7 0 160 KB
1
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN TRAUMA PERSALINAN
Disusun Oleh : 1. ANNISA SURYANI 18215249 2. RIYANA VINI ALVIONITA 18215265
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) YATSI TANGERANG 2021
1
DAFTAR ISI DAFTAR ISI.................................................................................................................... i BAB I : PENDAHULUAN A. Pendahuluan.......................................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah................................................................................................. 2 BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Trauma Persalinan.............................................................................. 3 B. Etiologi................................................................................................................ 4 C. Macam-Macam Trauma Persalinan...................................................................... 5 D. Pengertian Caput Succedeneum.......................................................................... 5 E. Etiologi..................................................................................................................6 F. Manifestasi Klinis..................................................................................................6 G. Patofisiologi...........................................................................................................7 H. Pemeriksaan Diagnostik........................................................................................7 I. Penatalaksanaan.....................................................................................................8 J. Komplikasi.............................................................................................................9 BAB III : ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian........................................................................................................... 10 B. Diagnosa Keperawatan....................................................................................... 11 C. Intervensi Keperawatan...................................................................................... 12 DAFTAR PUSTAKA
i
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelahiran seorang bayi merupakan saat yang membahagiakan orang tua, terutama bayi yang lahir sehat. Bayi yang nantinya tumbuh menjadi anak dewasa melalui proses yang panjang, dengan tidak mengesampingkan faktor lingkungan keluarga. Terpenuhinya kebutuhan dasar anak (asah-asih-asuh) oleh keluarga akan memberikan lingkungan yang terbaik bagi anak, sehingga tumbuh kembang anak menjadi seoptimal mungkin. Tetapi tidak semua bayi lahir dalam keadaan sehat. Beberapa bayi lahir dengan gangguan pada masa prenatal, natal dan pascanatal. Keadaan ini akan memberikan pengaruh bagi tumbuh kembang anak selanjutnya. (Saiffudin, 2006) Masalah-masalah yang terjadi pada bayi baru lahir yang diakibatkan oleh tindakan-tindakan yang dilakukan pada saat persalinan sangatlah beragam. Trauma akibat tindakan, cara persalinan atau gangguan kelainan fisiologik persalinan yang sering kita sebut sebagai cedera atau trauma lahir. Partus yang lama akan menyebabkan adanya tekanan tulang pelvis. Kebanyakan cedera lahir ini akan menghilang sendiri dengan perawatan yang baik dan adekuat. Cedera lahir adalah kelainan bayi baru lahir yang terjadi karena trauma lahir akibat tindakan, cara persalinan atau gangguan persalinan yang diakibatkan kelainan fisiologis persalinan. Sebagian besar cedera lahir terjadi selama persalinan lama dan berlarut-larut atau kesulitan lahir. Cedera lahir dapat terjadi apabila janin besar atau presentasi atau posisi janin abnormal. Trauma lahir adalah trauma pada bayi yang diterima dalam atau karena
proses
kelahiran.
Istilah
trauma
lahir
digunakan
untuk
menunjukkan trauma mekanik dan anoksik, baik yang dapat dihindarkan maupun yang tidak dapat dihindarkan, yang didapat bayi pada masa
1
2
persalinan dan kelahiran. Trauma dapat terjadi sebagai akibat ketrampilan atau perhatian medik yang tidak pantas atau yang tidak memadai sama sekali, atau dapat terjadi meskipun telah mendapat perawatan medis yang terampil dan kompeten dan sama sekali tidak ada kaitannya dengan tindakan atau sikap orang tua yang acuh tak acuh. Pembatasan trauma lahir tidak
meliputi
trauma
akibat
amniosentesis,
tranfusi
pengambilan contoh darah vena kulit kepala atau resusitasi. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam makalah ini yaitu 1. Pengertian Trauma Persalinan 2. Penyebab Trauma Persalinan 3. Macam-Macam Trauma Persalinan 4. Asuhan Keperawatab Trauma Persalinan
intrauteri,
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Trauma Kelahiran Trauma kelahiran adalah kelahiran pada bayi baru lahir yang terjadi karena trauma kelainan akibat tindakan, cara persalinan / gangguan yang
diakibatkan
oleh
kelainan
fisiologik
persalinan
(Sarwono
Prawirohardjo, 2001 :229) Trauma persalinan adalah kelainan bayi baru lahir yang terjadi karena trauma lahir akibat tindakan, cara persalinan atau gangguan persalinan yang diakibatkan kelainan fisiologis persalinan. Trauma lahir adalah trauma pada bayi yang diterima dalam atau karena
proses
kelahiran.
