen ke jaringan merupakan alasan transfusi yang lebih rasional. 4 Penelitian oleh Carmel dan Shulman (dipublikasikan tahun 1989) menyatakan bahwa dispnea tidak terjadi sampai Hb