Tugas Sains Keperawatan Ganjil 20112012 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Universitas Indonesia TUGAS SAINS KEPERAWATAN



Pengembangan Sains Keperawatan dan Hubungan Interaktif antara Pendidikan, Pelayanan/Praktik dan Riset Keperawatan dalam Pengembangan Sains Keperawatan



Disusun oleh: Annisa Wuri Kartika Aisyiah Dwi Budi P Erlisa Candrawati Lola Felnanda Amri Rizky Erwanto Sri Haryani



1106042624 1106042580 1106042744 1106042782 1106122581 1106043204 1106122582



PROGRAM MAGISTER KEKHUSUSAN KEPERAWATAN KOMUNITAS FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA 2011



Kata Pengantar



Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan hidayahNya, sehingga makalah tentang “Pengembangan Sains Keperawatan dan Hubungan Interaktif antara Pendidikan, Pelayanan/Praktik dan Riset Keperawatan dalam Pengembangan Sains Keperawatan” dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan Makalah ini merupakan tugas mata ajar Sains Keperawatan dari pokok bahasan Falsafah dan Paradigma Disiplin Sains Keperawatan. Makalah ini terdiri dari tiga bab yang berisi tentang pendahuluan, tinjauan pustaka dan penutup Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Koordinator Mata Ajar Ibu Prof. Achir Yani S. Hamid, MN, DNSc atas kesempatan yang diberikan kepada kami dalam pembuatan makalah ini. Serta Ibu Prof. Dra. Elly Nurachmah, DNSc dan Ibu Enie Novieastari, S.Kp.MSN, selaku fasiitator pada mata ajar Sains Keperawatan. Kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, oleh karena iti kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan. Akhirnya kami dari penulis berharap agar makalah ini dapat berguna dan dapat memenuhi tujuannya.



Depok, September 2011 Penulis



i



DAFTAR ISI Kata Pengantar…………………………………………………………………….. i Daftar Isi…………………………………………………………………………… ii BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang……………………………………………………………………… 1 Tujuan………………………………………………………………………………. 1 Sistematika Penulisan……………………………………………………………….. 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan Sains Keperawatan…………………………………………….. 3 2.2 Teori Keperawatan Martha E. Rogers…………………………………………... 6 2.3 Keterkaitan antara teori, pendidikan, dan riset dalam upaya penyelesaian masalah dan pengembangan ilmu keperawatan……………………………... 7 a. Hubungan Antara Pendidikan Keperawatan dan Praktek Keperawatan……..8 b. Hubungan Antara Penelitian Keperawatan Dengan Praktik Keperawatan………..9 c. Hubungan Pendidikan Keperawatan dengan Penelitian Keperawatan………. 12 BAB III PENUTUP Kesimpulan………………………………………………………………………… 13 Saran……………………………………………………………………………….. .13 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….. 14



BAB I ii



PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Keperawatan sebagai bagian integral pelayanan kesehatan merupakan suatu bentuk pelayanan professional yang didasarkan pada ilmu keperawatan. Pada perkembangannya ilmu keperawatan selalu mengikuti perkembangan ilmu lain, mengingat ilmu keperawatan merupakan ilmu terapan yang selalu berubah mengikuti perkembangan jaman. Demikian juga dengan pelayanan asuhan keperawatan di Indonesia, kedepan diharapkan harus mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat secara professional sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat serta teknologi bidang kesehatan yang senantiasa berkembang. Pelaksanaan asuhan keperawatan disebagian besar rumah sakit Indonesia umumnya telah menerapkan pendekatan ilmiah melalui proses keperawatan. Profesi keperawatan adalah profesi yang unik dan kompleks dalam melaksanakan asuhan prakteknya, perawat harus mengacu pada model konsep dan teori keperawatan yang sudah dimunculkan. Konsep adalah suatu ide dimana terdapat suatu kesan yang abstrak yang dapat diorganisir dengan symbol-simbol yang nyata sedangkan konsep keperawatan merupakan suatu ide untuk menyusun suatu kerangka konseptual atau model keperawatan. Teori adalah sekelompok konsep yang membentuk sebuah pola yang nyata atau suatu pernyataan yang menjelaskan suatu proses, peristiwa atau kejadian yang didasari fakta-fakta yang telah di observasi tetapi kurang absolute atau bukti secara langsung. Teori keperawatan adalah usaha-usaha untuk menguraikan atau menjelaskan fenomena mengenai keperawatan. Teori keperawatan digunakan sebagai dasar dalam menyusun suatu model konsep dalam keperawatan yang digunakan dalam menentukan model praktek keperawatan. Pedoman dalam pelayanan juga menjadi acuan dalam pemberian pelayanan keperawatan, sehingga perawat perlu memahami tentang Pengembangan sains keperawatan dan hubungan interaktif antara pendidikan, pelayanan/praktik dan riset



keperawatan dalam pengembangan sains keperawatan yang menjadi dasar dalam pelayanan keperawatan. B. Tujuan 1. Tujuan Umum Tujuan Umum makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman tentang Pengembangan Sains Keperawatan dan Hubungan Interaktif antara Pendidikan, Pelayanan/Praktik dan Riset Keperawatan dalam Pengembangan Sains Keperawatan 2. Tujuan Khusus a. Memahami perkembangan sains keperawatan b. Memahami hubungan interaktif antara pendidikan,pelayanan/praktik dan riset keperawatan c. Memahami hubungan interaktif antara pendidikan,pelayanan/praktik dan riset keperawatan dalam pengembangan sains keperawatan