Istilah
trauma
lahir
digunakan
untuk
menunjukkan trauma mekanik dan anoksik, baik yang dapat dihindarkan maupun yang tidak dapat dihindarkan, yang didapat bayi pada masa persalinan dan kelahiran. Trauma dapat terjadi sebagai akibat ketrampilan atau perhatian medik yang tidak pantas atau yang tidak memadai sama sekali, atau dapat terjadi meskipun telah mendapat perawatan kebidanan yang terampil dan kompeten dan sama sekali tidak ada kaitannya dengan tindakan atau sikap orang tua yang acuh tak acuh. Pembatasan trauma lahir tidak
meliputi
trauma
akibat
amniosentesis,
tranfusi
intrauteri,
pengambilan contoh darah vena kulit kepala atau resusitasi. Angka kejadian trauma lahir pada beberapa tahun terakhir ini menunjukkan kecenderungan menurun. Hal ini disebabkan banyak kemajuan dalam bidang obstetri, khususnya pertimbangan seksio sesarea atau indikasi adanya kemungkinan kesulitan melahirkan bayi. Cara kelahiran bayi sangat erat hubungannya dengan angka kejadian trauma lahir. Angka kejadian trauma lahir yang mempunyai arti secara klinis berkisar antara 2 sampai 7 per seribu kelahiran hidup. Berapa faktor risiko yang dapat menaikkan angka kejadian trauma lahir antara lain adalah makrosomia, malprensentasi, presentasi ganda,
3
4
disproporsi sefala pelvik, kelahiran dengan tindakan persalinan lama, persalinan presipitatus, bayi kurang bulan, distosia bahu, dan akhirnya faktor manusia penolong persalinan. Lokasi atau tempat trauma lahir sangat erat hubungannya dengan cara lahir bayi tersebut atau phantom yang dilakukan penolong persalinan waktu melahirkan bayi. Dengan demikian cara lahir tertentu umumnya mempunyai predisposisi lokasi trauma lahir tertentu pula. Secara klinis trauma lahir dapat bersifat ringan yang akan sembuh sendiri atau bersifat laten yang dapat meninggalkan gejala sisa.Selain trauma lahir yang disebabkan oleh faktor mekanis dikenal pula trauma lahir yang bersifat hipoksik. Pada bayi kurang bulan khususnya terdapat hubungan antara hipoksik selama proses persalinan dengan bertambahnya perdarahan per intraventrikuler dalam otak. B. Etiologi Menurut A.H. Markum dkk (1991 : 266) penyebab terjadinya trauma persalinan yaitu sebagai berikut: 1. Makrosomia (Berat bayi baru lahir lebih dari 400 gram) 2. Mal presentasi (bagian terendah janin yang tidak sesuai) 3. Presentasi ganda (bagian terendah janin lebih dari 1 bagian) 4. Disproporsi sephalo pelvik (ketidak sesuaian panggul dan kepala janin) Kelahiran dan tindakan (proses persalinan yang tidak spontan tapi dengan menggunakan alat) 5. Persalinan lama (persalinan yang lebih dari 24 jam) 6. Persalinan presipitatus (persalinan dimana gejala Kala I tidak dirasakan sakit dan berakhir dengan lahirnya bayi) 7. Bayi kurang bulan (bayi lahir dengan usia kehamilan 22 – 26 minggu) 8. Distosia bahu (kemacetan bahu)
5
