Tutorial PBL 1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUTORIAL PBL 1 BLOK 16 A 45-year old woman visits a dentist to have her lower molar extracted. There is only the root left, but it is not wobbly. From history taking, it is revealed that she has a history of hypertension. On physical examination, her blood pressure is 140/85 mmHg. The dentist chooses anesthesia substance that does not contain vasoconstrictor agent to prevent complication. The dentist also prefers to perform infiltration anesthesia before extracting the patient’s tooth.penyempitan Seorang wanita berusia 45 tahun mengunjungi dokter gigi untuk pencabutan gigi geraham bawah. Hanya ada akar yang tersisa, tetapi tidak goyah. Dari anamnesis diketahui bahwa ia memiliki riwayat hipertensi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 140/85 mmHg. Dokter gigi memilih bahan anestesi yang tidak mengandung zat vasokonstriktor untuk mencegah komplikasi. Dokter gigi juga lebih memilih untuk melakukan anestesi infiltrasi sebelum mencabut gigi pasien. A. Identifikasi istilah 1. zat vasokonstriktor : obat yang mengontrol perkusi jaringan. Menyebabkan kontriksi di pembuluh darah. Berfungsi memperlambat absorbsi kardiovaskular. Obat untuk anastesi yang meyebabkan penyempitan pemb darah atau vasokontriksi. B. Menetapkan masalah 1. Klasifikasi status resiko menurut ASA 2. Pengertian dari anestesi 3. Tujuan vasokontriksi 4. Klasifikasi anestesi 5. Sebutkan dan jelaskan jenis larutan anestesi 6. Bahan anestesi yang sesuai pada kasus yang ada di scenario 7. Keuntungan anestesi local dan general 8. Apa saja teknik-teknik anestesi 9. Indikasi dan kontraindikasi anestesi dari masing-masing golongan 10. Bagaimana mekanisme kerja anestesi local dan general



11. Apa saja komplikasi dari pencabutan dan anestesi 12. Tatalaksana pada kasus yang ada di scenario C. Menganalisis masalah 1. Klasifikasi status resiko menurut ASA Dimas American society of anaesthesiologists (ASA) mengklasifikasikan status risiko pasien menjadi: ASA



I,



ASA



II,



ASA



III,



dan



ASA



IV.



1. Untuk pasien ASA I, dengan tekanan darah normal 120/80 – 130/89 mmHg, tidak ada penyakit sistemik), perawatan gigi rutin dapat diberikan. Pasien sehat usia 0-60 tahun 2.Pasien ASA II, dengan hipertensi tahap 1, dengan tekanan darah 140/90- 159/99, stabil secara medis, tidak ada pembatasan aktivitas fisik, perlu pemantauan tekanan darah setelah anestesi lokal



yang



mengandung



adrenalin,



perawatan



gigi



rutin



bisa



dilakukan.



Pasien



kehamilan,obesitas. Pemberian harus selalu dikontrol baik sebelum atau sesudah pemberian. Kelainan sitemik ringan dan biasanya tidak berhub dengan pembedahan. Aktifitas dari pasien tidak terganggu 3. Pasien hipertensi (ASA III), dengan tekanan darah 160/100-179/109 mmHg, tidak stabil secara medis dan toleransi aktivitas fisik terbatas (ASA III), perlu pembatasan vasokonstriktor dalam anestesi lokal yang digunakan. Pasien DM tidak terkontrol, obesitas parah, pemakai pacu jantung. Gangguan sistemik berat dan aktifitas terbatas.



4. Pasien hipertensi (ASA IV), dengan tekanan darah 180/110-209/119 mmHg, tidak stabil secara medis dan aktivitas fisik sangat terbatas (ASA IV), berisiko untuk perawatan dengan anestesi lokal yang mengandung vasokonstriktor hanya perawatan gigi darurat nonstressful. Dapat mengancam jiwa. Penyakit sistemik yang berat, continue, sudah tidak dapat melakukan aktivitas rutin. 5. (ASA V) pasien tidak diharapkan hidup setelah 24 jam. 6. (ASA VI) pasien masuk dalam kategori darurat.



*Untuk ASA 5&6 tidak digunakan di ranah kedokteran gigi



Dwi Status ASA, sistem klasifikasi fisik adalah suatu sistem untuk menilai kesehatan pasien sebelum operasi. American Society of Anesthesiologis (ASA) mengadopsi sistem klasifikasi status lima kategori (a)ASA



fisik 1,



seorang



pasien



yaitu: yang



(b)ASA



2,



seorang



pasien



dengan



(c)ASA



3,



seorang



pasien



dengan



normal penyakit penyakit



dan sistemik sistemik



sehat. ringan. berat.



