5 0 641 KB
WOC KONSEP TYPHOID FEVER
Kelompok 5
Faktor Risiko : Kebiasaan makan diluar rumah
Pengertian : Demam typhoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh salmonella tipe A, B, dan C yang dapat menular melalui oral, fekal, makanan, dan minuman yang terkontaminasi (Padila, 2013).
Bakteri Salmonella Thypi
Kebiasaan menggunakan alat makan Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sebelum makan Kebiasaan makan sayuran mentah
Makanan
Kebiasaan minum air isi ulang Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar
Etiologi :
Saluran pencernaan (usus halus)
Penyebab utama demam typhoid adalah bakteri salmonella typhi. Bakteri salmonella typhi adalah berupa basil gram negatif, bergerak dengan rambut getar, tidak berspora dan mempunyai 3 macam antigen yaitu antigen O (simatik yang terdiri dari zat kompleks lipopolisakarida), antigen H (flagella) dan antigen VI.Dalam serum penderita terdapat zat (aglutinin) terhadap ketiga macam anti-
Dinding plak Bakteri menginfeksi bagian plak peyer Zat pirogen mengaktifasi hipotalamus
Plak peyer mengeluarkan sel retikulo endoteleal di limpa
peyer tipis
Gangguan motilitas pada
Mempengaruhi pembesaran pada limpa
gen tersebut.Kuman tumbuh pada suasana aerob dan fakulatif anaerob pada suhu 15-41ᵒC (optimum 37ᵒC) dan Ph pertumbuhan 6-8. Faktor pencetus lainnya
Gangguan pada termoregulator
Hipermotilitas
Peeningkatan HCL Nyeri Akut
Manisfestasi klinis : Demam , Ruam muncul , nyeri , kembung, mual muntah, diare, konstipasi, pusing, bradikardi, nyeri otot.
Pemeriksaan Penunjang : 1. Pemeriksaan leukosit untuk menilai sistem kekebalan tubuh, normalnya : 4.500-13.500s sel/mm 2. Biakan darah untuk mendeteksi infeksi sistemik yang disebabkan oleh bakteri.
Termoregulasi tidak efektif
Malabsorbsi
Diare
Resiko ketidakseimbangan elektrolit
Iritasi Nafsu makan turun, mual, muntah
Defisit nutrisi Intake makanan untuk tubuh turun
Metabolisme energi turun Intoleransi aktivitas
WOC ASUHAN KEPERAWATAN TYPHOID FEVER
Kelompok 5 1.
DIAGNOSA PENGAKJIAN
Keluhan utama
Termoregulasi tidak efektif
Pada umumnya klien dengan demam thypoid mengeluh tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing, kurang semangat serta nafsu makan berkurang. 2.
Riwayat kesehatan sekarang Apa yang dirasakan atau dialami klien hingga masuk rumah sakit (perjalanan penyakit).
3.
Manajemen Nyeri Tindakan O:
sakit dengan penyakit yang sama. Riwayat kehamilan dan kelahiran Keadaan ibu saat hamil, gizi dan obat-obatan yang pernah dikonsumsi. 5.
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
6.
Riwayat Imunisasi
7.
Riwayat kesehatan keluarga
sesuai rencana intervensi. Tujuan dari implementasi adalah membantu pasien dalam mencapai peningkatan status kesehatan yang lebih baik (Sunaryo, 2016).
2.Monitor vital sign
E: 1.Berikan Health Education (informasi) tentang nyeri 2.Ajarkan teknik relaksasi (non farmakologi) 3.Ajarkan teknik distraksi (non farmakologis) K : Kolaborasi pemberian analgetic, jika perlu
Riwayat psikososial lami.Apakah pasien dapatmenerimanya. Pola nutrisi dan metabolism Terjadi penurunan nafsu makan karena terjadi gangguan padausus halus.
Tahap melaksanakan tindakan keperawatan
T : Kontrol faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon ketidaknyamanan
Psikososial sangat mempengaruhi terhadap psikologi pasien, dengan timbul gejala-gejala yang di a 9.
IMPLEMENTASI
1.Lakukan pengkajian nyeri, meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, dan penyebaran
Nyeri Akut
Apakah di dalam keluarga pasien ada yang pernah mengalami demam thypoid 8.