C. Macam-Macam Tauma persalinan 1. susunan saraf Paralis Pleksus Brakialis Paralisis Nervus Frenikus Kerusakan Medulla Spinalis Paralisis Pita Suara 2. Fraktur (Patah Tulang) Fraktur Tulang Tengkorak Fraktur Tulang Klavikula Fraktur Tulang Humerus Fraktur Tulang Femur 3. Jaringan lunak Kaput Suksedaneum Sefalohematoma Perdarahan Subafoneurosis Trauma Muskulus Sternokleido-Mastoideus Perdarahan Subkunjungtiva Nekrosis Jaringan Lemak Subkutis D. Pengertian Caput Succedaneum Caput succedaneum adalah edema kulit kepala anak yang terjadi karena tekanan dari jalan lahir kepada kepala anak. Atau pembengkakan difus, kadang-kadang bersifat ekimotik atau edematosa, pada jaringan lunak kulit kepala, yang mengenai bagian kepala terbawah, yang terjadi pada kelahiran verteks. Karena tekanan ini vena tertutup, tekanan dalam vena kapiler meninggi hingga cairan masuk ke dalam jaringan longgar dibawah lingkaran tekanan dan pada tempat yang terendah. Dan merupakan benjolan yang difus kepala, dan melampaui sutura garis tengah. (Obstetri fisiologi, UNPAD.1985) Caput
succedaneum: Pembengkakan pada suatu tempat dan
kepala/adanya timbunan getah bening bawah lapisan apenorose di luar
6
periostium. Caput succedaneum ini ditemukan biasanya pada presentasi kepala, sesuai dengan posisi bagian yang bersangkutan. Pada bagian tersebut terjadi oedema sebagai akibat pengeluaran serum dari pembuluh darah. Caput succedaneum tidak memerlukan pengobatan khusus dan biasanya menghilang setelah 2-5 hari.(Sarwono Prawiroharjo.2002) Kejadian caput succedaneum pada bayi sendiri adalah benjolan pada kepala bayi akibat tekanan uterus atau dinding vagina dan juga pada persalinan dengan tindakan vakum ekstraksi.(Sarwono Prawiroharjo.2002) E. Etiologi Banyak hal yang menjadi penyebab terjadinya caput succedaneum pada bayi baru lahir (Obstetri fisiologi,UNPAD, 1985, hal 254) yaitu : 1. Persalinan lama Dapat menyebabkan caput succedaneum karena terjadi tekanan pada jalan lahir yang terlalu lama, menyebabkan pembuluh darah vena tertutup, tekanan dalam vena kapiler meninggi hingga cairan masuk kedalam cairan longgar dibawah lingkaran tekanan dan pada tempat yang terendah. 2. Persalinan dengan ekstraksi vakum Pada bayi yang dilahirkan vakum yang cukup berat, sering terlihat adanya caput vakum sebagai edema sirkulasi berbatas dengan sebesar alat penyedot vakum yang digunakan. 3. His cukup kuat, makin kuat his, makin besar caput suksedaneum F. Manifestasi Klinis Menurut Nelson dalam Ilmu Kesehatan Anak (Richard E, Behrman.dkk.2000), tanda dan gejala yang dapat ditemui pada anak dengan caput succedaneum adalah sebagi berikut : 1. Adanya edema dikepala berwarna kemerahan 2. Pada perabaan teraba lembut dan lunak 3. Edema melampaui sela-sela tengkorak
7
4. Batas yang tidak jelas 5. Biasanya menghilang 2-3 hari tanpa pengobatan G. Patofisiologi Kelainan ini timbul karena tekanan yang keras pada kepala ketika memasuki jalan lahir sehingga terjadi bendungan sirkulasi kapiler dan limfe disertai pengeluaran cairan tubuh ke jaringan ekstra vaskuler. Benjolan caput ini berisi cairan serum dan sering bercampur dengan sedikit darah. Benjolan dapat terjadi sebagai akibat bertumpang tindihnya tulang kepala di daerah sutura pada suatu proses kelahiran sebagai salah satu upaya bayi untuk mengecilkan lingkaran kepalanya agar dapat melalui jalan lahir. Umumnya moulage ini ditemukan pada sutura sagitalis dan terlihat segera setelah bayi lahir. Moulage ini umumnya jelas terlihat pada bayi premature dan akan hilang sendiri dalam satu sampai dua hari. Menurut Sarwono Prawiraharjo dalam Ilmu Kebidanan 2002, proses perjalanan penyakit caput succedaneum adalah sebagi berikut : 1. Pembengkakan yang terjadi pada kasus caput succadeneum merupakan pembengkakan difus jaringan otak, yang dapat melampaui sutura garis tengah. 