(d)ASA 4, seorang pasien dengan penyakit sistemik berat yang merupakan ancaman bagi kehidupan. (e)ASA 5, seorang pasien yang hampir mati tidak ada harapan hidup dalam 24 jam untu bertahan hidup tanpa operasi. Jika pembedahan darurat, klasifikasi status fisik diikuti dengan “E” (untuk darurat) misalnya “3E”.



2. Pengertian dari anestesi Farid Anastesi merupakan upaya yg dilakukan utk menghilangkan rasa sakit pada tubuh selama pembedahan dan prosedur lainnya yg bisa menimbulkan rasa sakit. Ichak “Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an-"tidak, tanpa" dan aesthētos, "persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Anastesiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mendasri berbagai tindakan meliputi pemberian anastesi maupun analgetik, pengawasan keselamatan pasien di operasi maupun



tindakan lainnya, bantuan hidup (resusitasi), perawatan intensif pasien gawat, pemberian terapi inhalasi dan penanggulangan nyeri menahun.” Uul  Anastesi adalah hilangnya semua bentuk sensasi termasuk sakit, sentuhan, persepsi temperature, tekanan dan dapat diserati dengan terganggunya fungsi motorik ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya. Nadila anestesi local juga merupakan suatu obat yang menghambat hantaran. Eggy  tindakan untuk menghilangkan rasa sakit. Ada keadaan anestesia yaitu keadaan nekrosis analgesia relaksasi dan hilangnya rasa sakit. Bella  anestesi dibagi menjadi 2 yaitu anestesi local dan umum. Anestesi local yaitu keadaan hilngnya nyeri pada bagian local sedangkan anestesi general…



3. Tujuan vasokontriksi Dwi Fungsi



Vasokonstriktor



pada



anatesi



local



:



a. Dengan menyempitkan pembuluh darah, vasokonstriktor menurunkan perfusi darah ke daerah kerja. b. Absorbsi anestesi lokal ke sistem kardiovaskular berjalan lambat, sehinggga kadar anestesi lokal



dalam



aliran



darah



menurun.



c. Karena kadar anestesi lokal dalam aliran darah menurun, mengakibatkan terjadinya penurunan resiko



toksisitas



dari



anestesi



lokal.



d. Semakin banyak anestesi lokal yang diinjeksikan, semakin panjang durasi kerja yang didapatkan. e. Vasokonstriktor dapat mengurangi perdarahan pada daerah kerja, sehingga perdarahan yang terjadi dapat diantisipasi (contohnya pada prosedur bedah). Eggy



Fungsi



vasokonstriktor



dipengaruhi



oleh



vaskularisasi



pada



daerah



yang



didepositkan anestesi lokal. Pada mukosa rongga mulut dengan vaskularisasi yang baik,



kerja



vasokonstriktor



akan



maksimal.



Konsentrasi



vasokonstriktor



yang



diberikan dipengaruhi oleh potensi kerja dan toksisitasnya



Bella vasokonstriksi diberikan supaya memperlambat absorbs dari anestesi. Dan dapat mengurangi pendarahan saat operasi. Efeknya dapat meningkatkan pemb darah,artemia,mual,takikardi, dan gangguan irama jantung. Vasokonstriktor berbahay untuk penderita hipertensi. Dimas Bahan vasokonstriktor yang menjadi kontra indikasi pasien hipertensi adalah noradrenalin dan levonordefrin, karena akan meningkatkan tekanan darah secara dramatis, akibat merangsang reseptor β1 lebih banyak dan sedikit aktivitas di reseptor β2.



*Pada pasien ASA 3 lebih baik tidak menggunakan vasokonstriktor. Bahan vasokonstriktor yang biasa digunakan yaitu adrenalin.



4. Klasifikasi anestesi Dita 1. anestesi general: tindakan secara general dan hilang kesadaran serta reversible. menurut penggunaan anastesi general : intramuscular, peektal, anastesi inhalasi 2. Local : menghilangkan rasa sakit tanpa menghilangkan kesadaran Arum Local anestesi dibagi menjadi 3:



1. Nerve Block: Larutan anestesi lokal disuntikkan pada sekitar batang saraf utama, sehingga mampu menganestesi daerah yang mendapat inersasi dari percabangan saraf utama tersebut. 2. Field block : disuntikan pada sekitar cabang saraf terminal. 3. Local Infiltrasi : disuntikan di sekitar ujung ujung saraf terminal. Dita  Anestesi local: 1. topical anestesi 2. infiltrasi Anestesi (paling sering digunakan) : ada 6 : submokosa anestesi (suntikan di deposit di balik membrane mukosa, tidak terlalu menimbulkan anestesi), supraperiosteal, subperiosteal, intraoseus(di suntikan di antar akar gigi. Memberikan anestesi yang baik bagi pulpa), intraseptal, intrapulpa.



