Tugas Kelompok - Bedah Film [PDF]

  • Author / Uploaded
  • febry
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN KELOMPOK ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PSIKOLOGI ABNORMAL PADA FILM “A BEAUTIFUL MIND & SPLIT MIND” KELOMPOK 3 Anggun Pranata, S.Kep



Hesti Helpiyani, S.Kep



Nim. 1911436779



Nim. 1911436847



Annisa Biiznillah Utami, S.Kep



Lisa Andriani, S.Kep



Nim. 1911436683 Dini Juwairiyah H, S.Kep



Nim. 1911436848 Sari Permata Gusma, S.Kep



Nim. 1911436760 Febryani Zuvita, S.Kep



Nim. 1911436729 Sri Dewi Zalmi, S.Kep



Nim. 1911436680 Hendra Cipta.Y, S.Kep



Nim. 1911436800 Wulandari Gultom, S.Kep



Nim. 1911436797



Nim. 1911436846 DOSEN PEMBIMBING:



Veny Elita, SKp., MN(MH) PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN JIWA FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS RIAU 2020



KATA PENGANTAR



Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kelompok asuhan keperawatan dalam gerbong profesi keperawatan jiwa. Laporan ini sebagai salah satu laporan kelompok dari praktik profesi keperawatan jiwa. Penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dalam penyusunan laporan kelompok asuhan keperawatan ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Ns. Jumaini, M.Kep., Sp.Kep.J selaku Koordinator Praktik Profesi Keperawatan Jiwa Fakultas Keperawatan Universitas Riau. 2. Veny Elita, SKp., MN(MH) selaku pembimbing yang telah bersedia memberikan masukan, bimbingan, serta dukungan bagi penulis. Penulis sadar bahwa laporan ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran pembaca sangat diharapkan penulis demi kebaikan laporan ini. Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi dunia keperawatan. Pekanbaru, 28 April 2020



Kelompok 3



DAFTAR ISI 2



KATA PENGANTAR.......................................................................................................2 DAFTAR ISI......................................................................................................................3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang..........................................................................................................4 B. Tujuan penulisan .....................................................................................................4



BAB II BEDAH FILM PSIKOLOGI ABNORMAL A. Film A Beautifull Mind ..........................................................................................5 B. Film Split Mind .......................................................................................................21



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan..............................................................................................................28 B. Saran........................................................................................................................28



DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................29



BAB I PENDAHULUAN 3



A. Latar Belakang Film merupakan media informasi yang paling mudah dicerna oleh semua kalangan audiens. Audiens yang dimaksud adalah penonton dari segala usia, dengan berbagai latar belakang pendidikan dan pengetahuan. Maka tak heran jika paradigma terhadap sebuah Negara dapat dengan mudah masuk dan mempengaruhi penilaian masyarakat. Tak jarang, media ini kemudian dijadikan sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan moral kepada aiudiens. Termasuk dalam hal ini adalah penerapan nilai-nilai moral dan propaganda atau “setelan mindset” tentang sebuah objek yang menjadi cerita dalam sebuah film. Film A Beautiful Mind dan Film Split Mind adalah film yang menceritakan penyakit jiwa yaitu skizofrenia. Film ini telah banyak diteliti oleh para akademisi studi keperawatan jiwa. B. Tujuan Penulisan 1.



Tujuan Umum Setelah melakukan Praktek Profesi Keperawatan Jiwa mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan jiwa.



2.



Tujuan Khusus a.



Melaksanakan pengkajian yang meliputi analisa bedah film A Beautifull Mind dan Split Mind;



b.



Merumuskan masalah kesehatan dan memberikan gambaran analisa bedah film yang sesuai dengan masalah keperawatan jiwa;



c.



Menyusun laporan



kelompok yang dilakukan



dengan masalah



keperawatan jiwa dijumpai dan diprioritaskan sesuai dengan film; d.



Mengevaluasi film sesuai dengan tinjauan teori sesuai dengan keperawatan jiwa.



BAB II



4



BEDAH FILM PSIKOLOGI ABNORMAL A. A Beautiful Mind (2001) A) Pengkajian Judul Film



: A Beautiful Mind (2001)



Alur



: Maju



Tokoh Utama : John Nash (Russel Crowe) B) Sinopsis Film “A Beautiful Mind” Film ini menceritakan tentang John Nash, seorang matematikawan jenius yang mengidap skizofrenia. Skizofrenia termasuk dalam kelompok psikosis fungsional. Psikosis fungsional merupakan penyakit mental secara fungsional, hingga terjadi perpecahaan kepribadian yang ditandai oleh desintegrasi kepribadian dan maladjusment sosial yang berat, tidak mampu mengadakan hubungan sosial dengan dunia luar, bahkan sering terputus sama sekali dengan realitas hidup lalu menjadi ketidakmampuan secara sosial. Nash ketika dia bersekolah di perguruan tinggi Princeton dengan mendapat beasiswa Carniege tahun 1947. John Nash merupakan mahasiswa yang unik, ia tidak menyukai perkuliahan dan suka membolos, karena menurutnya berkuliah hanya membuang waktu saja dan mengekang kreativitas seseorang, dan hanya membuat otak menjadi tumpul. Nash bertemu dengan kelompok mahasiswa lulusan matematika dan sains yang menjanjikan bersama Richard sol, ainsley neilson, bender, dan teman sekamarnya Charles herman. Nash berada ditekanan yang tinggi untuk menerbitkan sesuatu tetapi ia ingin menerbitkan idenya sendiri. Inspirasi tersebut datang ketika ia dan teman-temannya ingin mendekati wanita, kemudian nash berpendapat bahwa butuh pendekatan kooperatif sehingga ia mengembangkan konsep baru untuk mengatur dinamika dan menerbitkan artikel tersebut. Nash lebih suka belajar secara otodidak, memahami dan memecahkan dinamika pergerakan natural melalui pemikirannya sendiri yang sangat kreatif. Nash lebih banyak meluangkan waktu di luar kelas demi mendapatkan ide orisinil untuk meraih gelar doktornya. Ketika dia ingin menerbitkan artikel tersebut, ia ditawarkan pekerjaan di pusat penelitian bergengsi, Wheeler Defense Lab di MIT bersama Richard dan bender.Beberapa tahun pekerjaan tersebut, Nash merasakan pekerjaan terssebut tidak menarik dan lebih senang dengan tugas 5