1



C. Sistematika Penulisan Makalah ini terdiri dari empat bab sebagai berikut: Bab I Pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan dan sistematika penulisan, Bab II Tinjauan Pustaka, Bab IV Penutup yaitu kesimpulan dan saran. Ruang lingkup atau batasan dalam penulisan makalah ini membahas tentang Pengembangan Sains Keperawatan dan Hubungan Interaktif antara Pendidikan, Pelayanan/Praktik dan Riset Keperawatan dalam Pengembangan sains Keperawatan



BAB II 2



TINJAUAN PUSTAKA



2.1 PENGEMBANGAN SAINS KEPERAWATAN Sains adalah aktifitas intelektual yang digunakan untuk merencanakan fenomena dari ketertarikan dengan cara mengambarkan, menjelaskan, memprediksikan atau pengontrolan dari hal-hal yang banyak dibicarakan orang dan banyak terjadi di alam (Piaget 1970 dalam Ann Marriner Tomey 2010). Sains merupakan sebuah pengetahuan tentang sebab akibat. Sains juga merupakan asal usul yang memiliki ciri adanya suatu metodologi yang harus dicapai secara logis dan koheren, memiliki hubungan dengan tanggung jawab keilmuan, bersifat universal, memiliki objektifitas tanpa dibarengi oleh prasangka-prasangka subjektif yang dapat komunikasikan, kritis, dimana tidak ada teori ilmiah yang definitif, terbuka bagi peninjauan kritis dan berguna sebagai bentuk hubungan teori dan praktek ( Hidayat, 2008 ). Sedangkan ilmu pengetahuan merupakan sebuah hasil pemikiran manusia yang dapat disesuaikan antara hukum pemikiran dengan dunia luar yang juga mengandung subjektivitas dan juga objektivitas dari sesuatu yang diketahui dan didasari oleh pemikiran manusia. Terdapat enam karakteristik ilmu diantaranya: 1.



Masalah Suatu kegiatan ilmiah yang berawal dari permasalahan yang menarik untuk diperhatikan. Apabila tidak terdapat suatu masalah, maka tidak akan terdapat ilmu. Hal tersebut dikarenakan ilmu tumbuh dari suatu permasalahan yang ada untuk dipecahkan. Ilmu akan muncul akibat rasa keingintahuan terhadap suatu masalah.



2.



Sikap Suatu permasalahan yang muncul menyebabkan seseorang harus memiliki sikap terhadap suatu masalah agar masalah tersebut dapat terselesaikan. Sikap keingintahuan inilah yang harus dimiliki seseorang untuk menghadapi suatu permasalahan yang akan menghasilkan sebuah ilmu.



3.



Metode Metode merupakan sebuah cara yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan. Jika seseorang tidak memiliki cara untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang



dimilikinya, maka masalah akan sulit terselesaikan. Cara-cara yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut juga harus dapat dipertanggung jawabkan agar dapat menghasilkan sebuah ilmu. 4.



Aktivitas Aktivitas dapat digambarkan sebagai seluruh kegiatan manusia dalam mengahadapi permasalahan secara jelas dan terencana. Aktivitas dapat digunakan untuk menciptakan sebuah ilmu. Aktivitas juga tergantung pada kemampuan yang dimiliki, keterampilan, adanya kesadaran moral dan usaha dari seseorang yang akan menghasilkan sebuah ilmu.



5.



Solusi Solusi merupakan ciri yang menggambarkan bahwa sebuah persoalan akan dapat dipecahkan oleh ilmu dengan menggunakan suatu prinsip atau hukum-hukum tertentu.



6.



Pengaruh



3



Pengaruh adalah bagian dari kegiatan ilmiah yang dapat memperlihatkan sejauh mana pengaruh ilmu terhadap masalah kehidupan. Sedangkan hasil dari penyelesaian masalah dan pengaruhnya tersebut merupakan konsekuensi dari masing-masing ilmu. Keperawatan sebagai suatu ilmu memiliki objek formal dan material. Objek formal keperawatan memiliki cara pandang pada respon manusia terhadap suatu masalah dalam memenuhi kebutuhan dasarnya. Pemecahan masalah pada manusia tersebut diberikan kepada individu, kelompok atau masyarakat yang tidak mampu berfungsi secara sempurna dalam masalah kesehatan dan proses penyembuhannya. Dalam hal tersebut, ilmu keperawatan sangat memperhatikan masalah-masalah keperawatan yang dilakukan dengan mencari suatu kebenaran secara ilmiah. Sedangkan sebagai objek material keperawatan memiliki bahasan yang tersusun secara sistematis dan menggunakan metode ilmiah dimana asuhan keperawatan ditujukan pada manusia yang tidak dapat berfungsi secara sempurna kondisi kesehatannya dan dalam konteks manusia sebagai makhluk yang utuh dan unik.



Keperawatan dikatakan sebagai sebuah ilmu dikarenakan keperawatan memiliki landasan ilmu pengetahuan yang ilmiah yaitu scientific nursing disebabkan oleh berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan. Ilmu keperawatan selalu mengikuti perkembangan ilmu lain. Hal tersebut dikarenakan ilmu keperawatan merupakan ilmu terapan yang selalu berubah menurut tuntutan zaman. Klasifikasi sains ( McEwen & Ewills, 2011 ) 1. 2. 3.