3. blok anestesi : ada 2: 



intraoral: blok intraorbital, blok saraf…







ekstraoral:



4. Arum  Anestesi local 



Anestesi maksila : infiltrasi lokal, field block, dan block saraf.







Anestesi mandibula: 1) blok saraf lingualis : diblokasi di pterygomandibular yang terletak pada anteromedial syaraf alveolaris inferior madnibula, sekitar 1cm dari mukosa. 2) blok saraf incisif : memberikan efek anastesi pada sekitar gigi anterior. 3) blok syaraf metal : daerah yang teranastesi mukosa bukal anterior, daerah foramen mental sekitar gigi premolar dua, midline dan kulit bibir bagian bawah. 4) blok saraf bukal daerah yang teranastesi jaringan lunak dan periostium bagian bukal sampai gigi molar mandibula. 4) blok saraf alveolaris inferior terknik yang sering digunakan adalan IANB (inferior alveolar nerveus block), Gow gates tecnicque dan akinos closed-mouth mandibular block.



Eggy  *utamakan yang anestesi local Ada berbagai jenis anestesi infiltrasi tergantung pada lokasi pengendapan larutan anestesi lokal. Solusinya dapat disimpan di bawah mukosa atau di lapisan submukosa, atau di jaringan ikat subkutan, tepat di atas periosteum, di bawah periosteum, di ligamen periodontal, di tulang cancellous, di septum interdental atau di jaringan pulpa gigi. gigi. Berdasarkan deposisi, teknik ini 1. 2. 3.



dapat Anestesi Anestesi



dikategorikan submukosa



paraperiosteal



Anestesi



atau



subperiosteal



dengan atau supraperiosteal (Gambar



cara



subkutan (Gambar 16.4



berikut:



(Gbr. 16.2 dan



16.1) dan



16.3) 16.5)



4.



Anestesi



Intraligamentary



(Periodontal



ligament)



(Gbr.



16.6)



5.



Anestesi



intrapulpal



(Gbr.



16.7)



6.



Anestesi



intraoseus



(Gbr.



16.8)



7.



Anestesi



intraseptal



8. Infiltrasi palatal



5. Sebutkan dan jelaskan jenis larutan anestesi Bella Bahan anestesi local ada 3: 1. tipe ester: tipe mudah terhidrolisasi. Lebih toksik dari amida karena tidak stabil dan masa kerja pendek serta allergen. 2. tipe amida : relative resisten terhadap hidrolisis. Lebih stabil dan masa kerja Panjang. 3. topical : bahan gel,spray, oles. Bisa menggunaka lidokasi, mlma Dwi Secara umum anestesi lokal mempunyai rumus dasar yang terdiri dari 3 bagian: gugus amin hidrofil yang berhubungan dengan gugus residu aromatik lipofilik melalui suatu gugus. Gugus amin selalu berupa amin tersier atau amin sekunder. Gugus antara dan gugus aromatik dihubungkan



dengan



ikatan



amida



atau



ikatan



ester.



Maka secara kimia, anestesi lokal digolongkan atas senyawa ester dan senyawa amid. 1. Senyawa ester Adanya ikatan ester sangat menentukan sifat anestesi lokal sebab pada degradasi dan inaktivasi di dalam tubuh, gugus tersebut akan dihidrolisis. Karena itu golongan ester umumnya kurang stabil dan mudah mengalami metabolisme dibandingkan golongan amida. Contohnya: tetrakain, benzokain, kokain, prokain dengan prokain sebagai prototip. 2. Senyawa amida Contohnya senyawa amida adalah dibukain, lidokain, mepivakain dan prilokain. 3. Lainnya Contohnya fenol, benzilalkohol, etilklorida, cryofluoran. Anestesi lokal sering kali digunakan secara parenteral (injeksi) pada pembedahan kecil dimana anestesi umum Dita 



jenis



larutan



Berdasarkan



anastesi



keberadaan



1.



di



alami



2.



alam



:



senyawa



cocain



sintetis 1. 1.



turunan



: senyawa



senyawa



para 1.