barunya sebagai mata-mata dari William Parcher untuk menggalkan Uni Soviet. Nash menjadi semakin obsesif tentang mencari kata sandi. Sementara itu mahasiswa bernama Alicia Jarde mengundang makan malam dan jatuh cinta dan kemudia akan seegera menikah. John mulai takut hidupnya nekihat baku tembak antara William dan agen Uni Soviet, dan tetap memeras John tidak meninggalkan pekerjaannya terseut. John mencoba melarikan diri dari orang-orang yang menurutnya adalah agen Rusia misteriusnya, tapi kenyataannya yang ia anggap itu adalah Dr. Rosen. Dr,Rosen memberitahukan kepada tunangan John yaitu Alicia bahwa John memiliki gangauan Skizofrenia Paranoid yang bahwa Charles, Marcee dan William itu berasda di imajinasinya. Alicia terus menyelidikinya dan menemukan dokumen yang belum sempat dikirim oleh John. Dalam waktu penyelidikan John dalam masa pengobatan karena ia meminum obat antipsikotik dan terapi kejut. John diam-diam berhenti meminum obat tersrbut dan kemudian kambuh lagi dan menyebabkan dia bertemu William. Dan akhirnya Alicia tahu bahwa John kambuh lagi dari penyakitnya ketika Alicia melihat John melakukan pekerjaannya lagi dan meninggalkan bayinya yang sedang mandi di bak mandi dan mengatakan bahwa Charles akan melihat dan menemani bayinya. Alicia memanggil Dr.Rosen namun John meyakini bahwa Willian akan mencoba membunuh Alicia dan mencoba menolong Alicia sehingga tidak sengaja memukul Alicia, dan menyebabkan bayi nya terjatuh dan pertengkaran dengan Alicia sehingga Alicia ingin pergi dari rumah, namun John menghalanginya dan mengatakan akan memberhentikan pengobatan dari Dr,Rosen dan menahan gejala-gejalanya sendiri, dan Akhirnya Alicia mendukung John. John akhirnya diterima lagi di Universitas Princeton dan bertemu dengan saingan lamanya yaitu Martin berprofesi sebagai Kepala Departemen Matematika dan mengizinkan John bekerja diluar perpustakaan dan mengaudit kelas. Semenjak itu John mengabaikan halusinasinya. Pada tahun1994 John mendapatkan penghargaan Nobel dalam bidang Ekonomi atas karya revolusionernnya dalam teori permainan dan dihormati oleh rekanrekannya. Kemudian Film ini berakhir ketika John, Alicia, dan Putra mereka meninggalkan audiotarium di Stockholm, lalu John melihat Charles, Marcee dan William berdiri di satu sisi lainnya untuk mengawasinya kembali berhalusinasi. C) Kajian Film “A Beautiful Mind” dalam Psikologi Abnormal 6



Dilihat dari situasi yang terdapat pada film “A Beautiful Mind”, terdapat beberapa permasalahan yang berkaitan dengan Psikologi Abnormal. Beberapa permasalahan tersebut adalah : 1. Ciri-ciri gangguan schizophrenia 2. Jenis-jenis gangguan schizophrenia 3. Penyebab terjadinya gangguan schizophrenia 4. Terapi atau pengobatan untuk penderita schizophrenia D) Gejala-gejala Skizofrenia 1. Delusi atau Waham Waham atau delusi adalah suatu keyakinan yang salah. Dalam film ini, John Nash memiliki beberapa waham, diantaranya :  Waham Kejar (delusion of persecution), yaitu keyakinan bahwa orang atau kelompok tertentu sedang mengancam atau berencana membahayakan dirinya, dalam film tersebut yaitu John merasa ada agen pemerintah dan mata – mata rusia yang mengintai dia. Waham ini menjadikannya paranoid, yang selalu curiga akan segala hal dan berada dalam ketakutan karena merasa diperhatikan, diikuti, serta diawasi.  Waham Kebesaran (delusion of grandeur), yaitu keyakinan bahwa dirinya memiliki suatu kelebihan dan kekuatan serta menjadi orang penting. John Nash menganggap dirinya adalah pemecah kode rahasia terbaik dan mata – mata/agen rahasia. 



Waham Pengaruh (delusion of influence), adalah keyakinan bahwa kekuatan dari luar sedang mencoba mengendalikan pikiran dan tindakannya. Adegan yang menunjukkan waham ini yaitu ketika disuruh membunuh isterinya, ketika disuruh menunjukkan bahwa dia jenius, dan ketika diyakinkan bahwa dia tidak berarti oleh para teman halusinasinya.



2. Halusinasi Merupakan Persepsi palsu atau menganggap suatu hal ada dan nyata padahal kenyataannya hal tersebut hanyalah khayalan. John Nash mengalami halusinasi bertemu dengan tiga orang yang secara nyata tidak ada yaitu Charles Herman (teman sekamarnya), William Parcher 7



(agen pemerintah) dan Marcee (keponakan Charles Herman). Selain itu juga laboratorium rahasia, dan juga nomer kode yang dipasang pada tangannya 3. Split Personality Merupakan Gangguan ketika adanya ketidak sesuaian kognitif dan emosi. Adegan yang paling jelas yaitu ketika John Nash menggendong anaknya yang sedang menangis dengan tanpa emosi sedikitpun. 4. Social Withdrawl (penarikan sosial) John Nash tidak bisa berinteraksi sosial seperti orang – orang pada umumnya, dia tidak menyukai orang lain dan menganggap orang lain tidak menyukai dirinya sehingga dia hanya memiliki sedikit teman. Dia bersikap aneh pada lingkungan sosialnya, lebih suka menyendiri (introvert), sulit bersosialisasi menjadikan ia kaku dalam menyampaikan apa yang ingin disampaikan. Ini dapat dilihat ketika John Nash berinteraksi dengan teman-temannya atau ketika ia jatuh cinta kepada Alicia. Gesture dan bahasa yang kaku karena mungkin tidak terbiasa melakukan interaksi menjadikan John terlihat sangat kaku dan aneh. 5. Daya Tanggap (Perseption) Gangguan daya tanggap sebagai suatu pengelabuhan panca indra. Pada gangguan ini dapat terjadi ilusi yaitu suatu peristiwa salah tanggap dari suatu stimulus dari luar ataupun suatu tanggapan tanpa adanya rangsang dari luar. Gangguan utama dari gangguan persepsi ini adalah berbagai jenis halusinasi benar. Menurut Saputra 2014 didalam jurnalnya Paranoid types of schizophrenia, schizophrenia memiliki ciri-ciri yang digolongkan menjadi beberapa kategori yaitu simptom positif, simptom negatif, disorganisasi dan simptom lain. Pada film tersebut, Nash memperlihatkan beberapa ciri-ciri penderita skizofrenia seperti : 1. Simptom Positif Simptom ini mencakup hal-hal yang berebihan dan distorsi, seperti halusinasi dan delusi. Pada Nash, delusi dan halusinasi terdapat pada dirinya yang awalnya tidak disadarinya. Halusinasi yang muncul adalah Charles Herman sebagai teman sekamarnya, Marcee sebagai keponakan dari Charles Herman dan William Parcher sebagai kepala divisi mata-mata di Pentagon. Delusi Nash juga muncul akibat dari 8



William Parcher, delusi yang muncul adalah Nash mengira dirinya adalah seorang mata-mata. 2. Simptom Negatif Simptom negatif schizophrenia mencakup berbagai defisit behavioral, seperti avolition, alogia, anhedonia, afek datar, dan asosialitas. 



Avolition Apati atau avolition merupakan kondisi kurangnya energi dan ketiadaan minat atau ketidakmampuan untuk tekun melakukan apa yang biasanya merupakan aktifitas rutin seperti berdandan, mandi, menyisir rambut, dll. Pada kasus ini, Nash tidak memperlihatkan adanya avolition pada dirinya.







Alogia Alogia dapat terwujud dalam beberapa bentuk seperti, miskin percakapan, jumlah total pecakapan sangat jauh berkurang. Pada kasus ini, Nash memperlihatkan adanya alogia pada dirinya seperti pada bagian ketika Nash ingin merayu wanita akan tetapi dia tidak melakukan hal yang seharusnya dilakukan.







Anhedonia Anhedonia adalah ketidakmampuan untuk merasakan kesenangan. Ini tercermin dalam kurangnya minat dalam berbagai aktifitas rekreasional, gagal untuk mengembangkan hubungan dekat dengan orang lain, dan kurangnya minat dalam hubungan seks. Pada kasus ini, Nash memperlihatkan beberapa kurangnya minat dalam berbagai aktifitas seperti masuk dalam kelas sewaktu ia kuliah di Princeton, gagal untuk mengembangkan hubungan dekat dengan orang lain sewaktu Nash pertama kali masuk di Princeton dan gagal menjalin hubungan dengan teman-temannya yang lain.