Natural science : Kimia, fisika, biologi, fisiologi, geologi dan meteorologi Bascic science : matematika, logika kimia, fisika, bahasa inggris, Human or sosial science : fisiologi, antropologi, sosiologi, ekonomi , ilmu politik,



4.



sejarah, ilmu agama Practice or applied science ; arsitektur, permesinan, kesehatan, farmasi dan hukum



Keperawatan adalah disiplin profesional yang menerapkan banyak bentuk pengetahuan dan keterampilan berpikir kritis dalam setiap situasi klien melalui pengguan model keperawatan dalam proses keperawatan ( Janet W. Kenney 2009). Sains keperawatan merupakan disiplin ilmu yang spesifik yang berfokus pada proses kesehatan manusia secara keseluruhan. Secara umum sains keperawatan mengacu kepada sistem hubungan dari respon manusia terhadap kesehatan dan penyakit yang berasal dari biologi, prilaku, sosial dan budaya. Perkembangan sains keperawatan dapat diindentifikasikan menjadi 4 tingkatan yaitu methatheory, grand theory, midle range theory, micro theory atau practice theory; 1.



Metatheory adalah level yang paling abstrak dari semua level teori. Metatheori berhubungan dengan isu-isu ilmiah dan dikenal dengan filsafat ilmu yang memfokuskan pada pengujian dari sebuah ilmu. Teori ini menghasilkan dasar teori



2.



dari ilmu pengetahuan Grand teori adalah paradigma umum tentang ilmu keperawatan (Higgins & Moore, 2004). Teori ini bersifat formal, merupakan sistem teori yang bersifat abstrk dari kerangka disiplin keilmuan. Grand teori memerlukan spesifikasi lebih lanjut dalam banyak kasus, serta pemisahan pernyataaan-pernyataan teorinya supaya bisa diuji secara teoritis.



4



Para ahli grand teori menyatakan rumusan-rumusan teori mereka pada tingkat abstraksi yang sangat umum, dan sering dijumpai kesulitan-kesulitan mengaitkan



rumusan-rumusan itu denang realistis. Sifat abstraknya ini mengakibatkan grand teori sulit dipahami oleh perawat dan orang-orang awam. Menurut Giggins & Moore, 2004 grand teori mempunyai kontribusi yang signifikan dalam keperawatan antara lain yaitu : a. Memberikan batasan-batasan sehingga keperawatan dapat mempuyai identitas dalam keberadaannya b. Grand teori juga mempunyai kontribusi untuk memberikan persfektif sejarah keperawatan keadaan waktu itu c. Memberikan gambaran bagaimana para pencipta mengembangkan teori, juga filosofi meraka mendasari ilmu keperawatan, pendidikan mereka serta persfektif terhadap praktik keperawatan.



Contoh ilmuan yang menemukan grand teori adalah Florence Nigthtingale dan temuannya merupakan grand teori pertama yang tertulis dalam perkembangan ilmu keperawatan. 3.



Middle range teori Middle range teori menjelaskan mengenai dunia empiris dalam keperawatan tetapi hal itu lebih spesifik dan sedikit formal dibanding grand teori yang lebih abstrak. Middle range theori lebih tepatnya berfokus pada jawaban yang spesifik dari pertanyaan tentang keperawatan seperti: pengelompokan umur dari pasien, situasi keluarga, kondisi kesehatan, tempat tinggal pasien, dan tindakan perawat yang diperlukan. Middle range teori memiliki kriteria, lingkup, tingkat abstraksi dan kestabilan penerimaan secara luas. Sebagai petunjuk riset dan praktek, middle rang teori lebih banyak digunakan dari pada grand teori. Middle rang teori dapat diuji dalam pemikiran empiris.



4.



Micro teori (practice theory) merupakan tingkat teori yang tidak formal dan bersifat sementara dibandingkan tingkatan teori lainnya dan sangat terbatas dalam hal waktu dan lingkup aplikasinya (Higgins & Moore, 2004). Micro teori memiiki dua tingkatan : Higher level dan lower level. Micro teori pada higer level sangat dekat hubugnannya dengan middle rang teori tetapi terdiri dari satu atau dua konsep-konsep utama dan frekuensi aplikasinya dibatasi dengan sebuah kejadian, contohnya teori yang ada hubungannya dengan perawatan luka dekubitus atau perawatan kateter. Micro teori pada lower level didefinisikan sebagai satu set hipotesa kerja atau proposisi. Proposisi kerja secara sementara menjelaskan atau melakukan tes hipotesa kerja yang ada kaitannya dengan kesehatan sebagai hasil interaksi antara manusia dan lingkungan.



Pada tahun 1960an teori keperawatan berasal dari teori sosial, biologi dan medis. Teori keperawatan dimulai dengan menguraikan proses interpersonal antara perawat dan klien (teori Peplau). Setelah itu pada tahun 1970an berkembang konsensus diantara tokoh-tokoh 5



keperawatan bahwa unsur-unsur umum dari keperawatan meliputi sifat keperawatan (peran/tindakan), resipien individual dari asuhan tindakan (klien) , konteks interaksi perawat klien (lingkungan) dan kesehatan. Beberapa metode telah digunakan untuk mengembangkan model keperwatan pada awalnya perawat mendapatkan pendidikan lebih lanjut dan terbiasa dengan disiplin ilmu lain. Dengan mengenali tentang pentingnya peran perawat dan sadar bahwa teori dari disiplin lain tidak memadai untuk mengambarkan keperawatan, pada akhirnya para perawat mulai mengembangkan teori mereka sendiri sesuai dengan bidang teori keperawatannya masing-masing. Untuk kedeannya model keperawatan harus lebih rinci membedakan aktifitas keperawatan dengan berbagai kelompok disiplin ilmu lainnya.