2. Adanya edema dikepala terjadi akibat pembendungan sirkulasi kapiler dan limfe disertai pengeluaran cairan tubuh. Benjolan biasanya ditemukan didaerah presentasi lahir dan terletak periosteum hingga dapat melampaui sutura. H. Pemeriksaan Diagnostik Sebenarnya dalam pemeriksaan caput succedaneum tidak perlu dilakukan pemeriksaan diagnostik lebih lanjut melihat caput succedaneum sangat mudah untuk dikenali. Namun juga sangat perlu untuk melakukan diagnosa banding dengan menggunakan foto rontgen (X-Ray) terkait dengan penyerta caput succedaneum yaitu fraktur tengkorak, koagulopati dan perdarahan intrakranial. (Meida.2009)
8
I. Penatalaksanaan Menurut Nelson dalam Ilmu Kesehatan Anak (Richard E, Behrman.dkk.2000), Pembengkakan pada caput succedaneum dapat meluas menyeberangi garis tengah atau garis sutura. Dan edema akan menghilang sendiri dalam beberapa hari. Pembengkakan dan perubahan warna yang analog dan distorsi wajah dapat terlihat pada kelahiran dengan presentasi wajah. Dan tidak diperlukan pengobatan yang spesifik, tetapi bila terdapat ekimosis yang ektensif mungkin ada indikasi melakukan fisioterapi dini untuk hiperbilirubinemia. Moulase kepala dan tulang parietal yang tumpang tindih sering berhubungan dengan adanya caput succedaneum dan semakin menjadi nyata setelah caput mulai mereda, kadang-kadang caput hemoragik dapat mengakibatkan syok dan diperlukan transfusi darah. Berikut adalah penatalaksanaan secara umum yang bisa diberikan pada anak dengan caput succedaneum : 1. Bayi dengan caput succedaneum diberi ASI langsung dari ibu tanpa makanan tambahan apapun, maka dari itu perlu diperhatikan penatalaksanaan pemberian ASI yang adekuat dan teratur. 2. Bayi jangan sering diangkat karena dapat memperluas daerah edema kepala. 3. Atur posisi tidur bayi tanpa menggunakan bantal 4. Mencegah terjadinya infeksi dengan : a) Perawatan tali pusat b) Personal hygiene baik 5. Berikan penyuluhan pada orang tua tentang : a) Perawatan bayi sehari-hari, bayi dirawat seperti perawatan bayi normal. b) Keadaan trauma pada bayi , agar tidak usah khawatir karena benjolan akan menghilang 2-3 hari 6. Berikan lingkungan yang nyaman dan hangat pada bayi. 7. Awasi keadaan umum bayi.
9
J. Komplikasi 1. Infeksi Infeksi pada caput succedaneum bisa terjadi karena kulit kepala terluka. 2. Ikterus Pada bayi yang terkena caput succedanieum dapat menyebabkan ikterus karena inkompatibilitas faktor Rh atau golongan darah A, B, O antara ibu dan bayi. 3. Anemia Anemia bisa terjadi pada bayi yang terkena caput succedanieum karena pada benjolan terjadi perdarahan yang hebat atau perdarahan yang banyak.