2. 3. senyawa



non



Berdasarkan



amino



kurang



turunan



turunan 4.



nitrogen larut



turunan



acridine



nitrogen



:



:



asetanilide :



benzyl



acid



:



larut



quinolone



:



benzoic



mudah



2.



2.



lokal



prikain benzokain



:



lidocain



cinchocaine :



bucricaine



alcohol,



propanediol



senyawa



kimia



1.



ester bisa



diklasifikaikan 1.



ester



benzoic



acid



:



sebagai



cocaine,



benzocaine,



butacaine



2. ester para aminobenzoic acid : procaine, chloroprocaine, propoxycaine 2.



amides



:



articaine,



bupivicaine,



Berdasarkan



lidocaine,



mepivacain,



prilocaine



durasi



aksi



1. short acting : Articaine, lidocaine, mepivacaine, prilocaine, etc. 2. long acting : Bupivacaine, etidocaine, bucricaine, etc. Uul Golongan Ester Bahan anastesi lokal ini dihidrolisis di dalam plasma oleh enzim pseudocholinesterase. Kadar hidrolisis akan berdampak pada potensi toksisitas dari anastesi obat. yang



sebagian



besar



produk



dari



metabolisme



anastesi



lokal



golongan



ester.



a. Kokain Saat ini pemakaian klinis kokain umumnya terbatas pada anestesi topikal untuk tindakan telinga, hidung dan tenggorokan, kokain memiliki efek vasokonstriktor yang kuat



sehingga berfungsi mengurangi perdarahan. Pemakaiannya semakin berkurang karena digantikan oleh bahan anestesi lain yang dikombinasikan dengan vasokonstriktor karenaakandapat menyebabkan



toksisitas



secara



sistemik.



b. Prokain bahan ini merupakan obat terpilih untuk anestesi lokal, namun kegunaannya digantikan oleh bahan anestesi lain, yaitu lidokain yang lebih kuat dan lebih aman 3 berbanding prokain. Sebagai bahan anestesi lokal, prokain pernah digunakan untuk anestesi infiltrasi, anestesi blok saraf, anestesi spinal, anestesi epidural dan anestesi kaudal. Bella



Daerah lipophilic: Rantai intermediet: menghubungnkan daerah lipophilic dan hydrophilic. Daerah hydrophilic: mengandung amino sekunder dan tersier.



*bagaimana ikatan kimianya



6. Bahan anestesi yang sesuai pada kasus yang ada di scenario Uul Beberapa dokter gigi lebih memilih untuk memberikan anastetikum tanpa vaskontriktor seperti mepivakain Alasan



dokter



vasokonstriktor



atau gigi yaitu



tidak



menggunakan



bahan



prilokain. anestesi lokal yang mengandung



karena prosedur tindakan tidak memerlukan waktu yang



lama dan sudah menjadi prosedur yang ada ditempat dokter gigi praktek. Penggunaan bahan anestesi lokal yang tidak mengandung vasokonstriktor menyebabkan larutan anestesi lokal lebih cepat terdistribusi ke sistem peredaran darah. Hal ini menyebabkan



bahan anestesi lokal yang tidak mengandung vasokonstriktor memiliki durasi kerja yang lebih singkat. Menurut Malamed, salah satu faktor yang harus dipertimbangkan dalam penggunaan bahan anestesi lokal yang



mengandung



vasokonstriktor



yaitu



durasi



prosedur tindakan. Anestesi tanpa vasokonstriktor : karena prosedur tindakan yang tidak memerlukan waktu yang lama. Dwi  Beberapa dokter gigi lebih Karakteristik yang dimiliki oleh mepivakain yaitu konsentrasi mepivakain 2% merupakan satusatunya anestesi lokal yang diproduksi di Amerika dan menggunakan levonordefrin sebagai vasokonstriktor. Mepivakain 2% dengan levonordefrin menghasilkan kedalaman dan durasi anestesi pulpa dan anestesi jaringan lunak yang lebih baik jika dibandingkan dengan kombinasi lidokain d.



dan



epinefrin.



Prilokain



Secara farmakologi, prilokain hampir sama dengan lidokain dan mepivakain. Namun secara kimiawi, prilokain adalah derivat toluidine sedangkan lidokain dan mepivakain adalah derivat xylidine. Prilokain memiliki potensi hampir sama dengan lidokain dan mepivakain tetapi efektifitasnya hanya dua pertiga jika dibandingkan dengan artikain. Berdasarkan sifat toksisitas, prilokain memberikan efek yang minimal terhadap sistem saraf pusat dan sistem kardiovaskular. Ketika dibandingkan dengan dosis intravena dari lidokain, toksisitas prilokain pada sistem saraf pusat lebih sedikit.



