Tugas Makalah Aset Tak Berwujud [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A.



Latar Belakang Perusahaan pasti mempunyai Aset tidak berwujud yang digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan. Aset tak berwujud adalah hak, hak istimewa dan keuntungan kompetitif yang timbul dari pemilikan suatu Aset yang berumur panjang, yang tidak memiliki wujud fisik tertentu. Bukti pemilikan Aset tak berujud bisa berupa kontrak, lisensi atau dokumen lain. Dimana Aset tidak berwujud merupakan bagian dari Aset Nonlancar lainnya yang di neraca diklasifikasikan dan disajikan sebagai Aset Lainnya. Dengan penjelasan yang sangat minim ini tentu saja berpotensi pada kurang akuratnya pencatatan terhadap transaksi Aset tidak berujud tersebut. Sebagai bagian dari neraca, Aset tidak berwujud juga memerlukan standar akuntansi untuk memberi penjelasan yang terkait dengan pengakuan, pengukuran, serta pengungkapan dan penyajian dalam laporan keuangan. Selain itu juga terdapat kemungkinan adanya perlakuan khusus, contohnya yang terkait dengan amortisasi dan penghentian serta penghapusannya. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka kelompok kami membuat makalah yang berjudul “Aset Tidak Berwujud”.



B.



C.



Rumusan Masalah 1.



Apa pengertian aset tak berwujud?



2.



Pengakuan, Pengukuran, Penyajian, Pengungkapan Aset Tak Berwujud ?



3.



Kasus Aset Tak Berwujud ?



Tujuan Penulisan 1.



Menjelaskan pengertian aset tak berwujud.



2.



Menjelaskan Pengakuan, Pengukuran, Penyajian, Pengungkapan Aset Tak Berwujud.



3.



Kasus Aset Tak Berwujud



Aset tak berwujud 1



BAB II PEMBAHASAN



1. Pengertian Aset Tak Berwujud Aset tak berwujud adalah hak, hak istimewa dan keuntungan kompetitif yang timbul dari pemilikan suatu Aset yang berumur panjang, yang tidak memiliki wujud fisik tertentu. Bukti pemilikan Aset tak berujud bisa berupa kontrak, lisensi atau dokumen lain. Aset tidak berwujud mungkin timbul dari: 1. Pemerintah – seperti hak paten, hak cipta, franchise, merek dagang dan nama dagang. 2. Perusahaan lain – misalnya pembelian yang mencakup pembayaran untuk goodwill. 3. Penjualan tertentu – seperti franchise dan lease. Berdasarkan PSAK 19 paragraf 8 (revisi 2009) aset tidak berwujud adalah aset nonmoneter yang dapat diidentifikasi tanpa wujud fisik. Aset ini dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif. Aset tetap tidak berwujud diakui jika dan hanya jika: 1. Kemungkinan besar perusahaan akan memperoleh manfaat ekonomis masa depan dari Aset tersebut, dan 2. Biaya perolehan aset tersebut dapat dikur secara andal. Secara umum, akutansi untuk Aset tak berujud adalah sejalan dengan akutansi untuk Aset tetap. Seperti halnya Aset tetap, Aset berujud juga dicatat atas harga dasar harga perolehan dan harga perolehan ini dihapus secara rasuonal dan sistematis selama masa manfaat Aset tak berujud tersebut. Jika pada suatu saat dihentikan, maka nilai buku Aset tak berujud dihapuskan dari pembukuan dan dicatat pula laba atau rugi penghentian (jika ada). Namun demikian, terdapat sejumlah perbedaan antara akutansi Aset tak berwujud bila dibandingkan dengan akutansi Aset tetap. Pertama, istilah yang digunakan untuk menghapus Aset tak berujud adalah amortisasi (bukan depresiasi). Untuk mencatat amortisasi Aset tak berujud maka rekening Biaya Amortosasi didebet dan rekening Aset tak berujud yang bersangkutan dikredit. Alternatif lain, bisa juga dikredit rekening Akumulasi Amortisasi, Aset tak berwujud 2



seperti halnya akumulasi depresiasi pada Aset tetap. Namun sebagian besar perusahaan memilih cara yang sederhana, yaitu dengan langsung mengkredit rekening Aset tak berujud. Perbedaan kedua ialah bahwa periode amortisasi suatu Aset tak berujud tidak boleh melebihi 40 tahun. Sebagai contoh, jika masa manfaat suatu Aset tak berujud adalah 60 tahun, maka amortisasinya harus dilakukan 40 tahun. Akan tetapi jika masa menfaat Aset tak berujud kurang dari 4 tahun, maka masa manfaat itulah yang akan digunakan. Aturan tesebut dimaksudkan untuk menjaga agar semua Aset tak berujud, terutama yang tidak ketentuan masa manfaatnya, dihapus dalam periode waktu yang wajar. Berbeda dengan Aset tetap, amortisasi Aset tak berujud hanya mengenal satu metoda, yaitu metoda garis lurus. Oleh karena itu, perlakuan akutansi Aset tak berujud pada berbagai perusahaan relatif mudah diperbandingkan. A. Karakteristik Aset tidak Berwujud Aset tak berwujud mempunyai karakteristik penting, yaitu : 1. Kurang memiliki eksistensi fisik, tidak seperti Aset berwujud seperti property, pabrik, dan peralatan, Aset tak berwujud memperoleh nilai dari hak dan keistimewaan atau privilege yang diberikan pada perusahaan yang menggunakannya. 2. Bukan merupakan instrument keuangan, Aset seperti deposito bank, piutang usaha, dan investasi jangka panjang dalam obligasi serta saham tidak memiliki substansi fisik, tetapi tidak diklasifikasikan sebagai Aset tak berwujud. Aset ini merupakan instrument keuangan dan menghasilkan nilainya dari hak untuk menerima kas atau ekuivalen kas di masa depan. 3. Bersifat jangka panjang dan menjadi subjek amortisasi, Aset tak berwujud menyediakan jasa selama periode bertahun tahun. Investasi dalam Aset ini biasanya dibebankan pada periode masa mendatang melalui beban amortisasi periodik. Akuntansi untuk Aset tak berwujud mempunyai masalah yang sama dengan akuntansi Aset jangka panjang lainya, yaitu menentukan nilai terbawa awalnya, akuntansi untuk jumlah setelah akuisisi dalam kondisi bisnis normal ( amortisasi ), dan akuntansi untuk jumlah jika nilainya turun secara substansial serta terus-menerus.