2.2 Teori Keperawatan Martha E. Rogers. Keperawatan adalah ilmu humanisti/humanitarian yang menggambarkan dan memperjelas bahwa manusia dalam strategi yang utuh dan dalam perkembangan hipotesis secara umum dengan memperkirakan prinsip–prinsip dasar untuk ilmu pengetahuan praktis. Ilmu



keperawatan adalah ilmu kemanusiaan, mempelajari tentang alam dan hubungannya dengan perkembangan manusia. Rogers mengungkapkan bahwa aktivitas yang didasari prinsip–prinsip kreatifitas, seni dan imaginasi. Aktifitas keperawatan dinyatakan Rogers merupakan aktifitas yang berakar pada dasar ilmu pengetahuan abstrak, pemikiran intelektual, dan hati nurani. Rogers menekankan bahwa keperawatan adalah disiplin ilmu yang dalam aktifitasnya mengedepankan aplikasi keterampilan, dan teknologi. Aktivitas keperawatan meliputi pengkajian, intervensi, dan pelayanan rehabilitatif senantiasa berdasar pada konsep pemahaman manusia / individu seutuhnya. Hubungan Teori Keperawatan Martha E. Rogers dengan Riset Keperawatan Model konseptual abstrak yang di kemukakan Martha E Rogers secara langsung memiliki hubungan dengan riset dan pengembangan ilmu keperawatan. Model konseptualnya memberikan arah dan stimulus untuk aktifitas keilmuan tersebut. Model keperawatan Rogers menunjukkan betapa uniknya realita profesi keperawatan. Peneliti yang memiliki asumsi dan pemahaman seperti konsep Martha E Rogers akan menemukan mendapatkan pandangan yang jelas tentang seperti apakah sesungguhnya bekerja sebagai perawat. Secara jelas dalam konsepnya Martha E Roger menunjukkan bahwa kebutuhan kritis dalam keperawatan adalah merupakan dasar pengetahuan dalam aktifitas penelitian keperawatan. Hubungan Teori Keperawatan Martha E. Rogers dengan Pendidikan Keperawatan Pada tahun 1963, Rogers mencetuskan ide untuk mendirikan kembali program undergraduated dan graduated dalam pendidikan keperawatan. Hal ini adalah di lakukannya sebagai refleksi terhadap evolusi perubahan dalam ilmu keperawatan. Konsistensi terhadap definisi yang ia berikan untuk keperawatan bahwa keperawatan adalah profesi yang di pelajari, unik serta memiliki batang tubuh pengetahuan, maka ia sangat menganjurkan bagi perawat untuk menempuh pendidikan dalam keperawatan. Hubungan teori keperawatan Martha E. Rogers dengan Praktik Keperawatan Martha E Rogers mengungkapkan bahwa teori yang diambilnya dari konsepnya sangat mungkin untuk di terapkan dalam praktik keperawatan. Malinski (1986) mencatat ada tujuh trend yang ada dalam praktik keperawatan, yang kesemuanya berdasar pada konsep teori yang di kemukakan Martha E Rogers.



6



7



1) Pemberian kewenangan penuh dalam hubungan perawat klien 2) Menerima perbedaan sebagai sesuatu yang wajar 3) Penyesuaian terhadap pola 4) Menggunakan modalitas gelombang seperti lampu musik, pergerakan dalam proses penyembuhan. 5) Menunjukkan suatu perubahan yang positif 6) Memperluas fase pengkajian dalam proses keperawatan 7) Menerima hubungan yang menyeluruh dalam hidup.



2.3 Keterkaitan antara teori, pendidikan, dan riset dalam upaya penyelesaian masalah dan pengembangan ilmu keperawatan. Dalam sejarah keperawatan, pengetahuan tentang keperawatan sangatlah terbatas dan secara keseluruhan berorientasi pada tugas. Ledakan pengetahuan yang terjadi di bidang perawatan kesehatan di tahun 1950-an menghasilkan suatu kebutuhan untuk mengorganisasi informasi baru dengan jumlah yang luar biasa secara sistematis. Menurut Barnum tahun 1994



“suatu teori adalah sebuah konstruksi untuk



mengorganisasi beberapa fenomena”. Chin dan Kramer tahun 1995 memandang teori sebagai “ringkasan sistematis dari kenyataan yang memenuhi beberapa tujuan”. Parse (1987) mendefinisikan teori sebagai “kumpulan konsep yang saling berhubungan di tingkat yang sama yang menjelaskan, mendeskripsikan atau membuat prediksi tentang fenomena dari suatu disiplin ilmu, sedangkan tujuan teori adalah untuk memberikan pedoman penelitian untuk meningkatkan ilmu dengan cara mendukung pengetahuan yang sudah ada atau menghasilkan pengetahuan yang baru”. Dalam pengembangan profesi keperawatan, kedudukan sains dan teori keperawatan digambarkan dalam tiga komponen utama yaitu riset, pendidikan dan praktik. Ketiga unsur tersebut, akan selalu terkait satu sama lain. Unsur -unsur tersebut tidak dapat dilihat secara terpisah, karena akan memutus mata rantai kaitan antar unsur. Seperti menyebabkan riset tidak meningkat, praktik keperawatan jalan di tempat, pendidikan macet atau teori tidak mengalami perkembangan.