7. Keuntungan dan kerugian anestesi local dan general Bella Local: tidak menimnulkan iritasi dan degenerasi saraf. Bebas untuk alergi, stabil, lebih cepat, toksisitas rendah.



General: digunakan untuk operasi besar, pasien yang tidak kooperatif, mengurangi kesadaran dan ingatan,relaksasi … Ichak keuntungan -



anestesi



Mengurangi



kesadaran



dan



general:



ingatan



intraoperatif



pasien.



- Memungkinkan relaksasi otot yang diperlukan untuk jangka waktu yang lama. -



Memfasilitasi



-



Dapat



-



kontrol



digunakan



Dapat



diberikan



penuh



dalam tanpa



terhadap



kasus-kasus



jalan



napas,



kepekaan



memindahkan



pernapasan,



terhadap



pasien



dari



agen



dan



sirkulasi.



anestesi



posisi



lokal.



terlentang.



- Dapat disesuaikan dengan mudah dengan durasi prosedur yang tak terduga. - Dapat diberikan dengan cepat dan bersifat reversibel. Farid Keuntungan: 



Alat minim dan teknik sederhana. Biaya murah







Aman untuk pasien yang tidak puasa







Tidak ada polusi oleh gas anestesi







Perawatan post operasi lebih ringan







tidak ada komplikasi jalan napas







tidak ada polusi oleh gas anestesi







perawatan post operasi lebih ringan







bleeding sedikit



Kerugian: 



Membutuhkan Kerjasama dengan pasien







Sulit diterapkan pada anak-anak







Menjadi tidak praktis jika diperlukan beberapa suntikan







Menimbulkan ketakutan bahwa efek obat akan menghilang Ketika pembedahan belum selesai



Dita keuntungan 1.



lokal Pasien



tetap



anastesi terjaga



dan



: kooperatif.



2. Sedikit distorsi dari fisiologi normal; oleh karena itu dapat digunakan dalam keadaan pasien berisiko. 3.



Rendahnya



angka



kesakitan.



4. Pasien dapat meninggalkan rumah sakit tanpa pengawalan. 5. Personil terlatih tambahan tidak diperlukan. 6. Teknik tidak sulit untuk dikuasai. 7. Persentase kegagalan kecil. 8. Tidak ada biaya tambahan untuk pasien. 9. Pasien tidak perlu melewatkan makan sebelumnya.



8. Apa saja teknik-teknik anestesi Uul Teknik



Anestesi



Topikal



Anestesi topikal adalah obat bius lokal yang digunakan untuk mematikan permukaan bagian tubuh saja. Anestesi topikal dilakukan dengan cara memberikan bahan anestesi lokal tertentu pada daerah kulit atau membran mukosa yang dapat dipenetrasi oleh bahan untuk menganestesi bagian



Dwi



ujung



saraf



superfisial.



1.) Teknik infiltrasi lokal yaitu tindakan yang hanya melibatkan satu atau dua gigi. Untuk kasus yang melibatkan lebih dari tiga gigi dapat digunakan teknik-teknik anestesi lain dengan cakupan area



yang



teranestesi



2.)



lebih



Teknik



luas.



field



block



Field block merupakan teknik anestesi lokal yang dilakukan dengan cara larutan anestesi dideposisikan didekat ujung cabang saraf terbesar sehingga area yang teranestesi akan terbatas, agar mencegah jalannya impuls dari gigi ke sistem saraf pusat. Perawatan atau insisi dapat dibuat menuju



area



yang



3.)



jauh



dari



lokasi



Teknik



injeksi



bahan



anestesi



blok



(Malamed,



2011).



saraf



Blok saraf dilakukan dengan mendeposisikan larutan anestesi berdekatan pada badan saraf utama (Malamed, 2011). Deposit pada teknik ini akan menyebabkan penghambatan impuls saraf dari lokasi injeksi hingga ke distal. Injeksi blok saraf ini perlu berhati-hati karena pembuluh vena dan arteri yang berdekatan dengan saraf dapat cedera. Bella Anestesi local dibagi menjadi 3: 1. infiltrasi local : tingkat keberhasilan tinggi dan injeksi mudah serta atraumatic. Sering direkomendasikan untuk anestesi luas. 2. field block : area terbatas dan diposisikan diujung saraf paling besar. 3. blok saraf : injeksi dekat dengan badan saraf utama. Harus hati-hati karena ada vena dan arteri yang bedekatan dengan badan saraf. Ichak Teknik general dibagi menjadi 3: Teknik anestesi regional: Spinal ,redukal, dan..