Aset tak berwujud 3



B. Klasifikasi dan Prisip Akuntansi Dasar Aset Tak Berwujud 1. Klasifikasi Aset Tak Berwujud a. Cara akuisisi ( manner of acquisition ). Aset tak berwujud dapat diperoleh dengan cara membelinya dari entitas lain. Seperti membeli wiralaba atau paten dari orang lain. Cara lain untuk memperoleh Aset tak berwujud adalah dengan cara membuatnya sendiri melalui operasi, contohnya adalah paten dan merek dagang. b. Dapat diidentifikasi ( identifiability ). Beberapa kativa tak berwujud dapat diidentifikasi secara terpisah dari perusahaan lainya. Contohnya hak pataen, merek dagang , dan wiralaba. Aset tak berwujud lainya tidak dapat dipisahkan tetapi nilainya dapat diturunkan dari nilai Aset yang berhubungan denganya. Contohnya adalah goodwill, yang nilainya dibedakan atas beberapa factor seperti loyalitas konsumen atas kualitas produk, dan bukan dari kepemilikan khusus. c. Dapat dipertukarkan ( exchangeability ). Beberapa Aset tak berwujud dapat diidentifikasi dapat dijual maupun dibeli, atau dengan kata lain dapat dipertukarkan. Contohnya termasuk paten, merek dagang dan wiralaba. Aktiv atak berwujud lainya, yang dapat depertukarkan kecuali dengan menjual perusahaan itu juga . Contohnya dalah biaya organisasi. Tidak ada pihak lain yang mau membeli biaya organisasi ini secara terpisah ( terlepas dari perusahaanya ). Goodwill adalah contoh Aset tak berwujud yang tidak dapat diidentifikasi dan tidak dapat dipertukarkan. Goodwill hanya hanya akan memepunyai nilai jika dikombinasikan atau dihubungkan denan Aset lainya dan tidak dapat diperoleh kecuali dengan mengakuisisi Aset lainya secara simultan. d. Periode manfaat yang diharapkan ( period of expected benefit ). Beberapa Aset tak berwujud, seperti biaya organisasi, diharapkan dapat memeberikan manfaat kepada perusahaan dalam jangka waktu yang tidak terbatas. Sebagai contoh paten memeiliki umur hokum selama 17 tahun, dan periode manfaat leasehold yang dicantumkan dalam kontrak lease.



Aset tak berwujud 4



2. Prinsip Akuntansi Dasar untuk Aset tak berwujud Akuntansi untuk Aset tak berwujud melibatkan prinsip dan prosedur akuntansi serupa yang diaplikasikan untuk Aset tak berwujud lainya, seperti properti, pabrik dan peralatan yaitu : a. Pada akuisisi menerapkan prinsip biaya. b. Selama periode penggunaan, menerapkan prinsip penandingan. c. Pada disposisi, menerapkan prinsip pendapatan. Keuntungan atau kerugian yang diakui atas pelepasan sama dengan selisih antara pertimbangan yang diterima. C. Pencatatan dan penilaian Aset tidak berwujud tersebut 1.



Mencatat Biaya Pembelian Aset Tak Berwujud Sesuai dengan prinsip biaya, Aset tak berwujud harus dicatat pada saat diakuisisi



dengan biaya ekuivalen kas saat ini. Biaya ini termasuk harga beli, biaya transfer dan hukum, dan setiap pengeluaran lainya yang berkaitan dengan akuisisi. Biaya akuisisi merupakan biaya pasar saat ini dari semua penukar yang diserahkan atau dari Aset yang diterima, mana yang lebih dapat ditentukan.