Riset keperawatan adalah aplikasi sistematis untuk menyusun metode guna membangun informasi yang valid dan dapat dipercaya tentang fenomena keperawatan (Chinn&Kramer, 1995). Riset keperawatan adalah kegiatan sistematis yang menggunakan metode keilmuan untuk menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah (Polit & Beck,2008). Dapat disimpulkan bawa riset keperawatan mempunyai peran penting dalam pengembangan keilmuan karena berfungsi untuk memvalidasi teori-teori yang akan digunakan dalam riset keperawatan. Teori keperawatan merupakan



kerangka berpikir yang sistematis untuk



memecahkan masalah yang terdiri dari kegiatan mengorganisasi, menganalisis sampai dengan pegambilan keputusan. Sebagai tambahan, teori keperawatan menyediakan suatu struktur untuk berkomunikasi dengan perawat atau tenaga kesehatan yang lain. Teori keperawatan membantu disiplin ilmu keperawatan untuk mengklarifikasi keyakinan, nilai dan tujuan, dan membantu untuk mengartikan kontribusi unik perawat dalam melakukan perawatan pada klien. Ketika fokus kontribusi perawat sudah jelas, maka otonomi professional akan lebih besar dan akhirnya kontrol dari aspek tertentu praktek keperawatan dapat dicapai (DeLaune, 2005). Dalam



lingkup



luas,



teori



keperawatan



diperlukan



untuk



kelanjutan



perkembangan dan evolusi dari disiplin ilmu keperawatan. Karena dunia perawatan kesehatan selalu berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Keperawatan perlu melanjutkan perluasan pengetahuan yang didasari oleh respon proaktif perubahan



kebutuhan masyarakat. Ilmu pengetahuan keperawatan dikembangkan melalui riset keperawatan. Praktek keperawatan sendiri berarti membantu individu atau kelompok dalam mempertahankan atau meningkatkan kesehatan yang optimal sepanjang proses kehidupan dengan mengkaji status, menentukan diagnosa, merencanakan dan mengimplementasi strategi keperawatan untuk mencapai tujuan, serta mengevaluasi respon terhadap perawatan dan pengobatan (National Council of State Board of Nursing/NCSBN) a. Hubungan Antara Pendidikan Keperawatan dan Praktek Keperawatan Teori yang terkait pada Praktek keperawatan adalah bagian penting dari hubungan praktik, pendidikan dan riset. Dalam kaitan dengan perkembangan pendidikan, praktik menyediakan bahan mentah untuk membentuk dan mengorganisasi pembentukan teori keperawatan. Ide-ide yang dimunculkan oleh teori keperawatan tersebut masih harus melalui tahap pengkajian dan validasi melalui riset keperawatan. Dalam disiplin ilmu keperawatan terdapat hubungan timbal balik antara teori dan praktek keperawatan. Praktek merupakan dasar bagi pengembangan teori, sedangkan teori keperawatan yang dihasilkan harus melaui uji validasi kembali di lahan praktek. Teori menjadi panduan bagi perawat dilahan praktek untuk mengumpulkan data-data pengkajian, menganalisa dan menginterpretasikan hubungan antara data dan kriteria hasil yang ingin dicapai untuk merumuskan rencana intervensi keperawatan. Perawat membutuhkan landasan teori yang tepat dalam membantu memilih data-data yang penting dan bagaimana data tersebut saling berhubungan satu sama lain, dan apasaja intervensi yang sesuai untuk klien baik dilakukan secara mandiri atau kolaboratif. Dibawah ini diuraikan bagaimana teori mempengaruhi praktek keperawatan: 1.



Teori mengajarkan pada perawat bagaimana cara mengklasifikasikan klien berdasarkan tingkat kebutuhan.



2.



Teori juga menjadi dasar bagi penerapan intervensi keperawatan sesuai dengan kondisi klien. 8



3.



Teori menolong perawat untuk mencari data-data yang penting pada klien dan mengklasifikannya sesuai dengan penyakit (kebutuhan).



4.



Teori menolong perawat untuk mendefinisikan suatu masalah tersebut adalah Resiko, Potensial, dan Aktual.



5.



Panduan untuk memahami dan menganalisa serta menginterpretasikan status kesehatan klien.



6.



Panduan untuk merumuskan diagnosa keperawatan.



7.



Menjelaskan, mendiskripsikan dan memprediksi respon klien.



8.



Mengevaluasi hasil dari intervensi keperawatan.



9.



Menentukan intervensi yang tepat untuk masing-masing klien.



10. Merumuskan standar praktek keperawatan ( SOP ). 11. Menspesifikkan praktek keperawatan sehingga berbeda dengan praktek profesi lainnya. 12. Teori-teori yang ada menjamin akontabilitas praktek keperawatan. 13. Identifikasi area untuk penelitian. Sedangkan praktek berperan penting dalam teori/pendidikan keperawatan dalam hal : 1.



Praktek adalah lahan untuk aplikasi teori yang telah dipelajari



2.



Praktek



memberikan



ideide



untuk



penelitian



sebagai



pengembangan



teori/pendidikan keperawatan 3.



Praktek menolong perawat baru untuk menghadapi kasus-kasus di lahan nyata dan bagaimana mengaplikasikan sebuah teori dalam lahan praktek



4.