Dita 



Disuntikan dibawah periosteum.



Vira



9. Indikasi dan kontraindikasi anestesi dari masing-masing golongan Bella Indikasi local anestesi : 1. Infiltrasi : di pulpa 2. Anestesi untuk jar lunak Kontraindikasi local anestesi : 1. ada peradangan akut 2. Apeks yang berada di dekat tulang padat Farid Indikasi : 



Untuk keperluan pencabutan gigi







insisi abses







pengambilan gigi impaksi







perbaikan rahang untuk estetika atau kecelakaan



Kontraindikasi : 



Daerah infeksi luas







Pasien tidak kooperatif







Pasien kelainan pendarahan







Infeksi Vincent



Dimas Faktor umum dan faktor lokal juga bisa sebagai penentu pemilihan macam anestesi. Faktor-faktor umum antara lain : pasien terlalu gemuk, pasien dengan penyakit sistemik, wanita hamil



trimester



pertama



dan



terakhir,



penyakit



hemoragik



yang



langka.



Faktor-faktor lokal : infeksi akut pada daerah kerja, obat untuk penyakit sistemik, obat sulfonamid, obat anti depresi trisiklik. Vira Anestesi local: Lidokain (anestesi golongan amida. Paling banyak digunakan, berpotensi menyebabkan vasodilatasi), benzokain, bufikain,prokain, tetrakain,benzil alcohol. Penggolongan anestesi local dibagi menjadi 



Senyawa ester:



10. Bagaimana mekanisme kerja anestesi local dan general Dita Pusat berada di membrane sel. Arum  munculnya rasa sakit karena rangsangan "nociceptor" merupakan syraf reseptof paling sensitif terhadap rangsangan berbahaya. ketika rangsangan masuk --> mencapai kortekcerebral--> dimaknai sebagai rasa sakit. anastesi local --> bloking syaraf2--> saraf tidak menerima lagi kabar rangsangan yang terjadi pada saraf perifer. Ichak Anestesi local blok: Perjalanan anestesi lokal (blok): n manibularis n. Alveolaris inferior masuk ke foramen mandibula menginervasi gigi posterior dan mukosaforamen mentale n. Milohyoid inervasi bawah dagu  foramen mentale: n. Mentalis (gigi anterior, mukosa, bibir bawah) dan n. Incisivus



Bella



Bahan anestesi lokal umumnya bersifat basa lemah, tdk stabil, dan kurang larut dalam air. Kemudian asam klorida (HCl) ditambahkan ke anestesi lokal, yang mengubah amina tersier (R3N) menjadi garam klorida. R3N+hcl->R3NH+Cl Anestesi lokal menghambat perkembangan potensial aksi dan konduksi di membran sel. Mereka mencapai ini dengan menghambat peningkatan konduktivitas natrium yang bergantung pada tegangan di atas membran sel. Secara umum diasumsikan bahwa anestesi lokal bekerja dengan kombinasi ekspansi membran dan blokade saluran natrium di bagian dalam neuron. Bentuk anestesi lipofilik yang tidak bermuatan



(R3N) menembus bagian lipid dari membrane sel, menghasilkan perubahan struktural lapisan ganda lipid yang mengganggu konduksi di membran neuron. Ekspansi membran ini bertanggung jawab sekitar 10% dari total aktivitas sebagian besar anestesi lokal. Sisa 90% dari aktivitas tergantung pada interaksi antara bentuk kationik bermuatan dari molekul (R3NH+) dan fosfolipid fosfatidil-L-serin dalam membran saraf. Interaksi ini menyebabkan gangguan pengikatan kalsium, dengan penutupan saluran natrium sebagai akibatnya. Kekuatan efek anestesi lokal pada saluran natrium tergantung pada frekuensi potensial aksi. Di satu sisi, ketika saluran natrium terbuka, itu lebih mudah diakses oleh anestesi lokal. Di sisi lain, anestesi lokal memiliki afinitas yang lebih tinggi dengan saluran natrium terbuka. Keseluruhan proses ini disebut blokade konduksi atau stabilisasi membran dan terdiri dari penurunan konduksi natrium dan pengurangan laju depolarisasi. Selain itu, level potensial ambang tidak akan tercapai lagi, sehingga potensial aksi tidak dapat terjadi lagi. Namun, potensial istirahat, potensial ambang dan repolarisasi membran sel tidak akan atau hampir tidak terpengaruh.