Pengakuan Aset Tak Berwujud Aset tak berwujud diakui pada saat diperoleh, dengan ketentuan: Individu/Perusahaan berpotensi akan mendapatkan manfaat ekonomi di masa yang akan datang dari aset tersebut. Biaya-biaya dalam perolehannya bisa diukur dengan handal. Aset tak berwujud 5



Penilaian/Pengukuran Aset Tak Berwujud Aset tak berwujud dinilai/diukur sesuai dengan harga perolehannya. Biaya perolehan aset tidak berwujud terdiri dari: Harga beli termasuk bea masuk (import), dan pajak pembelian yang tidak dapat dikembalikan, setelah dikurangkan diskon dan rabat Segala biaya yang dapat dikaitkan secara langsung dalam mempersiapkan aset tersebut sehingga siap untuk digunakan. D. Mencatat Biaya Aset Tak Berwujud yang Dibuat secara Internal. Kadang kala perusahaan membuat sendiri Aset tak berwujud, seperti paten. Hanya biaya yang secara spesifik dapat diidentifikasi dari penciptaan Aset tak berwujud tersebut hanya akan diidentifikasi. Jadi, walaupun perusahaan telah mengeluarkan biaya penelitian yang sangat besar untuk membentuk hal yang dipatenkan, namun hanya biaya untuk mendapatkan paten tersebut yang dikapitalisasi sebagai Aset. Karena kendala ini, biaya yang dikapitalisasi untuk Aset tak berwujud yang dibuat secara internal mungkin tidak mencerminkan nilainya, sedangkan biaya yang dikapitalisasi untuk Aset tak berwujud yang dibeli melalui transaksi yang wajar diasumsikan mencermikan nilainya Beberapa fakor yang harus dipertimbangkan dalam mengestimasi umur Aset tak berwujud : v Ketentuan hukum, peraturan, atau kontraktual yang dapat membatasi umur manfaat maksimum. v Ketentuan untuk pembaruan ( renewal ) atau perpanjangan ( extension ) yang dpat mengubah batas umur masa manfaat Aset tersebut. v Pengaruh keusangan, permintaan, dan factor ekonomis lainya yang dapat mengurangi umur manfaat. v Perkiraan umur pelayanan ( service life ) dari seorang atau kelompok pegawai. v Tindakan yang diharapkan dilakukan pesaing dan pihak lainya yang dapat membatasi keunggulan kompetitif yang sudah ada. v Umur manfaat yang tidak terbatas dan masa manfaat yang tidak dapat diproyeksikan dengan layak.



Aset tak berwujud 6



v Apakah Aset tak berwujud itu terdiri dari berbagai factor individual dengan umur manfaat efektif yang bervariasi. Menurut sifatnya itu, maka Aset tak berwujud jarang mempunyai nilai residu. Biaya Aset tak berwujud yang tidak memiliki masa umur manfaat yang dapat ditentukan atau umur hukum tidak terbatas juga harus diamortisasi berdasarkan estimasi umur manfaatnya. a)



Penurunan Nilai Aset Tak Berwujud



Jika jumlah yang tidak didiskontokan atas arus kas masuk yang diharapkan dari penggunaan Aset tak berwujud yang dapat diidentifikasi lebih kecil dari nilai buku yang belum diamortisasikan, maka Aset tak berwujud disesuaikan ke nilai wajarnya. Kerugian penurunan ini langsung diakui sebesar perbedaan antara nilai buku dan nilai wajar. Nilai buku Aset yang telah direvisi akan diamortisasi selama sisa umur manfaat Aset tersebut, tetapi periode amortisasi tidak lebih dari 40 tahun b) Pelepasan Aset Tak Berwujud Ketika sebuah Aset tak berwujud dijual, dipertukarkan, atau dilepaskan, biaya yang belum diamortisasi harus dihilangkan dari akun keuntungan atau kerugian pelepasan diakui dan dicatat. Keuntungan atau kerugian adalah sama dengan perbedaan antara hasil bersih dari pelepasan dan biaya yang belum diamortisasi.



E. Jenis dari aset tidak berwujud: Kieso et al.(2011:623) menjelaskan bahwa terdapat berbagai jenis aset tidak berwujud, yang sering kali dikelompokkan menjadi enam kategori besar antara lain: 1.



Aset tidak berwujud yang berhubungan dengan pemasaran



Kieso et al (2011:623-624) menjelaskan Aset tidak berwujud terkait pada pemasaran untuk produk atau jasa, adalah seperti nama dagang dan merek dagang. Hak untuk menggunakan nama dagang dan merek dagang menurut Common Low, secara eksklusif berada pada pengguna awal selama mereka terus menggunakannya. Pendaftaran terhadap pada Kantor Paten dan Merek Dagang memberikan perlindungan hukum untuk pembaharuan kembali yang tak terbatas dalam masing-masing periode selama 10 tahun. Sehingga perusahaan yang Aset tak berwujud 7



menggunakan suatu merek dagang atau nama dagang yang telah ditetapkan dapat mengakui menganggapnya memiliki umur yang tidak terbatas 2.



Aset tidak berwujud yang berhubungan dengan pelanggan



Aset tidak berwujud terkait pelanggan dihasilkan dari hubungan perusahaan dengan pihak luar. Dalam hal ini termasuk aset tidak berwujud dengan masa manfaat tidak terbatas. Perusahaan harus mengasumsikan nilai sisa sebesar nol kecuali jika umur manfaat aset lebih pendek dari pada umur ekonomisnya. Dalam kieso (2011 : 624-625) Contoh: Biaya Nilai sisa Dasar Amortisasi



6.000.000 (60.000) 5.940.000



*amortisasi garis lurus dengan masa manfaat 3 tahun : (5.940.000/3 =1.980.000)



1 januari 2015 Daftar pelanggan



6.000.000



kas



6.000.000



(Pembelian daftar pelanggan) 31 desember 2015, 2016, 2017 Bebab Amortisasi



1.980.000



Daftar pelanggan atau akumulasi amortisasi daftar pelanggan



1.980.000



(Amortisasi) 3.