Afek datar Ketidakadanya repson emosional akibat stimulus yang ada seperti mata kosong, otot wajah kendur dan mata mereka tidak hidup. Pada kasus ini, beberapa kali Nash memperlihatkan afek datar.







Asosialitas



9



Ketidakmampuan parah dalam hubungan sosial. Ini ditunjukan oleh Nash pada keseluruhan filmnya, Nash hanya dapat bergaul pada sedikit orang saja. 3. Disorganisasi Simptom-simptom disorganisasi mencakup disorhanisasi pembiacaran dan perilaku aneh (bizzare). 



Disorganisasi pembicaraan Dikenal sebagai gangguan berpikir formal, disorganisasi pembicaraan merujuk pada masalah dalam merngorganisasi berbagai pemikiran dan dalam berbicara sehingga pendengar dapat memahaminya. Pada kasus ini, Nash memperlihatkan disorganisasi pembicaraan pada saat dia sedang ditantang untuk bermain catur igo.







Perilaku Aneh (bizzare) Perilaku aneh terwujud dalam banyak bentuk seperti penderita dalam meledak dalam kemarahan atau konfrontasi singkat yang tidak dapat dimengerti, memakai pakaian yang tidak biasa, bertingkah laku seperti anak-anak atau dengan gaya yang konyol, menyimpan makanan, mengumpulkan sampah, atau perilaku seksual yang tidak pantas seperti melakukan masturbasi di depan umum. Mereka tampak kehilangan kemampuan untuk mengatur perilaku mereka dan menyesuaikannya dengan berbagai standar masyarakat. Meeka juga mengalami kesulitan melakukan tugas-tugas sehari-hari dalam hidup. Pada kasus ini, Nash memperlihatkan adanya perliaku aneh ketika dia sedang minum bersama teman sekamarnya Charles dan Nash sempat meledak dalam kemarahan dan juga ketika ia frustasi pada ide yang tidak muncul.



4. Simptom Lain Dalam Psikologi Abnormal Edisi ke Sembilan, dijelaskan bahwa ada beberapa simptom lain schizophrenia yang tidak termasuk dalam ketiga kategori diatas akan tetapi ditunjukan oleh penderita schizophrenia adalah katatonik dan afek yang tidak sesuai. 



Katatonik Beberapa abnormalitas motorik menjadi ciri katatonia seperti adanya gerakan yang berulang, menggunakan urutan yang aneh dan kadang kompleks antara 10



gerakan jari, tangan dan lengan yang sering kali tampaknya memiliki tujuan tertentu dan gerakan yang membeku pada seluruh tubuh penderita dalam jangka waktu yang sangat lama. Nash memperlihatkan adanya gerakan katatonik berulang dan gerakan kompleks antara jari, tangan dan lengan ketika ia sedang mencoba menjelaskan sesuatu. 



Afek yang tidak sesuai Beberapa penderita schizophrenia memiliki afek yang tidak sesuai. Respon yang ditunjukan oleh penderita terkadang tidak sesuai dengan stimulus yang diberikan seperti ketika mendapat berita duka, penderita bisa tertawa atau ketika mendengar lelucon, penderita bisa menangis atau marah tanpa alasan yang jelas. Pada simptom ini, Nash tidak menunjukan adanya afek yang tidak sesuai pada dirinya.



E) Jenis-jenis Gangguan Skizophrenia Dalam DSM-IV-TR dalam Psikologi Abnormal edisi ke Sembilan, schizophrenia di golongkan menjadi beberapa kategori yaitu : 1. Schizophrenia Disorganisasi 2. Schizophrenia Katatonik 3. Schizophrenia Paranoid 4. Schizophrenia Tak Terinci 5. Schizophrenia Residual Pada film tersebut, John Nash mengidap schizophrenia paranoid berdasarkan simptom-simptom yang ditunjukannya. a.



Penyebab Skiforenia Luana dalam Prabowo, 2014, menjelaskan penyebab dari skizofrenia, yakni: a). Faktor Biologis 1. Komplikasi kelahiran Bayilaki-laki yang memiliki komplikasi saat dilahirkan sering mengalami skizofrenia, hipoksia perinatal akan meningkatkan kerentanan seseorang terhadap skizofrenia. 2. Infeksi Perubahan anatomi pada susunan syaraf pusat akibat infeki virus pernah dilaporkan pada orang dengan skizofrena. Penelitian mengatakan bahwa terpapar 11



infeksi virus pada trisemester kedua kehamilan akan meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami skizofrenia. 3. Hipotesis dopamine Dopamine merupakan neurotransmitter pertama yang berkontribus iterhadap gejala skizofrenia. Hamper semua obat antipsikotik baik tipikal maupun antipikal menyekat reseptor dopamine D2, dengan terhalangnya transmisi sinyal di sistem dopaminergik maka gejala psikotik diredakan. 4. Hipotesis Serotonin Gaddum, Wooley, dan Show tahun 1954 mengobservasi efek lysergic acid diethlamide (LSD) yaitu suatu zat yang bersifat campuran agonis/antagonis reseptor 5-HT. Ternyata zat tersebut menyebabkan keadaan psikosis beratp ada orang normal. 5. Struktur Otak Daerah otak yang mendapatkan banyak perhatian adalah system limbik dan ganglia basalis. Otak pada penderita skizofrenia terlihat sedikit berbeda dengan orang normal, ventrikel terlihat melebar, penurunan massa abuabu dan beberapa area terjadi peningkatan maupun penurunan aktifitas metabolic. Pemeriksaan mikroskopis dan jaringan otak ditemukan sedikit perubahan dalam distribusi sel otak yang timbul pada masa prenatal karena tidak ditemukannya sel gila, biasa timbul pada trauma otak setelah lahir. b). Faktor Genetik Para ilmuwan sudah lama mengetahui bahwa skizofrenia diturunkan, 1% populasi umum tetapi 10% pada masyarakat yang mempunyai hubungan derajat pertama seperti orang tua, kakak laki-laki ataupun perempuan dengan skizofrenia. Masyarakat yang mempunyai hubungan derajat kedua seperti paman, bibi, kakek/nenek, dan sepupu dikatakan lebih sering disbandingkan populasi umum. Kembar identik 40% sampai 65% berpeluang menderita skizofrenia, sedangkan kembar dizigotik sebanyak 12%. Anak dan kedua orangtua yang skizofrenia berpeluang 40%, satu orang tua 12%. F). Terapi atau pengobatan pada skizofrenia Beberapa metode terapi yang digunakan untuk para penderita schizophrenia masih banyak diteliti untuk tingkat efektifitasnya. Walaupun hingga saat ini, metode yang 12



digunakan masih diteliti akan tetapi metode saat ini sudah jauh lebih baik ketimbang metode-metode awal yang digunakan oleh para psikiater. Menurut Howard Lewine (2009) dalam Jurnal of Medical Science mengatakan “Recent evidence suggests that combination therapy is best. This would include medicine, individual and group therapy, and community services.” Metode-metode tersebut menggunakan beberapa pendekatan antara lain pendekatan biologis dan pendekatan psikologis. 1. Pendekatan Biologis 