11. Apa saja komplikasi dari anestesi uul Dampak •



komplikasi



spesifik



yang



dapat



disebabkan



anestesi



regional



Total spinal block – merupakan istilah untuk pemblokiran sel saraf tepi yang disebabkan



kelebihan dosis zat anestetik yang digunakan pada tulang belakang. Hal tersebut menyebabkan efek paralisis pada otot. Pemblokiran saraf juga dapat menyebabkan kegagalan sistem pernapasan saat pasien tidak sadarkan diri. Untuk mengatasi gangguan pernapasan kemungkinan diperlukan •



tindakan



tambahan



membuat



saluran



pernapasan



dan



ventilasi.



Hipotensi – penurunan tekanan darah merupakan dampak dari pemblokiran fungsi saraf



simpatetik. Hal tersebut dapat diatasi dengan meningkatkan tekanan pada pembuluh darah dengan cairan tambahan, namun hal tersebut perlu memperhatikan riwayat kesehatan jantung pasien. •



Defisit neurologis – merupakan penurunan fungsi dari beberapa saraf yang terdapat pada



tulang belakang yang dapat bersifat sementara ataupun permanen. Penyebab utamanya adalah kerusakan pada saraf tulang belakang yang mengakibatkan penurunan kemampuan motoric tubuh. Dwi



Dampak •



komplikasi



dari



anestesi



umum:



Infeksi saluran pernapasan – dapat berupa infeksi pada laring, sakit tenggorokan hingga



pneumonia. •



Kerusakan saraf tepi –Bagian tubuh yang paling sering terkena dampak ini adalah lengan



bagian •



atas



pada



kaki



di



sekitar



lutut.



Emboli – adalah hambatan aliran darah akibat adanya benda asing di dalam pembuluh



darah •



dan



termasuk



penggumpalan



darah



dan



udara.



Kematian – Kematian akibat bius total merupakan sesuatu yang dipengaruhi oleh banyak



faktor, mulai dari jenis operasi, tingkat kesehatan pasien dan penyakit penyerta atau kondisi lainnya



yang



B. -



komplikasi



Non



membahayakan Neurologis



proses Anestesi



operasi. Lokal



Trismus



Trauma -



dapat



Musculus



:



myotoxic



larutan



anestesi,



hemoragi,



infeksi



Paresthesia, penyebab Trauma Nervus (elektrik shock) Larutan injeksi terkontaminasi :



alkohol, cairan steril Hemoragi sekitar nervus -



Bizzare, simtom



-



Edema



-



Paralisis



-



Ulcus mucosa



-



Hematoma



Vira Penanganan trismus: Dimas  1.Sinkop



vasovagal



Komplikasi sistemik yang paling sering akibat dari anestesi lokal, dihasilkan dari reaksi emosional. Antisipasi terhadap potensi nyeri saat penyuntikan dapat mengaktifkan sistem saraf parasimpatis sekaligus menghambat sistem saraf ortosimpatis. Hal ini menyebabkan penurunan frekuensi jantung dan dilatasi arteriol di otot. Selanjutnya ini mengarah pada pengurangan



volume darah yang bersirkulasi aliran darah ke otak yang menyebabkan sesak sementara. Ciri-ciri: - Pasien menjadi gelisah, tampak pucat, berkeringat dan mungkin kehilangan kesadaran. - terkadang terjadi kram/kejang klonik (tipe kejang dimana tjd gerakan berkedut dan menyentak berulang-ulang)



yang



menyerupai



serangan



epilepsy



Tindakan: kursi gigi harus ditempatkan pada posisi Trendelenburg (bagian kepala ditempatkan lebih rendah dari kaki) dengan jantung lebih tinggi dari kepala. Pasien yang sadar harus didorong untuk mengencangkan otot gluteal dan kaki. 2.Hiperventilasi Ketakutan akan suntikan anestesi lokal juga dapat menjadi pemicu untuk mempercepat pernapasan. Hal ini menyebabkan penurunan tingkat karbon dioksida dalam darah pasien, yang kemudian meningkatkan pH. Selama serangan hiperventilasi, pasien merasakan sensasi kesemutan di tangan dan kaki. Pasien merasa pusing dan dapat mengalami tekanan dada. 3.Reaksi anafilaktik atau anafilaksis adalah respon imunologi yang berlebihan terhadap suatu bahan dimana seorang individu pernah tersensitasi oleh bahan tersebut. Saat pasien kontak dengan bahan tersebut, histamin, serotonin, tryptase dan bahan vasoaktif lainnya yang dilepaskan dari basofil dan sel mast. Ciri2  Kardiovaskuler. Hipotensi dan kolaps kardiovaskuler. Takikardi, aritmia, EKG mungkin memperlihatkan



perubahan



iskemik.