Aset tidak berwujud yang berhubungan dengan seni



Kieso et al (2011 : 625) menjelaskan, aset tidak berwujud yang berhubungan dengan seni, terdapat hak cipa melindungi hak kepemilikan ini. Hak cipta diberikan selama umur penciptanya ditambah 70 tahun. Biaya untuk memperoleh dan mempertahankan suatu hak cipta dapat dikapitalisasi. Secara umum masa manfaat hak cipta lebih pendek dari umur hukumnya, namun kesulitan menemukan jumlah tahun yang akan menerima manfaat mendorong perusahaan menghapus biaya selama periode waktu yang cukup pendek. 4.



Aset tidak berwujud yang berhubungan dengan kontrak Aset tak berwujud 8



Kieso el al (2011: 625-626) menjelaskan, bentuk umum dari sset tidak berwujud yang berhubungan dengan kontrak adalah waralaba (franchise) yaitu lisensi, ijin bangunan, hak siaran dan kontrak jasa atu pasokan, yang keseluruhan merupakan hak yang timbul dari perjanjian kontrak. Waralaba berlangsung selama masa periode waktu tertentu. Pencatatan sebagai aset tidak berwujud hanya jika terdapat biaya yang diidentifikasi pada akuisisi hak pengoperasian. Biaya waralaba dengan umur terbatas harus dimortisasi selama umur waralaba. Kecuali jika umur tidak terbatas tidak diperlukan amortisasi tetapi dicatat pada biaya. Pembayaran tahunan sesuai kontrak harus dicatat sebagai beban operasi periode berjalan karena tidak berhubungan dengan hak masam mendatang. 5.



Aset tidak berwujud yang berhubungan dengan teknologi



Kieso et al (2011: 626) menjelaskan, aset tidak berwujud yang berhubungan dengan teknologi berkaitan erat dengan invosi dan perkembangan teknologi, seperti halnya paten. Terdapat dua jenis paten yaitu paten proses dan paten produk, hak paten diberikan selama periode 20 tahun dan dicatat sebesar biaya perolehan namun tidak termasuk biaya penelitian dan pengembangan karena kedua biaya tersebut harus dibebankan pada periode terjadinya. Biaya paten diamortisasi selama umur hukum atau umur manfaatnya, mana yang lebih pendek, namun sangat memungkinkan adanya modifikasi yang yang dapat menghasilkan paten baru. Perusahaan membebankan biaya hukum dan biaya lainnya yang dikeluarkan untuk mempertahankan tuntutan paten sebagai biaya perolehan paten. Beban amortisasi harus mencerminkan pola penggunaan paten. Jika paten menjadi tidak berharga karena permintaan dan produksi menurun maka aset harus segera dihapuskan pada akun beban. 1 januari 2015 Paten



6.000.000



kas



6.000.000



(Biaya hukum atas paten) 31 desember 2015 Bebab Amortisasi Paten Paten atau akumulasi amortisasi Paten



1.980.000 1.980.000



(Amortisasi paten)



Aset tak berwujud 9



6.



Goodwill



Goodwill adalah sisa: kelebihan biaya atas nilai wajar aset bersih yang dapat diidentifikasi yang diakuisisi, sehingga goodwill hanya dapat diidentifikasi pada bisnis secara keseluruhan, salah satu cara untuk menjual goodwill adalah dengan menjual usaha. Dalam penggabungan usaha biaya dibebankan jika memungkinkan pada aset tidak berwujud dan aset berwujud bersih yang dapat diidentifikasi, sisanya dicatat dalam akun aset tidak berwujud yang disebut goodwiil. Kieso et al (2011: 629) F. Aset Tidak Berwujud Yang Dapat Dipertukarkan Aset Tak Berwujud yang dapat dipertukarkan adalah adalah Aset tak berwujud yang dapat diidentifikasi sebagian dari Aset lainya dan dapat dijual secara terpisah. Contohnya : mencangkup hak paten, hak cipta, merek dagang, dan waralaba, biaya organisasi. 1.



Hak Paten



Hak paten adalah hak istimewa yang dikeluarkan oleh pemerintah yang memberikan kewenangan kepada pemegang hak untuk memproduksi, menjual dan mengawasi penemuannya dalam jangka waktu tertentu sejak hal tersebut diberikan. Suatu hak paten biasanya tidak dapat diperbaharui, jangka waktunya bisa diperpanjang dengan memberikan hak paten yang baru, apabila terdapat perbaikan atau perubahan pada rancangan dasar penemuan yang lama. Harga perolehan hak paten harus diamortisasi selama masa berlaku hak tersebut atau selama masa manfaatnya, tergantung mana yang lebih pendek. Dalam menentukan masa manfaat, perusahaan harus mempertimbangkan kapan penemuan diperkirakan akan mulai ketinggalan jaman, atau tidak memadai lagi dan faktor-faktor lainnya yang menyebabkan hak paten menjadi tidak ekonomis lagi sebelum akhir masa berlaku hak tersebut. Untuk memberikan gambaran mengenai perhitungan biaya paten, misalnya PT Erwin Megah membeli hak paten dengan harga perolehan Rp. 60.000.000,00. Masa manfaat hak tersebut diperkirakan 8 tahun. Dengan demikian amortisasi pertahun adalah Rp. 7.500.000,0 (Rp. 60.000.000,0 : 8). Jurnal untuk mencatat amortisasi tahunan adalah sebagai berikut. Des 31



Biaya Paten ………… Rp. 7.500.000 Hak Paten ……………Rp. 7.500.000



( untuk mencatat amortisasi hak paten ) Aset tak berwujud 10



Biaya paten dikelompokan dalam laporan rugi-laba sebagai biaya operasi. 2.