Regulasi Temperature Tindakan : O: 1.Monitor suhu tubuh anak tiap dua jam, jika perlu 2.Monitor tekanan darah, frekuensi pernafasan dan nadi 3.Monitor warna dan suhu kulit 4.Monitor dan catat tanda gejala hipotermia atau hipetermia T: 1.Pasang alat pemantau suhu kontinu, jka perlu 2.Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat 3.Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien E: 1.Jelaskan cara pencegahan heat exhaustion dan heat stroke 2.Jelaskan cara pencegahan hipotermi karena terpapar udara dingin K : 1. Kolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu.
Riwayat kesehatan dahulu Apakah sudah pernah mengalami sakit demam thypoid sebelumnya dan pernah di rawat di rumah
4.
INTERVENSI
Defisit nutrisi
10. Pola eliminasi alvi dan urine Penderita mengalami konstipasi karena tirah baring dan diare.Sedangkan eliminasi urine tidak mengalami gangguan. 11. Pola istirahat tidur Selama sakit penderita merasa tidak dapat istirahat karenapasien merasa sakit perutnya mual. 12. Pola aktivitas dan latihan Aktivitas pasien akan terganggu katena tirah baring total, agartidak terjadi komplikasi maka segala
Manajemen Nutrisi Tindakan : O: 1.Identifikasi status nutrisi 2.Identifikasi makanan yang disukai 3.Monitor asupan makanan\ 4.Monitor hasil pemeriksan laboratorium T: 1.Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu 2.Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai 3.Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi 4.Berikan suplemen makanan,jika perlu E: 1.Anjurkan posisi duduk, jika mampu 2.Ajarkan diet yang diprogramkan K : Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan, jika perlu
EVALUASI
Secara umum, evaluasi ditujukan untuk : 1.Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan. 2.Menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum. 3.Mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai
kebutuhan pasien dibantu. 13. Pola kognitif
Intoleransi aktivitas
14. Pemeriksaan fisik a.
Kesadaran dan keadaan umum : Mengetahui berat ringannya prognosis penyakit pasien.
b.
Kepala : Rata-rata rambut anak tipis dan warnanya kemerahan jika anak kekurangan nutrisi.
c.
Mata : Jika hemoglobin rendah maka konjungtiva akan pucat, pupil isokor.
d.
Hidung : Tidak ada nyeri tekan, mukosa lembab dan tidak ada pernafasan cuping hidung.
e.
Mulut : Mukosa bibir kering, bibir pecah-pecah dan lidah tampak kotor.
f.
Toraks dan paru : Tidak ada keluhan sesak nafas, bentuk dada simetris, irama nafas teratur.
g.
Abdomen : Di dapat limpa hati membesar dengan konsistensi lunak serta nyeri tekan pada abdomen.Perkusi di dapatkan perut kembung serta padaauskultasi pristaltik usus meningkat.
Resiko ketidakseimbangan elektrolit
Terapi aktivitas Tindakan : O: 1.dentifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivitas tertentu 2.dentifikasi strategi meningkatkan partisipasi dalam aktivitas T: 1.Fasisilatsi focus pada kemampuan , bukan deficit yang dialami 2.Fasilitasi memilih aktivita dan tetapkan tujuan aktivitas yang konsisten sesuai kemampuan fisik, psikologis, dan sosial 3.Koordinasikan pemelihan aktivitas sesuai usia E: 1.Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari, jika perlu 2. Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih partisipasi dalam aktivitas K :Kolaborasi dengan terapis okupasi dalam merencanakan dan memonitor program aktivitas, jika sesuai
Terapi keseimbangan cairan Tindakan O : Berikan penjelasan tentang pentingnya kebutuhan cairan pada pasien dan keluarga. T :Observasi pemasukan dan pengeluaran cairan. E: 1.Anjurkan pasien untuk banyak minum, 2,5 liter / 24 jam 2.Observasi kelancaran tetesan infuse. K :Kolaborasi dengan dokter untuk terapi cairan (oral / parenteral)
DAFTAR PUSTAKA
Kelompok 5 Kemenkes RI. 2011. Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta. Kemenkes Ri. 2013.Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta:Balitbang Kemenkes Ri Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2016). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan DiagnosaMedis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction Padila. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika Sodikin.2011. Asuhan KeperawatanAnak GangguanSistem Gastrointestinal Dan Hepatobilier, Jilid 1.Jakarta:Salemba Medika. Pudiastuti RD. 2011. Waspadai Penyakit Pada Anak. Jakarta: Permata Puri Media Sodikin. 2011. Asuhan Keperawatan Anak : Gangguan Sistem Gastrointestinal dan Hepatobilier. Jakarta : Salemba Medika