Terapi Kejut dan Psychosurgery Pada awal tahun 1930, Sekel mempublikasikan praktek koma insulin yang mengklaim bahwa ¾ pasiennya dinyatakan mengalami perbaikan signifikan, akan tetapi temuan ini tidak didukung oleh peneliti lain yang akhirnya ditinggalkan. Pada tahun 1938, Cerletti dan Bini menciptakan Electricshock Theraoy (ECT) yang juga terbukti memiliki efektivitas minimal. Pada tahun 1935, Moniz, seorang psikiater berkebangsaan Portugis memperkenalkan lobotomi prefrontalis, suatu prosedur pembedahan pada bagian otak yang membuang bagian-bagian yang menghubungkan lobus frontalis dengan pusat otak bagian bawah. Pada awal laporan mengklaim bahwa terapi ini memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi. Para penderita yang tidak hanya didiagnosis menderita schizophrenia juga dilakukan terapi ini seperti pasien yang memiliki perilaku agresif yang tinggi. Namun efek dari terapi ini adalah banyak pasien yang menjadi tumpul, tidak bertenaga dan sangat kehilangan berbagai kemampuan kognitif mereka yang tidak mengherankan melihat adanya pembuangan bagian otak mereka yang diyakini memiliki tanggung jawab terhadap pikiran dan oleh karena salah satu sebab ini akhirnya praktek terapi ini ditinggalkan.







Terapi Obat Perkembangan terpenting dalam terapi untuk schizophrenia adalah penemuan obat-obatan pada tahun 1950-an yang secara kolektif disebut sebagai obatobatan antipsikotik, yang juga dikenal sebagai neuroleptik karena 13



menimbulkan efek samping yang sama dengan simptom penyakit neurologis. Salah satu obat antpsikotik yang paling sering diresepkan adalah fenothiazin yang pertama kali dikenalkan oleh ahli kimia berkebangsaan Jerman di akhir abad ke 19. Seiring perkembangannya, obat ini berganti-ganti dengan efek yang sama. Efek samping yang diakibatkan oleh obat tradisional umumnya adalah pusing, penglihatan kabur, tidak bisa tenang dan disfungsi seksual. Selain itu masih banyak terdapat efek samping yang mengganggu yang disebut efek samping ekstrapiramidal. Efek samping ini mirip dengan simptom yang ditunjukan oleh para penderita parkinson yaitu tremor pada jari, langkah yang terseret dan berliur. Pada beberapa kasus yang parah, seluruh motorik penderita tidak dapat dikendalikan dan terjadi sekitar 10 – 20% penderita yang ditangani dengan antipsikotik dalam waktu lama. 



Terapi Obat terbaru Terapi obat modern ini mulai berkembang ketika diperkenalkannya klozapin bagi penderita yang tidak merepsons dengan baik obat-obat antipsikotik tradisional dan mengurangi simptom positif yang lebih baik dibanging obat antipsikotik tradisional. Meski belum diketahui secara pasti efek dari klozapin, namun kita mengetahui bahwa klozapin berdampak besar terhadap reseptor serotonin. Namun obat ini menimbulkan efek yang serius yaitu penurunan sistem imun pada sejumlah kecil pasien dengan menurunkan sel darah putih sehingga pasien rentan terhadap infeksi dan bahkan kematian.



2. Pendekatan Psikologis Para profesional, pasien dan keluarga mulai menyadari bahwa salah satu ciri utama dalam schizophrenia adalah disabilitas kognitif dan karena alasan ini, pendekatan psikologis mulai mendapat perhatian yang serius untuk menangani pasien schizophrenia. 



Terapi Psikodinamika Terapi ini pertama kali dipelopori oleh Harry Stack Sullivan di rumah sakit Sheppard dan Enoch Pratt di Towson yang dilaporkan sangat berhasil. Meskipun sangat banyak klaim keberhasilan yang disampaikan atas berbagai analisis yang dilakukan oleh Sullivan dan Fromm-Reichmann, 14



pengamatan teliti terhadap pasien yang mereka tangani menunjukan banyak diantara mereka yang hanya mengalami gangguan ringan dan mungkin bahkan tidak didiaagnosis skizofrenik berdasarkan kiteria DSMIV-TR yang sangat ketat bagi gangguan ini. Oleh karena itu pada tahun 1963 dan 1976 di New York Psychiatric Institute menunjukan bahwa pendekatan analitis sangat tidak berhasil bagi para pasien schizophrenia 



Pelatihan Ketrampilan Sosial Pelatihan ini menekankan dirancang agar para penderita schizophrenia dapat berhasil dalam berbagai situasi interpersonalyang sangat beragam seperti memesan makanan di restoran, membaca jadwal perjalanan bis yang sebagian besar diantara kita dilakukan begitu saja dan hampir tidak pernah kita pikrkan dalam kehidupan sehari-hari. Metode ini menggunakan kombinasi dari permainan peran, modeling dan penguatan positif yang menghasilkan perbaikan yang signifikan pada pasien.







Terapi Keluarga dan Mengurangi Ekspresi Emosi Terapi ini muncul akibat adanya persoalan setelah pasien kembali ke keluarga dan berhubungan dengan kekambuhan yang mengakibatkan pasien dirawat kembali di rumah sakit. Beberapa panduan mengenai terapi ini adalah sebagai berikut :  Edukasi



tentang



schizophrenia,



terutama



biologis



yang



mempredisposisi seseorang terhadap penyakit tersebut, berbagai masalah kognitif yang melekat dengan schizophrenia simtomsimtomnya, dan tanda-tanda akan terjadinya kekambuhan.  Informasi tentang dan pemantauan berbagai efek pengobatan antipsikotik  Menghindari saling menyalahkan-terutama, mendorong keluarga untuk tidak menyalahakan diri sendiri maupun pasien atas penyakit tersebut dan atas semua kesulitan yang dialami seluruh keluarga dalam menghadapi penyakit tersebut  Memperbaiki komunikasi dan ketrampilan penyelesaian masalah dalam keluarga 15



 Mendorong pasien dan keluarganya untuk memperluas kontak sosial mereka  Menanamkan sebentuk harapan bahwa segala sesuatu dapat berjalan lebih baik 



Terapi Kognitif-Behavioral Sebelumnya diasumsikan bahwa tidak ada gunanya mencoba mengubah berbagai distorsi kognitif, termasuk delusi pada penderita schizophrenia. Meskipun demikian, suatu literatur klinis dan eksperimental yang sedang berkembang dewasa ini menunjukan bahwa bergai keryakinan maladaptif pada beberapa pasien kenyataanya dapat diubah dengan berbagai intervensi kognitif-behavioral.







Terapi Personal Terapi ini merupakan suatu pendekatan kognitif-behavioral berspektrum luas terhadap multiplisitas masalah yang dialami para pasien schizophrenia yang telah keluar dari rumah sakit. Terapi ini memfokuskan kepada pasien dalam penuruan EE (ekspresi emosi) yang dialaminya. Tujuan dari terapi ini adalah mengajarkan keterampilan coping internal pada pasien, berbagai cara baru dalam berpikir tentang dan mengendalikan berbagai reaksi afektif terhadap tantangan apapun yang terdapat di lingkungannya.







Terapi Retribusi Istilah yang digunakan terapi ini adalah “manajemen kritisisme dan penyelesaian konflik”. Istilah tersebut merujuk pada cara menghadapi umpan balik negatif dari orang lain dan cara menyelesaikan berbagai konflik interpersonal yang merupakan bagian tak terhindarkan dalam berhubungan



dengan



orang



lain.