Hak Cipta



Hak cipta adalah hak yang diberikan oleh pemerintah, yang memberikan hak istimewa kepada pemegang hak tersebut untuk memproduksi dan menjual suatu karya seni atau karya tulis. Harga perolehan suatu hak cipta terdiri dari pengeluaran untuk mendapatkan dan mempertahankan hak tersebut. Maka manfaat suatu hak cipta biasanya lebih pendek daripada masa berlakunya. Mengingat sulitnya penentuan masa manfaat suatu hak cipta, maka hak cipta biasanya diamortisasi dalam periode waktu yang relatif pendek. 3.



Merek Dagang atau Nama Dagang



Merek dagang atau nama dagang adalah kata, rangkain kata, logo, atau simbol yang membedakan atau memberi identitas suatu perusahaan tertentu atau produk tertentu. Apabila kita mendengar nama dagang seperti Lux, Pepsodent, Indomie, atau Coca Cola, dengan cepat terbayang dalam pikiran kita produk apa yang dimaksud dan tidak akan salah mengartikannya pada produk lain. Nama dagang mempunyai manfaat yang sangat besar bagi perusahaan dan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pemasarannya. Penemu atau pemakai pertama dapat memperoleh hak istimewa untuk menggunakan merek dagang atau nama dagang atau mendaftarkannya pada pemerintah. 4.



Franchise (Waralaba) dan License (Perijinan)



Bila Kita makan di Kentucky Fried Chicken, California Fried Chicken, Mac Donald, atau Pizza Huts, maka disitu kita menemukan franchise. Franchise adalah Adalah hak yang diperoleh untuk melakukan suatu usaha tertentu, atau memasarkan produknya, sekaligus mengikuti pola usaha, cara pengelolaan, penggunaan logo maupun penggunaan alat usaha tertentu yang aslinya dimiliki oleh perusahaan yang memberikan hak franchise. 5.



Lease hold (Hak sewa)



Adalah hak yang diperoleh atas suatu sewa Aset tertentu (sewa tempat usaha, sewa gedung, sewa mesin) yang biasanya menggunakan kurun waktu tertentu, disahkan oleh pejabat pembuat akte (notaris). Hak sewa dinyatakan sebagai Aset tetap (tak berwujud) karena dua alasan : Hak sewa memberikan kontribusi nyata bagi perusahaan, atau dengan kata lain, atas sumber daya (dana) yang dikeluarkan diharapkan hak sewa akan memberikan manfaat kembali Aset tak berwujud 11



(berpotensi menghasilkan kas atau manfaat) di masa yang akan datang.Manfaat yang akan diterima oleh perusahaan atas kepemilikan hak sewa, akan dinikmati oleh perusahaan untuk periode waktu lebih dari satu tahun buku. 6.



Perijinan (Permit & Licences)



Periijinan adalah hak perusahaan yang diperoleh dari pihak pemerintah baik daerah maupun pusat untuk melakukan suatu aktivitas tertentu terkait dengan bidang usahanya. Ijin-ijin perusahaan tentu ada jangka waktunya, dan jika masa berlakunya telah habis maka ijin tersebut harus diperpanjang atau diperbaharui. Namun demikian ijin usaha atau aktivitas tertentu atas terkait dengan usaha biasanya memiliki jangka waktu 3 sampai 30 tahun, yang artinya lebih dari satu tahun buku. Untuk itu Ijin diakui sebagai Aset tetap tak berwujud. 7.



Hak Penggandaan (Copyright)



Copyright adalah hak yang berikan atas suatu penulisan, baik itu berupa karya ilmiah, puisi, novel, maupun lyric lagu, notasi lagu/irama tertentu, script atau scenario film tertentu. Copyright meliputi hak untuk memperbanyak dan mengedarkannya.



8.



Biaya Organisasi



Biaya yang timbul dalam bentukan suatu organisasi perusahaan tersebut biaya organisasi. Biaya tersebut meliputi pengeluaran untuk biaya jasa yang dibayarkan kepada underwriters untuk pengurusan saham dan obligasi, biaya pengurusan ijin dan akte pendirian dan biaya promosi untuk pengenalan kepada organisasi kepada masyarakat. Biaya-biaya tersebut dikapitalisasi sebagau Aset tak berujud dengan nama Biaya Organisasi. Sebenarnya biaya organisasi akan bermanfaat selama hidup perusahaan, tetapi dalam praktik perusahaan menetapkan masa manfaat dengan taksiran tertentu yang dianggap wajar. Seperti halnya Aset tak berujud lainnya, biaya organisasi juga diamortisasi selama jangka waktu tertentu. 9.



Goodwill



Goodwill adalah kelebihana-kelebihan, keistimewaan tertentu yang dimiliki oleh perusahaan, yang oleh karenanya menjadi dinilai lebih oleh pihak lain. Kelebihan/keisitimewaan tersebut bisa karena perusahaan memiliki reputasi manajemen yang sangat bagus, menghasilkan suatu produk unggul yang sulit dicari pesaingnya, letaknya strategis, dan lain-lain.Goodwill hanya diakui (dibuatkan perkiraan) jika terjadi suatu transaksi, yang mana dalam transaksi tersebut Aset tak berwujud 12



perusahaan dinilai lebih oleh pihak lain. Transaksi yang dimaksudkan bisa berupa : penjualan perusaahaan, bergabung/ berhentinya sekutu (anggota persero) baru, merger atau akuisisi. 10.