Praktek keperawatan juga membantu memvalidasi sebuah teori keperawatan lewat penerapan dan uji kelayakan sebuah teori



b. Hubungan Antara Penelitian Keperawatan Dengan Praktik Keperawatan Di dalam konteks penelitian keperawatan, kerangka kerja (framework) sangat membantu peneliti membuat konstruksi atau desain penelitian dikaitkan dengan elemen-elemen keperawatan. Kerangka kerja mengenai hubungan antara penelitian keperawatan dengan



dunia praktik keperawatan. Penelitian keperawatan bukan sebuah entitas yang tidak terkait dengan masalah-masalah keperawatan. Ini berarti bahwa kerangka kerja penelitian tersebut banyak dipengaruhi oleh semua elemen yang mendukung proses keperawatan itu sendiri. Konsep kerangka kerja yang tertuang di dalam model itu menggambarkan sebuah kontinum atau kontingensi berpikir dari konkret ke abstrak. Di dunia keperawatan, diskusi mengenai model kontinum dan alur gerak dari konsep konkret atau dunia empirik ke konsep yang lebih abstrak dari filosofi keperawatan dijelaskan seperti berikut ini. 1. Kontinum Konkret-Abstrak Konsekuensi pemikiran ini, perawat diharapkan secara nyata dapat melakukan pekerjaan secara profesional dan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, tidak sekedar mampu bertanya “mengapa” (do the work not ask why). Bagi perawat, penguasaan ilmu keperawatan tidak cukup sebatas tahu apa, melainkan tahu bagaimana melakukan, dan benar-benar dapat melakukannya pada konteks tempat layanan keperawatan itu diperlukan. Karenanya, perawat ditekankan untuk tampil secara konkret atau menjadi konkret, menggunakan format berpikir praktis. 9 Pada konteks layanan keperawatan, pemikiran dan perilaku dinilai dan diberi ganjaran



menurut apa yang dipikirkan, dikaitkan dengan apa yang ditampilkan oleh perawat. Pembuatan keputusan di bidang keperawatan dipandang penting dan bermakna hanya jika efeknya segera muncul atau dirasakan oleh pengguna jasa layanan, misalnya, pasien yang tengah menjalani perawatan atau keluarganya. Nilai dasar semacam itu (the rediment of the value) masih menunjukkan keluasan pendidikan dan praktik keperawatan. Penelitian keperawatan memerlukan keterampilan berpikir, baik berpikir abstrak maupun berpikir konkret. Berpikir abstrak dibutuhkan untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang dapat diteliti, mendesain studi, dan menginterpretasikan atau memberi makna atas penemuanpenemuan dalam penelitian. Berpikir konkret diperlukan, baik pada perencanaan maupun implementasi penelitian; juga pada tahap pengumpulan data dan analisis temuan-temuan penelitian. Arus bolak-balik (back and-forth) di antara berpikir abstrak dan berpikir konkret menjadi sebuah rasional mengapa penelitian keperawatan terlihat asing dan kompleks. 2. Dunia Empirik



Dunia empirik sering disebut realitas dan mengerjakan aneka aktivitas adalah bagian dari dunia ini, tempat terdapat rasa kepastian tentang dunia empirik atau dunia nyata itu. Dunia empirik dapat dimengerti, diprediksi, diperiksa, diamati, dan dikontrol. Dunia empirik juga muncul dan menjelma sebagai sebuah substansi, lebih dari sekedar bisa, mengundang rasa aman dan nyaman. Praktik keperawatan dilakukan di dunia empirik, dapat didemonstrasikan ke dalam model. Misalnya, bagaimana membersihkan alat-alat suntik, memasang termometer, memasukkan obat ke dalam tubuh seorang pasien dengan alat-alat suntik, memasang susuk untuk peserta Keluarga Berencana (KB), mengatur menu makanan, dan lain-lain. 3. Pengujian Realitas Manusia cenderung menvalidasi atau menguji realitas atas sebuah eksistensi melalui penginderaannya. Di dalam konteks keperawatan, perawat dapat bertanya “Adakah saya benar-benar melihat apa yang saya pastikan saya lihat?” (Am I really seeing what I think I am seeing?). Mungkin raja, suatu waktu dia merasa dapat bermain muslihat (play tricles) pada mereka. Penginderaan ini merupakan instrumen yang dikembangkan untuk mencatat pengalaman sensasi secara akurat. Misalnya, apakah pasien merasa panas atau tidak ketika dia demam? Termometer dikembangkan untuk menguji. persepsi sensoris secara akurat. Penelitian adalah cara untuk menvalidasi realitas (validating reality) dan pengukuran realitas ini dikerjakan dalam terminologi persepsi peneliti. Sebagai contoh, peneliti bertanya “Adakah pasien mengkonsumsi oksigen lebih banyak ketika mereka tidur miring ketimbang tidur telentang atau duduk?” Pertanyaan itu mengundang perawat melakukan penelitian untuk menguji realitas, suatu cara memahami apa yang benar-benar nyata di dunia empiric. 4. Proses Berpikir Abstrak Proses berpikir abstrak memengaruhi semua elemen dari dunia keperawatan. Di dalam wacana ini, berpikir abstrak mengaitkan semua elemen secara bersama-sama. Tanpa keterampilan berpikir abstrak, seseorang akan terperangkap dalam sebuah eksistensi datar (tropped in a flat existence) di dunia empirik, yaitu sebuah eksistensi dimana dunia dapat dialami, akan tetapi tidak dapat dimengerti (Abbot, 1952). Melalui berpikir abstrak, teori yang menjelaskan dunia keperawatan dapat diuji dan tercakup dalam batang tubuh



pengetahuan ilmiah. Berpikir abstrak juga membuka jalan bagi temuan-temuan ilmiah untuk dikembangkan menjadi teori. Di samping itu, berpikir abstrak juga membuka jalan, baik bagi ilmu maupun bagi teori untuk “diperas” ke dalam batang tubuh pengetahuan yang kohesif (cohesive body of knowledge), dipandu oleh kerangka kerja filosofi, 10 dan diterapkan dalam praktik klinis. Hasil pernikiran abstrak secara aktual lebih bermaslahat dalam praktik klinis ketimbang pemikiran sederhana yang praktis-praktis dan fragmentaris. Salah satu contoh berpikir abstrak adalah berkontemplasi untuk melahirkan ide-ide tentang hubungan antara infeksi dengan elemenelemen perawatan pasien. Ada tiga elemen dasar proses berpikir abstrak, yaitu introspeksi, intuisi, dan penalaran. Menurut Silva, ketiganya amat penting dalam dunia perawatan. Proses berpikir itu digunakan dalam praktik keperawatan, mengembangkan dan mengevaluasi teori, mengkritisi dan menggunakan temuan-temuan ilmiah, perencanaan dan implementasi penelitian, dan membangun batang tubuh pengetahuan.