Mengajari



pasien



keterampilan



penyelesaian masalah sosial merupakan bagian dari elemen terapi ini Ketika Nash didiagnosa oleh psikiater bahwa ia mengidap skizofrenia, Nash dirawat di Rumah Sakit Jiwa dengan penanganan khusus. Penanganan pertama pada Nash adalah ECT (Electricshock Terapy). Setelah menjalani ECT, Nash dirawat dirumah dengan syarat harus menjalani pengobatan dengan cara farmatokologi. Obat yang diberikan 16



Nash pada saat itu adalah antipsikotik yang hanya menghambat kinerja dophamin agar tidak lagi mengalami delusi dan halusinasi. Efek samping dari pengobatan ini adalah menurunnya tingkat konsentrasi, gairah seksual dan menghambat proses berfikir. Karena terapi dengan obat ini mengakibatkan retaknya hubungan keluarga Nash, maka Nash memutuskan untuk berhenti meminum obatnya dan mengakibatkan gangguan skizofrenia kembali lagi. Setelah mengalami konflik yang cukup hebat, akhirnya istri Nash setuju bahwa terapi sosial harus dijalaninya. Nash menerima rasa empati, rasa penerimaan yang mengakibatkan dirinya dapat kembali lagi ke lingkungan sosialnya hingga akhirnya ia berhasil meraih penghargaan nobel pada usia senjanya. G) Analisa Film Dari film tersebut dapat diketahui bahwa John Nash menderita skizofrenia paranoid, yang ditandai dengan simpton – simpton/ indikasi sebagai berikut: 1. Adanya delusi atau waham, yakni keyakinan palsu yang dipertahankan.  Waham Kejar (delusion of persecution), yaitu keyakinan bahwa orang atau kelompok tertentu sedang mengancam atau berencana membahayakan dirinya, dalam film tersebut yaitu agen pemerintah dan mata – mata rusia. Waham ini menjadikannya paranoid, yang selalu curiga akan segala hal dan berada dalam ketakutan karena merasa diperhatikan, diikuti, serta diawasi.  Waham Kebesaran (delusion of grandeur), yaitu keyakinan bahwa dirinya memiliki suatu kelebihan dan kekuatan serta menjadi orang penting. John Nash menganggap dirinya adalah pemecah kode rahasia terbaik dan mata – mata/agen rahasia.  Waham Pengaruh (delusion of influence), adalah keyakinan bahwa kekuatan dari luar sedang mencoba mengendalikan pikiran dan tindakannya. Adegan yang menunjukkan waham ini yaitu ketika disuruh membunuh isterinya, ketika disuruh menunjukkan bahwa dia jenius, dan ketika diyakinkan bahwa dia tidak berarti oleh para teman halusinasinya. 2. Adanya halusinasi, yaitu persepsi palsu atau menganggap suatu hal ada dan nyata padahal kenyataannya hal tersebut hanyalah khayalan. John Nash mengalami 17



halusinasi bertemu dengan tiga orang yang secara nyata tidak ada yaitu Charles Herman (teman sekamarnya), William Parcher (agen pemerintah) dan Marcee (keponakan Charles Herman). Selain itu juga laboratorium rahasia, dan juga nomer kode yang dipasang pada tangannya. 3. Gejala motorik dapat dilihat dari ekpresi wajah yang aneh dan khas diikuti dengan gerakan tangan, jari dan lengan yg aneh. Indikasi ini sangat jelas ketika John Nash berkenalan dengan teman – temannya dan juga jika dilihat dari cara berjalannya. 4. Adanya gangguan emosi, adegan yang paling jelas yaitu ketika John Nash menggendong anaknya dengan tanpa emosi sedikitpun. 5. Social withdrawl (penarikan sosial), John Nash tidak bisa berinteraksi sosial seperti orang – orang pada umumnya, dia tidak menyukai orang lain dan menganggap orang lain tidak menyukai dirinya sehingga dia hanya memiliki sedikit teman. 6. Stressor atau kejadian – kejadian yang menekan yang membuat skizofrenia John Nash bertambah parah, yaitu : - Kalah bermain dari temannya - Merasa gagal berprestasi untuk mendapatkan cita – citanya - Merasa tidak dapat melayani isterinya - Tidak bisa bekerja atau mendapatkan pekerjaan kembali 7. Karakter Pribadi John Nash, yaitu: - Pemalu, introvert, penyendiri, rendah diri (merasa dirinya tidak disukai orang lain), kaku, tidak suka bergaul (tidak menyukai orang lain), penarikan diri dari lingkungan sosial. - Dalam kenyataannya (cerita sebenarnya bukan di film ini) John Nash adalah pribadi yang pemarah, suka bermain wanita, keras, kaku dan antisemit. Dalam film tersebut John Nash dibawa ke rumah sakit jiwa dan mendapatkan perawatan ECT (Electroshock Therapy) atau terapi elektrokonvulsif 5 kali seminggu selama 10 minggu. ECT merupakan terapi yang sering digunakan pada tahun 1940 – 1960 sebelum obat antipsikotik dan anti depresan mudah diperoleh. Cara kerja terapi ini yaitu mengalirkan arus listrik berdaya sangat rendah ke otak yang cukup untuk menghasilkan kejang yang mirip dengan kejang epileptik. Kejang inilah yang menjadi terapetik bukan arus listriknya. Sebelum dilakukan ECT pasien 18



disuntikkan insulin sebagai pelemas otot yang akan mencegah spasme konvulsif otot-otot tubuh dan kemungkinan cedera. Efek samping penggunaan ECT adalah kelupaan atau gangguan memori. Efek samping ini dapat dihindari dengan menjaga rendahnya arus listrik yang dialirkan. Setelah menjalani perawatan di rumah sakit jiwa, John Nash menjalani perawatan di rumah dengan Obat Psikoterapetik. Obat ini harus terus diminum secara teratur oleh penderita skizofrenia. Meskipun obat ini tidak dapat menyembuhkan skizofrenia, namun obat – obat antipsikotik akan membantu penderita untuk menghilangkan halusinasi dan konfusi, serta memulihkan proses berpikir rasional. Cara kerja obat – obat antipsikotik yaitu menghambat reseptor dopamin dalam otak. Efek dari pemakaian obat tersebut yaitu : Sulit berkosentrasi, menghambat proses berpikir, tidak memiliki gairah seksual. Selain terapi biologis, John Nash juga mendapat terapi dari isterinya yaitu berupa dukungan sosial yang diberikan kepadanya, rasa empati, penerimaan, mendorong untuk mulai berinteraksi sosial (dengan tukang sampah), dan dorongan untuk tidak berputus asa dan terus berusaha. Terapi Sosial ini sangat membantu penderita skizofrenia dalam menghadapi peristiwa – peristiwa yang menjadi stressor bagi penderita. Sampai saat ini Skizofrenia adalah salah satu penyakit mental yang belum diketahui pasti penyebabnya. Bukti terbaru mengatakan bahwa struktur maupun aktivitas otak penderitanya adalah abnormal, namun demikian selain penyebab genetik (biologis) bisa dimungkinkan bahwa skizofrenia juga disebabkan oleh faktor sosial dan psikologis.



19



H). Pohon Masalah Deficit perawatan diri



G3.persepsi sensori



Kerusakan interaksi social



Paranoid



Tidak mempedulikan penampilan



HALUSINASI (mendengar,melihat) sesuatu yg tidak ada



Ada nya rasa takut yang berlebihan



Adanya hal/keyakinan yang tidak masuk akal



G3.proses fikir



Skizofrenia Tidak bias menerima/ menyesuaikan diri Predisposisi : 1. 2. 3. 4.