Biaya Research Dan Pengembangan



Biaya research dan pengembangan bukan Aset tak berujud, tetapi karena pengeluaranpengeluaran ini berhubungan dengan hak paten dan hak cipta maka pengeluaran tersebut akan dibahas pada makalah ini. Banyak perusahaan melakukan pengeluaran yang cukup besar jumlahnya untuk keperluan research dan pengembangan dalam rangka mendapatan produk baru atau proses yang lebih baik. Pada perusahan-perusahaan raksasa seperti IBM, Toyota, atau Mitsubishi, pengeluaran untuk keperluan ini mungkin melebihi anggaran belanja sebuah negara sedang berkembang. Banyak ahli tidak menyetujui pendekatan akuntansi ini. Mereka berpendapat bahwa dengan memperlakukan pengeluaran research dan pengembangan sebagai biaya, akan menyebabkan Aset dan laba bersih menjadi terlalu rendah. Namun pihak lain berpendapat, bahwa dengan mengkapitalisasi pengeluaran ini hanya akan menimbulkan Aset yang sifatnya sangat spekulatif dalam neraca ISAK 14.



Biaya Situs Web ISAK 14: Prinsip umum •



ISAK 14 Aset Tidak Berwujud- Biaya Situs Web merupakan adopsi dari SIC 32: Web



Site Cost. SIC 32 pengakuan biaya untuk pengembangan web site entitas sebagai aset tidak berwujud. •



Secara umum biaya untuk pengembangan situs web tidak dapat diakui sebagai aset tidak



berwujud. •



Biaya untuk pengembangan web site dapat diakui sebagai aset tidak berwujud apabila



memenuhi persyaratan pengakuan pengembangan yang disyaratkan PSAK 19 (revisi 2009): Aset Tidak Berwujud terutama mengenai : –



kemampuan web site menghasilkan manfaat ekonomi di masa depan,







contoh website mampu menghasilkan pendapatan.



ISAK No. 14: Biaya Situs Web



Aset tak berwujud 13







Secara umum biaya untuk pengembangan situs web tidak dapat diakui sebagai aset tidak



berwujud •



Dapat diakui, apabila memenuhi persyaratan pengakuan “pengembangan” yang



disyaratkan PSAK 19, •



Terutama kriteria mengenai kemampuan situs web menghasilkan manfaat ekonomis di



masa depan •



Karakteristik khusus Situs WEB







Entitas dapat melakukan pengeluaran internal pada pengembangan dan pengoperasian



situs web miliknya untuk akses internal maupun eksternal. •



Situs web yang dirancang untuk akses eksternal dapat digunakan untuk berbagai



keperluan seperti untuk mempromosikan dan mengiklankan produk dan jasa entitas, menyediakan layanan elektronik, dan menjual produk dan jasa. •



Situs web yang dirancang untuk akses internal dapat digunakan untuk menyimpan



kebijakan entitas dan rincian pelanggan, dan mencari informasi yang relevan. ISAK 14 •



IASB memberikan empat tahap pengembangan situs dimana setiap tahap harus direviu



secara individu. •



mungkin saja tidak semua biaya pada semua tahap pengembangan dapat dikapitalisasi.







SIC 32 menegaskan bahwa website yang mampu menghasilkan future economic benefit



(misalnya pembelian lewat web) maka development expenditure bisa dikapitalisasi. •



Bila perusahaan tidak bisa membuktikan bahwa website akan menghasilkan manfaat



ekonomis masa depan yang dapat diatribusikan langsung ke website tersebut (misalnya promotional website) maka development expenditure dibebankan. •



Tahapan Pengembangan







Permasalahan Situs WEB



(a)



apakah situs web secara internal menghasilkan aset tidak berwujud yang merupakan



bahasan pada persyaratan dari PSAK 19 (revisi 2010): Aset Tidak Berwujud? dan (b) Bagaimana perlakuan akuntansi yang sesuai atas pengeluaran tersebut?. •



Situs web entitas yang muncul dari pengembangan dan digunakan untuk akses internal



maupun eksternal merupakan aset tidak berwujud yang dihasilkan secara internal seperti yang tercakup dalam persyaratan PSAK 19 (revisi 2010): Aset Tidak Berwujud. Aset tak berwujud 14







Situs web yang timbul dari pengembangan diakui sebagai aset tidak berwujud jika dan



hanya jika, Situs web yang timbul dari pengembangan diakui sebagai aset tidak berwujud jika dan hanya jika, memenuhi persyaratan umum dalam PSAK 19. •



ISAK 14: Interpretasi







Apabila entitas tidak dapat menunjukkan bagaimana situs web yang dikembangkan



(semata-mata atau terutama untuk mempromosikan dan iklan produk dan jasa entitas) akan menghasilkan kemungkinan manfaat ekonomi masa depan, maka semua pengeluaran pada pengembangan situs web harus diakui sebagai beban pada saat terjadinya. Penyajian Aset tidak Berwujud Kieso et al (2011: 640-642) memaparkan terkait penyajian aset tidak berwujud dan pos lain yang berhubungan: a.