PENELITIAN KEPERAWATAN DALAM LINGKUNGAN PELAYANAN Meskipun terdapat banyak perkiraan arah masa depan dari perawatan kesehatan, perkiraan ini mungkin berbeda dari semuanya. Penelitian keperawatan penting menyiapkan masa yang akan dating dan agar dapat berkompetensi dalam lingkungan pelayanan kesehatan. Para manajer harus mempunyai informasi lain yang baik agar dapat mempertahankan kompetensinya dengan orang lain dalam memberikan pelayanan keperawatannya. Mereka pun harus mempunyai pengetahuan agar dapat berkompetensi dalam ekonomi global. Dengan demikian diperlukan pengembangan perawat yang berpengetahuan sebagai peneliti. Para peneliti keperawatan tersebut akan bekerja sama dengan manajer perawat untuk mengembangkan penelitian tentang penanganan manusia dengan berbagai kemungkinannya. Hal ini merupakan investasi yang dapat mempertahankan seseorang, modal manusia masa depan, bila terjadi penurunan nilai. Penelitian keperawatan memperbaiki praktik keperawatan. Kelompok profesi menanamkan praktik tersebut dalam pendidikan. Manajer perawat akan meningkatkan



kualitas praktik keperawatan bila mereka meningkatkan penelitian keperawatan dan melaksanakan penemuan yang dilakukan dalam penelitian tersebut. Penelitian administrasi keperawatan akan memvalidasi disiplin administrasi keperawatan. Manajer perawat, perawat klinis, instruktur dan yang lainnya sering terpengaruh oleh perubahan. Mereka senang mencoba sesuatu yang baru, untuk mengaplikasikanteknologi yang paling akhir, mereka juga dapat melakukannya dalam proses penelitian keperawatan. Ada dua macam aktivitas penelitian keperawatan yaitu perawat sebagai subjek dan dimana mereka mengembangkan program penelitian keperawatan mereka sendiri. Penelitian yang benar membutuhkan waktu dan persiapan. Jika diikuti, kemudian, jika terdapat penelitian keperawatan, dan jika penelitian tersebut menjadi bagian dari organisasi maka harus dilakukan perencanaan. Perencanaan tersebut berhubungan erat dengan biaya. Seorang staf dan menentukan masalah penelitian. Staf



keperawatan yang bekerja di klinik dan manajemen biasanya anggotanya tidak



mempunyai waktu untuk melakukan penelitian. Tetapi mereka dapat menggunakan hasil penelitian dan menerapkannya di situasi yang ada pada mereka sehingga dapat mengembangkan system pemberian pelayanan kesehatan yang lebih baik. Posisi manajemen keperawatan yang diisi oleh seorang sarjana akan memberikan kesempatan untuk berhasilnya penelitian keperawatan. Seseorang yang terpelajar tersebut mempunyai pengetahuan untuk meningkatkan penelitian administrasi keperawatan pada 11 tingkatan intelektual yang tinggi dan berkualitas profesional. Seorang perawat peneliti dapat



menyatukan model pendidikan keperawatan dan pelayanan keperawatan melalui hubungan suatu penelitian keperawatan yang mendukung kerja sama antara pelayanan dan pendidikan. Staf pengajar keperawatan cenderung untuk melepaskan praktiknya yanga diakibatkan oleh berbagai macam kebutuhannya sebagai seorang pengajar. Salah satu penyebab staf pengajar selalu siap mungkin akibat tidak meninggalkan praktik keperawatannya di area pelayanan. Karena staf keperawatan sering menyiapkan ilmu pengetahuan secara baik. Manajer perawat harus menemukan cara untuk menentukan lamanya praktik yang diperlukan dan menyusun upah kerja yang dilakukan di sekolah. Suatu kerjasama akan tepat untuk semua perawat, karena staf pengajar akan mengenali aktivitas penelitian apa yang perlu dilakukan untuk