Presipitasi :



Gen Biologis Psikologis Sosiobudaya



4. Lingkungan 1. 2. Emosi 5. 3. Kepribadian 6. premorbid



Tidak bias menerima atau menyesuaikan



B. Split Mind 20



A). Pengkajian Judul Film



: Split Mind



Alur



: Maju



Tokoh Utama : Harry Febriam B). Sinopsis Film “ SPLIT MIND” Film “ SPLIT MIND” menceritakan tentang perjuangan hidup skizofrenia. Harry seorang mahasiswa merasakan dirinya mengalami depresi yang hebat dan dia sering merasa tertekan, tidak ada lagi yang peduli dengan dirinya dan dia berfikir untuk mengakhiri kehidupannya dengan menegak obat penenang akan tetapi dia selamat dan dirawat di RS, dia merasa menjadi orang yang tidak beruntung dan tidak ada yang simpati pada nya. Skizofrenia yang dialaminya adalah dia sering mendengar banyak suara yang mengejek, dia selalu merasa tidak nyaman di rumah dan berada dekat dengan banyak orang. Keluarga harry menganut paham lama, bahwa penyakit yang seperti ini harus dibawa ke paranormal akan tetapi dia menyadari bahwa penyakit yang dideritanya adalah penyakit medis. Suatu hari kakak dan bibinya membawa nya ke pesantren, disana santrinya kasar dan suka mengejek, dia tidak suka dengan hal itu dan selalu merasa sendiri. Di pesantren ini harus mengikuti beberapa aturan dan menghentikan obat medis. Ketika obat di lepas dia merasakan ada pola dimana 2 minggu setelah itu tidak mengalami halusinasi akan tetapi setelah itu halusinasi yang datang semakin hebat, suara yang didengar lebih keras kuat dan menyakitkan yang terjadi tiap hari bahkan tiap detik, sehingga dia memutuskan untuk lari dari pesantren. Sesampainya di rumah harry tidak di sambut dengan ramah oleh bapaknya bahkan kakak ipar dan kakak nya pun mencibirnya karna kabur dari pesantren. Setiap hari dai selalu merasa tidak di perhatikan karna semua orng di keluarganya sibuk dengan temannya masing-masing, harry mesasa lebih tenang ketika berada di tengah sawah akan tetapi suara aneh itu masih terdengar, Harry mengatasi suara aneh tersebut dengan mendengarkan earphone akan tetapi suara itu tetap terdengar, dari sini dia menyadari bahwa dia memang mengalami gangguan jiwa. Ketika halusinasai nya kumat dia tidak bisa mengambil minum ataupun nasi sendiri sehingga dia selalu dibantu oleh ibunya untuk memenuhi semua hal itu, dia tidak bisa 21



makan dengan sendok karena dentingan sendok akan memancing halusinasinya lebih keras. Terkadang dia merasa sedih karena belum bisa membahagiakan ibunya suatu ketika ibunya sakit parah dan meninggal dunia, hal ini membuatnya berfikir bahwa tidak ada yang memperhatikan dia lagi dan merasa hidup ini telah berakhir, melihat kondisinya yang semakin parah kakaknya membawa dia untuk berobat ke Sanotarium Dharmawangsa. Saat dirawat disana dia menemukan orang yang mengalami penyakit yang sama dengan dia dan memiliki prilaku yang tidak tertaur dan ini membuatnya tertekan, terkadang dia berfikir apakah dia yang harus menyesuaikan diri dengan lingkungan atau lingkunagan yang harus menyesuaikan diri dengan dia?. Selama di rumah sakit dia merasa nyaman karena punya banyak teman yang bisa mengerti dan memahami apa yang dirasakannya karena mereka berada di posisi yang sama dengan dia, 10 hari di rawat di Sanotarium Dharmawangsa dia di pindahkan di RSCM, disana dia bertemu dengan dokter yang memperkenalkan dia dengan majalah “ Mitra Skizofrenia” , setelah membacanya dia tertarik untuk menulis artikel dan menuangkan tulisannya dalam tulisan “ Melawan Stigma Lewat Bahasa” dan artikelnya di terbitkan di majalah Mitra Skizofrenia tersebut. Selama dirawat di RSCM dia mengerti bahwa dia harus minum obat terus menerus dan lama kelamaan halusinasinya akan berkurang. Pada tahun 2008 Harry sudah ikut berbagai komunitas kejiwaan dan juga memberikan edukasi dia bersukur diberikan penyakit ini oleh tuhan karena dengan ini dia bisa lebih kuat menjalani kehiduapan ini. Kini dia telah bisa mengendalikan penyakitnya, sudah bisa merasa nyaman dengan orang lain dan tidak merasa takut lagi. C). Kajian Film “A SPLIT MIND” dalam Psikologi Abnormal Dilihat dari situasi yang terdapat pada film “A SPLIT MIND”, terdapat beberapa permasalahan yang berkaitan dengan Psikologi Abnormal. Beberapa permasalahan tersebut adalah : 1. Definisi Schizofrenia 2. Jenis-Jenis Schizofrenia 3. Efek samping putus obat 4. Tanda dan Gejala 5. Proses Terjadinya schizofrenia a). Defenisi Schizofrenia 22



Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani yaitu “Schizen” yang artinya retak atau pecah (Spilit), dan “phren” yang artinya pikiran, yang selalu dihubungkan dengan fungsi emosi. Dengan demikian seseorang yang menderita skizofrenia adalah seseorang yang mengalami keretakan jiwa atau keretakan kepribadian serta emosi (Sianturi, 2014). Skizofrenia berasal dari kata Yunani yang bermakna schizo artinya terbagi atau terpecah dan phrenia yang berarti pikiran. Skizofrenia merupakan suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, dan perilaku yang aneh dan terganggu.(Videbeck, 2008). Skizofrenia merupakan gangguan kejiwaan dan kondisi medis yang mempengaruhi fungsi otak manusia, mempengaruhi fungsi normal kognitif, mempengaruhi emosional dan tingkah laku (Depkes RI, 2015). Menurut Pedoman PPDGJ III, skizofrenia dijelaskan sebagai gangguan jiwa yang ditandai dengan distorsi khas dan fundamental dalam pikiran dan persepsi yang disertai dengan adanya afek yang tumpul atau tidak wajar. Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang bersifat kronis atau kambuh ditandai dengan terdapatnya perpecahan (schism) antara pikiran, emosi dan perilaku pasien yang terkena. Perpecahan pada pasien digambarkan dengan adanya gejala fundamental (atau primer) spesifik, yaitu gangguan pikiran yang ditandai dengan gangguan asosiasi, khususnya kelonggaran asosiasi. Gejala fundamental lainnya adalah gangguan afektif, autisme, dan ambivalensi. Sedangkan gejala sekundernya adalah waham dan halusinasi (Stuart, 2013) b). Jenis- Jenis Schizofrenia 1). Skizofrenia simpleks Skizofrenia simpleks, sering timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala utama ialah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses berfikir biasanya sukar ditemukan. Waham dan halusinasi jarang sekali terdapat. Jenis ini timbul secara perlahan. Pada permulaan mungkin penderita kurang memperhatikan keluarganya atau menarik diri dari pergaulan. Makin lama ia semakin mundur dalam kerjaan atau pelajaran dan pada akhirnya menjadi pengangguran, dan bila tidak ada orang yang menolongnya ia akan mungkin akan menjadi “pengemis”, “pelacur” atau “penjahat” (Maramis, 2008). 2). Skizofrenia hebefrenik Skizofrenia hebefrenik atau disebut juga hebefrenia, menurut Maramis (2008) permulaannya perlahan-lahan dan sering timbul pada masa remaja atau antara 15–25 tahun. Gejala yang menyolok adalah gangguan proses berfikir, gangguan kemauan dan adanya depersonalisasi. Gangguan psikomotor seperti perilaku kekanak-kanakan sering terdapat pada jenis ini. Waham dan halusinasi banyak sekali. 23