Laporan Posisi Keuangan: semua aset tidak berwujud selain goodwill dilaporkan secara



terpisah, dan goodwill harus diungkapkan sebagai pos terpisah. Hal ini karena goodwill dan aset tidak berwujud lainnya sangat berbeda dengan jenis aset lain. b. Laporan Laba Rugi: pelaporan atas beban amortisasi dan kerugian penurunan nilai aset tidak berwujud sebagai bagian dari operasi berjalan. Kerugian penurunan goodwill dilaporkan terpisah, kecuali jika operasi sudah tidak berjalan. c.



Catatan pada laporan keuangan: harus meliputi informasi mengenai aset tidak berwujud



yang diakuisisi, beban amortisasi keseluruhan, perubahan jumlah catatan goodwill selama periode berjalan. G. Penyajian Dalam Laporan Keuangan Pada umumnya Aset tetap dilaporkan bersama-sama dengan sumber alam, tetapi Aset tidak berujud dilaporkan tersendiri setelah Aset tetap. Pelaporan harus cukup jelas dan bila mana perlu diberi catatan tambahan, baik dalam laporan itu sendiri ataupun dalam catatan atas laporan keuangan. Selain itu, metoda depresiasi atau amortisasi yang digunakan juga harus dijelaskan dan jumlah depresiasi atau amortisasi untuk tahun yang bersangkutan juga disebutkan. Contoh penyajian Aset tetap, sumber alam dan Aset tak berujud dalam neraca adalah sebagai berikut:



Aset tak berwujud 15



PT. ARDI PERKASA Neraca sebagian Aset Tetap Tambang batu bara, atas dasar Harga perolehan, dikurangi deplesi



Rp



95.400.000



Dasar harga perolehan



Rp



2.207.100.000



Kurangi: Akumulasi depresiasi



Rp 1.229.000.000



Gedung dan peralatan, atas



Rp



978.100.000



Jumlah Aset tetap



Rp



1.073.500.00



Aset tak berwujud Hak Paten



Rp



410.000.000



Jumlah



Rp 1.483.500.000



Contoh Aset Tak Berwujud Hak paten. Hak cipta. Hak merek. Biaya riset. Pengembangan biaya ditangguhkan serta hak pengusahaan sumber alam. Rahasia dagang Goodwill



Aset tak berwujud 16



Aktiva tidak berwujud dapat diperoleh melalui pembelian atau dikembangkan sendiri oleh perusahaan. Contoh Soal Aset Tidak Berwujud 1. Amortisasi hak paten Adil mengeluarkan tunai untuk hak patent atas suatu penemuan baru pembuatan produk handphone sebesar Rp. 6 juta. Taksiran umur patent 15 th. Patent diperoleh pada tanggal 1 April 1995. Jawaban: Untuk mencatat perolehan hak patent: (D) Patent (K) Kas



Rp. 6 juta Rp. 6 juta



Besarnya beban amortisasi patent 1995: Umur patent 15 th (15 * 12 = 180 bln) Selama 1995: 1 April – 31 Desember = 9 bulan (9/180) * Rp. 6 juta = Rp. 300.000



Aset tak berwujud 17



Penyesuaian amortisasi patent 31/12 ’95: (D) Beban amortisasi



Rp. 300.000



(K) Patent



Rp. 300.000



2. Amortisasi hak cipta Pada tanggal 1/1/1995,Arnold memperoleh hak cipta atas lagu yang dikarangnya. Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk penyusunan karangan, pendaftaran dan hak memperoleh hak cipta tersebut sebesar Rp. 9.000.000. Menurut taksiran hasil penjualan karangan, taksiran umur hak cipta 9 th. Jawaban: mencatat besarnya amortisasi/th: (Rp.9.000.000/9) = Rp. 1.000.000



Jurnal mencatat penyesuaian 31/12’95: (D) Amortisasi hak cipta Rp. 1.000.000 (K) Hak cipta



Rp. 1.000.000



3. Franchises



Aset tak berwujud 18



Harga perolehan franchises adalah semua pengeluaran sampai yang menerima franchise itu dapat menggunakan haknya. Contoh: Mutiara memperoleh hak dari KFC memproduksi suatu produk makanan & menjual kepada umum. Biaya yang dikeluarkan atas produk tersebut sebesar Rp. 15.000.000,- sesuai dengan perjanjian hak mempergunakan selama 10 tahun. Jurnal untuk mencatat hak franchise produk tersebut tanggal 1 Mei 1995 (D) Franchises



Rp. 15.000.000,-



(K) Kas



Rp. 15.000,000,-



Mencatat beban amortisasi per tahun (15.000.000 : 10) * Rp. 1 = Rp. 1.500.000,-



Mencatat jurnal penyesuaian 31 Des jika kontrak disepakati 1 Mei 1995 1 Mei – 31 Des = 8 bulan (8 : 10) * 1.500.000 = Rp. 1.000.000,(D) Amortisasi franchise



Rp. 1.000.000,-



(K) Franchise



Rp. 1.000.000,Aset tak berwujud 19



4. Merek Dagang Contoh: Tanggal 1 April 1995, Firma Halomoan & Co memperoleh hak merek atas produk pabriknya dengan biaya Rp. 7.800.000,-. Harga perolehan tersebut diamortisasi selama 6 tahun. Jurnal untuk mencatat perolehannya (1 April 1995) (D) Merek Dagang



Rp. 7.800.000,-



(K) Kas



Rp 7.800.000,-.