10
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian 1. Biodata Didapatkan pada bayi baru berumur beberapa hari. 2. Keluhan Utama Adanya benjolan di kepala 3. Riwayat Penyakit Sekarang Oedema pada kepala terasa lembut dan lunak dengan batas tidak jelas Organ tubuh yang lain relatif seperti bayi normal 4. Riwayat Penyakit Dahulu Dalam proses persalinan bayi lahir dengan bantuan vacuum ekstrasi Proses persalinan bayi lama 5. Pola Nutrisi Pemberian ASI yang adekuat 6. Pola Aktivitas Tidak sering diangkat agar benjolan tidak meluas 7. Pola Istirahat Biasanya bayi sering tidur 8. Pola Eliminasi Jumlah output sesuai dengan intake yang dikeluarkan 9. Pola Personal Hygiene Pasien diseka di tempat tidur 10. Pemeriksaan Umum a. TTV Nadi : 140 x/mnt RR : 40x.mnt Suhu : 365 oC b. Kesadaran : Composmentis c. Pemeriksaan Fisik
10
11
Kepala : Terdapat benjolan di kepala berwarna kemerahan, teraba lembut, lunak Thorax : Lingkar dada 30 – 38 cm Genetalia : Sesuai umur kehamilan Bila bayi kurang bulan, pada bayi laki-laki testis belum turun, pada bayi wanita labia mayora belum menutupi labia minora Ekstrimitas : Aktif Integumen : Kulit badan dan ekstremitas kemerah-merahan B. Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan rasa nyaman 2. Ansietas 3. Risiko infeksi
12
C. Intervensi Keperawatan No
Diangnosa
Luaran Keperawatan
Intervensi Keperawatan
keperawatan 1. Gangguan rasa Setelah dilakukan intervensi Managemen Nyeri nyaman
selama 1x24 jam. Maka (L.08238)
(D.0074)
Status
Kenyamanan
(L.08064)
meningkat,
dengan kriteria hasil :
Observasi Identifikasi
lokasi,
karakteristik, durasi,
Keluhan
gelisah
tidak
nyaman
menurun Keluhan sulit tidur menurun Merintih menurun Menangis menurun Pola tidur meningkat
frekuaensi, kualitas, intensitas nyeri Identifikasi
skala
nyeri Identifikasi
respon
nyeri non verbal Terapeutik Berikan tehnik non farmakologi Kontrol lingkungan yang
memperberat
rasa nyeri Fasilitasi
istirahat
dan tidur Edukasi Jelaskan
pada
orangtua penyebab, periode, dan pemicu nyeri Jelaskan
strategi
meredakan nyeri Kolaborasi
13
Kolaborasi 2. Ansietas (D.0080)
pemberian analgetik Setelah dilakukan intervensi Reduksi Ansietas (I.09314) selama 1x24 jam. Maka Observasi Tingkat Ansietas (L.08093) menurun, dengan kriteria hasil :
Monitor tanda-tanda ansietas Terapeutik
Perilaku
gelisah
menurun Frekuensi
membuat ansietas nadi Edukasi Anjurkan
sedang Frekuensi pernafasan sedang
keluarga
untuk tetap bersama pasien
Pucat menurun Konsentrasi
Pahami situasi yang
Latih pola
tidur membaik
pengalihan
kegiatan untuk
mengurangi ketegangan Kolaborasi Kolaborasi pemberian
3. Risiko (0142)
obat
ansietas, jika perlu infeksi Setelah dilakukan intervensi Pencegahan Infeksi selama 1x24 jam. Maka (I.14539) Tingkat Infeksi (L.14137) Observasi menurun, dengan kriteria hasil : Kemerahan menurun Nyeri menurun Bengkak menurun
Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik Terapeutik Batasi
jumlah
pengunjung Cuci tangan sebelum
14
dan sesudah kontak dengan pasien Berikan kulit
perawatan pada
area
edema Edukasi Jelaskan tanda dan gejala infeksi Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi Kolaborasi Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA Doenges,E.marlynn.1993.Rencana
Asuhan
Keperawatan
Pedoman
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.Jakarta.EGC
untuk
15
Daly.W Lloyd.1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta.ECG Http://.Wordpress.Tauma persalinan pada bayi baru lahir.(diakses pada tanggal 21 november 2013)