3). Skizofrenia katatonik Menurut Maramis (2008) skizofrenia katatonik atau disebut juga katatonia, timbulnya pertama kali antara umur 15-30 tahun dan biasanya akut serta sering didahului oleh stres emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah katatonik atau stupor katatonik. a. Stupor katatonik Pada stupor katatonik, penderita tidak menunjukan perhatian sama sekali terhadap lingkungannya dan emosinya sangat dangkal. Secara tiba-tiba atau perlahan-lahan penderita keluar dari keadaan stupor ini dan mulai berbicara dan bergerak. b. Gaduh gelisah katatonik Pada gaduh gelisah katatonik, terdapat hiperaktivitas motorik, tapi tidak disertai dengan emosi yang semestinya dan tidak dipengaruhi oleh rangsangan dari luar. 4). Skizofrenia Paranoid Jenis ini berbeda dari jenis-jenis lainnya dalam perjalanan penyakit. Hebefrenia dan katatonia sering lama-kelamaan menunjukkan gejala-gejala skizofrenia simplek atau gejala campuran hebefrenia dan katatonia. Tidak demikian halnya dengan skizofrenia paranoid yang jalannya agak konstan (Maramis, 2008). 5). Episode skizofrenia akut Gejala skizofrenia ini timbul mendadak sekali dan pasien seperti keadaan mimpi. Kesadarannya mungkin berkabut. Dalam keadaan ini timbul perasaan seakan-akan dunia luar dan dirinya sendiri berubah. Semuanya seakan-akan mempunyai arti yang khusus baginya. Prognosisnya baik dalam waktu beberapa minggu atau biasanya kurang dari enam bulan penderita sudah baik. Kadangkadang bila kesadaran yang berkabut tadi hilang, maka timbul gejalagejala salah satu jenis skizofrenia yang lainnya (Maramis, 2008). 6). Skizofrenia residual Skizofrenia residual, merupakan keadaan skizofrenia dengan gejala-gejala primernya Bleuler, tetapi tidak jelas adanya gejala-gejala sekunder. Keadaan ini timbul sesudah beberapa kali serangan skizofrenia (Maramis, 2008).



7). Skizofrenia skizoafektif Pada skizofrenia skizoafektif, di samping gejalagejala skizofrenia terdapat menonjol secara bersamaan, juga gejala-gejala depresi atau gejala-gejala mania. 24



Jenis ini cenderung untuk menjadi sembuh tanpa efek, tetapi mungkin juga timbul lagi serangan (Maramis, 2008). E). Efek Samping putus Obat Mengonsumsi obat bagi penderita skizofrenia merupakan hal yang penting. jika konsumsi obat dihentikan secara tiba-tiba, maka hal ini dapat menimbulkan efek samping dialami seperti: penyakit akan kembali dengan cepat, kejang yang berpotensi mengancam jiwa, gejala penghentian antidepresan seperti gejala flu, masalah tidur, pusing, sakit kepala, kecemasan, dan lekas marah, peningkatan risiko bunuh diri, serta pikiran mental yang mengganggu. Setelah menghentikan pengobatan, hanya hitungan hari gejalanya akan dialami penderitanya. Namun penyakit akan tumbuh setelah beberapa minggu (Tandon, 2009). F). Tanda dan Gejala Gejala skizofrenia dibagi dalam dua kelompok yaitu: a. Gejala Positif Menurut Stuart dan Laraia (2005) gejala positif yang bertambahnya atau distorsi dari fungsi normal tubuh gejala ini sering responsif terhadap obat antipsikosis tipikal atau tradisional. Menurut Varcarolis (2006) gejala positif yang muncul antara lain halusinasi, delusi, perilaku agitasi dan agresif serta gangguan berpikir dan pola bicara. Gejala positif atau gejala nyata yaitu waham, perubahan sensorik, persepsi: halusinasi, kekacauan alam pikiran (bicara kacau), gaduh gelisah, merasa dirinya orang besar, perilaku yang tidak teratur (Videbeck, 2008). b. Gejala Negatif Gejala negatif yaitu gejala samar, seperti gangguan afek, tumpul atau datar, tidak memiliki motivasi, rasa tidak nyaman dan menarik diri dari masyarakat, sulit berfikir abstrak (Videbeck, 2008). Menurut (Varcarolis, 2006) gejala negatif antara lain afek datar, sedikit bicara, apatis penurunan perhatian dan aktivitas sosial. Menurut Muhyi (2011) gejala-gejala skizofrenia terdiri dari dua jenis yaitu simtom positif dan simtom negatif. Simtom positif berupa delusi atau waham, halusinasi, kekecauan alam pikir, gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara dengan semangat dan gembira berlebihan. Simtom negatif berupa alam perasaan (affect) “tumpul” dan “mendatar”, menarik diri atau mengasingkan diri (withdrawn) tidak mau bergaul atau kontak dengan orang lain, suka melamun (day dreaming), kontak emosional amat miskin, sukar diajak bicara, pendiam dan pola pikir stereotip.



G). Proses Terjadinya Scizofrenia Prevalensi penderita schizophrenia di Indonesia adalah 0,3-1 % dan biasanya timbul pada usia sekitar 18-45 tahun. Schizophrenia disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: faktor genetik, faktor lingkungan dan faktor keluarga. Schizophrenia tidak hanya 25