Mencatat amortisasi tahunan (7.800.000:6) * Rp. 1 = Rp. 1.300.000,Mencatat beban amortisasi tahun 1995 1 April – 31 Desember 1995 = 9 bulan (9:12) * 1.300.000 = Rp. 975.000,Jurnal untuk mencatat penyesuaian beban amortisasi 31/12 (D) Amortisasi merek dagang (K) Merek dagang



Rp. 975.000,Rp. 975.000,-



5. Goodwill



Aset tak berwujud 20



PT L’Oréal membeli PT Pundi dengan harga Rp 15.000.000.000. nilai wajar aktiva PT Pundi pada saat transaksi Rp 24.000.000.000 dan nilai seluruh utangnya Rp 10.000.000.000, maka nilai goodwill dihitung: Harga beli PT Pundi



Rp 15.000.000.000



Nilai wajar aktiva netto



Rp 24.000.000.000



Nilai utang



Rp 10.000.000.000



Total modal PT Pundi



Rp 14.000.000.000



Nilai goodwill



Rp 1.000.000.000



Transaksi tersebut dicatat dengan jurnal : Macam-macam aktiva



Rp 24.000.000.000



Goodwill



Rp 1.000.000.000



Macam-macam utang



Rp 10.000.000.000



Kas



Rp 15.000.000.000



Goodwill diamortisasikan selama umur ekonomisnya. Misalnya diamortisasikan selama 20 tahun, maka setiap tahun = Rp 1.000.000.000 : 20 = Rp 50.000.000 Jurnal penyesuaian setiap akhir periode akuntansi adalah : Beban amortisasi goodwiil



Rp 50.000.000



Aset tak berwujud 21



Goodwill



Rp 50.000.000



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Aset tak berwujud adalah hak, hak istimewa dan keuntungan kompetitif yang timbul dari pemilikan suatu Aset yang berumur panjang, yang tidak memiliki wujud fisik tertentu. Bukti pemilikan Aset tak berujud bisa berupa kontrak, lisensi atau dokumen lain. Aset tidak berujud mungkin timbul dari: 1.



Pemerintah – seperti hak paten, hak cipta, franchise, merek dagang dan nama dagang.



2.



Perusahaan lain – misalnya pembelian yang mencakup pembayaran untuk goodwill.



3.



Penjualan tertentu – seperti franchise dan lease.



Aset tak berwujud mempunyai karakteristik penting, yaitu : kurang memiliki eksistensi fisik, bukan merupakan instrument keuangan, bersifat jangka panjang dan menjadi subjek amortisasi, klasifikasi Aset Tak Berwujud yaitucara akuisisi (manner of acquisition), dapat



Aset tak berwujud 22



diidentifikasi (identifiability), dapat dipertukarkan (exchangeability), periode manfaat yang diharapkan (period of expected benefit). Prinsip Akuntansi Dasar untuk Aset tak berwujud yaitu :Pada akuisisi menerapkan prinsip biaya, Selama periode penggunaan, menerapkan prinsip penandingan, Pada disposisi, menerapkan prinsip pendapatan. Keuntungan atau kerugian yang diakui atas pelepasan sama dengan selisih antara pertimbangan yang diterima. Sesuai dengan prinsip biaya, Aset tak berwujud harus dicatat pada saat diakuisisi dengan biaya ekuivalen kas saat ini. Menurut sifatnya itu, maka Aset tak berwujud jarang mempunyai nilai residu. Biaya Aset tak berwujud yang tidak memiliki masa umur manfaat yang dapat ditetntukan atau umur hukum tidak terbatas juga harus diamortisasi berdasarkan estimasi umur manfaatnya. Pada umumnya Aset tetap dilaporkan bersama-sama dengan sumber alam, tetapi Aset tidak berujud dilaporkan tersendiri setelah Aset tetap. B. Saran Mungkin inilah hasil dari tugas makalah saya tentang Aset Tak Berwujud Mata Kuliah Akuntansi Keungan dalam isi makalah ini terdapat kelebihan dan kekurangannya tetapi saya rasa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kesalahan penulisan dan penyusunannya. Untuk itu saya sebagai penyusun makalah ini butuh saran kritik dari para pembaca makalah ini untuk menjadikan makalah ini lebih semprna lagi. Dan saya mengucapkan terima kasih pada dosen Mata kuliah Akuntasi Biaya yang telah memberikan tugas untuk membuat makalah ini.



Aset tak berwujud 23



DAFTAR PUSTAKA



https://docs.google.com Jusup Al. Haryono. 2009. Dasar-dasar Akuntansi jilid 2. Yogyakarta : STIE YKPN Soepriyanto, Gatot dkk.2010.Pengantar Akuntansi 2. Edisi 1. Jakarta: Salemba Empat Ikatan Akuntan Indonesia.2002. Standar Akuntansi Keuangan p e r 1 April 2002. Jakarta: Salemba Empat. https://hepiprayudi.wordpress.com/2011/01/15/psak-19-aset-takberwujud-isak-4-biaya-situsweb-revisi-2010/ Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan, PSAK19 Revisi 2009 “Aset Tidak Berwujud” Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan, PSAK 22 Revisi 2010 “Kombinasi Bisnis” Kieso, Donald E.; Jerry J. Weigent; and Terry D. Warfield, Intermediate Accounting IFRS Edition, Vol.1. 2011. New York: John Willey & Sons, Inc. http://fridarohmasulaeman.blogspot.com/2016/04/aset-tidak-berwujud_11.html



Aset tak berwujud 24