mempertahankan mereka agar tetap sesuai dengan jaman dan manager pun akan memanfaatkan untuk meningkatkan pelayanan keperawatan pada pasien. Sarjana-sarjana administrasi keperawatan dapat mengatur ketepatan waktu yang diberikan kepada para dokter untuk mengembangkan proyeknya. Merekapun dapat member tahu sumber-sumber terkait yang dapat membantu dokter menemukan dengan siapa ia dapat bekerja sama untuk melakukan praktik yang sesuai dengan penelitian keperawatan. c. Hubungan Pendidikan Keperawatan dengan Penelitian Keperawatan Dalam sebuah disiplin ilmu, sains merupakan hasil perpaduan antara riset dan teori (McEwen & Evelyn, 2011). Begitupun dalam disiplin ilmu keperawatan, bahwa antara teori, riset dan praktik merupakan suatu rangkaian yang saling terkait dan memberikan feedback. Suatu konsep dapat dikatakan sebagai sebuah teori jika memenuhi karakterisitik sebagai berikut: (1) Sistematis, logis, koheren; (2) Merupakan ide-ide kreatif yang bisa berasal dari pengalamn atau persepsi seseorang; (3) Tentative; tetap relevan sepanjang masa. Sedangkan riset keperawatan didefinisiskan sebagai sebuah proses keilmuan yang bertujuan untuk memvalidasi serta memperbaiki pengetahuan-pengetahuan yang telah ada dan menghasilkan pengetahuan baru yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi praktik keperawatan (Burn & Grove, 2009 dalam McEwen & Evelyn, 2011). Baik teori keperawatan maupun nonkeperawatan memiliki keterkaitan terhadap masalah-masalah yang dipelajari dalam riset keperawatan. Implikasi teori dalam penelitian dapat berupa salah satu dari tiga cara berikut, yaitu: (1) Riset yang menghasilkan teori baru, (2) Riset yang bertujuan untuk menguji penerapan sebuah teori, (3) Teori digunakan sebagai sebuah kerangka kerja riset. Riset yang bertujuan untuk memodifikasi teori atau menghasilkan teori baru, diadakan untuk mengembangkan dan menjelaskan hubungan antar fenomena tanpa memaksakan praduga dari arti fenomena. Pendekatan yang digunakan pada umumnya bersifat induktif. Namun ada kalanya, riset dilakukan untuk tujuan pengujian teori atau menilai kesesuaian penerapannya dalam situasi tertentu. Atau dengan kata lain, riset berfungsi sebagai proses validasi. Dalam hal ini, teori membentuk dasar untuk pengujian hipotesis.



Dan implikasi teori dalam riset yang banyak ditemui adalah menggunakan teori sebagai kerangka kerja dalam suatu proses riset. Sehingga teori akan memandu riset dan memperkaya hasil temuan dari riset tersebut. 12



BAB III PENUTUP



AA



Kesimpulan 



Pada prinsipnya semua konsep dan teori keperawatan dapat dikembangkan menjadi sebuah petunjuk praktik dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia.







Perkembangan sains keperawatan terdiri dari 4 tingkatan yaitu Metatheory, Grand teori, Middle rang teori, Micro teori ( practice theori )







Dalam kaitan dengan perkembangan pendidikan, praktik menyediakan bahan mentah untuk membentuk dan mengorganisasi pembentukan teori keperawatan.







Penelitian keperawatan penting menyiapkan masa yang akan dating dan agar dapat berkompetensi dalam lingkungan pelayanan kesehatan







Riset yang bertujuan untuk memodifikasi teori atau menghasilkan teori baru, diadakan untuk mengembangkan dan menjelaskan hubungan antar fenomena tanpa memaksakan praduga dari arti fenomena.







Pada intinya Martha E. Rogers memandang perawat sebagai ilmu dan mendukung adanya penelitian keperawatan. Oleh sebab itu keperawatan mengembangkan pengetahuan dari ilmu – ilmu dasar dan fisiologi, begitu juga dengan ilmu keperawatan itu sendiri, ilmu keperawatan bertujuan untuk memberikan inti dari pengetahuan abstrak untuk mengembangkan penelitian ilmiah dan analisis logis dan kemampuan menerapkannya dalam praktik keperawatan. Inti pengetahuan ilmiah keperawatan merupakan hasil penemuan terbaru mengenai keperawatan secara humanistik.



AA



Saran







Keperawatan dalam menghadapi tangtangan di masa depan haruslah memiliki sebuah model dan pandangan sendiri tentang disiplin ilmunya. Keperawatan yang merupakan bagian dari ilmu-ilmu kesehatan berusaha menampilkan sebuah cabang ilmu yang berbeda dari ilmu kesehatan yang lainya.







Perawat hendaknya meningkatkan pemahaman mengenai sebuah riset keperawatan, melalui suatu pendidikan keperawatan sehingga perawat mempunyai kemauan dan kemampuan dalam mengaplikasikannya dalam praktik keperawatan.



DAFTAR PUSTAKA 13



Asmadi. 2005. Konsep Dasar Keperawatan. EGC : Jakarta Barnum, B. 1994. Nursing theory: Analysis, application,evaluation. Philadelphia: Lippincott. Chinn, P., & Kramer, M. 1995. Theory and nursing: A systematic approach. St. Louis: Mosby. Chinn, P.L., Maeona K. Kramer. 2008. Theory and Nursing: Integrated Knowledge Development 7th Ed. St. Louis: Mosby Christensen, P.J&Kenney J.W.2009. Proses Keperawatan : Aplikasi model konseptual. Ed.4 editor edisi bahasa Indonesia, Egi Komara Yudha, Nike Budhi Subekti. Jakarta:EGC De Laune, Sue C., and Patricia K. L (2002), Fundamentals of nursing, standart and practice, 2nd ed, USA: Delmar & Thomson.



Hidayat, A.Azis Alimul. 2007. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta. Hidayat. 2004. Konsep Dasar Keperawatan, EGC, Jakarta Jacqueline Fawcett .2005.Contemporary nursing knowledge;Analysis and evaluation of nursing model and theories.second ed.Philadelphia: F.A Davis Company. Kozier, Erb.2001. Fundamentals of Nursing : Concepts and Practice. Seventh Edition. California : Addison Wesley. Marriner Tomey .1994. Nursing theorist and their works. 3rd Ed. St.Louis: Mosby Co. Meleis, Ibrahim.A. 1997. Theoritical nursing : development and progress. (3rd ed). Philadhelpia : Lippincott. McEwen, Melanie & Evelyne M. Wilis. 2011. Theoretical Basis for Nursing. China: Lippincott Parse, R. 1987. Nursing science: Major paradigms, theories,and critiques. Philadelphia: Saunders.



14