menimbulkan penderitaan  bagi individu penderitanya tetapi juga bagi orang-orang terdekat (Arif, 2006). Penderita schizophrenia sering kali mengalami gejala positif dan negatif yang memerlukan penanganan serius. Penderita schizophrenia juga mengalami penurunan motivasi dalam berhubungan sosial, perilaku ini sering tampak dalam bentuk perilaku autistic dan mutisme. Akibat adanya penurunan motivasi ini sering tampak timbulnya masalah keperawatan isolasi sosial menarik diri dan jika tidak diatasi dapat menimbulkan perubahan persepsi sensoris halusinasi. Halusinasi yang terjadi pada penderita schizophrenia tidak saja disebabkan oleh perilaku isolasi sosial tetapi juga dapat disebabkan oleh gangguan konsep diri harga diri rendah. Dampak dari halusinasi yang timbul akibat schizophrenia ini sangat tergantung dari isi halusinasi. Jika isi halusinasi mengganggu, maka penderita schizophrenia akan cenderung melakukan perilaku kekeeraan sedangkan halusinasi yang isinya menyenagkan dapat mengganggu dalam berhubungan sosial dan dalam pelaksanaan aktivitas sehari-hari termasuk aktivitas perwatan diri ( Stuart, 2007). Schizophrenia sering dimanifestasikan dalam bentuk waham, perilaku katatonik, adanya penurunan motivasi dalam melakukan hubungan sosial serta penurunan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Waham yang dialami pasien schizophrenia dapat berakibat pada kecemasan yang berlebihan jika isi wahamnya tidak mendapatkan perlakuan dari lingkungan sehingga berisiko menimbulkan perilaku kekerasan yang diarahkan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Adanya perilaku katatonik, menyebabkan perasaan tidak nyaman pada diri penderita, hal ini karena kondisi katatonik ini berdampak pada hambatan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Hambatan dalam aktivitas sehari-hari menyebabkan koping individu menjadi tidak efektif yang dapat berlanjut pada gangguan konsep diri harga diri rendah dan bila tidak diatasi berisiko menimbulkan perilaku kekerasan (Ingram, 1996). Penderita dapat mengalami ambivalensi, kondisi ini dapat menimbulkan terjadinya penurunan motivasi dalam melakukan aktivitas perawatan diri dan kemampuan dalam berhubungan sosial dengan orang lain. Adanya ambivalensi membuat penderita menjadi kesulitan dalam pengambilan keputusan sehingga dapat berdampak pada penurunan motivasi dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Penderita schizophrenia yang menunjukkkan adanya gejala negatif ambivalensi ini, sering kali dijumpai cara berpakaian dan berpenampilan yang tidak sesuai dengan realita seperti rambut tidak rapi, kuku panjang, badan kotor dan bau ( Rasmun, 2007). Prognosis untuk schizophrenia pada umumnya kurang begitu menggembirakan sekitar 25 % pasien dapat pulih dari episode awal dan fungsinya dapat kembali pada tingkat sebelum munculnya gangguan tersebut. Sekitar 25% tidak pernah pulih dan perjalanan penyakitnya cenderung memburuk, dan sekitar 50 % berada diantaranya ditandai dengan kekambuhan periodik dan ketidakmampuan berfungsi dengan efektif kecuali akan waktu singkat ( Arif, 2006). H) Analisa Film



26



Dari film tersebut dapat diketahui bahwa Harry menderita skizofrenia paranoid, yang ditandai dengan simpton – simpton/ indikasi sebagai berikut: 8. Adanya halusinasi pendengaran, yaitu persepsi palsu yang menyebabkan sesorang mendengar suara seperti alunan musik, langkah kaki, percakapan, tawa, jeritan dan suara lainnya. Di dalam film tersebut Harry mengalami halusinasi pendengaran, Harry mendengar suara-suara yang sering mengejeknya 9. Gejala motorik dapat dilihat dari ekpresi wajah yang dan khas, haary mengatakan bahwa dia sering menundukkan kepala ketika bertemu orang lain, dan tidak mau menggunakan kontak mata saat berbicara, karena takut. 10. Social withdrawl (penarikan sosial), Harry tidak bisa berinteraksi sosial seperti orang – orang pada umumnya, dia tidak menyukai orang lain dan menganggap orang lain tidak menyukai dirinya sehingga dia hanya memiliki sedikit teman, dia lebih suka menyendiri dari pada berinteraksi dengan orang lain 11. Stressor atau kejadian – kejadian yang menekan yang membuat skizofrenian Harry bertambah parah, yaitu : -



Masuk ke pesantren dan Putus obat



-



Keluarga lebih memilih ke pengobatan non medis



-



Lingkungan keluarga yang kurang nyaman



12. Karakter Pribadi Harry, yaitu: - Pemalu, introvert, penyendiri, rendah diri (merasa dirinya tidak disukai orang lain), kaku, tidak suka bergaul (tidak menyukai orang lain), penarikan diri dari lingkungan sosial.



H). Pohon masalah



Deficit perawatan diri 27



G3.persepsi sensori



Kerusakan interaksi social



Paranoid



Tidak mempedulikan penampilan



HALUSINASI (mendengar,melihat) sesuatu yg tidak ada



Ada nya rasa takut yang berlebihan



Adanya hal/keyakinan yang tidak masuk akal



G3.proses fikir



Skizofrenia Tidak bias menerima/ menyesuaikan diri



Predisposisi : 1. 2. 3. 4.



Presipitasi :



Gen Biologis Psikologis Sosiobudaya



5. Lingkungan 6.Emosi 7. Kepribadian premorbid



Tidak bias menerima atau menyesuaikan BAB III PENUTUP 28



A. Kesimpulan Skizofrenia adalah salah satu gangguan yang menyerang fungsi otak dan mengakibatkan penderita mengalami delusi, halusinasi, gerakan motorik yang terhambat dan efek negatif. Sampai saat ini gangguan skizofrenia masih banyak diteliti karena masih belum diketahui pasti penyebab dari gangguan ini. Selain dari gangguan otak dan heritabilitas, seseorang bisa mengidap gangguan skizofrenia oleh faktor sosial dan psikologis. Pengobatan utama dalam menangani gangguan ini adalah berupa obat antipsikotik yang meredakan delusi dan halusinasi. Akan tetapi efek dari penggunaan obat ini masih diteliti agar mengurangi efek negatifnya. Selain dari pengobatan menggunakan obat antipsikotik, terapi lain juga menggunakan sosial terapi merupakan salah satu terapi yang efektif dalam menangani stressor yang dimiliki oleh penderita. B. Saran Film A Beautifull Mind dan Split Mind menceritakan tentang penyakit kejiwaan dengan diagnosa skizofrenia untuk mempertimbangkan pesan-pesan dalam resensi film ini, sangat menarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai penyakit skizofrenia. Film A Beautifull Mind dan Split Mind terhadap definisi, tanda gejala, penyebab, penatalaksanaan skizofrenia, dan asuhan keperawatan jiwa dengan skizofrenia. Teori-teori tentang skizofrenia lain yang memiliki relevansi atau keterkaitan dengan film A Beautifull Mind dan Split Mind. Resensi film ini diharapkan mampu menjadi acuan dalam penulisan/penelitian tentang asuhan keperawatan jiwa.



DAFTAR PUSTAKA



29



Davison, gerald C, John M. Neale & Ann M. Kring. (2014). Psikologi abnormal edisi 9. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Depkes. (2015). Kesehatan Jiwa Prioritas Global.http://www. depkes.go.id Fatmawati, Iin Nadlifa Arwah. (2016). Faktor-Faktor Penyebab Skizofrenia (Studi Kasus Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta). Fakultas Psikologi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Maramis, W.F. (2008). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Cetakan 9. Surabaya:Airlangga University Press. Muhyi, A. (2011). Prevalensi penderita skizofrenia paranoid dengan gejala depresi di RSJ dr. Soeharto Heerdjan Jakarta tahun 2010. Karya Tulis Ilmiah strata satu, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Saputra Tetra Arya. (2014). Paranoid Types Of Schizophrenia. Volume 1 Nomor 1. Faculti Of Medicine, Universitas Lampung. Sianturi, F. L. (2014). Risperidone and Haloperidol Comparative Effects of Positive Symptoms Patient Schizophrenic. Journal of Biologi, Agriculture and Healtcare, Vol. 04 No. 28. Stuart and Laraia. (2005). Principles and Practise of Psyhiatric Nursing. St.Louis: Mosby YearB. Stuart G.W and Laraia. (2009). Principles and Practise of Psyhiatric Nursing. StuartG.W.and Laraia. (2009). Principles and Practise of Psyhiatric Nursing. St.Louis: Mosby YearB. Varcarolis, E.M. (2006). Psychiatric nursing guide assessment tooland diagnosis Philadelphia: W.B.Sauders Co. Videbeck, S. L. (2008). Psychiatric Mental Health Nursing. (4rd Ed). Philadhelpia: Lippincott Williams & Wilkins.



30