Henti







jantung.



Sistem Pernapasan. Edema glottis, lidah dan saluran napas dapat menyebabkan stridor atau obstruksi



saluran



Gastrointestinal.



napas.



Bronkospasme



Terdapat



nyeri



Hematologi.







abdomen,



pada diare



Kemerahan,



Penatalaksanaan



Terapi



segera



eritema,







muntah.







terhadap



urtikaria. reaksi



- Hentikan pemberian bahan penyebab dan minta pertolongan  - Lakukan resusitasi ABC 



atau



berat.







Koagulopati.



Kulit.



yang



yang



berat







- Adrenalin sangat bermanfaat dalam mengobati anafilaksis, juga efektif pada bronkospasme dan kolaps kardiovaskuler.



Ichak Syok



adalah



ditandai



gangguan



dengan



metabolik



kegagalan



sistem



dan



hemodinamik



sirkulasi



untuk



yang



besar



mempertahankan



yang perfusi



(pengaliran cairan lewat pembuluh darah organ khusus) yang adekuat pada organorgan vital (Dorland,



1998)



tahap -



syok tahap



-



anafilaktikk:



kompensasi tahap



(pre dekompensasi



-



taha



syok) (syok) irreversible



Gejala: kesadaran penderita menurun, denyut nadi cepat-melemah hingga hilang, mukosa tampak pucat



dan



macam 1.



macam



kebiruan syok:



Syok



anafilaktik



Syok anafilaktik merupakan manifestasi dari hipersensitivitas tipe cepat dimana individu yang peka terpajan suatu antigen spesifik yang mengakibatkan gangguan pernafasan yang mengancam jiwa,



biasanya



diikuti oleh kolaps vascular serta syok dan disertai dengan urtikaria, pruritus, dan angioedema. 2. Syok kardiogenik 3. Syok endotoksin 4. Syok hipovolemik 5. Syok insulin 6. Syok septik Eggy Penyebab: pelepasan radioaktif



Dwi Mekanisme terjadinya reaksi anafilaktik pada penggunaan anastesi lokal disebabkan oleh karena methyl paraben dan prophyl paraben yang terkandung dalam anastesi lokal mempunyai struktur kimia mirip dengan para-amino-benzoic-acid (PABA), bahan tersebutlah yang menimbulkan reaksi alergi. Methyl paraben dan prophyl paraben dianggap sebagai antigen, sehingga individu yang rentan dan terpajan dengan antigen tersebut akan mengalami reaksi anafilaktik Antigen (methyl prabendan prophyl praben) yang masuk ke dalam tubuh mula-mula berikatan dengan zat makromolekul dalam jaringan membentuk hapten carriercomplex secara ikatan kovalen. Hapten carrier complex merangsang sel B dengan bantuan sel Th2 untuk membentuk IgE. IgE diikat oleh sel mast dan basofil melalui reseptor Fc. Sel mast banyak ditemukan Salah satu penanggulangan anafilaktik syok dengan medikamentosa adalah dengan pemberian adrenalin (epinefrin). Pada dewasa diberikan dosis 0,5 mg (0,5 ml) secara intramuskular dengan perbandingan 1: 1000, usia 6 – 12 tahun diberikan dosis 0,3 mg (0,3 ml) secara intramuskular dan dibawah 6 tahun diberikan dosis 0,15 mg (0,15 ml) secara intramuscular. Bella 



Pembentukan hematoma







Trismus: kesulitan membuka rahang







Paralisa wajah (jarang terjadi, dapat menyebabkan abnormalitas wajah)







Trauma bibir







Syncope







Hepatitis serum







Reaksi sensitivitas







Dermatitis







Gagal jantung



*bahas syok anafilaktik 12. Tatalaksana pada kasus yang ada di scenario Feedback:







Bahan  tanpa vasokonstriktor







Mekanisme







Pastikan pasien tidak ada alergi anamnesis







Komplikasi anestesi local harus dihindari